aplikasi akad murabahah pada bank bri ...repository.uinjambi.ac.id/1462/1/nur hafizah nim...

73
1 APLIKASI AKAD MURABAHAH PADA BANK BRI SYARIAH KOTA JAMBI Skripsi OLEH: NUR HAFIZAH NIM: SHE. 151816 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1441 H/2019 M

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    APLIKASI AKAD MURABAHAH PADA BANK BRI SYARIAH

    KOTA JAMBI

    Skripsi

    OLEH:

    NUR HAFIZAH

    NIM: SHE. 151816

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    1441 H/2019 M

  • 2

  • 3

  • 4

    MOTTO

    س ش ش ذ

    ص

    ش ذ .

    Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia

    bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. dan apa yang

    kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh

    keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang

    melipat gandakan (pahalanya). ( QS. Ar-Ruum ]30[:39)

  • 5

    ABSTRAK

    Nur Hafizah, SHE 151816; Aplikasi Akad Murabahah Pada Bank BRI Syariah

    Kota Jambi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetatahui bagaimana penerapan Akad Murabahah pada

    Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi dan penerapannya kepada Nasabah.

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.

    Metode pengumpulan data melalui studi lapangan berupa observasi, wawancara, dan

    dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan

    sebagai berikut: Pertama, Penerapan akad Murabahah di Bank BRI Syariah Cabang

    Jelutung Kota Jambi menggunakan Prinsip Syariah yaitu dengan sistem bagi untung

    sebagaimana yang ditetapkan Syariat Islam. Syarat Akad murabahah yang sesuai dengan

    syariat Islam yaitu: Bank memberitahu Biaya Modal kepada Nasabah, kontrak harus

    bebas dari Unsur Riba, komoditi yang di perjual belikan halal (tidak dilarang agama dan

    Undang-Undang yang berlaku), Bank harus terusterang terhadap kondisi barang jika ada

    cacat, Harga Jual dan Keuntungan (margin) disepakati di awal akad. Kedua, Penerapan

    Akad Murabahah kepada nasabah dimulai dari Pengisian Formulir tertulis untuk membeli

    produk tertentu, Bank memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah, Bank dan

    Nasabah bernegoisasi kemudian saling sepakat terhadap Harga Barang dan Margin

    Kuntungan Bank, Setelah Bank membeli produk kemudian Bank dan pembeli

    menandatangani kontrak penjualan Murabahah dan Nasabah Menerima barang.

    Kata Kunci: Murabahah, Bank BRI Syariah, Penerapan

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT

    atas segala rahmat dan karunia-Nya, atas segala kuasa-Nya penulis doberikan

    keshatan,kelancaran dan kekuatan, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini

    dengan tepat waktu. Dan tak lupa Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada

    baginda Rasulullah saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah

    satu syarat menyelesaikan program sarjana strata 1 (S.1) program studi Hukum

    Ekonomi Syariah yang berjudul “Aplikasi Akad Murabahah Pada Bank BRI

    Syari‟ah Jambi” dengan lancar.

    Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, skripsi

    ini tidak akan dapat doseleaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini

    penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. H. Hadri Hasan,MA, selaku Rektor UIN STS Jambi

    2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi

    3. Bapak H. Hermanto Harun, LC,MHI selaku pembantu Dekan I, Ibu Dr. Rahmi

    Hidayati, S.Ag, MHI, selaku pembantu Dekan II. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag, MHI,

    selaku pembantu Dekan III Fakultas Syariah UIN STS Jambi

    4. Ibu Dr. Maryani, S.Ag, MHI, selaku ketua jurusan dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H,

    M.Sy, selaku sekretaris jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN

    STS Jambi

  • 7

    5. Bapak Dr. H. M. Umar, MHI, Ibu Pidayan Sasnifa, S.H, M.Sy, selaku Dosen

    Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu

    dalam bimbingan skripsi ini

    6. Bapak Rasito, S.H M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik

    7. Bapak dan Ibu Dosen, dan seluruh Karyawan dan Karyawati di lingkungan

    Fakultas Syariah UIN STS Jambi

    8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun

    tidak langsung

    Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan ini, baik dari segi

    bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan

    demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada

    penulis mendapatkan pahala dari Allah SWT.

    Jambi, September 2019

    Penulis

    NUR HAFIZAH

    NIM. SHE 151816

  • 8

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv

    MOTTO ............................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... v ii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

    DAFTAR ISI........................................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

    C. Batasan Masalah ............................................................................ 6

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 6

    E. Kerangka Teori .............................................................................. 6

    F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 24

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 27

    B. Pendekatan Penelitian ................................................................... 27

    C. Jenis Dan Sumber Data ................................................................. 27

    D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 29

    E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30

    F. Sistematika Penulisan .................................................................... 31

    G. Jadwal Penelitian ........................................................................... 32

  • 9

    BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

    A. Sejarah Bank BRI Syariah ............................................................. 33

    B. Visi Dan Misi Bank BRI Syariah .................................................. 34

    C. Moto Bank BRI Syariah ................................................................ 35

    D. Sturkur Organisasi Bank BRI Syariah ........................................... 35

    E. Produk Bank BRI Syariah ............................................................. 39

    BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Penerapan Akad Murabahah Pada Bank BRI Syariah .................. 47

    B. Penerapan Akad Murabahah Kepada Nasabah ............................. 51

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 55

    B. Saran .............................................................................................. 56

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    CURRICULUM VITAE

  • 10

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 : Skema Pembiayaan Murabahah ...................................................... 22

    Gambar 2 : Skema Pengembangan Murabahah ................................................. 23

    Gambar 3 : Struktur Organisasi Bank BRI Syariah ............................................ 36

  • 11

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Jadwal Penelitian ............................................................................... 32

  • 12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap Negara. Bank

    merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan kegiatan

    perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, Bank melayani kebutuhan pembiayaan

    serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

    Dengan memberikan pembiayaan kepada beberapa sektor perekonomian,

    Bank melancarkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada konsumen.

    Bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian besar uang yang beredar yang

    digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran, sehingga mekanisme kebijakan

    moneter dapat berjalan. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa Bank merupakan suatu

    lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian

    dan perdagangan.

    Definisi tentang Bank dikelompokkan menjadi tiga:1

    1. Bank dilihat sebagai penerima kredit. Bank menerima uang serta dana-dana

    lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau tabungan biasa yang dapt

    diminta/diambil kembali setiap saat. Deposito berjangka yang merupakan

    tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah

    jangka waktu yang ditentukan habis. Simpanan dalam rekening Koran/giro atas

    1 Thomas Suyatni, dkk, Kelembagaan Perbankan, edisi ke-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama,1989), hlm.2

  • 13

    nama si penyimpan giro, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan

    menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank.

    2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi

    perkreditan secara aktif.

    3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal

    dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat melalui penciptaan uang

    Bank.

    Dalam dunia Perbankan kita mengenal adanya Bank konvensional dan Bank

    Syariah, dari kedua bank tersebut tentunya memiliki perbedaan. Perbankan syariah

    adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaanya berdasarkan hukum Islam. Dalam

    definisi lain perbankan Syariah adalah Bank yang beroperasi tanpa mengandalkan

    bunga. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang produknya dikembangkan

    berdasarkan Al-Quran dan Hadits.2

    Kata Syariah dalam istilah Bank Syariah adalah untuk menjelaskan sistem

    operasional banknnya. Bank yang tadinya beroperasi dengan sistem riba, diubah agar

    beroperasi di atas sistem Syariah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.

    Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan

    prinsip Syariah. Sedangkan prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam

    kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

    kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah.

    2 Mardani, Hukum Bisnis Syariah,(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm.149

  • 14

    Bank Syariah memiliki produk-produk dalam melakukan transaksi

    diantaranya produk penghimpun dana dan produk penyaluran dana. Dalam hal ini

    penulis akan membahas mengenai produk penyaluran dana yaitu pembiayaan

    berdasarkan akad jual beli (Murabahah). Murabahah di dalam literature fikih

    muamalah, khususnya dalam pembahasan jual beli, terdapat empat konsep yang

    berhubungan dengan keuntungann yang diterima oleh penjual. Keempat konsep ini

    dikatagorikan sebagai ragam jual beli berdasarkan harga.

    Transaksi jual beli Murabahah memiliki ketentuan-ketentuan yang berlaku

    pada Bank dan Nasabah yang sesuai dengan konsep Islam.3 Namun ketentuan

    ataupun konsep yang sudah ada perlu dipastikan apakah sama pada realita transaksi

    yang terjadi. Untuk itu, memahami teori dan praktek di lapangan dalam transaksi itu

    sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan ataupun ketidak sesuaian dengan

    Syariat Islam.

