artikel sbi

17
PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA DIGITAL STORY TELLING (DST) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS ICT UNTUK PEMBELAJARAN KELAS SBI DI SMP 1 KARANGMOJO *) Oleh: Prof. Dr. Muhyadi **) , Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si. **) , Dyah Purwaningsih, M.Si. ***) Pendahuluan Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dicanangkan oleh pemerintah disambut baik oleh masyarakat. Sikap masyarakat ini menunjukkan adanya rasa kesadaran bahwa tantangan persaingan global di bidang pendidikan harus siap dihadapi oleh generasi penerus. Tingginya animo masyarakat terhadap keberadaan kelas RSBI/SBI juga dapat dilihat dari banyaknya jumlah calon peserta didik yang mendaftar dan meneruskan jenjang pendidikannya di kelas RSBI/SBI baik untuk jenjang menengah pertama maupun menengah atas. Keadaan di atas menuntut adanya kesiapan pihak sekolah untuk memfasilitasi terselenggaranya program RSBI/SBI. Pengalaman Tim pengabdi sebagai pendamping dan pembina guru-guru kelas RSBI/SBI menunjukkan bahwa guru masih mengalami kesulitan dalam memilih media yang sesuai untuk membantunya mengajarkan materi dalam kelas RSBI/SBI. Media yang ada di pasaran kebanyakan berupa media text book dan masih sedikit media yang menggunakan aspek audio dan visual. Hal ini menyebabkan kurang 1

Upload: s-hashidah-mn

Post on 23-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gg

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel Sbi

PELATIHAN PEMBUATAN MEDIA DIGITAL STORY TELLING (DST) DALAM RANGKA PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS ICT UNTUK

PEMBELAJARAN KELAS SBI DI SMP 1 KARANGMOJO*)

Oleh:

Prof. Dr. Muhyadi**), Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si.**), Dyah Purwaningsih, M.Si. ***)

Pendahuluan

Penyelenggaraan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dicanangkan oleh pemerintah disambut

baik oleh masyarakat. Sikap masyarakat ini menunjukkan adanya rasa kesadaran

bahwa tantangan persaingan global di bidang pendidikan harus siap dihadapi oleh

generasi penerus. Tingginya animo masyarakat terhadap keberadaan kelas RSBI/SBI

juga dapat dilihat dari banyaknya jumlah calon peserta didik yang mendaftar dan

meneruskan jenjang pendidikannya di kelas RSBI/SBI baik untuk jenjang menengah

pertama maupun menengah atas.

Keadaan di atas menuntut adanya kesiapan pihak sekolah untuk memfasilitasi

terselenggaranya program RSBI/SBI. Pengalaman Tim pengabdi sebagai pendamping

dan pembina guru-guru kelas RSBI/SBI menunjukkan bahwa guru masih mengalami

kesulitan dalam memilih media yang sesuai untuk membantunya mengajarkan materi

dalam kelas RSBI/SBI. Media yang ada di pasaran kebanyakan berupa media text

book dan masih sedikit media yang menggunakan aspek audio dan visual. Hal ini

menyebabkan kurang optimalnya keterampilan berbicara maupun keterampilan

mendengarkan (listening) yang dimiliki para peserta didik. Apabila kondisi ini tidak

segera diatasi maka dapat berakibat kurang efektifnya penyelenggaraan kelas

RSBI/SBI.

Ketersediaan koleksi buku (text book) dengan bahasa asing hanya merupakan

salah satu pendukung kelancaran proses belajar mengajar dan bukan satu-satunya

jaminan suatu sekolah dapat sukses menyelenggarakan program RSBI/SBI.

Mengingat bahasa pengantar yang digunakan dalam kelas RSBI/SBI adalah bahasa

asing maka guru-guru yang mengajar dalam kelas RSBI/SBI harus menguasai

keterampilan berbicara dalam bahasa asing. Apabila suatu sekolah tidak memiliki

sumber daya manusia (dalam hal ini guru) yang memiliki kompetensi tersebut maka

sangat sulit menyelenggaraka program ini. Kebutuhan akan SDM dan media

1

Page 2: Artikel Sbi

pembelajaran yang mendukung terselenggaranya kelas RSBI/SBI inilah yang

menyebabkan banyak sekolah berbenah/menyiapkan diri.

Tersedianya fasilitas internet di sekolah merupakan salah satu komponen yang

secara tidak langsung dapat membantu guru mempersiapkan kompetensinya untuk

program RSBI/SBI. Guru dengan mudah mengakses bahan-bahan ajar, contoh

penerapan konsep dan aspek-aspek lain yang dapat digunakannya dalam kelas

RSBI/SBI. DST ( Digital Story Telling) merupakan salah satu media pembelajaran

yang mencoba menggabungkan beberapa keterampilan yaitu keterampilan berbicara,

keterampilan menulis, keterampilan mendengarkan dan keterampilan mengoperasikan

program yang memanfaatkan perkembangan ICT.

Guru dapat menuangkan materi ke dalam media di atas sesuai indikator

pembelajaran yang akan dikembangkannya. Hal ini yang menguatkan DST untuk

dapat diterapkan sebagai media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI dengan

mengubah bahasa pengantar atau tulisan dalam bahasa asing. SMP 1 Karangmojo

sebagai salah satu sekolah yang mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan

kelas RSBI/SBI tanggap akan kebutuhan media audio visual untuk pembelajaran kelas

RSBI/SBI. Guru-guru selalu berusaha menyusun media tersebut akan tetapi masih

menemui banyak kendala. Besarnya kendala inilah yang mendorong Tim pengabdi

berusaha membantu para guru di SMP 1 Karangmojo untuk mengatasinya kesulitan

tersebut melalui kegiatan pengabdian ini. Hal lain yang memperkuat

diselenggarakannya kegiatan pengabdian ini adalah tim pengabdi pernah

mendapatkan materi mengenai bagaimana mengembangkan media audio visual

berbasis ICT selain adanya permintaan para guru untuk diberikan bekal dalam

memulai mengembangkan media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI. Oleh karena

didorong oleh keinginan untuk membantu para guru dalam mengembangkan media

pembelajaran audio visual untuk kelas RSBI/SBI, maka pelatihan pembuatan media

DST (Digital Story Telling) untuk pembelajaran kelas SBI di SMP 1 Karangmojo ini

dilaksanakan.

Karakteristik Media Digital Story Telling (DST)

Media Digital Story Telling (DST) merupakan salah satu jenis media pembelajaran

yang menggabungkan aspek visualisasi gambar dengan efek suara. Adapun

penggabungan dua aspek ini memanfaatkan program Audacity dan

2

Page 3: Artikel Sbi

mengoperasikannya dengan Windows Movie Maker. Visualisasi gambar dapat dibuat

secara bebas oleh si perancang dan pembuat media tersebut. Untuk keperluan

pendidikan, gambar dapat berupa fenomena alam yang berkaitan dengan konsep ilmu

tentang materi yang akan diajarkan ke peserta didik.

Pembelajaran di dalam kelas RSBI/SBI selain menekankan pada peningkatan

pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajarinya juga berusaha mengoptimalkan

kemampuan siswa berbicara dalam bahasa asing (bahasa Inggris). Guru harus dapat

membantu para siswa mengembangkan keterampilan tersebut. Keadaan inilah yang

menyebabkan ketersediaan media audio visual untuk kelas RSBI/SBI sangat

diperlukan demi kelancaran proses pembelajaran.

DST memiliki salah satu keuntungan yaitu suara yang diisikan dapat suara asli

seorang native speaker ataupun suara guru. Jika guru ingin menyampaikan suara asli

seorang native speaker maka suara tersebut dapat diambil di beberapa web yang

menyediakannya secara gratis. Nilai plus (added value) inilah yang membuat DST

sebagai salah satu jenis media pembelajaran yang cukup ’luwes’. Artinya,

keluwesannya terletak pada jenis materi dapat dipilih sendiri oleh si penyusun media

dan gambar maupun suaranya pun demikian.

Pentingnya Media dan Kriteria Media Yang Baik Dalam Proses pembelajaran

Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran.

Sebagai komponen, media hendaknya merupakan bagian integral dan harus sesuai

dengan  proses pembelajaran  secara menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media

adalah penggunaaan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

memungkinkan siswa   dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih. Apabila telah

ditentukan media alternatif yang akan digunakan dalam pembelajaran, maka

pertanyaan berikutnya yaitu sudah tersediakah media tersebut di sekolah atau di

pasaran? Jika tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya saja. Itupun jika

media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah kita

rencanakan, dan terjangkau harganya.  Jika media yang kita butuhkan ternyata belum

tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media sesuai keperluan

tersebut.

3

Page 4: Artikel Sbi

Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar dapat menentukan media

yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran peserta didik.

Untuk itu, pemilihan  jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar,

karena begitu banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-

masing. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media

pembelajaran diuraikan sebagai berikut.

 a) Tujuan

Apa tujuan pembelajaran (TPU dan TPK ) atau kompetensi yang ingin  

dicapai? Apakah tujuan itu masuk kawasan kognitif, afektif , psikomotor atau

kombinasinya? Jenis rangsangan indera apa yang ditekankan: apakah penglihatan,

pendengaran, atau kombinasinya? Jika visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual

diam? Jawaban atas pertanyaan itu akan mengarahkan kita pada jenis media tertentu,

apakah media realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan

seterusnya.

 b) Sasaran  didik

Siapakah sasaran didik yang akan menggunakan media? bagaimana

karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang sosialnya, apakah

ada yang berkelainan, bagaimana motivasi dan minat belajarnya? dan seterusnya. 

Apabila kita mengabaikan kriteria ini,  maka media yang kita pilih atau kita buat tentu

tak akan banyak gunanya. Mengapa? Karena pada akhirnya sasaran inilah yang akan

mengambil manfaat dari media pilihan kita itu. Oleh karena itu, media harus sesuai

benar dengan kondisi mereka.

 c) Karateristik media yang bersangkutan

Bagaimana karakteristik media tersebut? Apa kelebihan dan kelemahannya,

sesuaikah media yang akan kita pilih itu dengan tujuan yang akan dicapai?  Kita tidak

akan dapat memilih media dengan baik jika kita tidak mengenal dengan baik

karakteristik masing-masing media. Karena kegiatan memilih pada dasarnya adalah

kegiatan membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai

dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media tertentu,

pahami dengan baik bagaimana karaktristik media tersebut.

d) Waktu

Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang diperlukan

untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih, serta   berapa lama

waktu yang tersedia/yang kita memiliki. Pertanyaan lain adalah berapa lama waktu

4

Page 5: Artikel Sbi

yang diperlukan untuk menyajikan media tersebut dan berapa lama alokasi waktu

yang tersedia dalam proses pembelajaran?  Tak ada gunanya kita memilih media yang

baik, tetapi kita tidak cukup waktu untuk mengadakannya. Jangan sampai pula

terjadi,  media yang telah kita buat dengan menyita banyak waktu,  tetapi pada saat

digunakan dalam pembelajran ternyata kita kekurangan waktu.

 e) Biaya

Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih media.

Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Apalah artinya kita menggunakan media, jika

akibatnya justru pemborosan. Oleh sebab itu,  faktor  biaya   menjadi kriteria yang

harus kita pertimbangkan. Berapa biaya yang kita perlukan untuk membuat, membeli

atau meyewa media tersebut? Bisakah kita mengusahakan beaya tersebut/  apakah

besarnya biaya seimbang dengan tujuan belajar yang hendak dicapai? Tidak

mungkinkan tujuan belajar itu tetap dapat dicapai tanpa menggunakan media itu,

adakah alternatif media lain yang lebih murah namun tetap dapat mencapai tujuan

belajar? Media yang mahal, belum tentu lebih efektif  untuk mencapai tujuan belajar,

dibanding media sederhana yang murah.

 f) Ketersediaan 

Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan kita.

Adakah media yang kita butuhkan itu di sekitar kita, di sekolah atau di pasaran ?

Kalau kita harus membuatnya sendiri, adakah kemampuan, waktu   tenaga  dan

sarana  untuk membuatnya? Kalau semua itu ada, petanyaan berikutnya tersediakah

sarana yang diperlukan untuk menyajikannya di kelas? Misalnya, untuk menjelaskan

tentang proses tejadinya gerhana matahari memang akan lebih efektif jika disajikan

melalui media video. Namun karena di sekolah tidak ada aliran listrik atau tidak

punya video player, maka sudah cukup bila digunakan alat peraga gerhana matahari.

 g) Konteks penggunaan

Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi bagaimana

media tersebut akan digunakan.  Misalnya: apakah untuk belajar individual, kelompok

kecil, kelompok besar atau masal ? Dalam hal ini kita perlu merencanakan strategi

pembelajaran secara keseluruhan yang akan kita gunakan dalam proses pembelajaran,

sehingga tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam

pembelajaran.

 h) Mutu Teknis

5

Page 6: Artikel Sbi

Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media   siap pakai yang telah ada,

misalnya program audio, video, grafis atau media cetak lain.  Bagaimana mutu teknis

media tersebut, apakah visualnya jelas, menarik dan cocok? Apakah suaranya jelas

dan enak didengar ? Jangan sampai hanya karena keinginan kita untuk menggunakan

media saja,  lantas media yang kurang bermutu kita paksakan penggunaannya.  Perlu

diinggat bahwa jika program media itu hanya menjanjikan sesuatu yang sebenarnya

bisa dilakukan oleh guru dengan lebih baik, maka media itu tidak perlu lagi kita

gunakan.

Metode Pelaksanaan PPM

Metode kegiatan ini meliputi ceramah, diskusi-informasi, workshop, dan

disseminasi terbatas. Secara lebih rinci metode yang digunakan dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai berbagai macam cara

mengembangkan media pembelajaran untuk kelas RSBI/SBI.

2. Diskusi-informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai

mengembangkan media pembelajaran serta menjelaskan cara menuangkan

materi ajar ke media tersebut.

3. Para peserta diberi kesempatan untuk mencoba menyusun dan

mengembangkan media DST ke dalam draft awal.

4. Hasil uji coba selanjutnya dipresentasikan untuk bahan diskusi dan selanjutnya

siap didisseminasikan di sekolah.

Seperti telah diuraikan di depan, banyak guru yang masih minim pengetahuan dan

keterampilan mengenai cara mengembangkan media pembelajaran audio visual untuk

kelas RSBI/SBI . Selain itu motivasi guru untuk mengembangkan media tersebut

masih rendah. Untuk itu perlu diadakan pelatihan pembuatan media DST (Digital

Story Telling) untuk pembelajaran kelas SBI tersebut.

Untuk mencapai tujuan di atas, di buatlah kerangka pemecahan masalah

sebagai berikut:

6

Page 7: Artikel Sbi

Gambar 1. Diagram Pemecahan Masalah

Hasil Pelaksanaan PPM dan Pembahasan

Sesuai dengan jadwal, metode dan rencana pelaksanaan program yang sudah

ditentukan maka urutan kegiatan dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adalah:

1. Penyampaian materi mengenai jenis-jenis media pembelajaran dan

implementasinya dalam kelas RSBI/SBI

Beberapa pengetahuan yang disampaikan adalah:

- Pemanfaatan ICT untuk penyusunan dan pengembangan media

pembelajaran di kelas RSBI/SBI

- Peran media pembelajaran bagi ketercapaian proses dan produk

pembelajaran di kelas RSBI/SBI.

- Peluang penyelenggaraan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui

implementasi media DST.

2. Penyampaian materi dan simulasi cara pembuatan Digital Story Telling (DST)

Digital Story Telling (DST), bagaimana mengoptimalkannya sebagai

media untuk peningkatan speaking dan listening dalam kelas RSBI.

Sumber-sumber bahan yang dapat digunakan sebagai pengembangan

media DST.

Mekanisme pembuatan, penggunaan dan simulasi pembuatan media

DST.

Fitur-fitur dalam media DST sehingga sesuai untuk pembelajaran di

kelas RSBI/SBI.

3. Workshop pembuatan media DST oleh peserta

7

Perumusan masalah yang

akan dipecahkan

Perencanaan Kegiatan

Pemilihan topik dan materi pelatihan

Pemilihan Peserta Pelatihan

Pelaksanaan Pelatihan dan

Penugasan

Media pembelajaran

DST hasil pelatihan

Uji coba media di sekolah peserta

pelatihan

Page 8: Artikel Sbi

Para peserta yang telah mendapatkan materi pengetahuan tentang fitur-fitur

media DST selanjutnya mencoba menyusun dan mengembangkan media DST sesuai

mata pelajaran yang akan diajarkan di kelas RSBI/SBI. Kegiatan ini bertujuan untuk

menjelaskan kepada peserta tentang materi yang sudah diterima dan

membandingkannya dengan kondisi lapangan yang sesungguhnya melalui workshop.

Kegiatan ini dilanjutkan dengan pengamatan, pengidentifikasian dan penyusunan

data-data pendukung yang diperlukan peserta. Data-data ini yang akan dijadikan

bahan peserta dalam kegiatan diskusi dengan Tim pengabdi guna memantapkan

penguasaan materi yang telah diberikan.kondisi lapangan melalui workshop sehingga

dapat diketahui kendala-kendala yang ditemukan oleh peserta.

4. Diskusi antar peserta mengenai pembuatan media DST dan implementasinya

di kelas RSBI/SBI.

Adapun sebagai akhir dari kegiatan yang dilakukan oleh peserta adalah diskusi

mengenai penyusunan dan pengembangan media DST. Setiap komponen materi yang

telah diberikan didiskusikan dan dibahas antara Tim, bidang kurikulum serta peserta

pelatihan. Pada saat wakil kelompok menyampaikan hasil pengamatannya maka

peserta lain diberikan kesempatan untuk menanggapi hasil pengamatan yang telah

dilakukan.

Beberapa faktor pendukung yang membantu terlaksananya kegiatan PPM ini

adalah sebagai berikut:

1. Sekolah mitra merupakan sekolah yang telah dipersiapkan sebagai salah satu

sekolah RSBI sehingga ketersediaan fasilitas laboratorium komputer sangat

membantu terselenggaranya kegiatan ini..

2. Tim pengabdi memiliki latar belakang bidang keahlian yang beragam yaitu ilmu

sosial dan MIPA sehingga materi yang diberikan dapat ditinjau dari beberapa ilmu.

3. Komitmen dan visi misi sekolah sangat kuat dalam usaha mempersiapkan SDM

untuk terselenggaranya kelas RSBI. Hal ini membantu Tim Pengabdi dalam proses

pelatihan sehingga seluruh peserta berperan aktif serta mau bekerja sama dengan

Tim pengabdi. Kerjasama ini memudahkan Tim pengabdi dalam memberikan

materi kepada peserta.

Adapun kendala-kendala atau faktor penghambat yang ditemui Tim pengabdi selama

kegiatan adalah:

8

Page 9: Artikel Sbi

1. Waktu pelaksanaan kegiatan kurang optimal dikarenakan sulitnya menentukan

jadwal pelatihan dimana seluruh guru yang terlibat dalam program RSBI dapat

mengikutinya.

2. Latar belakang keterampilan daam bidang pengembangan media dan komputer

yang dimiliki oleh guru-guru sangat beragam sehingga pelaksanaan pelatihan

memerlukan waktu yang relatif lebih lama..

Pengabdian masyarakat mengenai pembuatan media Digital Story Telling

(DST) di SMP N 1 Karangmojo ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2010 dan

pengumpulan tugas mandiri selama bulan Agustus 2010. Banyaknya peserta yang

mengikuti kegiatan berjumlah 21 orang dari 25 orang yang diundang oleh tim

pengabdi. Para peserta merupakan guru-guru pengajar kelas RSBI di SMPN 1

Karangmojo dari berbagai mata pelajaran.

Materi yang disampaikan terdiri dari 1) Media pembelajaran DST dan

implementasinya di kelas RSBI, 2) Mekanisme pembuatan media DST beserta fitur-

fitur pendukungnya, dan 3) Peluang PTK melalui pengembangan media DST di kelas

RSBI. Tim pengabdi yang memberikan materi pelatihan terdiri dari 3 orang, yaitu:

Bapak Prof. Muhyadi, Ibu Sugi Rahayu, M.Pd. M.Si., dan Ibu Dyah Purwaningsih,

M.Si., Adapun pemberian materi berbentuk ceramah dan dilanjutkan dengan

pengamatan lapangan oleh peserta serta diakhiri dengan presentasi dan diskusi oleh

para peserta pelatihan.

Pada waktu diskusi berlangsung terlihat bahwa penguasaan peserta mengenai

teknik pengembangan media pembelajaran bagi kelas RSBI masih relatif rendah.

Melalui diskusi ini, tim pengabdi menyisipkan materi-materi yang harus dikuasai

peserta sebagai bekal dalam mempersiapkan pembuatan media bagi kelas RSBI. Tim

pengabdi selain memberikan materi tentang bagaimana cara menyusun dan

mengembangkan media DST, Tim juga menjelaskan kemungkinan-kemungkinan lain

yang bisa dikembangkan melalui pembuatan media tersebut serta bagaimana cara

mengelolanya sehingga meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa RSBI.

Para peserta semakin menyadari bahwa peran media berbasis ICT untuk kelas

RSBI sangat penting sehingga mereka perlu mengembangkan keterampilan tersebut.

Sebagian besar peserta memahami bahwa pembuatan media DST relatif lebih baik

dampaknya terhadap keterampilan berbicara dan menulis siswa-siswa RSBI

khususnya di SMPN 1 Karangmojo.

9

Page 10: Artikel Sbi

Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan terhadap proses kegiatan pengabdian masyarakat

berupa pelatihan pembuatan media Digital Story Telling (DST) dalam rangka

pengembangan media berbasis ICT untuk pembelajaran kelas SBI di SMP 1

Karangmojo di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Guru-guru mata pelajaran di kelas RSBI menjadi paham dan mengetahui

pemanfaatan ICT untuk mengembangkan media pembelajaran bagi kelas RSBI.

2. Keterampilan guru dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis ICT

untuk kelas RSBI meningkat terlihat selama proses workshop berlangsung.

3. Motivasi guru-guru untuk mengembangkan media DST sangat tinggi terlihat

dari keinginan guru-guru di luar peserta pelatihan yang ingin mempelajarai dan

mengembangkan media DST bagi pembelajarannya di kelas.

Saran

Untuk tindak lanjut dari kegiatan ini hendaknya dikembangkan lagi mengenai

model pembuatan media DST secara bilingual untuk mata pelajaran di luar kelas

RSBI. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dan guru-guru non RSBI juga mengikuti

perkembangan teknologi media pembelajaran yang berbasis ICT.

DAFTAR PUSTAKA

Breen & Candlin. 1980. The Essentials of a Communicative Curriculum in Language Teachin., Applied Linguistics, 1(2) pp 89-112

Chang,W. 2001. Perceptions of Teaching and Learning in Year One University Physics in Taiwan: Students' and Prof essors' Perspectives . Institute of Optical Physics Feng Chia University Taiwan. http://www2.physics.umd.edu/

Cohran, W.G. 1963. Sampling Techniques. New York : John Willey & Sons.Inc.

Copi, Irving. 1986. Informal Logic. New York : Mc Millan Publishing Company.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

10

Page 11: Artikel Sbi

Glasersfeld, Ernst Von. 1989. An Exposition of Constructivist Why Some Like it Radical. Scientific Reasoning Research Institute. University of Massachusetts.

------------, Constructivist Learning Theory. 2002,. http://www.stemnet. nf.ca.

Guilford, J.P. 1973. Fundamental Statistic in Psychology and Education. New York : Mc Graw-Hill Book Company.

Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London : David Fulton Publisher.

Honebein. 1996. Characteristics of Constructivist Learning and Teaching. ,. http://www.stemnet. nf.ca.

Howe, Ann. 1996. Development of Science Concept within Vygotskian Framework. Science Education. John Willey and Son.

Johnson, David & Roger Johnson. 2000. Cooperative Learning Methods : A Meta Analysis. Minessota University

Jonassen. 1994. Characteristics of Constructivist Learning and Teaching. http://www. Stemnet.nf.ca

Klapper, Joseph. 1990. The Effects of Mass Communication. New York : The Free Press.

Kerlinger. F.N. 2002. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung R

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Lonning, R. A. 1993. Effect Cooperative Learning Strategis on Student Verbal Interaction and Achievement During Conceptual Change Instruction in th Grade General Science. Journal of Research in Science Teaching. Vol.30 No. 9 pp 1087-1101.

Pigay,N.(2004). TKI dan Tuntutan globalisasi. Majalah Nakertrans Edisi - 03 TH.XXIV-Juni 2004

Piaget. J.1969. The Child’s Conception of Physical Causality. New Jersey : Little Field, Adams & Co.

Sadia. 1996. Pengembangan Model Belajar Konstruktivis dalam Perkuliahan IPA di SMP. (Suatu Studi Eksperimental dalam Perkuliahan Konsep Energi Usaha dan Suhu di SMPN I Singaraja). Disertasi (tidak diterbitkan). IKIP Bandung.

Semiawan, Conny. R. Kontribusi Perdosenan Tinggi di Indonesia dalam Transformasi Pendidikan Menengah Menghadapi Era Global. Stadium General IKIP Singaraja. 2001.

Shaffer, David. R. 1996. Development Psychology Childhood and Adolescend. Georgia : Brooks / Cole Publishing Company

11

Page 12: Artikel Sbi

*) Dibiayai dari dana DIPA Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat Prioritas Fakultas dengan No. 180 b/ H.34.22/ PM/ 2010 Sub Akun 525112 Tahun Anggaran 2010**) Staf pengajar Jurdik ADP FISE Universitas Negeri Yogyakarta***) Staf pengajar Jurdik Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

12