analisa konjungti

23
PENDAHULUAN A. Definisi dan Arti Resep Definisi Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku (1) . Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita (2) . Arti Resep (1) 1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi profesional antara dokter (penulis resep), APA (penyedia/pembuat obat), dan penderita (yang menggunakan obat).

Upload: satria-nita-pinta-karunia

Post on 27-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa konjungti

PENDAHULUAN

A. Definisi dan Arti Resep

Definisi

Menurut SK. Mes. Kes. No. 922/Men.Kes/ l.h menyebutkan bahwa resep

adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada

Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyediakan dan menyerahkan obat

bagi penderita sesuai peraturan perundangan yang berlaku(1).

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan tertulis dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam

bentuk tertentu dan menyerahkannya kepada penderita(2).

Arti Resep(1)

1. Dari definisi tersebut maka resep bisa diartikan/merupakan sarana komunikasi

profesional antara dokter (penulis resep), APA (penyedia/pembuat obat), dan

penderita (yang menggunakan obat).

2. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita, maka

isi resep merupakan refleksi/pengejawantahan proses pebngobatan. Agar

pengobatan berhasil, resepnya harus benar dan rasional.

B. Kertas Resep(2))

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep. Ukuran yang ideal ialah lebar

10-12 cm dan panjang 15-18 cm.

1

Page 2: Analisa konjungti

C. Model Resep yang Lengkap(2)

Resep harus ditulis dengan lengkap, supaya dapat memenuhi syarat untuk

dibuatkan obatnya di Apotek. Resep yang lengkap terdiri atas:

1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula

dilengkapi dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek.

2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter.

3. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “harap diambil”

(superscriptio).

4. Nama setiap jenis atau bahan obat yang diberikan serta jumlahnya

(inscriptio)

a) Jenis/bahan obat dalam resep terdiri dari :

remedium cardinale atau obat pokok yang mutlak harus ada. Obat

pokok ini dapat berupa bahan tunggal, tetapi juga dapat terdiri dari

beberapa bahan.

Remedium adjuvans, yaitu bahan yang membantu kerja obat pokok;

adjuvans tidak mutlak perlu ada dalam tiap resep.

Corrigens, hanya kalau diperlukan untuk memperbaiki rasa, warna

atau bau obat (corrigens saporis, coloris dan odoris)

Constituens atau vehikulum, seringkali perlu, terutama kalu resep

berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Misalnya

konstituens obat minum air.

2

Page 3: Analisa konjungti

b) Jumlah bahan obat dalam resep dinyatakan dalam suatu berat untuk

bahan padat (microgram, miligram, gram) dan satuan isi untuk cairan

(tetes, milimeter, liter).

Perlu diingat bahwa dengan menuliskan angka tanpa keterangan lain, yang

dimaksud ialah “gram”

5. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki (subscriptio)

misalnya f.l.a. pulv = fac lege artis pulveres = buatlah sesuai aturan obat

berupa puyer.

6. Aturan pemakaian obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan

bahasa Latin. Aturan pakai ditandai dengan singnatura, biasanya disingkat

S.

7. Nama penderita di belakang kata Pro : merupakan identifikasi penderita,

dan sebaiknya dilengkapi dengan alamtanya yang akan memudahkan

penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada penderita.

8. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang

menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik. Resep

obat suntik dari golongan Narkotika harus dibubuhi tanda tangan lengkap

oleh dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menulis resep, dan tidak cukup

dengan paraf saja.

D. Seni dan Keahlian Menulis Resep yang Tepat dan Rasional(2)

Penulisan resep adalah “tindakan terakhir” dari dokter untuk penderitanya,

yaitu setelah menentukan anamnesis, diagnosis dan prognosis serta terapi yang

akan diberikan; terapi dapat profilaktik, simtomatik atau kausal. Penulisan resep

3

Page 4: Analisa konjungti

yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai ilmu, karena begitu

banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun variabel unsur obat

dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel penderitanya secara

individual.

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut : setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih

obatnya tepat yang sesuai dengan penyakitnya diberikan dengan dosis yang

tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat

dengan cara yang tepat untuk penderita yang tepat.

Kekurangan pengetahuan dari ilmu mengenai obat dapat mengakibatkan :

- Bertambahnya toksisitas obat yang diberikan

- Terjadi interaksi antara obat satu dengan obat lain

- Terjadi interaksi antara obat dengan makanan atau minuman tertentu

- Tidak tercapai efektivitas obat yang dikehendaki

- Meningkatnya ongkos pengobatan bagi penderita yang sebetulnya dapat

dihindarkan.

4

Page 5: Analisa konjungti

5

Page 6: Analisa konjungti

KETERANGAN RESEP

Poliklinik : Mata RSU Ulin Banjarmasin

Tanggal : 14 Februari 2005

Pasien : Ny. Nor Hamsah

No. RMK : 527055

Umur : 39 tahun

Alamat : Jl. Kelayan A Rt.X no.32 Banjarmasin

Keluhan Utama : Mata kiri merah, terasa gatal, perih dan sakit seperti

menusuk-nusuk sejak 2 hari yang lalu. Tidak ada riwayat

trauma.

Diagnosa : Konjunctivitis

Terapi : R/ Cendo xitrol ED No I

3. d.d. gtt ODS

R/ Asam mefenamat 500 mg No. XV

3. d.d. I

6

Page 7: Analisa konjungti

ANALISA RESEP

A. Penulisan Resep

Pada resep ini menggunakan kertas resep tempat pasien berobat yaitu

Rumah Sakit Umum Daerah “Ulin”, tapi ukuran kertas resep tampak kurang ideal,

dimana ukuran kertas yang ideal adalah 10-12 x 15-18 cm. Pada kertas resep ini

lebarnya sudah sesuai yaitu 11 cm, tetapi ukuran panjangnya tidak sesuai yaitu

21 cm.

Pada resep ini tulisan masih dapat dibaca meskipun ada beberapa bagian

yang sulit dibaca atau tidak jelas. Padahal dalam penulisan resep yang benar

tulisan harus dapat dibaca sehingga tidak menimbulkan kesalahan.

Dari segi kelengkapan resep yakni dengan melihat 4 hal, yaitu :

1. Superscriptio

Identitas dokter seperti nama, unit di Rumah Sakit dan tanda tangan dokter

penulis resep sudah dicantumkan. Tanda R/ yang merupakan singkatan dari

recipe tidak ditulis dengan jelas. Untuk tempat dan tanggal pembuatan resep

sudah dicantumkan. Namun umur dan alamat pasien tidak dicantumkan.

2. Inscriptio

- Urutan obat yang ditulis pada resep ini sesuai dengan aturan penulisan resep

yang sebenarnya, yakni dimulai dengan remedium cardinale dari obat

kausatif dalam resep ini yaitu Cendoxitrol kemudian dilanjutkan dengan

obat simptomatik dalam resep ini yaitu asam mefenamat.

7

Page 8: Analisa konjungti

- Dalam resep ini, obat asam mefenamat tidak dicantumkan bentuk

sediaannya, namun sudah disertakan kekuatan obat tersebut. Sedangkan

Cendoxitrol pada resep ini tidak mencantumkan kekuatan sediaan obat.

Kekuatan sediaan obat seharusnya dituliskan dalam bentuk satuan obat dan

volume yaitu mg dan ml. Seharusnya pada tiap resep harus menyertakan

bentuk sediaan obat dan kekuatannya karena hal ini dapat menimbulkan

kesalahan dalam penyerahan obat oleh apoteker.

3. Subscriptio

Dalam penulisan resep ini menggunakan bentuk resep officinalis dan

specialist, sehingga cara pembuatan bentuk sediaan obat (BSO) tidak

dicantumkan karena obat sudah jadi.

4. Signatura

- Tanda signa ( ) pada semua resep yang tertulis telah dicantumkan hanya

saja tidak jelas.

- Untuk cendoxitrol tidak dicantumkan beberapa tetes dalam pemakaiannya.

- Pada resep ini tidak dicantumkan waktu pemberian obat seperti a.c atau p.c,

maupun frekuensi pemberian.

- Untuk obat simptomatik yaitu asam mefenamat tidak dicantumkan tanda

p.r.n setelah signa serta setelah akhir penulisan resep dicantumkan dalam

kurung bila nyeri. Obat simptomatik di sini diberikan sebanyak 15 buah atau

selama 5 hari, seharusnya cukup diberikan selama 3 hari saja atau jika

pasien mengeluh nyeri saja.

8

Page 9: Analisa konjungti

Keabsahan Resep

Kertas resep yang digunakan disini adalah resep dokter rumah sakit/

poliklinik dan pada resep ini sudah dicantumkan nama dokter, tanda tangan/paraf

dokter dan bagian/unit di rumah sakit. Dari penjelasan di atas maka resep ini bisa

dikatakan sah.

Nama penderita sudah ditulis tapi tidak disertai dengan umur dan alamat.

Seharusnya ditulis sehingga mudah dilakukan penelusuran bila terjadi sesuatu

dengan obat penderita.

B. Dosis, Bentuk Sediaan Obat, Cara Frekuensi, Waktu dan Lama

Pemberian

1. Cendoxitrol

Berupa tetes mata di mana tiap ml tetes mata mengandung Deksametason

0,1%; Neomisina (sulfat) 3,5 mg; Polimiksina B-SO4 6000 IU. Tersedia dalam

bentuk salep mata dan tetes mata. Cendoxitrol tetes mata digunakan 4 tetes 4-

6 kali sehari. Biasanya diberikan selama 7 hari. (3)

Dalam peresepan tidak dicantumkan berapa tetes yang harus digunakan,

hanya ditulis digunakan tiga kali sehari.

2. Asam Mefenamat

Asam mefenamat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan kaplet 500

mg. Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Dapat

mengiritasi saluran cerna karena itu waktu pemberian setelah makan. Tidak

dianjurkan untuk anak-anak di bawah 14 tahun dan wanita hamil. Pemakaian

maksimal selama 7 hari. (4)

9

Page 10: Analisa konjungti

Dalam kasus ini asam mefenamat diberikan dalam sediaan 500 mg

selama 5 hari dan sesuai dosis anjuran. Namun dalam peresepan tidak

dicantumkan waktu pemberiannya. Dan pada resep harusnya dicantumkan

p.r.n setelah signa ( ) sehingga obat diminum hanya bila nyeri saja.

C. Interaksi Obat

Kombinasi antar obat tidak menimbulkan interaksi yang merugikan bagi

pasien dimana obat-obat tersebut tidak berinteraksi yang mengakibatkan

peningkatan atau pengurangan jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk

menimbulkan efek farmakologiknya.

D. Efek Samping Obat

1. Cendoxitrol

Neomisin sulfat dan polmiksin merupakan antibiotik golongan aminoglikosid.

Efek samping yang sering timbul adalah reaksi alergi, reaksi iritasi dan toksik.

Efek toksik terhadap sistem vestibuler dan pendengaran pada saraf otak ke-8,

sehingga menyebabkan tuli, vertigo, atau tinitus yang dapat bersifat permanen.

Efek ini umumnya hanya terjadi dengan dosis yang tinggi atau jika diberikan

pada pasien dengan fungsi ginjal yang abnormal. (4)

2. Asam mefenamat

Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, dan

gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang usia lanjut efek

samping diare lebih hebat. Efek samping lain yang berdasarkan

hipersensitivitas ialah eritem kulit dan bronkokonstriksi. (4)

10

Page 11: Analisa konjungti

E. Analisa Diagnosa

Pada kasus ini penderita datang ke poliklinik mata dengan diagnosa

konjunctivitis. Penderita konjunctivitis akan datang dengan keadaan mata merah.

Penyakit ini bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai

konjunctivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab umumnya

eksogen, namun dapat endogen. Patogen umum yang dapat menyebabkan

konjunctivitis adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza,

Staphylococcus aureus, kebanyakan strain virus manusia, virus herpes simpleks

tipe 1 dan 2. (5)

Gejala penting konjunctivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi

tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotopobia.

Terapi spesifik terhadap konjunctivitis bakterial tergantung temuan agen

mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai terapi

topikal antimikroba. Konjunctiva yang terinfeksi akut diobati dengan tetes mata

dan salep mata antibakteri. Respons yang kurang baik mungkin menunjukkan

konjunctivitis disebabkan virus atau alergi. (5)

Kloramfenikol memiliki spektrum aktivitas yang luas dan obat terpilih

untuk infeksi mata superfisial. Antibiotik lain dengan spektrum aktivitas luas

antara lain framisetin, gentamisin dan neomisin. Konjunctivitis karena alergi

diobati dengan antihistamin atau kortikosteroid. (3,6)

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan mata kiri merah, perih dan

gatal. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya, bersifat akut sehingga didiagnosa

konjunctivitis. Terapi yang diberikan adalah tetes mata cendoxitrol yang berisi

11

Page 12: Analisa konjungti

kombinasi antibiotik (neomisin sulfat dan polmiksin B) dan kortikosteroid

(deksametason).

Cendoxitrol memliki dua bentuk sediaan berupa tetes mata dan salep

mata. Dalam kasus ini diberikan dalam bentuk tetes mata karena pemakaiannya

lebih praktis daripada bentuk salep. Penggunaan kombinasi antibiotik di sini

(neomisin dan polmiksin) bertujuan untuk mengurangi resistensi dan memperluas

spektrum kerja. Dalam peresepan tidak dicantumkan berapa tetes yang harus

digunakan, hanya ditulis digunakan tiga kali sehari. Adapun Cendoxitrol

digunakan 4 tetes 4-6 kali sehari. Deksametason berperan sebagai antiinflamasi.

(3,7)

Pada kasus ini Cendoxitrol diberikan pada kedua mata kiri dan kanan. Hal

ini kurang rasional karena pasien hanya mengeluh merah dan sakit pada mata kiri.

Seharusnya obat ini tidak perlu diteteskan pada mata yang sehat (kanan) karena

selain pemborosan juga dikhawatirkan terjadinya efek samping.

Untuk mengurangi nyeri diberikan asam mefenamat sesuai dosis anjuran

yakni 500 mg, 3 kali sehari. Obat diberikan setelah makan dan bila masih nyeri.

F. Kesimpulan

Peresepan yang diberikan tidak rasional karena terdapat peresepan yang

tidak mencantumkan berapa banyak tetes yang digunakan dan seharusnya tidak

diberikan pada mata yang sehat. Selain itu umur dan alamat pasien tidak

disertakan, bentuk sediaan (asam mefenamat) tidak dituliskan, pada resep tidak

ada waktu pemberian obat, serta tidak digunakan bahasa latin dalam penulisan

bentuk sediaan obat.

12

Page 13: Analisa konjungti

Usulan Resep

13

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT IKALIMANTAN SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM “ULIN”BANJARMASIN

Nama Dokter : dr. Nor Hasanah Tanda Tangan Dokter

UPF/Bagian : Mata ……………………..

Banjarmasin, 25 Maret 2004

R/ Cendoxitrol gtt opthalmic 0,1% No. I

4 d.d. gtt. IV OS (0.6.h)

R/ Asam mefenamat kaplet 500 mg No. X

p.r.n. t.d.d kaplet I p.c (nyeri)

Pro : Ny. Nor hamsah

Umur : 39 tahun

Alamat : Jl. Kelayan A Rt.X no.32 Banjarmasin

Page 14: Analisa konjungti

DAFTAR PUSTAKA

1. Lestari, CS. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. PT Pertja. Jakarta, 2001

2. Joenoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi – Penulisan Resep yang Rasional 1. Airlangga University Press. Surabaya, 1995.

3. Sujudi, Achmad dkk. Informatika Obat Nasional Indonesia. Jakarta : CV. Agung Seto, 2000

4. Ganiswarna, S.G (ed). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta, 1995.

5. Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika, 2000

6. Aminoe et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata. FK Unair : Surabaya, 1994

7. Tjay dan Kirana. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta, 1991.

14

Page 15: Analisa konjungti

Analisa Resep

KONJUNCTIVITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Farmasi Kedokteran

Oleh Nor Hasanah

I1A099041

PembimbingDra. Sulistianingtyas, Apt

Bagian/Laboratorium Farmasi

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru

April 2005

15