    Dalam Al-Quran ayat yang menerangkan tentang Murabahah terdapat dalam

    surah Ali-Imran ayat 130 sebagai berikut:

    ُّه َّز ال أ شِّ ض ُّ ة َّق َّك ح

    Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan

    berlipat ganda. Dan bertawakallah kepada Allah agaer kamu beruntun”g.4

    3 Ibid., hlm.161

    4 Q.S. Ali-Imran (3): 130.

  • 15

    Pada ayat di atas Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melakukan

    riba dan memakannya dengan berlipat ganda, sebagaimana yang mereka lakukan

    pada masa jahiliyah. Orang-orang jahiliyah berkata, “Jika utang sudah jatuh tempo,

    maka ada dua kemungkinan: dibayar atau dibungakan. Jika dibayarkan, maka selesai

    urusannya. Jika tidak dibayar, maka dikenakan bunga yang kemudian ditambahkan

    kepada pinjaman pokok”. Maka pinjaman yang sedikit dapat bertambah besar

    berlipat-lipat (pinjaman ditambah bunga, lalu dibungakan lagi)

    Pada Bank BRI Syariah operasi Bank menggunakan sistem bagi hasil, yaitu

    sistem yang meliputi cara pembagian hasil usaha antara Bank dan penyimpan dana

    dan antara Bank dengan nasabah penerima pembiayaan Murabahah.

    Hasil usaha bank yang dibagikan kepada penyimpan dana adalah laba usaha

    Bank yang telah dihitung selama satu periode tertentu. Hasil usaha nasabah penerima

    pembiayaan Murabahah yang dibagi dengan Bank adalah laba usaha yang dihasilkan

    penerima pembiayaan Murabahah dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai

    dari pembiayaan Murabahah dari Bank, setelah melewati satu periode tertentu yang

    disepakati bersama.

    Dalam hal ini di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi juga

    penerapkan akad murabahah, sebagaimana hasil wawancara secara langsung penulis

    dengan Custamor Service Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi sebagai

    berikut:

  • 16

    Di Bank BRI Syariah dalam operasionalnya menggunakan prinsip bagi hasil.

    Di Bank BRI Syariah menggunakan akad murabahah, dalam akad murabahah

    ini antara Bank dan Nasabah harus melakukan kesepakatan di awal mengenai

    harga pembelian barang dan keuntungan yang diperoleh Bank nantinya, dan

    Bank memberi informasi secara jelas kepada Nasabah mengenai barang yang

    akan dibeli, tidak ada hal yang disembunyikan sampai terjadi transaksi.5

    Penulis juga mewawancarai salah satu nasabah yang melakukan pembelian

    barang melalui Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, dari hasil wawancara

    tersebut dapat diketahui sebagai berikut:

    Saya membeli rumah di Perumahan Rawasari melalui Bank BRI Syariah.

    Sewaktu akan melakukan transaksi, saya mengisi formulir yang diberikan oleh

    pegawai Bank terlebih dahulu dan melengkapi persyaratan yang telah

    ditentukan. Pegawai Bank menjelaskan mengenai akad yang akan dilakukan

    oleh saya dan Bank. Dalam pembelian rumah ini menggunakan akad

    murabahah, dari awal perjanjian pegawai Bank memberitahukan tentang

    harga barang, kondisi barang serta keuntungan untuk Bank.6

    Dari latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

    penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Aplikasi Akad Murabahah Pada

    Bank BRI Syariah Kota Jambi“

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diperoleh pokok masalah

    sebagai berikut:

    1. Bagaimana Teori akad Murabahah yang diterapkan pada Bank BRI Syariah?

    2. Bagaiman penerapan akad Murabahah kepada Nasabah?

    C. Batasan Masalah

    5 Informasi dari Custamor Service Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, pada

    tanggal 17 Juni 2019 6 Informasi dari Nasabah Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi

    pada tanggal 15 juni 2019

  • 17

    Batasan masalah dalam penelitian ini diperlukan agar pembahasan dan tujuan

    lebih terarah dan tidak meluas, maka dalam penlitian ini penulis hanya membahas

    tentang kesesuaian antara teori dan praktik Murabahah pada Pembelian Rumah dan

    Sepeda Motor pada Bank BRI Syariah Kantor Cabang Hayam Wuruk, Jelutung, Kota

    Jambi.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui teori akad murabahah yang diterapkan pada Bank BRI Syariah

    2. Untuk mengetahui kesesuaian antara teori dan praktek murabahah pada Bank BRI

    Syariah

    Sementara kegunaan peneitian ini adalah :

    1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1)

    2. Sebagai informasi kepada para Nasabah bank BRI Syariah tentang kesesuaian

    antara teori dan praktik murabahah yang diterapkan oleh bank

    3. Sebagai kontribusi atau sumbangan pemikiran terhadap nasabah bank BRI Syariah

    dan masyarakat umum

    E. Kerangka Teori

    1. Murabahah

    Kata murabahah secara bahasa diambil dari bahasa Arab, yaitu arribhu (ش ح )

    yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan). Jadi, murabahah diartikan

    dengan saling menambah (menguntungkan). Sedangkan dalam definisi para ulama

  • 18

    terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui.

    Hakikatnya adalah menjual barang dengan harga (modal) yang diketahui penjual dan

    pembeli dengan tambahan keuntungan yang jelas. Jadi, murabahah artinya saling

    mendapatkan keuntungan. Dalam ilmu fiqih, murabahah diartikan menjual dengan

    modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas.7 Dalam konteks mu‟amalah,

    kata murabahah biasanya diartikan sebagai jual beli yang dilakukan dengan

    menambah harga awal.

    Secara terminologi, yang dimaksud dengan murabahah adalah pembelian

    barang dengan pembayaran yang ditangguhkan (1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan

    seterusnya tergantung kesepakatan). Pembiayaan murabahah diberikan kepada

    nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).

    Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan

    keuntungan yang disepakati.8 Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberi

    tahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. Sebagai

    contoh harga pokok barang “Gunung Pelawan” Rp.100.000,-, keuntungan yang

    diharapkan Rp.5.000,-, sehingga harga jualnya Rp.105.000,-, kegiatan murabhah ini

    baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan

    pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan murabahah pada pembiayaan produk

    barang-barang investasi baik di dalam maupun luar negeri.

    7 Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, terj. Abu Umar

    Basyir (Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 199 8 Dr.Kasmir, Bank…, hlm.171

  • 19

    Murabahah menurut Ibnu Qudamah dalam bukunya Mughni adalah menjual

    dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati. Dalam

    istilah teknis perbankan syariah, murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian

    yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah , dimana bank menyediakan

    pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhka

    nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli

    bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.9

    Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga dan menentukan

    produk yang dibeli dan menentukan satu tingkat keuntungan sebagai tambahan.

    Murabahah dapat dilakukan dengan pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam Al-

    Umm Imam Syafi‟i menamai transaksi ini dengan istiah al-amir bi al-syira. Dalam

    hal ini calon pembeli atau pemesan dapat memesan kepada seseorang untuk

    membelikan suatu barang tertentu yang diinginkannya. Kedua belah pihak membuat

    kesepakatan mengenai barang tersebut serta kemungkinan harga asal pembelian yang

    masih sanggup ditanggung pemesan. Setelah itu, kedua belah pihak jugga harus

    menyepakati beberapa keuntungan atau tambahan yang harus dibayar pemesan. Jual

    beli kedua belah pihak dilakukan setelah barang tersebut di tangan pemesan.

    Pembiayaan murabahah sah dalam islam, seperti disebutkan dalam Al-Quran:

    Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Juga dalam hadits

    dari Shohib ra, bahwa Rahsulullah saw bersabda: Tiga hal yang dari dalamnya

    9 M.Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo

    Persada,2014), hlm.238

  • 20

    terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, mudharabah dan mencampur gandum

    dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.

    Jenis murabahah, Tipe murabahah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

    a. Murabahah berdasarkan pesanan

    Penjual melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari pembeli yang

    dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang

    dipesan. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang

    yang telah dipesan dan tidak dapat dibatalkan pesanannya. Sedangkan murabahah

    yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi

    pembeli tidak terikat dan pembeli dapat menerima atau membatalkan barang

    tersebut.

    b. Murabahah tanpa pesanan

    Murabahah yang tidak mengikat karena dilakukan tidak melihat ada yang

    pesan atau tidak sehingga penyedia barang dilakukan sendiri oleh penjual.10

    Pembiayaan murabahah dapat diterangkan sebagai berikut: (i) Nasabah

    memesan barang kepada bank, (ii) bank membeli dan membayar barang kepada

    supplier, (iii) upplier mengirim barang kepada nasabah, (iv) nasabah membayar

    kepada bank (tunai maupun cicilan).

