bab ii tinjauan pustaka 2.1. angkutan umum penumpang …eprints.umm.ac.id/38165/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP)
Angkutan umum penumpang (AUP) merupakan kendaraan yang bersifat
umum bertujuan untuk membawa penumpang dari tempat asal ke tujuannya dan
dilakukan dengan cara membayar sesuai dengan jumlah yang ditentukan. Miro
(2011) menyatakan bahwa alat transportasi umum penumpang (AUP) ialah alat
untuk mengangkut barang dan manusia menggunakan kendaraan yang bersifat
umum serta menggunakan sistem pembayaran. Para pengguna alat transportasi ini
dikenakan biaya sesuai dengan jarak yang ditempuh. Warpani (2002) menyatakan
bahwa tujuan pelayanan untuk angkutan umum (AU) ialah memberikan
pelayanan-pelayanan yang baik, aman, nyaman, dan bias memberikan kemudahan
bagi penggunanya dalam menjalankan aktivitasnya. Salim menyatakan biaya ialah
salah satu yang mempengaruhi harga satuan jasa, cara menentukan biaya ini
dimaksudkan agar dilakukan secara efektif.
Menurut Munawar (2005), Angkutan umum bisa juga didefinisikan sebagai
pemindahan barang yang dari suatu tempat berpindah ke tempat lain dengan
menggunakan alat atau kendaraan, sementara itu kendaraan umum adalah setiap
kendaraan bermotor yang sudah disediakan untuk digunakan oleh umum dan juga
pelajar dengan dipungut biayanya. Kendaraan angkutan umum dapat meliputi
mobil penumpang, bus besar, bus sedang, bus kecil. Widari, S. (2010),
Menjelaskan transportasi itu sendiri merupakan proses pergerakan dan juga
perpindahan manusia dan barang dari satu tempat asal menuju ke tempat lain yang
dituju untuk tujuan tertentu dengan bantuan dari manusia atau mesin. Manusia
pada umumnya berkeinginan melakukan perjalanan atau perpindahan dari tempat
awal atau asal menuju tempat yang diinginkan atau tempat tujuan dengan waktu
yang sesingkat mungkin dengan hanya mengeluarkan biaya yang sekecil mungkin
atau biaya yang murah.
7
Pengertian dari angkutan dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 35
tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan
Umum ialah angkutan yang memindahkan orang dan barang dari tempat awal ke
tempat akhir dengan menggunakan alat atau kendaraan bermotor.
Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum definisinya
yaitu setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. Menurut
Warpani (2002), Peranan yang utama dalam angkutan umum penumpang (AUP)
yaitu tentang pelayanan saat melakukan kegiatan untuk kepentingan mobilitas
masyarakat, maupun pekerjaan yang biasanya kita lakukan yang hanya perjalanan
dekat ataupun yang agak jauh atau pekerjaan yang dilakukan diluar kota. Hal yang
lain tentang jasa moda angkutan ialah mempunyai kontribusi untuk
mengendalikan transportasi, peningkatan wilayah, dan menghemat tenaga. Moda
angkutan penumpang mempunyai hal yang penting yaitu menyediakan moda
angkutan yang bagus dan nyaman untuk para penumpang. Hal yang harus ditinjau
yaitu keamanannya, kenyamanannya, kecepatan tujuan dan harga yang miring.
2.1.1. Pelayanan Angkutan Umum
Ada tiga jenis-jenis yang utama dari layanan angkutan umum yang dibagi
menjadi Angkutan Perdesaan, Angkutan Perkotaan, bahkan Angkutan Antar Kota.
Ada dua bagian Angkutan Antar Kota yakni angkutan Antar Kota Dalam Propinsi
(A.K.D.P), yaitu pelayanan jasa angkutan antar kota dalam satu wilayah
administrasi propinsi.
