presus katarak komplikata
Post on 09-Aug-2015
164 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
lensa, denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Katarak dapat terjadi
akibat pengaruh kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun, dan
bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti
glaucoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa.
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh
belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak
dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat
puluh juta. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering
ditemukan dimana 90 % dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa
tanam intraocular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak,
penatalaksanaan sebelum, selama, dan post operasi, diharapkan penganganan
katarak dapat lebih diperluas sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat
diturunkan. 1
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan Clinical science session ini bertujuan menambah
pengetahuan para dakter muda mengenai Katarak Senilis.
1.3 Metoda penulisan
Penulisann Clinical science session ini disusun berdasarkan tinjauan
kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literature.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa
2.1.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan
transparan. Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada
lensplate.1 Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris
lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang menghubungkan
dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour aquos
dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membran semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit.
Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia,
serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi kurang elastik.2
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan
sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan
jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah
atau pun saraf di lensa.2
2.1.2 Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi
lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.
Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik
kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
2
peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus
siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia,
kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga
terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata
untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0-
Dioptri.2
2.1.3 Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan
vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di
bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih
besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous
humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian
anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-
K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh
Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan
HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk
biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation
reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi
fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen
2.2 Katarak
2.2.1 Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang
terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun2. Pada katarak
senilis terjadi penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa
mengalami penebalan secara progresif. Katarak senilis menjadi
salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini..16
2.2.3 Katarak komplikata
3
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit
mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti ablasi
retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor intra ocular, iskemia
ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos, akibat suatu trauma
dan pasca bedah mata. 1
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit
sistemik endokrin (diabetes mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia,
dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena,
steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septic dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus
dimana mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada
lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear. 1
2.3 Etiologi
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin
(0,25-0,5%), kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak
adalah diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat
ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik
(katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Penyebab
sebenarnya dari katarak senilis belum diketahui dan pada kasus-kasus yang
ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk mengetahui
riwayat keluarga pasien secara detil.pocket atlas
2.4 Epidemiolgi
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak
tujuh belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh
katarak dan dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat
menjadi empat puluh juta.
Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering
ditemukan. 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5
% dari golongan usia 70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus
menjalani operasi katarak.
4
Pada suatu penelitian pasien-pasien diterapi dengan prednisone oral
dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% yang diterapi dengan prednisone 10
mg/hari mengalami katarak, 30% yang menerima 10-15 mg/hari dan 80%
yang menerima lebih dari 15 mg/hari. Pada penelitian lain, setengah dari
pasien-pasien yang mendapatkan kortikosteroid topical setelah keratoplasti
mengalami katarak setelah menggunakan 765 tetes dexamethason 0,1%
selama periode 10,5 bulan.
2.5 Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum
sepenuhnya diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses
fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya
diketahui.
Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan
menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya,
sehingga kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada
usia tua akan terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa’
yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis
nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya
protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan
indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi
transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan
pigmen pada nuklear lensa.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga
pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan
pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli
menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan
lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama sekali. 17
Efek samping pada pemakaian jangka panjang dari steroid bersifat
luas, dimana insiden tertinggi adalah terjadinya katarak subkapsular
posterior. Salah satu mekanisme dari terbentuknya katarak subkapsular
posterior adalah karena dihambatnya Na_K_-adenosine triphosphatase
5
(ATPase) oleh kortikosteroid sehingga menghasilkan konsentrasi natrium
yang tinggi dibagian intraseluler dan menurunnya kadar potasium,
sehingga terjadi akumulasi air pada bagian serat lensa.
Cadherin merupakan merupakan protein yang berfungsi sebagai adhesi
molekul antar sel, dan bersifat mengatur adesi dari sel yang bergantung
pada kalsium. Cadherin berfungsi sebagai jembatan antar sel. Ketika adesi
dari sel tidak terjadi dapat membuat terjadinya katarak, karena adesi dari
sel-sel ini berperan penting terhadap sifat lensa yang transparan.
2.6 Klasifikasi katarak senilis
Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan
menjadi:
1. Katarak Nuklear
2. Katarak Kortikal
3. Katarak Subkapsular Posterior
2.7 Stadium katarak senilis
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur, dan hipermatur.
Perbedaan stadium katarak senile. 2,3
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang (air+masa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata
Depan
Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik
Mata
Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma
6
2.8 Tanda dan gejala
Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang lengkap.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang
progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami
kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,
dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras
yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di
siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah
atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini sering
kali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien
dalam mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang
berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan
fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus daripada
menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi
penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya
penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga
sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan
berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah
sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman
ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik
nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
7
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan
cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan
penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik
pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-
kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding
pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan
halo pada penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi
ireguler dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang
dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak
bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada
retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.3,16,17,18
Pemeriksaan Fisik:
Karakteristik katarak yang disebabkan oleh steroid bersifat bilateral,
terjadi pada bagian posterior polus atau korteks, tepat didalam kapsul posterior,
terkadang dapat meluas hingga kebagian anterior korteks dengan bentuk yang
8
iregular.Bagian tepi biasanya sedikit tajam, tetapi biasanya dikelilingi dengan
sedikit keabu-abuan. Kekeruhan berwarna putih kekuningan pada lensa dengan
disertai adanya vakuol kecil.
- Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat
lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal
ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat. 16,17,18
Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur
dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.3
- Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena
pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan
dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan
diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang
asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat
dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
2.2.6 Manajemen Katarak
Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika
penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu
kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
9
- Dislokasi/Subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau
nervus optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat
diterima, misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat
dilakukan hanya untuk membuat pupil tampak hitam meskipun
pengelihatan tidak akan kembali.3,22
Teknik-teknik pembedahan katarak
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa
melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra
Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan
Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular
(ECCE). 16
2.6.5 Komplikasi Katarak
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. 9,16
Fakolitik
- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa
akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior
terutama bagian kapsul lensa.
- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang
berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.
- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga
timbul glaukoma.
Fakotopik
- Berdasarkan posisi lensa
10
- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut
kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya
tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik
- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik)
- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaukoma.
11
BAB III
STATUS PASIEN
3.I. IDENTITAS PASIEN
Nama : S
Umur : 44th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Sadang 1/6 Kalidedep, Wadaslintang
Agama : Islam
Poli : Mata
Tanggal periksa : 17 September 2012
3.2. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Penglihatan tampak kabur
Riwayat penyakit
Pasien datang dengan keluhan penglihatan tampak kabur, pada saat
melihat pasien merasa ada kabut, penghlihatan menurun dirasa sejak 1
tahun yang lalu. Mata kanan dirasa yang pertama kali dirasa menurun.
Pasien tidak merasa gatal ataupun nyeri pada matanya, berair (-). Sebelum
nya pasien belum pernah berobat. Pasien mempunyai riwayat terbiasa
menggunakan obat dexametason selama + 2tahun, karena mengeluhkan
nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga tidak ada yang
mempunyai penyakit yang sama.
Kesan umum
Pasien tidak tampak kesakitan
3.3. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pemeriksaan OD OS
Visus jauh 1/60 1/60
12
Refraksi
Koreksi
Visus Dekat
Proyeksi sinar
Persepsi warna (merah, hijau)
-------
-------
3.4. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Pemeriksaan OD OS
1. Sekitar mata
Supercilia
2. Kelopak Mata
Pasangan
Gerakan
Lebar rima
Kulit
Lebar kelopak
Margo intermarginalis
3. Apparatus Lakrimalis
Sekitar gl lakrimalis
Sekitar saccus lakrimalis
Uji fluresin
Uji regurgitasi
4. Bola mata
Pasangan
Gerakan
Ukuran
5. Tekanan bola mata
6. Konjungtiva
K.Palpebra superior
K.Palpebra inferior
Simetris dan
distribusi merata
Simetris
Normal
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
-
-
Simetris
Simetris
Dbn
Normal
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Simetris dan
distribusi merata
Simetris
Normal
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
-
-
Simetris
Simetris
Dbn
Normal
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
13
K.forniks
K.bulbi
7. Sclera
Episklera
8. Kornea
Ukuran
Kecembungan
Limbus
Permukaan
Medium
Dinding belakang
Uji Fluresin
Placido
9. Camera occuli anterior
Ukuran kedalaman
Isi
10. Iris
Warna
Pasangan
Gambaran
Bentuk
11. Pupil
Ukuran
Bentuk
Tempat
Tepi
Reflek direk
Reflek indirek
12. Lensa
Ada/Tidak ada
Kejernihan
Letak
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Putih
Putih
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Licin
Dbn
Dbn
-
-
Dalam
Jernih
Coklat
Simetris
-
Regular
2-3 mm
Regular
Tengah
Regular
+
+
Ada
putih
Simetris sentral
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Putih
Putih
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Licin
Dbn
Dbn
-
-
Dalam
Jernih
Coklat
Simetris
-
Regular
2-3 mm
Regular
Tengah
Regular
+
+
Ada
Putih
Simetris sentral
14
Warna Kekeruhan
13. Korpus vitreum
14. Refleks fundus
15. Skiaskopi
putih
-
-
-
Putih
-
-
-
3.5. DIAGNOSIS
OD : Katarak komplikata et causa kortikosteroid
OS : Katarak komplikata et causa kortikosteroid
3.6. TERAPI
Kausal : operasi
Simtomatik : -
Subyektif : -
Obyektif : -
3.7. PROGNOSIS
Ad visam : Dubia at bonam
Ad sanam : Dubia at bonam
Ad vitam : Dubia at bonam
Ad kosmetikam : Dubia at bonam
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa.1,2 yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat
kedua-duanya.3 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang
lama. Kekeruhan pada lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.
Pada anamnesis pasien ini didapatkan keluhan penglihatan tampak
kabur, pada saat melihat pasien merasa ada kabut, penghlihatan menurun
dirasa sejak 1 tahun yang lalu. Mata kanan dirasa yang pertama kali dirasa
menurun. Pasien tidak merasa gatal ataupun nyeri pada matanya, berair (-).
Sebelum nya pasien belum pernah berobat. Pasien mempunyai riwayat
terbiasa menggunakan obat dexametason selama + 2tahun, karena
mengeluhkan nyeri pada kakinya. Menurut keterangan pasien di keluarga
tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama. keluhan pandangan kabur
pada pasien disebabkan karena kekeruhan lensa yang menyebabkan
penurunan penglihatan yang progresif dan tidak disertai rasa nyeri.
Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil
berwarna putih dan abu-abu.
Pada pemeriksaan fisik, katarak sering kali berkaitan dengan
terjadinya penurunan ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh
maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat lebih sering menurun jika
dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan, tajam penglihatan pasien pada kedua mata pasien 1/60 yang
artinya pasien hanya dapat melihat dengan jarak 1 meter dimana mata
normal dapat melihat sejauh 60 meter, lalu pada pemeriksaan refraksi tidak
didapatkan perbaikan visus. Penglihatan menurun tergantung pada derajat
katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya
16
1/300-1/~. Pada pemeriksaan shadow tes didapatkan hasil (-) dimana
bayangan iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis
menderita penyakit katarak. Katarak pada pasien ini merupakan katarak
komplikata yang kemungkinan disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid
jangka panjang yang menurut pengakuan pasien sudah menggunakan
dexametason per oral selama + 2 tahun. Pada pasien tidak bias dikatakan
menderita katarak senilis dikarenakan katarak senilis adalah kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.
Penggunaan jangka panjang kortikosteroid dapat menyebabkan
katarak subkapsular posterior. Insidensinya berhubungan dengan dosis dan
durasi pengobatan. Katarak subkapsular, katarak ini berkembang hanya
pada pasien yang menggunakan dosis steroid tinggi dengan jangka waktu
yang panjang lebih dari 1 tahun.
Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa
melalui tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra
Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan
Extra Capsular Cataract Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular
(ECCE). Indikasi dilakukannya oprasi katarak pada pasien ini adalah
indikasi optic yang merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan
katarak. Jika penurunan tajam penglihatan pasien telah menurun hingga
mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat
terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada operasi katarak
dapat terjadi komplikasi selama operasi maupun setelah operasi.
komplikasi yang bisa mempengaruhi visus pasca operasi diantaranya
adalah: selama operasi yaitu prolaps korpus viterum, iridodialisis, hifema
dan perdarahan ekspulsif, sedangkan komplikasi setelah operasi yaiut
edema kornea, descemet fold, kekeruhan kapsul posterior, residual lens
material, prolaps iris, dekompensasi kornea, hifema, glaukoma sekunder,
iridosklitis, endoftalmitis, ephitelial ingrowth, ablasi retina, edema
makular kistoid. Komplikasi setelah operasi yang terjadi pada kornea
17
dimana bisa mempengaruhi stabilitas visus adalah edema korna, descemet
fold dan dekompensaso kornea.
Prognosis pada pasien ini jika dilakukan operasi dan perawatan
sesuai yang dianjurkan adalah bonam, tajam penglihatan mungkin tidak
ada sempurna seperti sedia kala, namun setidaknya akan mengalami
peningkatan, dan dapat dikoreksi menggunakan kacamata.
18
BAB V
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat
tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan pada lensa ini
mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau
abu-abu.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik).
Keracunan beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-
0,5%), kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan
dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil,
herediter) atau kelainan kongenital mata.
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman
penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Kekeruhan lensa
mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsur-angsur dan
tanpa nyeri.
Pengobatan pada katarak adalah tidakan pembedahan. Setelah
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraocular.
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi
karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik. Pada operasi katarak dapat terjadi
komplikasi selama operasi maupun setelah operasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiohadji, B., Community Opthalmology., Cicendo Eye Hospital/Dept of Ophthalmology Medical Faculty of,Padjadjaran University. 2006.
2. Ilyas, Prof. Sidarta, dr., Sp.M. 2005. Ilmu Penyakit Mata.Jakarta: FKUI3. Dhawan, Shanjay. Lens and Cataract. Diakses dari internet
http://sdhawan.com/ophthalmology/lens.html tanggal 21 September 2012.4. insight.med.utah.edu. diakses 19 September 20125. Bashour, M et al. Cataract, Congenital. Diakses dari internet
http://www.emedicine.com. 21 September 20126. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.7. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 19 September 2012). Tersedia
di : http://www.emedicine.com8. Vaughan DG, Asbury T, riordan-Eva P. Oftalmology Umum Edisi 14.
Penerbit Widya medika. Jakarta: 2000.9. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American
Academy of opthalmology. 2004.10. Cataract Surgery (Diambil tanggal 19 September 2012). Tersedia di
http://en.wikipedia.org/wiki/cataractsurgery11. Ratnaningsih. N., Penetlaksanaan Katarak Komplikata. Bagian Ilmu
Penyakit Mata FKUP/RS Mata Cicendo.2005
20
top related