    10

    Kausar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syari‟ah Berbasis PSAK Syari‟ah, (Jakarta:

    Akademia Permata,2014), hlm.145

  • 21

    2. Landasan Hukum Murabahah

    a. Al-Qur’an

    Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli, dan

    murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

    Dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275 disebutkan:11

    َّز أ شِّ ال ق إ الَّ ق م َّز ي خ بَّط شَّ ط سِّ

    ر أ نَّه ق إ نَّ ب ع ث ل شِّ ح لَّ ب ع ح شَّم شِّ ءه

    ظ ٌة ِّ سَّ ِّ ن ه س ف ش ه إ د أ ـ ح ب

    َّ س ه خ ذ

    Artinya:”Orang orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

    berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.

    Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

    (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah

    telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa

    mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang

    telah diperolehnya dahulu menjadi miliknaya, dan urusannya (terserah )

    kepada Allah.barang siapa mengulangi lagi, maka mereka itu penghuni

    neraka, mereka kekal didalamnya”.

    Dalam Al-Qur‟ an surat al-Nisaa: ayat 29:12

    آ ُّه َّز ال أ ك ك ب ط ل آ ك ج س ش ض

    ِّ ك ق

    ال ق ن س ك ق َّ ك س ح

    Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

    sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

    11

    Q.S. Al-Baqarah (2): 275. 12

    Q.S. An-Nisa(4): 29.

  • 22

    Berlaku dengan suka sama - suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

    membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu”.

    b. Hadits

    Praktik murabahah selaras dengan As-Sunnah yang dinyatakan akan

    memperoleh keberkahan karena telah dijalankan sesuai dengan prinsip - prinsip jual

    beli atas dasar kerelaan, yaitu melalui hadist:

    Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:

    َّ َّب َّ َّ س َّ ق : ث ٌث ه َّ ب ش : ب ع إ ل , ق س ض

    خ ط ب ش شَّ ش ب ت ال ب ع )س ه ه ب(

    Artinya: Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak

    secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan

    tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu

    Majah dari Shuhaib).

    Sedangkan hadist yang lainnya yaitu:

    س ذ خذسي سض هلل سس هلل هلل س ق : إ نَّ

    ب ع ش ض )س ه ب هق حح حب (

    Artinya: Abu Sa‟ id Al-Khudry bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR.Al-Baihaqi dan Ibnu

    Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

    c. Ijma’

    Para ulama generasi awal, seperti Malik dan Syafi‟i yang secara khusus

    mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah halal, tidak memperkuat pendapat

    mereka dengan satu hadis pun. Malik membenarkan keabsahan murabahah dengan

    merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada kesepakatan pendapat disini

  • 23

    (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian di kota, dan

    kemudian dia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi dengan suatu

    keuntungan yang disepakati.

    Sedangkan Syafi‟i, tanpa menyandarkan pendapatnya pada suatu teks syariah,

    berkata: Jika seseorang menunjukkan suatu barang kepada seseorang dan berkata,

    “belikan barang (seperti) ini untukku dan aku akan memberimu untung sekian,” lalu

    orang itu pun membelinya, maka jual beli ini adalah sah.

    Sedangkan menurut Faqih Madzhab Hanafi, membenarkan keabsahan

    murabahah berdasarkan bahwa “syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual

    beli ada dalam murabahah, dan juga karena orang memerlukannya.” Faqih dari

    Madzhab Syafi‟i, cukup menyatakan: “Murabahah adalah boleh tanpa ada penolakan

    sedikit pun.”13

    3. Fatwa Dewan Syar’ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan tentang Murabahah

    a. Ketentuan Umum Murabahah

    1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

    2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat islam.

    3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah

    disepakati kualifikasinya.

    13

    Abdulllah Saeed, Menyoal Bank Syariah Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-

    Revivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), hlm.119

  • 24

    4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan

    pembelian ini harus sah dan bebas riba.

    5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya

    jika pembelian dilakukan secara utang.

    6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai

    harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara

    jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

    7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu

    tertentu yang telah disepakati.

    8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak

    bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

    9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

    ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,

    menjadi milik bank.

    b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah

    1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset

    kepada bank.

    2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset

    yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

    3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus

    meneriama (membeli)-nya sesuai dengan perjjanjian yang telah disepakatinya,

  • 25

    karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak

    harus membuat kontrak jual beli.

    4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang

    muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

    5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus

    dibayar dari uang muka tersebut.

    6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank

    dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

    7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:

    Jika nasabah emutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa

    harga. Jika nasabah batal membeli, uag muka menjadi milik bank maksimal

    sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika

    uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib menlunasi kekurangannya.

    8) Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar serius dalam pemesanannya. Di

    sini bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat

    dipegang.

    9) Utang dalam murabahah secara prinsip penyelesaiannya tidak ada kaitannya

    dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang

    tersebut. jika nasabah menjual kembali barang dengan keuntungan atau kerugian,

    ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. Jika nasabah

    menjual barang tersebut sebelu masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera

    melunasi seluruh angsurannya. Kemudia jika penjualan barang tersebut

  • 26

    menyebabkan kerugian, nadabah harus tetap menyelesaikan utangnya sesuai

    kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau

    meminta kerugian itu diperhitungkan.

    10) Penundaan Pembayaran Dalam Murabahah Bahwa nasabah yang memiliki

    kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. Jika nasabah

    menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak

    menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan

    Arbitrase Syariah setelah tidak mencapai kesepakatan melalui musyawarah.

    11) Bangkrut dalam murabahah, jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal

    dalam menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia

    menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan

    4. Undang-undang

    Pembiayaan Murabahah mendapatkan pengaturan dalam Pasal 12 dan Pasal 1

    angka 13 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-

    undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Selain itu, ada Undang-undang No. 21

    Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pengaturan secara khusus terdapat dalam

    Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yakni Pasal 19 ayat

    (1) yang intinya menyatakan bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:

    menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad

    istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.14

    14

    Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press, 2009), hlm.108

  • 27

    5. Rukun dan syarat murabahah

    a. Rukun

    1) Pelaku, harus cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan).

    2) Obyek jualbeli, barang yang diperjualbelikan harus halal, bisa diambil manfaatnya,

    barang tersebut jelas kuantitas, kualitas, harga, dan harus dimiliki oleh penjual.

    3) Ijab qabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak - pihak pelaku

    akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau

    menggunakan cara-cara komunikasi modern

    b. Syarat

    1). Penjual memberi tahu biaya modal kepada anggota.

    2). Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang disepakati.

    3). Kontrak harus bebas dari riba.

    4).Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat atas barang

    sesudah pembelian.

    5).Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,

    misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

    Secara prinsip, jika dalam syarat 1), 4), atau 5) tidak dipenuhi, pembeli

    memiliki pilihan yaitu : Melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada

    penjual dan menyatakan ketidaksetujuannya atas barang yang dijual dan

    membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah di atas hanya untuk barang atau

  • 28

    produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan

    berkontrak.15

    6. Manfaat dan Tujuan Murabahah

    a. Manfaat

    Murabahah mempunyai sifat bisnis tijarah atau untuk mencari keuntungan.

    Salah satu manfaat murabahah adalah adanya keuntungan dari selisih harga beli dari

    penjual dengan harga jual kepada pembeli (nasabah). Selain itu sistem murabahah

    sangat sederhana dan mudah diterapkan di Bank Syariah.16

    Sesuai dengan sifat bisnis,

    transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat kepada bank syariah, diantaranya

    adalah:

    1) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga yang dibeli dari penjual

    dengan harga jual nasabah.

    2) Sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan penanganan

    administrasinya di bank syariah.

    3) Manfaat bagi bank adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana untuk

    memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.

    4) Manfaat bagi nasabah adalah penerima fasilitas adalah merupakan salah satu cara

    untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari nasabah. Nasabah

    15

    Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani

    Press,2001), hlm. 102 16

    Muhammad Syafi‟i Antunio, Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktek, (Depok: Gema Insani,

    2001), hlm.107

  • 29

    dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah

    selama perjanjian.17

    b. Tujuan Murabahah

    Berikut ini adalah tujuan murabahah kepada pemesanan pembelian:

    1) Mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta

    pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah asset. Pemesanan berjanji untuk ganti

    membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem beli

    ini, yang biasanya di lakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi

    di banding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap asset tersebut.

