analisis kelayakan angkutan penyeberangan lintasan ulee lheu

23
1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) Lamteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M. 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. 10. Learning English Over the Air A Case Study of Nikoya Radio FM Oleh Ema Dauyah, M.Ed. VOLUME III, NO 2, JULI 2012

Upload: galaksijoel

Post on 01-Dec-2015

757 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh

Darussalam

Oleh Dr. Raihanah, M.Si.

2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk

Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh

Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si.

3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap

Kekuatan Tekan

Oleh Ir. Helwiyah Zain

4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan

Oleh Mariati B, S.H., M.Hum.

5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi

Oleh Ir. Mulyadi, M.Si.

7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lamteng

(Pulo Aceh)

Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si.

8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Guru pada SMA di Kota Sabang

Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M.

9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik

Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si.

10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM

Oleh Ema Dauyah, M.Ed.

VOLUME III, NO 2, JULI 2012

Page 2: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

JURNAL ISSN 2086-8421

TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Volume III, No.2 – Juli 2012

Pelindung/Pembina : Rektor Universitas Abulyatama

Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama

Pemimpin Redaksi : Drs. Yusri, M.Pd.

Redaktur Ahli : Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN)

Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah)

R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya)

Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya)

Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)

Redaktur Pelaksana : Drs. Zamzami A.R., M.Si.

Yuliana, S.E.

Yulinar, S.Pd.

Dewan Redaksi : Muhammad Nur, S.H., M.Hum

Ir. Mulyadi

Ir. H. Firdaus, M.Si.

Dewi Astini, S.H., M.Hum.

Maryati B, S.H., M.Hum.

Drs. Tamarli, M.Si.

Yulfrita Adamy, S.E. M.Si.

Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M.

Drs. Bukhari, M.Si.

Ir. M. Isa T. Ibrahim, M.T.

Distributor/Komunikasi : Drs. Akhyar, M.Si.

Drs. Muhammad, M.Si.

Bendahara : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

Desain Cover : aSOKA Communications (www.asoka.web.id)

Website : www.abulyatama.ac.id.

Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5

Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255

Page 3: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

2

DAFTAR ISI

Halaman

. P

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara

Nanggroe Aceh Darussalam

Oleh Dr. Raihanah, M.Si. ............................................................................. 1 – 14

2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet

pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah

Kota Banda Aceh

Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. ................................................................ 15 – 25

3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata

Terhadap Kekuatan Tekan

Oleh Ir. Helwiyah Zain ................................................................................. 26 – 31

4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan

Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ..................................................................... 32 – 44

5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI)

Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. ................................................................ 45 – 58

6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman

Transmigrasi

Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. .............................................................................. 59 – 67

7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheue

(Banda Aceh) – Lanteng (Pulo Aceh)

Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. ............................................................... 68 – 84

8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang

Oleh Ambia Nurdin, S.Pd., S.K.M. ............................................................. 85 – 99

9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus

Listrik

Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. ................................................................... 100 – 109

10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM

Oleg Ema Dauyah, M.Ed. ....................................................................... 110 – 119

Page 4: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

70

ANALISIS KELAYAKAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTASAN

ULEE LHEU (BANDA ACEH)-LAMTENG (PULO ACEH)

Yulfrita Adamy, S.E., M.Si.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara kepu-

lauan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau

besar maupun gugusan pulau-pulau kecil yang

terbentang dari Sabang sampai Mereuke. Hal

inilah yang mana negara kita memerlukan

angkutan penyeberangan untuk menghubung-

kan antara pulau tersebut.

Angkutan peyeberangan adalah salah

satu bentuk sistem transportasi yang diperlukan

untuk menjangkau daerah-daerah yang dibatasi

oleh sungai, laut, selat, maupun teluk. Kegiatan

angkutan penyebrangan bukanlah merupakan

kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan

erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial

yang berada dalam jangkauan pelayanan

angkutan penyebrangan tersebut.

Provinsi Aceh mempunyai luas daerah

yang relatif besar, yakni mencapai 57.365,57

Km2 yang terbagi dalam 23 kabupaten/kota, di

mana Provinsi Aceh mempunyai beberapa

gugus kepulauan yang terletak di sisi Barat dan

Utara dari pulau Sumatera. Daerah kepulauan

tersebut memiliki jumlah penduduk dan

produksi, seperti: hasil pertanian, perkebunan,

perikanan dan termasuk pariwisata yang

membutuhkan transportasi laut. Dalam hal ini

keterkaitan antara wilayah daratan dan

kepulauan dalam beberapa hal mengindi-

kasikan pentingnya peningkatan layanan

transportasi antara daratan dan kawasan

kepulauan tersebut. Sampai sejauh ini, di

beberapa kawasan pulau tersebut telah tersedia

prasarana berupa pelabuhan seperti pelabuhan

penyeberangan Balohan, pelabuhan penyebe-

rangan Ulee Lheu, pelabuhan penyeberangan

Sinabang, pelabuhan penyeberangan Lamteng,

pelabuhan penyeberangan Labuhan Haji,

pelabuhan penyeberangan Singkil dan

pelabuhan penyeberangan Pulau Banyak.

Semua lintasan angkutan penyeberangan yang

beroperasi di Provinsi Aceh dilaksanakan oleh

PT. ASDP (Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangan).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian

di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

adalah apakah angkutan penyeberangan pada

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng

(Pulo Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk mengkaji kelayakan angkutan penyebe-

rangan pada lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)

– Lamteng (Pulo Aceh) secara ekonomis dan

finansial.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan masukan dan rekomendasi

kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Informasi dan Telematika Pemerintah

Aceh terhadap strategi pengembangan

sistem transportasi Penyeberangan lintas

Ulee Lheu – Lamteng.

Page 5: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

71

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain

yang tertarik untuk meneliti bidang ini

dalam rangka pengembangan kawasan

Kecamatan Pulo Aceh

II. METODE PENELITIAN

2.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam analisis ini yang diperhatikan

adalah hasil yang harus diterima oleh investor

atau siapa saja yang berkepentingan dalam

proyek tersebut.Penelitian ini dilakukan di

pelabuhan penyeberangan PT. ASDP (Persero)

cabang Aceh yang berada di Ulee Lheu (Banda

Aceh) dan pelabuhan penyeberangan Lamteng

(Kecamatan Pulo Aceh). Kapal penyeberangan

yang beroperasi di lintasan penyeberangan

Ulee Lheu – Lamteng adalah kapal ferry type

Ro-Ro KMP. Simeuleu dengan kapasitas kapal

yang dapat mengangkut 15 kendaraan dan 240

penumpang.

