anatomi fisiologi paru

64
Pertemuan minggu ke V Revie anatomi fisiologi paru. Tujuan: 1. Memahami anatomi paru. a. Jalan nafas. b. Tempat pertukaran udara . 2. Memahami fisiologi paru. a. Memahami fungsi jalan nafas. b. Memahami proses pertukanan udara dan ventilasi paru.

Upload: melissa-erjani-muchir

Post on 26-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: anatomi fisiologi paru

Pertemuan minggu ke V

Revie anatomi fisiologi paru.Tujuan: 1. Memahami anatomi paru. a. Jalan nafas. b. Tempat pertukaran udara .2. Memahami fisiologi paru. a. Memahami fungsi jalan nafas. b. Memahami proses pertukanan udara dan

ventilasi paru.

Page 2: anatomi fisiologi paru

Anatomi paruManusia tak bisa hidup tanpa

bernafas

Bernafas : Menghirup udara untuk mengambil oksigen dan menghembuskan udara ber CO2.

Saluran nafas yg ajaib. Usaha pembersihan jalan nafas (batuk). Ventilasi yang cukup.

Page 3: anatomi fisiologi paru

Pernafasan otomatis

Walaupun Pernafasan dapat kita atur namun kebanyakan ototmatis

Pengatur pola nafas:1. Perubahan kimia dalam darah.

2. Pusat pernafasan.

3. Kehendak .

4. Keadaan pleura.

Page 4: anatomi fisiologi paru

Jalan nafas dan Tempat pertukaran Oksigen

1. Alveoli.

2. Succus.

3. Ductus.

4. Bronchus respiratoris

Tempat pertukaran O2500 cc- 150 cc= 350 cc1. Nasal.

2. Larinx.3. Pharinx.4. Trachea.5. Bronchus utama.6. Bronchus labulaer.7. Bronchus segmental.8. Bronchus terminalis.9. Termasuk sinus para salis.

Jalan nafas. (150 cc)

Page 5: anatomi fisiologi paru

SUSUNAN PERNAFASAN TERMASUK

1. Rongga hidung & sinus paranasalis.

2. Pharynx

3. Larynx

4. Bronchus

5. Paru

6. Pleura

7. Sangkar thorak.

Page 6: anatomi fisiologi paru

PERBEDAAN ANATOMI LUBANG HIDUNG EPITEL GEPENG, RAMBUT,

KELENJAR

VESTIBULUM NASI EPITIL GEPENG DAN KELENJAR

CAVUN NASI EPITEL, KELENJAR DAN PEMBULUH DARAH

NAOPHARYNX EPITEL DAN JAR LIMPOID

ORO DAN HYPO PHARYNX

EPITEL

EPIGLOTIS (PITA SUARA)

EPITEL GEPENG BERLAPIS.

Page 7: anatomi fisiologi paru

PERBEDAAN STRUKTUR JALAN NAFAS DAN PARU AREA Diamete

rCartilage Epitelium Otot

TRACHEA 18 U-shaped Cilia Helicalbands

BRONCHI LOB 5-7 Irregula Cilia

BRONCHI SEG 3-4 Helical cilia

BRONCHI TER 1-0,5 Absent Cuboid strong

BRONCHI RES 0,5-0,3 absent Epit alveo antara

AL / SACS 0,3 absent Epit alveo

Septal

Page 8: anatomi fisiologi paru

DINDING BRONCHUS

TULANG RAWAN OTOT KELENJAR SELAPUT LENDIR.(CILIA BERGETAR)OTOT SIRKULER MIRING ( SEHINGGA

BRONCHUS DAPAT MEMANJANG DAN MEMENDEK ATAU LUMEN MENYEMPIT)

Page 9: anatomi fisiologi paru

Pertemuan ke VIPatologi jalan nafas.

