analisis perbandingan quality of service routeros …

103
ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS MIKROTIK DENGAN ZEROSHELL MENGGUNAKAN TEKNIK LOAD BALANCING DAN FAILOVER SKRIPSI PRAJA RISNALDY 4616030009 PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE

ROUTEROS MIKROTIK DENGAN ZEROSHELL

MENGGUNAKAN TEKNIK

LOAD BALANCING DAN FAILOVER

SKRIPSI

PRAJA RISNALDY

4616030009

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2020

Page 2: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE

ROUTEROS MIKROTIK DENGAN ZEROSHELL

MENGGUNAKAN TEKNIK

LOAD BALANCING DAN FAILOVER

SKRIPSI

Dibuat untuk Melengkapi Syarat-Syarat yang Diperlukan

untuk Memperoleh Diploma Empat Politeknik

PRAJA RISNALDY

4616030009

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2020

Page 3: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Praja Risnaldy

NIM : 4616030009

Tanggal : 6 Juni 2020

Tanda Tangan :

Page 4: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Praja Risnaldy

NIM : 4616030009

Program Studi : Teknik Multimedia dan Jaringan

Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Quality of Service

RouterOS MikroTik dengan Zeroshell

Menggunakan Teknik Load Balancing dan

Failover

Telah diuji oleh tim penguji dan pembimbing dalam Sidang Skripsi pada hari Senin,

tanggal 29, bulan Juni, tahun 2020, dan dinyatakan LULUS.

Disahkan oleh

Pembimbing : Drs. Abdul Aziz, M.MSI.

Penguji I : Defiana Arnaldy, S.TP., M.Si.

Penguji II : Maria Agustin, S.Kom., M.Ko

Penguji III : Ayu Rosyida Zain, S.ST., M.T

Page 5: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, meskipun banyak proses penelitian

harus dilakukan pada masa pandemi, corona virus diseases 2019 atau covid-19.

Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi dengan Indonesia menjadi salah satu negara

yang terjangkit. Sehingga, mengharuskan setiap individu untuk mengurangi

kegiatan di luar rumah.

Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Diploma Empat atau Sarjana Terapan di Politeknik Negeri Jakarta. Fokus

penelitian ini adalah pembuatan sistem load balancing dan failover pada routerOS

MikroTik dan Zeroshell serta membandingkan kedua sistem berdasarkan parameter

Quality of Service. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, penelitian ini akan sangat sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Mauldy Laya, S.Kom., M.Kom., selaku ketua jurusan Teknik

Informatika dan Komputer Politeknik Negeri Jakarta;

2. Bapak Defiana Arnaldy, S.Tp., M.Si., selaku kepala program studi Teknik

Multimedia dan Jaringan jurusan Teknik Informatika dan Komputer Politeknik

Negeri Jakarta;

3. Bapak Drs. Abdul Aziz, M.MSI., selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan selama

proses penelitian;

4. Bapak Defiana Arnaldy, S.TP., M.Si., Ibu Maria Agustin, S.Kom., M.Kom.,

dan Ibu Ayu Rosyida Zain, S.ST., M.T., selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan kritik, arahan, dan masukan sehingga penulisan penelitian ini

menjadi lebih baik.

5. Semua pihak yang telah berjuang melawan covid-19, terkhusus tenaga medis,

selaku pihak yang sangat berkorban secara profesional dan telah memberikan

optimisme yang besar;

Page 6: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

iv

6. Orang tua dan keluarga, selaku pihak yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan moral dan material; serta

7. Kakak-kakak program studi Teknik Multimedia dan Jaringan angkatan 2015,

teman-teman sesama program studi, dan sahabat atas segala bantuan dan

dukungannya.

Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan. Semoga

penelitian ini membawa manfaat, terkhusus bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Limapuluh Kota, 6 Juni 2020

Praja Risnaldy

Page 7: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas academica Politeknik Negeri Jakarta, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Praja Risnaldy

NIM : 4616030009

Program Studi : Teknik Multimedia dan Jaringan

Jurusan : Teknik Informatika dan Komputer

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Politeknik Negeri Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive

Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS MIKROTIK

DENGAN ZEROSHELL MENGGUNAKAN TEKNIK LOAD BALANCING DAN

FAILOVER

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Politeknik Negeri Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia /

format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

memublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Limapuluh Kota, Pada tanggal : 6 Juni 2020

Yang menyatakan,

Praja Risnaldy

Page 8: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

vi

ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS

MIKROTIK DENGAN ZEROSHELL MENGGUNAKAN TEKNIK

LOAD BALANCING DAN FAILOVER

Abstrak

Internet menjadi semakin dibutuhkan. Terbukti dari peningkatan jumlah pengguna setiap

tahun. Namun, tidak didukung dengan mutu jaringan yang seimbang. Masalah yang sering

terjadi dalam mengakses internet adalah ISP sering down dan koneksi internet cenderung

lambat. Sehingga, diperlukan multi koneksi menggunakan dua ISP untuk memenuhi

kebutuhan internet yang besar dengan penerapan teknik load balancing dan failover.

Penerapan ini membutuhkan routerOS, di antaranya MikroTik dan Zeroshell. Penelitian

ini menerapkan load balancing dengan metode pada MikroTik adalah PCC dan pada

Zeroshell adalah weight round-robin. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data,

perancangan, realisasi, pengujian, dan diakhiri dengan analisis hasil pengujian sebagai

hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan load balancing dan failover dapat berfungsi

pada kedua routerOS. Kinerja kedua teknik pada MikroTik lebih baik dari Zeroshell,

diukur dari nilai parameter QoS, yaitu throughput, packet loss, delay, dan jitter.

Berdasarkan standar TIPHON, load balancing pada kedua routerOS memiliki nilai

throughput, packet loss, dan delay berkategori “Sangat Bagus” dengan indeks 4 dan nilai

jitter berkategori “Bagus” dengan indeks 3 serta failover pada kedua routerOS memiliki

nilai delay berkategori “Jelek” dengan indeks 1. Berdasarkan standar ITU-T, load

balancing pada kedua routerOS memiliki nilai packet loss dan delay berkategori “Baik”

serta failover pada kedua routerOS memiliki nilai delay berkategori“Buruk”.

Kata kunci :Failover; Load Balancing; MikroTik; QoS; Zeroshell.

Page 9: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 3

1.5 Metode Penyelesaian Masalah .................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7

2.1 Load Balancing ........................................................................................... 7

2.1.1 Algoritma Load Balancing .......................................................................... 7

2.1.1.1 Algoritma Hashing ...................................................................................... 8

2.1.1.2 Algoritma Round-Robin .............................................................................. 8

2.1.2 Metode Load Balancing .............................................................................. 8

2.1.2.1 Per Connection Classifier ........................................................................... 9

2.1.2.2 Weight Round-Robin ................................................................................... 9

2.2 Failover ..................................................................................................... 10

2.3 MikroTik ................................................................................................... 11

2.4 Zeroshell .................................................................................................... 13

2.5 Parameter Quality of Service ..................................................................... 13

2.5.1 Throughput ................................................................................................ 14

2.5.2 Packet Loss ................................................................................................ 15

2.5.3 Delay ......................................................................................................... 16

2.5.4 Jitter .......................................................................................................... 17

Page 10: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

viii

2.6 Penelitian Sejenis ......................................................................................... 18

BAB III ................................................................................................................. 20

PERENCANAAN DAN REALISASI ................................................................ 20

3.1 Deskripsi Sistem ........................................................................................ 20

3.1.1 Cara Kerja Sistem ...................................................................................... 21

3.1.2 Spesifikasi Sistem ..................................................................................... 24

3.1.3 Diagram Blok Sistem ................................................................................ 25

3.2 Realisasi Sistem ......................................................................................... 26

3.2.1 Realisasi Load Balancing dan Failover pada MikroTik ........................... 26

3.2.2 Realisasi Load Balancing dan Failover pada Zeroshell ............................ 34

BAB IV ................................................................................................................. 39

PEMBAHASAN .................................................................................................. 39

4.1 Pengujian ................................................................................................... 39

4.1.1 Deskripsi Pengujian ................................................................................... 39

4.1.2 Prosedur Pengujian .................................................................................... 40

4.1.3 Data Hasil Pengujian ................................................................................. 44

4.2 Analisis Data / Evaluasi ............................................................................ 63

BAB V ................................................................................................................... 76

PENUTUP ............................................................................................................ 76

5.1 Simpulan .................................................................................................... 76

5.2 Saran .......................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78

Page 11: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Throughput Versi TIPHON .................................................................. 14

Tabel 2.2 Packet Loss Versi TIPHON .................................................................. 15

Tabel 2.3 Packet Loss Versi ITU-T G.1010 ......................................................... 16

Tabel 2.4 Delay Versi TIPHON ............................................................................ 17

Tabel 2.5 Delay Versi ITU-T G.114 ..................................................................... 17

Tabel 2.6 Jitter Versi TIPHON ............................................................................. 18

Tabel 3.1 Spesifikasi Sistem ................................................................................. 24

Tabel 3.2 Alokasi IP Address................................................................................ 25

Tabel 3.3 Konfigurasi Mangle .............................................................................. 30

Tabel 4.1 Perencanaan Pengujian Skenario Pertama ............................................ 40

Tabel 4.2 Perencanaan Pengujian Skenario Kedua ............................................... 42

Tabel 4.3 Perencanaan Pengujian Skenario Ketiga............................................... 43

Tabel 4.4 Perencanaan Pengujian Skenario Keempat ........................................... 44

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.cbn.id .................... 45

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.cbn.id ....................... 46

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.cbn.id ....................... 47

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.cbn.id ................... 47

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.net ......................... 49

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.net .......................... 50

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.net .......................... 51

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.net ...................... 52

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Skenario Pertama ...................................................... 52

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Download Video ................. 54

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Download Video .................... 56

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Skenario Kedua......................................................... 57

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Streaming Film.................... 58

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Streaming Film ...................... 60

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Skenario Ketiga ........................................................ 61

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Failover Tahap Pertama ........................................... 62

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Failover Tahap Kedua .............................................. 63

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Skenario Keempat..................................................... 63

Tabel 4.23 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Kedua .................................. 68

Tabel 4.24 Kategori ITU-T Skenario Kedua......................................................... 69

Tabel 4.25 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Ketiga .................................. 72

Tabel 4.26 Kategori ITU-T Skenario Ketiga ........................................................ 73

Tabel 4.27 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Keempat .............................. 75

Tabel 4.28 Ketegori ITU-T Skenario Keempat..................................................... 75

Page 12: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Penyelesaian Masalah ...................................... 4

Gambar 2.1 Load Balancing dengan 2 ISP ............................................................. 7

Gambar 2.2 Metode Weight Round-Robin ............................................................ 10

Gambar 3.1 Skema Pengiriman Paket Load Balancing pada MikroTik ............... 22

Gambar 3.2 Skema Pengiriman Paket Load Balancing pada Zeroshell ............... 23

Gambar 3.3 Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada MikroTik ........... 25

Gambar 3.4 Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada Zeroshell ........... 26

Gambar 3.5 Interface pada MikroTik ................................................................... 27

Gambar 3.6 Bridge pada MikroTik ....................................................................... 27

Gambar 3.7 Konfigurasi Interface ........................................................................ 28

Gambar 3.8 Konfigurasi IP Address ..................................................................... 29

Gambar 3.9 Konfigurasi DHCP Server pada MikroTik ....................................... 29

Gambar 3.10 Konfigurasi Mangle......................................................................... 30

Gambar 3.11 Konfigurasi PCC Rules 3/0 pada Interface ISP1-Telkomsel .......... 32

Gambar 3.12 Konfigurasi PCC Rules 3/1 pada Interface ISP1-Telkomsel .......... 32

Gambar 3.13 Konfigurasi PCC Rules 3/2 pada Interface ISP1-Tri ...................... 32

Gambar 3.14 Beban Masing-Masing Gateway pada MikroTik ........................... 33

Gambar 3.15 Konfigurasi Routing ........................................................................ 33

Gambar 3.16 Konfigurasi NAT pada MikroTik ................................................... 34

Gambar 3.17 Interface PPP0 ................................................................................. 35

Gambar 3.18 Interface PPP1 ................................................................................. 35

Gambar 3.19 Interface pada Zeroshell .................................................................. 36

Gambar 3.20 Konfigurasi DHCP Server pada Zeroshell ...................................... 37

Gambar 3.21 Konfigurasi NetBalancer................................................................. 37

Gambar 3.22 Beban Masing-Masing Gateway pada Zeroshell ............................ 38

Gambar 3.23 Konfigurasi NAT pada Zeroshell .................................................... 38

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.cbn.id................. 44

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.cbn.id ................... 45

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.cbn.id ................... 46

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.cbn.id ............... 47

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.net...................... 48

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.net ........................ 49

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.net ........................ 50

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.net .................... 51

Gambar 4.9 Capturing Packets Tahap Pertama dengan Download Video ........... 53

Gambar 4.10 Capturing Packets Tahap Kedua dengan Download Video............ 55

Gambar 4.11 Capturing Packets Tahap Pertama dengan Streaming Film ........... 57

Gambar 4.12 Capturing Packets Tahap Kedua dengan Streaming Film .............. 59

Gambar 4.13 Capturing Packets Tahap Pertama Pengujian Failover .................. 61

Gambar 4.14 Capturing Packets Tahap Kedua Pengujian Failover ..................... 62

Gambar 4.15 Perbandingan Throughput Pengujian dengan Speedtest.cbn.id ...... 64

Page 13: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

xi

Gambar 4.16 Perbandingan Throughput Pengujian dengan Speedtest.net ........... 65

Gambar 4.17 Throughput Pengujian dengan Speedtest.cbn.id dan Speedtest.net 66

Gambar 4.18 Perbandingan Throughput Pengujian Skenario Kedua ................... 66

Gambar 4.19 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Kedua ............................. 67

Gambar 4.20 Perbandingan Jitter Pengujian Skenario Kedua .............................. 68

Gambar 4.21 Perbandingan Throughput Pengujian Skenario Ketiga ................... 70

Gambar 4.22 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Ketiga ............................ 71

Gambar 4.23 Perbandingan Jitter Pengujian Skenario Ketiga.............................. 71

Gambar 4.24 Perubahan Time To Live pada MikroTik ......................................... 73

Gambar 4.25 Perubahan Time To Live pada Zeroshell ......................................... 74

Gambar 4.26 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Keempat ......................... 74

Page 14: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internet menjadi tempat bagi setiap pengguna untuk saling terhubung dalam

jaringan yang sangat luas (Fauzi, et al., 2018). Untuk bisa menggunakan internet

dibutuhkan Internet Service Provider (ISP) sebagai penyedia layanan internet, baik

untuk sambungan lokal maupun internasional. Sambungan lokal menyediakan

interkoneksi antar ISP di Indonesia agar saling terhubung satu sama lain, sedangkan

sambungan internasional menyediakan bandwidth yang dapat digunakan untuk

terhubung ke backbone internasional (Nasser & Witono, 2016).

Kebutuhan bandwidth semakin hari semakin meningkat seiring bertambahnya

jumlah pengguna internet (Hidayat, et al., 2019). Tahun 2005 sampai tahun 2019

jumlah pengguna internet di dunia selalu bertambah setiap tahun (Clement, 2020).

Jumlah pengguna di Asia pada pertengahan tahun 2019 sebanyak 55% dari total

seluruh pengguna internet di dunia yang berjumlah kurang lebih 4,5 miliar

(Miniwatts Marketing Group, 2019). Peningkatan jumlah pengguna internet tidak

didukung dengan mutu jaringan internet yang seimbang (Darmawan & Imanto,

2017). Masalah yang sering dihadapi pengguna untuk mengakses internet adalah

ISP yang sering down dan koneksi internet yang cenderung lambat (Sadikin, et al.,

2019) (Shrivastava, et al., 2018) (Antodi, et al., 2017). Sehingga, perlu diadakan

multi koneksi yang menggunakan 2 jalur lSP yang berbeda untuk dapat digunakan

secara bersamaan agar didapat bandwidth yang besar demi memenuhi kebutuhan

internet yang besar dengan memanfaatkan teknik load balancing dan failover

(Suryanto, et al., 2018).

Load balancing adalah teknik yang berfungsi agar traffic dapat berjalan lebih baik,

memaksimalkan throughput, memperkecil delay, dan menghindari overload pada

salah satu jalur (Rasna & Ashari, 2019) . Failover adalah teknik di mana ketika

salah satu koneksi gateway terputus, maka gateway lain secara otomatis menjadi

backup dan menopang semua traffic jaringan (Suryanto, et al., 2018).

Page 15: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

2

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Penerapan load balancing dan failover memerlukan routerOS di antaranya adalah

MikroTik dan Zeroshell (Frayogi, et al., 2018). Penelitian mengenai load balancing

maupun failover sudah cukup banyak dilakukan, seperti penelitian mengenai

implementasi load balancing dua ISP menggunakan MikroTik (Oktivasari &

Sanjaya, 2015), implementasi high availability server menggunakan metode load

balancing dan failover (Rosalia, et al., 2016), implementasi load balancing dan

failover berbasis MikroTik router (Suryanto, et al., 2018), dan penelitian mengenai

aplikasi load balancing dengan metode Nth (Rasna & Ashari, 2019).

Penelitian-penelitian tersebut membahas tentang implementasi load balancing

maupun failover. Penelitian mengenai analisis kinerja perlu dilakukan untuk

mendapatkan hasil berupa perbandingan kinerja pada suatu sistem yang akan

diimplementasikan. (Frayogi, et al., 2018), melakukan penelitian mengenai

perbandingan kinerja routerOS MikroTik dan Zeroshell menggunakan mekanisme

load balancing serta failover. Perbandingan kinerja dilakukan untuk

membandingkan kinerja load balancing metode Nth pada MikroTik dengan load

balancing metode weight round-robin pada Zeroshell serta membandingkan kinerja

failover pada MikroTik dengan failover pada Zeroshell.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan sama dengan penelitian (Frayogi, et al.,

2018), salah satunya, yaitu melakukan perbandingan kinerja routerOS MikroTik

dengan Zeroshell menggunakan teknik load balancing dan failover, namun untuk

perbandingan kinerja, dilakukan analisis Quality of Service (QoS) dengan

parameter throughput, packet loss, delay, dan jitter yang selanjutnya akan

ditentukan kategori layanan dengan standar QoS Telecommunications and Internet

Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON) dan ITU Telecommunication

Standardization Sector (ITU-T), serta menggunakan metode load balancing yang

berbeda pada routerOS MikroTik, yaitu Per Connection Classifier (PCC).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang menjadi dasar pemikiran dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah teknik load balancing dengan metode PCC dan teknik failover dapat

berfungsi pada routerOS MikroTik.

Page 16: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

3

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2. Apakah teknik load balancing dengan metode weight round-robin dan teknik

failover dapat berfungsi pada routerOS Zeroshell.

3. Bagaimana perbandingan kinerja load balancing pada MikroTik dengan load

balancing pada Zeroshell berdasarkan parameter QoS.

4. Bagaimana perbandingan kinerja failover pada MikroTik dengan failover pada

Zeroshell berdasarkan parameter pengujian QoS.

5. Bagaimana kategori masing-masing parameter QoS berdasarkan standar

TIPHON dan ITU-T.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang ditentukan dalam penelitian ini adalah:

1. Modem yang digunakan sebagai ISP adalah modem GSM Huawei E220.

2. Load balancing pada MikroTik menggunakan metode PCC dan load balancing

pada Zeroshell menggunakan metode weight round-robin.

3. Perbandingan QoS load balancing pada kedua routerOS menggunakan

parameter throughput, delay, packet loss, dan jitter, sementara perbandingan

QoS failover pada kedua routerOS menggunakan parameter delay.

4. Standar QoS yang digunakan untuk menentukan kategori parameter QoS adalah

TIPHON, ITU-T G.1010, dan ITU-T G.114.

5. Pengujian sistem load balancing dilakukan dengan internet speed tester,

dengan download video, dan dengan streaming film, serta pengujian sistem

failover dilakukan dengan melakukan ping ke situs Google.

6. Pengujian load balancing dengan download video dilakukan dengan melakukan

download satu buah video yang berukuran 61,1 MB serta pengujian dengan

streaming film dilakukan dengan melakukan streaming satu buah film.

7. Tidak dilakukan pengujian berupa skenario untuk menentukan perbandingan

beban pada masing-masing gateway yang digunakan.

1.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang, membangun, dan menganalisis

perbandingan QoS routerOS MikroTik dengan Zeroshell menggunakan teknik load

balancing dan failover.

Page 17: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

4

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengguna internet

dalam pembuatan sistem load balancing maupun failover untuk meningkatkan

dan menjaga koneksi internet tetap terhubung saat terjadi gangguan pada salah

satu jalur koneksi.

2. Memberikan evaluasi kinerja sistem load balancing pada MikroTik dengan

metode PCC, load balancing pada Zeroshell dengan metode weight round-

robin, failover pada MikroTik, serta failover pada Zeroshell.

3. Memberikan hasil perbandingan kinerja routerOS MikroTik dengan Zeroshell

yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam pemilihan routerOS yang

digunakan untuk sistem load balancing dan failover.

1.5 Metode Penyelesaian Masalah

Metode penyelesaian masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Penyelesaian Masalah

Pada Gambar 1.1, ditampilkan step by step yang dilakukan sebagai metode

penyelesaian masalah dalam penelitian ini, dimulai dengan pengumpulan data dan

diakhiri dengan analisis hasil pengujian.

Page 18: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

5

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data dan informasi terkait topik

penelitian melalui studi literatur dari buku maupun jurnal penelitian yang

berhubungan dengan topik penelitian.

2. Perancangan Sistem

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya dilakukan perancangan sistem.

Perancangan sistem terbagi dua. Pertama, perancangan load balancing dan failover

pada MikroTik. Kedua, perancangan load balancing dan failover pada Zeroshell.

3. Realisasi Sistem

Melakukan pembuatan sistem sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Realisasi

dibagi menjadi dua tahap sesuai dengan di mana load balancing dan failover

direalisasikan. Tahap pertama, realisasi load balancing dan failover pada MikroTik.

Tahap kedua, realisasi load balancing dan failover pada Zeroshell.

4. Pengujian Sistem

Melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat untuk menentukan kinerja

sistem yang telah direalisasikan. Pengujian dilakukan dengan empat skenario.

Skenario pertama, pengujian menggunakan dua internet speed tester yang

dilakukan dengan empat tahap pengujian, yaitu:

a. Pengujian sistem dengan load balancing pada MikroTik yang menggunakan

dua ISP.

b. Pengujian sistem dengan load balancing pada Zeroshell yang menggunakan dua

ISP.

c. Pengujian sistem tanpa load balancing yang menggunakan ISP 1.

d. Pengujian sistem tanpa load balancing yang menggunakan ISP 2.

Skenario kedua, pengujian dengan download video yang dilakukan dengan dua

tahap pegujian, yaitu:

a. Pegujian sistem load balancing pada MikroTik.

b. Pengujian sistem load balancing pada Zeroshell.

Page 19: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

6

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Skenario ketiga, pengujian dengan streaming film yang dilakukan dengan dua tahap

pegujian, yaitu:

a. Pengujian sistem load balancing pada MikroTik.

b. Pengujian sistem load balancing pada Zeroshell.

Skenario keempat, pengujian failover yang dilakukan dengan dua tahap pegujian,

yaitu:

a. Pengujian sistem failover pada MikroTik.

b. Pengujian sistem failover pada Zeroshell.

5. Analisis Hasil Pengujian

Melakukan perbandingan hasil pengujian sistem dan menentukan kategori dari nilai

parameter dengan standar QoS yang digunakan. Hasil pengujian load balancing

pada MikroTik dibandingkan dengan hasil pengujian load balancing pada

Zeroshell. Hasil pengujian failover pada MikroTik dibandingkan dengan hasil

pengujian failover pada Zeroshell. Hasil perbandingan dapat dijadikan sebagai

kesimpulan penelitian.

Page 20: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Load Balancing

Untuk meningkatkan throughput dan meminimalisir latency jaringan diperlukan

pengelolaan sumber daya jaringan (Shrivastava, et al., 2018). Metode peningkatan

throughput, meminimalisir delay, dan menghindari overload pada salah satu sistem

dengan mendistribusikan beban ke beberapa komponen disebut dengan load

balancing. Load balancing merupakan metode yang diterapkan di bidang

networking untuk mendistribusikan beban kerja ke berbagai sumber daya dalam

jaringan (Kanakala & Reddy, 2015) (Sasidhar, et al., 2016). Load balancing dapat

dicapai dengan penerapan algoritma load balancing sebagai pemroses paket

(Shrivastava, et al., 2018).

Gambar 2.1 Load Balancing dengan 2 ISP

Sumber: (Oktivasari & Sanjaya, 2015)

2.1.1 Algoritma Load Balancing

Algoritma load balancing yang akan digunakan dalam pemrosesan paket adalah

algoritma hashing dan round-robin.

Page 21: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

8

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2.1.1.1 Algoritma Hashing

Algoritma hashing menggunakan informasi IP address yang berasal dari

permintaan client pada saat mengirim request ke suatu server. Informasi IP address

yang digunakan tergantung pada penerapan sistem, untuk WAN link load

balancing, informasi IP address yang digunakan adalah tujuan paket (dst-address).

Semua request untuk tujuan IP address tertentu akan dikirim ke gateway yang sama

(Hafizh, 2011).

Fungsi hash adalah sebuah fungsi yang diberi input lalu diproses sesuai standar

fungsi hash tersebut yang kemudian menghasilkan output yang deterministic

(Suendri, 2019). Sifat hash yang deterministic menyebabkan, ketika diberi input

“halo” akan menghasilkan output “1”, dan pada saat mengenkripsi “halo” untuk

kedua atau kesekian kalinya, maka sudah dipastikan menghasilkan output “1”

(Hafizh, 2011).

2.1.1.2 Algoritma Round-Robin

Algoritma round-robin adalah algoritma load balancing statik karena sebelum

menetapkan paket ke sebuah node, algoritma ini tidak mempertimbangkan keadaan

dan fungsi dari node. Untuk mengalokasikan pengiriman, node pertama akan dipilih

secara acak dan node lain dialokasikan dengan metode round-robin. Cara

penjadwalan ini akan menimbulkan masalah karena ketika mengalokasikan

pengiriman pada satu node bisa jadi berat dan node yang lain bisa jadi ringan

kapasitasnya. Untuk mengatasi ketidaksetaraan dalam distribusi beban ini, maka

digunakan algoritma weight round-robin (Kanakala & Reddy, 2015).

Pada algoritma weight round-robin, setiap node akan diberi bobot (weight).

Kemudian, beban akan ditugaskan ke suatu node menurut ukuran weight, node

dengan weight yang besar diberi beban yang besar pula (Kanakala & Reddy, 2015).

2.1.2 Metode Load Balancing

Metode load balancing yang akan digunakan adalah metode Per Connection

Classifier dan Weight Round-Robin.

Page 22: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

9

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2.1.2.1 Per Connection Classifier

Per Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang dikembangkan oleh

MikroTik dan diperkenalkan pertama kali pada MikroTik routerOS versi 3.24. PCC

mengambil field yang dipilih dari header IP dan mengubah field tersebut menjadi

nilai 32-bit dengan bantuan algoritma hashing. Nilai ini dibagi dengan denominator

tertentu dan sisanya kemudian dibandingkan dengan remainder tertentu, jika sama

maka paket akan ditangkap. Rules dapat diatur dengan memilih informasi dari src-

address, dst-address, src-port, atau dst-port dari bagian header IP (Hafizh, 2011).

Meskipun PCC adalah metode yang digunakan untuk menyebarkan beban secara

merata, namun PCC itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan routing.

PCC adalah cara untuk mencocokan paket, dan tidak langsung berkaitan dengan

perintah menandai paket yang sama walaupun itu adalah tujuan utama dari PCC

(Hafizh, 2011).

Kelebihan yang dimiliki metode PCC adalah mampu mengklasifikasikan gateway

untuk tiap paket data yang masih berhubungan dengan data yang sebelumnya sudah

dilewatkan pada salah satu gateway. Sementara kekurangan dari metode ini, lebih

memungkinkan terjadi overload pada salah satu gateway yang disebabkan oleh

pengaksesan situs yang sama (Oktivasari & Sanjaya, 2015).

2.1.2.2 Weight Round-Robin

Weight round-robin merupakan metode penjadwalan yang dapat diterapkan dalam

berbagai bidang, untuk pemakaian sumber daya bersama-sama pada sebuah

komputer atau jaringan. Metode ini dieksekusi pada permulaan setiap frame.

Metode weight round-robin menentukan alokasi bandwidth antara client

berdasarkan paket data yang di-request. Bagian terpenting dari skema weight

round-robin adalah menentukan weight dari setiap gateway (Frayogi, et al., 2018).

Weight pada setiap gateway menentukan pembagian beban yang digunakan pada

metode weight round-robin sesuai dengan algoritma weight round-robin (Frayogi,

et al., 2018).

Page 23: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

10

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 2.2 Metode Weight Round-Robin

Sumber: (Frayogi, et al., 2018)

Throughput, performance, scalability, response time, pemanfaatan sumber daya,

dan fault tolerance adalah beberapa parameter pengukuran yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi kinerja load balancing (Sajjan & Yashwantrao, 2017).

2.2 Failover

High-availability merupakan suatu istilah yang digunakan pada sistem atau jaringan

yang menyediakan layanan terus menerus (Septama, et al., 2015). Failover adalah

teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan ini. Failover digunakan untuk

menyediakan layanan ketika salah satu gateway mengalami kegagalan (Rosalia, et

al., 2016).

Penyediaan layanan dilakukan dengan memanfaatkan beberapa gateway

(Darmawan & Imanto, 2017). Jumlah gateway yang dibutuhkan untuk

mengimplementasikan teknik ini adalah minimal dua.

Macam-macam Failover (Rosalia, et al., 2016):

1. Active/Passive Failover

Failover ini memiliki dua jenis gateway, yaitu gateway aktif dan pasif. Aktif

sebagai gateway utama berfungsi untuk melayani permintaan tugas, sedangkan

gateway pasif berstatus stand by dengan tidak melayani permintaan apapun sampai

terdeteksi masalah pada gateway aktif.

Page 24: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

11

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2. Active/Active Failover

Failover ini memiliki gateway yang semuanya aktif dalam melayani permintaan

tugas, tidak ada gateway yang berstatus stand by. Apabila satu gateway aktif

bermasalah, maka gateway aktif lain akan melayani semua permintaan tugas

termasuk permintaan tugas gateway aktif yang bermasalah.

2.3 MikroTik

MikroTik adalah sebuah sistem operasi termasuk di dalamnya software yang

dipasang pada suatu komputer sehingga komputer tersebut dapat berperan sebagai

jantung jaringan, pengendali, atau pengatur lalu lintas data antar jaringan, komputer

jenis ini dikenal dengan nama router (Oktivasari & Sanjaya, 2015).

RouterOS MikroTik memiliki sebuah fitur yang disebut dengan firewall. Fitur ini

banyak digunakan untuk filtering akses (Filter Rule), Forwarding (NAT), dan

untuk manandai koneksi maupun paket dari traffic data yang melewati router

(Mangle). Parameter yang digunakan untuk menentukan jenis traffic yang akan di-

mangle pada fitur firewall adalah chain. Setiap fungsi pada firewall, seperti Filter

Rule, NAT, dan Mangle memiliki opsi chain yang berbeda (Citraweb Solusi

Teknologi, n.d.).

Filter rule digunakan untuk menentukan kebijakan boleh atau tidaknya sebuah

traffic ada dalam jaringan, accept atau drop. Terdapat tiga jenis chain pada menu

filter rule, yaitu Forward, Input, dan Output. Forward digunakan untuk memproses

traffic data yang hanya melewati router. Input digunakan untuk memproses traffic

paket data yang masuk ke dalam router melalui interface yang ada di router dan

memiliki tujuan IP address berupa IP yang terdapat pada router. Output digunakan

untuk memproses traffic paket data yang keluar dari router, kebalikan dari Input

(Citraweb Solusi Teknologi, n.d.).

NAT atau Network Address Translation berfungsi untuk melakukan pengubahan

Source Address maupun Destination Address. Terdapat dua jenis chain pada menu

NAT, yaitu dst-nat dan src-nat. dst-nat berfungsi untuk mengubah destination

address pada sebuah paket data. Destination address diubah untuk membuat host

Page 25: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

12

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

dalam jaringan lokal dapat diakses dari luar jaringan atau internet. Src-nat berfungsi

untuk mengubah source address dari sebuah paket data, salah satunya dengan

action masquerade. Source address diubah agar bisa mengakses jaringan internet

dari jaringan lokal, IP Address lokal akan disembunyikan dan diganti dengan IP

Address publik yang terpasang pada router (Citraweb Solusi Teknologi, n.d.).

Mangle berfungsi untuk menandai (marking) sebuah koneksi atau paket data, yang

melewati router, masuk ke router, ataupun yang keluar dari router. Terdapat lima

jenis chain pada menu Mangle, yaitu Forwarding, Input, Output, Prerouting, dan

Postrouting. Semua jenis traffic paket data Forwarding, Input, maupun Output bisa

ditandai berdasarkan koneksi atau paket data. Prerouting, menandai koneksi yang

masuk ke dalam router dan melewati router. Postrouting, menandai koneksi yang

keluar dari router dan melewati router (Citraweb Solusi Teknologi, n.d.).

Terdapat tiga jenis marking yang bisa digunakan, yaitu Connection Mark, Pakcet

Mark, dan Routing Mark. Connection Mark digunakan untuk menandai paket

pertama dari client maupun response packet yang pertama dari web server. Packet

Mark digunakan untuk menandai paket-paket selanjutnya. Routing Mark digunakan

untuk menandai koneksi paket.

Load balancing pada MikroTik diatur pada mangle dengan mengatur PCC rules

dalam pembagian paket yang akan dilewatkan pada gateway. Failover pada

MikroTik diatur pada routing mark. Failover yang diterapkan pada MikroTik

menggunakan dua gateway. Satu gateway melayani permintaan tugas, jika gateway

tersebut bermasalah, maka gateway yang lain mengambil alih untuk melayani

permintaan.

Ada beberapa parameter yang digunakan MikroTik dalam pembagian paket dan

koneksi, yaitu every dan packet. Every merupakan angka yang digunakan untuk

mengelompokkan paket menjadi beberapa bagian yang diinginkan. Paket akan

dikelompokkan dan dilewatkan pada gateway yang tersedia, tergantung angka

every yang ditentukan. Packet merupakan angka yang digunakan sebagai penanda

paket yang akan dilewatkan pada gateway (Citraweb Solusi Teknologi, n.d.).

Page 26: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

13

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2.4 Zeroshell

Zeroshell adalah distribusi berbasis Linux yang didedikasikan untuk implementasi

router dan firewall yang sepenuhnya dapat diatur melalui antarmuka web. Fitur

yang disediakan antara lain load balancing dan failover untuk beberapa koneksi

internet, VPN Site to Site dan VPN Host to Site, captive portal untuk hotspot,

firewall, QoS, otentikasi dan akuntansi RADIUS, hingga pelacakan, dan pencatatan

koneksi jaringan (Siregar, 2019).

Zeroshell memiliki fitur load balancing dan failover yang bernama NetBalancer.

NetBalancer merupakan fitur Zeroshell yang menggunakan load balancing dan

failover untuk memaksimalkan koneksi serta menjaga konektivitas dalam

pengiriman paket ketika salah satu gateway bermasalah. Load balancing pada

Zeroshell menggunakan metode weight round-robin (Frayogi, et al., 2018).

Nilai weight merupakan keseluruhan angka yang menunjukkan berat dari suatu

gateway. Fungsinya tergantung kepada mode NetBalancer yang digunakan

(Ricciardi, 2018).

1. Mode Load Balancing dan Failover

Mode ini akan melewatkan paket ke luar menuju internet dengan membagi paket

secara proporsional ke tiap gateway, berdasarkan weight dari masing-masing

gateway. Gateway dengan nilai weight lebih tinggi memiliki probabilitas tinggi

untuk melewatkan paket.

2. Mode Failover

Mode ini hanya menyediakan satu gateway sebagai gateway yang tersedia.

Gateway ini akan melewatkan keseluruhan paket ke luar menuju internet. Gateway

lain tidak berfungsi sebelum gateway yang tersedia tersebut bermasalah.

2.5 Parameter Quality of Service

Quality of Service (QoS) adalah pengukuran atau deskripsi kualitas kinerja

keseluruhan jaringan (Potluri & Rao, 2017). Kinerja menyajikan jumlah data yang

dikirim dari node sumber dan diterima oleh node tujuan dalam waktu tertentu

Page 27: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

14

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

(Saxena, et al., 2018). Untuk mengukur QoS secara kuantitatif, beberapa parameter

digunakan untuk menilai kualitas jaringan, seperti bit rate, throughput, packet loss,

delay, jitter, energy consumption, dan sebagainya (Hassan, et al., 2018). Parameter

QoS yang digunakan dalam pengukuran kinerja load balancing dan failover adalah

sebagai berikut:

2.5.1 Throughput

Throughput (TH) ditentukan dari jumlah byte aktual yang ditangani dalam periode

tertentu (Hassan, et al., 2018). Throughput merupakan jumlah total kedatangan

paket yang sukses, diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi

dengan durasi interval waktu tersebut (Pratama, et al., 2015).

Nilai throughput dapat diketahui dengan persamaan berikut (Risnaldy, 2020).

𝑇𝐻 = 𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑 (𝑏𝑦𝑡𝑒)

𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑 (𝑠) ......................................(2.1)

Standar Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks

(TIPHON) membagi nilai throughput ke dalam empat klasifikasi yang dibedakan

berdasarkan kategori dan indeks, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Throughput Versi TIPHON

Kategori Throughput (bps) Indeks

Sangat Bagus 100 4

Bagus 75 3

Sedang 50 2

Jelek < 25 1

Sumber: (Pratama, et al., 2015)

Ada beberapa faktor yang memengaruhi throughput, di antaranya adalah (ITU-T,

1998):

1. Signalling rate, secara umum, signal yang rendah akan menyebabkan

throughput menjadi rendah, demikian pula sebaliknya.

Page 28: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

15

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

2. Packet length, secara umum, penggunaan paket yang besar akan meningkatkan

throughput.

2.5.2 Packet Loss

Packet loss ditentukan dari perbedaan rasio antara jumlah paket data yang diterima

dan dikirim (Hassan, et al., 2018). Packet loss merupakan persentase hilangnya

paket saat pengiriman data (Pratama, et al., 2015). Hilangnya paket dalam transmisi

bisa disebabkan karena terjadinya collision maupun congestion. Meskipun dapat

dilakukan pengiriman kembali (retransmission), namun hal ini dapat memengaruhi

efisiensi jaringan secara keseluruhan, seperti penurunan throughput jaringan

(Sangsari, et al., 2016).

Beberapa network transfer protocol seperti Transmission Control Protocol (TCP)

yang bersifat connection oriented, menyediakan restransmission atau pengiriman

secara otomatis (resends) paket yang hilang selama proses transmisi. Sifat TCP

menyebabkan throughput jaringan menjadi turun. Beda dengan protokol User

Datagram Protocol (UDP) yang bersifat connectionless, tidak menyediakan

retransmission maupun resends jika terjadi kehilangan paket (Fahmi, 2018).

Nilai packet loss dapat diketahui dengan persamaan berikut (Abdullah, et al., 2019).

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = (𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑−𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑)

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑡𝑡𝑒𝑑 𝑥 100% ..........(2.2)

Standar TIPHON membagi nilai packet loss ke dalam empat klasifikasi yang

dibedakan berdasarkan kategori dan indeks, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Packet Loss Versi TIPHON

Kategori Packet Loss (%) Indeks

Sangat Bagus 0 4

Bagus 3 3

Sedang 15 2

Jelek 25 1

Sumber: (ETSI, 1999)

Page 29: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

16

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Sedangkan, standar ITU Telecommunication Standardization Sector (ITU-T)

G.1010 membagi nilai packet loss ke dalam tiga klasifikasi yang dibedakan

berdasarkan kategori, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.3 Packet Loss Versi ITU-T G.1010

Kategori Packet Loss (%)

Baik 0-5

Cukup 5-10

Buruk > 10

Sumber: (ITU-T, 2002)

2.5.3 Delay

Delay (latency) merupakan waktu yang diperlukan untuk paket data melakukan

perjalanan melalui jaringan, yaitu dari node sumber ke node tujuan (Hassan, et al.,

2018). Delay merupakan salah satu faktor utama dari kualitas layanan. Untuk

menikmati layanan yang bagus, delay harus dijaga selalu konstan dan di bawah

batas yang ditentukan. Jika delay terlalu tinggi, maka sulit untuk mencapai kualitas

layanan yang bagus (ETSI, 1999).

Beberapa aspek yang dapat dikaitkan dengan delay di dalam jaringan adalah

(Hassan, et al., 2018):

1. Processing Delay, merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan

pemrosesan header paket.

2. Queuing Delay, merupakan waktu yang diperlukan untuk antrian paket.

3. Transmission Delay, merupakan waktu yang mengharuskan pengiriman paket

data dari node sumber ke node tujuan.

4. Propagation Delay, merupakan waktu yang diperlukan untuk mendorong paket

data masuk ke dalam link.

Delay dapat disebabkan karena adanya antrian yang panjang atau mengambil rute

lain untuk menghindari kemacetan pada routing (Fahmi, 2018).

Nilai delay dapat diketahui dengan persamaan berikut (Risnaldy, 2020).

Page 30: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

17

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦𝑛 = 𝑇𝑅𝑆𝑛 − 𝑇𝑅𝑆𝑛−1 ....................................(2.3)

∑ 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦1 + 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦2 + … + 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦𝑛 ....................(2.4)

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = ∑ 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑 ...........................(2.5)

Keterangan:

TRS (s) = Time Since Reference

Standar TIPHON membagi nilai delay ke dalam empat klasifikasi yang dibedakan

berdasarkan kategori dan indeks, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.4 Delay Versi TIPHON

Kategori Delay (ms) Indeks

Sangat Bagus < 150 4

Bagus 150 s/d 300 3

Sedang 300 s/d 450 2

Jelek > 450 1

Sumber: (ETSI, 1999)

Sedangkan, standar ITU-T G.114 membagi nilai delay ke dalam tiga klasifikasi

yang dibedakan berdasarkan kategori, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.5 Delay Versi ITU-T G.114

Kategori Delay (ms)

Baik 0-150

Cukup 150-400

Buruk > 400

Sumber: (ITU-T, 2001)

2.5.4 Jitter

Jitter adalah jumlah variasi waktu kedatangan paket yang dikirimkan terus-menerus

dari sumber ke tujuan (Sangsari, et al., 2016). Jitter atau variasi delay, diakibatkan

Page 31: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

18

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

oleh variasi dalam panjang antrian, waktu pengolahan data, dan waktu

penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter (Pratama, et al., 2015).

Nilai jitter dapat diketahui dengan persamaan berikut (Risnaldy, 2020).

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟𝑛 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦𝑛 − 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦𝑛−1 .................................(2.6)

∑ 𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟1 + 𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟2 + … + 𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟𝑛 .......................(2.7)

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑗𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = ∑ 𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑒𝑑−1 .........................(2.8)

Standar TIPHON membagi nilai jitter ke dalam empat klasifikasi yang dibedakan

berdasarkan kategori dan indeks, seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.6 Jitter Versi TIPHON

Kategori Jitter (ms) Indeks

Sangat Bagus 0 4

Bagus 0 s/d 75 3

Sedang 75 s/d 125 2

Jelek 125 s/d 225 1

Sumber: (ETSI, 1999)

2.6 Penelitian Sejenis

Penelitian sejenis pernah dilakukan sebelumnya dengan judul “Perbandingan

Kinerja RouterOS MikroTik dan Zeroshell pada Mekanisme Load Balancing

serta Failover”, oleh (Frayogi, et al., 2018). Penelitian ini membahas mengenai

perbandingan kinerja routerOS MikroTik dengan routerOS Zeroshell.

Perbandingan diukur dengan menggunakan mekanisme load balancing dan failover

yang diterapkan pada kedua routerOS. Load balancing pada MikroTik

menggunakan metode Nth dan load balancing pada Zeroshell menggunakan

metode weight round-robin. Parameter yang diukur dari load balancing pada kedua

routerOS adalah throughput serta parameter yang diukur dari failover pada kedua

routerOS adalah delay.

Page 32: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

19

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Hal yang membedakan adalah metode load balancing yang digunakan pada

MikroTik, Zeroshell yang digunakan, dan parameter yang digunakan untuk

membandingkan kinerja routerOS MikroTik dan Zeroshell. Metode yang

digunakan untuk load balancing pada MikroTik adalah PCC. Zeroshell yang

digunakan adalah versi terbaru, yaitu 3.9.3. Sedangkan, penelitian sebelumnya

menggunakan Zeroshell versi lama, yaitu 3.4.0. Parameter QoS yang digunakan

untuk mengukur kinerja load balancing pada kedua routerOS adalah throughput,

packet loss, delay, dan jitter.

Page 33: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

20

BAB III

PERENCANAAN DAN REALISASI

3.1 Deskripsi Sistem

Ada dua sistem yang akan dirancang dan dibangun pada penelitian ini, yaitu load

balancing dan failover pada MikroTik serta load balancing dan failover pada

Zeroshell. Kedua sistem sama-sama menerapkan penggabungan teknik load

balancing dan failover. Penggabungan dilakukan agar client dapat merasakan

koneksi internet yang cepat dan menghindari terputusnya koneksi internet jika salah

satu gateway bermasalah.

Secara umum, kedua sistem load balancing dan failover pada MikroTik sama

dengan load balancing dan failover pada Zeroshell, yang membedakan hanya pada

metode load balancing yang digunakan, yaitu load balancing pada MikroTik

menggunakan metode Per Connection Classifier (PCC) dan load balancing pada

Zeroshell menggunakan metode weight round-robin.

1. Load Balancing dan Failover pada MikroTik

Sistem ini menggunakan sebuah router MikroTik yang difungsikan sebagai load

balancer dan failover. Konfigurasi load balancing dilakukan pada mangle yang

terdapat pada fitur firewall MikroTik. Metode load balancing yang dikonfigurasi

adalah metode PCC. PCC digunakan karena dapat mengklasifikasikan gateway

untuk tiap paket yang masih berhubungan dengan paket yang sebelumnya sudah

dilewatkan pada salah satu gateway.

Router MikroTik menjadi penghubung antara client yang berada dalam Local Area

Network (LAN) dengan Wide Area Network (WAN). Router akan dikonfigurasi

sebagai load balancer yang menggunakan dua sumber internet dari dua Internet

Service Provider (ISP) yang berbeda, yaitu Telkomsel dan Tri, dengan

menggunakan dua modem USB. Dua modem USB digunakan untuk memberikan

akses internet dari kedua ISP kepada client. Client akan merasakan koneksi yang

Page 34: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

21

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

lebih cepat karena internet bersumber dari dua ISP. Selain sebagai load balancer,

router juga akan dikonfigurasi sebagai failover untuk menjaga pengiriman paket

tetap berlangsung ketika salah satu gateway bermasalah. Sehingga, client akan tetap

terkoneksi dengan internet. Failover dikonfigurasi pada routing, dengan

memberikan akses pengiriman paket pada masing-masing gateway.

2. Load Balancing dan Failover pada Zeroshell

Sistem ini menggunakan sebuah Personal Computer (PC) yang dijadikan sebagai

router Zeroshell. Zeroshell di-install di PC untuk memfungsikan PC menjadi

sebuah router. Router Zeroshell difungsikan sebagai load balancer dan failover.

Konfigurasi load balancing dan failover dilakukan pada NetBalancer yang

merupakan fitur dari Zeroshell. Konfigurasi metode load balancing dilakukan

dengan memberi weight yang berbeda di masing-masing gateway. Metode weight

round-robin ini digunakan karena metode ini merupakan metode default dari fitur

NetBalancer yang terdapat pada Zeroshell.

Router Zeroshell menjadi penghubung antara client yang berada dalam LAN

dengan WAN. Sama dengan sistem load balancing pada MikroTik, router akan

dikonfigurasi sebagai load balancer yang menggunakan dua sumber internet dari

dua ISP yang berbeda, yaitu Telkomsel dan Tri, dengan menggunakan dua modem

USB. Router Zeroshell juga akan dikonfigurasi sebagai failover sehingga client

akan tetap terkoneksi dengan internet saat terjadi gangguan pada salah satu

gateway. Mode NetBalancer yang digunakan pada sistem ini adalah mode load

balancing dan failover.

3.1.1 Cara Kerja Sistem

Sistem load balancing dan failover pada MikroTik dan Zeroshell memiliki cara

kerja yang hampir sama dalam menjalankan fungsi load balancing dan failover.

Perbedaan hanya terletak pada metode load balancing yang digunakan. Metode

yang berbeda memengaruhi cara kerja dari kedua sistem yang akan dibangun.

Masing-masing metode load balancing pada router, baik PCC maupun weight

round-robin akan mengatur pengiriman paket dan koneksi yang digunakan oleh

Page 35: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

22

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

client dari PC client pada saat mengakses internet. Namun, pengaturan paket dan

koneksi dilakukan dengan cara yang berbeda, sesuai dengan prinsip kerja masing-

masing metode load balancing.

1. Cara Kerja Load Balancing dan Failover pada MikroTik

Saat client melakukan request paket dari LAN, prerouting akan menandai paket

pertama dari client. Paket yang menuju IP address router akan diabaikan karena

hanya sampai router. Sedangkan, paket yang melewati router akan diteruskan

dengan melakukan pengelompokan paket dan penentuan jalur koneksi atau

gateway, sesuai aturan PCC, yaitu berdasarkan address dan port. Paket

dikelompokkan menjadi tiga bagian, dua bagian pertama dilewatkan pada modem

1 dan satu bagian terakhir dilewatkan pada modem 2. Paket akan diteruskan ke tiap

gateway untuk dilanjutkan ke WAN.

Pada NAT, paket yang menuju ISP 1 akan melewati interface modem 1 dan paket

yang menuju ISP 2 akan melewati modem 2. Berikut skema pengiriman paket pada

sistem load balancing metode PCC.

Gambar 3.1 Skema Pengiriman Paket Load Balancing pada MikroTik

Page 36: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

23

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Router MikroTik akan mengingat gateway yang telah dilewatkan pada awal

koneksi saat pengiriman paket. Paket yang masih berkaitan atau sama diukur

berdasarkan address dan port, akan dilewatkan pada gateway yang sama dengan

paket sebelumnya yang sudah dikirim.

Pada saat salah satu gateway bermasalah, client sebagai sumber yang melakukan

request akan tetap menerima paket karena paket akan dilewatkan pada gateway

yang tidak bermasalah dengan menggunakan teknik failover.

2. Cara Kerja Load Balancing dan Failover pada Zeroshell

Saat client melakukan request dari LAN, router Zeroshell dengan NetBalancer

akan mendistribusikan paket dengan aturan weight round-robin, membagi paket

secara proporsional ke dalam gateway yang masing-masing memiliki nilai weight.

Gambar 3.2 Skema Pengiriman Paket Load Balancing pada Zeroshell

Gambar 3.2 merupakan skema pengiriman paket sistem load balancing pada

Zeroshell dengan metode weight round-robin. Paket dari client menuju WAN

dilewatkan lebih banyak pada gateway yang memiliki nilai weight yang lebih besar.

Gateway modem 1 memiliki weight 2 dan gateway modem 1 memiliki weight 1.

Page 37: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

24

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Sehingga, paket dibagi dengan cara melewatkan paket lebih banyak ke gateway

modem 1 dari pada ke gateway modem 2.

Jika gateway dengan weight lebih besar telah penuh dan tidak bisa menampung

paket, maka paket akan dilewatkan pada gateway dengan weight yang lebih kecil.

Kedua gateway yang digunakan pada Zeroshell melewatkan paket terus-menerus

sesuai request dari client. Ketika salah satu gateway bermasalah dan tidak bisa

melewatkan paket, maka gateway lain akan mengambil alih untuk melewatkan

paket, termasuk paket yang seharusnya dilewatkan pada gateway yang bermasalah

dengan teknik failover.

3.1.2 Spesifikasi Sistem

Sistem yang akan dirancang dan dibangun menggunakan hardware dan software

yang memiliki spesifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.1 Spesifikasi Sistem

No Perangkat Spesifikasi

1. USB-Hub W5P-U2 USB2.0

2. Modem GSM Huawei E220 3G/3.5G, HSDPA/7.2Mbps,

HSUPA/5.76Mbps

3. Kabel UTP CAT5e

RouterOS MikroTik

4. MikroTik RB951Ui-2ND QCA9531 CPU, 64MB RAM

5. WinBox 3.21

RouterOS Zeroshell

6. Zeroshell 3.9.3

7. PC Zeroshell Core i3-4005U CPU, 10GB RAM

Selain hardware dan software seperti yang tertera di atas, terdapat alokasi IP

address yang digunakan pada masing-masing sistem. Tabel berikut merupakan

alokasi IP address yang digunakan.

Page 38: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

25

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 3.2 Alokasi IP Address

No Sistem IP Address Interface

1.

Load Balancing

dan Failover

pada MikroTik

IP DHCP PPP Client (ISP1-Telkomsel)

IP DHCP PPP Client (ISP2-Tri)

192.168.88.1 Router MikroTik

IP DHCP PC client

2.

Load Balancing

dan Failover

pada Zeroshell

IP DHCP PPP0 (Telkomsel)

IP DHCP PPP1 (Tri)

192.168.1.7 Router (PC Zeroshell)

IP DHCP PC client

IP DHCP untuk Point-to-Point Protocol (PPP) Client pada MikroTik dan PPP0

serta PPP1 pada Zeroshell didapat dari masing-masing ISP. Sedangkan, IP DHCP

untuk PC client didapat dari hasil konfigurasi DHCP server pada masing-masing

router. IP address 192.168.88.1 dan 192.168.1.7 adalah IP kelas C yang merupakan

IP statik, dikonfigurasi secara manual pada masing-masing router.

3.1.3 Diagram Blok Sistem

1. Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada MikroTik

Gambar berikut merupakan diagram blok sistem load balancing dan failover pada

MikroTik yang akan dibangun.

Gambar 3.3 Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada MikroTik

Page 39: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

26

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Pada Gambar 3.3, PC client terhubung dengan router menggunakan kabel UTP

melalui Ethernet port. Router terhubung dengan 2 modem USB melalui USB-Hub

yang dihubungkan dengan USB port.

2. Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada Zeroshell

Gambar berikut merupakan diagram blok sistem load balancing dan failover pada

Zeroshell yang akan dibangun.

Gambar 3.4 Diagram Blok Load Balancing dan Failover pada Zeroshell

Pada Gambar 3.4, PC client terhubung dengan PC Zeroshell (router) menggunakan

kabel UTP melalui Ethernet port. PC Zeroshell terhubung dengan 2 modem USB

melalui USB port.

3.2 Realisasi Sistem

Setelah sistem dirancang, selanjutnya sistem dibangun. Realisasi sistem dibagi

menjadi dua bagian sesuai dengan di mana sistem akan diterapkan, yaitu realisasi

load balancing dan failover pada MikroTik dan realisasi load balancing dan

failover pada Zeroshell.

3.2.1 Realisasi Load Balancing dan Failover pada MikroTik

Realisasi load balancing dan failover pada MikroTik dibagi ke dalam lima proses

konfigurasi, mulai dari konfigurasi interface dan IP address, konfigurasi DHCP

server, konfigurasi mangle dan PCC, konfigurasi routing, dan diakhiri dengan

Page 40: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

27

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

konfigurasi NAT. Proses konfigurasi dilakukan setelah semua hardware yang

dibutuhkan sistem terhubung secara fisik dan logis sesuai dengan rancangan sistem.

Proses konfigurasi load balancing pada MikroTik dilakukan dengan software

WinBox. WinBox merupakan software untuk melakukan konfigurasi MikroTik.

Untuk bisa terkoneksi dan melakukan konfigurasi, digunakan MAC address atau IP

address MikroTik (routerboard) saat login ke WinBox. Jika sudah terkoneksi,

maka proses konfigurasi bisa dilakukan.

1. Konfigurasi Interface dan IP Address

Ada tiga tipe interfaces yang secara otomatis muncul setelah kedua modem USB

dan satu PC client dihubungkan dengan routerboard, yaitu Bridge, Ethernet, dan

PPP Client.

Gambar 3.5 Interface pada MikroTik

Interface Bridge digunakan untuk menggabungkan interface yang berbeda menjadi

satu segmen jaringan di dalamnya. Jika diperlukan penambahan interface baru,

maka Bridge bisa menggabungkan kedua interface menjadi satu segmen jaringan.

Bridge pada konfigurasi ini berisi ether2 yang merupakan interface Ethernet.

Gambar 3.6 Bridge pada MikroTik

Page 41: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

28

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Interface Ethernet digunakan untuk menghubungkan routerboard dengan PC client

yang melalui Ethernet port. Sedangkan, interface PPP Client digunakan untuk

menghubungkan routerboard dengan modem USB yang melalui USB port. Tipe

interface ini yang dijadikan sebagai gateway modem 1 (telkomsel) dan gateway

modem 2 (tri).

Interface PPP Client diaktifkan (enable) untuk mendapatkan IP address dan akses

internet. Enable interface ini dilakukan dengan cara berikut:

a. Mengganti nama interface dari “ppp-out1” menjadi “ISP1-Telkomsel” dan

“ppp-out2” menjadi “ISP2-Tri” untuk memudahkan proses konfigurasi. ISP1-

Telkomsel merupakan interface dari modem 1 (sebagai gateway telkomsel) dan

ISP2-Tri merupakan interface dari modem 2 (sebagai gateway tri).

b. Mengganti Access Point Network (APN). Untuk APN modem 1 adalah internet

dan APN modem 2 adalah 3gprs.

c. Mengatur port. Port diatur sesuai dengan port mana yang digunakan modem

USB untuk terhubung dengan routerboard, modem 1 dengan port 1 dan modem

2 dengan port 2.

Gambar 3.7 Konfigurasi Interface

Gambar 3.7 merupakan tampilan interface PPP Client yang telah enabled. Setelah

diaktifkan, kedua PPP Client mendapatkan IP address dari ISP 1 dan ISP 2. IP ini

merupakan IP DHCP.

Page 42: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

29

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.8 Konfigurasi IP Address

Pada Gambar 3.8, IP address PPP Client ditandai dengan dengan huruf “D”

(dynamic), sedangkan IP address Bridge tidak, karena IP ini didapat dari

konfigurasi secara manual (static). IP yang digunakan interface Bridge adalah IP

kelas C, yaitu 192.168.88.1/24.

2. Konfigurasi DHCP Server

DHCP server dikonfigurasi untuk memudahkan client mendapatkan IP address

ketika diperlukan penambahan client. Client baru hanya perlu menghubungkan PC-

nya ke routerboard, lalu secara otomatis client akan mendapatkan IP address dari

routerboard.

Gambar 3.9 Konfigurasi DHCP Server pada MikroTik

IP address yang didapatkan oleh client adalah IP yang termasuk dalam range yang

telah dikonfigurasi pada DHCP server, yaitu 192.168.88.2 – 192.168.88.254.

3. Konfigurasi Mangle dan PCC

Mangle MikroTik berada di fitur filewall. Mangle digunakan dalam load balancing

untuk memberi tanda (marking) pada paket data dan koneksi tertentu dari traffic

data yang lewat. Tujuan digunakan mangle adalah agar paket mudah dikenali.

Berikut konfigurasi yang dilakukan pada mangle.

Page 43: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

30

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.10 Konfigurasi Mangle

Pada Gambar 3.10, ada 11 konfigurasi yang dilakukan, termasuk konfigurasi untuk

load balancing metode PCC. Berikut penjelasan masing-masing konfigurasi yang

dilakukan pada mangle MikroTik.

Tabel 3.3 Konfigurasi Mangle

No Action Chain Keterangan

1. Mark

connection

Input Dikonfigurasi untuk menandai paket data

pertama dari modem 1 ke routerboard yang

melalui Interface ISP1-Telkomsel.

2. Mark

connection

Input Dikonfigurasi untuk menandai paket data

pertama dari modem 2 ke routerboard yang

melalui Interface ISP2-Tri.

3. Mark

routing

Output Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari routerboard ke modem 1.

4. Mark

routing

Output Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari routerboard ke modem 2.

5. Accept Prerouting Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari PC client ke modem 1 yang melalui

interface Bridge.

Page 44: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

31

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

6. Accept Prerouting Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari PC client ke modem 2 yang melalui

interface Bridge.

7. Mark

Connection

Prerouting Merupakan konfigurasi PCC dengan angka

every dan packet 3/0, di mana konfigurasi

dilakukan untuk menandai paket data

pertama dari PC client ke modem 1 yang

melalui interface Bridge, IP routerboard

akan diabaikan dan yang ditangkap hanya

paket yang melewati routerboard.

8. Mark

Connection

Prerouting Merupakan konfigurasi PCC dengan angka

every dan packet 3/1, di mana konfigurasi

dilakukan untuk menandai paket data

pertama dari PC client ke modem 1 yang

melalui interface Bridge, IP routerboard

akan diabaikan dan yang ditangkap hanya

paket yang melewati routerboard.

9. Mark

Connection

Prerouting Merupakan konfigurasi PCC dengan angka

every dan packet 3/2, di mana konfigurasi

dilakukan untuk menandai paket data

pertama dari PC client ke modem 2 yang

melalui interface Bridge, IP routerboard

akan diabaikan dan yang ditangkap hanya

paket yang melewati routerboard.

10. Mark

routing

Prerouting Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari modem 1 ke PC client yang melalui

interface Bridge dan sebaliknya.

11. Mark

routing

Prerouting Dikonfigurasi untuk menandai paket data

dari modem 2 ke PC client melalui interface

Bridge dan sebaliknya.

Tabel 3.3 menampilkan konfigurasi mangle pada MikroTik, termasuk konfigurasi

PCC, yaitu dilakukan pada action “mark connection” dengan chain “prerouting”

Page 45: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

32

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

(Nomor 7, 8, dan 9). Pada chain prerouting, semua paket akan ditangkap. Oleh

karena itu, ditambahkan perintah dst-address-type=!local (!192.168.88.0) agar

paket dari PC client yang menuju ke IP address pada routerboard diabaikan.

Sisanya, paket yang melewati routerboard akan dikelompokan berdasarkan

address dan port. Paket akan dikelompokkan menjadi tiga bagian, dua bagian

dilewatkan ke gateway modem 1 dan 1 bagian dilewatkan ke gateway modem 2.

Gambar 3.11 Konfigurasi PCC Rules 3/0 pada Interface ISP1-Telkomsel

Gambar 3.12 Konfigurasi PCC Rules 3/1 pada Interface ISP1-Telkomsel

Pada Gambar 3.11 dan Gambar 3.12, PCC rules yang digunakan adalah both

addresses and ports dengan angka 3/0, (nilai every = 3 dan packet = 0), dan angka

3/1, (nilai every = 3 dan packet = 1).

Gambar 3.13 Konfigurasi PCC Rules 3/2 pada Interface ISP1-Tri

Pada Gambar 3.13, PCC rules yang digunakan sama dengan PCC rules pada

interface ISP1-Telkomsel, namun dengan angka 3/2, (nilai every = 3 dan packet =

2). Angka every menandakan bahwa paket dikelompokan menjadi tiga bagian.

Sedangkan, angka packet, yaitu 0, 1, dan 2, menandakan urutan paket yang akan

dilewatkan pada gateway. Pembagian paket memengaruhi traffic pada masing-

masing gateway.

Page 46: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

33

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.14 Beban Masing-Masing Gateway pada MikroTik

4. Konfigurasi Routing

Untuk meneruskan paket yang telah ditandai, maka dilakukan konfigurasi routing

agar dapat melewatkan paket ke gateway yang sesuai dengan paket yang telah

ditandai pada konfigurasi mangle. Berikut konfigurasi yang dilakukan.

Gambar 3.15 Konfigurasi Routing

Pada Gambar 3.15, routing yang dilakukan atau dikonfigurasi pada routing ini

adalah static routing, ditandai dengan huruf “AS” atau Active Static yang

merupakan routing yang didefinisikan secara manual. Routing yang ditandai

dengan “DAC” atau Dynamic Active Connect, “DAS” atau Dynamic Active Static,

dan “DS” atau Dynamic Static terkonfigurasi secara otomatis. DAS dan DS yang

menandakan gateway sebagai fungsi dari failover, di mana DAS sebagai gateway

aktif dan DS sebagai gateway pasif.

Page 47: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

34

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

5. Konfigurasi Network Address Translation

NAT dikonfigurasi untuk menghubungkan PC client dengan modem 1 dan modem

2 agar client dapat mengakses internet. Berikut konfigurasi yang dilakukan.

Gambar 3.16 Konfigurasi NAT pada MikroTik

Gambar 3.16 menampilkan konfigurasi NAT dengan action “masquerade”. Action

ini digunakan untuk memfungsikan ISP1-Telkomsel dan ISP2-Tri sebagai interface

yang digunakan oleh client sebagai gateway menuju WAN dalam pengaksesan

internet.

3.2.2 Realisasi Load Balancing dan Failover pada Zeroshell

Setelah dilakukan tahap realisasi load balancing dan failover pada MikroTik,

selanjutnya dilakukan realisasi load balancing dan failover pada Zeroshell. Tahap

realisasi load balancing dan failover pada MikroTik dibagi ke dalam empat proses

konfigurasi, mulai dari konfigurasi interface dan IP address, konfigurasi DHCP

server, konfigurasi NetBalancer, dan diakhiri dengan konfigurasi Network Address

Translation. Semua proses konfigurasi tersebut dilakukan setelah semua hardware

yang dibutuhkan sistem terhubung secara fisik dan logis sesuai dengan rancangan

sistem.

Proses konfigurasi pada Zeroshell dilakukan melalui laman web Zeroshell. Untuk

terkoneksi dan bisa melakukan konfigurasi, digunakan IP address dan password

Zeroshell saat login ke laman web Zeroshell yang sebelumnya telah dibuat pada

saat instalasi Zeroshell yang dilakukan di PC Zeroshell. Jika proses login berhasil,

maka proses konfigurasi bisa dilakukan.

Page 48: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

35

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

1. Konfigurasi Interface dan IP Address

Setelah kedua modem USB dihubungkan dengan PC Zeroshell melalui port 1 dan

port 2, selanjutnya dilakukan penambahan interface PPP sebagai interface untuk

kedua modem USB. Penambahan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Untuk interface PPP0, diberi deskripsi “telkomsel” sebagai nama dari ISP yang

digunakan, modem dikoneksikan ke (Modem connected to) ttyUSB0 karena

modem 1 terhubung dengan PC Zeroshell lewat USB 1 (ttyUSB0 dan ttyUSB1),

dan diberi APN “internet”.

Gambar 3.17 Interface PPP0

b. Untuk interface PPP1, diberi deskripsi “tri” sebagai nama dari ISP yang

digunakan, modem dikoneksikan ke (Modem connected to) ttyUSB1 karena

modem 2 terhubung dengan PC Zeroshell lewat USB 2 (ttyUSB2 dan ttyUSB3),

dan diberi APN “3gprs”.

Gambar 3.18 Interface PPP1

Setelah dilakukan penambahan interface PPP, selanjutnya dilakukan enable pada

kedua interface ini untuk mendapatkan IP address dan akses internet.

Page 49: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

36

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.19 Interface pada Zeroshell

Gambar 3.19 menampilkan interface PPP0 dan PPP1 yang telah enabled atau up.

Sehingga, kedua interface mendapatkan IP address secara otomatis dari masing-

masing ISP. IP tersebut adalah dynamic IP.

Sedangkan, untuk interface ETH00 yang merupakan interface dari PC client yang

terhubung langsung dengan PC Zeroshell, menggunakan IP address yang

dikonfigurasi secara manual (static IP) saat menginstal Zeroshell ke PC Zeroshell.

IP yang digunakan adalah IP kelas C, yaitu 192.168.1.7/24.

2. Konfigurasi DHCP Server

Konfigurasi DHCP server dilakukan dengan cara memberi range IP yang akan

digunakan oleh client. Jika diperlukan penambahan client menggunakan switch,

maka client baru langsung mendapat IP address secara otomatis sesuai range IP

yang sudah dikonfigurasi. Berikut konfigurasi yang dilakukan pada DHCP server,

seperti gambar berikut.

Page 50: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

37

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 3.20 Konfigurasi DHCP Server pada Zeroshell

Pada Gambar 3.20, range IP yang digunakan adalah 192.168.1.1 – 192.168.1.253.

3. Konfigurasi NetBalancer

Pada konfigurasi ini, NetBalancer diatur ke mode load balancing dan failover

sehingga paket akan dibagi secara proporsional berdasarkan weight pada dua

gateway serta paket akan tetap dipertahankan distribusinya jika salah satu gateway

bermasalah.

Pada gambar berikut, dilakukan penambahan gateway, yaitu telkomsel dan tri.

Gateway telkomsel diberi weight lebih besar dari gateway tri dengan rasio 2:1.

Gambar 3.21 Konfigurasi NetBalancer

Page 51: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

38

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gateway telkomsel yang memiliki weight lebih besar akan melewatkan paket lebih

banyak dari gateway tri, seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.22 Beban Masing-Masing Gateway pada Zeroshell

4. Konfigurasi Network Address Translation

Sama dengan tahap konfigurasi pada sistem load balancing dan failover pada

MikroTik, NAT juga dikonfigurasi pada sistem ini agar client dapat mengakses

internet dari PC client. PPP0 dan PPP1 difungsikan sebagai interface yang menjadi

gateway ke internet. Masquerade secara otomatis menentukan jalur paket ke

masing-masing interface yang digunakan pada Zeroshell.

Gambar 3.23 Konfigurasi NAT pada Zeroshell

Pada Gambar 3.23, PPP0 dan PPP1 difungsikan sebagai interface yang digunakan

untuk menghubungkan client ke jaringan WAN.

Page 52: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

39

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengujian

Pengujian dilakukan setelah sistem load balancing dan failover pada MikroTik dan

Zeroshell selesai dibangun. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem

load balancing dan failover dapat berfungsi pada kedua routerOS dan bagaimana

perbandingan kinerja kedua routerOS menggunakan teknik load balancing dan

failover diukur berdasarkan nilai parameter Quality of Service (QoS).

4.1.1 Deskripsi Pengujian

Pengujian sistem dilakukan dengan empat skenario pengujian, yaitu:

1. Skenario pertama, pengujian load balancing dengan internet speed tester.

2. Skenario kedua, pengujian load balancing dengan download video.

3. Skenario ketiga, pengujian load balancing dengan streaming film.

4. Skenario keempat, pengujian failover.

Skenario pertama merupakan pengujian untuk menentukan fungsi load balancing

pada kedua routerOS dengan menggunakan dua situs internet speed tester, yaitu

speedtest.cbn.id dan speedtest.net.

Skenario kedua merupakan pengujian untuk menentukan nilai parameter

throughput, packet loss, delay, dan jitter dari data hasil capturing packets selama

proses downloading.

Skenario ketiga merupakan pengujian untuk menentukan nilai parameter

throughput, packet loss, delay, dan jitter dari data hasil capturing packets selama

proses streaming.

Skenario keempat merupakan pengujian untuk menentukan fungsi failover dan nilai

parameter delay dari kedua routerOS. Fungsi failover ditentukan dari perpindahan

gateway yang terjadi pada saat pengujian.

Page 53: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

40

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

4.1.2 Prosedur Pengujian

Berikut prosedur pengujian yang dilakukan pada skenario pengujian pertama,

kedua, ketiga, dan keempat.

1. Skenario Pertama

Pada skenario pertama, pengujian dilakukan dengan dua situs internet speed tester

yang berbeda, yaitu speedtest.cbn.id dan situs speedtest.net. Pengujian kecepatan

internet dengan speedtest.cbn.id menghasilkan nilai pengujian berupa ping, jitter,

download, dan upload. Sedangkan, pengujian kecepatan internet dengan

speedtest.net menghasilkan nilai ping, download, dan upload. Hasil pengujian dari

masing-masing situs yang dijadikan sebagai parameter pengujian adalah download.

Download dijadikan sebagai ukuran nilai throughput dari pengujian ini.

Skenario pertama dilakukan dengan cara yang sama pada kedua situs, yaitu dengan

empat tahap. Tahap pertama, pengujian sistem dengan load balancing pada

MikroTik yang menggunakan dua ISP. Tahap kedua, pengujian sistem dengan load

balancing pada Zeroshell yang menggunakan dua ISP. Tahan ketiga, pengujian

sistem tanpa load balancing yang menggunakan ISP 1. Tahap keempat, pengujian

sistem tanpa load balancing yang menggunakan ISP 2. Masing-masing tahap

pengujian dilakukan sebanyak lima kali.

Nilai throughput yang dihasilkan dari setiap tahap pengujian lalu dibandingkan satu

sama lain. Hal ini dilakukan untuk menentukan fungsi dari sistem load balancing

berdasarkan perbandingan kecepatan dalam pengaksesan internet. Sistem load

balancing dinyatakan berfungsi apabila memiliki nilai throughput lebih besar.

Berikut ditampilkan perencanaan pengujian pada skenario pertama.

Tabel 4.1 Perencanaan Pengujian Skenario Pertama

No Internet Speed

Tester Tahap Pengujian

Parameter

QoS

1. Speedtest.cbn.id Sistem Load Balancing pada MikroTik

dengan dua ISP

Throughput

Page 54: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

41

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Sistem Load Balancing pada Zeroshell

dengan dua ISP

Throughput

Sistem tanpa Load Balancing dengan

ISP 1

Throughput

Sistem tanpa Load Balancing dengan

ISP 2

Throughput

2. Speedtest.net

Sistem Load Balancing pada MikroTik

dengan dua ISP

Throughput

Sistem Load Balancing pada Zeroshell

dengan dua ISP

Throughput

Sistem tanpa Load Balancing dengan

ISP 1

Throughput

Sistem tanpa Load Balancing dengan

ISP 2

Throughput

2. Skenario Kedua

Pada skenario kedua, pengujian dilakukan dengan download video yang berukuran

61,1 MB dari platform YouTube menggunakan situs Savefrom.net. Proses

download dilakukan agar terjadi pertukaran paket dalam sistem yang diuji, sehingga

bisa dilakukan capturing packets. Selama proses downloading, software Wireshark

difungsikan sebagai tool untuk capture packet.

Nilai parameter throughput, packet loss, delay, dan jitter dihitung dari data

capturing packets yang dihasilkan dari pengujian skenario kedua ini. Paket yang

dihitung adalah paket dari semua protocol, termasuk Transmission Control

Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol (UDP). TCP lebih sedikit dari UDP

pada skenario kedua ini, sehingga memengaruhi nilai parameter yang akan diuji.

Pengujian pada skenario kedua dilakukan dengan dua tahap pengujian. Tahap

pertama, pengujian sistem load balancing pada MikroTik. Tahap kedua, pengujian

sistem load balancing pada Zeroshell. Masing-masing tahap pengujian dilakukan

sebanyak lima kali.

Page 55: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

42

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Nilai parameter QoS dari pengujian tahap pertama dibandingkan dengan nilai

parameter QoS dari pengujian tahap kedua. Hal ini dilakukan untuk menentukan

perbandingan kinerja dari load balancing pada routerOS MikroTik dan Zeroshell.

Berikut ditampilkan perencanaan pengujian pada skenario kedua.

Tabel 4.2 Perencanaan Pengujian Skenario Kedua

No Tahap Pengujian Parameter QoS

1. Sistem Load Balancing

pada MikroTik

Throughput Packet

Loss

Delay Jitter

2. Sistem Load Balancing

pada Zeroshell

Throughput Packet

Loss

Delay Jitter

3. Skenario Ketiga

Pada skenario ketiga, pengujian dilakukan dengan streaming film selama lima

menit melalui situs streaming film, Indo Film (103.194.171.205). Selama

streaming, dilakukan capturing packets dengan software Wireshark. Nilai

parameter QoS, yaitu throughput, packet loss, delay, dan jitter dihitung dari data

capturing packets yang dihasilkan dari pengujian ini. Paket yang dihitung adalah

paket dari semua protocol, sama dengan skenario kedua. Hal yang membedakan

adalah TCP pada pengujian ini lebih banyak dari pada UDP.

Pengujian pada skenario ketiga dilakukan dengan dua tahap pengujian. Tahap

pertama, pengujian sistem load balancing pada MikroTik. Tahap kedua, pengujian

sistem load balancing pada Zeroshell. Masing-masing tahap pengujian dilakukan

sebanyak lima kali.

Nilai parameter QoS dari pengujian tahap pertama dibandingkan dengan nilai

parameter QoS dari pengujian tahap kedua. Hal ini dilakukan untuk menentukan

perbandingan kinerja dari load balancing pada routerOS MikroTik dan Zeroshell.

Berikut ditampilkan perencanaan pengujian pada skenario ketiga.

Page 56: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

43

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.3 Perencanaan Pengujian Skenario Ketiga

No Tahap Pengujian Parameter QoS

1. Sistem Load Balancing

pada MikroTik

Throughput Packet

Loss

Delay Jitter

2. Sistem Load Balancing

pada Zeroshell

Throughput Packet

Loss

Delay Jitter

4. Skenario Keempat

Pada skenario keempat, pengujian dilakukan dengan melakukan ping ke situs

Google, yaitu www.google.com, menggunakan protokol Internet Control Message

Protokol (ICMP). Ping dilakukan untuk mengirimkan paket berukuran 32 bytes,

lalu mematikan atau memutuskan salah satu koneksi dari ISP (gateway) yang

digunakan untuk mendapatkan fungsi failover. Failover dinyatakan berfungsi

apabila telah terjadi perubahan pada nilai Time To Live (TTL) yang menandakan

paket sudah dilewatkan pada gateway yang berbeda. Jika tidak terjadi perubahan

nilai TTL, maka fungsi failover dapat dilihat dari proses ping ke situs Google yang

masing bisa dilakukan oleh client meskipun salah satu gateway telah diputus.

Selama proses ping berlangsung, software Wireshark difungsikan sebagai tool

untuk capture packet. Nilai parameter delay dihitung dari capturing packets yang

dihasilkan dari pengujian ini, yaitu perbandingan time since reference dari nilai

TTL sebelum berubah dengan time since reference dari nilai TTL sesudah berubah.

Pengujian pada skenario keempat dilakukan dengan dua tahap pengujian. Tahap

pertama, pengujian sistem failover pada MikroTik. Tahap kedua, pengujian sistem

failover pada Zeroshell. Masing-masing tahap pengujian dilakukan sebanyak lima

kali.

Nilai delay dari pengujian tahap pertama dibandingkan dengan nilai delay dari

pengujian tahap kedua. Hal ini dilakukan untuk menentukan perbandingan kinerja

dari failover pada routerOS MikroTik dan Zeroshell. Berikut ditampilkan

perencanaan pengujian pada skenario keempat.

Page 57: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

44

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.4 Perencanaan Pengujian Skenario Keempat

No Tahap Pengujian Parameter QoS

1. Sistem Failover pada MikroTik Delay

2. Sistem Failover pada Zeroshell Delay

4.1.3 Data Hasil Pengujian

Berikut merupakan data hasil pengujian skenario pertama, kedua, ketiga, dan

keempat.

1. Data Hasil Skenario Pertama

Hasil pengujian skenario pertama yang dilakukan dengan dua situs internet speed

tester, yaitu speedtest.cbn.id dan speedtets.net adalah sebagai berikut.

a. Data Hasil Pengujian dengan Speedtest.cbn.id

Pengujian dengan speedtest.cbn.id dilakukan dalam empat tahap pengujian. Tahap

pertama, yaitu pengujian load balancing pada MikroTik yang menggunakan dua

ISP. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.cbn.id

Gambar 4.1 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap pertama. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 2,5 Mbps.

Page 58: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

45

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap pertama.

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.cbn.id

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Load Balancing pada MikroTik

dengan Dua ISP 2,5 2,6 2,4 3,1 3,1 2,74

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 2,6 Mbps,

pengujian ketiga 2,4 Mbps, pengujian keempat 3,1 Mbps, dan pengujian terakhir

3,1 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap pertama adalah 2,74 Mbps.

Setelah dilakukan pengujian tahap pertama, dilanjutkan dengan pengujian tahap

kedua, yaitu pengujian load balancing pada Zeroshell yang menggunakan dua ISP.

Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.cbn.id

Gambar 4.2 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap kedua. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 2,5 Mbps.

Page 59: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

46

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap kedua.

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.cbn.id

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Load Balancing pada Zeroshell

dengan Dua ISP 2,5 2,5 2,3 2,3 2,6 2,44

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 2,5 Mbps,

pengujian ketiga 2,3 Mbps, pengujian keempat 2,3 Mbps, dan pengujian terakhir

2,6 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap kedua adalah 2,44 Mbps.

Selanjutnya, dilakukan pengujian tahap ketiga, yaitu pengujian sistem tanpa load

balancing menggunakan ISP 1. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.3 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.cbn.id

Gambar 4.3 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap ketiga. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 1,8 Mbps.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap ketiga.

Page 60: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

47

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.cbn.id

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 1 1,8 2,4 2,1 2,2 2,3 2,16

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 2,4 Mbps,

pengujian ketiga 2,1 Mbps, pengujian keempat 2,2 Mbps, dan pengujian terakhir

2,3 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap ketiga adalah 2,16 Mbps.

Setelah dilakukan ketiga tahap pengujian, maka dilakukan tahap pengujian terakhir

atau tahap keempat, yaitu pengujian sistem tanpa load balancing yang

menggunakan ISP 2. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.cbn.id

Gambar 4.4 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 0,9

Mbps. Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini.

Berikut keseluruhan data hasil pengujian tahap keempat.

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.cbn.id

Page 61: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

48

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 2 0,9 1,3 1,2 1,8 1,4 1,46

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 1,3 Mbps,

pengujian ketiga 1,2 Mbps, pengujian keempat 1,8 Mbps, dan pengujian terakhir

1,4 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat adalah 1,46 Mbps.

b. Data Hasil Pengujian dengan Speedtest.net

Pengujian dengan speedtest.net sama dengan pengujian dengan speedtest.cbn.id,

yaitu dilakukan dalam empat tahap pengujian. Tahap pertama, pengujian load

balancing pada MikroTik yang menggunakan dua ISP. Berikut adalah data hasil

pengujiannya.

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.net

Gambar 4.5 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap pertama. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 2,41

Mbps. Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini.

Berikut keseluruhan data hasil pengujian tahap pertama.

Page 62: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

49

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Speedtest.net

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Load Balancing pada MikroTik

dengan Dua ISP 2,41 2,54 2,52 1,84 1,88 2,23

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 2,54 Mbps,

pengujian ketiga 2,52 Mbps, pengujian keempat 1,84 Mbps, dan pengujian terakhir

1,88 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat adalah 2,23 Mbps.

Setelah dilakukan pengujian tahap pertama, dilanjutkan dengan pengujian tahap

kedua, yaitu pengujian load balancing pada Zeroshell yang menggunakan dua ISP.

Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.6 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.net

Gambar 4.6 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap kedua. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 1,46 Mbps.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap kedua.

Page 63: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

50

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Speedtest.net

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Load Balancing pada Zeroshell

dengan Dua ISP 1,46 1,67 1,60 1,72 1,38 1,56

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 1,67 Mbps,

pengujian ketiga 1,60 Mbps, pengujian keempat 1,72 Mbps, dan pengujian terakhir

1,38 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat adalah 1,56 Mbps.

Selanjutnya, dilakukan pengujian tahap ketiga, yaitu pengujian sistem tanpa load

balancing menggunakan ISP 1. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.7 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.net

Gambar 4.7 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap ketiga. Nilai throughput yang pengujian ini adalah 1,20 Mbps.

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan hasil pengujian tahap ketiga.

Page 64: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

51

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Tahap Ketiga dengan Speedtest.net

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 1 1,20 0,98 1,12 1,06 0,88 1,05

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 0,98 Mbps,

pengujian ketiga 1,12 Mbps, pengujian keempat 1,06 Mbps, dan pengujian terakhir

0,88 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat adalah 1,05 Mbps.

Setelah dilakukan ketiga tahap pengujian, maka dilakukan tahap pengujian terakhir

atau tahap keempat, yaitu pengujian sistem tanpa load balancing yang

menggunakan ISP 2. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.8 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.net

Gambar 4.8 merupakan hasil pengujian pertama dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat. Nilai throughput dari pengujian ini adalah 0,84

Mbps. Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini.

Berikut keseluruhan data hasil pengujian tahap keempat.

Page 65: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

52

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Tahap Keempat dengan Speedtest.net

Pengujian

Nilai Throughput (Mbps) Rata-

Rata

(Mbps)

Pengujian ke-

1 2 3 4 5

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 2 0,84 0,54 0,63 0,39 0,36 0,55

Dari data tabel di atas, nilai throughput pengujian kedua adalah 0,54 Mbps,

pengujian ketiga 0,63 Mbps, pengujian keempat 0,39 Mbps, dan pengujian terakhir

0,36 Mbps. Sehingga, nilai rata-rata throughput dari lima kali pengujian yang

dilakukan pada tahap keempat adalah 0,55 Mbps.

Setelah keempat tahap pengujian dilakukan pada skenario pertama, maka data hasil

pengujian dengan speedtest.cbn dan speedtest.net dapat dijabarkan seperti pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Skenario Pertama

Internet Speed Tester Tahap Pengujian

Nilai

Parameter

Throughput

(Mbps)

Speedtest.cbn.id Sistem Load Balancing pada

MikroTik dengan dua ISP

2,74

Sistem Load Balancing pada

Zeroshell dengan dua ISP

2,44

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 1

2,16

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 2

1,16

Speedtest.net Sistem Load Balancing pada

MikroTik dengan dua ISP

2,23

Sistem Load Balancing pada

Zeroshell dengan dua ISP

1,56

Page 66: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

53

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 1

1,05

Sistem tanpa Load Balancing

dengan ISP 2

0,55

2. Data Hasil Pengujian Skenario Kedua

Pengujian dengan download video dilakukan dalam dua tahap pengujian. Tahap

pertama, yaitu pengujian sistem load balancing pada MikroTik. Berikut adalah data

hasil pengujiannya.

Gambar 4.9 Capturing Packets Tahap Pertama dengan Download Video

Gambar 4.9 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap pertama. Nilai throughput, packet loss, delay,

dan jitter berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Throughput

Nilai throughput dihitung dengan persamaan 2.1.

𝑇𝐻 = 64254836 𝑏𝑦𝑡𝑒𝑠

193,646 𝑠

𝑇𝐻 = 331,81 𝐾𝑏𝑝𝑠

Page 67: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

54

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

b. Packet Loss

Nilai packet loss dihitung dengan persamaan 2.2.

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 53850 − 53850

53850 𝑥 100%

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 0 %

c. Delay

Nilai delay dihitung dengan persamaan 2.5.

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 193.604 𝑠

53850

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 3,596 𝑚𝑠

d. Jitter

Nilai jitter dihitung dengan persamaan 2.8.

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 216.371 𝑠

53850 − 1

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 4,018 𝑚𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap pertama.

Tabel 4.14 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Download Video

Tahap

Pengujian

Para-

meter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem

Load

Balancing

pada

MikroTik

TH

(Kbps) 331,81 308,38 198,56 265,27 324,59 285,7

Packet

Loss

(%)

0 0 0 0 0 0

Delay

(ms) 3,596 3,762 5,686 4,406 2,917 4,073

Jitter

(ms) 4,018 4,603 6,716 4,973 4,498 4,961

Page 68: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

55

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Setelah dilakukan pengujian tahap pertama, dilanjutkan dengan pengujian tahap

kedua, yaitu pengujian sistem load balancing pada Zeroshell. Berikut adalah data

hasil pengujiannya.

Gambar 4.10 Capturing Packets Tahap Kedua dengan Download Video

Gambar 4.10 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap kedua. Nilai throughput, packet loss, delay,

dan jitter berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Throughput

Nilai throughput dihitung dengan persamaan 2.1.

𝑇𝐻 = 68147463 𝑏𝑦𝑡𝑒𝑠

264,556 𝑠

𝑇𝐻 = 257,59 𝐾𝑏𝑝𝑠

b. Packet Loss

Nilai packet loss dihitung dengan persamaan 2.2.

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 57014 − 57014

57014 𝑥 100%

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 0 %

Page 69: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

56

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

c. Delay

Nilai delay dihitung dengan persamaan 2.5.

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 264.455 𝑠

57014

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 4,638 𝑚𝑠

d. Jitter

Nilai jitter dihitung dengan persamaan 2.8.

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 312.21 𝑠

57014 − 1

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 5,476 𝑚𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap kedua.

Tabel 4.15 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Download Video

Tahap

Pengujian

Para-

meter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem

Load

Balancing

pada

Zeroshell

TH

(Kbps) 257,59 299,51 225,40 285,40 266,87 266,9

Packet

Loss

(%)

0 0 0 0 0 0

Delay

(ms) 4,638 4,051 5,237 4,249 4,445 4,524

Jitter

(ms) 5,476 4,839 5,914 5,007 5,41 5,329

Setelah kedua tahap pengujian dilakukan pada skenario kedua, maka data hasil

pengujian sistem dengan download video ini adalah sebagai berikut.

Page 70: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

57

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.16 Hasil Pengujian Skenario Kedua

Tahap

Pengujian

Nilai Parameter

Throughput

(Kbps)

Packet

Loss (%)

Delay

(ms)

Jitter

(ms)

Sistem Load Balancing

pada MikroTik 285,7 0 4,073 4,961

Sistem Load Balancing

pada Zeroshell 266,9 0 4,524 5,329

3. Data Hasil Pengujian Skenario Ketiga

Pengujian dengan streaming film dilakukan dalam dua tahap pengujian. Tahap

pertama, yaitu pengujian sistem load balancing pada MikroTik. Berikut adalah data

hasil pengujiannya.

Gambar 4.11 Capturing Packets Tahap Pertama dengan Streaming Film

Gambar 4.11 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap pertama. Nilai throughput, packet loss, delay,

dan jitter berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut.

Page 71: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

58

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

a. Throughput

Nilai throughput dihitung dengan persamaan 2.1.

𝑇𝐻 = 81769927 𝑏𝑦𝑡𝑒𝑠

302,006 𝑠

𝑇𝐻 = 270,75 𝐾𝑏𝑝𝑠

b. Packet Loss

Nilai packet loss dihitung dengan persamaan 2.2.

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 85662 − 85662

85662 𝑥 100%

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 0 %

c. Delay

Nilai delay dihitung dengan persamaan 2.5.

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 193.604 𝑠

85662

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 3,525 𝑚𝑠

d. Jitter

Nilai jitter dihitung dengan persamaan 2.8.

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 216.371 𝑠

85662 − 1

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 5,196 𝑚𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap pertama.

Tabel 4.17 Hasil Pengujian Tahap Pertama dengan Streaming Film

Tahap

Pengujian

Para-

meter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem

Load-

TH

(Kbps) 270,75 283,81 184,03 139,04 206,71 216,9

Page 72: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

59

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Balancing

pada

MikroTik

Packet

Loss

(%)

0 0 0 0 0 0

Delay

(ms) 3,525 4,035 5,392 5,186 5,580 4,743

Jitter

(ms) 5,196 4,812 6,825 7,587 6,933 6,271

Setelah dilakukan pengujian tahap pertama, dilanjutkan dengan pengujian tahap

kedua, yaitu pengujian sistem load balancing pada Zeroshell. Berikut adalah data

hasil pengujiannya.

Gambar 4.12 Capturing Packets Tahap Kedua dengan Streaming Film

Gambar 4.12 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap kedua. Nilai throughput, packet loss, delay,

dan jitter berdasarkan data tersebut adalah sebagai berikut.

a. Throughput

Nilai throughput dihitung dengan persamaan 2.1.

𝑇𝐻 = 62272322 𝑏𝑦𝑡𝑒𝑠

306,008 𝑠

𝑇𝐻 = 203,44 𝐾𝑏𝑝𝑠

Page 73: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

60

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

b. Packet Loss

Nilai packet loss dihitung dengan persamaan 2.2.

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 51518 − 51518

51518 𝑥 100%

𝑃𝑎𝑐𝑘𝑒𝑡 𝐿𝑜𝑠𝑠 = 0 %

c. Delay

Nilai delay dihitung dengan persamaan 2.5.

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 264.455 𝑠

51518

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 5,941 𝑚𝑠

d. Jitter

Nilai jitter dihitung dengan persamaan 2.8.

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 312.21 𝑠

51518 − 1

𝐽𝑖𝑡𝑡𝑒𝑟 = 8,708 𝑚𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap kedua.

Tabel 4.18 Hasil Pengujian Tahap Kedua dengan Streaming Film

Tahap

Pengujian

Para-

meter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem

Load

Balancing

pada

Zeroshell

TH

(Kbps) 203,44 197,85 187,61 194,30 199,19 196,5

Packet

Loss

(%)

0 0 0 0 0 0

Delay

(ms) 5,941 5,950 6,043 6,041 5,929 5,980

Jitter

(ms) 8,708 8,296 7,286 7,023 7,820 7,827

Page 74: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

61

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Setelah kedua tahap pengujian dilakukan pada skenario ketiga, maka data hasil

pengujian sistem dengan streaming film ini adala sebagai berikut.

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Skenario Ketiga

Tahap

Pengujian

Nilai Parameter

Throughput

(Kbps)

Packet Loss

(%)

Delay

(ms)

Jitter

(ms)

Sistem Load Balancing

pada MikroTik 216,9 0 4,743 6,271

Sistem Load Balancing

pada Zeroshell 196,5 0 5,980 7,827

4. Data Hasil Pengujian Skenario Keempat

Pengujian ping ke www.google.com untuk mendapatkan fungsi failover dilakukan

dalam dua tahap pengujian. Tahap pertama, yaitu pengujian sistem failover pada

MikroTik. Berikut adalah data hasil pengujiannya.

Gambar 4.13 Capturing Packets Tahap Pertama Pengujian Failover

Page 75: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

62

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.13 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap pertama. Nilai parameter delay berdasarkan

data tersebut adalah sebagai berikut.

Nilai delay dihitung berdasarkan selisih time since reference dari perubahan nilai

TTL, 51 menjadi 48 (seperti pada Gambar 4.13).

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 39,314333 𝑠 − 38,031367 𝑠

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1,28 𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap pertama.

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Failover Tahap Pertama

Tahap

Pengujian Parameter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem Failover

pada MikroTik Delay (s) 1,28 1,03 1,64 1,48 1,50 1,39

Setelah dilakukan pengujian tahap pertama, dilanjutkan dengan pengujian tahap

kedua, yaitu pengujian sistem failover pada Zeroshell. Berikut adalah data hasil

pengujiannya.

Gambar 4.14 Capturing Packets Tahap Kedua Pengujian Failover

Page 76: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

63

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.14 merupakan data capturing packets pengujian pertama dari lima kali

pengujian yang dilakukan pada tahap kedua. Nilai parameter delay berdasarkan data

tersebut adalah sebagai berikut.

Nilai delay dihitung berdasarkan selisih time since reference dari perubahan nilai

TTL, 41 menjadi 39 (seperti pada Gambar 4.14).

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 8,099147 𝑠 − 7,008792 𝑠

𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1,09 𝑠

Selanjutnya, dilanjutkan dengan empat kali pengujian lagi pada tahap ini. Berikut

keseluruhan data hasil pengujian tahap kedua.

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Failover Tahap Kedua

Tahap

Pengujian Parameter

Pengujian ke- Rata-

Rata 1 2 3 4 5

Sistem Failover

pada Zeroshell Delay (s) 1,09 2,15 2,27 1,07 3,05 1,93

Setelah kedua tahap pengujian dilakukan pada skenario keempat, maka data hasil

pengujian failover ini dapat dijabarkan seperti pada tabel di bawah.

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Skenario Keempat

Tahap Pengujian Nilai Parameter

Delay (s)

Sistem Failover pada MikroTik 1,39

Sistem Failover pada Zeroshell 1,93

4.2 Analisis Data / Evaluasi

Setelah pengujian dilakukan, data hasil keseluruhan pengujian dianalisis sesuai

dengan masing-masing skenario pengujiannya. Berikut hasil analisis data hasil

pengujian.

Page 77: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

64

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

1. Analisis Skenario Pertama

Pengujian skenario pertama yang dilakukan dengan kedua internet speed tester,

yaitu speedtest.cbn.id dan speedtest.net, menunjukkan bahwa masing-masing tahap

pengujian memiliki nilai throughput yang berbeda. Perbandingan masing-masing

tahap pengujian ditampilkan pada gambar berikut.

Gambar 4.15 Perbandingan Throughput Pengujian dengan Speedtest.cbn.id

Gambar 4.15 merupakan perbandingan nilai throughput dari setiap tahap pengujian

yang dilakukan dengan speedtest.cbn.id. Nilai throughput pengujian tahap pertama,

yaitu sistem load balancing pada MikroTik yang menggunakan dua ISP adalah 2,74

Mbps. Nilai throughput pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada

Zeroshell yang menggunakan dua ISP adalah 2,44 Mbps. Nilai pengujian tahap

ketiga, yaitu pengujian sistem tanpa load balancing menggunakan ISP 1 adalah

2,16 Mbps. Sedangkan nilai throughput pengujian tahap keempat, yaitu pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan ISP 2 adalah 1,16 Mbps.

Nilai throughput tahap pertama lebih besar 5,79% dari nilai throughput tahap

kedua, 11,83 % dari nilai throughput tahap ketiga, dan 40,51 % dari nilai

throughput tahap keempat. Nilai throughput tahap kedua lebih besar 6,08 % dari

nilai throughput tahap ketiga dan 38,03 % dari nilai throughput tahap keempat.

Nilai throughput tahap ketiga lebih besar 30,12 % dari nilai throughput tahap

keempat.

2,74

2,44

2,16

1,16

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Tahap Keempat

Mb

ps

Page 78: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

65

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.16 Perbandingan Throughput Pengujian dengan Speedtest.net

Gambar 4.16 merupakan perbandingan nilai throughput dari setiap tahap pengujian

yang dilakukan dengan speedtest.net. Nilai throughput pengujian tahap pertama,

yaitu sistem load balancing pada MikroTik yang menggunakan dua ISP adalah 2,23

Mbps. Nilai throughput pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada

Zeroshell yang menggunakan dua ISP adalah 1,56 Mbps. Nilai pengujian tahap

ketiga, yaitu pengujian sistem tanpa load balancing menggunakan ISP 1 adalah

1,05 Mbps. Sedangkan nilai throughput pengujian tahap keempat, yaitu pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan ISP 2 adalah 0,55 Mbps.

Nilai throughput tahap pertama lebih besar 17,68% dari nilai throughput tahap

kedua, 35,98 % dari nilai throughput tahap ketiga, dan 60,43 % dari nilai

throughput tahap keempat. Nilai throughput tahap kedua lebih besar 19,54 % dari

nilai throughput tahap ketiga dan 47,86 % dari nilai throughput tahap keempat.

Nilai throughput tahap ketiga lebih besar 31,25 % dari nilai throughput tahap

keempat.

Berikut ditampilkan keseluruhan nilai throughput yang didapat dari pengujian yang

dilakukan pada skenario pertama.

2,23

1,56

1,05

0,55

0

0,5

1

1,5

2

2,5

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Tahap Keempat

Mb

ps

Page 79: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

66

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.17 Throughput Pengujian dengan Speedtest.cbn.id dan Speedtest.net

Gambar 4.17 merupakan diagram perbandingan nilai throughput dari setiap tahap

pengujian yang dilakukan dengan kedua situs internet speed tester, yaitu

speedtest.cbn.id dan speedtest.net.

Berdasarkan hasil perbandingan ini, di mana sistem load balancing pada MikroTik

dan Zeroshell memiliki nilai throughput yang lebih besar dari nilai throughput

sistem tanpa load balancing. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa sistem load

balancing dapat berfungsi pada routerOS MikroTik dan Zeroshell karena dapat

meningkatkan kecepatan internet.

2. Analisis Skenario Kedua

Pengujian skenario kedua yang dilakukan dengan download video, menunjukkan

perbandingan masing-masing routerOS berdasarkan parameter throughput, packet

loss, delay, dan, jitter adalah sebagai berikut.

Gambar 4.18 Perbandingan Throughput Pengujian Skenario Kedua

2,74 Mbps2,44 Mbps

2,16 Mbps

1,16 Mbps

2,23 Mbps

1,56 Mbps

1,05 Mbps

0,55 Mbps

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga Tahap Keempat

Mb

ps

Speedtest.cbn.id Speedtest.net

285,7

266,9

255

260

265

270

275

280

285

290

MikroTik Zeroshell

Kb

ps

Page 80: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

67

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.18 merupakan perbandingan nilai throughput dari pengujian tahap

pertama dan tahap kedua. Nilai throughput pengujian tahap pertama, yaitu sistem

load balancing pada MikroTik adalah 285,7 Kbps. Sedangkan, nilai throughput

pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada Zeroshell adalah 266,9

Kbps.

Nilai throughput sistem load balancing pada MikroTik lebih besar dari nilai

throughput sistem load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 3,4 %.

Berdasarkan perbandingan nilai throughput tersebut, dapat disimpulkan bahwa

load balancing pada MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing

pada Zeroshell berdasarkan perhitungan parameter throughput.

Berdasarkan hasil pengujian sistem load balancing dengan download video,

didapat nilai packet loss dari pengujian tahap pertama dan tahap kedua. Nilai packet

loss pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada MikroTik adalah 0

% dan nilai packet loss pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada

Zeroshell adalah 0 %. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang sama dengan load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter packet loss.

Gambar 4.19 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Kedua

Gambar 4.19 merupakan perbandingan nilai delay dari pengujian tahap pertama dan

tahap kedua. Nilai delay pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada

MikroTik adalah 4,073 ms. Sedangkan, nilai delay pengujian tahap kedua, yaitu

sistem load balancing pada Zeroshell adalah 4,524 ms.

4,073

4,524

3,8

3,9

4

4,1

4,2

4,3

4,4

4,5

4,6

MikroTik Zeroshell

Millisecond

(ms)

Page 81: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

68

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Nilai delay sistem load balancing pada MikroTik lebih kecil dari nilai delay sistem

load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 5,25 %. Berdasarkan

perbandingan nilai delay tersebut, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter delay.

Gambar 4.20 Perbandingan Jitter Pengujian Skenario Kedua

Gambar 4.20 merupakan perbandingan nilai jitter dari pengujian tahap pertama dan

tahap kedua. Nilai jitter pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada

MikroTik adalah 4,961 ms. Sedangkan, nilai jitter pengujian tahap kedua, yaitu

sistem load balancing pada Zeroshell adalah 5,329 ms.

Nilai jitter sistem load balancing pada MikroTik lebih kecil dari nilai jitter sistem

load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 3,58 %. Berdasarkan

perbandingan nilai jitter tersebut, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter jitter.

Kategori dan indeks dari nilai parameter throughput, packet loss, delay, dan jitter

menurut standar TIPHON adalah sebagai berikut.

Tabel 4.23 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Kedua

Tahap

Pengujian Parameter Nilai

Standar TIPHON

Kategori Indeks

Load

Balancing

Throughput (Kbps) 285,7 Sangat Bagus 4

Packet Loss (%) 0 Sangat Bagus 4

4,961

5,329

4,7

4,8

4,9

5

5,1

5,2

5,3

5,4

MikroTik Zeroshell

Millisecond

(ms)

Page 82: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

69

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

pada

MikroTik

Delay (ms) 4,073 Sangat Bagus 4

Jitter (ms) 4,961 Bagus 3

Load

Balancing

pada

Zeroshell

Throughput (Kbps) 266,9 Sangat Bagus 4

Packet Loss (%) 0 Sangat Bagus 4

Delay (ms) 4,524 Sangat Bagus 4

Jitter (ms) 5,329 Bagus 3

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa nilai throughput, packet loss, dan delay dari load

balancing pada MikroTik memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama

dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Sangat Bagus” dengan

indeks 4. Nilai jitter dari load balancing pada MikroTik juga memiliki kategori dan

indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori

“Bagus” dengan indeks 3.

Kategori dari nilai parameter packet loss dan delay menurut standar ITU-T G.1010

dan ITU-T G.114 adalah sebagai berikut.

Tabel 4.24 Kategori ITU-T Skenario Kedua

Tahap Pengujian Parameter Nilai Standar ITU-T

Kategori

Load Balancing

pada Zeroshell

Packet Loss (%) 0 Baik

Delay (ms) 4,073 Baik

Load Balancing

pada Zeroshell

Packet Loss (%) 0 Baik

Delay (ms) 4,524 Baik

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa nilai packet loss, dan delay dari load balancing

pada MikroTik memiliki kategori ITU-T yang sama dengan load balancing pada

Zeroshell, yaitu kategori “Baik”.

3. Analisis Skenario Ketiga

Pengujian skenario kedua yang dilakukan dengan download video, menunjukkan

perbandingan masing-masing routerOS berdasarkan parameter throughput, packet

loss, delay, dan, jitter adalah sebagai berikut.

Page 83: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

70

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.21 Perbandingan Throughput Pengujian Skenario Ketiga

Gambar 4.21 merupakan perbandingan nilai throughput dari pengujian tahap

pertama dan tahap kedua. Nilai throughput pengujian tahap pertama, yaitu sistem

load balancing pada MikroTik adalah 216,9 Kbps. Sedangkan, nilai throughput

pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada Zeroshell adalah 196,5

Kbps.

Nilai throughput sistem load balancing pada MikroTik lebih besar dari nilai

throughput sistem load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 4,94 %.

Berdasarkan perbandingan nilai throughput tersebut, dapat disimpulkan bahwa

load balancing pada MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing

pada Zeroshell berdasarkan perhitungan parameter throughput.

Berdasarkan hasil pengujian sistem load balancing dengan streaming film, didapat

nilai packet loss dari pengujian tahap pertama dan tahap kedua. Nilai packet loss

pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada MikroTik adalah 0 %

dan nilai packet loss pengujian tahap kedua, yaitu sistem load balancing pada

Zeroshell adalah 0 %. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang sama dengan load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter packet loss.

216,9

196,5

185

190

195

200

205

210

215

220

MikroTik Zeroshell

Kb

ps

Page 84: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

71

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Gambar 4.22 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Ketiga

Gambar 4.22 merupakan perbandingan nilai delay dari pengujian tahap pertama dan

tahap kedua. Nilai delay pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada

MikroTik adalah 4,743 ms. Sedangkan, nilai delay pengujian tahap kedua, yaitu

sistem load balancing pada Zeroshell adalah 5,980 ms.

Nilai delay sistem load balancing pada MikroTik lebih kecil dari nilai delay sistem

load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 11,54 %. Berdasarkan

perbandingan nilai delay tersebut, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter delay.

Gambar 4.23 Perbandingan Jitter Pengujian Skenario Ketiga

Gambar 4.23 merupakan perbandingan nilai jitter dari pengujian tahap pertama dan

tahap kedua. Nilai jitter pengujian tahap pertama, yaitu sistem load balancing pada

MikroTik adalah 6,271 ms. Sedangkan, nilai jitter pengujian tahap kedua, yaitu

sistem load balancing pada Zeroshell adalah 7,827 ms.

4,743

5,98

0

1

2

3

4

5

6

7

MikroTik Zeroshell

Millisecond

(ms)

6,271

7,827

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

MikroTik Zeroshell

Millisecond

(ms)

Page 85: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

72

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Nilai jitter sistem load balancing pada MikroTik lebih kecil dari nilai jitter sistem

load balancing pada Zeroshell dengan selisih sebesar 11,02 %. Berdasarkan

perbandingan nilai jitter tersebut, dapat disimpulkan bahwa load balancing pada

MikroTik memiliki kinerja yang lebih baik dari load balancing pada Zeroshell

berdasarkan perhitungan parameter jitter.

Kategori dan indeks dari nilai parameter throughput, packet loss, delay, dan jitter

menurut standar TIPHON adalah sebagai berikut.

Tabel 4.25 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Ketiga

Tahap

Pengujian Parameter Nilai

Standar TIPHON

Kategori Indeks

Load

Balancing

pada

MikroTik

Throughput (Kbps) 216,9 Sangat Bagus 4

Packet Loss (%) 0 Sangat Bagus 4

Delay (ms) 4,743 Sangat Bagus 4

Jitter (ms) 6,271 Bagus 3

Load

Balancing

pada

Zeroshell

Throughput (Kbps) 196,5 Sangat Bagus 4

Packet Loss (%) 0 Sangat Bagus 4

Delay (ms) 5,980 Sangat Bagus 4

Jitter (ms) 7,827 Bagus 3

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa nilai throughput, packet loss, dan delay dari load

balancing pada MikroTik memiliki kategori dan indeks TIPHON yang sama

dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori “Sangat Bagus” dengan

indeks 4. Nilai jitter dari load balancing pada MikroTik juga memiliki kategori dan

indeks TIPHON yang sama dengan load balancing pada Zeroshell, yaitu kategori

“Bagus” dengan indeks 3.

Kategori dari nilai parameter packet loss dan delay menurut standar ITU-T G.1010

dan ITU-T G.114 adalah sebagai berikut.

Page 86: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

73

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Tabel 4.26 Kategori ITU-T Skenario Ketiga

Tahap Pengujian Parameter Nilai Standar ITU-T

Kategori

Load Balancing

pada MikroTik

Packet Loss (%) 0 Baik

Delay (ms) 4,743 Baik

Load Balancing

pada Zeroshell

Packet Loss (%) 0 Baik

Delay (ms) 5,980 Baik

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa nilai packet loss, dan delay dari load balancing

pada MikroTik memiliki kategori ITU-T yang sama dengan load balancing pada

Zeroshell, yaitu kategori “Baik”.

4. Analisis Skenario Keempat

Pengujian skenario keempat yang dilakukan dengan ping ke www.google.com,

menunjukkan perpindahan gateway dan perbandingan nilai parameter delay dari

masing-masing routerOS.

Gambar 4.24 Perubahan Time To Live pada MikroTik

Gambar 4.24 merupakan proses ping dari sistem failover pada MikroTik yang

menunjukkan perubahan TTL, dari 51 menjadi 48. Ini menandakan pengiriman

paket sudah pada gateway yang berbeda. Selain itu, ping ke situs Google masih bisa

Page 87: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

74

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

dilakukan oleh client, meskipun salah satu gateway telah diputus. Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa failover dapat berfungsi pada MikroTik.

Gambar 4.25 Perubahan Time To Live pada Zeroshell

Gambar 4.25 merupakan proses ping dari sistem failover pada Zeroshell yang

menunjukkan perubahan pada TTL, dari 41 menjadi 39. Ini menandakan

pengiriman paket sudah pada gateway yang berbeda. Selain itu, ping ke situs

Google masih bisa dilakukan oleh client, meskipun salah satu gateway telah

diputus. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa failover dapat berfungsi pada

Zeroshell.

Gambar 4.26 Perbandingan Delay Pengujian Skenario Keempat

Gambar 4.26 merupakan perbandingan nilai delay dari pengujian tahap pertama dan

tahap kedua. Nilai delay pengujian tahap pertama, yaitu sistem failover pada

MikroTik adalah 1,39 s. Sedangkan, nilai delay pengujian tahap kedua, yaitu sistem

failover pada Zeroshell adalah 1,93 s.

1,39

1,93

0

0,5

1

1,5

2

2,5

MikroTik Zeroshell

Second

(s)

Page 88: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

75

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Nilai delay sistem failover pada MikroTik lebih kecil dari nilai delay sistem failover

pada Zeroshell dengan selisih sebesar 16,26 %. Berdasarkan perbandingan nilai

delay tersebut, dapat disimpulkan bahwa failover pada MikroTik memiliki kinerja

yang lebih baik dari failover pada Zeroshell berdasarkan perhitungan parameter

delay. Kategori dan indeks dari nilai parameter delay menurut standar TIPHON

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.27 Kategori dan Indeks TIPHON Skenario Keempat

Tahap

Pengujian Parameter Nilai

Standar TIPHON

Kategori Indeks

Failover

pada MikroTik Delay (s) 1,39 Jelek 1

Failover

pada Zeroshell Delay (s) 1,93 Jelek 1

Tabel 4.27 menunjukkan bahwa nilai delay dari failover pada MikroTik memiliki

kategori dan indeks TIPHON yang sama dengan failover pada Zeroshell, yaitu

kategori “Jelek” dengan indeks 1.

Kategori dari nilai parameter delay menurut standar ITU-T G.1010 dan ITU-T

G.114 adalah sebagai berikut.

Tabel 4.28 Ketegori ITU-T Skenario Keempat

Tahap Pengujian Parameter Nilai Standar ITU-T

Kategori

Failover

pada MikroTik Delay (s) 1,39 Buruk

Failover

pada Zeroshell Delay (s) 1,93 Buruk

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa nilai delay dari failover pada MikroTik memiliki

kategori ITU-T yang sama dengan failover pada Zeroshell, yaitu kategori “Buruk”.

Page 89: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

76

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Teknik load balancing dengan metode PCC maupun weight round-robin dan

teknik failover dapat berfungsi pada routerOS MikroTik dan routerOS

Zeroshell.

2. Kinerja teknik load balancing dan failover pada routerOS MikroTik lebih baik

dari kinerja load balancing dan failover pada routerOS Zeroshell berdasarkan

perhitungan parameter throughput, delay, dan jitter.

3. Berdasarkan standar TIPHON, load balancing pada kedua routerOS memiliki

nilai throughput, packet loss, dan delay berkategori “Sangat Bagus” dengan

indeks 4 dan nilai jitter berkategori “Bagus” dengan indeks 3 serta failover pada

kedua routerOS memiliki nilai delay berkategori “Jelek” dengan indeks 1.

4. Berdasarkan standar ITU-T, load balancing pada kedua routerOS memiliki

nilai packet loss dan delay berkategori “Baik” serta failover pada kedua

routerOS memiliki nilai delay berkategori“Buruk”.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilakukan beberapa peningkatan yang bisa

diimplementasikan, berikut di antaranya:

1. Kinerja load balancing dan failover pada routerOS MikroTik dan Zeroshell

dalam pengaksesan internet dapat ditingkatkan dengan menggunakan modem

yang memiliki kecepatan akses internet lebih besar.

2. Menambahkan skenario pengujian berupa pengujian download video dengan

ukuran video yang variatif untuk melihat perbedaan nilai parameter dari

masing-masing ukuran video yang di-download serta pengujian streaming film

dengan streaming beberapa film sekaligus untuk memberikan beban tambahan

pada saat pengujian dilakukan.

Page 90: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

77

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

3. Menambahkan skenario pengujian terhadap masing-masing gateway pada load

balancing dalam pengaturan kapasitas beban saat client sedang mengakses

internet.

Page 91: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

78

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A., Setiawan, A., Mangiang, R. S. & Soelaiman, N. F., 2019.

Ontology of QoS For Comparative Analysis of Dynamic Network Protocols

OSPFv3 And RIPng In File-Sharing. e-Proceeding Asais.

Antodi, C. P., Prasetijo, A. B. & Widianto, E. D., 2017. Penerapan Quality of

Service Pada Jaringan Internet Menggunakan Metode Hierarchical Token

Bucket. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 5(1), pp. 23-28.

Citraweb Solusi Teknologi, n.d. Penggunaan Custom Chain pada Firewall

MikroTik. [Online]

Available at: http://www.mikrotik.co.id/artikel_lihat.php?id=146

[Accessed 22 March 2020].

Clement, J., 2020. Global number of internet users 2005-2019. [Online]

Available at: https://www.statista.com/statistics/273018/number-of-internet-

users-worldwide/

[Accessed 21 January 2020].

Darmawan & Imanto, T., 2017. Analisa Link Balancing dan Failover 2 Provider

Menggunakan Border Gateway Protocol (BGP) Pada Router Cisco 7606s.

Jurnal Nasional Teknologi dan Sistem Informasi, 3(3), pp. 326-333.

ETSI, 1999. Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over

Networks (TIPHON); General aspects of Quality of Service (QoS), Valbonne:

European Telecommunications Standards Institute.

Fahmi, H., 2018. Analisis Qos (Quality of Service) Pengukuran Delay, Jitter, Packet

Lost dan Throughput untuk Mendapatkan Kualitas Kerja Radio Streaming

yang Baik. Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, 7(2), pp. 98-105.

Fauzi, N., Yahya, W. & Bhawiyuga, A., 2018. Implementasi Load Balancing Pada

Server Dengan Menggunakan Algoritme Least Traffic Pada Software-

Defined Network. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu

Komputer, 2(9), pp. 3134-3141.

Page 92: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

79

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Frayogi, A., Yahya, W. & Setiawan, R. A., 2018. Perbandingan Kinerja RouterOS

Mikrotik dan Zeroshell pada Mekanisme Load Balancing Serta Failover.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 2(7), pp.

2689-2697.

Hafizh, M., 2011. Load Balancing dengan Metode Per Connection Classifier

(PCC) Menggunakan Proxy Server sebagai Caching. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hassan, M. H. et al., 2018. A Hybrid Algorithm for Improving the Quality of

Service in MANET. International Journal on Advanced Science Engineering

Information Technology, 8(4), pp. 1218-1225.

Hidayat, T., Azzery, Y. & Mahardiko, R., 2019. Load Balancing Network by using

Round Robin Algorithm: A Systematic Literature Review. JOIN (Jurnal

Online Informatika), 4(2), pp. 85-89.

ITU-T, 1998. Speed of Service (Delay and Throughput) Performance Values for

Public Data Networks When Providing International Packet-Switched

Services, s.l.: International Telecommunication Union.

ITU-T, 2001. One-Way Transmission Time, s.l.: International Telecommunication

Union.

ITU-T, 2002. End-User Multimedia QoS Categories, s.l.: International

Telecommunication Union.

Kanakala, R. T. & Reddy, K., 2015. Performance Analysis of Load Balancing

Techniques in Cloud Computing Environment. TELKOMNIKA Indonesian

Journal of Electrical Engineering, 13(3), pp. 568-573.

Kurniawan, E. & Sani, A., 2014. Analisis Kualitas Real Time Video Streaming

Terhadap Bandwidth Jaringan yang Tersedia. SINGUDA ENSIKOM, 9(2),

pp. 92-96.

Miniwatts Marketing Group, 2019. World Internet Usage and Population Statistics.

[Online]

Page 93: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

80

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Available at: https://www.internetworldstats.com/stats.htm

[Accessed 21 January 2020].

Nasser, H. & Witono, T., 2016. Analisis Algoritma Round Robin, Least

Connection, dan Ratio pada Load Balancing Menggunakan Opnet Modeler.

INFORMATIKA, 12(1), pp. 25-32.

Oktivasari, P. & Sanjaya, R., 2015. Implementasi Sistem Load Balancing Dua ISP

Menggunakan Mikrotik dengan Metode Per Connection Classfier. JURNAL

MULTINETICS, 1(2), pp. 33-37.

Potluri, S. & Rao, K. S., 2017. Quality of Service based Task Scheduling

Algorithms in Cloud Computing. International Journal of Electrical and

Computer Engineering (IJECE), 7(2), pp. 1088-1095.

Pratama, T., Irwansyah, M. A. & Yulianti, 2015. Perbandingan Metode PCQ SFQ

RED dan FIFO pada Mikrotik Sebagai Upaya Optimalisasi Layanan Jaringan

pada Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura. Jurnal Teknik Informatika

Universitas Tanjungpura, pp. 1-6.

Rasna & Ashari, A., 2019. Application Load Balancing With Nth Method Multiple

Gateway Internet Networks. IJCCS (Indonesian Journal of Computing and

Cybernetics Systems), 13(2), pp. 159-168.

Ricciardi, F., 2018. Multiple Internet Connections. [Online]

Available at: https://zeroshell.org/load-balancing-failover/

[Accessed 17 April 2020].

Risnaldy, P., 2020. Analisa QoS (Quality of Service) Zeroshell pada Mekanisme

Load Balancing dan Failover. JURNAL MULTINETICS , 6(1), pp. 8-14.

Rosalia, M., Munadi, R. & Mayasari, R., 2016. Implementasi High Availability

Server Menggunakan Metode Load Balancing Dan Failover Pada Virtual

Web Server Cluster. e-Proceeding of Engineering , 3(3), pp. 4496-4503.

Sadikin, M., Yusuf, R. & Rifai, A., 2019. Load balancing clustering on moodle

LMS to overcome performance issue of e-learning system. TELKOMNIKA

Indonesian Journal of Electrical Engineering, 17(1), pp. 131-138.

Page 94: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

81

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Sajjan & Yashwantrao, B. R., 2017. Load Balancing and its Algorithms in Cloud

Computing: A Survey. International Journal of Computer Sciences and

Engineering , 5(1), pp. 95-100.

Sangsari, A., Isnawaty & Aksara, L. F., 2016. Analisis QoS (Quality of Service)

Pada Layanan Video Streaming yang Menggunakan Protokol RTMP (Real

Time Messaging Protocol). SemanTIK, 2(2), pp. 177-188.

Sasidhar, T. et al., 2016. Load Balancing Techniques for Efficient Traffic

Management in Cloud Environment. International Journal of Electrical and

Computer Engineering (IJECE), 6(3), pp. 963-973.

Saxena, A., Singhai, J. & Raghuvanshi, D., 2018. Optimization of quality of service

parameters for efficient channel allocation. International Journal of

Engineering & Technology, 7(3), pp. 1220-1226.

Septama, H. D., Ulvan, A., Bestak, R. & Hlavacek, J., 2015. High Available VoIP

Server Failover Mechanism in Wide Area Network. TELKOMNIKA

Indonesian Journal of Electrical Engineering, 13(2), pp. 739-744.

Shrivastava, G., Kaushik, P. & Pateriya, R. K., 2018. Load balancing strategies in

software defined networks. International Journal of Engineering &

Technology, 7(3), pp. 1854-1857.

Shrivastava, G., Kaushik, P. & Pateriya, R. K., 2018. Load Balancing Strategies in

Software Defined Networks. International Journal of Engineering &

Technology, 7(3), pp. 1854-1857.

Siregar, R. L., 2019. Implementasi Jaringan Hotspot dengan Captive Portal

Zeroshell Dan User Management LDAP. Jurnal Manajemen Informatika,

9(2), pp. 87-96.

Suendri, 2019. Hashing Argon2 untuk Keamanan Password pada Sistem Berbasis

Web Menggunakan PHP. JISTech, 4(1), pp. 46-56.

Suryanto, Prasetyo, T. & Hikmah, N., 2018. Implementasi Load Balancing

Menggunakan Metode Per Connection Classifier (PCC) Dengan Failover

Page 95: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

82

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Berbasis Mikrotik Router (Studi Kasus PT. Sumber Rejeki Power). Seminar

Nasional Inovasi dan Tren (SNIT), pp. 230-238.

Page 96: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Praja Risnaldy

Lulus dari SD Negeri 07 Pangkalan Koto Baru pada

tahun 2010, SMP Negeri 1 Pangkalan Koto Baru

pada tahun 2013, SMA Negeri 2 Harau (Boarding

School) pada tahun 2016, dan menjadi mahasiswa

program studi Teknik Multimedia dan Jaringan

jurusan Teknik Informatika dan Komputer D4

Politeknik Negeri Jakarta pada tahun 2016.

Page 97: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Lampiran 2. Hasil Pengujian Skenario Pertama

HASIL PENGUJIAN SKENARIO PERTAMA

1. Pengujian degan Speedtest.cbn.id

Hasil pengujian tahap pertama, pengujian

load balancing pada MikroTik yang

menggunakan dua ISP.

Gambar 1. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 2. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 3. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 4. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap kedua, perngujian load

balancing pada Zeroshell yang menggunakan

dua ISP.

Gambar 5. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 6. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 7. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 8. Hasil Pengujian Kelima

Page 98: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

(Lanjutan)

Hasil pengujian tahap ketiga, pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan

ISP 1.

Gambar 9. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 10. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 11. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 12. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap keempat, pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan

ISP 2.

Gambar 13. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 14. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 15. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 16. Hasil Pengujian Kelima

Page 99: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

(Lanjutan)

2. Pengujian degan Speedtest.net

Hasil pengujian tahap pertama, pengujian

load balancing pada MikroTik yang

menggunakan dua ISP.

Gambar 17. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 18. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 19. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 20. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap kedua, perngujian load

balancing pada Zeroshell yang menggunakan

dua ISP.

Gambar 21. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 22. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 23. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 24. Hasil Pengujian Kelima

Page 100: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

(Lanjutan)

Hasil pengujian tahap ketiga, pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan

ISP 1.

Gambar 25. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 26. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 27. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 28. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap keempat, pengujian

sistem tanpa load balancing menggunakan

ISP 2.

Gambar 29. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 30. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 31. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 32. Hasil Pengujian Kelima

Page 101: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Lampiran 3. Hasil Pengujian Skenario Kedua

HASIL PENGUJIAN SKENARIO KEDUA

Hasil pengujian tahap pertama, pengujian

sistem load balancing pada MikroTik.

Gambar 33. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 34. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 35. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 36. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap kedua, pengujian

sistem load balancing pada Zeroshell.

Gambar 37. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 38. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 39. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 40. Hasil Pengujian Kelima

Page 102: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Lampiran 4. Hasil Pengujian Skenario Ketiga

HASIL PENGUJIAN SKENARIO KETIGA

Hasil pengujian tahap pertama, pengujian

sistem load balancing pada MikroTik.

Gambar 41. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 42. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 43. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 44. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap kedua, pengujian

sistem load balancing pada Zeroshell.

Gambar 45. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 46. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 47. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 48. Hasil Pengujian Kelima

Page 103: ANALISIS PERBANDINGAN QUALITY OF SERVICE ROUTEROS …

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer – Politeknik Negeri Jakarta

Lampiran 5. Hasil Pengujian Skenario Keempat

HASIL PENGUJIAN SKENARIO KEEMPAT

Hasil pengujian tahap pertama, pengujian

sistem failover pada MikroTik.

Gambar 49. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 50. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 51. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 52. Hasil Pengujian Kelima

Hasil pengujian tahap kedua, pengujian

sistem failover pada Zeroshell.

Gambar 53. Hasil Pengujian Kedua

Gambar 54. Hasil Pengujian Ketiga

Gambar 55. Hasil Pengujian Keempat

Gambar 56. Hasil Pengujian Kelima