2.2 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

instansi terkait terutama PT ASDP (Persero).

Pengumpulan data sekunder merupakan

pengumpulan data secara tidak langsung dari

sumber/obyek. Dimana data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi dan sudah

dikumpulkan. Biasanya data-data diperoleh

dari tulisan seperti buku-buku teori, buku

laporan, peraturan-peraturan, dan dokumen

baik yang berasal dari instansi terkait maupun

hasil kajian literatur yang sudah dalam bentuk

publikasi sehingga penulis hanya bertugas

mengumpulkan dan mengolah data tersebut

sehingga sesuai dengan data yang dibutuhkan

oleh penulis untuk menyelesaikan penulisan

ini.

2.3 Model Analisis Data

Sesuai dengan topik penelitian yaitu

kelayakan ekonomi dan finansial

penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng,

maka metode analisis yang digunakan kriteria

kelayakan investasi. Kriteria yang

dimaksudkan terdiri dari Net Present Value

(NPV) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

Sedangkan kriteria lainnya seperti Internal rate

of return (IRR) tidak dimasukkan. Hal ini

disebabkan aliran penerimaan (revenue) dari

penggunaan KMP Simeulue dalam melayani

penyeberangan Ulee Lheu-Lamteng relatif

lebih besar bila dibandingkan dengan biaya

(cost) yang dikeluarkan PT ASDP (Persero)

untuk setiap periode waktu analisis.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV adalah selisih

antara jumlah kas yang dihasilkan sebuah

proyek investasi (setelah memperhi-

tungkan nilai waktu uang) dan nilai

investasi yang diperlukan atau selisih

antara present value dari sebuah proyek

dan investasi awal, dengan formula

sebagai berikut:

n

1i0

I

k1

iCF

NPVi

, atau

0I

nk1

nCF.....

3k1

3CF

2k1

2CF

k1

1CF

NPV

Dengan :

I0 : Investasi awal

k : Tingkat diskonto

CFi : Arus kas tahun i

Kriteria kelayakan usaha dengan

menggunakan NPV sebagai berikut:

Page 6: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

72

b. Apabila NPV > 0 dapat diartikan

bahwa usaha layak dilakukan, artinya

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo

Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

c. Apabila NPV < 0 dapat diartikan

bahwa usaha tidak layak dilakukan,

artinya angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) –

Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak

secara ekonomis dan finansial.

2. Grosss Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C)

adalah perbandingan antara benefit kotor

yang telah di-discount dengan cost secara

keseluruhan yang telah di-discount,

dirumuskan sebagai berikut:

n

1i)1(

iC

n

1i)1(

iB

B/C Grossn

r

nr

Kriteria kelayakan investasi dengan

menggunakan Gross B/C sebagai berikut:

- Apabila Gross B/C > 1 dapat diartikan

bahwa usaha layak dilakukan, artinya

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo

Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

- Apabila Gross B/C < 1 dapat diartikan

bahwa usaha tidak layak dilakukan,

artinya angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) –

Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak

secara ekonomis dan finansial.

Sebelum dilakukan analisis kelayakan

angkutan penyeberangan secara ekonomis dan

finansial, dilakukan estimasi terhadap jumlah

penumpang (orang), kendaraan (unit) dan

barang (ton) yang dapat dilayani oleh angkutan

penyeberangan KMP Simeulue. Sesuai dengan

ketersediaan data, dasar estimasi adalah data

kwartal selama periode kwartal IV tahun 2008

hingga kwartal IV tahun 2010 (n = 9).

Peralatan yang digunakan untuk melakukan

estimasi adalah metode trend linier

diformulasikan sebagai berikut.

Y = a + bX

Di mana :

Y : Nilai yang diestimasi yang dalam hal ini

adalah jumlah penumpang (orang),

kendaraan (unit) dan barang (ton).

a : Konstanta

b : Koefisien regresi

X : Periode waktu (kwartal).

Setelah diketahui estimasi penumpang

(orang), kendaraan (unit) dan barang (ton) pada

setiap kwartal dalam periode tahun tertentu,

kemudian dibuat estimasi tahunan dengan cara

melakukan penjumlahan jumlah penumpang

(orang), kendaraan (unit) atau barang (ton)

yang diangkut oleh KMP Simeulue mulai dari

kwartal I-IV dalam periode tahun yang sama.

2.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel yang dioperasionalkan dalam

penelitian ini terdiri dari variabel-variabel yang

digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi

dan finansial berkaitan dengan angkutan

penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng.

Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai

berikut.

1. Investasi, adalah investasi yang dike-

luarkan oleh PT ASPD (Persero) untuk

memulai angkutan penyeberangan lintasan

Ulee Lheu - Lamteng. Investasi yang

dimaksudkan adalah dalam bentuk

pembelian kapal KMP Simeulue diukur

dengan satuan rupiah.

2. Biaya operasional

Page 7: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

73

Biaya operasional, adalah biaya-biaya

(cash outflow) yang dikeluarkan oleh PT

ASDP (Persero) berkaitan dengan

pengoperasionalan KMP Simeulue, terdiri

dari:

a. Biaya tetap, terdiri dari gaji ABK,

kesehatan ABK, makanan ABK, air

tawar ABK, dan asuransi dengan

satuan rupiah.

b. Biaya variabel, terdiri dari bahan

bakar (BBM) untuk memenuhi mesin

induk dan mesin bantu, pelumas untuk

mesin induk dan mesin bantu, air

tawar untuk penumpang, biaya

pelabuhan (kapal istirahat), biaya

pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu

dan biaya overhead/alokasi perawatan

kapal setiap tahun, dengan satuan

rupiah.

c. Biaya docking tahunan adalah biaya

perawatan kapal pada saat docking di

setiap tahunnya dengan satuan rupiah.

3. Penerimaan usaha

Penerimaan usaha dalam hal ini adalah

penerimaan (cash inflow) yang diperoleh

PT ASDP (Persero) berkaitan dengan

pengoperasionalan KMP Simeulue untuk

melayani angkutan penyeberangan lintasan

Ulee Lheu-Lamteng. Penerimaan usaha

dimaksud terdiri dari :

a. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan penumpang adalah hasil

perkalian antara jumlah penumpang

yang diangkut dalam periode tahun

tertentu dengan harga tiket (tarif

pelayanan) per penumpang (orang)

pada periode tahun tersebut dengan

satuan rupiah.

b. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan kendaraan adalah hasil

perkalian antara jumlah kendaraan

yang diangkut dalam periode tahun

tertentu dengan harga tiket (tarif

pelayanan) per unit kendaraan pada

periode tahun tersebut dengan satuan

rupiah.

c. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan barang adalah hasil

perkalian antara jumlah barang yang

diangkut dalam periode tahun tertentu

dengan tarif pelayanan per ton barang

pada periode tahun tersebut dengan

satuan rupiah.

4. Tarif pelayaran, adalah besarnya nilai

nominal yang harus dibayarkan oleh

seseorang untuk memanfaatkan layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue

lintasan Ulee Lheu-Lamteng tidak

termasuk tarif asuransi. Dengan demikian

tarif pelayaran adalah harga tiket atau

biaya yang dibayarkan penumpang baik

atas orang, kendaraan, maupun barang

setelah dikurangi dengan tarif asuransi

masing-masing jenis angkutan tersebut,

diukur dengan satuan rupiah.

III. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

3.1 Investasi dan Biaya Operasional KMP

Simeulue

Pengoperasian KMP Simeulue untuk

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

membutuhkan investasi dan biaya operasional.

Perhitungan kebutuhan investasi dan biaya

operasional yang harus dikeluarkan PT ASDP

berkaitan dengan pelayanan transportasi laut

dari dan ke Pulo Aceh dijelaskan dalam sub

bab berikut.

3.1.1 Investasi Angkutan Penyeberangan

KMP Simeulue

Dalam perspektif kelayakan usaha

dari segi finansial, investasi dapat diartikan

Page 8: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

74

sebagai dana yang dikeluarkan oleh pengusaha

untuk memulai suatu usaha. Karena itu, dalam

kajian mengenai kelayakan angkutan penyebe-

rangan, maka investasi dimaksud adalah

besarnya dana yang dikeluarkan untuk memulai

usaha angkutan penyebarangan terutama dalam

bentuk biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian kapal. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dana yang keluarkan oleh PT ASDP

untuk pengadaan KMP. Simeulue sebesar Rp

15.000.000.000,00 dengan masa produktif

selama 27 tahun, nilai sisa (residu) kapal

tersebut diperkirakan sebesar 10% dari nilai

awal. Dengan demikian nilai sisa (residu) dari

KMP Simeulue sebesar Rp 1.500.000.000,00.

Penyusutan (depresiasi) per tahun

dilakukan secara garis lurus, sehingga besarnya

penyusutan per tahun sebesar Rp

500.000.000,00 dicari dengan membagi dasar

penyusutan dengan jangka waktu analisis.

Dasar penyusutan diperoleh dari hasil

pengurangan antara harga perolehan (harga

kapal pada awal periode) di satu sisi dengan

nilai sisa (residu) pada akhir periode analisis di

sisi lain, seperti perhitungan di bawah ini.

27

0001.500.000. Rp. - .00015.000.000 Rp Depresiasi

27

.000,0013.000.000 Rp Depresiasi

0,00500.000.00 Rp Depresiasi

3.1.2 Perhitungan Biaya Operasional KMP.

Simeulue dan Total Biaya.

Biaya operasional yang dimaksudkan

dalam kajian ini adalah biaya-biaya yang harus

dikeluarkan oleh PT. ASDP (Persero) setelah

adanya investasi. Biaya operasional dimaksud

terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya

variabel (variable cost) dan biaya docking

tahunan.

(1) Biaya tetap (fixed cost), terdiri dari gaji

ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air

tawar ABK, dan asuransi. KMP Simeulue

memiliki 14 orang ABK dengan gaji per

hari sebesar Rp 70.000,00. Berdasarkan

ketentuan yang berlaku dalam pembayaran

gaji dimaksud, satu tahun dihitung selama

365 hari, sehingga besarnya pembayaran

gaji ABK per tahun sebesar Rp

357.700.000,00 (14 X Rp 70.000,00 X

365). Selanjutnya biaya kesehatan yang

diterima oleh setiap ABK sebesar Rp

8.000,00 per hari. Total biaya kesehatan

dimaksud per tahun sebesar Rp

40.880.000,00 (14 X Rp 8.000,00 X 365).

Selanjutnya biaya makanan ABK dihitung

sebesar Rp 20.000,00 per orang/hari. Total

biaya makan ABK per tahun sebesar Rp

102.200.000,00 (14 X Rp 20.000,00 X

365).

Biaya tetap berikutnya adalah biaya air

tawar ABK dan biaya asuransi. Air tawar

yang dimaksudkan adalah air tawar untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Besarnya biaya air tawar per tahun untuk

memenui kebutuhan ABK sebesar

Rp. 33.726.000,00. Selanjutnya biaya tetap

untuk pembayaran asuransi adalah sebesar

Rp 129.600.000,00 per tahun.

(2) Biaya variabel (variable cost), terdiri dari

bahan bakar (BBM) untuk memenuhi

mesin induk dan mesin bantu, pelumas

untuk mesin induk dan mesin bantu, air

tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan

(kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal

sandar), biaya rambu dan biaya

overhead/alokasi perawatan kapal setiap

tahun.

Biaya bahan bakar minyak untuk

memenuhi kebutuhan mesin induk sebesar

Rp 284.582.938,00 per tahun, dan untuk

memenuhi kebutuhan mesin bantu sebesar

Rp 458.933.904,00 per tahun. Biaya

Page 9: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

75

pelumas untuk memenuhi kebutuhan

mesin induk sebesar Rp 25.709.042,00 per

tahun, dan untuk memenuhi kebutuhan

mesin bantu sebesar Rp 41.459.798,00 per

tahun. Pengeluaran untuk air tawar

penumpang sebesar Rp 1.137.629,00 per

tahun. Selanjutnya biaya kapal istirahat/

sandar masing-masing sebesar Rp

10.656.000,00 per tahun. Demikian pula

halnya dengan biaya rambu sebesar Rp Rp

10.656.000,00 per tahun. Terakhir biaya

variabel berkaitan dengan pengoperasian

KMP Simeulue adalah biaya

overhead/alokasi perawatan kapal sebesar

Rp 66.410.600,00 per tahun.

(3) Biaya docking tahunan, biaya ini dialokasi-

kan untuk perawatan kapal dengan total

biaya sebesar Rp. 370.000.000,00 per

tahun.

Besarnya biaya operasional berdasar-

kan masing-masing jenis biaya seperti

dijelaskan di atas dapat dilihat Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1

Page 10: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

76

Biaya Operasional KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun

No Kelompok Biaya Biaya per Item

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

I

II

III

Biaya Tetap (Fixed Cost)

1. Gaji ABK

2. Kesehatan ABK

3. Makanan ABK

4. Air Tawar ABK

5. Asuransi

Total Biaya Tetap

Biaya Variabel (Variable

Cost)

1. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Mesin Induk

Mesin Bantu

2. Pelumas

Mesin Induk

Mesin Bantu

3. Air Tawar untuk penumpang

4. Biaya pelabuhan (Kapal

Istirahat)

5. Biaya pelabuhan (Kapal

Sandar)

6. Biaya Rambu

7. Overhead/alokasi perawatan

kapal

Total Biaya Variabel

Biaya Docking Tahunan

357.700.000,00

40.880.000,00

102.200.000,00

33.726.000,00

129.600.000,00

284.582.938,00

458.933.904,00

25.709.042,00

41.459.798,00

1.137.629,00

10.656.000,00

10.656.000,00

10.656.000,00

66.410.600,00

370.000.000,00

664.106.000,00

910.201.911,00

370.000.000,00

1.944.307.911,00

Sumber: PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa

biaya operasional dalam bentuk biaya tetap

yang dikeluarkan berkaitan dengan pengope-

rasian KMP Simeulue guna melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng sebesar

Rp 664.106.000,00 per tahun, belum termasuk

penyusutan (depresiasi) kapal. Biaya opera-

sional dalam bentuk biaya variabel sebesar

Rp 910.201.911,00 per tahun, dan biaya

docking tahunan sebesar Rp 370.000.000,00

per tahun. Total biaya operasional sebesar Rp

1.944.307.911,00 per tahun.

Sesuai dengan asumsi yang digunakan

dalam analisis kelayakan ini, dimana biaya

operasional diasumsikan naik sebesar 5%

dalam setiap 5 tahun mulai tahun 2016. Total

biaya dalam periode tahun tertentu merupakan

Page 11: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

77

penjumlahan keseluruhan pengeluaran dalam

tahun tersebut termasuk penyusutan

(depresiasi) armada angkutan. Sebagaimana

yang telah dijelaskan sebelumnya, penyusutan

(depresiasi) armada angkutan per tahun sebesar

Rp 500.000.000,00. Dengan demikian total cost

(pengeluaran total) selama periode tahun 2008

hingga tahun 2035 seperti terlihat dalam Tabel

2 berikut.

Tabel 2

Investasi, Depresiasi dan Biaya Operasional KMP Simeulue Serta Total Biaya

Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun

Selama Periode Tahun 2008-2035

Tahun

Tahun

Ke

Biaya

Investasi

(Rp)

Depresiasi

(Penyusutan)

(Rp)

Biaya

Operasional

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1 2 3 4 5 6 (3 + 4 + 5)

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

2033

2034

2035

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

15,000,000,000

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

486,076,978

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

15,486,076,977.75

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

Page 12: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

78

Sumber: PT. ASDP (Persero) dan Hasil Estimasi Peneliti.

3.2 Estimasi Jumlah Angkutan dan

Penerimaan

3.2.1 Estimasi Jumlah Angkutan

Lintas penyeberangan Ulee Lheu -

Lamteng baru beroperasi pada kwartal IV

tahun 2008 dan prediksi jumlah penumpang

dan barang pada pelabuhan penyeberangan

Ulee Lheu - Lamteng harus dilakukan karena

data utama masukan model adalah jumlah

penumpang dan barang. Secara garis besar, jasa

angkutan penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng

tidak hanya melayani penumpang (orang) akan

tetapi juga melayani kendaraan dan barang.

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah

penumpang yang memanfaatkan layanan jasa

KMP Simeulue lintasan penyeberangan Ulee

Lheu – Lamteng mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu, seperti terlihat dalam Tabel 3

di bawah ini.

Tabel 3

Perkembangan Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan

Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

Selama Kwartal IV Tahun 2008-Kwartal IV Tahun 2010

Uraian

Tahun

2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Kwartal

IV

Kwartal

I

Kwartal

II

Kwartal

III

Kwartal

IV

Kwartal

I

Kwartal

II

Kwartal

III

Kwartal

IV

Penumpang

(Orang)

Dewasa

Anak

538

135

643

161

729

182

742

186

988

247

1.068

267

812

203

1.165

291

1.322

331

Kendaraan

(Unit)

Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Golongan V

Golongan VI

Golongan VII

-

120

-

25

20

12

3

-

135

-

45

29

13

4

-

147

-

57

29

14

6

-

150

-

63

32

14

5

-

163

-

67

35

15

8

-

142

-

55

29

13

5

-

146

-

49

33

14

7

-

148

-

68

32

16

6

-

163

-

61

33

14

6

Page 13: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

79

Golongan VIII 4 4 4 4 4 4 5 4 4

Barang (Ton) 100 111 112 114 117 113 114 115 113

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan data kwartal seperti terlihat dalam

Tabel 1 di atas, maka estimasi (perakiraan)

jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit)

dan barang (ton) yang memanfaatkan layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue hingga

tahun 2035 (n = 27) seperti terlihat dalam

Tabel 4.

Page 14: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

80

Tabel 4

Estimasi Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan

Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

Hingga Periode Tahun 2035

Tahun Penumpang

(Orang)

Kendaraan

(Unit) Barang

(Ton) Dewasa

Anak-

Anak Jumlah Gol II Gol IV Gol V

Gol

VI Gol VII Gol VIII

2008

2009

2010

1.182

3.102

4.367

295

776

1.092

1.477

3.878

5.459

120

595

599

25

232

233

20

125

127

12

56

57

3

23

24

4

16

17

100

454

455

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

5.810

7.194

8.579

9.964

11.348

12.733

14.118

15.502

16.887

18.272

19.657

21.042

22.426

23.811

25.196

26.580

27.965

29.350

30.734

32.119

1.452

1.798

2.145

2.491

2.837

3.183

3.530

3.876

4.222

4.568

4.914

5.260

5.606

5.953

6.299

6.645

6.991

7.338

7.684

8.030

7.262

8.992

10.724

12.455

14.185

15.916

17.648

19.378

21.109

22.840

24.571

26.302

28.032

29.764

31.495

33.225

34.956

36.688

38.418

40.149

671

725

779

832

885

939

993

1.047

1.100

1.153

1.207

1.261

1.315

1.368

1.421

1.475

1.529

1.583

1.636

1.689

299

350

401

450

502

551

602

653

702

754

803

854

905

954

1.006

1.055

1.106

1.157

1.206

1.258

150

166

186

202

220

238

254

274

290

308

326

342

362

378

396

414

430

450

466

484

62

67

71

75

79

84

88

93

97

101

105

110

114

118

122

127

131

135

139

144

31

37

42

47

53

58

63

69

74

79

85

90

95

101

106

111

117

122

127

133

16

17

20

20

20

20

20

20

20

22

24

24

24

24

24

24

24

28

28

28

478

495

514

530

550

566

586

602

621

638

656

674

692

710

727

746

763

782

798

818

Page 15: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

81

2031

2032

2033

2034

2035

33.504

34.890

36.274

37.658

39.043

8.376

8.722

9.068

9.415

9.761

41.880

43.612

45.342

47.073

48.804

1.743

1.797

1.851

1.904

1.957

1.307

1.358

1.409

1.458

1.510

502

518

538

554

572

148

152

157

161

165

138

143

149

154

159

28

28

28

28

30

834

854

870

889

906

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010 dan Hasil Estimasi Peneliti.

Data penumpang, kendaraan dan barang pada

tahun 2008 adalah data riil pada kwartal IV

tahun tersebut. Selanjutnya data tahun 2009

dan tahun 2010 adalah penjumlahan

penumpang, kendaraan dan barang selama

periode tahun tersebut. Selanjutnya data tahun

2011 hingga tahun 2035 merupakan data

estimasi atau perakiraan yang diperoleh dengan

metode trend linier (data estimasi dapat dilihat

lampiran 1 hingga lampiran 8).

3.2.2 Estimasi Penerimaan

Penerimaan usaha layanan jasa

penyeberangan KMP Simeulue lintasan Ulee

Lheu -Lamteng berasal dari tarif angkutan.

Tarif angkutan yang dimaksudkan dalam

penelitian ini bukanlah dihitung sebesar nilai

nominal biaya transportasi yang dibayarkan

oleh penumpang atau pengguna jasa

penyeberangan atas layanan penyeberangan

yang mereka terima. Hal ini disebabkan, harga

tiket atau ongkos yang dibayarkan oleh

pengguna jasa penyeberangan sudah termasuk

tarif asuransi. Besarnya tarif (asuransi dan

pelayaran) KMP Simeulue lintasan penye-

berangan Ulee Lheu-Lamteng seperti terlihat

dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5

Tarif KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

No Jenis Satuan Tarif Per Satuan (Rp) Tiket/Tarif

Dibayar (Rp) Asuransi Pelayaran

I

II

Penumpang

Ekonomi B Dewasa

Ekonomi B Anak

Kendaraan

Golongan I *

Golongan II

Golongan III *

Golongan IV

Golongan V

Golongan VI

Orang

Orang

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

1.850

925

90

700

2.450

4.025

4.375

5.250

11.150

7.075

6.910

15.300

55.550

115.975

166.625

204.750

13.000

8.000

7.000

16.000

58.000

120.000

171.000

210.000

Page 16: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

82

III

Golongan VII

Golongan VIII

Barang

Unit

Unit

Ton

5.250

5.250

6.150

317.750

379.750

73.850

323.000

385.000

80.000

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

Keterangan :

*) Belum memanfaatkan layanan

penyeberangan KMP Simeulue.

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui

bahwa harga tiket atau tarif yang dibayarkan

oleh pengguna jasa angkutan penyeberangan

KMP Simeulue lintasan Ulee Lheu-Lamteng

terdiri dari tarif pelayaran dan tarif asuransi.

Tarif asuransi pada dasarnya adalah bagian dari

tarif/ongkos transportasi yang dibayarkan oleh

pengguna jasa transportasi tetapi menjadi hak

perusahaan jasa asuransi, sehingga tidak dapat

dihitung sebagai penerimaan perusahaan jasa

transportasi. Karena itu, dalam perhitungan

penerimaan (benefit) perusahaan jasa penye-

berangan, tarif yang dihitung adalah tarif

pelayaran.

Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam bab sebelumnya, asumsi yang digunakan

untuk menganalisis kelayakan finansial layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue di

antaranya adalah ongkos angkutan atau harga

tiket yang harus dibayarkan oleh penumpang

meningkat sebesar 20% setiap 5 tahun mulai

dari tahun 2016. Karena itu, besarnya

penerimaan jasa penyeberangan dicari dengan

menjumlahkan tarif pelayaran untuk seluruh

penumpang (orang), kendaraan (unit) ditambah

dengan barang ton yang diangkut oleh KMP

Simeulue.

3.3 Analisis Kelayakan (Finansial)

Angkutan Penyeberangan Ulee-Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

Sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya, kriteria yang digunakan dalam

analisa kelayakan angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) - Lamteng

(Pulo Aceh) mengacu pada kriteria kelayakan

investasi. Kriteria yang dimaksud dibatasi

hanya pada net present value (NPV) dan gross

benefit cost ratio (Gross B/C). Sedangkan

internal rate of return (IRR) tidak digunakan

dalam analisa ini. Hal ini disebabkan aliran kas

masuk berupa penerimaan (cash inflow) dari

usaha angkutan penyeberangan pada setiap

periode waktu analisis lebih kecil bila

dibandingkan dengan aliran kas keluar (cash

outflow) usaha tersebut.

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara jumlah kas

yang dihasilkan sebuah proyek investasi

(setelah memperhitungkan nilai waktu uang)

dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih

antara present value dari sebuah proyek dan

investasi awal. Dalam hal ini, NPV adalah

jumlah penerimaan yang diterima PT ASDP

(Persero) dari pengoperasian KMP Simeulue

dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) (setelah

memperhitungkan nilai waktu uang) dengan

nilai investasi yang diperlukan, yang dalam hal

ini investasi yang dimaksudkan adalah

pembelian kapal.

Page 17: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

83

Penerimaan bersih (net benefit) dari

penggunaan angkutan penyeberangan KMP

Simeulue setiap periode waktu analisis

menunjukkan nilai negatif yang berarti biaya

operasional yang harus dikeluarkan oleh PT

ASDP (Persero) lebih besar bila dibandingkan

dengan penerimaan yang diperoleh (dari tiket

penumpang, ongkos pengangkutan kendaraan

dan ongkos barang). Investasi atau total biaya

pada awal periode analisis (kwartal IV tahun

2008) adalah sebesar Rp 15.458.739.398,00

dengan perincian pembelian kapal sebesar Rp

15.000.000.000,00 dan biaya operasional

selama kwartal IV tahun 2008 sebesar Rp

486.076.978,00. Selanjutnya total net benefit

yang telah di-discount adalah keseluruhan net

benefit selama periode tahun 2009 hingga

tahun 2035 sebesar - Rp 16.175.159.311,00

ditambah dengan present value dari nilai sisa

(residu) kapal sebesar Rp 70,500,000,00 pada

akhir periode analisis. Dengan demikian

jumlah keseluruhan kas yang dihasilkan

menunjukkan angka negatif sebesar -

16.104.659.311,00 (- Rp 16,175,159,311 + Rp

70,500,000,00). Mengacu pada rumus yang

telah dikemukakan, maka besarnya nilai NPV

dapat dicari sebagai berikut (untuk lebih

jelasnya lihat lampiran 9).

n

1i0

I

k1

iCF

NPVi

,39815,458,739 - .31116.104.659 Rp. - NPV

,70931,563,398 Rp. - NPV

Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut dapat diketahui bahwa Net Present

Value (NPV) dari angkutan penyeberangan

KMP Simeulue menunjukkan angka negatif

yaitu sebesar - Rp 31.563.398.709,00. Angka

ini lebih kecil dari 0,00 (NPV < 0) dapat

diartikan bahwa dengan menggunakan jangka

waktu analisis selama 27 tahun (periode tahun

2009-2035) maka total kerugian yang harus

ditanggung oleh PT ASDP (Persero) dari

pengoperasian KMP Simeulue guna melayani

rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) adalah sebesar Rp

31.563.398.709,00. Jumlah ini jauh lebih besar

bila dibandingkan dengan nilai investasi

(pembelian kapal motor tersebut) yang hanya

sebesar Rp 15.000.000.000,00. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa jika dilihat

dari aspek bisnis terutama kelayakan usaha

menurut sudut pandang PT ASDP (Persero)

sebagai penyedia jasa angkutan, pengoperasian

angkutan penyeberangan KMP Simeuleu guna

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sangat

tidak layak. Hal ini disebabkan perusahaan

selalu mengalami kerugian dari pada setiap

tahunnya.

b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C

Ratio)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C)

adalah perbandingan antara benefit kotor yang

telah di-discount dengan cost secara

keseluruhan yang telah di-discount. Hasil

perhitungan menunjukkan total benefit kotor

yang telah di-discount atau present value dari

penerimaan usaha berkaitan dengan

pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani

angkutan penyeberangan Ulee Lheu (Banda

Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sebesar Rp

3.894.870.244,37. Sedangkan total cost yang

telah di-discount atau present value dari

keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk

pengoperasian kapal motor tersebut sebesar Rp.

35.528.768.953,51, sehingga gross benefit cost

ratio (Gross B/C) dicari sebagai berikut.

(Perhitungan Gross Benefit Cost Ratio lihat

lampiran 9).

.953,5135.528.768 Rp.

244,373.894.870. Rp B/C Gross

0,1096 B/C Gross

Gross B/C berdasarkan perhitungan

menunjukkan angka lebih kecil dari 1,00 dapat

diartikan bahwa benefit PT ASDP (Persero)

Page 18: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

84

dari pengoperasian KMP Simeulue untuk

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) jauh lebih

kecil bila dibandingkan dengan pengeluaran

yang ditanggung perusahaan. Bahkan nilai

Gross B/C sebesar 0,1096 dapat juga diartikan

bahwa penerimaan usaha angkutan

penyeberangan dimaksud hanya 10,96 persen

dari total pengeluaran yang harus ditanggung

oleh perusahaan. Dengan demikian berarti,

bahwa pengangkutan tersebut selalu merugi,

hanya saja dapat melakukan operasinya karena

mendapat subsidi pemerintah.

3.4 Analisis Ekonomi Angkutan

Penyeberangan Ulee-Lheu (Banda

Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

Analisis ekonomi yang dimaksudkan

dalam hal ini berkaitan dengan dampak

ekonomi yang dirasakan masyarakat Pulo Aceh

setelah adanya pengoperasian KMP. Simeulue

dalam melayani rute penyeberangan pada

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng

(Pulo Aceh). Keberadaan KMP tersebut sudah

memberikan dampak positif bagi kelancaran

kegiatan ekonomi masyarakat di Polu Aceh.

Indikator yang dapat dijadikan tolok ukur

peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat

adalah arus barang, pendapatan masyarakat

serta perkembangan infrastruktur dikawasan

Pulo Aceh terutama yang berada di sekitar

Lamteng.

1. Dampak ekonomi berkaitan dengan arus

barang.

Dengan dibukanya rute penyeberangan

KMP. Simeulue telah dapat meningkatkan

arus barang dan jasa termasuk kendaraan

dari dan ke Pulo Aceh. Sebelumnya arus

barang sedikit dan kendaraan roda empat

sulit untuk diseberangkan. Rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)

ke Pulo Aceh hanya memanfaatkan kapal

nelayan dengan kapasitas penumpang

sebanyak 100 orang dan 1 unit mobil

pikap. Biaya transportasi juga relatif mahal

yaitu sebesar Rp 15.000 per orang belum

termasuk barang bawaan. Adapun ongkos

transportasi untuk satu unit mobil sebesar

Rp 1.500.000. Akibatnya, sebelum

pengoperasian KMP. Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh),

masyarakat Pulo Aceh tidak hanya sulit

memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi

juga hidup dalam keterisolasian. Kondisi

kehidupan masyarakat di Pulo Aceh sangat

jauh berbeda dengan kondisi kehidupan

masyarakat di daratan Aceh.

Setelah pengoperasian KMP Simeulue

guna melayani rute penyeberangan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

terjadi peningkatan arus barang dan jasa.

Masyarakat yang dulunya kesulitan dalam

hal transportasi disebabkan tingginya biaya

angkutan dan hanya menggunakan kapal

nelayan, saat ini sudah bisa menikmati

kemudahan. Selain tarif angkutan yang

harus mereka bayarkan jauh lebih murah,

mereka juga dapat membawa barang

dalam jumlah besar. Demikian pula bagi

mereka yang ingin membawa kendaraan

dari dan ke Pulo Aceh. Tarif angkutan

untuk satu unit bus ukuran kecil hanya

sebesar Rp 171.000,00 sudah termasuk

asuransi.

2. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

pendapatan masyarakat.

Adanya pengoperasian KMP Simeulue

guna melayani rute penyeberangan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

telah menjadi rangsangan bagi masyarakat

untuk meningkatkan kegiatan ekonomi

produktif. Masyarakat yang tinggal di

kawasan Pulo Aceh sudah dapat

memasarkan hasil pertanian mereka

dengan waktu yang relatif cepat bila

dibandingkan dengan kondisi sebelum

adanya pengoperasian kapal motor

Page 19: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

85

tersebut. Mereka juga bisa membawa

barang dengan jumlah relatif besar dengan

biaya yang jauh lebih murah bila

dibandingkan biaya transportasi yang

harus dikeluarkan jika memanfaatkan

kapal nelayan. Artinya pengoperasian

KMP Simeulue dalam melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) telah meningkatkan

efisiensi kegiatan ekonomi masyarakat dan

pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

3. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

perbaikan infrastruktur

Pengoperasian KMP Simeulue telah

membawa dampak positif bagi perbaikan

infrastruktur di kawasan tersebut. Pada

kondisi sebelumnya, tidak satu pun ruas

jalan beraspal di Pulo Aceh. Hal ini selain

disebabkan sedikitnya jumlah kendaraan

bermotor, biaya transportasi bagi material

yang dibutuhkan untuk pembangunan

infrastruktur di kawasan tersebut juga

relatif mahal. Ongkos angkut untuk satu

karung pasir bangunan mencapai sebesar

Rp 3.000 (Anonymous, 2008). Akibatnya

selain infrastruktur yang sangat

memprihatinkan, perumahan penduduk

dikawasan Pulo Aceh juga sangat jauh

berbeda dengan perumahan masyarakat

yang tinggal di daratan Aceh.

Setelah dibukanya rute penyeberangan

Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo

Aceh) sudah terjadi perbaikan

infrastruktur. Sebagian jalan di kawasan

tersebut sudah beraspal, terutama di

kawasan Lamteng. Selain itu, jumlah

kendaraan roda empat di Pulo Aceh juga

sudah mengalami peningkatan. Sekalipun

tidak ada data kuantitatif yang mencatat

tentang jumlah riil kendaraan di kawasan

tersebut, namun berdasarkan hasil

wawancara dengan aparat Kantor

Kecamatan Pulo Aceh diperoleh informasi

jumlah kendaraan di Pulo Aceh meningkat

dari waktu ke waktu. Bahkan truk

inercouler pun sudah bisa ke Pulo Aceh.

Selain terjadinya perbaikan inftrastruktur

untuk kepentingan masyarakat, kondisi

perumahan masyarakat juga semakin baik.

Masyarakat yang tinggal di kawasan Pulo

Aceh sudah dapat memperoleh bahan

bangunan seperti semen, besi dan lain

sebagainya dengan harga relatif lebih

murah akibat murahnya biaya transportasi

setelah pengoperasian KMP Simeulue.

Hingga saat ini sudah banyak rumah

masyarakat di kawasan tersebut dengan

kontruksi semen. Kondisi saat ini jauh

berbeda dengan kondisi sebelum

pengoperasian KMP Simeulue dimana

secara umum bangunan fisik rumah

penduduk di kawasan tersebut

berkontruksi kayu.

4. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

peningkatan mobilisasi penduduk terma-

suk kunjungan wisata ke Pulo Aceh.

Sejak pengoperasian KMP Simeulue guna

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke

Pulo Aceh. Bahkan pengunjung yang

datang ke Pulo Aceh tidak hanya berasal

dari Kota Banda Aceh, tetapi juga dari

daerah lain selain Banda Aceh. Bahkan

turis manca negara pun sudah mulai

mendatangi daerah tersebut sebagai tempat

berlibur. Mereka yang mengunjungi Pulo

Aceh tidak hanya dengan tujuan

menikmati panorama alam, akan tetapi

juga menghabiskan waktu liburan dengan

cara memancing ikan di kawasan pulau

tersebut.

Meningkatnya jumlah masyarakat yang

berkunjung ke Pulo Aceh sudah membawa

dalam positif bagi peningkatan kegiatan

ekonomi produktif. Indikasi ini secara

nyata terlihat dari munculnya pedagang

Page 20: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

86

kecil disekitar kawasan pelabuhan yaitu

Desa Lamteng Pulo Aceh.

Berdasarkan uraian di atas dapat

dipahami bahwa sekalipun pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute penyeberangan

Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

tidak layak jika dipandang dari aspek finansial

yang berorientasi bisnis, namun layak secara

ekonomi. Karena keberadaan KMP tersebut

sudah tidak hanya dapat membawa dampak

positif bagi peningkatan kegiatan ekonomi

produktif dikalangan masyarakat, akan tetapi

lebih penting lagi mampu membuka

keterisolasian Pulo Aceh dan pulau-pulau di

sekitarnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian analisa yang telah

dilakukan maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya operasional yang ditanggung oleh

PT ASDP (Persero) dalam mendukung

pengoperasian KMP Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) relatif

besar yaitu sebesar Rp 1.944.307.911,00

per tahun. Biaya ini didominasi oleh biaya

tetap (fixed cost) terdiri dari gaji ABK,

kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar

ABK, dan asuransi; dan biaya variabel

(variable cost), terdiri dari bahan bakar

(BBM) untuk memenuhi mesin induk dan

mesin bantu, pelumas untuk mesin induk

dan mesin bantu, air tawar untuk

penumpang, biaya pelabuhan (kapal

istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar),

biaya rambu dan biaya overhead/alokasi

perawatan kapal setiap tahun.

2. Nilai net present value (NPV)

pengoperasian KMP Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

menunjukkan angka negatif sebesar - Rp

31.563.398.709,00 (NPV < 0). Dengan

demikian dapat disimpulkan jika dilihat

dari aspek ekonomi dan finansial menurut

sudut pandang tujuan bisnis, maka usaha

angkutan penyeberangan tersebut

dinyatakan tidak layak. Hal ini berarti

bahwa upaya untuk mempertahankan

pengoperasian kapal motor tersebut

memerlukan adanya subsidi pemerintah

secara terus menerus.

3. Hasil perhitungan gross benefit cost ratio

(gross B/C) menunjukkan angka sebesar

0,1096. Angka ini lebih besar dari 1, dapat

diartikan bahwa total benefit atau

penerimaan yang diperoleh PT ASDP

(Persero) dari pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute angkutan

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) hanay sebesar 10,96

persen dari total biaya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari

aspek ekonomi dan finansial menurut

sudut pandang tujuan bisnis (mencari

keuntungan), maka usaha angkutan

penyeberangan tersebut dinyatakan tidak

layak.

4. Kendatipun berdasarkan aspek ekonomi

dan finansial (yang berorientasi pada

keuntungan usaha), pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) dinilai tidak layak,

namun jika dilihat dari kepentingan

ekonomi masyarakat Pulo Aceh secara

umum, pengoperasian KMP tersebut

sangat layak. Dengan adanya peng-

operasian KMP tersebut dapat membawa

dampak positif bagi kegiatan ekonomi

masyarakat seperti biaya transportasi orang

dan barang menjadi lebih efisien, arus

barang dan jasa dari dan ke Pulo Aceh

semakin lancar.

4.2 Saran-saran

Page 21: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

87

Berdasarkan kesimpulan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi

saran dan rekomendasi dari penelitian ini

sebagai berikut.

1. Sebaiknya manajemen PT ASDP (Persero)

mengupayakan adanya peningkatan

efisiensi biaya operasional layanan jasa

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh).

Upaya peningkatan efisiensi dapat

dilakukan dengan cara mencari kapal

motor pengganti dengan kapasitas angkut

yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

KMP Simeuleu. Hal ini disebabkan,

penggunaan KMP Simeulue untuk

melayani rute penyebarangan tersebut

belum optimal. Selain jumlah penumpang

relatif sedikit (jauh lebih kecil dari

kapasitas angkut), biaya operasional yang

harus dikeluarkan sehubungan dengan

penggunaan kapal motor tersebut relatif

besar.

2. Pemerintah dipandang perlu untuk

mempertahankan pemberian subsidi bagi

PT ASDP (Persero) dalam mengalokasikan

sumber daya armada angkutan penyebe-

rangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh). Dari segi bisnis,

usaha pelayanan angkutan penyeberangan

untuk lintasan dimaksud tidak mengun-

tungkan bagi perusahaan tersebut. Namun

dampak ekonomi yang diperoleh dengan

adanya layanan jasa penyeberangan

tersebut dapat meningkatkan kegiatan

ekonomi masyarakat Pulo Aceh dan pulau-

pulau lainnya dalam wilayah Kabupaten

Aceh Besar.

Page 22: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

86

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2008) Pelayaran Baru di Perbatasan Aceh-India, Media Indonesia, Selasa 4

November 2008.

Aprianoor M. A. 2008. “Analisis Kebutuhan dan Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan

Arteri Alternatif di Kota Kandangan”, Tesis (Tidak Dipublikasikan) Program

Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Semarang.

Badan Litbang Dephub RI. 2007. “Studi Kebutuhan Ruang Kapal Angkutan Laut dan

Penyeberangan Perintis”, Laporan Badan Litbang Dephub, Jakarta.

Dishub Prov. Aceh, 2007. Masterplan Perhubungan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

Banda Aceh.

Dishub Prov. Aceh, 2007. Studi Pengembangan Transportasi Terpadu di Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, Banda Aceh.

Frensidy, B. 2010. Matematika Keuangan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Kajian Dari Aspek Keuangan, Graha

Ilmu, Jakarta.

Ibrahim, M. Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.

Morlok, E. K. 1995. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Edisi IV, Erlangga,

Jakarta.

Munandar, 2002. Bugeting: Penganggaran Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta.

Nasution, N. 2004. Manajemen Transportasi, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Priyanto. 2006. “Pemodelan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan

(Studi Kasus Pelabuhan Penyeberangan Merek-Bakauheni”, Majalah Ilmiah

Teknologi, Edisi Agustus 2006, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Sekretariat

Negara, Jakarta.

, Undang-Undang No. 37 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 tahun 2000 Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Page 23: Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

87

, Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1983 Tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh.

, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan.

, Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 53 Tahun 2002 Tentang

Tatanan Kepelabuhan Nasional.

Salim, Abbas. 2006. Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Simbolon, Masringan M. 2003. Ekonomi Transportasi, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sitepu, Ganding. 2009. “Analisis Biaya Operasional Kapal Penyeberangan di Wilayah Pulau

Tertinggal”. Jurnal Penelitian Enjiniring, Vol. 12, No. 2 Tahun 2009. ISSN: 1411-6243.

Hal. 119-128.

Soejono. 1994. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi II, ITB, Bandung.

Sukirno, S. 2004. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparsa (2005) “Analisis Angkutan Penyeberangan Lintas Ketapang – Gilimanuk”, Tesis

(Tidak Dipublikasikan) Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Sutoyo, S. 2001. Studi Kelayakan Proyek Transportasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Transportasi, ITB, Bandung.

Widyakusuma, A. 2007. “Analisis Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Saumlaki di

Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku”. Tesis (Tidak Dipublikasikan)

Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Yuwono, N. 2004. Model Pelabuhan II-Transportasi Sungai dan Saluran (Inland Water

Transportation, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta