analisis penentuan tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi
TRANSCRIPT
ANALISIS PENENTUAN TARIF ANGKUTAN UDARA NIAGA BERJADWAL
DALAM NEGERI KELAS EKONOMI
Dewasa ini, transportasi udara niaga mengalami perkembangan pesat. Hal ini dapat dilihat dari
banyak perusahaan atau maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan ke berbagai rute
penerbangan atau maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan ke berbagai rute
penerbangan, baik domestik maupun internasional. Di satu sisi, perkembangan jumlah
penerbangan menguntungkan bagi para pengguna jasa transportasi udara karena memiliki banyak
pilihan. Perusahaan-perusahaan bersaing untuk menarik penumpang sebanyak-banyaknya dengan
menawarkan berbagai fasilitas dengan harga murah. Namun di sisi lain, tarif murah menimbulkan
kekhawatiran akan kualitas layanan dari jasa angkutan penerbangan itu sendiri. Oleh karenanya,
perlu dilakukan analisis terhadap pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan tarif angkutan
udara niaga, sehingga penumpang dapat memiliki pengetahuan akan penentuan tarif angkutan
penerbangan niaga. Dalam studi ini, pembahasan dibatasi hanya menggunakan studi literature
berupa Keputusan Menteri No. 11 Tahun 2006.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. KM No. 11 Tahun 2006 tentang Tarif Referensi
Untuk Penumpang Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri Kelas Ekonomi, dapat diketahui
bahwa tarif tersebut ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya :
1. Standar ICAO (International Civil Aviation Organization), dengan kata lain tarif sesuai
dengan tingkat pelayanan jasa angkutan udara menurut standar internasional,
2. Kepentingan masyarakat dan penyelenggara angkutan udara niaga melalui penetapan
struktur dan golongan tarif,
3. Segmen pasar atau gambaran dari tingkat kemampuan ekonomi masyarakat dilakukan
agar pelayanan dari angkutan udara dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Pertimbangan segmen pasar ini diwujudkan dalam penentuan kelas-kelas pelayanan
angkutan udara yaitu kelas ekonomi dan non-ekonomi.
4. Penentuan tarif kelas ekonomi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan dan
kemampuan masyarakat. Sementara tarif kelas non-ekonomi diserahkan pada mekanisme
pasar dan berorientasi pada kelangsungan dan pengembangan usaha angkutan. Dengan
begitu pelayanan dapat diarasakan oleh seluruh masyarakat, selain itu biaya operasional
angkutan udara dapat tertutupi.
5. Standar minimum pelayanan jasa angkutan udara yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip yang
digunakan untuk penetapan tarif angkutan udara adalah social optimum dan mekanisme pasar
kompetitif sempurna. Penentuan tarif angkutan udara ini dilakukan dengan banyak intervensi
dari pemerintah, akan tetapi mekanisme pasar pun tetap berperan dalam penentuan tarif
angkutan udara. Sistem mekanisme pasar yang berpengaruh pada penentuan tarif ini adalah
mekanisme pasar kompetitif sempurna. Hal ini dikarenakan ketatnya persaingan antar
maskapai penerbangan.