Tujuan dari pelayanan angkutan umum sendiri adalah menyediakan
pelayanan nan nyaman, terjamin, singkat, dan sedikit biaya atas mobilitas dari
masyarakat yang semakin bertambah, terpenting untuk para paksawan dalam
menjalankan kegiatannya. Untuk angkutan di perkotaan sendiri, adanya angkutan
umum ataupun angkutan umum massal tentang angkutan jalan rel yang begitu
membantu angkutan jalan juga manajemen lalu lintas, karena tingkat efisiensi
semakin tinggi yang dipunyai dari kedua sarana tersebut menggunakan pra sarana
jalan.
8
Esensi dari pengoperasian layanan perangkutan umum yaitu penyediaan
pelayanan angkutan umum pada waktu dan tempat agar permintaan dari
masyarakat yang bermacam-macam dapat terpenuhi dengan baik. Prinsip bahwa
sistem pelayanan jasa angkutan adalah menunjang kelancaran mobilitas barang
orang antar daerah.
2.1.2. Angkutan Antar Kota
Perangkutan umum antar kota ialah perangkutan yang bisa menyatukan satu
daerah dengan daerah lain, daerah tersebut sudah berada di kawasan manajemen
suatu kota ataupun perangkutan yang ada di lain kawasan yang biasa disebut
perangkutan umum lintas kota. Metode AKDP serta AKAP memiliki makna : A)
moda perangkutan umum daerah yang masih di dalam manajemen satu propinsi
yang sama serta perangkutan umum di dalam kota. B) perangkutan umum kota
yang berbeda dengan angkutan perkotaan. Angkutan kota ialah perangkutan di
suatu kawasan manajemen daerah, dan angkutan perkotaan mempunyai jaringan
yang melayani satu daerah ke daerah lain yang masih berada dalam satu kawasan
serta tidak diikat oleh pembatasan suatu wilayah manajemen suatu kota.
2.1.3. Angkutan Perkotaan
Angkutan di perkotaan membentuk jaringan pelayanan antar kota yang
berada di dalam daerah kota raya, sedangkan angkutan kota ialah angkutan dalam
wilayah administrasi kota. Selain itu, ada jenis pelayanan lain yaitu angkutan
perdesaan yang melayani angkutan di luar kawasan kota atau kawasan perkotaan.
Ketiga jenis pelayanan tersebut yaitu: angkutan perkotaan, angkutan kota,
angkutan perdesaan, seolah-olah membagi wilayah operasi sekaligus membuka
peluang terjadinya benturan dua atau lebih kepentingan wilayah administrasi
pemerintahan dalam pengaturan pelayanan angkutan umum. Sementara itu,
masyarakat pengguna jasa angkutan tidak pernah peduli dengan batas wilayah
administrasi.
9
2.1.4. Angkutan Perdesaan
Perangkutan umum di desa ialah jasa perangkutan umum yang sudah
ditentukan pelayanan perjalanannya mulai titik pertama sampai ke tempat akhir
yaitu di suatu terminal. Hal-hal yang membedakan perangkutan umum desa dari
perangkutan yang lain ialah memiliki penyajian yang tidak cepat, namun jasanya
tidak menentukan jaraknya. Ciri-ciri jasa lambat juga dipunyai oleh rute cabang
lain di suatu daerah, dan jasa antar yang memiliki jarak dekat di dalam suatu
daerah penduduk.
Dari pengertian diatas yang dikatan perangkutan umum desa ialah jasa
perangkutan umum yang memakai alat transportasi yang umum pelayanannya
hanya terbatas di suatu terminal bertipe C serta tidak melayani perangkutan
perkotaan. Pengertian ini sedikit tidak sama dari definisi transportasi yang
memiliki jasa untuk kawasan yang memiliki populasi yang relative tidak banyak.
2.2. Dasar Teori
2.2.1. Tarif Angkutan
Tarif ialah biaya dari jasa perangkutan yang sudah dibayar oleh pengguna
pelayanan angkutan umum, baik yang melewati mekanisme kesepakan sewa,
tawar menawar, ataupun keputusan dari pemerintah. Biaya dari jasa perangkutan
yang sudah ditetapkan melalui system tarif, berlangsung secara umum dan tiada
ketetapan lain yang membelenggu perusahaan perangkutan umum dan pengguna
jasa atau pemilik barang kecuali aturan yang sudah tertulis didalam buku tarif.
Menurut Miro (2011), tarif jasa sistem transportasi ialah harga untuk
menentukan oleh penyedia jasa angkutan umum terhadap pengguna angkutan
umum itu sendiri. Salim menyatakan bahwa tarif angkutan adalah suatu harga
yang sudah ditentukan sedemikian rupa sehingga para pengguna angkutan umum
tidak lagi mengeluarkan biaya apapun lagi. Menurut Warpani (2002), tarif
angkutan umum adalah suatu harga yang harus dibayarkan baik melalui sistem
sewa, ketentuan pemilik jasa, maupun ketentuan dari pemerintah.
10
Menurut Kamaluddin (2003) tarif angkutan umum yaitu harga yang harus
dibayar oleh para pengguna jasa angkutan umum, harga tersebut disesuaikan
dengan jauh dekatnya jarak yang ditempuh. Tarif menurut Departemen
Perhubungan (2002), ialah besaran harga yang sudah digunakan terhadap
pengguna jasa kendaraan perangkutan umum yang dijelaskan berbentuk rupiah.
Hasil hitungan tarif perangkutan umum adalah dari hasil jarak (kilometer) rata-
rata sekali perjalanan (tarif B.E.P) yang dikalikan dengan tarif pokok dan
selanjutnya ditambahkan 10% untuk keuntungan dari jasa perusahaan.
2.2.2. Jenis Tarif Angkutan Umum
Harga yang harus dibayarkan oleh para konsumen angkutan umum dan telah
ada di daftar yang berisi harga-harga jarak tujuan ialah yang disebut tarif
angkutan, jenis-jenis tarif saat ini yang masih berjalan bisa dijabarkan dibawah
ini:
1. Tarif menurut trayek
Tarif menurut trayek ditentukan oleh suatu wilayah tertentu, moda transport
yang dioperasikan dengan memperhitungkan jarak yang dijalani oleh moda
transport tersebut.
2. Tarif lokal
Tarif lokal adalah tarif yang berlaku atau ditentukan oleh suatu wilayah
tertentu, misal tarif bus yang berlaku khusus di daerah DKI.
3. Tarif diferensial
Tarif diferensial ialah penentuan perbedaan tarif dilihat dari jarak, kecepatan
suatu moda transportasi, berat muatan, atau sifat khusus dari muatan yang
diangkut.
4. Tarif peti kemas (Container)
Tarif peti kemas difungsikan untuk mengangkut kotak/box dari tempat asal ke
tempat tujuan. Tarif peti kemas disebut juga dengan Container on Flat Car
(COFC). Tarif yang diberlakukan untuk membawa kotak/box diatas truk
berdasarkan ujuran kotak/box yang diangkut (20 feet atau 40 feet) dari asal
pengiriman ke tempat tujuan barang (A/T).
11
Miro (2011) menyatakan bahwa bentuk-bentuk tarif jasa sistem transportasi
dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Tarif menurut skala jarak asal – tujuan merupakan penentuan tarif dilihat dari
panjang pendeknya pengguna jasa dalam melakukan perjalanan (jarak),
seperti yang ada pada Gambar 3.1.
Tarif
2. Tarif menurut zona ialah tarif ditentukan dengan cara memisahkan trayek
kedalam zona-zona tertentu. Penentuan zona ini dilakukan dari pusat kota
hingga pinggiran. Penggunaan tarif ini sangatlah merugikan para penumpang
yang melakukan perjalanan jarak pendek, dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.1 Penentuan tarif berdasarkan jarak.
(Miro,2011)
Jarak Tempuh
Jarak
300
200
100
CBR
ZONA 1
ZONA 2
Tarif
12
3. Tarif menururt golongan barang adalah penentuan tarif ditentukan melalui
jenis barang, penggunaan tarif ini dilakukan oleh pengguna jasa angkutan
barang atau truk saja. Besarnya biaya ditentukan melalui negosiasi antara
pengguna jasa dan pemilik truk.
4. Tarif menurut jasa tertentu dan persaingan. Besarnya tarif ditentukan dari
pengguna jasa itu sendiri jika pengguna jasa atau masyarakat merupakan
langganan makapenyedia jasa akan memberikan potongan harga. Sedangkan
persaingan besarnya tarif dilihat dari rame atau sepinya pengguna angkutan
umum.
2.2.3 Kebijakan Penentuan Tarif
Tarif yang ideal adalah tarif yang sedikit mungkin, namun bisa mendapatkan
hasil yang lebih tinggi dari tarif operasi sehingga mendapatkan hasil anggaran
yang layak untuk pengusaha. Untuk memperhitungkan tarif jasa perangkutan,
beberapa hal dasar bisa menjadikan pertimbangan.
Keinginan pengguna jasa transportasi atau penumpang untuk mendapatkan
tarif yang murah dan terjangkau. Tentunya tidak akan sama dengan tarif yang
sudah diberlakukan atau yang ditentukan oleh operator. Untuk menentukan tarif
awal atau penyesuaian tarif yang diperlukan dibutuhkan suatu kajian yang terukur
untuk menentukan jalan tengah antara keinginan pengguna jasa dan keinginan
operator angkutan umum.
Menurut Warpani (2002) kebijakan tarif adalah memiliki banyak fungsi,
seperti perangkat pengatur lalu lintas, perangkat untuk menunjang penduduk,
untuk menggunakan kendaraan pribadi, di sisi lain untuk memajukan
perekonomian antar wilayah. Tarif angkutan umum yang ditentukan dari besarnya
biaya operasional kendaraan. Penentuan kebijakan tarif dari berbagai jenis jasa
perangkutan diberikan kepada mekanisme market, yaitu perjanjian (proses tawar
menawar) antar pengguna jasa dengan penyedia jasa, misalnya tarif bajaj, besak
Gambar 3.2 Penentuan tarif berdasarkan zona. (Miro,2011)
13
dan delman. Didalam fase tertentu, tarif khusus yang sudah diterapkan pemerintah
yaitu tambahan harga yang wajib dibayar pihak pengguna jasa angkutan misalnya
‘terif lebaran’.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan penentuan
tarif angkutan dipengaruhi oleh:
1. Tarif berdasarkan biaya beroperasi
Biaya yang sudah diwujudkan kedalam bentuk rupiah perton – km (Rp/ton –
km) untuk perangkutan barang jika angkutan umum maka diwujudkan
dengan rupiah per penumpang – km (Rp/pnp – km).
2. Prinsip biaya marginal
Prinsip biaya marginal adalah biaya yang dapat menguntungkan bagi
perusahaan angkutan umum.
3. Prinsip biaya yang dikeluarkan
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk operasional kendaraan
tersebut.
Menurut Miro. Fidel (2011), penetapan tarif jasa transportasi didasari
kebijakan yang bertujuan untuk:
1. Memanfaatkan sarana publik secara maksimal.
2. Menciptakan persaingan yang sehat bagi para pelaku jasa transportasi
umum.
3. Memastikan harga barang-barang terutama kebutuhan pokok tidak naik
2.2.4 Penentuan Tarif Angkutan
Hal yang telah ditentukan oleh tarif perangkutan umum yang dikhususkan
untuk para konsumen biasanya tidak sulit ataupun agak mudah bila dibanding
menentukan tarif untuk perangkutan umum untuk barang, dikarenakan
menentukan harga perangkutan barang tersebut melingkupi ratusan bahkan ribuan
harga dari bermacam-macam suatu barang; yang telah dikemas menggunakan
berbagai cara dan wajib dibawa menggunakan berbagai ukuuran serta memiliki
arah pengirimnan yang tidak sama satu sama lain.
14
Harga menentukan besarnya penerimaan perusahaan jasa angkutan.
Perusahaan jasa angkutan berusaha menetapkan tarif setinggi mungkin sedangkan
pemakai jasa menghendaki tarif serendah mungkin. Kewajaran tarif bagi
perusahaan angkutan adalah kalau dapat menjamin penghasilan diatas biaya
operasi angkutan. Kewajaran bagi pemakai jasa, tarif dikatakan wajar kalau tarif
itu berada dalam jangkauan daya beli pemakainya. Penetapan tarif didasarkan
pada hasil perhitungan biaya satuan dari perusahaan jasa angkutan.
Setiap jasa angkutan memiliki dua cara yang berbeda, yakti barang yang
diangkut dan gerakan yang dibuatnya, serta bermacam ragam tarif yang harus
ditawarkan atas barang yang beraneka ragam, menurut tempat asal dan tempat
tujuannya yang banyak sekali
Prinsip dasar umum yang melandasi penentuan tarif bisa dirumuskan dalam
tiga sasaran yaitu:
1. Setiap tarif harus menutupi biaya penciptaan jasa angkutan.
2. Setiap tarif harus menggerakan jumlah lalu lintas.
3. Setiap tarif harus menanggung beban yang adil dari biaya dalam
perbandingannya dengan tarif lainnya.
Surat Keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat No. 687 tahun 2002,
menyatakan untuk menentukan harga dibedakan di bawah ini:
1. Harga umum atau biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh jasa
angkutan umum untuk menghasilkan suatu produksi.
2. Tarif pokok X jarak (km) + 10% (jumlah keuntungan).
3. Satuan produksi ialah pembagian antara jumlah produksi dengan jumlah
armada yang digunakan dalam angkutan umum.
4. Alat produksi adalah alat yang digunakan dalam proses produksi.
5. Rit adalah perjalanan moda transportasi dimulai awal naik sampai ketujuan
dalam satu waktu.
6. Waktu perjalanan/rit ialah panjang rute antar asal dan tujuan.
7. Jarak tempuh/rit ialah panjang perjalanan dalam satu hari.
8. Jarak tempuh/hari ialah panjangnya perjalanan per hari
9. Banyaknya perjalanan didalam suatu jam-jam yang telah ditentukan.
15
10. Jumlah yang dapat ditampung angkutan umum ialah tersedianya ruang untuk
penumpang dalam satu angkutan umum.
11. Jumlah yang bisa dijual ialah banyaknya konsumen yang dibawa kendaraan
dijumlah dari hitungan banyaknya kursi yang diapakai ditambah konsumen
berdiri dikali dengan jumlah frekuensi.
12. Aktivitas satu bulan ialah kerja kendaraan angkutan penumpang dalam 30
hari.
13. Nol kilometer ialah jarak tempuh kurang efisien terjadi di pertama perjalanan.
14. Jarak yang efisien yang dapat di tempuh pada saat jam kerja suatu angkutan
umum.
Menurut Miro. Fidel, dasar penetapan tarif jasa sistem transportasi dapat
ditentukan atas dasar:
1. Jumlah harga yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan.
2. Kemampuan masyarakat melakukan pembayaran jasa angkutan.
3. Kebijakan tarif diatur oleh pemerintah.
4. Tujuan penyedia jasa adalah untuk mendapatkan laba.
2.2.5 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)
Harga angkutan ialah bagian dari struktur harga dimana pada akhirnya
menjadi bagian produksi. Perusahaan harus cermat dalam menghitung biaya yang
akan dikeluarkan. Sebagai penyusun biaya angkutan umum yang terbesar, biaya
operasional kendaraan harus senantiasa dianalisis dari waktu ke waktu. Hal ini
menjaga kemungkinan yang dapat terjadi akibat perusahaan faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya BOK. Perubahan ini dapat bersifat langsung misalnya
perubahan harga bahan bakar karena kondisi mesin yang menurun, kenaikan biaya
ban karena perubahan permukaan jalan, dan sebagainya. Dengan mengetahui
perubahan BOK maka usaha untuk meminimalkan biaya operasi kendaraan dapat
dilakukan. (Warpani, 2002)
SK Direktorat Jendral Perhubungan Darat No. 687 tahun 2002. Jika tinjauan
oleh aktivitas usaha perangkutan harga yang ditetapkan, untuk jasa angkutan yang
16
diproduksi akan dilego terhadap pengguna jasa, yang telah terbagi menjadi tiga
bagian, yakni:
1. Telah ditetapkan buat kebutuhan perusahaan
2. Telah ditetapkan buat kebutuhan operasi kendaraan
3. Telah ditetapkan buat kebutuhan lainnya.
Berdasarkan pengelompokan biaya itu struktur perhitungan biaya pokok jasa
angkutan disajikan pada pengelompokan. Komponen Biaya Langsung dan juga
Tidak Langsung Berdasarkan Pengelompokan Biaya ada 2 (dua) yakni adalah:
Biaya langsung dan juga biaya tak langsung
A. Biaya Langsung
1) Penyusutan kendaraan produktif
2) Bunga modal kendaraan produktif
3) Awak bus (sopir dan kondektur)
a. Gaji/upah
b. Tunjangan kerja operasi (uang dinas)
c. Tunjangan sosial
4) Bahan Bakar Minyak (BBM)
5) Ban
6) Service kecil
7) Service besar
8) Pemeriksaan (Overhaul)
9) Penambahan oli
10) Suku cadang dan bodi
11) Cuci bus
12) Retribusi bus
13) STNK/pajak kendaraan
14) Kir
15) Asuransi
a. Asuransi kendaraan
b. Asuransi awak bus
17
B. Biaya Tidak Langsung
1) Biaya pegawai selain awak kendaraan
a. Gaji/upah
b. Uang lembur
c. Tunjangan sosial
2) Biaya pengelolaan
a. Penyusutan bangunan kantor
b. Penyusutan pool dan bengkel
c. Penyusutan inventaris/alat kantor
d. Penyusutan sarana bengkel
e. Biaya administrasi kantor
f. Biaya pemeliharaan kantor
g. Biaya pemeliharaan pool dan bengkel
h. Biaya listrik dan air
i. Biaya telepon dan telegram
j. Biaya perjalanan dinas selain awak kendaraan
k. Pajak perusahaan
l. Izin trayek
m. Izin usaha
n. Biaya pemasaran
o. Lain-lain
Komponen biaya operasional kendaraan menurut motode Departemen
Perhubungan meliputi:
1. Komponen Biaya Langsung
Penyusutan kendaraan
Penyusutan per tahun
.................................(2-
1)
Nilai residu bus adalah 20% dari harga kendaraan
Bunga modal
18
Bunga modal
...................................(2-2)
Keterangan: n = masa pengembalian pinjaman
Biaya awak bus
Biaya per bus – km
..........................................(2-
3)
Biaya bahan bakar minyak (BBM)
Biaya per bus – hari
..................................(2-
4)
Biaya pemakaian ban
Biaya ban per bus – km
................(2-
5)
Biaya servis kecil
Biaya servis kecil per bus – km
....................................(2-
6)
Biaya servis besar
Biaya servis besar per bus – km
..................................(2-
7)
Biaya pemeriksaan umum (general overhaul)
Biaya pemeriksaan per tahun
...(2-
8)
Biaya penambahan oli mesin
Biaya oli per bus – km
............(2-
9)
Biaya cuci bus
Biaya cuci per bus – km
.................................(2-
10)
Retribusi terminal
19
Biaya retribusi terminal per bus – km
.............(2-
11)
Biaya STNK
Biaya STNK per bus – km
...................................(2-
12)
Biaya KIR
Biaya KIR per bus – km
................................(2-
13)
Biaya asuransi
Biaya asuransi per bus – km
..................(2-
14)
2. Komponen Biaya Tidak Langsung
Biaya Tidak Langsung
Biaya Pengelolaan
a) Penyusutan bangunan kantor
b) Penyusutan pool dan bengkel
c) Penyusutan inventaris/alat kantor
d) Penyusutan sarana bengkel
e) Biaya administrasi kantor
f) Biaya pemeliharaan kantor
g) Biaya pemeliharaan pool dan bengkel
h) Biaya listrik, air, telepon
i) Biaya telepon dan telegram
j) Pajak perusahaan
k) Izin trayek
l) Izin usaha
m) Biaya pemasaran
n) Lain-lain
20
Biaya tidak langsung per bus per tahun =
Biaya tidak langsung per bus – km
.........................................(2-15)
Biaya pokok per bus – km = biaya langsung + biaya tidak langsung........(2-
16)