ak syariah

31
Teori Al ghazali Abu yusuf Adam smith Umar chapra Didin hafiduddin perminta an bagi Al- Ghazali, pasar merupakan bagian dari “keteraturan alami”. Ia menerangkan bagaimana evolusi terciptanya pasar. Al- Ghazali juga secara eksplisit menjelaskan mengenai perdagangan regional. Waleupun Al- Ghazali tidak menjelaskan permintaan dan penawaran dalam Pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu komoditi adalah negatif, apabila P maka Q begitu sebaliknya apabila P maka Q . Kita dapat menyimpulkan bahwa hukum permintaan menyatakan bila harga komoditi naik maka akan direspon oleh

Upload: azmibsyr

Post on 19-Dec-2015

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

syariah

TRANSCRIPT

Teori Al ghazali Abu yusuf Adam smith Umar chapra Didin hafiduddinpermintaan bagi Al-Ghazali,

pasar merupakan bagian dari “keteraturan alami”. Ia menerangkan bagaimana evolusi terciptanya pasar. Al-Ghazali juga secara eksplisit menjelaskan mengenai perdagangan regional. Waleupun Al-Ghazali tidak menjelaskan permintaan dan penawaran dalam terminologi modern, beberapa tulisannya jelas menjelaskan bentuk kurva permintaan dan penawaran.

Untuk kurva penawaran yang “naik

Pengaruh harga

terhadap jumlah

permintaan suatu

komoditi adalah

negatif, apabila P

maka Q begitu

sebaliknya apabila P

maka Q . Kita dapat

menyimpulkan

bahwa hukum

permintaan

menyatakan bila

harga komoditi naik

maka akan direspon

oleh penurunan

jumlah komoditi yang

dibeli. Begitu juga

apabila harga

komoditi turun maka

akan direspon oleh

dari kiri bawah ke kanan atas” dinyatakan oleh dia sebagai “jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya, ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah”. Sementara itu untuk kurva permintaan yang “turun dari kiri atas ke kanan bawah” dijelaskan oleh beliau sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan”.[10]

Al-Ghazali juga telah memehami konsep elastisitas permintaan, yang dinyatakan dengan

konsumen dengan

jumlah komoditi yang

dibeli.

“Mengurangi margin keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan”. Al-Ghazali juga menyadari permintaan “harga inelastis”.

Al-Ghazali bersikap sangat kritis terhadap laba yang berlebihan. Ia menyatakan bahwa laba normal berkisar antara 5 sampai 10 persen dari harga barang.

Mekanisme pasar

Pasar menurut Al-Ghazali merupakan

Abu Yusuf tercatat

tempat bertemunya antara dua pihak yang saling berkepentingan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Pasar terbentuk karena kesulitan yang dihadapi saat transaksi dilakukan dengan menggunakan sistem barter.Bagi Al-Ghazali, pasar berevolusi sebagai bagian dari ‘’hukum alam’’ segala sesuatu, yakni sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling memuaskan kebutuhan ekonomi.Al ghazali juga memperkenalkan teori permintaan dan penawaran; adanya penurunan harga ketika ada penambahan atas suatu barang atau

sebagai ulama

terawal yang mulai

menyinggung

mekanisme pasar. Ia

misalnya

memperhatikan

peningkatan dan

penurunan produksi

dalam kaitannya

dengan perubahan

harga.

Fenomena yang

terjadi pada masa

Abu Yusuf adalah,

ketika terjadi

kelangkaan barang

maka harga akan

cenderung lebih

tinggi, sedangkan

pada saat barang

karena tidak adanya pembeli. Ghazali juga memperkenalkan elastisitas permintaan, ia mengidentifikasi permintaan produk makanan adalah inelastis, karena makanan adalah kebutuhan pokok. Oleh karena dalam perdagangan makanan motif mencari keuntungan yang tinggi harus diminimalisir, jika ingin mendapatkan keuntungan tinggi dari perdagangan, selayaknya dicari barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.Imam Ghazali dan juga para pemikir pada zamannya ketika membicarakan harga biasanya langsung mengaitkannya

tersebut melimpah,

maka harga

cenderung untuk

turun atau lebih

rendah.

Menurut Abu

Yusuf, dapat saja

harga-harga tetap

mahal (P3) ketika

persediaan barang

melimpah (Q3),

sementara harga

akan murah

walaupun persediaan

barang berkurang

(Q3). Dari pernyataan

tersebut tampaknya

Abu Yusuf

menyangkal

dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Ghazali keuntungan adalah kompensasi dari kepayahan perjalanan, resiko bisnis, dan ancaman keselamatan diri si pedagang. Dan keuntungan merupak motivasi bagi seorang pedagang, dengan penekanan keuntungan tersebut tidak berlebihan (keuntungan yang wajar)

pendapat umum

mengenai hubungan

tebalik antara

persediaan barang

(supply) dan harga,

karena pada

kenyataannya harga

tidak bergantung

pada permintaan

saja, tetapi juga

bergantung pada

kekuatan penawaran.

Oleh karena itu

peningkatan atau

penurunan harga

tidak selalu

berhubungan dengan

peningkatan atau

penurunan

permintaan, atau

penurunan atau

peningkatan dalam

produksi. Abu Yusuf

menyatakan,

“Tidak ada

batasan tertentu

tentang murah

dan mahal yang

dapat dipastikan.

Hal tersebut ada

yang

mengaturnya.

Prinsipnya tidak

bisa diketahui.

Murah bukan

karena

melimpahnya

makanan,

demikian juga

mahal tidak

disebabkan karena

kelangkaan

makanan, murah

dan mahal

merupakan

ketentuan Allah.”

Dalam hukun

penawaran terhadap

barang dikatakan

bahwa hubungan

antara harga dengan

banyaknya komoditi

yang ditawarkan

mempunyai

kemiringan positif.

Pengaruh harga

terhadap jumlah

permintaan suatu

komoditi adalah

positif, apabila

apabila P maka Q

begitu sebaliknya

apabila P maka Q .

Kita dapat

menyimpulkan

bahwa hukum

penawaran

mengatakan bila

harga harga komoditi

naik maka akan

direspon oleh

penambahan jumlah

komoditi yang

ditawarkan. Begitu

juga apabila harga

komoditi turun maka

akan direspon oleh

penurunan jumlah

komoditi yang

ditawarkan.

produksi AKTIFITAS PRODUKSIAl-Ghazali mengelompokkan aktifitas produksi dalam tiga kategori, yaitu :1) Industri dasar, yang termasuk dalam kategori ini adalah semua industri yang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup manusia (pertanian, perindustrian, dll)2) Akitifitas penunjang, yaitu semua industri yang mendukung lancarnya kinerja industri dasar (industri baja, eksplorasi dan pengembangan sumber daya alam)3) Aktifitas pelengkap, yaitu semua jenis

Menurut Abu

Yusuf, dapat saja

harga-harga tetap

mahal (P3) ketika

persediaan barang

melimpah (Q3),

sementara harga

akan murah

walaupun persediaan

barang berkurang

(Q3). Dari pernyataan

tersebut tampaknya

Abu Yusuf

menyangkal

pendapat umum

mengenai hubungan

tebalik antara

persediaan barang

(supply) dan harga,

Produsen akan

memproduksi

apa saja yang

diinginkan

konsumen

dengan menekan

biaya yang paling

murah untuk

memaksimalkan

keuntungannya.

Perilaku dari

produsen dan

konsumen ini

akan menjamin

efisiensi dan

pemerataan.

Dalam perspektif

rasional ini,

istilah efisiensi

industri yang melengkapi dari dua jenis industri di atas, seperti penggilingan.

karena pada

kenyataannya harga

tidak bergantung

pada permintaan

saja, tetapi juga

bergantung pada

kekuatan penawaran.

Oleh karena itu

peningkatan atau

penurunan harga

tidak selalu

berhubungan dengan

peningkatan atau

penurunan

permintaan, atau

penurunan atau

peningkatan dalam

produksi

dan pemerataan

tidak memiliki

suatu hubungan

langsung dengan

tujuan-tujuan

egalitarian

seperti

pengentasan

kemiskinan,

pemenuhan

kebutuhan-

kebutuhan

pokok,

pencapaian

kesempatan kerja

penuh,

mengurangi

kesenjangan dan

kekayaan.

Diasumsikan

bahwa tujuan-

tujuan

tersebut  dengan

sendirinya akan

dapat

direalisasikan

sebagai suatu

hasil langsung

dari proses

efisiensi dan

pemerataan

disebabkan oleh

keseimbangan

persaingan.

Kebijakan publik

Menurut Al-Ghazali, kegiatan ekonomi merupakan kebajikan yang dianjurkan oleh islam. Al-Ghazali membagi manusia dalam tiga

1. Untuk pengadaan

fasilitas

infrastruktur,

negara

bertanggung

jawab untuk

kategori, yaitu: [6]pertama, orang yang mementingkan kehidupan duniawi golongan ini akan celaka. Kedua, orang yang mementingkan tujuan akhirat daripada tujuan duniawi golongan ini kan beruntung. Ketiga, golongan yang kegiatan duniawinya sejalan dengan tujuan-tujuan akhirat.

Al-Ghazali menegaskan bahwa aktivitas ekonomi harus dilakukan secara efisien karena merupakan bagian dari pemenuhan tugas

memenuhinya

agar dapat

meningkatkan

produktivitas

tanah,

kemakmuran

rakyat serta

pertumbuhan

ekonomi. Semua

biaya yang

dibutuhkan bagi

pengadaan proyek

publik, seperti

pembangunan

tembok dan

bendungan, harus

ditanggung oleh

negara. Namun

jika proyek

tersebut hanya

keagamaan seseorang. Ia mengidentifikasi tiga alasan mengapa seseorang harus melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi, yaitu:[7]pertama, untuk mencukupi kebutuhan hidup yang bersangkutan. Kedua, untuk mensejahterakan keluarga.Ketiga, untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

Manusia dipandang sebagai maximizers dan selalu ingin lebih. Al-Ghazali tidak hanya menyadari keinginan manusia untuk

menguntungkan

suatu kelompok

tertentu, biaya

proyek akan

dibebankan

kepada mereka

sepantasnya,

pernyataan ini

tampak terlihat

ketika ia

mengomentari

proyek

pembersihan

kanal-kanal

pribadi.

2. Untuk

mengimplementas

ikan berbagai

kebijakan ekonomi

yang dapat

mengumpulkan kekayaan tetapi juga kebutuhannya untuk persiapan dimasa depan. Namun demikian ia memperingatkan bahwa jika semangat selalu ingin lebih ini menjurus kepada keserakahan dan pengejaran nafsu pribadi, hal itu pantas dikutuk. Dalam hal ini, ia memandang kekayaan sebagai ujian terbesar.

Lebih jauh, Al-Ghazali menyatakan bahwa pendapatan dan kekayaan seseorang berasal dari tiga sumber, yaitu pendapatan melalui

mensejahterakan

rakyat, negara

membutuhkan

administrasi yang

efisien dan jujur

serta disiplin

moral yang tegas

dan rasa tanggung

jawab dalam

menunjuk para

pejabatnya. Abu

Yusuf

menyarankan agar

negara menunjuk

pejabat yang jujur

dan amanah

dalam berbagai

tugas.9 Ia

mengecam keras

perlakuan kasar

tenaga individual, laba perdagangan, dan pendapatan karena nasib baik. Namun, ia menandaskan bahwa berbagai sumber pendapatan tersebut harus diperoleh secara sah dan tidak melanggar hukum agama.

Mayoritas pembahasan Al-Ghazali mengenai berbagai pembahasan ekonomi terdapat dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din. Bahasan ekonomi Al-Ghazali dapat dikelompokkan menjadi: pertukaran sukarela dan evolusi pasar,

terhadap para

pembayar pajak

oleh petugas pajak

dan

menganggapnya

sebagai tindakan

kriminal. Ia juga

berpendapat

bahwa perlakuan

yang adil dan jujur

terhadap para

pembayar pajak

tanpa penindasan

memiliki dampak

yang bermanfaat

bagi pertumbuhan

ekonomi dan

meningkatkan

pendapatan pajak.

3. Negara harus

produksi, barter dan evolusi uang, serta peranannegara dan keuangan publik.

memberikan upah

dan jaminan di

masa pensiun

kepada mereka

dan keluarganya

yang berjasa

dalam menjaga

wilayah

kedaulatan Islam

atau

mendatangkan

sesuatu yang baik

dan bermanfaat

bagi kaum

Muslimin.

9Adiwarman Azim

Karim, Sejarah

Pemikiran Ekonomi

Islam (Jakarta:

Rajawali Press, 2010),

hlm. 237.

4. Abu Yusuf

memberikan saran

tentang berbagai

kebijakan yang

harus digunakan

oleh negara untuk

meningkatkan

hasil tanah dan

pertumbuhan

ekonomi.

Menurutnya,

pemertintah

berkewajiban

untuk

membersihkan

kanal-kanal dan

membangun lagi

yang baru.

Pemerintah juga

harus membangun

bendungan untuk

meningkatkan

produktivitas

tanah dan

pendapatan

negara.

5. Semua jenis tanah

mati dan tak

bertuan harus

diberikan kepada

seseorang yang

dapat

mengembangkan

dan menanaminya

serta membayar

pajak yang

diterapkan pada

tanah tersebut.

Tindakan seperti

ini akan membuat

negara

berkembang dan

pajak pendapatan

akan meningkat.

6. Untuk

meningkatkan

kesejahteraan

umum dan

menjamin

pemanfaatan

sumber-sumber

sepenuhnya,

sumber daya

seperti air,

rumput, dan

sebagainya tidak

boleh dibatasi

pada individu

tertentu, tetapi

harus disediakan

secara gratis bagi

semua.

7. Dalam hal

pendistribusian

pendapatan

negara, hendaknya

hal tersebut

ditujukan demi

mewujudkan

kesejahteraan

masyarakat.

Karena alquran

sendiri telah

memerintahkan

agar

pendistribuasian

harta dilakukan

secara adil dan

tidak menumpuk

di tangan

segelintir orang.

8. Menurut Abu Yusuf

pembangunan

sistem ekonomi

dan politik, mutlak

dilaksanakan

secara transparan,

karena asas

transparan dalam

ekonomi

merupakan bagian

yang paling

penting guna

mencapai

perwujudan

ekonomi yang adil

dan manusiawi.