    2) Mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan

    pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong

    datang ke bank. Pada gilirannya pembiayaan yang di berikan akan membantu

    memperlancar arus kas yang bersangkutan.

    7. Risiko murabahah

    a. Default atau kelalaian; anggota sengaja tidak membayar angsuran.

    b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah

    bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual

    tersebut.

    c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena

    berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah/anggota

    17

    Wansawijaya, Pembiayaan Bank Syariah,( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 205

  • 30

    tidak mau menerimanya. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi

    barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani

    kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank.

    Dengan demikian, bank memiliki risiko menjualnya kepada pihak lain.

    d. Dijual; karena bai‟ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika

    kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah berhak

    melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.

    Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.

    8. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam akad murabahah

    a. Penjual harus memberitahukan biaya perolehan kepada pembeli

    b. Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan

    c. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika barang yang diperjual belikan

    terjadi cacat barang

    d. Penjual harus menyampaikan semua tentang barang yang diperjual belikan.

    Misalkan barang tersebut dulu dibelinya dengan cara hutang.18

    9. Penerapan dan skema pembiayaan murabahah di perbankan

    Murabahah di perbankan syariah umunya digunakan dalam pembiayaan

    jangka pendek. Prinsip murabahah yang digunakan dalam perbankan syariah

    didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli serta biaya yang terkait, dan

    keuntungan atau mark-up. Ciri dasar akad murabahah dalam jual beli yang

    pembayaranya ditunda adalah sebagai berikut:

    18

    Yenti Afrida, Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syari‟ah, hlm.8

  • 31

    a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga

    asli barang, dan batas laba harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total

    harga ditambah biaya-biaya yang berkaitan.

    b. Barang yang dijual adalah barang komoditas atau barang dagangan yang bisa

    dimanfaatkan dan dibayar dengan uang.

    c. Barang yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual, dan si

    penjual harus mampu menyerahkan barang tersebut kepada pembeli.

    d. Pembayarannya ditangguhkan artinya pembayaran dilakukan sesuai jangka waktu

    yang disepakati.19

    Murabahah merupakan skim fiqh yang paling popular diterapkan dalam

    perbankan syariah. Murabahah dalam perbankan syariah didefinisikan sebagai jasa

    pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli barang antara bank dengan

    nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian murabahah, bank

    membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan

    membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah

    tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.20

    Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah, pada

    prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang

    19

    Saeed Abdullah, (Menyoal Bank Syariah Kritik Atas Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis),

    (Jakarta:Paramadina,2004), hlm.120 20

    Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999), hlm. 64

  • 32

    terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan murabahah

    adalah sebagai berikut:

    1) Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok

    barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total

    harga plus biaya-biayanya.

    2) Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.

    3) Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau wakilnya dan

    harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.

    4) Pembayarannya ditangguhkan.

    Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan

    pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun

    mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Kemudian Dalam

    prakteknya di perbankan Islam, sebagian besar kontrak murabahah yang dilakukan

    adalah dengan menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).

    Hal ini dinamakan demikian karena pihak bank syariah semata-mata mengadakan

    barang atau asset untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya. Jadi secara

    umum, skema dari aplikasi murabahah ini sama dengan murabahah berdasarkan

    pesanan.

    Bank atau Lembaga Keuangan Syariah (BMT) bertindak sebagai penjual

    sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen

    (supplier) ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual

    tersebut dan jangka waktu pembayaran. Harga jual ini dicantumkan dalam akad jual

  • 33

    beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlaku akad. Barang atau

    objek harus diserahkan segera kepada nasabah, dan pembayarannya dilakukan secara

    tangguh.21

    Secara umum, sekema pembiayaan murabahah dapat digambarkan sebagai

    berikut:

    Gambar 1

    2 a. BARANG (SUPPLIER)

    1 AKAD

    BMT ANGGOTA

    2 b. Pokok pembiayan + margin

    Keterangan :

    a) Anggota daatang ke BMT untuk mengajukan pembiayaan murabahah dengan

    membawa persyaratan yang diperlukan

    b) Setelah itu melakukan pengakadan

    c) BMT sebagai penjual memberikan barang yang dibutuhkan anggota

    d) Anggota mengangsur pokok + marginnya sampai lunas

    Terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan murabahah dalam

    bank syariah atau BMT, yaitu dalam hal pengadaan barang. Dalam hal ini bank atau

    BMT menggunakan media akad wakalah untuk memberikan kuasa kepada nasabah

    21

    Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Jakarta:

    Ekonisia, 2004), hlm. 63

  • 34

    untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier atau pabrik. Skema

    pengembangan dengan akad wakalah dari pembiayaan murabahah adalah sebagai

    berikut :

    Gambar 2

    Skema pengembangan murabahah

    1.AKAD JUALBELI

    2.Wakalah

    BANK NASABAH

    Dalam hal ini, apabila pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

    barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani

    kesepakatan agency (agency contract), dimana pihak bank memberi otoritas kepada

    nasabah untuk menjadi agennya untuk membeli komoditas dari pihak ketiga atas

    nama bank, dengan kata lain nasabah menjadi wakil bank untuk membeli barang.

    Kepemilikan barang hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya nasabah

    memberikan informasi kepada pihak bank bahwa Ia telah membeli barang, kemudian

    pihak bank menawarkan barang tersebut kepada nasabah dan terbentuklah kontrak

    DEALER

    3. Beli Barang

    4. Barang

    Diterima

    5. Terima Dokumen

  • 35

    jual beli. Sehingga barang pun beralih kepemilikan menjadi milik nasabah dengan

    segala resikonya.22

    F. Tinjauan Pustaka

    Setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti menemukan

    beberapa karya tulis hasil penelitian yang memeliki bahasan yang hampir sama

    dengan yang akan ditetliti oleh peneliti, penelitian tersebut diantaranya:

    Skripsi yang disusun oleh Fitnovur Sabklisa Mahasiswa Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan

    2016 dengan Judul “ Analisis Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Dengan Akad

    Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi”. Fitnovur Sablika

    menyimpulkan bahwa sebagai salah satu bentuk jual beli, maka landasan yang

    menjadi dasar murabahah sama dengan landasan jual beli pada umumnya, baik

    berupa ayat, hadits, maupun ijma‟, secara literature dapat diketahui bahwa murabahah

    diperbolehkn dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, baik menurut jumhur

    ulama‟ dari para sahabat, tabi‟in, maupun para imam mazhab.

    Dari skripsi Saudara Fitnovur terdapat persamaan dan perbedaan dengan

    Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad Murabahah.

    Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Fitnovur meneliti di Bank Syariah Mandiri,

    sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang Jambi.

    22

    Penjelasan Fatwa DSN MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang

    Murabahah

  • 36

    Skripsi Hadi Ponco Susilo Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan 2015 dengan

    Judul: “Pelaksanaan Monitoring Pembiayaan Bermasalah Murabahah Pada Bank

    BNI Syariah Cabang Jambi”. Hasil penelitian Hadi Ponco Susilo adalah pengawasan

    pembiayaan secara preventif dan represif pada Bank BNI Syariah Cabang Jambi

    sudah baik, namun terdapat kekurangan jumlah tenaga Account Officcer dan

    Supervisor. Selain itu, pada pelaksanaan inspeksi on the spot terlalu sering sehingga

    dikhawatirkan terjadi kejenuhan dari dibetur.

    Dari skripsi Saudara Hadi Ponco Susilo terdapat persamaan dan perbedaan

    dengan Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad

    Murabahah. Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Hadi Ponco Susilo meneliti di

    Bank BNI Syariah Cabang Jambi, sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang

    Jambi.

    Skripsi Ilham Kurnia Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

    Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan 2017 dengan

    Judul: “Pelaksanaan Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (DPR)

    Di Bank Muamalat Cabang Jambi”. Ilham Kurnia menyimpulkan bahwa pembiayaan

    di Bank Muamalat Cabang Jambi secara umum mengguanakan akad murabahah dan

    akad musyarakah mutanaqisah. Prosedur pelaksanaan pembiayaan dengan cara:

    permohonan pembiayaan dan wawancara , pengisian formulir pembiayaan, proses

    verifikasi, pembuatan proposal usulan pembiayaan, proses akad pembiayaan,

    pencairan dana dan pembayaran angsuran dan pelunasan. Pada dasarnya bank

  • 37

    membeli barang ke pada pihak pemilik rumah terlebih dahulu setelah itu menjual ke

    nasabah secara tangguhan.

    Dari skripsi Saudara Ilham Kurnia terdapat persamaan dan perbedaan dengan

    Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad Murabahah.

    Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Ilham Kurnia meneliti di Bank Muamalat

    Cabang Jambi, sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang Jambi.

    Sementara itu penulis menyusun skripsi dengan judul Pelaksanaan Antara

    Teori dan Praktek Murabahah Pada Bank BRI Syariah Jambi. Dalam skripsi ini

    membahas bagaimana Teori akad murabahah di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung

    Kota Jambi Serta Penerapannya kepada Nasabah.

  • 38

    BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Bank BRI Syariah cabang Jelutung Kota Jambi,

    penelitian ini di mualai tanggal 03 Mei 2018 – 03 Apgustus 2019.

    B. Pendekatan Penelitian

    Berdasarkan judul yang ingin diteliti maka pendekatan penelitian ini

    menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Penelitian

    deskriptif merupakan metodologi penelitian yang berusaha menggambarkan atau

    melukiskan objek dan subjek sesuai dengan keadaan dan senantiasa berpedoman pada

    al-Qur‟an, hadits serta pendapat ulama.23

    C. Jenis dan Sumber Data

    Jenis penelitian ini dilakukan dengan (filed reaseach), yaitu mencari data

    dengan melakukan penelitian langsung dilapangan untuk mendapatkan data hasil

    pengamatan atau informasi dari responden. Adapaun lokasi penelitian yang akan

    penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi adalah di Bank BRI Syari‟ah

    Kantor Cabang Hayam Wuruk, Jelutung, Kota Jambi.

    Secara umum jenis data dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu data

    primer dan data sekunder.

    23

    Husaini Usaman, metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), hlm.129

  • 39

    1. Data Primer

    Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang

    diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian atau

    keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dilapangan.

    Dalam penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung mmelalui

    wawancara. Data primer yang termasuk dalam penelitian ini adalah penerapan akad

    di Bank BRI Syariah yang berkenaan dengan akad murabahah.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara

    tidak langsung atau melalui sumber peantara. Data diperoleh dengan cara mengintip

    dari sumberlain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah diperolah dari tangan

    kedua, ketiga dan seterusnya.24

    Data sekunder ini diperoleh melalui sejumlah buku, jurnal, dan bacaan lainnya

    yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini, yang dapat memberikan informasi

    atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.

    3. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data data

    dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini di sesuaikan dengan focus dan

    24

    Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revial, (Jambi: Syariah Perss IAIN

    STS,2014), hlm.34

  • 40

    tujuan nasabah.25

    Sesuai dengan focus penelitian, maka yang menjadi sumber data

    dalam penelitian ini adalah Pegawai Bank dan Nasabah

    D. Instrumen Pengumpulan Data

    1. Observasi

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data ciri yang spesifik bila

    dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Teknik

    observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,

    gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

    Dalam hal ini penulis mengobservasi penerapan akad murabahah di Bank

    BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan

    dengan akad murabahah kepada Custamor Service, Teller, Security dan nasabah.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukaran informasi dan ide

    melaui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topic tertentu.

    Melalui suatu percakapan sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh peneliti

    sebagai pewawancara dengan sejumlah orang yang disebut sebagai responden atau

    yang diwawancarai untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan

    dengan masalah yang akan diteliti.26

    Penulis melakukan pertemuan dengan pegawai Bank yaitu Pimpinan Cabang,

    Custamor Service, Unit Head, Account Officer dan Nasabah untuk bertukar informasi

    25

    Husein Umar, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali

    Perss,2009), hlm.42 26

    Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm.312

  • 41

    dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat mengetahui secara langsung bagaimana

    penerapan Akad murabahah di Bank BRI Syariah cabang Jelutung Kota Jambi.

    3. Dokumentasi

    Teknik dokumentasi adalah cara untuk menggali data yang bersumber dari

    dokumen-dokumen, catatan-catatan, foto-foto serta laporan-laporan lain yang

    mengandung petunjuk-petunjuk tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian

    ini. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari

    arsip dan dokumen di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi. Dalam

    melakukan tehnik dokumentasi, penulis menelaah secara tekun dan mencatat data

    yang ada kaitannya dengan mmasalah yang diteliyi seperti buku-buku, makalah,

    dokumen dan lain-lain.

    Guba dan Lincon mendefinisikan dokumen dan record adalah sebagai berikut:

    record adalah setiap pernyataaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga

    untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen

    adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari ricord yang tidak dipersiapkan

    karena adanya permintaan seorang penyidik.27

    E. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, dengan metode ini

    berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dari hasil observasi, wawancara, dan

    dokumentasi maka penulis mengangkat fakta-fakta yang umum, peristiwa konkrit,

    27

    Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008),

    hlm.159

  • 42

    kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.28

    Dalam hal ini peneliti

    melakukan observasi ke Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, kemudian

    melakukan wawancara kepada pegawai Bank dan Nasabah untuk mengetahui hal-hal

    yang berkaitan dengan akad murabahah sehingga penulis dapat menyelesaikan

    masalah yang ada mengenai penerapan akad murabahah di Bank BRI Syariah

    Cabang Jelutung Kota Jambi dan kemudian mendapatkan kesimpulan dari hasil

    Observasi dan wawancara tersebut.

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan skripsi ini, maka

    perlu kiranya disusun sistematis.adapun sistematika yang digunakan dalam skripsi ini

    adalah terdiri dari lima bab, dari setiap bab tersebut diuraikan kembali dalam sub-sub

    yaitu bagian uraian lebih kecil dari skripsi ini. Semua bagian dari skripsi ini

    merupakan satu kesatuan antara yang satu dengan yang lainnya. Sistematika

    penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

    Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan,

    perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,

    tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

    Bab kedua yaitu mengenai metodologi penelittian, yang di dalamnya

    membahas tentang pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrument

    pengumpulan data, teknis analisis data dan sistematika penulisan.

    28

    Sugiono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif , (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.341

  • 43

    Bab ketiga yaitu berisikan gambaran umum tentang kondisi dan keadaan

    lokasi penelitian.

    Bab keempat yaitu membahas hasil penelitian yang berisikan tentang teori dan

    praktek akad murabahah yang dilakukan di bank BRI Syariah cabang sipin jambi

    Bab kelima yaitu membahas kesimpulan dan saran-saran

    G. Jadwal Penelitian

    Tabel 1

    No Kegiatan

    Waktu Penelitian

    Oktober

    2019

    Novemb

    er

    2019

    Desembe

    r

    2019

    Januari

    2019

    Februari

    2019

    Juli

    2019

    Agustus

    2019

    September

    2019

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Pengajuan Judul x

    2 Pembuatan

    Proposal

    x X x

    3

    Seminar dan

    Perbaikan

    Proposal

    x x x x x

    4 Pengesahan

    Judul

    x

    5 Surat Izin Riset x

    6 Pengumpulan

    Data

    x x x x

    7 Analisis Data x x x

    8 Konsultasi

    Pembimbing

    x

    9 Bimbingan x x x

    10 Agenda dan

    Ujian Skripsi

    x

  • 44

    BAB III

    GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

    A. Sejarah Bank BRI Syari’ah

    Berawal dari akuisisi Bank BRI terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember

    2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008

    melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT

    Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah

    merubah kegiatan usahayang semula beroperasional secara konvensional, kemudian

    diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

    Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank

    ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai dengan kebutuhan nasabah

    dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah

    dengan pelayanan prima (service excellence) danmenawarkan beragam produk yang

    sesuai harapan nasabah dengan syariah.

    Kehadiran PT. Bank BRI Syariah ditengah-tengah industri perbankan nasional

    dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini

    menggambarkan keinginan dan tuntunan masyarakat terhadap sebuah bank modern

    sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan

    modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan

    warna putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia.

    Aktivitas PT Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember

    2008 ditandatangani akta pemisahan Unit UsahaSyariah PT. Bank Rakyat Indonesia,

  • 45

    untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif

    pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir

    selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia, Bapak Ventje Raharjo selaku

    Direktur Utama PT. bank BRI Syariah.

    Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

    berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,

    jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen

    menengah bawah, PT, Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern

    terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.

    Sesuai dengan visinya, saat ini PT. bank BRI Syariah merintis sinergi dengan

    PT. Bank Rakyat Indonesia, dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank rakyat

    Indonesia, sebagai kantor layanan syariah dalam mengembangkan bisnis yang

    berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer

    berdasarkan prinsip syariah. Dalam mengembangkan bisnis, PT. Bank BRI Syariah

    membuka kantor cabang di Hayam Wuruk, Jelutung, Kota Jambi.

    B. Visi dan Misi

    1. Visi Bank BRI Syari`ah

    Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai

    dengan kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

    bermakna.

  • 46

    2. Misi Bank BRI Syari‟ah

    a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial

    nasabah.

    b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan

    prinsip-prinsip syari`ah.

    c. Menyediakan akases ternyaman melalui berbagai saranan kapanpun dan

    dimanapun.

    d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan

    menghadirkan ketentraman pikiran.29

    C. Moto Bank BRI Syariah

    BRI Syariah mempunyai moto yang berbunyi “Bersama wujudkan harapan

    bersama” sebagai perwujudan dari visi dan misi BRI Syariah sendiri yang

    mempunyai arti BRI Syariah ingin menjelaskan bahwa seluruh stake holder BRI

    Syariah baik internal maupun eksternal merupakan instrumen yang penting dalam

    rangka mewujudkan seluruh harapan stake holder.

    D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas

    a. Struktur Organisasi

    Setiap organisasi mempunyai tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan.

    Langkah pertama dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan merencanakan dan

    merumusukan struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

    organisasi. Agar tujuan tersebuat dapat tercapai, maka orang yang bekerja dalam

    29

    www.brisyariah.co.id, diakses pada tanggal 02 Agustus 2019

    http://www.brisyariah.co.id/

  • 47

    dalam suatu organisasi harus mengetahui dan mengerti akan tugas, tanggungjawab

    dan wewenangnya. untuk menggambarkan secara sistematis hubungan kerja antar

    unsur-unsur organisasi maka harus ada struktur organisasi yang jelas. Adapun

    struktur organisasi pada Bank BRI Syariah Cabang Jambi sebagai berikut:

    STRUKTUR ORGANISASI BANK BRISYARIAH KANTOR CABANG

    JELUTUNG JAMBI

    PIMPINAN CABANG

    Amir Mahmud

    Unit Head

    1. Andre

    Account Officer

    1. Riki

    AO Mikro

    1. Diana

    Branch Operation

    Supervisor

    1. Lukman

    1. Putri Devia (CS)

    2. Andre (CS)

    3. Cici (Teller)

    4. Nadia (Teller)

    Penaksiran Madya

    Vacant

    Penaksiran Muda

    Vacant

  • 48

    b. Deskripsi Tugas

    1. Pimpinan Cabang

    Tugas dan wewenang pimpinan cabang adalah :

    a). Melakukan pertanggung jawaban operasional dan finasial kantor cabang

    b). Melaksanakan misi kantor cabang secara keseluruhan

    c). Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur

    d). Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, serta mengelola layanan unggul

    kepada nasabah

    e). Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi serta kegiatannya

    2. Unit Head

    Bertanggung jawab atas tugas-tugas marketing untuk segmen bisnis mikro dan

    sekaligus bertanggung jawab terhadap SDM yang menjadi sub ordinatnya baik

    dari segi bisnis maupun administrasi.

    3. Account Officer

    Bertanggung jawab atas program-program marketing sekaligus memasarkan

    produk-produk consumer.

    4. Branch Operation Supervisor

    a. Mengkoordinator kegiatan pelayanan dan transaksi operasional teller dan

    contumer service sehingga kebutuhan nasabah dapat terpenuhi dan tidak ada

    transaksi yang tertunda penyelesaiannya untuk mencapai service excellent.

    b. Membina dan melatih teller dan costumer service agar dapat melaksanakan

    tugasnya dengan baik dan benar.

  • 49

    c. Bertanggung jawab atas lingkungan kerja terutama halaman, banking hall, dan are

    kerja teller, costumer service, dan area front office lainnya, seperti tempat duduk

    nasabah, tempat aplikasi dan brosur.

    d. Mengelola operasional teller dan costumer service kantor cabang.

    e. Melakukan koordinator internal dan eksternal perusahaan khususnya yang terkait

    dengan operasional front office kantor cabang.

    f. Melakukan sosialisasi kepada teller dan costumer service serta pihak terkait

    lainnya daalam rangka implementasi kebijakan dan aturan yang berlaku untuk

    setiap layanan operasi front office di Kantor Cabang

    5. Teller

    a. Melayani nasabah untuk transaksi sektor dan penarikan tunai dan non tunai serta

    transaksi lainnya sesuai aturan yang ditetapkan untuk mencapai service excellent-

    implementasi fungsi servis profider.

    b. Melaksanakandan bertanggung jawab atas transaksi operasional tunai dan non

    tunai yang diprosesnya berdasarkan intruksi nasabah dan kebijakan serta aturan

    yang telah ditetapkan.

    c. Memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan kerja terutama counter teller

    dan kondisi khasanah.

    d. Memahami produk dan layanan yang diberikan terkait dengan operasi teller.

    e. Melaksanakan dan bertanggung jawab kepada supervisor dalam rangka

    implementasi kebijakan dan aturan yang berlaku untuk setiap layanan operasi front

    office di Kantor Pusat.

  • 50

    f. Sebagai bagian dari tim operasonal yang harus dapat bekerja sama dan mengikuti

    pelatihan dalam mewujudkan team work yang solid dan komunikasi yang efektif

    di operasional Kantor Pusat.

    6. Costumer Service

    a. Melayani nasabah dengan cara memberikan informasi produk dan layanan serta

    melaksanakan transaksi operasional sesuai dengan kewenangannya, berdasarkan

    instruksi nasabah dan kebijakan serta aturan yang telah ditetapkan, menangani

    keluhan nasabah serta memahami produk layanan yang diberikan terkait dengan

    opersi layanan costumer service.

    b. Melaksanakn dan bertanggung jawab kepada supervisor dan berkoordiasi secara

    proaktif dengan karyawan lainnya dalam rangka implementasi kebijakan dan

    aturan yang berlaku untuk setiap layanan operasi front office di Kantor Cabang.

    c. Melayani nasabah dalam pembukaan dan penutupan rekening serta transaksi

    lainnya sesuai aturan yang di tetapkan untuk mencapai service excellent.

    E. Produk Bank BRI Syari’ah

    1. Tabungan Faedah BRISyariah Ib

    Produk simpanan dari BRISyariah untuk nasabah perorangan yang

    menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari-hari. Produk ini menggunakan

    akad Wadi‟ah yad dhamamah.

    Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:

    a. Ringan setoran awal Rp.100.000

    b. Gratis biaya administrasi bulanan

  • 51

    c. Gratis biaya ATM bulanan

    d. Ringan biaya tarik tunai di seluruh jaringan ATM BRI, Bersama & Prima

    e. Ringan biaya transfer melalui jaringan ATM, Bersama & Prima

    f. Ringan biaya cek saldo di jaringan ATM BRI, Bersama & Prima

    g. Ringan biaya denit di jaringan EDC BRI & Prima

    2. Tabungan Haji BRISyariah Ib

    Merupakan produk simpanan yang menggunakan akad bagi hasil sesuai

    prinsip syariah khusus bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

    biaya perjalanan ibadah haji (BPIH). Produk ini menggunakan akad Mudharabah

    Muthiaqah.

    Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:

    a. Setoran awal yang ringan

    b. Gratis biaya administrasi bulanan

    c. Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan

    d. Online dengan SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) untuk kepastian

    porsi keberangkatan haji

    e. Bebas setiap saat menambahkan saldo

    f. Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRISyariah secara online

    g. Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda dapatkan

    h. Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji anda

    i. Dapat dibukakan untuk anak-anak

    j. Tersedia pilihan haji reguler dan haji khusus

  • 52

    3. Tabungan Impian BRISyariah iB

    Produk simpanan berjangka dari BRISyariah untuk nasabah perorangan yang

    dirancang untuk mewujudkan impian nasabahnya ( kurban, pendidikan, liburan,

    belanja) dengan terencana memakai mekanisme autodebet setoran rutin bulanan.

    Produk ini menggunakan akad Mudharabah Muthiaqah.

    Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:

    a. Mendapatkan buku tabungan dan sertifikat asuransi

    b. Gratis asuransi hingga RP. 750 juta

    4. Simpanan Pelajar (SimPel) BRISyariah iB

    SimPel iB kependekan dari Simpanan Pelajar iB adalah tabungan untuk siswa

    yang diterbitkan secara nasional oleh bank-bank di Indonesia denfan persyaratan

    mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi

    keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.

    Adapun keunggulan produk ini adalah:

    a. Setoran awal ringan

    b. Biaya murah

    c. Bebas biaya administrasi

    d. Memperoleh kartu ATM (optional)

    e. Gratis fitur faedah (transaksi melalui ATM melalui jaringan BRI, PRIMA dan

    Bersama

    f. Memperoleh buku tabungan

    g. Dapat diberikan bonus sesuai kebijakan bank

  • 53

    h. Rekening dapat diberikan fasilitas layanan autodebet berdasarkan standing

    intruction, pembiayaran tagihan rutin, zakat/infaq/sedekah, autosweep, dan

    sebagainya

    5. Giro Faedah Mudharabah BRISyariah iB

    Merupakan investasi dana nasabah pada BRISyariah dengan menggunakan

    akad Mudharabah Mutlaqah yang penarikammya dapat dilakukan sesuai kesepakatan

    dengan menggunakan cek, bilyet giro, saranan perintah pembayaran lainnya, atau

    dengan pemindahan bukuan.

    Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:

    a. Dapat bertransakssi diseluruh jaringan kantor cabang BRISyariah secara online

    b. Buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan, pemotongan zakat secara

    otomatis dari bagi hasil yang diterima

    c. Dapat diberikan layanan e-channel berupa Cash Management System (CMS)

    6. Deposito BRISyariah iB

    Merupakan produk simpanan berjangka menggunakan akad bagihasil sesuai

    prinsip syariah bagi nasabah perorangan maupun perusahaan yang memberikan

    keuntungan optimal. Produk ini menggunakan akad Mudharabah Muthlaqah.

    Adapun fasulitas/keunggulan produk ini adalah:

    a. Bagi hasil yang kompetitif

    b. Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda

    dapatkan

  • 54

    c. Pemindahan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke rekening

    tabungan atau Giro di BRISyariah

    d. Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai yang berlaku

    pada saat diperpanjang

    e. Dapat dijadikan sebagai jaminan pembayaan

    7. KPR Sejahtera BRISyariah iB

    KPR Sejahtera adalah produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah yang

    diterbitkan Bank BRISyariah untuk pembiayaan rumah dengan dukungan bantuan

    dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kepada masyarakat

    berpenghasilan rendah (MBR) dalam rangka pemilikn rumah sejahtera yang dibeli

    dari pengembang (develover).

    KPR Sejahtera terdiri dari: KPR Sejahtera Syariah Tapak untuk pembiayaan

    rumahnsejahtera tapak (landed house), KPR Sejahtera Syariah Susun untuk

    pembiayaan rumah sejahtera susun (nonlanded house).

    Fasilitas Likuiditas Pembiayaan (FLPP) adalah dukungan fasilitas likuiditas

    pembiayaan perumahan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang

    pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana

    Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat melalui Lembaga

    Perbankan yang sasarannya untuk menurunkan tingkat margin Pembiayaan KPR bagi

    MBR.

    Kelompok sasaran atau target nasabah KPR Sejahtera adalah:

  • 55

    a. Kelompok sasaraan untuk KPR Sejahtera Ta[ak adalah masyaratka Berpenghasilan

    rendah (MBR) dengan penghasilan tetap (fixed income earner) paling banyak Rp.

    4.000.000 perbulan

    b. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka (1) adalah gaji/upah pokok

    pemohon perbulan

    c. Penghasilan tetap yaitu pegawai/karyawan pada saat pengajuan dengan status

    tetap (dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi atau perusahaan atau

    berdasarkan SK pengangkatan.perubahan) dari perusahaan/instansi yang memiliki

    reputasi yang baik dengan total mmassa kerja minimal 2 (dua) tahun

    d. Untuk calaon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat dibiayai dengan masa kerja

    minimal 1 (satu) tahun dan sudah menjalani Latihan Pra Jabatan

    e. Kelompok sasaran untuk KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam angka (1)

    harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Pemohon dan pasangan belum pernah memiliki rumah/hunian baik yang

    perolehannya melalui pemiayaan prumahan bersubsidi maupun tidak bersubsidi

    yang dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani RW/RT

    setempat/instansi tempat kerja (lampiran 5)

    2) Pemohon dan pasangan belum pernah menerima subsidi perumahan

    3) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi

    4) Menyerahkan fotocopy (SPT) Tahunan Pph Orang Pribadi

    Adapun Fitur KPR Sejahtera BRISyarih iB sebagai berikut:

    a. Menggunakan prinsip jualbeli (Murabahah) dengan akad Murabahah bil Wakalah

  • 56

    b. Jangka waktu minimal 15 tahun

    c. Cicilan tetap dan ringan selama jangka waktu Rp. 7000-an/bulan untuk kelipatan

    pembiayaan Rp. 1.000.000

    d. Uang muka ringan hanya 1%-an dari harga rumah

    e. Margin pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah setara dengan 5%

    (lima persen) pertahun dengan metoe perhitungan annuitas

    8. KKB BRISyariah iB

    Pembiayaan kepemilikan mobil dari BRISyaariah kepada nasabah perorangan

    untuk memenuhi kebutuhan akan kendaraan dengan menggunakan prinsip jualbeli

    (Murabahah) di mana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang

    telah disepakati di muka dan dibayar setiap bulan.

    Produk pembiayaan KKB BRISyariah iB pemnggunakan prinsip jual beli

    (Murabahah) dengan akad Murabahah bil Wakalah. Akad Wakalah adalh akad

    pelimpahan kekusaan oleh Bank BRISyariah kepada nasabah, dalam hal ini Bank

    BRISyariah mewakilkan kepada nasabah untuk membeli mobil dari penjual

    mobil/dealer. Akad Murabahah adalah akad transaksi jual beli mobil sebesar harga

    perolehan mobil ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, di mana

    Bank BRISyariah menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada

    pembeli.

    9. KMF Purna BRISyariah iB

    KMF PURNA iB adalah Kepemilikan Multifaedah fasilitas pembiayaan yang

    diberikan kepada para pensiunan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan

  • 57

    kebutuhan paket barang atau jasa dengan menggunakan prinsip jual beli (Murabahah)

    atau sewa menyewa (Ijarah) di mana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah

    angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan.

    10. KMF Pra Purna BRISyariah iB

    KMF PRA PURNA iB adalah fasilitas pembiayaan kepada para PNS aktif

    yang akan memasuki masa pensiunan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan

    kebutuhan paket barang barang atau jasa dengan menggunakan prinsip jual beli

    (Murabahah) atau sewa menyewa (Ijarah) di mana pembayarannya secara angsuran

    dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan

    sampai memasuki masa pension.

    11. KMF BRISyariah iB

    Kepemilikan Multi Faedah Pembiayaan yang diberikan khusus kepada

    karyawan untuk memenuhi segala kebutuhan barang atau jasa yang bersifat

    konsumtif dengan cara yang mudah.

    Akad pembelian barang menggunakan akad Murabahah wal Wakalah. Akad

    pembelian jasa menggunakan akad Ijarah wal Wakalah.

    12. Pembiayaan Kepemilikan Emas

    Pembiayaan kepada perorangan untuk tujuan kepemilikan emas dengan

    menggunakan Akad Murabahah di mana pengembalian pembiayaan dilakukan

    dengan mengangsur setiap bulan sampai dengan jangka waktu selesai sesuai

    kesepakatan.

  • 58

    BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Penerapan Akad Murabahah Pada Bank BRISyariah

    Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual

    beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga

    barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan

    tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.

    Tingkat keuntungan ini bisa dalam bentuk lumpsum atau persentase tertentu

    dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakukan secara tunai atau bisa dikemudian

    hari yang disepakati bersama. Oleh karena itu, murabahah tidak dengan sendirinya

    mengandung konsep pembayaran tertunda, seperti yang secara umum dipahami oleh

    sebagian orang yang mengetahui murabahah hanya dalam hubungannya dengan

    transaksi pembiayaan diperbankan syariah, tetapi memahami Fikih Islam.30

    Dalam akad murabahah yang paling penting untuk dinegoisasikan antara

    nasabah dan bank adalah harga barang, jangka wakt cicilan dan keuntungan (margin)

    Bank. Dalam proses negoisasi, Bank Syariah tidak boleh memberikan opsi harga

    yang berbeda-beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda.

    Dalam hal ini peneliti akan memaparkan mengenai penerapan akad

    Murabahah pada Bank BRI Syariah cabang jambi, berdasarkan wawancara peneliti

    dengan saudara Amir Mahmud, Pimpinan Cabang BRI Syariah Cabang Jelutung,

    Kota Jambi mengatakan bahwa:

    30

    Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada,2007), hlm.

    81-82

  • 59

    Bank BRI Syariah cabang jambi ini sama seperti Bank BRI Syariah lainnya,

    di Bank BRI Syariah ini juga menggunakan akad Murabahah dengan prinsip

    bagi hasil sebagaimana prinsip Bank Syariah lainnya. Akad ini juga salah satu

    akad yang diminati oleh nasabah. Karena prosesnya tidak rumit dan dapat

    membantu dalam memenuhi kebutuhan nasabah seperti kebutuhan tempat

    tinggal dan kendaraan. Dalam akad murabahah sebelum melangsungkan

    transaksi hal yang perlu dilakukan adalah melakukan kesepakatan atau

    perjanjian mengenai harga barang, jangka cicilan dan keuntungan (margin

    yang akan didapatkan Bank.31

    Dari penjelasan di atas lebih lanjut mengenai penerapan akad Murabahah

    serta syarat-syarat pembiayaan murabahah menurut perspektif Islam sebagai berikut:

    1. Bank memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

    2. Kontrak pertama harus sah.

    3. Kontrak harus bebas dari unsur riba.

    4. Bank harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut sebelum

    menjualnya ke nasabah.

    5. Komoditi yang diperjual belikan harus halal.

    6. Bank seharusnya mengungkapkan setiap cacat yang terjadi setelah pembelian atas

    produk dan membuka semua hal yang berhubungan dengan cacat.

    7. Bank harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya

    jika pembelian dilakukan secara hutang.

    8. Jika syaat dalam 1,6 atau 7 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: melanjutkan

    pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan

    ketidaksetujuan atau membatalkan kontrak.

    31

    Wawancara dengan Amir Mahmud, Pimpinan Cabang, Bank BRI Syariah Jelutung Kota

    Jambi, pada tanggal 13 Agustus 2019.

  • 60

    Dalam proses transaksi dengan menggunakan akad murabahah pada Bank

    BRI Syariah Cabang Jelutung kota Jambi tentu ada proses ataupun prosedur yang

    harus dilakukan oleh nasabah sampai terjadi serah terima barang antara Bank dan

    Nasabah.

    Mengenai prosedur akad murabhah ini Putri Devia, Custamor Service Bank

    BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi menjelaskan:

    Untuk proses akad murabahah nasabah datang ke bank untuk memberitahu

    tujuannya bahwa ingin membeli suatu barang dengan menggunakan akad

    murabahah, kemudian nanti nasabah mengisi formulir dari Bank, nah

    selanjutnya pihak Bank akan mengecek kembali permohonan nasabah. Setelah

    kedua belah pihak sepakat dengan hal-hal seperti harga, keuntungan, jenis

    barang maka akan dilangsungkan transaksi pembelian.32

    Untuk lebih rinci, adapun prosedur pembiayaan Murabahah sebagai berikut:

    1. Nasabah meminta bank melalui formulir tertulis untuk membeli produk tertentu,

    dimana klien akan membeli melalui Murabahah. Formulir tersebut berisi tentang

    spesifikasi produk yang diminta, persyaratan dokumen, total nilai produk,

    informasi tentang nasabah, pembagian laba dan sumber penawaran produk.

    2. Bank mempelajari formulir surat permohonan nasabah dari segala aspek yang

    meliputi:

    a. Mempelajari posisi nasabah, seperti jenis bisnis nasabah, situasi kredit dan

    likiuditasnya.

    32

    Wawncara dengan Putri Devia, Customer service Bank BRI Syariah Jelutung Kota Jambi,

    pada tanggal 22 Agustus 2019.

  • 61

    b. Mempelajari produk dari segi ekonomi, gambaran situasi umum pasar, yaitu

    jumlah penawaran dan permintaan produk.

    c. Mempelajari metode penawaran pembelian, seperti biaya operasi pembiayaan

    Murabahah, jangka waktu perjanjian, laba pembiayaan dan pembayaran angsuran

    pinjaman.

    d. Meminta jaminan untuk melindungi hak bank dalam mendapatkan kembali

    uangnya sesuai dengan waktu perjanjian.

    3. Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan Murabahah, bank meminta

    pembeli untuk menandatangani kontrak perjanjian. Pada tahap ini, biaya operasi

    pembiayaan Murabahah dan penentuan pembagian bisa didiskusikusikan dan

    disepakati. Disamping itu bank meinta pembeli untuk membayar angsuran pertama

    harga Murbahah. Bentuk paling umum kontrak pembelian bank disini adalah

    pernyataan oleh nasabah bahwa nasabah akan menyelesaikan perjanjian

    pembeliannya ketika diberitahukan oleh bank bahwa produk telah tersedia.

    4. Setelah bank membeli produk, kemudian bank dan pembeli menandatangani

    kontrak penjualan Murabahah dan keuntungan yang diperoleh bank harus

    diketahui.

    5. Pembeli menerima produk.

    Dari hasil wawancara peneliti, dapat diketahui bahwa penerapan akad

    murabahah di Bank BRI Syariah Cabang Jambi menggunakan prinsip Syariah yaitu

    Jual Beli dengan Bagi Hasil dan transaksi dilakukan atas dasar suka-sama suka antara

    kedua belah pihak (Bank dan Nasabah).

  • 62

    B. Penerapan Akad Murabahah Kepada Nasabah

    Murabahah pada umumnya diterapkan pada produk pembiayaan untuk

    pembelian barng-barang investasi, baik domestic maupun luar negeri. Skema ini

    paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah

    bisa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya. Bagi nasabah yang akan

    melakukan akad murabahah perlu memahami prosedur yang ditetapkan oleh Bank.

    Bank harus memberi tahu secacara jujur tentang harga pokok barang kepada

    nasabah berikut biaya yang diperukan. Jadi, margin keuntungan yang akan diterima

    oleh bank harus dinyatakan di dalam perjanjian. Biasanya hal tersebut dinyatakan

    pada Pokok Perjanjian di mana dinyatakan berapa Bank membeli barang tersebut,

    berapa margin keuntungan Bank, dan berapa harga total jualanya. Dalam akad

    biasanya juga disebutkan bahwa harga barang tersebut harus bersifat tetap, dan tidak

    berubah dalam kondisi apapun.33

    Dalam wawancara penulis kepada saudara Riki, Account Officer Bank BRI

    Syariah cabang Jelutung, Kota Jambi mengatakan:

    Bagi nasabah yang ingin melakukan akad Murabahah tidak harus berprofesi

    pegawai negeri, atau bekerja di instansi-instansi tertentu. Dalam melakukan

    akad ini pihak Bank memang melihat latarbelakang pekerjaan nasabah untuk

    menghindari hal-hal seperi jika suatu hari nasabah tidak dapat membayar

    angsuran disebabkan gaji tidak mencukupi dan lain sebagainya. Jadi sebelum

    melakukan transaksi atau kesepakatan akad, pihak bank memberi formulir

    kepada nasabah untuk mengetahui informasi yang diperlukan dari nasabah

    tersebut. Bank juga memeberi tahu dengan jujur dan terang-terangan

    33

    Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-

    kiat Cerdas Mudah Dan Bijak Memahami Masalah Akad SyariH, (Bandung: Kaifa PT Mizan

    Pustaka,2011), hlm. 51

  • 63

    mengenai margin keuntungannya, dan margin tersebut tidak berubah sampai

    akad berakhir34

    Hal tersebut sebagaimana juga diterangkan dalam Dalam Fatwa DSN-MUI

    No:04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah, juga menjelaskan kententuan yang

    berlaku kepada nasabah, diantaranya:

    1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barag atau aset

    kepada bank.

    2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu aset

    yang dipesannya secara sah dengan pedangang.

    3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus

    menerima sesuai dengan janji yang telah disepakatiya, karena secara hukum janji

    tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

    4. Dalam jual beli ini bank boleh meminta kepada nasabah untuk membayar uang

    muka saat menandatangani kesepakatan awal pmasaran.

    5. Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus

    dibayar dari uang muka tersebut.

    6. Jika uang muka kurang dari kerugian yang ditanggung oleh bank, bank dapat

    meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

    7. Jika uang muka memakai kontrak „urban sebagai alternatif dari uang muka, maka:

    a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar

    sisa harga.

    34

    Wawncara dengan Putri Devia, Customer service Bank BRI Syariah Jelutung Kota Jambi,

    Agustus 2019.

  • 64

    b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik