-
1
APLIKASI AKAD MURABAHAH PADA BANK BRI SYARIAH
KOTA JAMBI
Skripsi
OLEH:
NUR HAFIZAH
NIM: SHE. 151816
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1441 H/2019 M
-
2
-
3
-
4
MOTTO
س ش ش ذ
ص
ش ذ .
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia
bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya). ( QS. Ar-Ruum ]30[:39)
-
5
ABSTRAK
Nur Hafizah, SHE 151816; Aplikasi Akad Murabahah Pada Bank BRI Syariah
Kota Jambi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetatahui bagaimana penerapan Akad Murabahah pada
Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi dan penerapannya kepada Nasabah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif.
Metode pengumpulan data melalui studi lapangan berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan
sebagai berikut: Pertama, Penerapan akad Murabahah di Bank BRI Syariah Cabang
Jelutung Kota Jambi menggunakan Prinsip Syariah yaitu dengan sistem bagi untung
sebagaimana yang ditetapkan Syariat Islam. Syarat Akad murabahah yang sesuai dengan
syariat Islam yaitu: Bank memberitahu Biaya Modal kepada Nasabah, kontrak harus
bebas dari Unsur Riba, komoditi yang di perjual belikan halal (tidak dilarang agama dan
Undang-Undang yang berlaku), Bank harus terusterang terhadap kondisi barang jika ada
cacat, Harga Jual dan Keuntungan (margin) disepakati di awal akad. Kedua, Penerapan
Akad Murabahah kepada nasabah dimulai dari Pengisian Formulir tertulis untuk membeli
produk tertentu, Bank memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah, Bank dan
Nasabah bernegoisasi kemudian saling sepakat terhadap Harga Barang dan Margin
Kuntungan Bank, Setelah Bank membeli produk kemudian Bank dan pembeli
menandatangani kontrak penjualan Murabahah dan Nasabah Menerima barang.
Kata Kunci: Murabahah, Bank BRI Syariah, Penerapan
-
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya, atas segala kuasa-Nya penulis doberikan
keshatan,kelancaran dan kekuatan, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu. Dan tak lupa Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
baginda Rasulullah saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah
satu syarat menyelesaikan program sarjana strata 1 (S.1) program studi Hukum
Ekonomi Syariah yang berjudul “Aplikasi Akad Murabahah Pada Bank BRI
Syari‟ah Jambi” dengan lancar.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, skripsi
ini tidak akan dapat doseleaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hadri Hasan,MA, selaku Rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS Jambi
3. Bapak H. Hermanto Harun, LC,MHI selaku pembantu Dekan I, Ibu Dr. Rahmi
Hidayati, S.Ag, MHI, selaku pembantu Dekan II. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag, MHI,
selaku pembantu Dekan III Fakultas Syariah UIN STS Jambi
4. Ibu Dr. Maryani, S.Ag, MHI, selaku ketua jurusan dan Ibu Pidayan Sasnifa, S.H,
M.Sy, selaku sekretaris jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah UIN
STS Jambi
-
7
5. Bapak Dr. H. M. Umar, MHI, Ibu Pidayan Sasnifa, S.H, M.Sy, selaku Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu
dalam bimbingan skripsi ini
6. Bapak Rasito, S.H M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik
7. Bapak dan Ibu Dosen, dan seluruh Karyawan dan Karyawati di lingkungan
Fakultas Syariah UIN STS Jambi
8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung
Penulis menyadari akan segala kekurangan dalam penulisan ini, baik dari segi
bahasa, isi maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga segala bantuan yang diberikan kepada
penulis mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Jambi, September 2019
Penulis
NUR HAFIZAH
NIM. SHE 151816
-
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... v ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Batasan Masalah ............................................................................ 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 6
E. Kerangka Teori .............................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 24
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................ 27
B. Pendekatan Penelitian ................................................................... 27
C. Jenis Dan Sumber Data ................................................................. 27
D. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 29
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 30
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 31
G. Jadwal Penelitian ........................................................................... 32
-
9
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Bank BRI Syariah ............................................................. 33
B. Visi Dan Misi Bank BRI Syariah .................................................. 34
C. Moto Bank BRI Syariah ................................................................ 35
D. Sturkur Organisasi Bank BRI Syariah ........................................... 35
E. Produk Bank BRI Syariah ............................................................. 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Akad Murabahah Pada Bank BRI Syariah .................. 47
B. Penerapan Akad Murabahah Kepada Nasabah ............................. 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 55
B. Saran .............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
-
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Skema Pembiayaan Murabahah ...................................................... 22
Gambar 2 : Skema Pengembangan Murabahah ................................................. 23
Gambar 3 : Struktur Organisasi Bank BRI Syariah ............................................ 36
-
11
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jadwal Penelitian ............................................................................... 32
-
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan setiap Negara. Bank
merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, Bank melayani kebutuhan pembiayaan
serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Dengan memberikan pembiayaan kepada beberapa sektor perekonomian,
Bank melancarkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen kepada konsumen.
Bank merupakan pemasok (supplier) dari sebagian besar uang yang beredar yang
digunakan sebagai alat tukar atau alat pembayaran, sehingga mekanisme kebijakan
moneter dapat berjalan. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa Bank merupakan suatu
lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian
dan perdagangan.
Definisi tentang Bank dikelompokkan menjadi tiga:1
1. Bank dilihat sebagai penerima kredit. Bank menerima uang serta dana-dana
lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanan atau tabungan biasa yang dapt
diminta/diambil kembali setiap saat. Deposito berjangka yang merupakan
tabungan atau simpanan yang penarikannya kembali hanya dapat dilakukan setelah
jangka waktu yang ditentukan habis. Simpanan dalam rekening Koran/giro atas
1 Thomas Suyatni, dkk, Kelembagaan Perbankan, edisi ke-3, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,1989), hlm.2
-
13
nama si penyimpan giro, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek, bilyet giro, atau perintah tertulis kepada bank.
2. Bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini berarti bahwa bank melaksanakan operasi
perkreditan secara aktif.
3. Bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyarakat melalui sumber yang berasal
dari modal sendiri, simpanan atau tabungan masyarakat melalui penciptaan uang
Bank.
Dalam dunia Perbankan kita mengenal adanya Bank konvensional dan Bank
Syariah, dari kedua bank tersebut tentunya memiliki perbedaan. Perbankan syariah
adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaanya berdasarkan hukum Islam. Dalam
definisi lain perbankan Syariah adalah Bank yang beroperasi tanpa mengandalkan
bunga. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang produknya dikembangkan
berdasarkan Al-Quran dan Hadits.2
Kata Syariah dalam istilah Bank Syariah adalah untuk menjelaskan sistem
operasional banknnya. Bank yang tadinya beroperasi dengan sistem riba, diubah agar
beroperasi di atas sistem Syariah sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah.
Bank Syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan
prinsip Syariah. Sedangkan prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah.
2 Mardani, Hukum Bisnis Syariah,(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm.149
-
14
Bank Syariah memiliki produk-produk dalam melakukan transaksi
diantaranya produk penghimpun dana dan produk penyaluran dana. Dalam hal ini
penulis akan membahas mengenai produk penyaluran dana yaitu pembiayaan
berdasarkan akad jual beli (Murabahah). Murabahah di dalam literature fikih
muamalah, khususnya dalam pembahasan jual beli, terdapat empat konsep yang
berhubungan dengan keuntungann yang diterima oleh penjual. Keempat konsep ini
dikatagorikan sebagai ragam jual beli berdasarkan harga.
Transaksi jual beli Murabahah memiliki ketentuan-ketentuan yang berlaku
pada Bank dan Nasabah yang sesuai dengan konsep Islam.3 Namun ketentuan
ataupun konsep yang sudah ada perlu dipastikan apakah sama pada realita transaksi
yang terjadi. Untuk itu, memahami teori dan praktek di lapangan dalam transaksi itu
sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan ataupun ketidak sesuaian dengan
Syariat Islam.
Dalam Al-Quran ayat yang menerangkan tentang Murabahah terdapat dalam
surah Ali-Imran ayat 130 sebagai berikut:
ُّه َّز ال أ شِّ ض ُّ ة َّق َّك ح
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda. Dan bertawakallah kepada Allah agaer kamu beruntun”g.4
3 Ibid., hlm.161
4 Q.S. Ali-Imran (3): 130.
-
15
Pada ayat di atas Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman melakukan
riba dan memakannya dengan berlipat ganda, sebagaimana yang mereka lakukan
pada masa jahiliyah. Orang-orang jahiliyah berkata, “Jika utang sudah jatuh tempo,
maka ada dua kemungkinan: dibayar atau dibungakan. Jika dibayarkan, maka selesai
urusannya. Jika tidak dibayar, maka dikenakan bunga yang kemudian ditambahkan
kepada pinjaman pokok”. Maka pinjaman yang sedikit dapat bertambah besar
berlipat-lipat (pinjaman ditambah bunga, lalu dibungakan lagi)
Pada Bank BRI Syariah operasi Bank menggunakan sistem bagi hasil, yaitu
sistem yang meliputi cara pembagian hasil usaha antara Bank dan penyimpan dana
dan antara Bank dengan nasabah penerima pembiayaan Murabahah.
Hasil usaha bank yang dibagikan kepada penyimpan dana adalah laba usaha
Bank yang telah dihitung selama satu periode tertentu. Hasil usaha nasabah penerima
pembiayaan Murabahah yang dibagi dengan Bank adalah laba usaha yang dihasilkan
penerima pembiayaan Murabahah dari salah satu usahanya yang secara utuh dibiayai
dari pembiayaan Murabahah dari Bank, setelah melewati satu periode tertentu yang
disepakati bersama.
Dalam hal ini di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi juga
penerapkan akad murabahah, sebagaimana hasil wawancara secara langsung penulis
dengan Custamor Service Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi sebagai
berikut:
-
16
Di Bank BRI Syariah dalam operasionalnya menggunakan prinsip bagi hasil.
Di Bank BRI Syariah menggunakan akad murabahah, dalam akad murabahah
ini antara Bank dan Nasabah harus melakukan kesepakatan di awal mengenai
harga pembelian barang dan keuntungan yang diperoleh Bank nantinya, dan
Bank memberi informasi secara jelas kepada Nasabah mengenai barang yang
akan dibeli, tidak ada hal yang disembunyikan sampai terjadi transaksi.5
Penulis juga mewawancarai salah satu nasabah yang melakukan pembelian
barang melalui Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, dari hasil wawancara
tersebut dapat diketahui sebagai berikut:
Saya membeli rumah di Perumahan Rawasari melalui Bank BRI Syariah.
Sewaktu akan melakukan transaksi, saya mengisi formulir yang diberikan oleh
pegawai Bank terlebih dahulu dan melengkapi persyaratan yang telah
ditentukan. Pegawai Bank menjelaskan mengenai akad yang akan dilakukan
oleh saya dan Bank. Dalam pembelian rumah ini menggunakan akad
murabahah, dari awal perjanjian pegawai Bank memberitahukan tentang
harga barang, kondisi barang serta keuntungan untuk Bank.6
Dari latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “ Aplikasi Akad Murabahah Pada
Bank BRI Syariah Kota Jambi“
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diperoleh pokok masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Teori akad Murabahah yang diterapkan pada Bank BRI Syariah?
2. Bagaiman penerapan akad Murabahah kepada Nasabah?
C. Batasan Masalah
5 Informasi dari Custamor Service Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, pada
tanggal 17 Juni 2019 6 Informasi dari Nasabah Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi
pada tanggal 15 juni 2019
-
17
Batasan masalah dalam penelitian ini diperlukan agar pembahasan dan tujuan
lebih terarah dan tidak meluas, maka dalam penlitian ini penulis hanya membahas
tentang kesesuaian antara teori dan praktik Murabahah pada Pembelian Rumah dan
Sepeda Motor pada Bank BRI Syariah Kantor Cabang Hayam Wuruk, Jelutung, Kota
Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui teori akad murabahah yang diterapkan pada Bank BRI Syariah
2. Untuk mengetahui kesesuaian antara teori dan praktek murabahah pada Bank BRI
Syariah
Sementara kegunaan peneitian ini adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu (S1)
2. Sebagai informasi kepada para Nasabah bank BRI Syariah tentang kesesuaian
antara teori dan praktik murabahah yang diterapkan oleh bank
3. Sebagai kontribusi atau sumbangan pemikiran terhadap nasabah bank BRI Syariah
dan masyarakat umum
E. Kerangka Teori
1. Murabahah
Kata murabahah secara bahasa diambil dari bahasa Arab, yaitu arribhu (ش ح )
yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan). Jadi, murabahah diartikan
dengan saling menambah (menguntungkan). Sedangkan dalam definisi para ulama
-
18
terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui.
Hakikatnya adalah menjual barang dengan harga (modal) yang diketahui penjual dan
pembeli dengan tambahan keuntungan yang jelas. Jadi, murabahah artinya saling
mendapatkan keuntungan. Dalam ilmu fiqih, murabahah diartikan menjual dengan
modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas.7 Dalam konteks mu‟amalah,
kata murabahah biasanya diartikan sebagai jual beli yang dilakukan dengan
menambah harga awal.
Secara terminologi, yang dimaksud dengan murabahah adalah pembelian
barang dengan pembayaran yang ditangguhkan (1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan
seterusnya tergantung kesepakatan). Pembiayaan murabahah diberikan kepada
nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).
Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.8 Dalam hal ini penjual harus terlebih dulu memberi
tahukan harga pokok yang ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya. Sebagai
contoh harga pokok barang “Gunung Pelawan” Rp.100.000,-, keuntungan yang
diharapkan Rp.5.000,-, sehingga harga jualnya Rp.105.000,-, kegiatan murabhah ini
baru dilakukan setelah ada kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan
pemesanan. Dalam dunia perbankan kegiatan murabahah pada pembiayaan produk
barang-barang investasi baik di dalam maupun luar negeri.
7 Abdullah al-Mushlih dan Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, terj. Abu Umar
Basyir (Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 199 8 Dr.Kasmir, Bank…, hlm.171
-
19
Murabahah menurut Ibnu Qudamah dalam bukunya Mughni adalah menjual
dengan harga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati. Dalam
istilah teknis perbankan syariah, murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian
yang disepakati antara bank syariah dengan nasabah , dimana bank menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhka
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli
bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.9
Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga dan menentukan
produk yang dibeli dan menentukan satu tingkat keuntungan sebagai tambahan.
Murabahah dapat dilakukan dengan pembelian dengan sistem pemesanan. Dalam Al-
Umm Imam Syafi‟i menamai transaksi ini dengan istiah al-amir bi al-syira. Dalam
hal ini calon pembeli atau pemesan dapat memesan kepada seseorang untuk
membelikan suatu barang tertentu yang diinginkannya. Kedua belah pihak membuat
kesepakatan mengenai barang tersebut serta kemungkinan harga asal pembelian yang
masih sanggup ditanggung pemesan. Setelah itu, kedua belah pihak jugga harus
menyepakati beberapa keuntungan atau tambahan yang harus dibayar pemesan. Jual
beli kedua belah pihak dilakukan setelah barang tersebut di tangan pemesan.
Pembiayaan murabahah sah dalam islam, seperti disebutkan dalam Al-Quran:
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Juga dalam hadits
dari Shohib ra, bahwa Rahsulullah saw bersabda: Tiga hal yang dari dalamnya
9 M.Hasbi Umar, Filsafat Fiqh Muamalat Kontemporer, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2014), hlm.238
-
20
terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, mudharabah dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.
Jenis murabahah, Tipe murabahah dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Murabahah berdasarkan pesanan
Penjual melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari pembeli yang
dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang
dipesan. Murabahah yang bersifat mengikat berarti pembeli harus membeli barang
yang telah dipesan dan tidak dapat dibatalkan pesanannya. Sedangkan murabahah
yang bersifat tidak mengikat bahwa walaupun telah memesan barang tetapi
pembeli tidak terikat dan pembeli dapat menerima atau membatalkan barang
tersebut.
b. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah yang tidak mengikat karena dilakukan tidak melihat ada yang
pesan atau tidak sehingga penyedia barang dilakukan sendiri oleh penjual.10
Pembiayaan murabahah dapat diterangkan sebagai berikut: (i) Nasabah
memesan barang kepada bank, (ii) bank membeli dan membayar barang kepada
supplier, (iii) upplier mengirim barang kepada nasabah, (iv) nasabah membayar
kepada bank (tunai maupun cicilan).
10
Kausar Riza Salman, Akuntansi Perbankan Syari‟ah Berbasis PSAK Syari‟ah, (Jakarta:
Akademia Permata,2014), hlm.145
-
21
2. Landasan Hukum Murabahah
a. Al-Qur’an
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli, dan
murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.
Dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 275 disebutkan:11
َّز أ شِّ ال ق إ الَّ ق م َّز ي خ بَّط شَّ ط سِّ
ر أ نَّه ق إ نَّ ب ع ث ل شِّ ح لَّ ب ع ح شَّم شِّ ءه
ظ ٌة ِّ سَّ ِّ ن ه س ف ش ه إ د أ ـ ح ب
َّ س ه خ ذ
Artinya:”Orang orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa
mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang
telah diperolehnya dahulu menjadi miliknaya, dan urusannya (terserah )
kepada Allah.barang siapa mengulangi lagi, maka mereka itu penghuni
neraka, mereka kekal didalamnya”.
Dalam Al-Qur‟ an surat al-Nisaa: ayat 29:12
آ ُّه َّز ال أ ك ك ب ط ل آ ك ج س ش ض
ِّ ك ق
ال ق ن س ك ق َّ ك س ح
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
11
Q.S. Al-Baqarah (2): 275. 12
Q.S. An-Nisa(4): 29.
-
22
Berlaku dengan suka sama - suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sungguh Allah Maha Penyayang kepadamu”.
b. Hadits
Praktik murabahah selaras dengan As-Sunnah yang dinyatakan akan
memperoleh keberkahan karena telah dijalankan sesuai dengan prinsip - prinsip jual
beli atas dasar kerelaan, yaitu melalui hadist:
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:
َّ َّب َّ َّ س َّ ق : ث ٌث ه َّ ب ش : ب ع إ ل , ق س ض
خ ط ب ش شَّ ش ب ت ال ب ع )س ه ه ب(
Artinya: Nabi bersabda: “Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib).
Sedangkan hadist yang lainnya yaitu:
س ذ خذسي سض هلل سس هلل هلل س ق : إ نَّ
ب ع ش ض )س ه ب هق حح حب (
Artinya: Abu Sa‟ id Al-Khudry bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR.Al-Baihaqi dan Ibnu
Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
c. Ijma’
Para ulama generasi awal, seperti Malik dan Syafi‟i yang secara khusus
mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah halal, tidak memperkuat pendapat
mereka dengan satu hadis pun. Malik membenarkan keabsahan murabahah dengan
merujuk kepada praktik penduduk Madinah: Ada kesepakatan pendapat disini
-
23
(Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian di kota, dan
kemudian dia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi dengan suatu
keuntungan yang disepakati.
Sedangkan Syafi‟i, tanpa menyandarkan pendapatnya pada suatu teks syariah,
berkata: Jika seseorang menunjukkan suatu barang kepada seseorang dan berkata,
“belikan barang (seperti) ini untukku dan aku akan memberimu untung sekian,” lalu
orang itu pun membelinya, maka jual beli ini adalah sah.
Sedangkan menurut Faqih Madzhab Hanafi, membenarkan keabsahan
murabahah berdasarkan bahwa “syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual
beli ada dalam murabahah, dan juga karena orang memerlukannya.” Faqih dari
Madzhab Syafi‟i, cukup menyatakan: “Murabahah adalah boleh tanpa ada penolakan
sedikit pun.”13
3. Fatwa Dewan Syar’ah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan tentang Murabahah
a. Ketentuan Umum Murabahah
1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat islam.
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
13
Abdulllah Saeed, Menyoal Bank Syariah Kritik atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-
Revivalis, (Jakarta: Paramadina, 2004), hlm.119
-
24
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara utang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
b. Ketentuan Murabahah Kepada Nasabah
1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset
kepada bank.
2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
meneriama (membeli)-nya sesuai dengan perjjanjian yang telah disepakatinya,
-
25
karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak
harus membuat kontrak jual beli.
4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank
dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7) Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
Jika nasabah emutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa
harga. Jika nasabah batal membeli, uag muka menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika
uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib menlunasi kekurangannya.
8) Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar serius dalam pemesanannya. Di
sini bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat
dipegang.
9) Utang dalam murabahah secara prinsip penyelesaiannya tidak ada kaitannya
dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. jika nasabah menjual kembali barang dengan keuntungan atau kerugian,
ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. Jika nasabah
menjual barang tersebut sebelu masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera
melunasi seluruh angsurannya. Kemudia jika penjualan barang tersebut
-
26
menyebabkan kerugian, nadabah harus tetap menyelesaikan utangnya sesuai
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau
meminta kerugian itu diperhitungkan.
10) Penundaan Pembayaran Dalam Murabahah Bahwa nasabah yang memiliki
kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. Jika nasabah
menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan
Arbitrase Syariah setelah tidak mencapai kesepakatan melalui musyawarah.
11) Bangkrut dalam murabahah, jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal
dalam menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia
menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan
4. Undang-undang
Pembiayaan Murabahah mendapatkan pengaturan dalam Pasal 12 dan Pasal 1
angka 13 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Selain itu, ada Undang-undang No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pengaturan secara khusus terdapat dalam
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yakni Pasal 19 ayat
(1) yang intinya menyatakan bahwa kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi:
menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.14
14
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2009), hlm.108
-
27
5. Rukun dan syarat murabahah
a. Rukun
1) Pelaku, harus cakap hukum dan baligh (berakal dan dapat membedakan).
2) Obyek jualbeli, barang yang diperjualbelikan harus halal, bisa diambil manfaatnya,
barang tersebut jelas kuantitas, kualitas, harga, dan harus dimiliki oleh penjual.
3) Ijab qabul, pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela diantara pihak - pihak pelaku
akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern
b. Syarat
1). Penjual memberi tahu biaya modal kepada anggota.
2). Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang disepakati.
3). Kontrak harus bebas dari riba.
4).Penjual harus menjelaskan kepada pembeli apabila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
5).Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika dalam syarat 1), 4), atau 5) tidak dipenuhi, pembeli
memiliki pilihan yaitu : Melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada
penjual dan menyatakan ketidaksetujuannya atas barang yang dijual dan
membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah di atas hanya untuk barang atau
-
28
produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan
berkontrak.15
6. Manfaat dan Tujuan Murabahah
a. Manfaat
Murabahah mempunyai sifat bisnis tijarah atau untuk mencari keuntungan.
Salah satu manfaat murabahah adalah adanya keuntungan dari selisih harga beli dari
penjual dengan harga jual kepada pembeli (nasabah). Selain itu sistem murabahah
sangat sederhana dan mudah diterapkan di Bank Syariah.16
Sesuai dengan sifat bisnis,
transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat kepada bank syariah, diantaranya
adalah:
1) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga yang dibeli dari penjual
dengan harga jual nasabah.
2) Sistem murabahah sangat sederhana sehingga memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.
3) Manfaat bagi bank adalah sebagai salah satu bentuk penyaluran dana untuk
memperoleh pendapatan dalam bentuk margin.
4) Manfaat bagi nasabah adalah penerima fasilitas adalah merupakan salah satu cara
untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari nasabah. Nasabah
15
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press,2001), hlm. 102 16
Muhammad Syafi‟i Antunio, Bank Syari‟ah Dari Teori Ke Praktek, (Depok: Gema Insani,
2001), hlm.107
-
29
dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah
selama perjanjian.17
b. Tujuan Murabahah
Berikut ini adalah tujuan murabahah kepada pemesanan pembelian:
1) Mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta
pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah asset. Pemesanan berjanji untuk ganti
membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem beli
ini, yang biasanya di lakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi
di banding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap asset tersebut.
2) Mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan
pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong
datang ke bank. Pada gilirannya pembiayaan yang di berikan akan membantu
memperlancar arus kas yang bersangkutan.
7. Risiko murabahah
a. Default atau kelalaian; anggota sengaja tidak membayar angsuran.
b. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah
bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual
tersebut.
c. Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena
berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah/anggota
17
Wansawijaya, Pembiayaan Bank Syariah,( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 205
-
30
tidak mau menerimanya. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi
barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani
kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank.
Dengan demikian, bank memiliki risiko menjualnya kepada pihak lain.
d. Dijual; karena bai‟ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika
kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah berhak
melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya.
Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.
8. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam akad murabahah
a. Penjual harus memberitahukan biaya perolehan kepada pembeli
b. Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yang diterapkan
c. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli jika barang yang diperjual belikan
terjadi cacat barang
d. Penjual harus menyampaikan semua tentang barang yang diperjual belikan.
Misalkan barang tersebut dulu dibelinya dengan cara hutang.18
9. Penerapan dan skema pembiayaan murabahah di perbankan
Murabahah di perbankan syariah umunya digunakan dalam pembiayaan
jangka pendek. Prinsip murabahah yang digunakan dalam perbankan syariah
didasarkan pada dua elemen pokok yaitu harga beli serta biaya yang terkait, dan
keuntungan atau mark-up. Ciri dasar akad murabahah dalam jual beli yang
pembayaranya ditunda adalah sebagai berikut:
18
Yenti Afrida, Analisis Pembiayaan Murabahah Di Perbankan Syari‟ah, hlm.8
-
31
a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan tentang harga
asli barang, dan batas laba harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total
harga ditambah biaya-biaya yang berkaitan.
b. Barang yang dijual adalah barang komoditas atau barang dagangan yang bisa
dimanfaatkan dan dibayar dengan uang.
c. Barang yang diperjual belikan harus ada dan dimiliki oleh si penjual, dan si
penjual harus mampu menyerahkan barang tersebut kepada pembeli.
d. Pembayarannya ditangguhkan artinya pembayaran dilakukan sesuai jangka waktu
yang disepakati.19
Murabahah merupakan skim fiqh yang paling popular diterapkan dalam
perbankan syariah. Murabahah dalam perbankan syariah didefinisikan sebagai jasa
pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli barang antara bank dengan
nasabah dengan cara pembayaran angsuran. Dalam perjanjian murabahah, bank
membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah
tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.20
Murabahah sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah, pada
prinsipnya didasarkan pada 2 (dua) elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang
19
Saeed Abdullah, (Menyoal Bank Syariah Kritik Atas Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis),
(Jakarta:Paramadina,2004), hlm.120 20
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1999), hlm. 64
-
32
terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar kontrak pembiayaan murabahah
adalah sebagai berikut:
1) Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga pokok
barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total
harga plus biaya-biayanya.
2) Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.
3) Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau wakilnya dan
harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.
4) Pembayarannya ditangguhkan.
Bank-bank syariah umumnya mengadopsi murabahah untuk memberikan
pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun
mungkin nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Kemudian Dalam
prakteknya di perbankan Islam, sebagian besar kontrak murabahah yang dilakukan
adalah dengan menggunakan sistem murabahah kepada pemesan pembelian (KPP).
Hal ini dinamakan demikian karena pihak bank syariah semata-mata mengadakan
barang atau asset untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang memesannya. Jadi secara
umum, skema dari aplikasi murabahah ini sama dengan murabahah berdasarkan
pesanan.
Bank atau Lembaga Keuangan Syariah (BMT) bertindak sebagai penjual
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari produsen
(supplier) ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual
tersebut dan jangka waktu pembayaran. Harga jual ini dicantumkan dalam akad jual
-
33
beli dan jika telah disepakati, tidak dapat berubah selama berlaku akad. Barang atau
objek harus diserahkan segera kepada nasabah, dan pembayarannya dilakukan secara
tangguh.21
Secara umum, sekema pembiayaan murabahah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1
2 a. BARANG (SUPPLIER)
1 AKAD
BMT ANGGOTA
2 b. Pokok pembiayan + margin
Keterangan :
a) Anggota daatang ke BMT untuk mengajukan pembiayaan murabahah dengan
membawa persyaratan yang diperlukan
b) Setelah itu melakukan pengakadan
c) BMT sebagai penjual memberikan barang yang dibutuhkan anggota
d) Anggota mengangsur pokok + marginnya sampai lunas
Terdapat juga pengembangan dari aplikasi pembiayaan murabahah dalam
bank syariah atau BMT, yaitu dalam hal pengadaan barang. Dalam hal ini bank atau
BMT menggunakan media akad wakalah untuk memberikan kuasa kepada nasabah
21
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, (Jakarta:
Ekonisia, 2004), hlm. 63
-
34
untuk membeli barang atas nama bank kepada supplier atau pabrik. Skema
pengembangan dengan akad wakalah dari pembiayaan murabahah adalah sebagai
berikut :
Gambar 2
Skema pengembangan murabahah
1.AKAD JUALBELI
2.Wakalah
BANK NASABAH
Dalam hal ini, apabila pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani
kesepakatan agency (agency contract), dimana pihak bank memberi otoritas kepada
nasabah untuk menjadi agennya untuk membeli komoditas dari pihak ketiga atas
nama bank, dengan kata lain nasabah menjadi wakil bank untuk membeli barang.
Kepemilikan barang hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya nasabah
memberikan informasi kepada pihak bank bahwa Ia telah membeli barang, kemudian
pihak bank menawarkan barang tersebut kepada nasabah dan terbentuklah kontrak
DEALER
3. Beli Barang
4. Barang
Diterima
5. Terima Dokumen
-
35
jual beli. Sehingga barang pun beralih kepemilikan menjadi milik nasabah dengan
segala resikonya.22
F. Tinjauan Pustaka
Setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan peneliti menemukan
beberapa karya tulis hasil penelitian yang memeliki bahasan yang hampir sama
dengan yang akan ditetliti oleh peneliti, penelitian tersebut diantaranya:
Skripsi yang disusun oleh Fitnovur Sabklisa Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan
2016 dengan Judul “ Analisis Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Dengan Akad
Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Jambi”. Fitnovur Sablika
menyimpulkan bahwa sebagai salah satu bentuk jual beli, maka landasan yang
menjadi dasar murabahah sama dengan landasan jual beli pada umumnya, baik
berupa ayat, hadits, maupun ijma‟, secara literature dapat diketahui bahwa murabahah
diperbolehkn dan tidak bertentangan dengan hukum Islam, baik menurut jumhur
ulama‟ dari para sahabat, tabi‟in, maupun para imam mazhab.
Dari skripsi Saudara Fitnovur terdapat persamaan dan perbedaan dengan
Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad Murabahah.
Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Fitnovur meneliti di Bank Syariah Mandiri,
sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang Jambi.
22
Penjelasan Fatwa DSN MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah
-
36
Skripsi Hadi Ponco Susilo Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan 2015 dengan
Judul: “Pelaksanaan Monitoring Pembiayaan Bermasalah Murabahah Pada Bank
BNI Syariah Cabang Jambi”. Hasil penelitian Hadi Ponco Susilo adalah pengawasan
pembiayaan secara preventif dan represif pada Bank BNI Syariah Cabang Jambi
sudah baik, namun terdapat kekurangan jumlah tenaga Account Officcer dan
Supervisor. Selain itu, pada pelaksanaan inspeksi on the spot terlalu sering sehingga
dikhawatirkan terjadi kejenuhan dari dibetur.
Dari skripsi Saudara Hadi Ponco Susilo terdapat persamaan dan perbedaan
dengan Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad
Murabahah. Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Hadi Ponco Susilo meneliti di
Bank BNI Syariah Cabang Jambi, sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang
Jambi.
Skripsi Ilham Kurnia Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi Angkatan 2017 dengan
Judul: “Pelaksanaan Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Pembelian Rumah (DPR)
Di Bank Muamalat Cabang Jambi”. Ilham Kurnia menyimpulkan bahwa pembiayaan
di Bank Muamalat Cabang Jambi secara umum mengguanakan akad murabahah dan
akad musyarakah mutanaqisah. Prosedur pelaksanaan pembiayaan dengan cara:
permohonan pembiayaan dan wawancara , pengisian formulir pembiayaan, proses
verifikasi, pembuatan proposal usulan pembiayaan, proses akad pembiayaan,
pencairan dana dan pembayaran angsuran dan pelunasan. Pada dasarnya bank
-
37
membeli barang ke pada pihak pemilik rumah terlebih dahulu setelah itu menjual ke
nasabah secara tangguhan.
Dari skripsi Saudara Ilham Kurnia terdapat persamaan dan perbedaan dengan
Skripsi penulis. Persamaannya yaitu: sama-sama meneliti tentang Akad Murabahah.
Perbedaannya yaitu: Skripsi Saudara Ilham Kurnia meneliti di Bank Muamalat
Cabang Jambi, sedangkan Penulis di Bank BRI Syariah Cabang Jambi.
Sementara itu penulis menyusun skripsi dengan judul Pelaksanaan Antara
Teori dan Praktek Murabahah Pada Bank BRI Syariah Jambi. Dalam skripsi ini
membahas bagaimana Teori akad murabahah di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung
Kota Jambi Serta Penerapannya kepada Nasabah.
-
38
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bank BRI Syariah cabang Jelutung Kota Jambi,
penelitian ini di mualai tanggal 03 Mei 2018 – 03 Apgustus 2019.
B. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan judul yang ingin diteliti maka pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan metodologi penelitian yang berusaha menggambarkan atau
melukiskan objek dan subjek sesuai dengan keadaan dan senantiasa berpedoman pada
al-Qur‟an, hadits serta pendapat ulama.23
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini dilakukan dengan (filed reaseach), yaitu mencari data
dengan melakukan penelitian langsung dilapangan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan atau informasi dari responden. Adapaun lokasi penelitian yang akan
penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi adalah di Bank BRI Syari‟ah
Kantor Cabang Hayam Wuruk, Jelutung, Kota Jambi.
Secara umum jenis data dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu data
primer dan data sekunder.
23
Husaini Usaman, metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), hlm.129
-
39
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian atau
keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dilapangan.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh secara langsung mmelalui
wawancara. Data primer yang termasuk dalam penelitian ini adalah penerapan akad
di Bank BRI Syariah yang berkenaan dengan akad murabahah.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung atau melalui sumber peantara. Data diperoleh dengan cara mengintip
dari sumberlain, sehingga tidak bersifat authentic, karena sudah diperolah dari tangan
kedua, ketiga dan seterusnya.24
Data sekunder ini diperoleh melalui sejumlah buku, jurnal, dan bacaan lainnya
yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini, yang dapat memberikan informasi
atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok.
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data data
dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini di sesuaikan dengan focus dan
24
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revial, (Jambi: Syariah Perss IAIN
STS,2014), hlm.34
-
40
tujuan nasabah.25
Sesuai dengan focus penelitian, maka yang menjadi sumber data
dalam penelitian ini adalah Pegawai Bank dan Nasabah
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Teknik
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dalam hal ini penulis mengobservasi penerapan akad murabahah di Bank
BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi dengan menanyakan hal-hal yang berkaitan
dengan akad murabahah kepada Custamor Service, Teller, Security dan nasabah.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukaran informasi dan ide
melaui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topic tertentu.
Melalui suatu percakapan sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh peneliti
sebagai pewawancara dengan sejumlah orang yang disebut sebagai responden atau
yang diwawancarai untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti.26
Penulis melakukan pertemuan dengan pegawai Bank yaitu Pimpinan Cabang,
Custamor Service, Unit Head, Account Officer dan Nasabah untuk bertukar informasi
25
Husein Umar, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali
Perss,2009), hlm.42 26
Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm.312
-
41
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat mengetahui secara langsung bagaimana
penerapan Akad murabahah di Bank BRI Syariah cabang Jelutung Kota Jambi.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara untuk menggali data yang bersumber dari
dokumen-dokumen, catatan-catatan, foto-foto serta laporan-laporan lain yang
mengandung petunjuk-petunjuk tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian
ini. Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen di Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi. Dalam
melakukan tehnik dokumentasi, penulis menelaah secara tekun dan mencatat data
yang ada kaitannya dengan mmasalah yang diteliyi seperti buku-buku, makalah,
dokumen dan lain-lain.
Guba dan Lincon mendefinisikan dokumen dan record adalah sebagai berikut:
record adalah setiap pernyataaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting. Dokumen
adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari ricord yang tidak dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang penyidik.27
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis, dengan metode ini
berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, dari hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi maka penulis mengangkat fakta-fakta yang umum, peristiwa konkrit,
27
Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008),
hlm.159
-
42
kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.28
Dalam hal ini peneliti
melakukan observasi ke Bank BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi, kemudian
melakukan wawancara kepada pegawai Bank dan Nasabah untuk mengetahui hal-hal
yang berkaitan dengan akad murabahah sehingga penulis dapat menyelesaikan
masalah yang ada mengenai penerapan akad murabahah di Bank BRI Syariah
Cabang Jelutung Kota Jambi dan kemudian mendapatkan kesimpulan dari hasil
Observasi dan wawancara tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan skripsi ini, maka
perlu kiranya disusun sistematis.adapun sistematika yang digunakan dalam skripsi ini
adalah terdiri dari lima bab, dari setiap bab tersebut diuraikan kembali dalam sub-sub
yaitu bagian uraian lebih kecil dari skripsi ini. Semua bagian dari skripsi ini
merupakan satu kesatuan antara yang satu dengan yang lainnya. Sistematika
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.
Bab kedua yaitu mengenai metodologi penelittian, yang di dalamnya
membahas tentang pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrument
pengumpulan data, teknis analisis data dan sistematika penulisan.
28
Sugiono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif , (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.341
-
43
Bab ketiga yaitu berisikan gambaran umum tentang kondisi dan keadaan
lokasi penelitian.
Bab keempat yaitu membahas hasil penelitian yang berisikan tentang teori dan
praktek akad murabahah yang dilakukan di bank BRI Syariah cabang sipin jambi
Bab kelima yaitu membahas kesimpulan dan saran-saran
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1
No Kegiatan
Waktu Penelitian
Oktober
2019
Novemb
er
2019
Desembe
r
2019
Januari
2019
Februari
2019
Juli
2019
Agustus
2019
September
2019
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul x
2 Pembuatan
Proposal
x X x
3
Seminar dan
Perbaikan
Proposal
x x x x x
4 Pengesahan
Judul
x
5 Surat Izin Riset x
6 Pengumpulan
Data
x x x x
7 Analisis Data x x x
8 Konsultasi
Pembimbing
x
9 Bimbingan x x x
10 Agenda dan
Ujian Skripsi
x
-
44
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Bank BRI Syari’ah
Berawal dari akuisisi Bank BRI terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember
2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008
melalui suratnya o.10/67/KEP.GBI/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT
Bank BRI Syariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah
merubah kegiatan usahayang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Dua tahun lebih PT. Bank BRI Syariah hadir mempersembahkan sebuah bank
ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai dengan kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah
dengan pelayanan prima (service excellence) danmenawarkan beragam produk yang
sesuai harapan nasabah dengan syariah.
Kehadiran PT. Bank BRI Syariah ditengah-tengah industri perbankan nasional
dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini
menggambarkan keinginan dan tuntunan masyarakat terhadap sebuah bank modern
sekelas PT. Bank BRI Syariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan
warna putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat Indonesia.
Aktivitas PT Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19 Desember
2008 ditandatangani akta pemisahan Unit UsahaSyariah PT. Bank Rakyat Indonesia,
-
45
untuk melebur ke dalam PT. Bank BRI Syariah (proses spin off-) yang berlaku efektif
pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatangan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia, Bapak Ventje Raharjo selaku
Direktur Utama PT. bank BRI Syariah.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset,
jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada segmen
menengah bawah, PT, Bank BRI Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern
terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. bank BRI Syariah merintis sinergi dengan
PT. Bank Rakyat Indonesia, dengan memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank rakyat
Indonesia, sebagai kantor layanan syariah dalam mengembangkan bisnis yang
berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer
berdasarkan prinsip syariah. Dalam mengembangkan bisnis, PT. Bank BRI Syariah
membuka kantor cabang di Hayam Wuruk, Jelutung, Kota Jambi.
B. Visi dan Misi
1. Visi Bank BRI Syari`ah
Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial sesuai
dengan kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna.
-
46
2. Misi Bank BRI Syari‟ah
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan finansial
nasabah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai dengan
prinsip-prinsip syari`ah.
c. Menyediakan akases ternyaman melalui berbagai saranan kapanpun dan
dimanapun.
d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketentraman pikiran.29
C. Moto Bank BRI Syariah
BRI Syariah mempunyai moto yang berbunyi “Bersama wujudkan harapan
bersama” sebagai perwujudan dari visi dan misi BRI Syariah sendiri yang
mempunyai arti BRI Syariah ingin menjelaskan bahwa seluruh stake holder BRI
Syariah baik internal maupun eksternal merupakan instrumen yang penting dalam
rangka mewujudkan seluruh harapan stake holder.
D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas
a. Struktur Organisasi
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan.
Langkah pertama dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan merencanakan dan
merumusukan struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
organisasi. Agar tujuan tersebuat dapat tercapai, maka orang yang bekerja dalam
29
www.brisyariah.co.id, diakses pada tanggal 02 Agustus 2019
http://www.brisyariah.co.id/
-
47
dalam suatu organisasi harus mengetahui dan mengerti akan tugas, tanggungjawab
dan wewenangnya. untuk menggambarkan secara sistematis hubungan kerja antar
unsur-unsur organisasi maka harus ada struktur organisasi yang jelas. Adapun
struktur organisasi pada Bank BRI Syariah Cabang Jambi sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI BANK BRISYARIAH KANTOR CABANG
JELUTUNG JAMBI
PIMPINAN CABANG
Amir Mahmud
Unit Head
1. Andre
Account Officer
1. Riki
AO Mikro
1. Diana
Branch Operation
Supervisor
1. Lukman
1. Putri Devia (CS)
2. Andre (CS)
3. Cici (Teller)
4. Nadia (Teller)
Penaksiran Madya
Vacant
Penaksiran Muda
Vacant
-
48
b. Deskripsi Tugas
1. Pimpinan Cabang
Tugas dan wewenang pimpinan cabang adalah :
a). Melakukan pertanggung jawaban operasional dan finasial kantor cabang
b). Melaksanakan misi kantor cabang secara keseluruhan
c). Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur
d). Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, serta mengelola layanan unggul
kepada nasabah
e). Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi serta kegiatannya
2. Unit Head
Bertanggung jawab atas tugas-tugas marketing untuk segmen bisnis mikro dan
sekaligus bertanggung jawab terhadap SDM yang menjadi sub ordinatnya baik
dari segi bisnis maupun administrasi.
3. Account Officer
Bertanggung jawab atas program-program marketing sekaligus memasarkan
produk-produk consumer.
4. Branch Operation Supervisor
a. Mengkoordinator kegiatan pelayanan dan transaksi operasional teller dan
contumer service sehingga kebutuhan nasabah dapat terpenuhi dan tidak ada
transaksi yang tertunda penyelesaiannya untuk mencapai service excellent.
b. Membina dan melatih teller dan costumer service agar dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dan benar.
-
49
c. Bertanggung jawab atas lingkungan kerja terutama halaman, banking hall, dan are
kerja teller, costumer service, dan area front office lainnya, seperti tempat duduk
nasabah, tempat aplikasi dan brosur.
d. Mengelola operasional teller dan costumer service kantor cabang.
e. Melakukan koordinator internal dan eksternal perusahaan khususnya yang terkait
dengan operasional front office kantor cabang.
f. Melakukan sosialisasi kepada teller dan costumer service serta pihak terkait
lainnya daalam rangka implementasi kebijakan dan aturan yang berlaku untuk
setiap layanan operasi front office di Kantor Cabang
5. Teller
a. Melayani nasabah untuk transaksi sektor dan penarikan tunai dan non tunai serta
transaksi lainnya sesuai aturan yang ditetapkan untuk mencapai service excellent-
implementasi fungsi servis profider.
b. Melaksanakandan bertanggung jawab atas transaksi operasional tunai dan non
tunai yang diprosesnya berdasarkan intruksi nasabah dan kebijakan serta aturan
yang telah ditetapkan.
c. Memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan kerja terutama counter teller
dan kondisi khasanah.
d. Memahami produk dan layanan yang diberikan terkait dengan operasi teller.
e. Melaksanakan dan bertanggung jawab kepada supervisor dalam rangka
implementasi kebijakan dan aturan yang berlaku untuk setiap layanan operasi front
office di Kantor Pusat.
-
50
f. Sebagai bagian dari tim operasonal yang harus dapat bekerja sama dan mengikuti
pelatihan dalam mewujudkan team work yang solid dan komunikasi yang efektif
di operasional Kantor Pusat.
6. Costumer Service
a. Melayani nasabah dengan cara memberikan informasi produk dan layanan serta
melaksanakan transaksi operasional sesuai dengan kewenangannya, berdasarkan
instruksi nasabah dan kebijakan serta aturan yang telah ditetapkan, menangani
keluhan nasabah serta memahami produk layanan yang diberikan terkait dengan
opersi layanan costumer service.
b. Melaksanakn dan bertanggung jawab kepada supervisor dan berkoordiasi secara
proaktif dengan karyawan lainnya dalam rangka implementasi kebijakan dan
aturan yang berlaku untuk setiap layanan operasi front office di Kantor Cabang.
c. Melayani nasabah dalam pembukaan dan penutupan rekening serta transaksi
lainnya sesuai aturan yang di tetapkan untuk mencapai service excellent.
E. Produk Bank BRI Syari’ah
1. Tabungan Faedah BRISyariah Ib
Produk simpanan dari BRISyariah untuk nasabah perorangan yang
menginginkan kemudahan transaksi keuangan sehari-hari. Produk ini menggunakan
akad Wadi‟ah yad dhamamah.
Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:
a. Ringan setoran awal Rp.100.000
b. Gratis biaya administrasi bulanan
-
51
c. Gratis biaya ATM bulanan
d. Ringan biaya tarik tunai di seluruh jaringan ATM BRI, Bersama & Prima
e. Ringan biaya transfer melalui jaringan ATM, Bersama & Prima
f. Ringan biaya cek saldo di jaringan ATM BRI, Bersama & Prima
g. Ringan biaya denit di jaringan EDC BRI & Prima
2. Tabungan Haji BRISyariah Ib
Merupakan produk simpanan yang menggunakan akad bagi hasil sesuai
prinsip syariah khusus bagi calon haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
biaya perjalanan ibadah haji (BPIH). Produk ini menggunakan akad Mudharabah
Muthiaqah.
Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:
a. Setoran awal yang ringan
b. Gratis biaya administrasi bulanan
c. Gratis asuransi jiwa dan kecelakaan
d. Online dengan SISKOHAT (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) untuk kepastian
porsi keberangkatan haji
e. Bebas setiap saat menambahkan saldo
f. Dapat bertransaksi di seluruh jaringan kantor cabang BRISyariah secara online
g. Pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda dapatkan
h. Kemudahan dalam merencanakan persiapan ibadah haji anda
i. Dapat dibukakan untuk anak-anak
j. Tersedia pilihan haji reguler dan haji khusus
-
52
3. Tabungan Impian BRISyariah iB
Produk simpanan berjangka dari BRISyariah untuk nasabah perorangan yang
dirancang untuk mewujudkan impian nasabahnya ( kurban, pendidikan, liburan,
belanja) dengan terencana memakai mekanisme autodebet setoran rutin bulanan.
Produk ini menggunakan akad Mudharabah Muthiaqah.
Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:
a. Mendapatkan buku tabungan dan sertifikat asuransi
b. Gratis asuransi hingga RP. 750 juta
4. Simpanan Pelajar (SimPel) BRISyariah iB
SimPel iB kependekan dari Simpanan Pelajar iB adalah tabungan untuk siswa
yang diterbitkan secara nasional oleh bank-bank di Indonesia denfan persyaratan
mudah dan sederhana serta fitur yang menarik, dalam rangka edukasi dan inklusi
keuangan untuk mendorong budaya menabung sejak dini.
Adapun keunggulan produk ini adalah:
a. Setoran awal ringan
b. Biaya murah
c. Bebas biaya administrasi
d. Memperoleh kartu ATM (optional)
e. Gratis fitur faedah (transaksi melalui ATM melalui jaringan BRI, PRIMA dan
Bersama
f. Memperoleh buku tabungan
g. Dapat diberikan bonus sesuai kebijakan bank
-
53
h. Rekening dapat diberikan fasilitas layanan autodebet berdasarkan standing
intruction, pembiayaran tagihan rutin, zakat/infaq/sedekah, autosweep, dan
sebagainya
5. Giro Faedah Mudharabah BRISyariah iB
Merupakan investasi dana nasabah pada BRISyariah dengan menggunakan
akad Mudharabah Mutlaqah yang penarikammya dapat dilakukan sesuai kesepakatan
dengan menggunakan cek, bilyet giro, saranan perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindahan bukuan.
Adapun fasilitas/keunggulan produk ini adalah:
a. Dapat bertransakssi diseluruh jaringan kantor cabang BRISyariah secara online
b. Buku cek dan bilyet giro sebagai media penarikan, pemotongan zakat secara
otomatis dari bagi hasil yang diterima
c. Dapat diberikan layanan e-channel berupa Cash Management System (CMS)
6. Deposito BRISyariah iB
Merupakan produk simpanan berjangka menggunakan akad bagihasil sesuai
prinsip syariah bagi nasabah perorangan maupun perusahaan yang memberikan
keuntungan optimal. Produk ini menggunakan akad Mudharabah Muthlaqah.
Adapun fasulitas/keunggulan produk ini adalah:
a. Bagi hasil yang kompetitif
b. Dapat dilakukan pemotongan zakat secara otomatis dari bagi hasil yang anda
dapatkan
-
54
c. Pemindahan otomatis setiap bulan dari bagi hasil yang didapat ke rekening
tabungan atau Giro di BRISyariah
d. Dapat diperpanjang secara otomatis dengan nisbah bagi hasil sesuai yang berlaku
pada saat diperpanjang
e. Dapat dijadikan sebagai jaminan pembayaan
7. KPR Sejahtera BRISyariah iB
KPR Sejahtera adalah produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah yang
diterbitkan Bank BRISyariah untuk pembiayaan rumah dengan dukungan bantuan
dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) kepada masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) dalam rangka pemilikn rumah sejahtera yang dibeli
dari pengembang (develover).
KPR Sejahtera terdiri dari: KPR Sejahtera Syariah Tapak untuk pembiayaan
rumahnsejahtera tapak (landed house), KPR Sejahtera Syariah Susun untuk
pembiayaan rumah sejahtera susun (nonlanded house).
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan (FLPP) adalah dukungan fasilitas likuiditas
pembiayaan perumahan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang
pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana
Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat melalui Lembaga
Perbankan yang sasarannya untuk menurunkan tingkat margin Pembiayaan KPR bagi
MBR.
Kelompok sasaran atau target nasabah KPR Sejahtera adalah:
-
55
a. Kelompok sasaraan untuk KPR Sejahtera Ta[ak adalah masyaratka Berpenghasilan
rendah (MBR) dengan penghasilan tetap (fixed income earner) paling banyak Rp.
4.000.000 perbulan
b. Penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka (1) adalah gaji/upah pokok
pemohon perbulan
c. Penghasilan tetap yaitu pegawai/karyawan pada saat pengajuan dengan status
tetap (dibuktikan dengan surat keterangan dari instansi atau perusahaan atau
berdasarkan SK pengangkatan.perubahan) dari perusahaan/instansi yang memiliki
reputasi yang baik dengan total mmassa kerja minimal 2 (dua) tahun
d. Untuk calaon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dapat dibiayai dengan masa kerja
minimal 1 (satu) tahun dan sudah menjalani Latihan Pra Jabatan
e. Kelompok sasaran untuk KPR Sejahtera sebagaimana dimaksud dalam angka (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Pemohon dan pasangan belum pernah memiliki rumah/hunian baik yang
perolehannya melalui pemiayaan prumahan bersubsidi maupun tidak bersubsidi
yang dibuktikan dengan surat keterangan yang ditandatangani RW/RT
setempat/instansi tempat kerja (lampiran 5)
2) Pemohon dan pasangan belum pernah menerima subsidi perumahan
3) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi
4) Menyerahkan fotocopy (SPT) Tahunan Pph Orang Pribadi
Adapun Fitur KPR Sejahtera BRISyarih iB sebagai berikut:
a. Menggunakan prinsip jualbeli (Murabahah) dengan akad Murabahah bil Wakalah
-
56
b. Jangka waktu minimal 15 tahun
c. Cicilan tetap dan ringan selama jangka waktu Rp. 7000-an/bulan untuk kelipatan
pembiayaan Rp. 1.000.000
d. Uang muka ringan hanya 1%-an dari harga rumah
e. Margin pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah setara dengan 5%
(lima persen) pertahun dengan metoe perhitungan annuitas
8. KKB BRISyariah iB
Pembiayaan kepemilikan mobil dari BRISyaariah kepada nasabah perorangan
untuk memenuhi kebutuhan akan kendaraan dengan menggunakan prinsip jualbeli
(Murabahah) di mana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah angsuran yang
telah disepakati di muka dan dibayar setiap bulan.
Produk pembiayaan KKB BRISyariah iB pemnggunakan prinsip jual beli
(Murabahah) dengan akad Murabahah bil Wakalah. Akad Wakalah adalh akad
pelimpahan kekusaan oleh Bank BRISyariah kepada nasabah, dalam hal ini Bank
BRISyariah mewakilkan kepada nasabah untuk membeli mobil dari penjual
mobil/dealer. Akad Murabahah adalah akad transaksi jual beli mobil sebesar harga
perolehan mobil ditambah dengan margin yang disepakati oleh para pihak, di mana
Bank BRISyariah menginformasikan terlebih dahulu harga perolehan kepada
pembeli.
9. KMF Purna BRISyariah iB
KMF PURNA iB adalah Kepemilikan Multifaedah fasilitas pembiayaan yang
diberikan kepada para pensiunan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan
-
57
kebutuhan paket barang atau jasa dengan menggunakan prinsip jual beli (Murabahah)
atau sewa menyewa (Ijarah) di mana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah
angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan.
10. KMF Pra Purna BRISyariah iB
KMF PRA PURNA iB adalah fasilitas pembiayaan kepada para PNS aktif
yang akan memasuki masa pensiunan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan
kebutuhan paket barang barang atau jasa dengan menggunakan prinsip jual beli
(Murabahah) atau sewa menyewa (Ijarah) di mana pembayarannya secara angsuran
dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan
sampai memasuki masa pension.
11. KMF BRISyariah iB
Kepemilikan Multi Faedah Pembiayaan yang diberikan khusus kepada
karyawan untuk memenuhi segala kebutuhan barang atau jasa yang bersifat
konsumtif dengan cara yang mudah.
Akad pembelian barang menggunakan akad Murabahah wal Wakalah. Akad
pembelian jasa menggunakan akad Ijarah wal Wakalah.
12. Pembiayaan Kepemilikan Emas
Pembiayaan kepada perorangan untuk tujuan kepemilikan emas dengan
menggunakan Akad Murabahah di mana pengembalian pembiayaan dilakukan
dengan mengangsur setiap bulan sampai dengan jangka waktu selesai sesuai
kesepakatan.
-
58
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Penerapan Akad Murabahah Pada Bank BRISyariah
Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual
beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan
tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.
Tingkat keuntungan ini bisa dalam bentuk lumpsum atau persentase tertentu
dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakukan secara tunai atau bisa dikemudian
hari yang disepakati bersama. Oleh karena itu, murabahah tidak dengan sendirinya
mengandung konsep pembayaran tertunda, seperti yang secara umum dipahami oleh
sebagian orang yang mengetahui murabahah hanya dalam hubungannya dengan
transaksi pembiayaan diperbankan syariah, tetapi memahami Fikih Islam.30
Dalam akad murabahah yang paling penting untuk dinegoisasikan antara
nasabah dan bank adalah harga barang, jangka wakt cicilan dan keuntungan (margin)
Bank. Dalam proses negoisasi, Bank Syariah tidak boleh memberikan opsi harga
yang berbeda-beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda.
Dalam hal ini peneliti akan memaparkan mengenai penerapan akad
Murabahah pada Bank BRI Syariah cabang jambi, berdasarkan wawancara peneliti
dengan saudara Amir Mahmud, Pimpinan Cabang BRI Syariah Cabang Jelutung,
Kota Jambi mengatakan bahwa:
30
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada,2007), hlm.
81-82
-
59
Bank BRI Syariah cabang jambi ini sama seperti Bank BRI Syariah lainnya,
di Bank BRI Syariah ini juga menggunakan akad Murabahah dengan prinsip
bagi hasil sebagaimana prinsip Bank Syariah lainnya. Akad ini juga salah satu
akad yang diminati oleh nasabah. Karena prosesnya tidak rumit dan dapat
membantu dalam memenuhi kebutuhan nasabah seperti kebutuhan tempat
tinggal dan kendaraan. Dalam akad murabahah sebelum melangsungkan
transaksi hal yang perlu dilakukan adalah melakukan kesepakatan atau
perjanjian mengenai harga barang, jangka cicilan dan keuntungan (margin
yang akan didapatkan Bank.31
Dari penjelasan di atas lebih lanjut mengenai penerapan akad Murabahah
serta syarat-syarat pembiayaan murabahah menurut perspektif Islam sebagai berikut:
1. Bank memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2. Kontrak pertama harus sah.
3. Kontrak harus bebas dari unsur riba.
4. Bank harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut sebelum
menjualnya ke nasabah.
5. Komoditi yang diperjual belikan harus halal.
6. Bank seharusnya mengungkapkan setiap cacat yang terjadi setelah pembelian atas
produk dan membuka semua hal yang berhubungan dengan cacat.
7. Bank harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga pembelian, misalnya
jika pembelian dilakukan secara hutang.
8. Jika syaat dalam 1,6 atau 7 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: melanjutkan
pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan
ketidaksetujuan atau membatalkan kontrak.
31
Wawancara dengan Amir Mahmud, Pimpinan Cabang, Bank BRI Syariah Jelutung Kota
Jambi, pada tanggal 13 Agustus 2019.
-
60
Dalam proses transaksi dengan menggunakan akad murabahah pada Bank
BRI Syariah Cabang Jelutung kota Jambi tentu ada proses ataupun prosedur yang
harus dilakukan oleh nasabah sampai terjadi serah terima barang antara Bank dan
Nasabah.
Mengenai prosedur akad murabhah ini Putri Devia, Custamor Service Bank
BRI Syariah Cabang Jelutung Kota Jambi menjelaskan:
Untuk proses akad murabahah nasabah datang ke bank untuk memberitahu
tujuannya bahwa ingin membeli suatu barang dengan menggunakan akad
murabahah, kemudian nanti nasabah mengisi formulir dari Bank, nah
selanjutnya pihak Bank akan mengecek kembali permohonan nasabah. Setelah
kedua belah pihak sepakat dengan hal-hal seperti harga, keuntungan, jenis
barang maka akan dilangsungkan transaksi pembelian.32
Untuk lebih rinci, adapun prosedur pembiayaan Murabahah sebagai berikut:
1. Nasabah meminta bank melalui formulir tertulis untuk membeli produk tertentu,
dimana klien akan membeli melalui Murabahah. Formulir tersebut berisi tentang
spesifikasi produk yang diminta, persyaratan dokumen, total nilai produk,
informasi tentang nasabah, pembagian laba dan sumber penawaran produk.
2. Bank mempelajari formulir surat permohonan nasabah dari segala aspek yang
meliputi:
a. Mempelajari posisi nasabah, seperti jenis bisnis nasabah, situasi kredit dan
likiuditasnya.
32
Wawncara dengan Putri Devia, Customer service Bank BRI Syariah Jelutung Kota Jambi,
pada tanggal 22 Agustus 2019.
-
61
b. Mempelajari produk dari segi ekonomi, gambaran situasi umum pasar, yaitu
jumlah penawaran dan permintaan produk.
c. Mempelajari metode penawaran pembelian, seperti biaya operasi pembiayaan
Murabahah, jangka waktu perjanjian, laba pembiayaan dan pembayaran angsuran
pinjaman.
d. Meminta jaminan untuk melindungi hak bank dalam mendapatkan kembali
uangnya sesuai dengan waktu perjanjian.
3. Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan Murabahah, bank meminta
pembeli untuk menandatangani kontrak perjanjian. Pada tahap ini, biaya operasi
pembiayaan Murabahah dan penentuan pembagian bisa didiskusikusikan dan
disepakati. Disamping itu bank meinta pembeli untuk membayar angsuran pertama
harga Murbahah. Bentuk paling umum kontrak pembelian bank disini adalah
pernyataan oleh nasabah bahwa nasabah akan menyelesaikan perjanjian
pembeliannya ketika diberitahukan oleh bank bahwa produk telah tersedia.
4. Setelah bank membeli produk, kemudian bank dan pembeli menandatangani
kontrak penjualan Murabahah dan keuntungan yang diperoleh bank harus
diketahui.
5. Pembeli menerima produk.
Dari hasil wawancara peneliti, dapat diketahui bahwa penerapan akad
murabahah di Bank BRI Syariah Cabang Jambi menggunakan prinsip Syariah yaitu
Jual Beli dengan Bagi Hasil dan transaksi dilakukan atas dasar suka-sama suka antara
kedua belah pihak (Bank dan Nasabah).
-
62
B. Penerapan Akad Murabahah Kepada Nasabah
Murabahah pada umumnya diterapkan pada produk pembiayaan untuk
pembelian barng-barang investasi, baik domestic maupun luar negeri. Skema ini
paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah
bisa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya. Bagi nasabah yang akan
melakukan akad murabahah perlu memahami prosedur yang ditetapkan oleh Bank.
Bank harus memberi tahu secacara jujur tentang harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperukan. Jadi, margin keuntungan yang akan diterima
oleh bank harus dinyatakan di dalam perjanjian. Biasanya hal tersebut dinyatakan
pada Pokok Perjanjian di mana dinyatakan berapa Bank membeli barang tersebut,
berapa margin keuntungan Bank, dan berapa harga total jualanya. Dalam akad
biasanya juga disebutkan bahwa harga barang tersebut harus bersifat tetap, dan tidak
berubah dalam kondisi apapun.33
Dalam wawancara penulis kepada saudara Riki, Account Officer Bank BRI
Syariah cabang Jelutung, Kota Jambi mengatakan:
Bagi nasabah yang ingin melakukan akad Murabahah tidak harus berprofesi
pegawai negeri, atau bekerja di instansi-instansi tertentu. Dalam melakukan
akad ini pihak Bank memang melihat latarbelakang pekerjaan nasabah untuk
menghindari hal-hal seperi jika suatu hari nasabah tidak dapat membayar
angsuran disebabkan gaji tidak mencukupi dan lain sebagainya. Jadi sebelum
melakukan transaksi atau kesepakatan akad, pihak bank memberi formulir
kepada nasabah untuk mengetahui informasi yang diperlukan dari nasabah
tersebut. Bank juga memeberi tahu dengan jujur dan terang-terangan
33
Irma Devita Purnamasari dan Suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-
kiat Cerdas Mudah Dan Bijak Memahami Masalah Akad SyariH, (Bandung: Kaifa PT Mizan
Pustaka,2011), hlm. 51
-
63
mengenai margin keuntungannya, dan margin tersebut tidak berubah sampai
akad berakhir34
Hal tersebut sebagaimana juga diterangkan dalam Dalam Fatwa DSN-MUI
No:04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah, juga menjelaskan kententuan yang
berlaku kepada nasabah, diantaranya:
1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barag atau aset
kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedangang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima sesuai dengan janji yang telah disepakatiya, karena secara hukum janji
tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank boleh meminta kepada nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pmasaran.
5. Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika uang muka kurang dari kerugian yang ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak „urban sebagai alternatif dari uang muka, maka:
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar
sisa harga.
34
Wawncara dengan Putri Devia, Customer service Bank BRI Syariah Jelutung Kota Jambi,
Agustus 2019.
-
64
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik