ancaman bagi wanita yang membuka auratnya

38
Ancaman Bagi Wanita yang Membuka Auratnya PENDAHULAN LATARBELAKANG Ajaran Islam adalah petunjuk bagi manusia untnk mewujudkan suatu kehidupan yang penuh rahmat . Wujud yang nyata dari rahmat Allah itu ialah keselamatan, kesehatan, kewarasan, ketenuaman, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan, Hal-hal inilah yang tercakup dalam ani kata hasanah dan dalam istilah hukum Islam disebut maslahah (kemaslahatan). Hukum Islam - pada hakikalnya - tidak lain adalah jaminan untuk mewujudkan kemaslahalan dalam kehidupan umat manusia, Salah salu dari kemaslahatan adalah pakaian, Budaya pakaian adalah salah satu ciri peradaban manusia sehagai makhluk terhormatf Pakaian sebagai busana akan selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tradisi yang ada. Ia selalu mengalami daur ulang, berputar,

Upload: jellal-hernandez

Post on 20-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Ancaman Bagi Wanita yang Membuka Auratnya

TRANSCRIPT

Page 1: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Ancaman Bagi Wanita yang Membuka Auratnya

PENDAHULAN

LATARBELAKANG

Ajaran Islam adalah petunjuk bagi manusia untnk mewujudkan suatu kehidupan

yang penuh rahmat . Wujud yang nyata dari rahmat Allah itu ialah keselamatan,

kesehatan, kewarasan, ketenuaman, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan, Hal-

hal inilah yang tercakup dalam ani kata hasanah dan dalam istilah hukum Islam

disebut maslahah (kemaslahatan).

Hukum Islam - pada hakikalnya - tidak lain adalah jaminan untuk mewujudkan

kemaslahalan dalam kehidupan umat manusia, Salah salu dari kemaslahatan adalah

pakaian, Budaya pakaian adalah salah satu ciri peradaban manusia sehagai makhluk

terhormatf Pakaian sebagai busana akan selalu disesuaikan dengan perkembangan

zaman dan tradisi yang ada. Ia selalu mengalami daur ulang, berputar, bervariasi

mengikuti jamannya. Dengan begitu dari pakaian yang dikenakan sexing ka.li dapat

diketahui identilas diri pemakainyaf Oleh karena itu, masalah pakaian adalah masalah

kemanusiaan, didalamnya terkait harkat dan martabat manusia, yang mana berpakaian

terkait dengan kewajiban uma: Islam untuk menutup aurat.

Pada zaman modem, begitu banyak mode pakaian sudah diciplakan orang, Mulai dari

yang sempit sampai yang longgar, mulai dari bahan yang sangat sederhana sampai

hahan yang sangat mahal, baik untuk kaum adam maupun kaum hawa. Temtama

Page 2: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

untuk kaum hawa, karena tubuh perempuan biasanya dijadikan objek seksual bagi

lak-laki. Zaman sekarang, busana perempuan mulai dari mode yang terbuka

menampakkan perhiasannya, lalu yang sangat sempit yang rnennnjolkan sex appeal-

nya‘ sampai kepada mode yang sangat tertutup. Islam sebagai agama yang sempuma,

sejak 15 abad yang lalu sudah mengatur masalah busana ini, terutama untuk kaum

perempuan

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penulis ingin menulis

membahas tentang

1. Pengertian aurat

2. Batasan Aurat bagi Wanita

3. Syarat-syarat Menutup Aurat

4. Ancaman Bagi Orang yang Membuka Auratnya

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aurat

Page 3: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Menurut pengertian bahasa (literal), aurat adalah al-nuqshaan wa al-syai’ al-

mustaqabbih (kekurangan dan sesuatu yang mendatangkan celaan). Diantara bentuk

pecahan katanya adalah ‘awara`, yang bermakna qabiih (tercela); yakni aurat manusia

dan semua yang bisa menyebabkan rasa malu. Disebut aurat, karena tercela bila

terlihat (ditampakkan).

Imam al-Raziy, dalam kamus Mukhtaar al-Shihaah hal 461, menyatakan, “‘al-aurat:

sau`atu al-insaan wa kullu maa yustahyaa minhu (aurat adalah aurat manusia dan

semua hal yang menyebabkan malu.”

Dalam Syarah Sunan Ibnu Majah juz 1/276, disebutkan, bahwa aurat adalah kullu

maa yastahyii minhu wa yasuu`u shahibahu in yura minhu (setiap yang menyebabkan

malu, dan membawa aib bagi pemiliknya jika terlihat)”.

Imam Syarbiniy dalam kitab Mughniy al-Muhtaaj, berkata,” Secara literal, aurat

bermakna al-nuqshaan (kekurangan) wa al-syai`u al-mustaqbihu (sesuatu yang

menyebabkan celaan). Disebut seperti itu, karena ia akan menyebabkan celaan jika

terlihat.“

Dalam kamus Lisaan al-’Arab juz 4/616, disebutkan, “Kullu ‘aib wa khalal fi syai’

fahuwa ‘aurat (setiap aib dan cacat cela pada sesuatu disebut dengan aurat). Wa syai`

mu’wirun au ‘awirun: laa haafidza lahu (sesuatu itu tidak memiliki penjaga

(penahan)).”

