pengaruh ekstrak serai wangi (cymbopogon nardus...
Post on 04-Dec-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)
TERHADAP DAYA TARIK LALAT BUAH JANTAN
Bactrocera spp. (DIPTERA: TEPHRITIDAE)
DI PERKEBUNAN CABAI
MUARO JAMBI
SKRIPSI
RISNAWATI
NIM. TB 151024
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PENGARUH EKSTRAK SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)
TERHADAP DAYA TARIK LALAT BUAH JANTAN
Bactrocera spp. (DIPTERA: TEPHRITIDAE)
DI PERKEBUNAN CABAI
MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
RISNAWATI
NIM. TB 151024
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur yang tiada henti-hentinya penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
Atas berkat Karunia-Nya sehingga penulis dapat mempersembahkan skripsi ini
Teruntuk kedua sosok yang sangat berjasa di kehidupan-Ku
Ayahanda H. Abdullah dan Ibunda Hj. Jumliah yang selalu
memberikanku kasih dan sayang dengan lantunan Do’a yang tiada henti
yang menjadi alasan untuk ku selalu bersemangat dan selalu menjadi
penguatku dikala kurapuh dan lelah
Tak luput pula teruntuk kedua saudara kandungku
Ibrahim S.E dan Saharuddin yang telah mendukung dan memberikan
motivasi dalam hidup memberikan semangat dan dorongan dalam meraih
kesuksesan
Serta teruntuk orang-orang yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku
yang tak cukup jika hanya dikatakan sebagai Sahabat, Ayu Agustina Destiana
dan Murniati yang selalu setia menemani, memotivasi dan mendengarkan keluh
kesah penulis selama penyelesaian skripsi ini
Dan juga teman-teman kelas D Biologi 2015 Terimakasih untuk kebersamaan,
pelajaran dan kesan – kesan terbaik selama ini.
Semoga Persahabatan dan Tali Persaudaraan kita akan abadi selamanya,
Terimalah bingkisan indah ini sebagai persembahan-ku
Semoga Allah SWT meridhoi
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya. Tidak ada satu hal apapun yang dapat dilakukan
manusia tanpa Ridho dari Allah SWT Yang Maha Kuasa, atas berkat Rahmat
Allah SWT, Tidak ada satupun ungkapan yang dapat menggambarkan rasa Syukur
atas terselesaikannya Skripsi dengan Judul “ Pengaruh Ekstrak Serai Wangi
(Cymbopogon nardus) Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp.
(Diptera: Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi”.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesulitan dan hambatan. Namun,
berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, M.A., Ph. D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Ibu Reny Safita, S.Pt, M.Pd selaku Ketua Jurusan Program Studi Tadris
Biologi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
4. Bapak Fery Kurniawan, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Program Studi
Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
5. Ibu Try Susanti, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. H.
Salahuddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pemikirannya dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Bayu Kurniawan M.Sc yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen FTK khususnya Dosen Jurusan Tadris Biologi atas
Ilmu dan Pendidikan yang telah Bapak dan Ibu berikan
8. Orang Tua dan Keluarga tercinta yang selalu memberikan do’a dan kasih
sayang serta pengorbanan baik moral maupun materi.
9. Keluarga Besar Tadris Biologi 2015 yang telah memberikan warna- warni
suka cita selama masa perkuliahan.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dengan
caranya masing-masing baik langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya semoga Allah SWT Berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Jambi, 26 September 2019
Risnawati
TB.151024
ABSTRAK
Nama : Risnawati
Jurusan : Tadris Biologi
Judul :Pengaruh Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Terhadap
Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp. Diptera:Tephritidae
di Perkebunan Cabai Muaro Jambi
Cabai merah merupakan salah satu tanaman hortikultura yang dibutuhkan terus
menerus seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi.
Tanaman cabai tidak terlepas dari gangguan hama, Salah satu jenis hama pada
buah cabai adalah lalat buah Bactrocera spp. Hama tersebut merupakan salah satu
hama utama tanaman cabai yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar karena
dapat menyebabkan buah menjadi matang sebelum waktunya. Untuk mengurangi
kerusakan yang disebabkan oleh lalat buah diperlukan jenis attractant atau bahan
pemikat untuk mengendalikan populasi lalat buah. Serai wangi (Cymbopogon
nardus) memiliki kandungan minyak atsiri dengan komponen Geraniol, sitronelol,
Metil Eugenol dan bahan hayati lainnya yang merupakan sisa metabolisme
tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan sebagai penarik serangga sehingga dapat
dijadikan sebagai attractant. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari perlakuan dengan menggunaan ekstrak serai wangi dan
tanpa ekstrak serai wangi terhadap daya tarik lalat buah jantan dan jenis lalat buah
yang ada diperkebunan cabai. Pada penggunaan ekstrak serai wangi berpengaruh
nyata terhadap daya tarik lalat buah jantan dengan konsentrasi optimal
penggunaan ekstrak serai wangi adalah 100 %, sedangkan jenis lalat buah yang
ditemukan adalah Bactrocera umbrosa, Bactrocera carambolae , Bactrocera
papayae dan Bactrocera occipitalis.
Kata kunci : Cabai, Ekstrak Serai Wangi, dan Lalat Buah Bactrocera spp.
ABSTRACT
Name : Risnawati
Department : Biology Education
Title : The Effect of Lemongrass Fragrant Extract (Cymbopogon nardus)
on the Attractiveness of Male Bactrocera spp. Diptera: Tephritidae
at the Muaro Jambi Chili Plantation
Red chili is one of the horticulture plants that is needed continuously along with
population growth and technological progress. Chili plants can not be separated
from pest disorders. One type of pest in chili fruit is Bactrocera spp. The pest is
one of the main pests of chili plants which can cause considerable losses because
it can cause the fruit to ripen prematurely. To reduce the damage caused by fruit
flies, a type of attractant is needed to control the fruit fly population. Lemongrass
fragrant (Cymbopogon nardus) contains essential oils with Geraniol components,
citronellol, Methyl Eugenol and other biological ingredients which are metabolic
remnants of plants that can be used as towing insects so that they can be used as
attractants. This study used a completely randomized design (RAL) with 5
treatments and 3 replications. This study aims to determine the effect of treatment
by using fragrant lemongrass extracts and without fragrant citronella extract on
the attractiveness of male fruit flies and the types of fruit flies in the chili
plantation. The use of lemongrass extract has a significant effect on the
attractiveness of male fruit flies with optimal concentration of the use of citronella
extract is 100%, while the types of fruit flies found is Bactrocera umbrosa,
Bactrocera carambolae , Bactrocera papayae and Bactrocera occipitalis.
Keywords: Chili, fragrant lemongrass extract, and Bactrocera spp fruit fly.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
NOTA DINAS ........................................................................................ ii
NOTA DINAS ........................................................................................ iii
PENGESAHAN ..................................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
MOTTO ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 5
A. Kajian Teoritik .......................................................................... 5
1. Lalat Buah Bactrocera spp. ................................................. 5
2. Tumbuhan yang Menghasilkan Metil Eugenol .................... 18
3. Metabolit Sekunder............................................................... 21
4. Gejala Kerusakan Buah Cabai .............................................. 23
5. Tanaman Inang Lalat Buah ................................................... 25
6. Kerangka Pikir ...................................................................... 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 30
B. Alat dan Bahan ......................................................................... 30
C. Prosedur Kerja / Langkah-Langkah Kerja ................................ 30
1. Studi Pendahuluan ................................................................ 31
2. Pembuatan Ekstrak Serai wangi ........................................... 32
3. Pembuatan dan Pemberian Perlakuan pada Perangkap ........ 32
4. Peletakan perangkap dan koleksi lalat buah ......................... 33
D. Analisis Data ............................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 38
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38
B. Pembahasan ............................................................................... 48
BAB V PENUTUP ................................................................................ 54
A. Kesimpulan ................................................................................ 54
B. Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Siklus hidup Bactrocera spp. 7
Gambar 2 Telur Bactrocera spp. 7
Gambar 3 Larva Bactrocera spp. 8
Gambar 4 Pupa Bactrocera spp. 9
Gambar 5 Imago Bactrocera spp. 10
Gambar 6 Morfologi Tubuh lalat buah (dari arah dorsal) 11
Gambar 7 Morfologi tubuh lalat buah (dari arah lateral) 12
Gambar 8 Caput Lalat Buah 12
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Pola Thoraks Bactrocera dorsalis
Pola Thoraks Bactrocera umbrosa
Pola Thoraks Bactrocera carambolae
Pola Abdomen Bactrocera dorsalis
Pola Abdomen Bactrocera umbrosa
Pola Abdomen Bactrocera carambolae
Pola Venasi Sayap Bactrocera spp. Secara umum
Akar serai Wangi
13
13
14
15
15
16
16
19
Gambar 17 Batang serai Wangi 20
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
Daun Serai Wangi
Gejala serangan Bactrocera dorsalis pada buah Cabai
Kriteria buah cabai
21
24
24
Gambar 21 perangkap strainer trap yang telah dimodifikasi 33
Gambar 22 Bactrocera umbrosa 38
Gambar 23
Gambar 24
Gambar 25
Gambar 26
Gambar 27
Gambar 29
Bactrocera carambolae
Bactrocera papayae
Bactrocera occipitalis
Lokasi Penelitian
Peletakan perangkap
Jumlah Tangkapan Lalat Buah
40
41
42
43
44
47
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Penelitian yang Relevan 27
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Denah Percobaan di Lapangan
Anova satu jalur
Jenis lalat buah yang ditemukan
Hasil ANOVA satu jalur
Hasil uji BNt jumlah rata-rata lalat buah
Hasil jumlah tangkapan lalat buah
Jumlah Lalat Buah yang Terperangkap setiap hari
31
35
38
44
45
46
48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Variansi Satu Jalur (ANOVA) 57
Lampiran 2 Tabel persentase distribusi F = 0.05Jumlah 60
Lampiran 3 Jumlah Tangkapan Lalat Buah 61
Lampiran 4 Tangkapan Lalat Buah Setiap Hari 62
Lampiran 5
Lampiran 6
Uji Lanjut BNt
Dokumentasi
63
64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan suatu Negara agraris dan Negara tropis yang kaya
akan jenis tanaman hortikultura. Tanaman Hortikultura merupakan tanaman
pertanian yang dapat dibudidayakan dan merupakan andalan masyarakat
Indonesia sebagai ketahanan pangan dan ekonomi, Salah satu jenis tanaman
hortikultura adalah cabai merah. Cabai merah merupakan komoditas yang
kebutuhannya terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan
kemajuan teknologi (Salbiah et al., 2013).