Tujuan:1. Memahami jenis-jenis penyakit (gangguan)

pada jalan nafas.2. Memahami predisposisi timbulnyapenyakit.3. Memahami perubahan anatomi akibat penyakit

jalan nafas.4. Memahami perubahan fisiologi akibat penyakit

jqalan nafas.5. Memahami tanda dan gejala akibat penyakit.

Page 10: anatomi fisiologi paru

RADANG

HIDUNG (COMMON COLD) PILEK. RADANG RONGGA HIDUNG ACUTA =

RHINITIS. PENYEBAB.

VIRUS

ALERGI

BAKTERI.

Page 11: anatomi fisiologi paru

VIRUS

BANYAK JENISNYA SALAH SATU ADENOVIRUS. RADANG SELAPUT LENDIR ( CATARRHAL IMPLAMMATION) MENIMBULKAN BANYAK

EKSUDAT JERNIH (SEROSA) CAIR. AKIBATNYA HIPEREMIK (SEMBAB), LUMENT

MENYEMPIT DAN BER LENDIR. ALIRAN UDARA TERGANGGU

KELENJAR HIPER AKTIF,

Page 12: anatomi fisiologi paru

ALERGEN

BANYAK ZAT PENYEBAB ALERGI IKUT UDARA DAN BERHUBUBGAN DNG SELAPU LENDIR RONGGA HIDUNG.

.AKIBATNYA RHINITIS ALERGICA. REAKSINYA SULIT DIBEDAKAN DENGAN

PENYEBAB VIRUS. TIMBUL BER ULANG-ULANG (POLYPUS NASI = SELAPUT LENDIR

HEPERAKTIF BERULANG DAN MENONJOL MENYERUPAI TUMOR)

Page 13: anatomi fisiologi paru

Selesma (flue) atau pilek

Penyebab infeksi virus tonsil dan tenggorokan

Mudah menyebar lewat udara.

Page 14: anatomi fisiologi paru

RHINITIS ACUTA

Asal bakteri dari flora rongga hidung / dari luar. BAKTERI: Stafilokok, Streptokok,

hemophilusinfluenzae, dan pneumokok. Meninbulkan banyak Eksudat mengganggu

fungsi rambut getar apalagi bila muko purulen dan Pembengkaan selaput lendir menjadikan sulit bernafas.

Bila berlangsung lama terjadi ulseasi, fibrosis dan atrofi kelenjar.

Page 15: anatomi fisiologi paru

RHINITIS ATROPHICANS

Banyak selaput hidung nikrosa, disertai bau busuk.

Atropi epitel, metaplase skwamosa, plasma dan limposit

Kelenjar atropi, jaringan ikat fibrotil Selaput lendir kering. Banyak terdapat pada wanita.

Page 16: anatomi fisiologi paru

SINUSITIS

Biasanya menyertai rhinitis. Selaput hidung imflamasi ganggu saluran nafas. Ciri-ciri hampir sama rhinitis. Sinus berada dalam tulang. Komplikasi: Osteomyelitis, thrombophlebitis sinus

cavernosus, cellulitis orbita, miningitis, abses otak Pada masa acut sinus penuh mukus timbulkan

empyema. Dapat disebabkan jamur. Virus dan bacteri.

Page 17: anatomi fisiologi paru

TUMOR

Tumor hidung jarang. Tonjolan menyerupai tumor ( Polipoid) Neoplasma jar epitel, ikat, saraf,

pembuluh darah, atau limpoid. Jenis tumor hidung dan sinus

Epithelial papilloma, Hemangioma

Neurofibroma, Karsinoma.

Page 18: anatomi fisiologi paru

PHARYNGITIS

Penyebab viru atau bakteri. Selaput lendir inflamasi, hiperplasia limfoid Bisa menimbulkan ulkus. Atropi selaput lendir Anemi defisiensi zat besi. Menimbulkan penyumbatan pharynx.

Page 19: anatomi fisiologi paru

SINUSITIS

Biasanya menyertai rhinitis. Selaput hidung imflamasi ganggu saluran nafas. Ciri-ciri hampir sama rhinitis. Sinus berada dalam tulang. Komplikasi: Osteomyelitis, thrombophlebitis sinus

cavernosus, cellulitis orbita, miningitis, abses otak Pada masa acut sinus penuh mukus timbulkan

empyema. Dapat disebabkan jamur. Virus dan bacteri.

Page 20: anatomi fisiologi paru

Infeksi rongga hidung.

Etiologi. Tuberculose: sekunder ke paru. Syphilis: Kongenetal , skret berbau dapat

merusak septem nasi, tulang rawan, tulang hidung (sdle nose yg khas)

Lepra : dapat mengenahi hidung Rhinoscleroma, Rhinosporidiosis dan

Phycomycosis oleh jamur Rhinospondium dpt menimbulkan polip (spora)

Page 21: anatomi fisiologi paru

Tumor.

Tumor pd rongga hidung jarang. Sering menyerupahi tumor (polip)= polipus

nasi atau granuloma = pseudo tumor. Hemangioma, neurofibroma dan epitelial

papilloma. Karsinoma.

Page 22: anatomi fisiologi paru

Radang pada nasopharynx dan pharynx

Pharyngitiis= infeksi viru/bakteri selaput lendir. Ciri-ciri=kongesi, sembab dan hiperplasi limfoid.

Sindrom plummer-vinson (sindrom paterson - kelly). Terdapat pada wanita usia diatas 40 th ditandahi radang menahun diperbatasan pharynx-oesophagus, atropi selapu lendir, anemi akibat defisiensi zat besi karsinoma larynx ekstrinsik.

Sindrom Tornwaldt adanya sumbatan orificium bursa nasopharyngeal akibat radang akut atau menahun.

Page 23: anatomi fisiologi paru

Radang Larynx (laryngitis).

Mudah menular ke jalan nafas bawah atau sebaliknya.

Jenisnya:

Laryngitis Simplex. Sifat mendadak akibat: common cold, morbili, gas beracun / uap panas.

Jenis bakteri: streptococ, pneumococ dan mikrococus akibatnya:

Selaput lendir bengkak

Page 24: anatomi fisiologi paru

Laryngitis chronica.

Pencetus. Merokok, alkohol, pita suara hyper aktif.

Ciri=selaput lendir kering, epitel menebal. Jenis:

1. Laryngitis dphterica.

2. Laryngits Tuberculosa.

3. Laryngits syphilitica.

Page 25: anatomi fisiologi paru

Edema glotis.

Pembengkaan jaringan lunak sekitar pita suara, jalan nafas terganggu dapat tibul mendadak dan menyebabkan kematian.

Pencetus: Radang akut, uap panas atau beracun, sakit jantung atau ginjal

Tumor bisa jinak atau ganas: papiloma dan nodular fibroma.

Tumor ganas:Karsinoma

Page 26: anatomi fisiologi paru

Pertemuan ke VI

Tutorial. Materi Gangguan jalan nafas.

Lebih memahami materi yang telah diterangkan. Untuk mencari leteratur lain yang sejenis dengan mata ajaran yang lalu.

Page 27: anatomi fisiologi paru

Pertemuan VII

Mid semester.

Tujuan:

Mengevaluasi hasil pertemuan-pertemuan terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.

Multiple chois dan essay dan tugas.

Page 28: anatomi fisiologi paru

Pertemuan ke VIIIParu Kelainan congenetal

1. Kista bronchogenik.2. Kista alveolar3. Emphysema bullosa4. Haematoma defusa:bayi

prematur

5. Pulmonary lymphangiectasis.

Page 29: anatomi fisiologi paru

Paru Kelainan congenetal

Tujuan. Memahami kelainan bawaan paru. Memahami perubahan anatomi dan

fisiologi akibat penyakit bawan paru. Memahami perubahan, tanda dan

gejala penyakit bawaan paru.

Page 30: anatomi fisiologi paru

Gangguan sirkulasi.

Sembab paru / kongesi. Pencetusnya: Peningkatan permeabilitas capiler Peningkatan tekanan vena pulmonal Penurunan tekanan osmotik koloid darah Penurunan aliran lymphe Retensi natrium,penambahan jumlah darah.Prediposisi.Payah jantung, shock, radang paru, gagal ginjal

dan hati, gangguan saraf pusat, alergi

Page 31: anatomi fisiologi paru

Infark paru. predisposis.: Penyakit jantung, tumor dan post ops. Daerah infak ada iskemia jaringan dan perdarahan

di alveolus,bronchiolus pembuluh darah. Terjadi sumbatan arteri pulmonalis paling sering oleh

embolus, trombosis jarang. Emboli dapat berasal dari:

1. Vena profunda tungkai bawah.2. Vena rongga panggul(pos op genekolog).3. Vena prostatika(pria)4. Jantung kanan.Gejala: embolus kecil: nyeri dada, batuk, hemoptosis,

demam, sesak nafas dan cyanosis.Embolus besar dapat menimbulkan kematian mendadak

Page 32: anatomi fisiologi paru

Sklerosis pulmonal 1 Setiap keadaan yg menyebabkan hipertensi

pulmonal dan hypoxia menyebabkan penyempitan progresip dan arterosklerosis pada pembuluh darah paru disebut: “Pulmonal vaskuler sclerosis”

Penyebab: emboli kyphoscoliosis, fibrosis, emfisema dan stenosis mitralis.

Sklerosis yg nyata disebut: sklerosis pulmonal sekunder dan yg tidak nyata : sklerosis pulmonal primer.

Page 33: anatomi fisiologi paru

Sklerosis pulmonal 2

Mikroskopik.1. Kelainan pada seluruh percabangan arteri paru.2. Pada arteri basar ada ateroma (aorta).3. Arteri sedang ada hyperthropi tonika media dan

penebalan serta reduplikasi lapisan intima.4. Pada arteriol kelainan nyata penebalan tonika

media akibatnya lumen menyempit.5. Pada stenosis mitralis terjadi kongesti vena

pulmonal yg mencapai kapiler dan alveolus. Bendungan menyebabkan sklerosis pulmonal.

Page 34: anatomi fisiologi paru

Tanda dan gejala sklerosis pulmonal.

1. Sesak nafas.

2. Batuk.

3. Nyeri dada.

4. Cyanosis.

5. Lelah.

6. Aktifitas fisik rendah.

7. Komplikasi corpulmonum.

Page 35: anatomi fisiologi paru

Atelektasis.

Pengertian: Pengembangan paru yg tidak sempurna.

Ada dua jenis.1. Bawaan : sejak lahir paru tidak berkembang.2. Dapatan: paru yg semula berkembang

mengalami collap.Pada atelektasis sebenarnya alveolus normal,

alveolus dapat mengembang lagi bila penyebabnya hilang dan dilatih dikembangkan.

Page 36: anatomi fisiologi paru

Atelektasis bawaan(neonatorum).

Ditemukan pd bayi prematur lahir mati. prematur hidup hanya beberapa hari dng

pernafasan buruk.Paru terdetiksi padat, kempes tak ada udara.Terjadinya: awalnya paru baik ada udara karena

tersumbat jalan nafasnya udara yg ada terserap habis shg alveoli kempes.

Penymbat ductus: (1).sekret protein.((2). Zat hialin.

Page 37: anatomi fisiologi paru

Atekektasis dapatan.

Terjadi karena dua sebab:(1). Obstruksi dan (2) kompresi.Obstruksi.Tersumbatnya jalan nafas total dpt di larynx

sampai bronkus.Udara dlm alveoli terserap sampai akhirnya alveoli mengempis

Selain tersumbat ada predisposisi:(1). Lemahnya gerakan nafas (otot lemah, sendi

terbatas). Terdapat pada : (a). Asma bronkiale (b).bronkkitis kronis. (c). Bronkiektasis (d). Aspirasi benda asing (e). Pasca bedah(f).Neoplasma bronchus.

Page 38: anatomi fisiologi paru

Lanjutan.

Otot pernafasan lemah tak mapu mengeluarkan sumbatan (pd anak,lansia, posca op , pasien coma)

Gejala: Sesak nafas, cyanosis dan colaps.

Tanda: Tidak ada gerakan dada dan jantung terdorong kesisi sakit.

X ray. Ada bayangan padat sisi sakit diapragma menonjol keatas. Tak mampu berkontraksi kuat.

Page 39: anatomi fisiologi paru

Atelektasis kompresi Akibat tekan dari luar (tomor,

skoliosis, kiposis, hydro thorak dll) dapat sebagian atau menyerulur.

Dapat menyeluruh (bila tekanan meratar) atau sebagian (bila tekanan hanya sebagian)

Makraskopik: 1. Paru yg collap tampak cekung.2. Warna merah-biru.3. Lebih padat.4. Pleurae mengecil (mengerut).5. Paru yg berdekatan lebih

mengembung ( sering disebut emphysema compensatory walaupun salah.

Mikroskopik:

Alveoli yg me

nyempit tampak

sebagai celah

Kongesti pembu

luh darah.

Page 40: anatomi fisiologi paru

Emphysema.Pengertian : Gangguan pengembangan

paru yg ditandai dengan:

1. Pelebaran ruang udara dalam paru disertai distruksi jaringan (WHO).

2. Bila ada pelebaran ruang paru tanpa distruksi jaringan berarti bukan emphysema ( over inflation).

Page 41: anatomi fisiologi paru

Jenis Emphysema

1. Emphysema obstruktif. Kelainan terutama bronchus respiratoris shg mengenahi ruang paru yang besar.

2. Emphysema panlobuler. Mengenahi ujung bronchus respiratoris, ductus, sacus dan alveoli secara keseluruhan, sehingga paru terlihat di X ray seperti sarang lebah.

3. Emphysema fokal (lokal) Kelainan lokal (parsiil) biasanya oleh obstruksi parsiil karena radang lokal atau carsinoma.

Page 42: anatomi fisiologi paru

Lanjutan.

4. Emphysema bullous (ballon). Mengenahi bagian perifer paru dan menyerupai

balon. Dan dapat menyebabkan pneumothorak spontan bila pecah.

5. Emphysema Sinillis. (Aging Lung). Istilah pada orang tua dengan dada berbentuk tong (barrel chest) dimungkinkan akibat perubahan sikap tubuh dan berkurangnya elastisitas paru.

6. Emphysema interstisiil (mediastinal). Akibat masuknya udara kedalam jaringan interstitium paru , media stinum atau sub cutis.

Page 43: anatomi fisiologi paru

Patogenesis emphysema

1. Kelainan radang pada bronkhus dan bronkhiolus akibat debu, asap rokok dan polusi industri, radang yg disertai fibrosis peribronkhiolus menyebabkan iskhemik dan melemahnya fungsi bronkhus.

2. Kelainan atropi, yg mengurangi jaringan elastik dan gangguan sirkulasi terutama pada lansia (aging).

Page 44: anatomi fisiologi paru

Lanjutan.

3. Obstruksi in komplet yg menyebabkan gangguan defusi udara, akibat penebalan dinding bronkhiolus oleh bertambahnya sel debu (macrofag), krn banyak merokok. Pada inspirasi udara dpt masuk dlm alveolus dan saat ekspirasi jalan udara menyempit sehingga sebagian uadara tertahan shg terjadi pelebaran alveolus.

Page 45: anatomi fisiologi paru

Morfologi.

Paru terlihat volume bertambah besar, shg mengisi seluruh dinding dada, perabaan paru banyak mengandung udara dan ada kripitasi.

1. Pada emfisema sentralobuler tampak kistik pada bronkhus respiratorius.

2. Pada emfisema panlobuler tampak rongga udara besar dibagian tengah paru sampai pleurae, dinding sangat tipis, fibrotik dan tidak ada pembuluh darah sehingga tampak pucat.

Page 46: anatomi fisiologi paru

Klinik.

Terutama menyerang pria, usia diatas 60 th.

Tanda dan Gejala:

1. Sesak nafas bila banyak bergerak.

2. Kesulitan ekspirasi.

3. Cepat lelah dalam bernafas apalagi aktivitas.

4. Dada membesar.

5. Batuk menahun.

Page 47: anatomi fisiologi paru

Bronchitis.

Radang pd bronkhus atau dengan pneumonia.

Acuta: Radang mendadak pd bronkkhus yg biasa mengenahi trachea dan larynx (alrinngo trakhea bronkhitis).Dapat timbul sendiri atau komplikasi sakit sistemik ,morbili, pertusis,dephtheri, tipes abdominalis

Page 48: anatomi fisiologi paru

Etiologi

Ada 3 jenispenyebab:

1. Infeksi(stafilikok, streptokok, pneumokok) hemapilus influensa,dan virus lain.

2. Alergi.

3. Rangsang: asap pabrik, asap mobil, rokok dan gas lainnya.

Page 49: anatomi fisiologi paru

Makroskopik asthma.

Selaput lendir sembab (jalan nafas menyempit.

b. Penebalan membran basalis (tidak elastis)

c. Hypertropi otot polos (lumen menyempit)

d. Lumen banyak lendir dan mengganggu jalan nafas.

Page 50: anatomi fisiologi paru

Perubahan anatomi.

1. Makroskopik: Selaput lendir sembab, heperemik dan mengeluarkan banyak exudat yg dpt berupa lendir atau pus (nanah).dan dapat menimbulkan luka (ulkus).

2. Mikroskopik.

Tampak fibrosis luas (kelenjar, otot dan kartilago).

Page 51: anatomi fisiologi paru

Gejala dan tanda-tanda klinik

1. Sesak nafas ( jalan nafas sempit dan ventilasi rendah)

2. Batuk disertai banyak dahak terutama bangun pagi.

3. Cepat lelah.

Page 52: anatomi fisiologi paru

Pertemuan ke X.

Tujuan :Memahami penyebab, perubahan anatomi

dan fisiologi serta tanda dan gejala pada asthma.

Mampu mencelaskan dari literatur lain selain dari yg diajarkan.

Mampu membedakan antara asma. Emfisema dan bronchitis cronica.

Page 53: anatomi fisiologi paru

Asthma Bronchiale.

Asma bronkiale adalah penyakit yg ditandai dengan serangan hilang timbul (intermetten) spasme bronkus karena elergi atau iritatif.

Khasnya: serangan spasme tiba-tiba (paroxysmal) diselingi periode bebas gejala.

Kadang-kadang serangan dpt berlangsung beberapa hari atau minggu disebut status asthmaticus, bahkan terus menerus tapi ringan.

Page 54: anatomi fisiologi paru

Etiologi.

1. Asma ekstrinsik :Hampir 50% elergi terhadap berbagai bahan yg dihisap atau ditelan (debu, polusi, dingin, atau makanan yg dimakan : sea foot.Spasme bronkus dianggap akibat elergi.

2. Asma interinsik. Tidak menunjukan gejala dan tanda-tanda pada skin test. Biasanya ada infeksi persesten pada sinus paranasalis, tonsil,Ispa.

3. Faktor keturunan (heriditer) hampir 50% penderita asma mempunyai keluarga yang sama penyakitnya.

4. Penyebab lain yg dapat menimbulkan serangan asma seperti: emosi, lelah dan iritan lain.

Page 55: anatomi fisiologi paru

Makroskopik.

Kelainan ditemukan pada bronkus dan bronkiolus : dinding lebih tebal, lumen menyempit dan banyak lendir pekat dan dapat menymbat lumen.

Mikroskopik.a. Selaput lendir sembab.b. Kelenjar lendir hypertropi.c. Penebalan membran basalis.d. Hyperthropi otot polos.e. Banyak skret dlm lumen.

Page 56: anatomi fisiologi paru

Tanda dan gejala klinik

1. Sesak nafas.2. Nafas berbunyi lengking.3. Lumen bronkus menyempit.4. Kesukaran ekspirasi (sehingga ekspirasi

memanjang).5. Ketegangan otot-otot inspirator.6. Ventilasi menurun dan RV meningkat.7. Cyanoosis.8. Cepat lelah.

Page 57: anatomi fisiologi paru

Lanjutan.

Serangan biasanya berlangsung satu sampai beberapa jam yg disusul dengan batuk yg lama disertai dahak yg pekat.

Pada asmatikus dapat terjadi cyanosis sampai meninggal.

Pada asma menimbulkan penderitaan (gangguan) pernafasan jangka panjang.

Pada anak sering menghilang (sembuh) saat dewasa dan kambuh saat usia 50 th lebih.

Page 58: anatomi fisiologi paru

Pertemuan ke IX

Tujuan Memahami: Penyebab, predisposis, perubahan anatomi dan

fisiologi serta memahami tandan dan gejala gangguan gerak dan fungsi.

Bronchiecctasis. TBC. Pneumonia. Csoliosis. Gangguan pleurae.

Page 59: anatomi fisiologi paru

Bronchiectasis

Bronkiektasis adalah pelebaran abnormal bronkus dan bronkiolus yg disebabkan oleh infeksi menahun yg menimbulkan nikrosis.

Penyakit ini biasanya akibat penyakit terdahulu akibat infeksi atau obstruksi bronkus.

Dapat mengenahi semua usia.(dominan dibawah usia 20 th. Pria dan wanita =frekuensinya.

Page 60: anatomi fisiologi paru

Etiologi.

1. Infeksi.2. Delatasi.Penyebab delatasi bronkus tidal jelas apa faktor

penyebabnya : Infeksi paru atau nikrosis paru sehingga dinding bronkus melemah dan melebar.

(fungsi paru yg jelek menyebabkan delatasi karena lemahnya dinding bronkus atau infeksi menyebabkan nikrosis dan menimbulkan delatasi bronkus).

Page 61: anatomi fisiologi paru

Predisposisi.

1. Penyakit fibrotik pankreas.2. Avitaminosis A.3. Pneumonia.4. Asma bronkiale5. TBC6. Morbili, pertusis, influensa.7. Tumor bronkus, benda asing di bronkus.8. Sinusitis kronik9. Malformasi bronkus (congenetal)

Page 62: anatomi fisiologi paru

Makroskopik.

Kelainan biasanya di bagian lobus bawah, terutama yg bronkusnya vertikal.

Terutama bronkus jabang ketiga, empat dan bronkiolus.

Gambaran:1. Bronkus/ bronkiolus melebar sapai mencapai

pleurae.2. Lumen terisi exudat superaktif berwarna

kuning hijau kadang berdarah (hemorargi).

Page 63: anatomi fisiologi paru

Mikroskopik

1. Radang bisa mendadak atu menahun.2. Pelepasan epitel permukaan.3. Ada daerah nikrosis dan luka.4. Lumen ber exudat.5. Nikrosis dapat mengenahi otot bronkus,

meyebabkan otot kaku, melemahkan dinding bronkus dan delatasi.

6. Yg menahun ada fibrotik.

Page 64: anatomi fisiologi paru

Gejala dan tanda klinik

1. Sesak nafas, orthopnoe dan demam.

2. Batuk berdahak purulen , keras dan banyak berbau busuk kadang ada darah

3. Ventilasi rendah (pertukaran udara sukar).

4. Cepat lelah

Komplikasi

Abses paru, pneumonia, miningitis, corpulmonum dll.