Page 4: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Imam Syaukani, di dalam kitab Fath al-Qadiir, menyatakan;

“Makna asal dari aurat adalah al-khalal (aib, cela, cacat). Setelah itu, makna aurat

lebih lebih banyak digunakan untuk mengungkapkan aib yang terjadi pada sesuatu

yang seharusnya dijaga dan ditutup, yakni tiga waktu ketika penutup dibuka. Al-

A’masy membacanya dengan huruf wawu difathah; ‘awaraat. Bacaan seperti ini

berasal dari bahasa suku Hudzail dan Tamim.”

B. Batasan Aurat bagi Wanita

Batasan Aurat Menurut Madzhab Syafi’iy

Di dalam kitab al-Muhadzdzab juz 1/64, Imam al-Syiraaziy berkata;

“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khuduriy, bahwasanya Nabi saw

bersabda, “Aurat laki-laki adalah antara pusat dan lutut. Sedangkan aurat wanita

adalah seluruh badannya, kecuali muka dan kedua telapak tangan.”

Mohammad bin Ahmad al-Syasyiy, dalam kitab Haliyat al-’Ulama berkata;

“.. Sedangkan aurat wanita adalah seluruh badan, kecuali muka dan kedua telapak

tangan.”

Al-Haitsamiy, dalam kitab Manhaj al-Qawiim juz 1/232, berkata;

Page 5: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

“..Sedangkan aurat wanita merdeka, masih kecil maupun dewasa, baik ketika sholat,

berhadapan dengan laki-laki asing (non mahram) walaupun di luarnya, adalah seluruh

badan kecuali muka dan kedua telapak tangan.”

Dalam kitab al-Umm juz 1/89 dinyatakan;

” ….Aurat perempuan adalah seluruh badannya, kecuali muka dan kedua telapak

tangan.”

Al-Dimyathiy, dalam kitab I’aanat al-Thaalibiin, menyatakan;

“..aurat wanita adalah seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan”.

Di dalam kitab Mughniy al-Muhtaaj, juz 1/185, Imam Syarbiniy menyatakan;

” …Sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuh selain wajah dan kedua telapak

tangan…”

Batasan Aurat Menurut Madzhab Hanbaliy

Di dalam kitab al-Mubadda’, Abu Ishaq menyatakan;

“Aurat laki-laki dan budak perempuan adalah antara pusat dan lutut. Hanya saja, jika

warna kulitnya yang putih dan merah masih kelihatan, maka ia tidak disebut menutup

aurat. Namun, jika warna kulitnya tertutup, walaupun bentuk tubuhnya masih

kelihatan, maka sholatnya sah. Sedangkan aurat wanita merdeka adalah seluruh

tubuh, hingga kukunya. Ibnu Hubairah menyatakan, bahwa inilah pendapat yang

Page 6: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

masyhur. Al-Qadliy berkata, ini adalah pendapat Imam Ahmad; berdasarkan sabda

Rasulullah, “Seluruh badan wanita adalah aurat” [HR. Turmudziy, hasan shahih]

….Dalam madzhab ini tidak ada perselisihan bolehnya wanita membuka wajahnya di

dalam sholat, seperti yang telah disebutkan. di dalam kitab al-Mughniy, dan lain-

lainnya.”[1]

Di dalam kitab al-Mughniy, juz 1/349, Ibnu Qudamah menyatakan, bahwa

” Mayoritas ulama sepakat bahwa seorang wanita boleh membuka wajah dan mereka

juga sepakat; seorang wanita mesti mengenakan kerudung yang menutupi kepalanya.

Jika seorang wanita sholat, sedangkan kepalanya terbuka, ia wajib mengulangi

sholatnya….Abu Hanifah berpendapat, bahwa kedua mata kaki bukanlah termasuk

aurat..Imam Malik, Auza’iy, dan Syafi’iy berpendirian; seluruh tubuh wanita adalah

aurat, kecuali muka dan kedua telapak tangan. Selain keduanya (muka dan telapak

tangan) wajib untuk ditutup ketika hendak mengerjakan sholat…”

[1] Abu Ishaq, al-Mubadda’, juz 1/360-363. Diskusi masalah ini sangatlah panjang. Menurut Ibnu

Hubairah dan Imam Ahmad, dalam satu riwayat; aurat wanita adalah seluruh tubuh, kecuali wajah dan

kedua telapak tangannya. Sedangkan dalam riwayat lain Imam Ahmad menyatakan, bahwa seluruh

badan wanita adalah aurat.[Ibnu Hubairah, al-Ifshaah ‘an Ma’aaniy al-Shihaah, juz 1/86

Page 7: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Di dalam kitab al-Furuu juz 1/285′, karya salah seorang ulama Hanbaliy, dituturkan

sebagai berikut;

“Seluruh tubuh wanita merdeka adalah aurat kecuali muka, dan kedua telapak tangan

–ini dipilih oleh mayoritas ulama…..”

Batasan Aurat Menurut Madzhab Malikiy

Dalam kitab Kifayaat al-Thaalib juz 1/215, Abu al-Hasan al-Malikiy menyatakan,

““Aurat wanita merdeka adalah seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak

tangan..”.

Dalam Hasyiyah Dasuqiy juz 1/215, dinyatakaN, “Walhasil, aurat haram untuk dilihat

meskipun tidak dinikmati. Ini jika aurat tersebut tidak tertutup. Adapun jika aurat

tersebut tertutup, maka boleh melihatnya. Ini berbeda dengan menyentuh di atas kain

penutup; hal ini (menyentuh aurat yang tertutup) tidak boleh jika kain itu bersambung

(melekat) dengan auratnya, namun jika kain itu terpisah dari auratnya, …sedangkan

aurat wanita muslimah adalah selain wajah dan kedua telapak tangan…”

Dalam kitab Syarah al-Zarqaaniy, disebutkan, “Yang demikian itu

diperbolehkan.Sebab, aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak

tangan…”

Mohammad bin Yusuf, dalam kitab al-Taaj wa al-Ikliil, berkata, “….Aurat budak

perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan dan tempat

Page 8: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

kerudung (kepala)…Untuk seorang wanita, boleh ia menampakkan kepada wanita

lain sebagaimana ia boleh menampakkannya kepada laki-laki –menurut Ibnu Rusyd,

tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini-, wajah dan kedua telapak tangan..”

Batasan Aurat Menurut Madzhab Hanafiy

Abu al-Husain, dalam kitab al-Hidayah Syarh al-Bidaayah mengatakan;

“Adapun aurat laki-laki adalah antara pusat dan lututnya…ada pula yang

meriwayatkan bahwa selain pusat hingga mencapai lututnya. Dengan demikian, pusat

bukanlah termasuk aurat. Berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’iy

ra, lutut termasuk aurat. Sedangkan seluruh tubuh wanita merdeka adalah aurat

kecuali muka dan kedua telapak tangan…”[2]

Dalam kitab Badaai’ al-Shanaai’ disebutkan;

“Oleh karena itu, menurut madzhab kami, lutut termasuk aurat, sedangkan pusat tidak

termasuk aurat. Ini berbeda dengan pendapat Imam Syafi’iy. Yang benar adalah

pendapat kami, berdasarkan sabda Rasulullah saw, “Apa yang ada di bawah pusat dan

lutut adalah aurat.” Ini menunjukkan bahwa lutut termasuk aurat.”[3]

[2] Abu al-Husain, al-Hidaayah Syarh al-Bidaayah, juz 1/43

[3] al-Kaasaaniy, Badaai’ al-Shanaai’, juz 5/123

Page 9: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Aurat Wanita; Seluruh Tubuh Selain Muka dan Kedua Telapak Tangan

Jumhur ‘ulama bersepakat; aurat wanita meliputi seluruh tubuh, kecuali muka dan

kedua telapak tangan. Dalilnya adalah firman Allah swt:

ظ�ه�ر� م�ا ال� إ �ه�ن� �ت زين �دين� �ب ي و�ال� وج�ه�ن� ف�ر� �ح�ف�ظ�ن� و�ي �ص�ارهن� �ب أ من� �غ�ض�ض�ن� ي �ات �م�ؤ�من ل ل و�ق�ل�

�اء ء�اب و�� أ هن� �ائ ء�اب و�

� أ هن� �ت �ع�ول ب ل ال� إ �ه�ن� �ت زين �دين� �ب ي و�ال� هن� �وب ي ج� ع�ل�ى خ�م�رهن� ب �ن� �ض�رب �ي و�ل �ه�ا من

ات ع�و�ر� ع�ل�ى وا �ظ�ه�ر� ي �م� ل �ذين� ال الط3ف�ل و� أ ج�ال الر3 من� �ة ب ر� اإل� �ولي أ �ر غ�ي عين� �اب الت و

� أ هن� �ت �ع�ول ب

:ه�ا ي� أ ج�ميع;ا �ه الل ل�ى إ �وا �وب و�ت هن� �ت زين من� �خ�فين� ي م�ا �م� �ع�ل ي ل هن� ل ج� ر�

� أ ب �ن� �ض�رب ي و�ال� اء 3س� الن

ح�ون� �ف�ل ت �م� �ك �ع�ل ل �ون� �م�ؤ�من ال

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan

pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-

laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara

perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,

atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)

atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka

memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan

Page 10: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya

kamu beruntung.”[al-Nuur:31]

Menurut Imam Thabariy dalam Tafsir al-Thabariy, juz 18/118, makna yang lebih

tepat untuk “perhiasan yang biasa tampak” adalah muka dan telapak tangan.

Keduanya bukanlah aurat, dan boleh ditampakkan di kehidupan umum. Sedangkan

selain muka dan telapak tangan adalah aurat, dan tidak boleh ditampakkan kepada

laki-laki asing, kecuali suami dan mahram. Penafsiran semacam ini didasarkan pada

sebuah riwayat shahih; Aisyah ra telah menceritakan, bahwa Asma binti Abu Bakar

masuk ke ruangan wanita dengan berpakaian tipis, maka Rasulullah saw. pun

berpaling seraya berkata;

و�ج�هه ل�ى إ ار� ش�� و�أ و�ه�ذ�ا ه�ذ�ا ال� إ �ه�ا من ى �ر� ي ن�

� أ �ح� �ص�ل ت �م� ل �م�حيض� ال �غ�ت� �ل ب ذ�ا إ ة�� أ �م�ر� ال ن� إ م�اء� س�

� أ �ا ي

�ه �ف�ي و�ك

“Wahai Asma’ sesungguhnya perempuan itu jika telah baligh tidak pantas

menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, sambil menunjuk telapak tangan dan

wajahnya.”[HR. Muslim]

Imam Qurthubiy Tafsir Qurthubiy, juz 12/229; Imam Al-Suyuthiy, Durr al-Mantsuur,

juz 6/178-182; Zaad al-Masiir, juz 6/30-32; menyatakan, bahwa ayat di atas

merupakan perintah dari Allah swt kepada wanita Mukminat agar tidak

menampakkan perhiasannya kepada para laki-laki penglihat, kecuali hal-hal yang

dikecualikan bagi para laki-laki penglihat. Selanjutnya, Allah swt mengecualikan

Page 11: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

perhiasan-perhiasan yang boleh dilihat oleh laki-laki penglihat, pada frase

selanjutnya. Hanya saja, para ulama berbeda pendapat mengenai batasan perhiasan

yang boleh ditampakkan oleh wanita. Ibnu Mas’ud mengatakan, bahwa maksud frase

“illa ma dzahara minha” adalah dzaahir al-ziinah” (perhiasan dzahir), yakni baju.

Sedangkan menurut Ibnu Jabir adalah baju dan wajah. Sa’id bin Jabiir, ‘Atha’ dan

Auza’iy berpendapat; muka, kedua telapak tangan, dan baju.

Menurut Imam al-Nasafiy, yang dimaksud dengan “al-ziinah” (perhiasan) adalah

semua yang digunakan oleh wanita untuk berhias, misalnya, cincin, kalung, gelang,

dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan “al-ziinah” (perhiasan) di sini

adalah “mawaadli’ al-ziinah” (tempat menaruh perhiasan). Artinya, maksud dari ayat

di atas adalah “janganlah kalian menampakkan anggota tubuh yang biasa digunakan

untuk menaruh perhiasan, kecuali yang biasa tampak; yakni muka, kedua telapak

tangan, dan dua mata kaki”[4].

[4] Imam al-Nasafiy, tafsir al-Nasaafiy, juz 3/143. Dalam kitab Ruuh al-Ma’aaniy, juz 18/140,

dituturkan, “Diungkapkan dengan perkataan “al-ziinah” (perhiasan), bukan “anggota tubuh tempat

menaruh perhiasan”, ditujukan untuk memberikan kesan penyangatan dalam hal perintah untuk

menutup aurat.. Sedangkan yang boleh ditampakkan adalah muka dan kedua telapak tangan.. Imam

Ibnu Katsir, dalam Tafsir Ibnu Katsir, juz 3/285, menyatakan; menurut jumhur ulama tafsir, “illa ma

dzahara minhaa” diartikan muka dan kedua telapak tangan.

Page 12: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

C. Syarat-syarat Menutup Aurat

Menutup aurat harus dilakukan hingga warna kulitnya tertutup. Seseorang tidak bisa

dikatakan melakukan “satru al-’aurat” (menutup aurat) jika auratnya sekedar ditutup

dengan kain atau sesuatu yang tipis hingga warna kulitnya masih tampak kehilatan.

Dalil yang menunjukkan ketentuan ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari

Aisyah ra, ra bahwasanya Asma’ binti Abubakar telah masuk ke ruangan Nabi saw

dengan berpakaian tipis/transparan, lalu Rasulullah saw. berpaling seraya bersabda,

“Wahai Asma sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidl) tidak

pantas baginya untuk menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini.”

Dalam hadits ini, Rasulullah saw. menganggap bahwa Asma’ belum menutup

auratnya, meskipun Asma telah menutup auratnya dengan kain transparan. Oleh

karena itu lalu Nabi saw berpaling seraya memerintahkannya menutupi auratnya,

yaitu mengenakan pakaian yang dapat menutupi . Dalil lain yang menunjukkan

masalah ini adalah hadits riwayat Usamah, bahwasanya ia ditanyai oleh Nabi saw

tentang kain tipis. Usamah menjawab, bahwasanya ia telah mengenakannya terhadap

isterinya, maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya:

“Suruhlah isterimu melilitkan di bagian dalam kain tipis, karena sesungguhnya aku

khawatir kalau-kalau nampak lekuk tubuhnya.”

Page 13: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Qabtiyah dalam lafadz di atas adalah sehelai kain tipis. Oleh karena itu tatkala

Rasulullah saw. mengetahui bahwasanya Usamah mengenakan kepada isterinya kain

tipis, beliau memerintahkan agar kain itu dikenakan pada bagian dalam kain supaya

tidak kelihatan warna kulitnya. Beliau bersabda,”Suruhlah isterimu melilitkan di

bagian dalamnya kain tipis.” Kedua hadits ini menunjukkan dengan sangat jelas,

bahwasanya aurat harus ditutup dengan sesuatu, hingga warna kulitnya tidak tampak.

Khimar (Kerudung) dan Jilbab; Busana Wanita Di Luar Rumah

Selain memerintahkan wanita untuk menutup auratnya, syariat Islam juga

mewajibkan wanita untuk mengenakan busana khusus ketika hendak keluar rumah.

Sebab, Islam telah mensyariatkan pakaian tertentu yang harus dikenakan wanita

ketika berada depan khalayak umum. Kewajiban wanita mengenakan busana Islamiy

ketika keluar rumah merupakan kewajiban tersendiri yang terpisah dari kewajiban

menutup aurat. Dengan kata lain, kewajiban menutup aurat adalah satu sisi,

sedangkan kewajiban mengenakan busana Islamiy (jilbab dan khimar) adalah

kewajiban di sisi yang lain. Dua kewajiban ini tidak boleh dicampuradukkan,

sehingga muncul persepsi yang salah terhadap keduanya.

Dalam konteks “menutup aurat” (satru al-’aurat), syariat Islam tidak mensyaratkan

bentuk pakaian tertentu, atau bahan tertentu untuk dijadikan sebagai penutup aurat.

Syariat hanya mensyaratkan agar sesuatu yang dijadikan penutup aurat, harus mampu

menutupi warna kulit. Oleh karena itu, seorang wanita Muslim boleh saja

Page 14: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

mengenakan pakaian dengan model apapun, semampang bisa menutupi auratnya

secara sempurna. Hanya saja, ketika ia hendak keluar dari rumah, ia tidak boleh pergi

dengan pakaian sembarang, walaupun pakaian itu bisa menutupi auratnya dengan

sempurna. Akan tetapi, ia wajib mengenakan khimar (kerudung) dan jilbab yang

dikenakan di atas pakaian biasanya. Sebab, syariat telah menetapkan jilbab dan

khimar sebagai busana Islamiy yang wajib dikenakan seorang wanita Muslim ketika

berada di luar rumah, atau berada di kehidupan umum.

Walhasil, walaupun seorang wanita telah menutup auratnya, yakni menutup seluruh

tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangan, ia tetap tidak boleh keluar keluar

dari rumah sebelum mengenakan khimar dan jilbab.

Perintah Mengenakan Khimar

Pakaian yang telah ditetapkan oleh syariat Islam bagi wanita ketika ia keluar di

kehidupan umum adalah khimar dan jilbab. Dalil yang menunjukkan perintah ini

adalah firman Allah swt;

هن� �وب ي ج� ع�ل�ى خ�م�رهن� ب �ن� �ض�رب �ي و�ل

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..”[al-Nuur:31]

Ayat ini berisi perintah dari Allah swt agar wanita mengenakan khimar (kerudung),

yang bisa menutup kepala, leher, dan dada.

Page 15: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Imam Ibnu Mandzur di dalam kitab Lisaan al-’Arab menuturkan; al-khimaar li al-

mar`ah : al-nashiif (khimar bagi perempuan adalah al-nashiif (penutup kepala). Ada

pula yang menyatakan; khimaar adalah kain penutup yang digunakan wanita untuk

menutup kepalanya. Bentuk pluralnya adalah akhmirah, khumr atau khumur. [5]

Khimar (kerudung) adalah ghitha’ al-ra’si ‘ala shudur (penutup kepala hingga

mencapai dada), agar leher dan dadanya tidak tampak.[6]

Dalam Kitab al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran dinyatakan;

“Khumurihinna, bentuk jamak (plural) dari khimaar, yang bermakna al-miqna’

(penutup kepala). Dinamakan seperti itu karena, kepala ditutup dengannya

(khimar)..”[7]

Ibnu al-’Arabiy di dalam kitab Ahkaam al-Quran menyatakan, “Jaib” adalah kerah

baju, dan khimar adalah penutup kepala . Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits

dari ‘Aisyah ra, bahwasanya ia berkata, “Semoga Allah mengasihi wanita-wanita

Muhajir yang pertama. Ketika diturunkan firman Allah swt “Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kerudung mereka ke dada mereka”, mereka membelah kain

selendang mereka”. Di dalam riwayat yang lain disebutkan, “Mereka membelah kain

mereka, lalu berkerudung dengan kain itu, seakan-akan siapa saja yang memiliki

[5] Imam Ibnu Mandzur, Lisaan al-’Arab, juz 4/257

[6] Imam Ali al-Shabuniy, Shafwaat al-Tafaasir, juz 2/336

Page 16: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

[7] al-Tibyaan fi Tafsiir Ghariib al-Quran, juz 1/311

selendang, dia akan membelahnya selendangnya, dan siapa saja yang mempunyai

kain, ia akan membelah kainnya.” Ini menunjukkan, bahwa leher dan dada ditutupi

dengan kain yang mereka miliki.”[8]

Di dalam kitab Fath al-Baariy, al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan, “Adapun yang

dimaksud dengan frase “fakhtamarna bihaa” (lalu mereka berkerudung dengan kain

itu), adalah para wanita itu meletakkan kerudung di atas kepalanya, kemudian

menjulurkannya dari samping kanan ke pundak kiri. Itulah yang disebut dengan

taqannu’ (berkerudung). Al-Farra’ berkata,”Pada masa jahiliyyah, wanita

mengulurkan kerudungnya dari belakang dan membuka bagian depannya. Setelah itu,

mereka diperintahkan untuk menutupinya. Khimar (kerudung) bagi wanita mirip

dengan ‘imamah (sorban) bagi laki-laki.” [9]

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan;

“Khumur adalah bentuk jamak (plural) dari khimaar; yakni apa-apa yang bisa

menutupi kepala. Khimaar kadang-kadang disebut oleh masyarakat dengan kerudung

(al-miqaana’), Sa’id bin Jabir berkata, “wal yadlribna : walyasydadna bi

khumurihinna ‘ala juyuubihinna, ya’ni ‘ala al-nahr wa al-shadr, fa laa yara syai`

[8] Ibnu al-’Arabiy, Ahkaam al-Quraan, jilid III/1369

Page 17: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

[9] al-Hafidz Ibnu Hajar, Fath al-Baariy, juz 10/106

minhu (walyadlribna : ulurkanlah kerudung-kerudung mereka di atas kerah mereka,

yakni di atas leher dan dada mereka, sehingga tidak terlihat apapun darinya).”[10]

Imam Syaukaniy dalam Fath al-Qadiir, berkata;

“Khumur adalah bentuk plural dari khimar; yakni apa-apa yang digunakan penutup

kepala oleh seorang wanita..al-Juyuub adalah bentuk jamak dari jaib yang bermakna

al-qath’u min dur’u wa al-qamiish (kerah baju)..Para ahli tafsir mengatakan; dahulu,

wanita-wanita jahiliyyah menutupkan kerudungnya ke belakang, sedangkan kerah

baju mereka bagian depan terlalu lebar (luas), hingga akhirnya, leher dan kalung

mereka terlihat. Setelah itu, mereka diperintahkan untuk mengulurkan kain kerudung

mereka di atas dada mereka untuk menutup apa yang selama ini tampak”.[11]

Dalam kitab Zaad al-Masiir, dituturkan;

“Khumur adalah bentuk jamak dari khimar, yakni maa tughthiy bihi al-mar`atu

ra`sahaa (apa-apa yang digunakan wanita untuk menutupi kepalanya). Makna ayat ini

[10] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsiir, juz 3/285; lihat juga Imam Thabariy, Tafsir al-Thabariy,

juz 18/120; Durr al-Mantsur, juz 6/182

[11] Imam Syaukaniy, Fath al-Qadiir, juz 4/23

Page 18: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

(al-Nuur:31) adalah hendaknya para wanita itu menjulurkan kerudungnya (al-miqna’)

di atas dada mereka; yang dengan itu, mereka bisa menutupi rambut, anting-anting,

dan leher mereka.”[12]

Perintah Mengenakan Jilbab

Adapun kewajiban mengenakan jilbab bagi wanita Mukminat dijelaskan di dalam

surat al-Ahzab ayat 59. Allah swt berfirman :

�ن� أ �ى �د�ن أ ك� ذ�ل هن� يب ب ج�ال� من� �هن� �ي ع�ل ين� �د�ن ي ين� �م�ؤ�من ال اء س� و�ن ك� �ات �ن و�ب و�اجك� ز�� أل ق�ل� ي: �ب الن :ه�ا ي

� �اأ ي

حيم;ا ر� ا غ�ف�ور; �ه� الل �ان� و�ك �ن� �ؤ�ذ�ي ي ف�ال� ف�ن� �ع�ر� ي

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri

orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh

mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu

mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”.

[al-Ahzab:59]

Ayat ini merupakan perintah yang sangat jelas kepada wanita-wanita Mukminat

untuk mengenakan jilbab. Adapun yang dimaksud dengan jilbab adalah milhafah

(baju kurung) dan mula’ah (kain panjang yang tidak berjahit). Di dalam kamus al-

Page 19: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

[12] Ibnu Jauziy, Zaad al-Masiir, juz 6/32; Imam Nasafiy, Tafsir al-Nasaafiy, juz 3/143; Ruuh al-

Ma’aaniy, juz 18/142

Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu seperti sirdaab (terowongan) atau sinmaar

(lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain

apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju

kurung.”[Kamus al-Muhith]. Sedangkan dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari

mengatakan, “jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut

dengan mula’ah (baju kurung).”[Kamus al-Shahhah, al-Jauhariy]

Di dalam kamus Lisaan al-’Arab dituturkan; al-jilbab ; al-qamish (baju); wa al-jilbaab

tsaub awsaa’ min al-khimaar duuna ridaa’ tughthi bihi al-mar`ah ra’sahaa wa

shadrahaa (baju yang lebih luas daripada khimar, namun berbeda dengan ridaa’, yang

dikenakan wanita untuk menutupi kepala dan dadanya.” Ada pula yang mengatakan

al-jilbaab: tsaub al-waasi’ duuna milhafah talbasuhaa al-mar`ah (pakaian luas yang

berbeda dengan baju kurung, yang dikenakan wanita). Ada pula yang menyatakan; al-

jilbaab : al-milhafah (baju kurung).[13]

Al-Zamakhsyariy, dalam tafsir al-Kasysyaf menyatakan, “Jilbab adalah pakaian luas,

dan lebih luas daripada kerudung, namun lebih sempit daripada rida’ (juba).[14]

[13] Imam Ibnu Mandzur, Lisaan al-’Arab, juz 1/272

[14] Imam Zamakhsyariy, Tafsir al-Kasysyaf, juz

Page 20: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Imam Qurthubiy di dalam Tafsir Qurthubiy menyatakan, “Jilbaab adalah tsaub al-

akbar min al-khimaar (pakaian yang lebih besar daripada kerudung). Diriwayatkan

dari Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Mas’ud, jilbaab adalah ridaa’ (jubah atau mantel). Ada

pula yang menyatakan ia adalah al-qanaa’ (kerudung). Yang benar, jilbab adalah

tsaub yasturu jamii’ al-badan (pakaian yang menutupi seluruh badan). Di dalam

shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Ummu ‘Athiyyah, bahwasanya ia

berkata, “Ya Rasulullah , salah seorang wanita diantara kami tidak memiliki jilbab.

Nabi menjawab,”Hendaknya, saudaranya meminjamkan jilbab untuknya”.[15]

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Imam Ibnu Katsir menyatakan, “al-jilbaab huwa al-ridaa`

fauq al-khimaar (jubah yang dikenakan di atas kerudung). Ibnu Mas’ud, ‘Ubaidah,

Qatadah, al-Hasan al-Bashriy, Sa’id bin Jabiir, Ibrahim al-Nakha’iy, ‘Atha’ al-

Khuraasaniy, dan lain-lain, berpendapat bahwa jilbab itu kedudukannya sama dengan

(al-izaar) sarung pada saat ini. Al-Jauhariy berkata, “al-Jilbaab; al-Milhafah (baju

kurung).”[16]

[15] Imam Qurthubiy, Tafsir al-Qurthubiy, juz 14/243

[16] Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 3/519

Page 21: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Imam Syaukani, dalam Tafsir Fathu al-Qadiir, mengatakan;

“Al-jilbaab wa huwa al-tsaub al-akbar min al-khimaar (pakaian yang lebih besar

dibandingkan kerudung). Al-Jauhari berkata, “al-Jilbaab; al-milhafah (baju kurung).

Ada yang menyatakan al-qanaa’ (kerudung), ada pula yang menyatakan tsaub yasturu

jamii’ al-badan al-mar`ah.”[17]

Al-Hafidz al-Suyuthiy dalam Tafsir Jalalain berkata;

” Jilbaab adalah al-mulaa`ah (kain panjang yang tak berjahit) yang digunakan selimut

oleh wanita, yakni, sebagiannya diulurkan di atas wajahnya, jika seorang wanita

hendak keluar untuk suatu keperluan, hingga tinggal satu mata saja yang tampak”[18]

D. Ancaman Bagi Orang yang Membuka Auratnya

Imam Muslim menuturkan sebuah riwayat, bahwasanya Rasulullah saw bersabda;

Qاء س� و�ن �اس� الن ه�ا ب �ون� �ض�رب ي �ق�ر �ب ال �اب �ذ�ن �أ ك Qاط� ي س م�ع�ه�م� Qق�و�م ه�م�ا ر�� أ �م� ل �ار الن �ه�ل أ من� �ف�ان صن

و�ال� �ة� ن �ج� ال �ن� ل �د�خ� ي ال� �ة ل �م�ائ ال �خ�ت �ب ال م�ة ن س�� �أ ك ه�ن� ء�وس� ر� Qت ال� م�ائ Qت م�ميال� Qات� ع�اري Qات� ي �اس ك

�ذ�ا و�ك �ذ�ا ك ة ير� م�س من� �وج�د� �ي ل ريح�ه�ا ن� و�إ ريح�ه�ا �جد�ن� ي

“Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang sebelumnya aku

tidak pernah melihatnya; yakni, sekelompok orang yang memiliki cambuk seperti

Page 22: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

[17] Imam Syaukaniy, Fath al-Qadiir, juz 4/304

[18] Imam al-Suyuthiy, Tafsir Jalalain, juz 1/560

ekor sapi yang digunakan untuk menyakiti umat manusia; dan wanita yang membuka

auratnya dan berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak,

kepalanya digelung seperti punuk onta. Mereka tidak akan dapat masuk surga dan

mencium baunya. Padahal, bau surga dapat tercium dari jarak sekian-sekian.”[HR.

Imam Muslim].

Di dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawiy berkata, “Hadits ini termasuk salah

satu mukjizat kenabian. Sungguh, akan muncul kedua golongan itu. Hadits ini

bertutur tentang celaan kepada dua golongan tersebut. Sebagian ‘ulama berpendapat,

bahwa maksud dari hadits ini adalah wanita-wanita yang ingkar terhadap nikmat, dan

tidak pernah bersyukur atas karunia Allah. Sedangkan ulama lain berpendapat, bahwa

mereka adalah wanita-wanita yang menutup sebagian tubuhnya, dan menyingkap

sebagian tubuhnya yang lain, untuk menampakkan kecantikannya atau karena tujuan

yang lain. Sebagian ulama lain berpendapat, mereka adalah wanita yang mengenakan

pakaian tipis yang menampakkan warna kulitnya (transparan)…Kepala mereka

digelung dengan kain kerudung, sorban, atau yang lainnya, hingga tampak besar

seperti punuk onta.”

Page 23: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah dengan redaksi

berbeda.

هن� ء�وس ر� ع�ل�ى Qت م�ميال� Qت ال� م�ائ Qات� ع�اري Qات� ي �اس ك Qاء س� ن �ع�د� ب اه�م�ا ر�� أ ال� �ار الن �ه�ل أ من� �ف�ان صن

�اب �ذ�ن �أ ك Qو�اط س�� أ م�ع�ه�م� Qج�الو�ر ريح�ه�ا �جد�ن� ي و�ال� �ة� ن �ج� ال �ن� ي �ر� ي ال� �ة ل �م�ائ ال �خ�ت �ب ال م�ة ن س�

� أ �ل� مث

�اس� الن ه�ا ب �ون� �ض�رب ي �ق�ر �ب ال

“Ada dua golongan penghuni neraka, yang aku tidak pernah melihat keduanya

sebelumnya. Wanita-wanita yang telanjang, berpakaian tipis, dan berlenggak-

lenggok, dan kepalanya digelung seperti punuk onta. Mereka tidak akan masuk surga,

dan mencium baunya. Dan laki-laki yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang

digunakan untuk menyakiti umat manusia “[HR. Imam Ahmad]

Hadits-hadits di atas merupakan ancaman yang sangat keras bagi wanita yang

menampakkan sebagian atau keseluruhan auratnya, berbusana tipis, dan berlenggak-

lenggok.

Page 24: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

Sumber

Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah.2012. Masuliyatul Marah al

Muslimah

Qoidud Duwal.2009.KONSEP JILBAB DALAM ISLAM.SKRIPSI

Farahwahida Binti Mohd Yusof & Nur Afzan Binti Muhamad. Aurat Wanita Muslim

Menurut Perspektif Islam: Penerimaan Dan Pengamalan Di Kalangan Masyarakat

Page 25: Ancaman Bagi Wanita Yang Membuka Auratnya

KESIMPULAN

Syariat Islam telah mewajibkan wanita untuk menutup anggota tubuhnya yang

termasuk aurat. Seorang wanita diharamkan menampakkan auratnya di kehidupan

umum, di hadapan laki-laki non mahram, atau ketika ia melaksanakan ibadah-ibadah

tertentu yang mensyaratkan adanya satru al-’aurat (menutup aurat).

Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. Seseorang

baru disebut menutup aurat, jika warna kulit tubuhnya tidak lagi tampak dari luar.

Dengan kata lain, penutup yang digunakan untuk menutup aurat tidak boleh

transparan hingga warna kulitnya masih tampak; akan tetapi harus mampu menutup

warna kulit.

Ancaman bagi yang tidak menurut aurat adalah tidak mencium bau surge alias

neraka, karena tidak amanah, tidak tunduk kepada aturan sang Khalik