Tanaman hortikultura ini tidak terlepas dari gangguan hama baik masa
pertumbuhan maupun pada pasca panen, Berdasarkan hasil observasi awal
didapatkan informasi bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada
tanaman cabai bermacam-macam, termasuk faktor dari kualitas bibit cabai yang
digunakan, kondisi lahan dan gangguan dari hama yang dapat menyebabkan
penurunan hasil panen.
Salah satu jenis hama yang menyebabkan kerusakan pada buah cabai
adalah lalat buah Bactrocera spp. Hama tersebut merupakan salah satu hama
utama tanaman cabai yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar karena dapat
menyebabkan buah menjadi matang sebelum waktunya, busuk dan akhirnya
gugur. (Humaira, Tasik, & Masriatun, 2013). Selain itu rata-rata tingkat serangan
lalat buah pada tanaman cabai bisa mencapai 20-25% (Susanto, Supriyadi,
Susniahti, & Hafizh, 2017).
Pada Tanaman cabai rawit ataupun cabai merah besar seringkali
ditemukan buah yang rontok dan membusuk, baik sebelum masak maupun yang
sudah masak, kadangkala sering terlihat buah berwarna cokelat kehitaman atau
agak menguning dan pada bagian tertentu dari kulit buah cabai ditemukan adanya
bintik hitam yang berukuran sangat kecil, Hal tersebut menandakan bahwa buah
cabai tersebut telah terserang oleh hama lalat buah (Hasyim et al., 2014) .
Melimpahnya populasi spesies lalat buah perlu diwaspadai karena dapat
menyebabkan kerusakan secara ekonomis pada buah cabai. Oleh karena itu,
diperlukan jenis attractant atau bahan pemikat lalat buah untuk memonitoring
ataupun mengendalikan populasi dari lalat buah. Telah lama diketahui bahwa
aroma yang dikeluarkan tumbuhan, serangga, atau hewan lainnya dapat
berpengaruh pada perilaku serangga. Aroma tertentu dari senyawa seperti Metil
Eugenol (ME) atau alpha-copaene yang berasal dari minyak atsiri dapat
digunakan sebagai zat pemikat serangga jantan atau paraferomon lalat buah
Tephritidae (Hort & Rivaie, 2014). Monitoring yang teratur menggunakan
attractant yang sesuai dapat membantu petani menentukan strategi pengendalian
terhadap hama lalat buah. Selain itu, penggunaan attractant yang tepat secara
terus-menerus dapat mengurangi populasi hama sehingga dapat menurunkan
serangan lalat buah terhadap tanaman yang dibudidayakan (Muryati, A.Hasyim, &
Riska, 2008).
Tanpa ada usaha pengendalian yang efektif dan efisien dikhawatirkan
produksi cabai akan semakin menurun sehingga kebutuhan cabai harus diimpor
dari negara lain. Sehingga perlu diupayakan cara lain yang ramah lingkungan
agar dapat menekan populasi lalat buah. Penggunaan attractant dengan
menggunakan bahan Metil Eugenol (C12H24O2) merupakan cara pengendalian
yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif. Salah satunya dengan
menggunakan attractant Metil Eugenol yang berasal dari minyak atsiri pada
tanaman serai wangi. Minyak serai (Cymbopogon nardus) dipilih sebagai
attractant karena tanaman ini selain memiliki kandungan eugenol, minyak serai
juga memiliki kandungan bahan hayati hasil metabolisme tumbuhan yang diduga
dapat berperan ganda dalam mengusir serta menangkap serangga (Aulani et al.,
2013) .
Ketika lalat buah jantan telah terpikat oleh attractant ekstrak serai wangi
yang digunakan, maka populasi lalat buah jantan akan semakin berkurang dan
tidak dapat membuahi lalat buah betina, sehingga tidak terjadi proses reproduksi
antara lalat buah jantan dan lalat buah betina. Hal ini lah yang diharapkan karena
dapat mengurangi populasi lalat buah yang terdapat diperkebunan cabai.
Attractant dari Metil Eugenol yang terkandung dalam Serai wangi
memiliki kelebihan berasal dari bahan alami, sehingga tidak akan terjadi
kontaminasi terhadap buah cabai yang ada pada lahan tanaman cabai. Selain itu,
dengan menggunakan attractant Metil Eugenol akan mengurangi residu
berbahaya pada produk buah cabai serta mengurangi pencemaran lingkungan .
Oleh karena itu, hasil buah cabai yang akan dipanen nantinya tidak akan
terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang membahayakan.
Berdasarkan Uraian diatas maka Peneliti tertarik untuk Meneliti
Pengaruh Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Terhadap Daya Tarik
Lalat Buah Jantan Bactrocera spp. ( Diptera: Tephritidae) di Perkebunan
Cabai Muaro Jambi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis Lalat Buah (Bactrocera spp.) yang terdapat di Perkebunan
Cabai Muaro Jambi?
2. Apakah Penggunaan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) Berpengaruh
Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp. (Diptera :
Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi?
3. Berapakah Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) yang
Optimal Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp. (Diptera:
Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Jenis Lalat Buah (Bactrocera spp.) di Perkebunan Cabai Muaro
Jambi
2. Membuktikan adanya Pengaruh Penggunaan Ekstrak Serai Wangi
(Cymbopogon nardus) Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera
spp. (Diptera : Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi
3. Memperoleh Data Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
yang Optimal Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp.
(Diptera: Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi
D. Manfaat Penelitian
Melalui Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis manfaat praktis yang diharapkan adalah seluruh tahapan
penelitian dan hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas wawasan dan
sekaligus memperoleh pengetahuan.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan dapat memanfaatkan tumbuhan alami sebagai
attractant yang ramah lingkungan.
c. Bagi Masyarakat hasil Penelitian dapat dipergunakan sebagai suatu cara untuk
mengurangi penyebaran lalat buah dan dapat mencegah kerusakan buah cabai.
2. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
Ilmu Pengetahuan dan Hasil Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi
untuk menambah wawasan dan Pengetahuan serta dapat dipergunakan sebagai
pedoman pustaka untuk penelitian lebih lanjut dan diharapkan dapat digunakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Lalat Buah Bactrocera spp.
Lalat buah (Bactrocera spp.) termasuk ordo diptera. Diptera menyusun
salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga, dan anggota-anggotanya
secara individual dan jenis yang banyak dan hampir terdapat dimana-mana. Famili
Tephritidae beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai sedang yang
biasanya mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap-sayapnya.
Lalat buah berasal dari daerah tropis Asia dan Afrika serta subtropis
Australia dan Pasifik Selatan. Lalat buah masuk ke Indonesia sejak tahun 1920.
Pada saat ini lalat buah telah menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia yaitu
Sumatera, Jawa, Madura dan Kepulauan Riau (Isnaini, 2013).
Diptera kadang-kadang disebut dengan lalat-lalat dua sayap untuk
membedakan mereka dari “ lalat-lalat” pada ordo lain. Sebagai anggota ordo
Diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap. Sayap yang berkembang adalah
sayap bagian depan. Sayap bagian belakang mengecil dan berubah menjadi alat
keseimbangan yang disebut halter. Halter ini berbentuk seperti kepala korek api.
Pada permukaannya terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi sebagai indera
penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara (Khotimah,
2008).
Lalat buah (Ordo Diptera, famili Tephritidae), terdiri atas ± 4000 spesies
yang terbagi dalam 500 genus. Tephritidae merupakan famili terbesar dari ordo
Diptera dan merupakan salah satu famili yang penting karena secara ekonomi
sangat merugikan. Stadium lalat buah yang paling merusak adalah larva, yang
pada umumnya berkembang didalam buah (Rahmanda, 2017).
Sekitar 35% spesies lalat buah yang menyerang buah-buahan yang berkulit
lunak, tipis, termasuk didalamnya buah-buahan komersial yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Disamping menyerang buah-buahan yang lunak, sekitar 40%
larva lalat buah juga hidup pada bunga famili Asteraceae (Composite) : sedangkan
selebihnya hidup pada bunga tanaman famili lainnya atau menjadi penggerek pada
daun, batang, atau jaringan akar (Rahmanda, 2017).
Lalat buah merupakan serangga yang menyerang berbagai jenis macam
buah-buahan, termasuk cabai yang dapat menyebabkan buah-buahan rusak, busuk,
dan berguguran. Sehingga hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi para petani.
Masing-masing jenis lalat buah Bactrocera spp. yang menyerang tanaman yang
berbeda-beda. Jenis lalat buah yang menyerang tanaman cabai antara lain yaitu:
Bactrocera carambolae, Bactrocera umbrosa, dan Bactrocera dorsalis
(Rahmanda, 2017).
a) Taksonomi
Taksonomi adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi dari makhluk hidup.
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan atau
pengaturan, dan nomos yang berarti hukum atau aturan. Jadi, Taksonomi adalah
teori dan praktik klasifikasi makhluk hidup yang meliputi pemberian tata nama,
penyusunan secara sistematis kedalam suatu kelompok tertentu (Safita, 2014).
Klasifikasi lalat buah Bactrocera spp. Menurut Drew & Hancock
(1994) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
b) Siklus hidup
Siklus hidup lalat buah termasuk siklus hidup metamorfosis Holometabola
atau yang dikenal dengan metamorfosis Sempurna yang mempunyai 4 fase yang
terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Siklus hidup lalat buah Bactrocera spp.
Adalah sebagai berikut:
Gambar.1 Siklus Hidup Bactrocera spp.
(Hasyim et al., 2014)
1. Telur
Telur Bactrocera spp. Berukuran panjang sekitar 2 mm dan berbentuk
elips hampir datar dibagian ujung ventral, cekung dibagian dorsal. Telur berwarna
putih berbentuk panjang dan runcing bagian ujungnya. Telur diletakkan secara
berkoloni didalam buah. Telur akan menetas menjadi larva dua hari setelah
diletakkan didalam buah (Isnaini, 2013).
