arahan zonasi kawasan jembatan rumpiang di …

13
JURNAL TEKNIK SIPIL Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 13 ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI KABUPATEN BARITO KUALA Nidya Octanazizah 1 , Jenny Ernawati 2 , Agus Dwi Wicaksono 3 1. Mahasiswa PPS Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil, FT UB email:[email protected] 2. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, FT UB Malang 3. Staf Pengajar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, FT UB Malang Abstrak Arahan zonasi Kawasan Jembatan Rumpiang berawal dari keinginan dan motivasi yang besar untuk memberikan ide atau pemikiran bagi cepatnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Pengembangan potensi wilayah harus mempertimbangkan terpenuhinya kebutuhan sosial yang selaras dengan keinginan serta harapan masyarakat, maka dari itu penelitian ini didasarkan atas preferensi masyarakat dalam memilih alternatif fungsi primer kawasan yang akan dikembangkan pada Kawasan Jembatan Rumpiang menggunakan skala pengukuran likert yang kemudian para ahli terkait akan memilih kembali beberapa fungsi sekunder yang menjadi prioritas dan disatukan sehingga membentuk sistem fungsional kawasan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya dengan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses (AHP). Setelah itu, dilakukan overlay beberapa variabel terkait dengan fungsi sekunder terpilih dengan menggunakan metode VAC ( Visual Absortion Capability) untuk menghasilkan kelas lahan kemampuan lahan untuk dilakukan pengembangan kawasan. Selain itu dilakukan pula analisis tapak kawasan, dimana hasil metode VAC dan tapak dapat menghasilkan arahan zonasi kawasan termasuk fasilitas pendukung dan kegiatan yang dikembangkan pada kawasan tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarakat mendukung dikembangkannya Kawasan Jembatan Rumpiang dengan fungsi kawasan sebagai zona wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota. Selain itu, didukung dengan arahan pengembangan zona sungai dan kawasan konservasi atau hutan yang dilindungi pada kelas lahan konservasi. Pada masing- masing zona tersebut diarahkan pula fasilitas pendukung dan kegiatan masyarakat, terutama pengunjung yang mendatangi kawasan tersebut. Arahan zonasi pada Kawasan jembatan Rumpiang ini diharapkan dapat menguntungkan semua pihak, mensejahterakan masyarakat pada kawasan, memberikan hiburan pada pengunjung dan meningkatkan pendapatan daerah Kab. Barito Kuala. Kata-kata kunci : Arahan, Zonasi, Kawasan. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Pembangunan erat kaitannya dengan perekonomian wilayah tersebut, di mana Struktur perekonomian suatu wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Potensi yang dimiliki masing-masing wilayah tersebut adalah suatu modal untuk tumbuh berkembang. Kabupaten Barito Kuala di Kalimantan Selatan memiliki suatu objek yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjunginya. Objek tersebut adalah Jembatan Rumpiang yang memiliki panjang 753 (tujuh ratus lima puluh tiga) meter dengan bentang utama sepanjang 200 (dua ratus) meter dan memiliki lebar sekitar 9 (sembilan) meter dan konstruksi pelengkung rangka baja. Akan tetapi, sejauh ini belum ada penataan kawasan serta pembangunan fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan- kegiatan tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana preferensi masyarakat terhadap Kawasan Jembatan Rumpiang. 2. Bagaimana arahan sistem fungsional Kawasan Jembatan Rumpiang. 3. Bagaimana arahan zonasi Kawasan Jembatan Rumpiang.

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 13

ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI KABUPATEN BARITO KUALA

Nidya Octanazizah1, Jenny Ernawati

2, Agus Dwi Wicaksono

3

1. Mahasiswa PPS Perencanaan Wilayah dan Kota, Teknik Sipil, FT UB

email:[email protected]

2. Staf Pengajar Jurusan Teknik Arsitektur, FT UB Malang

3. Staf Pengajar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, FT UB Malang

Abstrak

Arahan zonasi Kawasan Jembatan Rumpiang berawal dari keinginan dan motivasi yang besar untuk

memberikan ide atau pemikiran bagi cepatnya pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Pengembangan potensi

wilayah harus mempertimbangkan terpenuhinya kebutuhan sosial yang selaras dengan keinginan serta harapan

masyarakat, maka dari itu penelitian ini didasarkan atas preferensi masyarakat dalam memilih alternatif fungsi

primer kawasan yang akan dikembangkan pada Kawasan Jembatan Rumpiang menggunakan skala pengukuran

likert yang kemudian para ahli terkait akan memilih kembali beberapa fungsi sekunder yang menjadi prioritas dan

disatukan sehingga membentuk sistem fungsional kawasan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya

dengan menggunakan metode Analisis Hirarki Proses (AHP). Setelah itu, dilakukan overlay beberapa variabel

terkait dengan fungsi sekunder terpilih dengan menggunakan metode VAC (Visual Absortion Capability) untuk

menghasilkan kelas lahan kemampuan lahan untuk dilakukan pengembangan kawasan. Selain itu dilakukan pula

analisis tapak kawasan, dimana hasil metode VAC dan tapak dapat menghasilkan arahan zonasi kawasan termasuk

fasilitas pendukung dan kegiatan yang dikembangkan pada kawasan tersebut. Hasil penelitian menyatakan bahwa

masyarakat mendukung dikembangkannya Kawasan Jembatan Rumpiang dengan fungsi kawasan sebagai zona

wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota. Selain

itu, didukung dengan arahan pengembangan zona sungai dan kawasan konservasi atau hutan yang dilindungi pada

kelas lahan konservasi. Pada masing- masing zona tersebut diarahkan pula fasilitas pendukung dan kegiatan

masyarakat, terutama pengunjung yang mendatangi kawasan tersebut. Arahan zonasi pada Kawasan jembatan

Rumpiang ini diharapkan dapat menguntungkan semua pihak, mensejahterakan masyarakat pada kawasan,

memberikan hiburan pada pengunjung dan meningkatkan pendapatan daerah Kab. Barito Kuala.

Kata-kata kunci : Arahan, Zonasi, Kawasan.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan adalah proses peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, sumber daya

manusia dan sumber daya buatan. Pembangunan erat kaitannya dengan perekonomian wilayah tersebut,

di mana Struktur perekonomian suatu wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah

dengan wilayah lainnya. Potensi yang dimiliki masing-masing wilayah tersebut adalah suatu modal untuk

tumbuh berkembang.

Kabupaten Barito Kuala di Kalimantan Selatan memiliki suatu objek yang menjadi daya tarik

masyarakat untuk mengunjunginya. Objek tersebut adalah Jembatan Rumpiang yang memiliki panjang

753 (tujuh ratus lima puluh tiga) meter dengan bentang utama sepanjang 200 (dua ratus) meter dan

memiliki lebar sekitar 9 (sembilan) meter dan konstruksi pelengkung rangka baja. Akan tetapi, sejauh ini

belum ada penataan kawasan serta pembangunan fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan-

kegiatan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana preferensi masyarakat terhadap Kawasan Jembatan Rumpiang.

2. Bagaimana arahan sistem fungsional Kawasan Jembatan Rumpiang.

3. Bagaimana arahan zonasi Kawasan Jembatan Rumpiang.

Page 2: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 14

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Mengetahui preferensi masyarakat terhadap Kawasan Jembatan Rumpiang sebagai titik tolak untuk

membuat arahan zonasi Kawasan Jembatan Rumpiang di Kabupaten Barito Kuala.

2. Teridentifikasinya preferensi masyarakat terhadap Kawasan Jembatan Rumpiang,

3. Tersusunnya arahan sistem fungsional Kawasan Jembatan Rumpiang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan agar dapat dijadikan acuan dari penelitian adalah:

1. Bagi mahasiswa yaitu memperluas wawasan keilmuan mahasiswa dalam pengembangan kawasan

tertentu dan sebagai bahan pendukung dan perbandingan bagi penelitian dengan topik yang hampir

sama maupun penelitian lain yang selaras

2. Bagi pemerintah yaitu memberikan masukan dan arahan bagi Pemerintah Daerah dalam perwujudan

pengembangan Kawasan Jembatan Rumpiang di masa yang akan datang dan dalam jangka panjang

akan meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan daerah

3. Bagi masyarakat yaitu melibatkan langsung masyarakat sehingga arahan pengembangan sesuai dengan

harapan dan keinginan masyarakat dan dapat membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar

Kawasan Jembatan Rumpiang.

1.5 Batasan Masalah

1. Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kawasan Jembatan Rumpiang yaitu Desa Bagus dan Desa

Bantuil yang masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala

(Kal-Sel).

2. Melakukan pengumpulan data baik secara survey primer maupun sekunder

3. Melakukan identifikasi preferensi masyarakat terhadap Kawasan Jembatan Rumpiang melalui

pembagian kuisioner kepada masyarakat, di mana masyarakat yang dimaksud Terbagi atas Masyarakat

di Kawasan Jembatan Rumpiang dan Pengunjung Kawasan Jembatan Rumpiang. Kemudian kuisioner

tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dan akan dihasilkan pilihan fungsi kawasan yang

diinginkan oleh masyarakat.

4. Menganilisis pilihan fungsi kawasan yang diinginkan masyarakat dengan Analisis Hirarki Proses

(AHP) untuk menghasilkan arahan sistem fungsional kawasan sebagai dasar membuat arahan zonasi

Kawasan, artinya adalah arahan fungsi Kawasan Jembatan Rumpiang berdasarkan tanggung jawab dan

tugas tertentu yang ditetapkan berdasarkan hasil analisa.

5. Membuat arahan zonasi kawasan Pada Kawasan Jembatan Rumpiang hasil dari analisis VAC dan

analisis tapak, di mana arahan zonasi kawasan tersebut dibatasi pada jenis-jenis prasarana-sarana atau

fasilitas penunjang Kawasan Jembatan Rumpiang serta kegiatan yang dapat dilakukan pada zona

tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kawasan

Berdasarkan kamus tata ruang Dirjen Cipta Karya Departemen PU, kawasan merupakan wilayah

dengan fungsi utama lindung atau budidaya [UPR 92]; ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional serta

memiliki ciri tertentu/ spesifik/ khusus. Fungsi utama kawasan adalah lindung dan budidaya, di mana

kawasan budidaya antara lain meliputi: kawasan peruntukan pariwisata, perdagangan dan jasa,

perumahan, pelabuhan laut/sungai dan ruang terbuka hijau (RTH).

2.2 Perancangan Kawasan Kota

Ruang lingkup perancangan kota adalah mulai dari eksterior bangunan pribadi (individual building)

sampai ke ruang terbuka kota (Shirvani, 1985 dalam Wikantiyoso, 2002). Secara substansial, perancangan

Page 3: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 15

kota akan mencakup aspek-aspek fisik penataan ruang maupun aspek non-fisik yang melatar

belakanginya. Ada delapan elemen dalam perancangan kota yakni; tata guna lahan, massa dan bentuk

bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pejalan kaki, aktifitas penunjang, tanda-tanda dan

preservasi.

2.3 Waterfront/ Kawasan Muka Air/ Tepian Air

Waterfront adalah suatu lahan atau area yang terletak berbatasan dengan air, terutama merupakan

bagian kota yang menghadap ke laut, sungai, danau atau sejenisnya (Hendropranoto dan Ichsan, 1993

dalam Tjahja, 2000). Prinsip alamiah yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam area waterfront

adalah masalah iklim, arah angin, arah arus sungai, tingkah laku air, perbedaan pasang surut, peil banjir,

banjir tahunan, penggenangan, topografi, geografi, fisiografi, hidrologi, struktur tanah, vegetasi, lansekap,

sosio teknik dan lain-lain. Elemen-elemen waterfront yang akan menjadi fasilitas yang memberikan

nuansa ciri kegiatan yang memanfaatkan air sebagai kola, vegetasi, tugu/schulture, jembatan, retail,

parkir, street furniture, pedestrian, open space, plaza, dermaga, shelter, lampu dan tower informasi.

2.4 Kawasan Fungsional

Kawasan Fungsional disebut pula dengan kawasan khusus (Imazu, 2008). Yang dimaksud dengan

kawasan khusus yaitu suatu lingkungan kota yang memiliki suatu aktifitas fungsional perkotaan tertentu

dengan karakteristik dan tampilan yang khusus. Pada lingkungan khusus ini yang perlu dijaga

kelestariannya, dipertahankan dan dikembangkan adalah karakteristik serta aktifitas fungsionalnya.

Contoh wilayah dengan sistem fungsional kawasan yang konsisten dan dikelola secara sangat baik adalah

Venisia (Italia) dan Sydney (Australia).

2.5 Preferensi

Berdasarkan Wikipedia Indonesia, Preferensi adalah hak untuk didahulukan dan diutamakan

daripada yang lain atau prioritas pilihan dan kecenderungan yang disukai. Sudibyo (2002) menyatakan

bahwa preferensi konsumen merupakan nilai-nilai yang dianut konsumen dalam menghadapi berbagai

bentuk konflik dalam lingkungannya. Konflik ini tidak harus dalam bentuk fisik, namun pengertian

konflik yang dimaksudkan konflik dalam arti perbedaan antara harapan dengan realisasi yang dirasakan

dari permasalahan yang dihadapi.

2.6 Zoning

Menurut Zubir (2007) Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik

lingkungan yang spesifik. Zoning adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan

fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. Sedangkan zoning

regulation dapat didefinisikan sebagai ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi, notasi dan kodifikasi

zona-zona dasar, peraturan penggunaan, peraturan pembangunan dan berbagai prosedur pelaksanaan

pembangunan.

3 METODE PENELITIAN

3.1 Instrumen dan Variabel Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan Skala Likert berupa kuisioner untuk mengukur sikap,

pendapat, dan preferensi seseorang yang telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti dalam variabel

penelitian. Variabel tersebut meliputi:

Faktor internal dan eksternal kawasan peruntukan pariwisata, perdagangan dan jasa, perumahan,

pelabuhan, RTH dan waterfront

Alternatif pilihan fungsi sekunder masing-masing kawasan

Fisik dasar, tata guna lahan, penduduk dan budaya, prasarana/utilitas dan aksesibilitas/transportasi.

Page 4: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 16

3.2 Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Survey Primer Survey primer dilakukan dengan cara mencari data di lapangan, baik data fisik maupun data

nonfisik meliputi:

a. Observasi Lapangan

Cara ini dilakukan untuk memperoleh gambaran aktual pada wilayah studi berupa informasi dan data

primer yang berkaitan dengan karakteristik. Informasi yang terkumpul berupa catatan dan

dokumentasi yang akan ditabulasi pada tahap analisis dalam penelitian.

b. Kuisioner

Kuisioner dibuat untuk mencari informasi yang tidak didapatkan secara survey sekunder. Penyebaran

kuisioner dilakukan secara langsung ke masyarakat di Kawasan Jembatan Rumpiang (Masyarakat di

Desa Bagus dan Desa Bantuil) dan pengunjung yang datang ke Kawasan Jembatan Rumpiang.

Pengambilan data ini tidak tergantung waktu, hari aktif atau hari libur, maupun di saat pagi, siang,

sore atau malam hari.

Dari hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin, sampel yang akan dibagikan kepada masyarakat

sekitar Kawasan Jembatan Rumpiang adalah sebanyak 97 sampel. Sedangkan dari hasil perhitungan

menggunakan Sample Linear Time Function, besarnya sampel pengunjung yang diestimasi pada

Kawasan Jembatan Rumpiang adalah sebanyak 84 orang.

3.2.2 Survey Sekunder Survey sekunder dalam penelitian ini meliputi :

a. Pencarian data-data pada dinas terkait dalam penelitian yaitu : Bappeda Kabupaten Barito Kuala,

Dinas Pekerjaan Umum Bidang Tata Ruang Kabupaten Barito Kuala, Kantor Kecamatan dan Desa

terkait serta instansi terkait lainnya yang kemudian dilakukan tabulasi data untuk metode analisa.

b. Studi literatur untuk menelaah, menguatkan dan menunjang isi laporan terutama dalam tinjauan

pustaka dan metode analisa yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam proses ini adalah studi-

studi dan kepustakaan yang memiliki relevansi dengan judul penelitian.

c. Laporan hasil penelitian dan makalah yang berkaitan dengan studi.

d. Situs internet yang berkaitan dengan studi.

4. PEMBAHASAN UMUM

4.1 Pengukuran Skala Likert

Untuk mengetahui preferensi masyarakat (masyarakat setempat dan pengunjung) terhadap

Kawasan Jembatan Rumpiang, dilakukan pengukuran dengan menggunakan skala likert. Pertanyaan pada

skala likert ini memberikan 6 (enam) macam alternatif pilihan kawasan yang dipilih oleh masyarakat

tersebut untuk dikembangkan pada Kawasan Jembatan Rumpiang, di mana hasil dari pengukuran ini akan

menghasilkan beberapa variabel yang di setujui masyarakat untuk dikembangkan sebagai alternatif

pilihan fungsi kawasan (Fungsi Primer) dan dianalisis menggunakan analisis selanjutnya. 6 (enam)

alternatif tersebut adalah kawasan pariwisata, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perumahan,

kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), kawasan pelabuhan dan kawasan muka air/ waterfront.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Skala Likert dalam penelitian, preferensi atau

pilihan masyarakat terhadap fungsi primer yang akan dikembangkan pada Kawasan Jembatan Rumpiang

adalah Kawasan Pariwisata, Kawasan Perdagangan dan Jasa serta Kawasan Ruang Terbuka

Hijau.

4.2 Analisa Hirarki Proses (AHP)

Setelah didapatkan beberapa fungsi primer berdasarkan pilihan masyarakat pada skala likert, maka

akan dipilih fungsi sekunder dari fungsi primer kawasan tersebut oleh ahli yang berkompeten di

bidangnya dengan menggunakan Analisa Hirarki Proses (AHP) sehingga beberapa fungsi sekunder

tersebut akan membentuk sistem fungsional kawasan yang saling berkaitan antara fungsi satu dengan

Page 5: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 17

fungsi lainnya. Fungsi sekunder dari fungsi pariwisata adalah wisata budaya, wisata kesehatan, wisata

olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata

maritim, wisata bulan madu dan wisata petualangan. Fungsi sekunder dari fungsi perdagangan dan jasa

adalah pasar/pertokoan, usaha bangunan penginapan, usaha bangunan penyimpanan, usaha sarana tempat

pertemuan dan arena bermain. Fungsi sekunder dari fungsi ruang terbuka hijau adalah taman, lapangan

olahraga dan hutan kota.

Ahli-ahli yang dipilih sebagai responden AHP tersebut adalah:

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Barito Kuala sebagai ahli aspek lingkungan,

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Barito

Kuala sebagai ahli aspek budaya,

Staf Ahli Ekonomi Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Kuala sebagai ahli aspek ekonomi, dan

Kepala Bidang Kewilayahan Bappeda Kabupaten Barito Kuala sebagai ahli aspek tata ruang.

Ahli utama yang dianggap menguasai keempat aspek tersebut adalah Sekretaris Daerah Kabupaten

Barito Kuala.

Prioritas fungsi sekunder pada masing-masing kawasan tersebut diambil masing-masing 2 (dua)

jenis fungsi sekunder, di mana fungsi-fungsi sekunder yang terpilih tersebut bersama-sama dikembangkan

pada Kawasan Jembatan Rumpiang sehingga membentuk suatu sistem fungsional yang saling

berhubungan dan mempengaruhi antara satu fungsi dengan fungsi lainnya. Sistem fungsional tersebut

terdiri atas Wisata Pertanian, Wisata Budaya, Arena Bermain, Usaha Sarana Tempat Pertemuan,

Taman Kota dan Hutan Kota. Dari fungsi sekunder hasil preferensi masyarakat dan sistem fungsional kawasan, maka mulai

diidentifikasi ketentuan dan persyaratan masing-masing fungsi sekunder tersebut guna mempermudah

melakukan proses zonasi kawasan setelah dihasilkan kelas lahan berdasarkan hasil analisa VAC.

Hubungan masing-masing fungsi sekunder tersebut adalah wisata pertanian memiliki hubungan yang erat

dengan wisata budaya, wisata pertanian dengan arena bermain memiliki hubungan sedang, wisata

pertanian dengan usaha sarana tempat pertemuan tidak memiliki hubungan dan berjauhan, wisata budaya

dan arena bermain tidak memiliki hubungan yang erat, wisata budaya memiliki hubungan sedang dengan

usaha sarana tempat pertemuan, arena bermain dan usaha sarana tempat pertemuan memiliki hubungan

yang sedang, taman kota memiliki hubungan yang selalu erat dengan fungsi sekunder lainnya serta hutan

kota juga memiliki hubungan yang erat dengan fungsi sekunder kawasan, kecuali dengan usaha tempat

pertemuan yaitu sedang karena tidak berhubungan langsung.

4.3 Analisa VAC (Visual Absortion Capability)

Terdapat 5 (lima) faktor yang digunakan sebagai variabel-variabel dalam analisa VAC pada

penelitian ini. Kelima variabel tersebut adalah intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan masyarakat,

topografi, vegetasi, jenis tanah dan zona pandang. Masing-masing variabel tersebut diuraikan pula ke

dalam peta analisa untuk menganalisa lahan dengan membuat grid atau petak pengamatan. Ukuran

masing-masing grid atau petak pengamatan adalah 867 m². Alasan pengambilan ukuran grid ata petak

pengamatan tersebut adalah menyesuaikan dengan ukuran lahan yang digarap masyarakat untuk kebun

yaitu seluas 3 borongan (1 borongan = 289 m²). Masing-masing variabel diberi skor dengan interval 1-3

untuk masing-masing kondisi dalam variabel penelitian tersebut. Di bawah ini diuraikan penilaian

masing-masing variabel dalam analisa VAC.

a. Intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan masyarakat

Penggunaan lahan untuk permukiman dianggap sebagai penggunaan lahan dengan kegiatan

masyarakat intensitas tinggi diberikan skor 1

Penggunaan lahan untuk sawah, kebun, tegalan dianggap sebagai penggunaan lahan dengan

kegiatan masyarakat intensitas rendah diberikan skor 2

Penggunaan lahan untuk semak belukar, rawa dan hutan galam dianggap sebagai penggunaan lahan

dengan tidak ada kegiatan masyarakat diberikan skor 3.

b. Topografi

Berdasarkan data yang didapatkan pada gambaran umum lokasi penelitian, topografi atau kemiringan

lahan pada Kawasan Jembatan Rumpiang secara keseluruhan datar dengan tingkat kelerengan dari 0-3

Page 6: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 18

% dengan elevansi 0-600 meter di atas permukaan laut, sehingga topografi atau kemiringan lahan

diberikan skor 1.

c. Vegetasi

Vegetasi dengan jenis semak belukar, sawah, kebun, tegalan dan tanpa vegetasi dianggap tidak

terdapat tanaman penutup dan vegetasi dominan diberikan skor 1

Vegetasi dengan jenis rawa atau hutan galam dianggap vegetasi dominan berupa pohon berkayu

sejenis dengan kerapatan tanaman sedang diberikan skor 2.

Gambar 1. Peta analisa intensitas penggunaan lahan, topografi dan vegetasi

d. Jenis tanah

Berdasarkan data yang didapatkan pada gambaran umum lokasi penelitian, jenis tanah pada Kawasan

Jembatan Rumpiang secara keseluruhan adalah alluvial yang peka atau memiliki kemampuan tinggi

untuk menahan erosi, sehingga diberikan skor 1.

e. Zona pandang

Zona pandang terbuka atau bebas terhadap Jembatan Rumpiang hingga radius 1,5 km sehingga

diberikan skor 1

Zona Pandang terbatas terhadap Jembatan Rumpiang dengan radius lebih dari 1,5 km hingga ke

batas luar desa sehingga diberikan skor 2.

Gambar 2. Peta Analisa Jenis Tanah dan Zona Pandang

Penilaian VAC dilakukan dengan menganalisis masing-masing petak pengamatan dan kemudian

dilakukan perhitungan total VAC dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Total VAC = IPL (V+JT+ T) Dimana :

IPL : Intensitas Penggunaan Lahan

T : Topografi/Kemiringan Lahan

V : Vegetasi/Tumbuhan

JT : Jenis Tanah

ZP : Zona Pandang

Pembagian klasifikasi lahan dan penilaian lahan yang dilakukan pada Kawasan Jembatan

Rumpiang akan menilai kondisi lahan yan perlu dikonservasi dan yang dapat dikembangkan untuk

kegiatan tertentu. Penilaian kelayakan lahan berdasarkan hasil penilaian VAC digunakan untuk

pertimbangan pembagian zona kawasan yang berupa zona pemanfaatan dan zona perlindungan.

Gabungan dari masing-masing variabel VAC dapat dilihat di bawah ini:

Page 7: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 19

Gambar 3. Peta hasil analisa VAC

Hasil analisa VAC menunjukkan sebagian besar lahan pada Kawasan Jembatan Rumpiang berada

pada kelas yang hampir seimbang antara kelas lahan konservasi tinggi dan kelas lahan konservasi sedang,

di mana banyak lahan yang harus dilindungi dan dalam arahan pengembangan kegiatan tetap harus

mempertimbangkan beberapa hal seperti melindungi pepohonan sebagai penyerap air dan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan tidak merubah bentang alam.

Analisa VAC tersebut menghasilkan tiga kelas kemampuan lahan pada Kawasan Jembatan

Rumpiang.

Tabel 1. Luas kelas lahan berdasarkan analisa VAC

No Kelas Lahan

Luas Lahan (m²) /

Prosentase (%) Total

(m²) Desa

Bagus

Desa

Bantuil

1 Kelas I

Kelas lahan konservasi rendah,

Lahan ini mempunyai kemampuan tinggi untuk menerima

kegiatan (wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain,

sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota), sehingga

tidak memerlukan perlakuan khusus (tanpa syarat) bila

digunakan untuk kegiatan tersebut.

14.005,50

(13.34%)

25.018,33

(14,17%)

39.023,83

(13,87%)

2 Kelas II

Kelas lahan konservasi sedang,

Lahan ini termasuk dalam kelas lahan ini masih mempunyai

kemampuan dalam menerima kegiatan wisata pertanian, wisata

budaya, arena bermain, sarana tempat pertemuan, taman kota

dan hutan kota), namun juga memerlukan beberapa syarat

untuk dapat dipergunakan agar tidak menimbulkan kerusakan

lingkungan. Berdasarkan pertimbangan ini, maka lahan perlu

dihindari penggunaannya secara intensif dengan mengadakan

pembatasan-pembatasan jenis kegiatan tersebut.

15.046,50

(14,33%)

31.399,35

(17,79%)

46.445,85

(16,49%)

3 Kelas III

Kelas lahan konservasi tinggi,

Lahan dengan kelas lahan tinggi ini merupakan lahan yang

harus dilindungi dari kegiatan manusia dan diusahakan untuk

tidak dikembangkan mengingat apabila lahan ini dimanfaatkan

akan berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan bahkan

bencana alam.

75.948,00

(72,33%)

120.082,32

(68,03%)

196.030,32

(69,64%)

Total 105.000,00 176.500,00 281.500,00

Sumber: Hasil Analisa

Selanjutnya akan dihitung luas ketersediaan lahan yang tersisa pada Kawasan Jembatan Rumpiang

berdasarkan masing-masing kelas lahan yang akan dikurangi dengan luas lahan terbangun pada masing-

masing kelas tersebut.

Selanjutnya dilakukan proses zonasi fungsi sekunder kawasan yaitu dihubungkan antara kelas lahan hasil

analisa VAC dengan hubungan ruang masing-masing fungsi sekunder tersebut, pembagian zona tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 8: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 20

Gambar 4. Peta pembagian zona kawasan jembatan Rumpiang

Zonasi tersebut meliputi zona wisata pertanian dengan luas 16.821,32m², zona wisata budaya

dengan luas 14.005,05 m², zona arena bermain dengan usaha sarana tempat pertanian dengan luas

25.018,33 m², zona taman kota dengan luas 15.046,50 m², zona hutan kota dengan luas 14.578,03 m²,

zona konservasi atau hutan yang dilindungi dengan luas 196.030,32 m² dan zona sungai sebagai

pendukung zona-zona yang tersebut di atas.

4.4 Analisa Tapak Kawasan

Selain analisa VAC juga dilakukan analisa tapak untuk menilai faktor-faktor yang berpengaruh

dilakukan terhadap kondisi eksisting, permasalahan yang muncul, potensi yang dimiliki, dan juga prospek

jangka panjangnya.

4.4.1 Analisa Fisik dasar Topografi

Topografi pada tapak memiliki topografi yang baik untuk dikembangkannya kegiatan wisata

pertanian, wisata budaya, arena bermain, sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota tanpa

ada persyaratan khusus.

Vegetasi

Pada tapak hampir semua lahan ditutupi oleh vegetasi, di mana jenis vegetasi seperti sawah, kebun dan

hutan dapat dipertahankan untuk pengembangan wisata pertanian dan Ruang terbuka hijau, khususnya

hutan kota. Selain itu dapat juga dikembangkan vegetasi khas yang akan menonjolkan citra kawasan.

Jenis Tanah

Jenis tanah yang seragam ini dapat memberikan suatu nilai lebih pada tapak, di mana jenis tanah ini

adalah tidak peka dengan kemampuan tinggi untuk menahan erosi sehingga dapat dikembangkan

untuk kegiatan wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, sarana tempat pertemuan, taman kota

dan hutan kota

Intensitas penggunaan lahan

Intensitas penggunaan lahan untuk kegiatan masyarakat pada tapak masih sangat rendah namun jika

dikelompokkan menjadi tiga kelompok intensitas penggunaan lahan, maka guna lahan permukiman

merupakan kegiatan masyarakat dengan intensitas tinggi, sawah dan kebun berarti ada kegiatan

masyarakat dengan intensitas rendah, sedangkan hutan galam dan rawa yang paling dominan diartikan

tidak ada kegiatan masyarakat, pada Desa Bagus, permukiman penduduk dipertahankan sebagai Zona

Kawasan Wisata Budaya.

Angin

Arah dan kecepatan angin akan sangat mempengaruhi arahan zonasi kawasan pada tapak. Selain itu,

asap dan debu dari jalan atau sungai berpotensi masuk ke dalam tapak melalui hembusan angin

sehingga dipertahankan buffer berupa vegetasi dan mrngolah massa bangunan yang dapat mengalirkan

pergerakan angin.

Matahari dan Keteduhan

Sisi barat merupakan sisi terpendek dan terkena sinar matahari sore yang cukup panas, penghawaan

sisi barat bangunan harus mendapatkan perhatian khusus, sisi bangunan sebelah barat diolah

sedemikian rupa agar dapat menetralisir panas matahari

Page 9: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 21

Dalam perencanaan hendaknya lebih memprioritaskan penanaman vegetasi atau kegiatan yang lebih

menonjolkan unsur alamiah.

Zona Pandang

Lokasi Jembatan Rumpiang yang strategis sehingga Zona Pandang dari manapun ke dalam tapak atau

ke Jembatan Rumpiang dapat terlihat, view/ Zona pandang positif untuk semua arah, di mana

berpengaruh terhadap bukaan pada bangunan, perlu perhatian khusus untuk peletakan peralatan utilitas

dan ketinggian bangunan. Selain itu, bangunan diolah agar sesuai dengan tema pengembangan

kawasan (wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota

dan hutan kota).

4.4.2 Analisa Infrastruktur/ Utilitas Jaringan Listrik

Jaringan listrik yang terdapat pada tapak terbilang cukup memadai, selanjutnya hanya tinggal

menyesuaikan dengan kebutuhan jika dilakukan pengembangan kegiatan kawasan (wisata pertanian,

wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota) dari segi

kapasitas dan dimensi.

Jaringan Air Bersih

Jaringan air bersih yang terdapat pada tapak terbilang cukup memadai, selanjutnya hanya tinggal

menyesuaikan dengan kebutuhan jika dilakukan pengembangan kegiatan kawasan (wisata pertanian,

wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota) dari segi

kapasitas dan dimensi.

Jaringan Telekomunikasi

Jaringan telekomunikasi yang terdapat pada tapak terbilang cukup memadai, selanjutnya hanya tinggal

menyesuaikan dengan kebutuhan jika dilakukan pengembangan kegiatan kawasan (wisata pertanian,

wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan hutan kota) dari segi

kapasitas dan dimensi.

Jaringan Persampahan

Jaringan persampahan yang terdapat pada tapak terbilang cukup baik, namun Perlu adanya ketentuan

atau peraturan untuk aktifitas membuang sampah dan perlakuan khusus (pemadatan, pelapisan)

terhadap sampah yang dibuang ke dalam TPA dan jika dilakukan pengembangan kegiatan kawasan

(wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan, taman kota dan

hutan kota), harus dilakukan rancangan dan pengelolaan khusus dari segi kapasitas dan dimensi

jaringan persampahan.

Jaringan Drainase

Jaringan drainase yang terdapat pada tapak adalah baik, namun Perlu adanya ketentuan atau peraturan

untuk aktifitas yang dapat menyebabkan menyempitnya jaringan ini dan jika dilakukan pengembangan

kegiatan kawasan (wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain, usaha sarana tempat pertemuan,

taman kota dan hutan kota), harus dilakukan rancangan dan pengelolaan khusus dari segi kapasitas dan

dimensi drainase.

4.4.3 Analisa Tata Guna lahan Tapak merupakan lahan yang strategis dan cukup luas

Tapak tidak berada pada kawasan yang padat penduduk sehingga dalam pengembangan kawasan tidak

akan mengalamai kesulitan dalam zonasi dan desain kawasan

Desain bangunan harus dibuat semenarik mungkin, namun potensi-potensi budaya seperti rumah

tradisional harus tetap dipertahankan karena memiliki nilai jual yang tingi

Lokasi Jembatan Rumpiang pada tapak memiliki pencapaian yang sangat baik bisa dijangkau dari

segala arah baik jalur darat maupun sungai.

4.4.4 Analisa Penduduk dan Budaya Secara tidak langsung lokasi tapak saat ini merupakan lokasi tujuan wisata masyarakat baik dalam

tapak maupun luar tapak yang dapat dijadikan modal unuk pengembangan tapak

Page 10: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 22

Kegiatan masyarakat di dalam tapak terutama yang khas seperti perahu naga dan kerajinan rakyat

harus tetap dipertahankan dan diarahkan untuk dikembangkan secara lebih luas agar masyarakat di

dalam tapak bisa terbuka

Berdasarkan preferensi masyarakat, kawasan yang akan dikembangkan adalah kawasan pariwisata

dengan fungsi wisata pertanian dan wisata budaya, kawasan perdagangan dan jasa dengan fungsi arena

bermain dan usaha sarana pertemuan, serta kawasan ruang terbuka hijau dengan fungsi taman kota dan

hutan kota

Desain bangunan untuk fasilitas umum disesuaikan dengan tema kawasan yang akan dikembangkan

sehingga lebih selaras dan kelihatan menarik

4.4.5 Analisa Aksesibilitas/ Transportasi Jaringan Jalan dan Sirkulasi

Jalan sebagai akses yang tersedia di dalam tapak dan sekitar tapak sudah cukup memadai dari segi

ukuran dan kondisi. Intensitas kendaraan diperkirakan meningkat seiring pengembangan tapak yang

berpeluang mengakibatkan kemacetan, sehingga perlu dilakukan perluasan area sirkulasi kendaraan di

dalam tapak agar tidak terjadi kemacetan. Perbedaan sirkulasi antara yang berkendaraan dan yeng

berjalan kaki dalam pengembangan kawasan harus benar-benar diperhatikan.

Kebisingan

Sirkulasi dalam tapak berpotensi sebagai penghasil kebisingan tertinggi dan jika terjadi kebisingan

yang semakin tinggi, harus diberikan buffer berupa vegetasi yang sesuai agar dapat menyerap dan

mengurangi kebisingan. Selain itu, peletakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada lokasi yang memiliki

tingkat kebisingan tertinggi.

Kepadatan Lalu Lintas

Kepadatan lalu lintas pada jalan utama relatif tidak terlalu padat, namun terdapat pada waktu tertentu

kepadatan lalu lintas tersebut bertambah, sehingga pola sirkulasi diarahkan pada beberapa titik penting

dan berpengaruh. Rambu lalu lintas sangat diperlukan dalam berlalu lintas, agar masyarakat dapat

mengetahui apa yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan untuk dilakukan di dalam tapak, artinya

perlu peletakan marka sesuai kebutuhan.

Dari hasil analisis VAC dan analisis tapak yang bersumber dari preferensi masyarakat, maka dibuatlah

arahan zonasi kawasan tersebut yang dibatasi pada jenis-jenis prasarana-sarana atau fasilitas penunjang

Kawasan Jembatan Rumpiang serta kegiatan yang dapat dilakukan pada zona tersebut berdasarkan pula

pertimbangan ketentuan serta referensi-referensi yang berkaitan dengan pengembangan masing-masing

zona.

Zona wisata pertanian, diletakkan pada Desa Bantuil yang berada pada kelas lahan II yaitu konservasi

sedang karena wisata pertanian ini lebih banyak memanfaatkan lahan untuk budidaya dan vegetasi

(aset pertanian dan perkebunan), sehingga tidak memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Wisata

pertanian ini dikembangkan untuk mendukung budidaya pertanian daerah di mana pengembangannya

meliputi atraksi wisata hamparan kebun/lahan pertanian, keindahan alam terutama terhadap ikon

kawasan yaitu sambil memandang kemegahan Jembatan Rumpiang, budaya petani tersebut serta

segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut. Untuk mendukung atraksi wisata

tersebut dikembangkan pula fasilitas pendukung berupa pintu gerbang, parkir di dalam zona, pos

keamanan, tempat sampah, masjid/musholla, toilet umum, rumah makan/restorant organik, toko oleh-

oleh, pusat informasi bagi pengnjung, kendaraan warawiri, petunjuk arah, museum botani, pelayanan

kesehatan, kantor pengelola dan rumah bibit. Selain fasilitas, juga harus didukung infrastruktur yang

memadai sesuai kebutuhan serta pelayanan yang baik dari masyarakat.

Zona wisata budaya, diletakkan pada Desa Bagus yang berada pada kelas lahan I yaitu konservasi

rendah yang sesuai untuk wisata budaya, karena pada guna lahan terbangun terdapat beberapa elemen

budaya. Pengembangan wisata budaya ini meliputi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM),

program kemitraan dan kerjasama, kegiatan pemerintah di dalam zona, promosi, festival/pertandingan

serta infrastruktur yang memadai serta fasilitas pendukung seperti pintu gerbang, guest house,

pelabuhan wisata, home industry kerajinan purun dan makanan khas daerah, kentor pengelola,

Page 11: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 23

perpustakaan dan museum budaya, rumah khas daerah, panggung seni, pusat informasi pengunjung,

pos keamanan, pos kesehatan dan masjid/ musholla.

Gambar 5. Zona wisata pertanian dan wisata budaya

Zona arena bermain dan usaha sarana tempat pertemuan yang berdekatan dan disatukan karena berada

pada kelas lahan I yaitu konservasi rendah pada Desa Bantuil, sehingga tidak memerlukan perlakuan

khusus pada lahan karena aman dibangun pada lahan tersebut. Beragam wahana yang ada di pada zona arena bermain pada Kawasan Wisata Jembatan Barito, diarahkan antara lain taman sebagai area foto,

wahana colombus, wahana komedi putar, wahana jet coaster, wahana gondola, arena gocart, rental

jetski dan water boom. Sedangkan beberapa fasilitas yang terdapat pada zona usaha sarana gedung

pertemuan dapat digambarkan seperti aula, restorant, café dan bar, guest house dan warpostel.

Gambar 6. Zona arena bermain

Zona taman kota, diletakkan pada Desa Bagus yang berada pada kelas lahan II yaitu konservasi sedang

karena taman kota ini lebih banyak menonjolkan vegetasi dan lahan juga potensial untuk Ruang

Terbuka Hijau (RTH), sehingga tidak memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Elemen-elemen

taman kota meliputi pohon, kumpulan bunga, rumput, bundaran taman, kolam, tebing buatan, batuan,

gazebo, jalan setapak, perkerasan, tempat santai dan lampu taman. Selain itu Selain itu zona taman kota dilengkapi dengan areal parkir, kios makanan dan minuman ringan, tempat sampah, pos keamanan dan

sebagainya.

Zona Hutan kota, diletakkan pada Desa Bagus yang berada pada kelas lahan II yaitu konservasi sedang

karena hutan kota ini lebih banyak menonjolkan vegetasi dan lahan juga potensial untuk Ruang Terbuka

Hijau (RTH), sehingga tidak memiliki dampak negatif bagi lingkungan. konsep yang dibuat adalah

hutan kota yang dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau dan menonjolkan identitas daerah,

Konsep yang diarahkan di dalam lokasi hutan kota dilengkapi fasilitas seperti kantor pengelola, danau,

area pemancingan, gazebo, pedestrian, area parkir, bundaran taman dan pot-pot tanaman. Tanaman

yang dipilih dan masuk ke dalam konsep rencana hutan kota antara lain galam, akasia, jambu monyet,

rambai, ulin, pohon kecapi, purun, karamunting, terantai dan rumput taman.

Gambar 7. Zona taman kota dan hutan kota

Page 12: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 24

Zona konservasi yang berada pada kelas lahan III yang terbagi pada Desa Bagus dan Desa Bantuil,

sehingga lahan dengan konservasi tinggi artinya tidak boleh ada kegiatan manusia pada kawasan

tersebut. Zona konservasi/hutan lindung ini tidak ada kegiatan masyarakat, sehingga guna lahan

terbangun eksisting diarahkan untuk tidak berada pada zona ini. Jenis tanaman yang dipilih dan masuk

ke dalam konsep rencana hutan konservasi/hutan lindung antara lain jati, karet, nipah, jingah, meranti,

kamper dan balangiran.

Zona sungai yaitu sebagai zona pendukung kegiatan wisata pertanian, wisata budaya, arena bermain,

usaha sarana gedung pertanian, taman kota dan hutan kota dengan memanfaatkan Sungai Barito

sebagai medianya. Beberapa fasilitas yang termasuk dalam konsep zona sungai ini adalah jukung

hias, kelotok pesiar, restorant/café terapung dan tim SAR. Pada zona sungai ini, pengunjung dengan

menggunakan perahu wisata yang disediakan seperti jukung hias dan kelotok pesiar diajak

mengelilingi Kawasan Jembatan Rumpiang atau menyusuri tepian Sungai Barito yang masuk dalam

batas Kawasan Jembatan Rumpiang (Desa Bagus dan Desa Bantuil).

Gambar 8. Zona kawasan konservasi dan zona sungai

Semua zona yang telah diuraikan diatas diharapkan mampu menarik minat pengunjung untuk

datang ke zona-zona tersebut. Maka dalam pengembangannya didukung peran aktif masyarakat,

pemerintah, pembangunan utilitas yang memadai dan aksesibilitas terutama jaringan jalan utama

diarahkan untuk dibangun pada batas zona sehingga kegiatan masyarakat pada satu zona tidak akan

mengganggu kegiatan masyarakat pada zona lainnya.

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Preferensi atau pilihan masyarakat terhadap fungsi utama kawasan yang dikembangkan pada

Kawasan Jembatan Rumpiang berdasarkan pengukuran menggunakan skala likert adalah Kawasan

Pariwisata, Kawasan Perdagangan dan Jasa serta Kawasan Ruang Terbuka Hijau.

Berdasarkan hasil Analisa Hirarki Proses (AHP) dihasilkan beberapa fungsi sekunder kawasan, di

mana membentuk sistem fungsional kawasan yang saling berkaitan antara fungsi satu dengan fungsi

lainnya. Sistem fungsional tersebut terdiri atas Wisata Pertanian, Wisata Budaya, Arena Bermain, Usaha

Sarana Tempat Pertemuan, Taman Kota dan Hutan Kota.

Dari fungsi sekunder hasil preferensi masyarakat dan sistem fungsional kawasan, maka mulai

diidentifikasi ketentuan dan persyaratan masing-masing fungsi sekunder tersebut guna mempermudah

melakukan proses zonasi kawasan setelah dihasilkan kelas lahan berdasarkan hasil analisa VAC.

Selanjutnya dilakukan proses zonasi fungsi sekunder kawasan yaitu dihubungkan antara kelas lahan hasil

analisa VAC dengan hubungan ruang masing-masing fungsi sekunder tersebut untuk menghasilkan

pembagian zona. Pada masing-masing zona tersebut diarahkan pula sarana dan prasarana pendukung,

fasilitas serta kegiatan yang boleh dilakukan pada zona tersebut, di mana arahan ini dihasilkan pula oleh

analisa tapak dan referensi penulis akan masing-masing zona. Zona Kawasan Jembatan Rumpiang terdiri

atas zona wisata pertanian, zona wisata budaya dan permukiman, zona area bermain dan usaha sarana

tempat pertemuan, zona taman kota, zona hutan kota, zona konservasi dan zona sungai.

Page 13: ARAHAN ZONASI KAWASAN JEMBATAN RUMPIANG DI …

JURNAL TEKNIK SIPIL

Jurnal PROKONS Politeknik Negeri Malang 25

Dalam proses penelitian yang dilakukan, peneliti tentunya menghadapi beberapa kemudahan dan

kesulitan. Beberapa kemudahan dalam penelitian yang diterima peneliti antara lain seperti dukungan yang

sangat tinggi oleh responden yang mengisi kuisioner untuk pengembangan Kawasan Jembatan Rumpiang

di masa yang akan datang, sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam menyebarkan kuisioner

baik kepada masyarakat yang tinggal di kawasan, pengunjung maupun beberapa pejebat daerah yang

berperan sebagai responden metode AHP. Sedangkan untuk beberapa kesulitan yang dihadapai peneliti

dalam mengerjakan penelitian meliputi data dan analisa data tersebut.

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi dalam penelitian ini meliputi: perlunya pengendalian kepemilikan tanah di daerah

tepian sungai dengan dilandasi oleh peraturan-peraturan tanah yang berlaku saat ini, Adanya pemetaan

(mapping) daya dukung, perlunya pengembangan peraturan perundang-undangan pembangunan lahan di

tepian sungai, perlu dilakukan penelitian selanjutnya terkait dengan site plan atau peletakan fasilitas di

dalam masing-masing zona yang sudah diarahkan dalam penelitian ini serta mengefektifkan aparat

pemerintah daerah yang bersangkutan sebagai koordinator perencanaan dan pembangunan daerah secara

terpadu dan menyeluruh.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ahira, Anne. 2007. Fungsi Sungai, www.google.com. 10 Maret 2011.

Alfanita. 2011. Perumahan dan Permukiman Ideal Berkonsep Hunian Berimbang. 25 April 2011.

Ansori, Nasarudin. 2009. Secercah Harapan Di Jembatan Rumpiang, www.google.com. 7 Pebruari 2011.

Ariyoso. 2009. Metode IPA, www.google.com. 15 Maret 2011.

Asy‟ari, S.I. 1993. Sosiologi Kota Dan Desa, Usaha Nasional, Surabaya.

Azwaruddin. 2008. Pengertian Jembatan, www.google.com. 23 Pebruari 2008.

Hari, Aditya. 2009. Tapak Lanskap: Pengertian Tapak Besar, www.google.com. 20 Maret 2011.

Jembatan Rumpiang Jadi Obyek Wisata. Kantor Berita Antara, www.google.com. 7 Pebruari 2011.

Kamus Tata Ruang. Dirjen Cipta Karya Departemen PU.

Kumumur, Veronica. 2010. Taman Kota: Meningkatkan Kualitas Lingkungan Kota, 10 Maret 2010.

Kurniwan, Andri. 2009. Jembatan Sydney Harbour Tak Kalah Menarik, www.google.com. 30 Pebruari

2011.

Musers, Arnas. 2009. Definisi Sistem, www.google.com. 15 Maret 2011.

Pembangunan Jembatan Rumpiang (Nusantara). Harian Umum Pelita, www.google.com. 10 Maret 2011.

Pendit, N.S. 1986. Ilmu Pariwisata, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Setiabudi, ayi. 2010. Definisi Persepsi, www.google.com. 15 Maret 2011.

Soedarso, Budiyono. 2003. Diktat Prasarana Wilayah Dan Kota, Jakarta.

Suharso, T.W. 2009. Perencanaan Obyek Wisata Dan Kawasan Pariwisata, PPSUB, Malang.