Gambar.2 Telur Bactrocera spp.
(Hasyim et al., 2014)
2. Larva
Larva ini berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing.
Panjang larva tidak lebih dari 1 cm dan dapat dikenal dari kemampuannya untuk
meloncat. Ada 3 instar larva dalam waktu antara 6 sampai 10 hari didalam
jaringan tumbuhan, instar pertama sangat kecil, berwarna jernih dan bening
dengan permukaan seperti bentuk patahan. Larva ke-2 dan ke-3 berwarna putih
krem dan hampir sama, hanya saja larva ke-3 bentuknya lebih besar (Siwi et al.,
2006).
Larva instar 2 berukuran sedang dengan panjang 7-9 mm. Larva
Bactrocera spp. berwarna putih keruh atau putih kekuningan dengan dua bintik
hitam yang jelas, dua bintik hitam ini merupakan alat kait mulut. Larva
berkembang didalam daging buah selama 6-9 hari. Pada instar ke- 3, larva keluar
dari dalam daging buah akan menjatuhkan dirinya ke permukaan tanah lalu masuk
didalam tanah. Didalam tanah larva akan berubah menjadi pupa. Tingkat
ketahanan larva didalam tanah bergantung pada tekstur dan kelembapan tanah
(Isnaini, 2013).
Gambar.3 Larva Bactrocera spp.
(Hasyim et al., 2014)
3. Pupa
Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami perubahan warna
menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung
dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang sesuai dengan stadium pupa
adalah 0-9 %. Masa perkembangan pupa antara 4-10 hari. Pupa berada didalam
tanah sekitar 2-3 cm dibawah permukaan tanah. Pupa berubah menjadi imago
setelah 13-16 hari kemudian (Isnaini, 2013).
Gambar.4 Pupa Bactrocera spp.
(Hasyim et al., 2014) 4. Imago
Panjang tubuh lalat dewasa sekitar 3,5 mm dan berwarna hitam
kekuningan. Ciri-ciri kepala terdiri dari antena, mata dan noda/ bercak pada muka.
Caput dan tungkai berwarna coklat. Thoraks berwarna hitam, abdomen terdapat
batas antar ruas atau tergit . Bagian sayap memiliki bentuk pola pembuluh sayap,
seperti costa, anal, median dan radius. Siklus hidup lalat buah dari telur sampai
imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari (Siwi. et al., 2006).
Gambar. 5 Imago Bactrocera spp.
(Hasyim et al., 2014)
c) Perkembangan lalat buah
Lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal dengan
Holometabola yang memiliki 4 fase metamorfosis yaitu: telur, larva, pupa, dan
imago. Telur diletakkan pada buah berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina
dapat meletakkan telur 1- 40 butir/hari (Handayani, 2015).
Lalat buah betina memiliki alat peletak telur disebut ovipositor. Lalat
betina meletakkan telurnya di dalam buah sedalam 2-4 mm melalui kulit buah.
Telur lalat buah berbentuk seperti pisang memiliki ukuran panjang dan lebar 1,17
× 0,21 mm, lalat buah betina dapat meletakkan 10 sampai 12 telur setiap hari dan
sekitar 200-250 telur selama hidupnya (Rahmawati, 2014).
Menurut Murad (2004) bahwa jumlah populasi spesies lalat buah pada
suatu areal pertanaman akan selalu dipengaruhi oleh keadaan vegetasi tanaman
dan ketersediaan buah-buahan disekitar tempat pengamatan. Lebih tinggi
keragaman vegetasi akan selalu memberi peluang untuk kita dapat menangkap
populasi lalat buah (Anny, Tulung, & Pelealu, 2015).
d) Karakter morfologi
Morfologi umum Sebagai anggota dari Filum Arthopoda dan Kelas Insekta
maka lalat buah juga mempunyai ciri-ciri, yaitu: Tubuh terdiri dari tiga bagian,
yaitu kepala (caput), rongga dada (thoraks), dan rongga perut (abdomen), Tubuh
tersusun atas ruas-ruas yang masing-masing terdiri dari dua lempeng skeletal yang
ringan namun kuat, Sayap berjumlah sepasang, ciri morfologis yang dirujuk oleh
nama ordo lalat buah, yaitu Diptera yang berarti “bersayap dua” karena sayap
belakang termodifikasi menjadi petiol, dan Alat mulut bertipe penyerap dengan
bentuk alat mulut serupa Probosis sedangkan larva lalat buah yang disebut sindat
mempunyai kait berlubang untuk meretas jaringan tanaman (Suputa & Putra,
2013).
Lalat buah dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 5 mm, dengan sayap
berukuran 10 mm. Lalat buah dewasa antara jantan dan betina memiliki perbedaan
di daerah posteriornya yaitu ovipositor. Ovipositor hanya dimiliki lalat buah
betina untuk peletakan telur sedangkan jantan tidak. Ukuran ovipositor setelah
mengalami pertumbuhan maksimal yaitu sepanjang 3 mm (Rahmawati, 2014).
Gambar.6 Morfologi tubuh lalat buah dengan bagian-bagiannya (dari arah dorsal )
(Ms, Creese, & Cooper, 2007)
Gambar. 7 Morfologi tubuh lalat buah dengan bagian-bagiannya (dari arah lateral)
(Ms et al., 2007)
1. Caput
Caput lalat buah berbentuk bulat agak lonjong. Antena tersusun dari tiga
ruas dan pada beberapa spesies terdapat noktah warna yang khas, dan sering
digunakan sebagai ciri spesies. Pada ruas ketiga antena terdapat rambut yang
disebut arista. Selain itu beberapa spesies lalat buah dapat dikenali melalui
noktah hitam pada bagian depan wajah yang disebut dengan facial spot (Suputa &
Putra, 2013).
Gambar. 8 Caput Lalat Buah
(Ms et al., 2007)
2. Thoraks
Bagian dorsal rongga dada lalat buah mudah dikenali oleh warna-warna
cerah, yang membedakannya dengan jenis lalat buah yang lain (Suputa & Putra,
2013). Berikut beberapa jenis Pola Thoraks pada beberapa spesies Bactrocera
spp. :
Gambar. 9 Pola thoraks Bactrocera dorsalis
(Ms et al., 2007)
Pada lalat buah Bactrocera dorsalis memiliki skutum thoraks berwarna hitam.
(Bruce, 2013)
Gambar .10 Pola thoraks Bactrocera umbrosa
(Ms et al., 2007)
Pada Thoraks Lalat buah Bactrocera umbrosa dibagian Skeletum
berwarna hitam dan terdapat pita kuning dibagian lateral kedua sisinya (Bruce,
2013).
Gambar . 11 Pola thoraks Bactrocera carambolae
(Ms et al., 2007)
Pada Thoraks lalat buah Bactrocera carambolae pada bagian skutum
kebanyakan berwarna hitam suram dengan pita/ band berwarna kuning dikedua
sisi lateralnya (Bruce, 2013).
3. Abdomen
Jika dilihat dari arah dorsal, pada abdomen lalat buah terdapat gambar
dengan pola khas, misalnya huruf T. pada kebanyakan lalat buah, abdomen
berwarna dasar coklat tua atau coklat muda atau hitam keabu-abuan. Ciri utama
pada bagian abdomen yang digunakan dalam identifikasi adalah gambar pola T
ada tidaknya, antar terga kedua dan seterusnya menyatu dan pola warna pada terga
(Suputa & Putra, 2013). Perbedaan pola abdomen pada beberapa spesies
Bactrocera spp. tersaji pada Gambar berikut:
Gambar. 12 Pola Abdomen Bactrocera dorsalis
(Ms et al., 2007)
Pola Abdomen lalat buah Bactrocera dorsalis berwarna orange dan
terdapat tanda hitam yang tipis dibagian pinggir. (Bruce, 2013)
Gambar. 13 Pola Abdomen Bactrocera umbrosa
(Ms et al., 2007)
Abdomen pada lalat buah Bactrocera umbrosa berwarna coklat orange
dengan pola-pola hitam membentuk huruf T (Bruce, 2013).
Gambar .14 Pola Abdomen Bactrocera carambolae
(Ms et al., 2007)
Abdomen pada lalat buah Bactrocera carambolae dicirikan dengan pola
huruf T yang jelas dan terdapat pola hitam berbentuk segi empat (Bruce, 2013).
4. sayap
Pada bagian sayap ciri utama yang digunakan adalah basal costal, costal,
anal streak.
Gambar. 15 Pola Venasi Sayap pada spesies Bactrocera spp.
secara Umum
(Ms et al., 2007)
Keterangan:
costa : Pembuluh sayap sisi anterior
anal : Pembuluh sayap sisi posterior
r-m : Pembuluh Sayap Melintang
R2+3 : Radius disepertiga apikal anterior
R4+5 : Radius dipuncak sayap
M : Median
Dm-cu : Pembuluh Sayap Melintang
Costal band : Pita pembuluh sayap sisi anterior
e) Ekologi Lalat Buah
Makrohabitat merupakan habitat bersifat global dengan kondisi
lingkungan yang bersifat umum` dan luas. Sementara Mikrohabitat adalah habitat
lokal dengan kondisi lingkungan yang bersifat setempat yang tidak terlalalu luas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi habitat hidup lalat buah adalah suhu, curah
hujan, kelembapan, cahaya, angin, tanaman inang dan musuh alami (Susanto,
Supriyadi, Susniahti, & Hafizh, 2017).
Lalat buah dapat hidup dimana saja, selagi pada tempat tersebut terdapat
makanan yang merupakan sumber energi dan tempat perkembangbiakan yang
sangat esensial untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan populasi.
Berdasarkan makanannya lalat buah merupakan jenis serangga yang termasuk
kedalam kelompok fitofagus. Fitopagus merupakan insekta yang memakan
tumbuh-tumbuhan (Rahmanda, 2017) .
Lalat buah menyerang kurang lebih 125 spesies tumbuhan. Aktivitas lalat
buah dalam menentukan tanaman inang berdasarkan warna dan aroma lalat buah.
Melimpahnya suatu jenis serangga di suatu habitat dikarenakan daya dukung
wilayah tersebut sesuai terhadap kehidupan serangga. Daya dukung tersebut
berupa faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan serangga, baik berupa faktor
biotik (pakan, musuh alami) maupun faktor abiotik (iklim). Apabila kondisi suatu
wilayah mendukung berkembangnya suatu spesies maka spesies tersebut
populasinya akan melimpah, demikian juga sebaliknya (Muryati, A.Hasyim, &
Riska, 2008).
f) Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Perkembangan Lalat Buah
1. Suhu
Suhu berpengaruhi terhadap lama hidup dan mortalitas dari lalat buah.
Lalat buah dapat hidup dan dapat berkembang Pada suhu 10-30 0C. Artinya jika
suhu dibawah 100C
dan suhu diatas 30
0C
sulit untuk lalat buah dapat berkembang.
Selain itu pada suhu antara 25-300 C telur lalat buah dapat menetas dalam waktu
yang relative singkat yaitu 30-36 jam (Susanto et al., 2017).
2. Kelembaban
Kelembapan optimum pada lalat buah agar bisa hidup dengan baik yaitu
sekitar 62-90% . jika Kelembaban rendah dibawah 90% dapat meningkatkan
mortalitas imago, sedangkan pada kelembapan yang tinggi yaitu diatas 90% dapat
mengurangi laju peletakkan telur (Isnaini, 2013).
3. Curah hujan
Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan populasi lalat buah meningkat
karena kemungkinan curah hujan memiliki hubungan terhadap pembuahan
tanaman inang dan masa pembuahan banyak terjadi ketika sering hujan (Susanto
et al., 2017).
4. Cahaya
Perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh cahaya karena Imago akan
aktif pada keadaan yang terang yaitu pada saat siang hari, oleh karena itu lalat
buah betina yang mendapat sinar maka akan cepat bertelur (Isnaini,2013).
2. Tumbuhan yang menghasilkan Metil Eugenol
a. Klasifikasi Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
Klasifikasi Tanaman Serai Wangi (Cymbopogon nardus) adalah sebagai
berikut (Heyne, 1987):
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus (L.) Rendle
b. Akar
Cymbopogon nardus merupakan tanaman rumput-rumputan tegak,
menahun dan mempunyai perakaran yang dalam dan sangat kuat. Akarnya
merupakan jenis akar serabut (Susanti, 2009).
Gambar.16 Akar Serai Wangi
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
c. Batang
Batangnya berbentuk rumpun, pendek, dan bulat. Penampang lintang
batang berwarna merah. Batang tanaman ini tumbuh tegak lurus diatas tanah .
Kandungan dari serai yang utama adalah minyak atsiri dengan komponen Metil
Eugenol, geraniol, sitronelol, Geranil asetat, sitronelil asetat, sitral, kavikol,
eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, dan kamfen (Wang & Schw,
2010).
Gambar.17 Batang Serai Wangi
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
d. Daun
Serai memiliki tipe daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah
(ligula), helaian daunnya lebih dari separuh yang menggantung dan bila diremas
remasan tersebut berbau aromatik. (Susanti, 2009). Daunnya kesat, panjang dan
runcing. Tulang daun tanaman serai tersusun sejajar. Panjang daun sekitar 50-100
cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 cm.
Gambar. 18 Daun Serai Wangi
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
3. Metabolit Sekunder
Attractant merupakan zat yang bersifat menarik serangga dewasa,
memiliki kandungan bahan aktif diantaranya Metil eugenol, Cue lure dan
Trimedlure yang dijadikan penarik lalat buah. Penggunaan Attractant merupakan
pengendalian yang ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu,
penangkapannya hanya bersifat spesifik pada lalat buah tidak menarik hama yang
bukan sasaran. Sehingga penggunaan attractant dalam pengendalian hama lalat
buah diharapkan dapat meminimalisir penggunaan insektisida. Setiap jenis
attractant memiliki daya tarik tersendiri terhadap spesies lalat buah. Setiap lalat
buah dari genus Bactrocera hanya akan tertarik pada senyawa-senyawa Metil
Eugenol, Cue lure dan Trimedlure serta akan menunjukan respon secara normal
hanya pada serangga jantan (Handayani, 2015).
Metil Eugenol dapat menarik lalat buah jantan Bactrocera spp. Tetapi
tidak untuk anggota subgenus B. bactrocera ( Zeugodacus) spp. dan menarik
beberapa spesies subgenus Ceratitis (Pardalapsis). Metil eugenol menunjukkan
pengaruh yang sangat besar bagi lalat buah sebagai senyawa attractant, karena
mengeluarkan aroma yang dapat menarik lalat buah untuk menghampirinya. Cue
Lure dapat menarik lalat buah jantan Bactrocera spp. dan Dacus spp. Cue lure
umumnya dapat digunakan untuk menarik beberapa spesies lalat buah yang
berperan sebagai hama. Namun, sebagian besar jenis lalat buah yang tertarik oleh
attractant ini merupakan spesies lalat buah hutan yang terkategori sebagai spesies
non dominan dikarenakan memiliki jumlah individu serta sebaran lokasi yang
sangat terbatas. Sedangkan Trimedlure menarik lalat buah jantan subgenera
Ceratitis (Ceratitis) spp. dan C. (Pterandrus) spp. (Siwi et al., 2006). Dan diantara
penggunaan bahan aktif Metil Eugenol, Cue lure dan Trimedlure yang lebih
Efisien terhadap hama Bactrocera spp. adalah Metil Eugenol karena Jika
mencium aroma Metil Eugenol, lalat buah jantan akan berusaha mencari sumber
aroma tersebut dan memakannya (Handayani, 2015).
Lalat buah menggunakan sejumlah isyarat kimia dan isyarat visual untuk
menemukan inang berupa buah (Kurniawan., 2016). Kesesuaian antara isyarat
visual maupun kimia menentukan ketertarikan lalat buah terhadap inangnya.
Isyarat kimia dapat berupa bau yang dikeluarkan oleh buah maupun attractant
yang menyebabkan lalat buah tertarik mendekati arah bau atau attractant tersebut.
Sementara itu, lalat buah lebih tertarik pada bentuk, ukuran, dan warna alat
perangkap tertentu, hal ini lah yang disebut dengan isyarat Visual yang membantu
lalat buah menemukan inang nya (Shahabuddin, 2012).
ME merupakan attractant isyarat kimia menarik imago lalat buah jantan
dan warna kuning pada stainer trap adalah attractant visual karena memiliki
panjang gelombang 4240-4910 nm karena imago lalat buah dapat menerima
rangsangan visual dengan panjang gelombang 2540-6000 nm (Kurniawan, 2016).
Lalat buah jantan mengkonsumsi ME untuk menarik lalat buah betina, ME
yang telah dikonsumsi kemudian akan ditransformasikan dalam bentuk 2-(2-
propenyl)-4,5dimethoxyphenol (DMP) and (E)-coniferyl alkohol (CA) sebagai
hasil metabolisme yang bersifat feromon dan alomon. Metil Eugenol
menunjukkan pengaruh yang sangat besar bagi lalat buah sebagai senyawa
attractant, namun ME pada umumnya hanya menarik lalat buah jantan saja.
Lalat buah jantan yang siap kawin dapat dideteksi melalui bagian rectal
gland organ reproduksinya, terdapat sejumlah senyawa endogen yaitu 6-oxo-1-
nonanol (OXO) dan komponen lain pada daerah rectal gland lalat buah jantan.
Selama musim kawin, senyawa ini akan dikeluarkan sehingga dapat menarik lalat
buah betina. Lalat buah jantan dapat memproduksi senyawa ini setelah
mengkonsumsi Metil Eugenol. ME yang telah dikonsumsi oleh lalat buah jantan
akan ditransformasikan dan diangkut melalui hemolymph ke rectal gland,
kemudian ME diakumulasi/diisolasi oleh rectal papillae dan disimpan dalam
bentuk seks feromon (Kurniawan, 2016).
4. Gejala Kerusakan Buah Cabai
Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas yang
banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari–hari. Selain itu volume kebutuhannya
terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi.
Kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman cabai ialah
gangguan hama dan penyakit. Salah satu hama yang menyerang tanaman cabai
adalah jenis Lalat Buah (Herlinda Siti, Mayasari Reka, Adam Triani, 2007).
Lalat buah khususnya lalat buah betina menyerang buah cabai dengan cara
menusukkan ovipositornya ke dalam buah cabai. Gejala serangan pada buah yang
terserang lalat buah, ditandai dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan
ovipositor. Buah yang baru ditusuk akan sulit dikenali karena hanya ditandai
dengan titik hitam yang kecil sekali. Telur menetas menjadi belatung dan
memakan bagian dalam buah cabai. Kerusakan pada daging buah bagian dalam
tidak dapat dilihat, karena permukaan buah tetap mulus. Namun, apabila buah
cabai di belah, maka akan terlihat biji-biji berwarna hitam, daging buah busuk,
lunak, dan ada belatung yang merupakan larva lalat buah. Luka tusukan lalat
buah dapat menyebabkan masuknya infeksi sekunder berupa penyakit busuk buah,
baik dari cendawan maupun bakteri. Pada tingkat serangan parah, buah cabai
banyak yang busuk dan rontok (Hasyim, 2014).
Gambar. 19 Gejala serangan Bactrocera dorsalis pada buah Cabai
(Herlinda Siti, Mayasari Reka, Adam Triani, 2007)
Serangan lalat buah pada buah cabai tidak hanya menyerang buah yang
sudah matang saja, tetapi juga buah yang masih mengkal. Oleh karena itu, bila
ingin melakukan pengendalian lalat buah sebaiknya dilakukan pada buah cabai
yang menjelang mengkal atau masih mentah. Selain itu, Kerusakan pada buah
cabai yang diserang oleh imago lalat buah sangat dipengaruhi oleh umur buah.
Hal ini dikarenakan umur buah juga merupakan salah satu faktor yang
memperngaruhi kematangan dari buah cabai.
Kriteria kematangan pada buah cabai memberikan informasi yang jelas
mengenai tingkat kerusakan pada buah cabai. Berikut ini adalah beberapa kriteria
kematangan buah cabai:
Gambar. 20 Kriteria buah cabai : Matang, Mengkal, Mentah
(Herlinda Siti, Mayasari Reka, Adam Triani, 2007)
Menurut Endah (2003) lalat buah Bactrocera dorsalis umumnya
menyerang buah yang matang atau setengah matang. Menurut Kalie (1992) buah
yang matang atau menjelang matang mengeluarkan aroma ekstraksi ester dan
asam organik yang semerbak sehingga mengundang lalat buah untuk datang dan
meletakkan telur. Tingkat kerusakan pada buah yang matang lebih tinggi dari
pada buah mengkal. Hal itu terjadi oleh pengaruh buah matang yang teksturnya
lebih lunak sehingga kerusakannya lebih mudah terlihat dari pada buah mentah
dan mengkal, dikarenakan buah yang mentah atau mengkal masih keras sehingga
kerusakannya tidak terlihat (Herlinda Siti, Mayasari Reka, Adam Triani, 2007).
5. Tanaman Inang Lalat Buah
Lalat buah termasuk hama poliphagous atau mempunyai banyak tanaman
alternatif. Jika tanaman utamanya sedang tidak berbuah. Salah satu kendala dalam
upaya pemantapan produksi buah-buahan adalah terjadi serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Hama lalat buah, khususnya dari jenis Bactrocera
spp. adalah hama yang merugikan. Hama ini telah tersebar hampir disemua
kawasan Asia-Pasifik, dengan lebih dari 26 jenis inang, antara lain belimbing,
jambu biji, tomat, cabai merah, melon, apel, nangka kuning, manga, jeruk, jambu
air dan lainnya (Khotimah, 2008).
Tanaman hortikultura merupakan salah satu andalan petani di beberapa
daerah di Indonesia, sebagai sumber pangan dan pendapatan, serta sumber devisa
melalui ekspor sayur dan buah-buahan. Akan tetapi, usaha tani tanaman
hortikultura ini tidak terlepas dari ancaman kerugian yang besar, antara lain akibat
gangguan serangga hama. Lalat buah merupakan salah satu serangga hama
penting bagi tanaman hortikultura. Serangan lalat buah menyebabkan kerugian
baik secara kuantitas maupun kualitas (Hort & Rivaie, 2014).
6. Kerangka Pikir
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan merupakan tinjauan terhadap sejumlah penelitian yang
telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya guna menghindari kemungkinan
adanya duplikasi terhadap penelitian yang sejenis dan untuk menunjukkan
bahwa topik yang akan diteliti belum pernah diteliti dalam konteks yang sama.
APLIKASI
LAPANGAN
Lalat buah jantan ♂
Spesimen Analisis
Data
Identifikasi
Stainer Trap
Ekstraksi batang serai Wangi
dengan konsentrasi 40%,
60%,80%, dan 100%
Anova
One Way
Spesies
Buku Kunci
Determinasi:
1.Susetya.2013
2.Siwi.2006
3. Darwin.2008)
Pembuatan
Ekstrak Alami
Perkebunan
Cabai
Koleksi pasif
Tabel .1
Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh
Ekstrak Serai
(Andropogon
nardus L.)
Terhadap
Kunjungan
Lalat Buah
(Bactrocera
dorsalis
Hendel.)
Dari hasil penelitian
terealisasi bahwa lalat
buah Bactrocera dorsalis
Hend. Lebih banyak
mengunjungi ekstrak serai
dengan dosis yang lebih
tinggi (4 ml) dari pada
ekstrak dengan dosis yang
lebih rendah.
Menggunakan
attractant
alami untuk
Lalat Buah.
penelitian ini
mengkaji tentang
Pengaruh ekstrak
serai terhadap
Kunjungan lalat
buah tingkat
Spesies yaitu
(Bactrocera
dorsalis Hendel.)
sedangkan
penelitian yang
akan peneliti
lakukan yaitu
pengaruh ekstrak
serai wangi
(Cymbopogon
nardus) terhadap
Daya Tarik
Lalat Buah
Jantan tingkat
Genus
Bactrocera spp.
(Diptera:
Tephritidae)
2. Pengaruh
Minyak Kayu
Putih
(Melaleuca
leucadendron
L.) dan
Minyak Serei
(Cymbopogon
nardus L.)
Serta
Campurannya
Terhadap
Tangkapan
Lalat Buah
Bactrocera
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa jenis
lalat buah yang
terperangkap ada dua
jenis yaitu Bactrocera
dorsalis dan Bactrocera
umbrosa. Penggunaan
beberapa attractant alami
yang digunakan
menunjukkan bahwa
tangkapan lalat buah
dengan attractant Minyak
serei lebih banyak
dibandingkan dengan
menggunakan attractant
minyak kayu putih dan
Campurannya.
Menggunakan
attractant
alami untuk
lalat buah
Penelitian ini
menggunakan
attractant Minyak
Kayu Putih
(Melaleuca
leucadendron L.)
dan Minyak Serei
(Cymbopogon
nardus L.)
sedangkan
Penelitian saya
menggunakan
ekstrak Serai
wangi
(Cymbopogon
nardus)
3. Uji
Kemampuan
Beberapa
Konsentrasi
Ekstrak Daun
Selasih Ungu
(Ocimum
sanctum L.)
Sebagai
Atraktan
Lalat Buah
Pada
Pertanaman
Jambu Biji
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa
Konsentrasi ekstrak daun
selasih ungu 80% lebih
mampu digunakan sebagai
attractant untuk
memerangkap lalat buah
spesies B. dorsalis Hendel
dengan rata-rata jumlah
lalat buah jantan
terperangkap 282,20 ekor
dan rata-rata lalat buah
betina terperangkap 0,4
ekor. Konsentrasi ekstrak
Menggunakan
attractant
alami untuk
lalat buah
Penelitian ini
menggunakan
attractant Ekstrak
Daun Selasih
Ungu (Ocimum
sanctum L.) dan
di lakukan pada
Pertanaman
Jambu Biji
sedangkan
Penelitian saya
menggunakan
ekstrak Serai
wangi
(Psidium
guajava L.)
daun selasih ungu 80 %
mampu sebagai attractant
untuk memerangkap lalat
buah B. umbrosa
Fabricius dengan rata-rata
jumlah lalat buah jantan
terperangkap 3,2 ekor.
(Cymbopogon
nardus) dan
dilakukan di
Perkebunan
Cabai.
4. Pemanfaatan
Minyak Sereh
(Andropogon
nardus L.)
sebagai
atraktan
berperekat
terhadap
Lalat Buah
(Bactrocera
spp.) Pada
Pertanaman
Mangga
Attractant mampu
bertahan selama 6 hari
dan memberikan hasil
yang baik dalam menarik
lalat buah.
Menggunakan
attractant
alami untuk
lalat buah
Penelitian ini
dilakukan Pada
Pertanaman
Mangga
sedangkan
Penelitian saya
dilakukan di
Perkebunan Cabai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian dilakukan di perkebunan Cabai Sungai Duren
Kabupaten Muaro Jambi. Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April
2019.
B. Alat dan Bahan
1. Alat dan bahan pembuatan ekstrak Serai wangi
Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah blender, botol
saring. Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak adalah
tanaman serai wangi 3 kg, aquades, dan kertas saring.
2. Alat dan bahan pembuatan perangkap/ strainer trap
Alat yang digunakan untuk pembuatan perangkap atau strainer trap adalah
botol bekas air mineral, kawat, carter dan gunting sedangkan bahan yang
digunakan adalah kapas dan air.
3. Alat dan bahan yang diperlukan dilokasi penelitian
Alat dan bahan yang digunakan di lokasi penelitian adalah hand counter,
kamera, stainer trap (perangkap yang telah dimodifikasi) dan ekstrak serai wangi
sebagai attractant.
C. Prosedur kerja/Langkah-Langkah Kerja
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat perlakuan (treatment), maka
dari itu “ penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono. 2016).
Penelitian ini dapat digolongkan kedalam jenis penelitian murni (sains).
Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
“Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai
media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen, sehingga RAL banyak
digunakan untuk percobaan dilaboratorium, rumah kaca, dan peternakan (
Sastrosupadi, 2018).
Percobaan dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 perlakuan dan 1
kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga jumlah unit
percobaan adalah 5 x 3 = 15. Adapun konsentrasi ekstrak serai wangi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu 40%, 60%, 80 % dan 100%.
Tabel. 2
Denah Percobaan di Lapangan
(1)
A1
(2)
A2
(3)
A3
(4)
A4
(5)
A5
(6)
A2
(7)
A3
(8)
A4
(9)
A5
(10)
A1
(11)
A3
(12)
A4
(13)
A5
(14)
A1
(15)
A2
Keterangan:
A1 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
A2 : perangkap dengan konsentrasi ekstrak 40 %
A3 : perangkap dengan konsentrasi ekstrak 60 %
A4 : perangkap dengan konsentrasi ekstrak 80 %
A5 : perangkap dengan konsentrasi ekstrak 100 %
Pelaksanaan Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Observasi lokasi penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019, Observasi
bertujuan untuk mencari informasi tempat atau lokasi yang strategis untuk
dijadikan sebagai tempat penelitian dengan cara mengenali kondisi dari tempat
tersebut. Mengetahui riwayat aplikasi pestisida dan jenis pestisida yang digunakan
diperkebunan cabai, dan mengetahui hama – hama yang ada pada tanaman cabai.
2. Pembuatan Ekstrak Serai wangi
Pembuatan ekstrak serai wangi dilakukan dengan cara :
a. Pertama, Batang Serai dicuci dan kemudian dipotong kecil-kecil agar lebih
mudah untuk diblender.
b. Kemudian hasil blender dimasukkan kedalam wadah baskom dan didiamkan
selama 1X24 jam
c. Selanjutnya dilakukan penyulingan secara sederhana yaitu menggunakan botol
untuk menampung hasil sulingan, sedangkan pada bagian mulut botol
dipasang kertas saring.
d. Hasil saringan tersebut kemudian disimpan untuk dijadikan sebagai bahan
pemikat atau attractant.
3. Pembuatan Perangkap dan Pemberian Perlakuan pada Perangkap
Dalam teknik pengambilan data, alat yang dipergunakan adalah Stainer
trap yang dimodifikasi menggunakan botol bekas air mineral 600 ml. bagian sisi
samping botol dilubangi sebagai jalan masuknya lalat buah. Pada bagian tengah
tutup botol dilubangi sebagai jalan masuk kawat yang berfungsi sebagai tempat
untuk mengaitkan kapas. Adapun bentuk perangkap strainer trap yang telah
dimodifikasi dengan botol bekas sebagai berikut:
Gambar 21. perangkap strainer trap yang telah dimodifikasi dengan botol bekas
(Kardinan, 2007)
Ada 4 perlakuan dan satu kontrol yang akan diberikan pada masing-
masing perangkap, yaitu untuk perangkap pertama hanya ditetesi air (tanpa
pemberian perlakuan menggunakan attractant pada kapasnya), untuk perangkap
kedua diberikan perlakuan ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 40% pada
kapasnya. Perangkap ketiga diberikan perlakuan ekstrak serai wangi dengan
konsentrasi 60 % pada kapasnya. Perangkap keempat diberikan perlakuan ekstrak
serai wangi dengan konsentrasi 80% pada kapasnya, perangkap kelima diberikan
ekstrak serai wangi 100% pada kapasnya. Untuk masing-masing perangkap sudah
diberikan air pada dasar perangkapnya tanpa menyentuh kapas.
4. Peletakan Perangkap dan Koleksi Lalat Buah
Perangkap diletakkan pada cabang pohon, perangkap diletakkan pada pagi
hari sekitar jam 07.00 WIB. Dan koleksi lalat buah dilakukan pada sore hari
sekitar jam 17.00 WIB. Pengulangan perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali, setiap
pengulangan dilakukan pertukaran secara acak sederhana (Aulani et al., 2013).
D. Analisis data
1. Identifikasi karakter morfologi
Identifikasi lalat buah Bactrocera spp. Dilakukan di Laboratorium
Karantina Hewan/Tumbuhan oleh Ahli.
2. Afektivitas Lalat Buah yang mendatangi Ekstrak Serai Wangi Dianalisis
dengan
Menggunakan Anova One Way untuk Melihat Perbandingan Antara:
a. Tanpa ekstrak Serai Wangi (Kontrol)
b. Ekstrak Serai Wangi dengan konsentrasi 40 %
c. Ekstrak Serai Wangi dengan konsentrasi 60 %
d. Ekstrak Serai Wangi dengan konsentrasi 80 %
e. Ekstrak Serai Wangi dengan konsentrasi 100 %
Langkah-langkah analisis Anova satu jalur sebagai berikut:
1. Menggunakan tabel data pengamatan
2. Menentukan derajat bebas (db) untuk perlakuan, galat, dan total:
a. Db Perlakuan : Jumlah Perlakuan
b. Db Galat : db total-db perlakuan
c. Db total : jumlah seluruh observasi
3. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)
a. t = jumlah perlakuan , r = jumlah ulangan
b. Faktor Korelasi (FK) =
c. JK total = Yij2 –
FK
d. Jumlah perlakuan =
e. JK = JK Total – JK Perlakuan
4. Menghitung Kuadrat Tengah (KT)
a. KT Perlakuan =
b. KT Galat =
5. Fhitung =
dibandingkan dengan Ftable
6. Mengamati tabel F taraf 5%
7. Mengisi tabel ANOVA dengan nilai yang diperoleh
Tabel. 3
ANOVA Satu Jalur
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
bebas (Db)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F hitung F tabel 5 %
Perlakuan t-1 JK P JK P / (t-1) KTP/KTG
Galat (rt-1) – (t-
1)
JK G JK G/ rt-t)
Total rt-1 JKP + JKG
Sumber : ( Sastrosupadi, 2018).
Uji ANOVA hanya memberikan indikasi tentang ada tidaknya beda antara
rata-rata dari seluruh perlakuan. Namun, belum memberikan informasi tentang
ada tidaknya perbedaan antara individu perlakuan yang satu dengan individu
perlakuan yang lainnya. Sederhananya bila ada 5 perlakuan yang ingin diuji,
misalnya perlakuan A, B, C, D, dan E, maka bila uji ANOVA menginformasikan
adanya perbedaan yang signifikan antar, maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan antar rata-rata perlakuan. Namun,
belum tentu rata-rata perlakuan A berbeda dengan perlakuan B, dan seterusnya.
Untuk uji yang lebih mendalam maka mesti dilakukan uji lanjut (Post hoc test).
Pada penelitian ini menggunakan jenis uji lanjut berupa uji BNt (Beda
Nyata terkecil) atau lebih dikenal dengan uji LDS (Least Significance Different)
adalah metode yang dikenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai
BNt atau nilai LDS sebagai acuan dalam menentukan apakah rata-rata dua
perlakuan berbeda secara statistik atau tidak.
Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata
perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dan hasil
sidik ragam.
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung SD
2. Menghitung BNt taraf 5%
BNt 5 % = t SD
3. Membuat tabel BNt 5 %
4. Membandingkan nilai-nilai perlakuan dalam tabel dengan BNT taraf 5 %
5. Membuat keputusan taraf 5%
BNt diturunkan dari rumus uji t yang digunakan untuk membandingkan
dua nilai tengah yang memang berdekatan. Dalam prakteknya setelah ANOVA
nyata, maka digunakan untuk menguji seluruh pasangan perlakuan yang dicoba,
sehingga akan terjadi jugaperbandingan dua nilai yang minimum dengan
maksimum.
Untuk menghitung uji BNt atau LDS, kita membutuhkan beberapa data
yang berasal dari perhitungan sidik raga (ANOVA) yang telah dilakukan
sebelumnya. Secara lengkap rumusnya adalah sebagai berikut:
BNt = (t (db galat) √
s2
= ragam = Kuadrat Tengah (KT)
Untuk menggunakan uji ini, atribut yang diperlukan adalah:
a. Data rata-rata perlakuan,
b. Taraf nyata,
c. Derajad bebas / db galat,
d. Tabel t-student untuk menentukan nilai kritis uji perbandingan.
Untuk mencari nilai t ( db galat ) anda dapat melihatnya pada tabel
sebaran t- student pada taraf nyata dengan derajad bebas . untuk menentukan
nilai t ( derajad bebas), harus berdasarkan nilai taraf nyata yang dipilih
(misalnya = 5%), dan nilai derajad bebas (db) galat.
BNt diturunkan dari rumus uji t yang digunakan untuk membandingkan
atau menguji dua nilai tengah yang memang berdekatan. Dalam praktiknya setelah
ANOVA nyata, maka digunakan untuk menguji seluruh pasangan perlakuan yang
dicoba, sehingga akan terjadi juga perbandingan dua nilai yang minimum dengan
maksimum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jenis Lalat Buah (Bactrocera spp.) yang terdapat di Perkebunan Cabai
Muaro Jambi
Berdasarkan hasil Identifikasi lalat buah (Bactrocera spp.) ditemukan
empat Jenis Lalat sebagai berikut:
Tabel . 4
Jenis Lalat Buah Bactrocera spp. yang ditemukan di Perkebunan Cabai Muaro
Jambi
No Family Scientific Name Common Name
1. Tephritidae Bactrocera umbrosa Lalat buah nangka
2. Tephritidae Bactrocera carambolae Lalat buah belimbing
3. Tephritidae Bactrocera papayae Lalat buah pepaya
4. Tephritidae Bactrocera occipitalis Lalat buah
1. Bactrocera umbrosa
Gambar . 22 Bactrocera umbrosa
(Dokumentasi Pribadi)
Klasifikasi tingkatan taksonomi Bactrocera umbrosa sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Speies : Bactrocera umbrosa
Spesies ini di Indonesia mempunyai daerah distribusi yang luas, dan
menyebar pula di Malaysia, Thailand dan Filipina. Akan tetapi daerah distribusi
secara rinci di Indonesia belum diketahui. Hardy (1982; 1983) hanya
menyebutkan Pulau Borneo. Tumbuhan inang lalat buah Bactrocera umbrosa
ini diantaranya nangka (A. heterophyllus), Cempedak (A. interger) dan Tanaman
Cabai (Capsicum sp) (Siwi et al. 2006).
Ciri- ciri spesies ini yaitu: terdapat bercak facial berbentuk bulat
berwarna hitam pada muka bagian belakang kepala. Torak berwarna hitam
dengan lateral postural vittae berwarna kuning dan terdapat sepasang skutelar.
Selain itu pada bagian sayap, pita costal mencapai hingga ujung sayap dan
terdapat pola melintang berjumlah tiga pada sayap (Suputa et al. 2013).
2. Bactrocera carambolae
Gambar .23 Bactrocera carambolae
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan Klasifikasi tingkatan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Speies : Bactrocera carambolae
Persebaran Bactrocera carambolae meliputi pulau Sumatera, Jawa,
Lombok, Sumbawa Bagian Timur dan Kalimantan. Daerah persebaran di luar
negeri meliputi Malaysia, Asia Tenggara, India, Thailand Selatan, Singapura,
Suriname, Kepulauan Andaman, Perancis Guinea dan Gunaya. Tanaman inang
spesies ini adalah berbagai macam buah-buahan seperti: belimbing , jambu biji ,
jambu air, cabai, tomat, nangka dan mangga (Siwi et al. 2006).
Spesies ini memiliki ciri-ciri: Toraks dominan berwarna hitam tanpa
medial postsutural vittae dan mempunyai lateral postsutural vittae berwarna
kuning. Terdapat pita costal pada sayap hingga ujung sayap, abdomen berwarna
coklat oranye dengan garis hitam memanjang dan pola-pola persegi (Suputa et
al. 2013). Selain itu, pada bagian abdomen pada lalat buah Bactrocera
carambolae dicirikan dengan pola huruf T yang jelas (Bruce, 2013)
3. Bactrocera papayae
Gambar .24 Bactrocera papayae
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan Klasifikasi tingkatan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Speies : Bactrocera papayae
Spesies ini tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Sulawesi dan Papua Barat. Di luar negeri persebarannya meliputi
Brunei Darussalam, Pulau Christmas, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia,
Selandia Baru, dan Papua Nugini. Tanaman inang spesies ini sangat banyak
yaitu pepaya, jambu mete, buah nina, srikaya, pinang, belimbing wuluh, tomat,
pisang, mangga, alpukat, terung dan ketapang. Sedangkan ciri-ciri yang dimiliki
Bactrocera papaya yaitu Torak berwarna hitam, terdapat postsutural vittae
lateral berwarna kuning, terdapat pita costal yang memanjang hingga mencapai
ujung sayap (Suputa et al. 2013).
4. Bactrocera occipitalis
Gambar . 25 Bactrocera occipitalis
(Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan Klasifikasi tingkatan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Speies : Bactrocera occipitalis
Tanaman inang Bactrocera occipitalis adalah Mangga dan Jambu biji.
Ciri-ciri spesies ini postsutural vittae lateral berwarna kuning, memiliki scutum
berwarna hitam, terdapat sepasang scutellar dan lateral postural vittae parallel.
2. Pengaruh Penggunaan Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp.
Perlakuan Ekstrak Serai Wangi yang diterapkan di Perkebunan Cabai
yang terletak di Sungai Duren Muaro Jambi dengan Luas ± 1/8 Hektar, dan
jumlah bibit tanaman cabai yang ditanam petani ± 2000 bibit, dari hasil analisis
secara signifikan menunjukkan bahwa perlakuan Ekstrak serai wangi berpengaruh
nyata terhadap setiap konsentrasi yang diaplikasikan pada tanaman cabai. Dimana
dengan penggunaan ekstrak serai wangi sebagai attractant atau pemikat lalat buah
maka jumlah lalat buah yang terperangkap lebih banyak dibanding dengan
kontrol.
Gambar . 26 Lokasi Penelitian
Dokumentasi Pribadi)
Gambar 27. Peletakan perangkap dengan berbagai konsentrasi dilokasi penelitian
(Dokumentasi Pribadi)
Data hasil pengamatan jumlah tangkapan lalat buah dianalisis
menggunakan ANOVA satu jalur pada taraf nyata 5%. Hasil analisis variansi satu
jalur disajikan pada tabel berikut:
Tabel.5
Hasil analisis variansi satu jalur pada penerapan Ekstrak serai wangi terhadap
daya tarik lalat buah jantan di perkebunan cabai Muaro Jambi
SK Db JK KT F hitung F tabel 5%
Perlakuan 4 31,6 7,9 4, 08 3, 48
Galat 10 19,34 1,934
Total 14 50,94 3,63 - -
Berdasarkan Tabel. 5 terlihat bahwa pengaruh penerapan ekstrak serai wangi
terhadap daya tarik lalat buah jantan menunjukkan bahwa F hitung > F tabel yaitu
pada taraf signifikan 5% adalah 4,08 > 3,48, artinya signifikan atau ada pengaruh
dari perlakuan ekstrak serai wangi terhadap daya tarik lalat buah jantan di
perkebunan cabai Muaro Jambi.
Uji BNt sebagai uji lanjutan yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
pengaruh antar perlakuan pada setiap perlakuan berdasarkan nilai rata-rata hasil
tangkapan lalat buah yang disusun dari nilai rata-rata perlakuan yang terkecil
hingga yang terbesar (Aulani et al., 2013).
Tabel. 6
Hasil uji (BNt) jumlah rata-rata tangkapan lalat buah setelah penerapan
perlakuan kontrol dan beberapa konsentrasi ekstrak serai wangi di Perkebunan
Cabai Muaro Jambi
Perlakuan Rata-Rata Notasi atas BNt 0,05
A1 Kontrol 0 A
A2 (40%) 1 Ab
A3 (60%) 2 Ab
A4 (80%) 2,3 Ab
A5 (100%) 4,33 B
BNt 0,05 2, 53
Data hasil perhitungan BNt 0,05 (Tabel.6) yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa perlakuan A1(Kontrol), A2 (40%), A3 (60%), A4 (80%) mempunyai
notasi huruf yang sama yaitu “ a”, yang artinya perlakuan A1(Kontrol), A2(40%),
A3(60%), A4 (80%) tidak berbeda nyata, begitu pula antara perlakuan A2(40%),
A3(60%), A4(80%) dan A5(100%) yang memiliki notasi huruf yang sama yaitu
“b” yang artinya perlakuan yang memiliki notasi huruf yang sama, memiliki
potensi yang sama sebagai pemikat lalat buah.
3. Konsentrasi Optimal Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon nardus) sebagai
Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun konsentrasi
ekstrak serai wangi yang optimal digunakan sebagai attractant atau pemikat lalat
buah adalah perlakuan dengan konsentrasi 100% yakni murni ekstrak serai tanpa
campuran air. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan jumlah tangkapan lalat buah
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel. 7
Data Hasil Jumlah Tangkapan Lalat Buah dengan Perlakuan attractant serai
wangi
Ulangan
Jumlah Tangkapan Lalat Buah
Jumlah
Kontrol
(0%)
Perlakuan
(40%)
Perlakuan
(60%)
Perlakuan
(80%)
Perlakuan
(100%)
I
II
0
0
2
0
0
3
3
2
3
7
8
12
III 0 1 3 2 3 9
JUMLAH 0 3 6 7 13 29
Rata-Rata 0 1 2 2,3 4,33
Berdasarkan Tabel. 7 dapat dijelaskan bahwa perlakuan dengan perbedaan
penggunaan konsentrasi ekstrak serai wangi (Cymbopogon nardus)
mempengaruhi jumlah tangkapan lalat buah diperkebunan cabai, pada kontrol
(0%) jumlah tangkapan lalat buah yang diperoleh adalah 0, pada perlakuan (40%)
jumlah tangkapan lalat buah yang diperoleh adalah 3 ekor, pada perlakuan (60%)
jumlah tangkapan lalat buah yang diperoleh adalah 6 ekor, pada perlakuan (80%)
jumlah tangkapan lalat buah yang diperoleh adalah 7 ekor, dan pada perlakuan
(100%) jumlah tangkapan lalat buah yang diperoleh adalah sebanyak 13 ekor .
Distribusi hasil pengamatan jumlah tangkapan lalat buah dengan
penggunaan attractant ekstrak serai wangi dapat di visualisasikan dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
Gambar. 28 Jumlah Tangkapan Lalat Buah
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa jumlah tangkapan lalat
buah dengan menggunakan attractant ekstrak serai wangi dari hasil yang tertinggi
sampai yang terendah adalah perlakuan (100%), (80%), (60%), (40%), dan (0%)
sebagai kontrol.
Berdasarkan Gambar. 28 dapat dilihat bahwa kontrol (A1) tidak diberi ekstrak
serai wangi tidak menghasilkan tangkapan lalat buah sehingga merupakan hasil
yang terendah dari semua perlakuan. Sedangkan penggunaan konsentrasi ekstrak
serai wangi 100% merupakan konsentrasi tertinggi mendapatkan jumlah
tangkapan lalat buah. Oleh karena itu, yang dapat dikatakan sebagai konsentrasi
yang optimal yang paling baik digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi
100% karena jumlah lalat buah yang terperangkap paling banyak. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Efendy dkk, (2010) bahwa jumlah imago lalat buah jantan
yang terperangkap dipengaruhi oleh konsentrasi yang diterapkan. Karena semakin
tinggi konsentrasi maka semakin banyak pula kandungan metil eugenol pada
ekstrak.
0
2
4
6
8
10
12
14
JUMLAH TANGKAPAN LALAT BUAH
BANYAKNYA LALAT BUAH
Tabel . 8
Jumlah Lalat Buah yang terperangkap setiap hari
PERLAKUAN Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Jumlah
Kontrol 0 0 0 0 0
Konsentrasi 40% 1 1 1 0 3
Konsentrasi 60 % 3 1 1 1 6
Konsentrasi 80% 4 1 2 0 7
Konsentrasi 100% 8 3 1 1 13
Total 16 6 5 2 29
Dari tabel. 8 dapat dilihat bahwa lalat buah yang paling banyak
terperangkap pada hari ke-1 pemasangan perangkap yaitu sebanyak 16 ekor lalat
buah, pada hari ke-2 terdapat 6 ekor lalat buah yang terperangkap, hari ke-3 ada
5 lalat buah yang terperangkap dan pada hari ke-4 hanya 2 lalat buah yang
terperangkap. Terjadinya penurunan jumlah tangkapan lalat buah dikarenakan
hujan turun pada hari ke2 sehingga menyebabkan attractant pada perangkap ada
yang terkontaminasi dengan air sehingga aroma attractant nya berkurang bahkan
ada yang hilang. Selain itu, penurunan banyaknya tangkapan lalat buah
disebabkan karena pada setiap harinya kadar eugenol atau aroma dari ekstrak pada
perangkap selalu mengalami penguapan sehingga lama-kelamaan akan hilang
(Salbiah et al., 2013).
B. Pembahasan
Cabai merah (Capsicum annum L.) termasuk kedalam Famili Solonaceae.
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
penting di Indonesia. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan
vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A,
B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga
dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, industri bumbu masakan,
industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu. Salah satu kendala utama
dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya serangan lalat buah pada
tanaman cabai. Jenis lalat buah yang menyerang buah di Indonesia adalah dari
genus Bactrocera terutama dari spesies B. dorsalis Hendel Compleks yang dapat
menyebabkan kehilangan hasil; sampai 100% (Azmal dan Fitriany 2006). Cabai
yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila dilihat di
dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat (Shahabuddin, 2011).
Klasifikasi Tanaman Cabai merah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solonales
Famili : Solonaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Lalat buah Genus Bactrocera merupakan salah satu hama utama yang
menyerang tanaman cabai. Lalat buah (Ordo Diptera, famili Tephritidae), terdiri
atas ± 4000 spesies yang terbagi dalam 500 genus. Tephritidae merupakan famili
terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu famili yang penting karena
secara ekonomi sangat merugikan. Stadium lalat buah yang paling merusak adalah
larva, yang pada umumnya berkembang di dalam buah.
Pada proses penelitian diperoleh empat jenis lalat buah yang terperangkap
pada perangkap lalat buah yang telah dipasang, yaitu dari spesies Bactrocera
umbrosa, Bactrocera carambolae, Bactrocera papayae dan Bactrocera
occipitalis. Bactrocera umbrosa dan Bactrocera carambolae merupakan hama
lalat buah yang menyerang tanaman cabai yang mengakibatkan kerusakan
terhadap buah cabai (Siwi. et al., 2006). Lalat buah Bactrocera papayae adalah
jenis lalat buah yang meyerang tanaman pepaya, mangga, dan pisang. Sedangkan
Bactrocera occipitalis merupakan jenis lalat buah yang menyerang tanaman
mangga dan jambu biji (Siwi et al., 2006).
Pada lingkungan tempat penelitian berlangsung memang ditanami
berbagai jenis buah dan sayur, diantaranya: terung, pare, jambu biji, tomat, pisang
dan lainnya. spesies Bactrocera occipitalis masuk kedalam perangkap penelitian
dikarenakan dilingkungan tempat penelitian berlangsung, terdapat tanaman
inangnya dan spesies ini juga tertarik akan aroma dari attractant yang terdapat
dalam perangkap.
Menurut Ye et al., (2007), fluktuasi populasi lalat buah terjadi karena
faktor iklim (abiotik) yang berupa suhu, curah hujan, jumlah hari hujan,
kelembaban dan sinar matahari. Faktor suhu dan kelembaban dapat
mempengaruhi fluktuasi populasi lalat buah dilapangan, karena dapat
memengaruhi perkembangan dan reproduksi lalat buah. Sedangkan curah hujan
dan jumlah hari hujan yang tinggi dapat menyebabkan populasi lalat buah
meningkat. Faktor biotik berupa fenologi tanaman inang, potensi inang lain, serta
musuh alami juga berperan terhadap fluktuasi populasi lalat buah pada lahan
pertanaman (Susanto, Supriyadi, Susniahti, & Hafizh, 2017).
Kondisi lingkungan seperti Curah hujan memang sangat berpengaruh
terhadap fluktuasi populasi lalat buah. Namun, curah hujan tidak mendukung saat
penelitian berlangsung. Lalat buah yang terperangkap pada hari ke-1 sebanyak 16
ekor, sedangkan pada hari ke-2 mengalami penurunan yaitu hanya 6 ekor lalat
buah yang terperangkap, hari ke-3 terdapat 5 ekor lalat buah yang terperangkap
dan pada hari ke-4 hanya ada 2 ekor lalat buah yang terperangkap. Pada hari ke-2
saat perangkap telah dipasang terjadi hujan yang merupakan salah satu faktor
penyebab berkurangnya jumlah tangkapan lalat buah. Hal ini dikarenakan saat
hujan turun perangkap yang dibuat secara standar dapat menyebabkan attractant
yang ada didalamnya akan terkontaminasi dengan air hujan, sehingga kadar atau
aroma dari ekstrak akan berkurang bahkan hilang karena telah tercampur dengan
air hujan.
Selain curah hujan, faktor lain yang menyebabkan sedikitnya jumlah
tangkapan lalat buah pada penelitian ini adalah karena petani secara rutin
menyemprotkan pupuk organik di perkebunan cabai, sekitar 3 hari sekali, Hal ini
yang menyebabkan berkurangnya populasi lalat buah yang ada disana. Hal ini
juga merupakan faktor penyebab sedikitnya jumlah tangkapan lalat buah pada
penelitian ini.
Ketersediaan buah sebagai inang serta musuh alami juga berpengaruh
terhadap jumlah populasi lalat buah pada suatu wilayah tertentu. Aktivitas lalat
buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh warna dan aroma dari
buah inang Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanto et al., 2017
yang menyatakan bahwa Semakin banyak ketersediaan inang cabai merah dilahan
maka semakin besar kemungkinan meningkatnya populasi lalat buah pada
tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan lalat buah menggunakan sejumlah isyarat
visual maupun isyarat kimia untuk menemukan inang berupa buah ataupun
sayuran.
Berdasarkan hasil pengamatan jumlah tangkapan masing-masing
perangkap berbeda berdasarkan nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata perangkap tanpa
perlakuan (kontrol) adalah 0. Sedangkan perangkap dengan perlakuan ekstrak
serai wangi 40 % rata-rata lalat buah yang terperangkap adalah 1, perangkap
dengan perlakuan ekstrak serai wangi 60% rata-rata lalat buah yang terperangkap
adalah 2, perangkap dengan perlakuan ekstrak serai wangi 80% rata-rata lalat
buah yang terperangkap adalah 2,3, dan untuk perangkap dengan perlakuan
ekstrak serai wangi 100% rata-rata lalat buah yang terperangkap adalah 4,33.
Perbedaan yang terjadi pada setiap rata-rata perlakuan diduga karena
semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan maka semakin tinggi pula
kandungan eugenol dan aroma yang dihasilkan, maka akan semakin banyak pula
jumlah lalat buah yang akan terperangkap. Hal ini didukung oleh pernyataan
Ntonifor dkk (2010) yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi yang
digunakan dapat meningkatkan kemampuan attractant dalam menarik hama lalat
buah (Analysis, 2015).
Meskipun kadar eugenol yang terdapat pada serai wangi tidak banyak,
karena kandungan terbesar pada serai wangi yaitu Sitronella dan geraniol, namun
tingkat ketahanan aroma minyak serai wangi akan relatif lebih tahan lama. Selain
itu, bahan-bahan lain seperti alkohol dan terpene yang terkandung pada minyak
serai dapat menarik lalat buah. Menurut Anonim (2009) minyak serai
mengandung campuran dari bahan hayati, termasuk didalamnya aldehide, alkohol,
ester, keton dan terpene yang merupakan sisa metabolisme tumbuh-tumbuhan
yang dapat digunakan sebagai penarik serangga (Aulani et al., 2013.).
Pada setiap ulangan perlakuan dilakukan pada pohon cabai yang berbeda
maka pada hasil tangkapan lalat buah terlihat ada perbedaan banyak nya
tangkapan lalat buah, pada perangkap dengan penggunaan konsentrasi yang tinggi
namun menghasilkan tangkapan lalat buah lebih sedikit sedikit bila dibanding
dengan perlakuan berkonsentrasi yang rendah, hal ini tentunya juga dipengaruhi
oleh kondisi dari tempat peletakan masing-masing perangkap. Pada saat
pemasangan perangkap secara acak ditemukan perangkap dengan konsentrasi
tinggi namun peletakannya pada pohon cabai yang tidak banyak bunga maupun
buah cabainya sehingga lalat buah yang datang hanya sedikit dibanding dengan
perangkap berkonsentrasi rendah namun peletakannya pada pohon cabai yang siap
untuk panen sehingga lalat buah banyak mendatanginya.
Hal ini disebabkan karena lalat buah menggunakan isyarat kimia baik
berupa bau yang dikeluarkan dari buah maupun attractant pemikat lalat buah yang
digunakan sehingga akan menyebabkan lalat buah akan tertarik mendekati tempat
dimana terdapat sinyal isyarat kimianya yang lebih kuat (Marikun & Anshary,
2014).
Kandungan Minyak atsiri dari serai wangi yang dapat dijadikan attractant
atau penarik lalat buah ini cukup efisien jika digunakan petani, jika dibandingkan
dengan metil eugenol yang dijual dipasaran. Dikarenakan metil eugenol yang
dijual dipasaran cukup mahal dan terbatas sedangkan jika menggunakan
tumbuhan serai wangi sebagai bahan untuk membuat attractant jelas sangat
ekonomis karena tidak terlalu banyak membutuhkan biaya.
Selain itu, Attractant yang diproduksi dari tumbuhan Serai wangi
memiliki kelebihan berasal dari bahan alami, sehingga tidak akan terjadi
kontaminasi terhadap buah cabai yang ada pada lahan tanaman cabai. Oleh karena
itu, dengan penerapan penggunaan attractant Metil Eugenol ini akan mengurangi
residu berbahaya pada produk buah cabai serta mengurangi pencemaran
lingkungan . Oleh karena itu, hasil buah cabai yang akan dipanen nantinya tidak
akan terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang membahayakan.
Penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan pada lalat buah
Bactrocera spp. berjenis kelamin jantan, dikarenakan lalat buah berjenis kelamin
jantan dapat kawin berkali-kali dengan lalat buah berjenis kelamin betina yang
berbeda-beda yang dapat menyebabkan populasi individu baru dari hasil
perkawinan dari lalat buah akan bertambah. Oleh karena itu, untuk mencegah dan
mengurangi hal ini agar tidak terus - menerus terjadi maka diterapkan penelitian
ini, karena lalat buah jantan tertarik akan aroma dari minyak atsiri yang memiliki
kandungan metil eugenol dan minyak hayati hasil sisa metabolisme tumbuhan
serai wangi. Kelebihan penelitian ini dilakukan yaitu, disaat lalat buah jantan telah
terperangkap pada perangkap dengan attractant serai wangi yang dipasang,
populasi lalat buah jantan akan berkurang. Berkurangnya populasi lalat buah
jantan akan menyebabkan terganggunya reproduksi dari lalat buah betina,
dikarenakan tidak terjadinya pembuahan. Jika hal ini terus - menerus terjadi, maka
populasi dari jenis lalat buah yang selalu menjadi penyebab kerusakan buah cabai
akan berkurang. Hal ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi para petani
karena populasi hama lalat buah yang merupakan salah satu hama utama tanaman
cabai yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar karena dapat menyebabkan
buah menjadi matang sebelum waktunya, busuk dan akhirnya gugur akan
berkurang, Sehingga produktivtas hasil panen yang didapatkan petani akan
kembali normal (Humaira, Tasik, & Masriatun, 2013).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Ekstrak Serai Wangi (Cymbopogon
nardus) Terhadap Daya Tarik Lalat Buah Jantan Bactrocera spp. (Diptera:
Tephritidae) di Perkebunan Cabai Muaro Jambi yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lalat Buah yang ditemukan diperkebunan Cabai ada empat jenis yaitu
Bactrocera umbrosa, Bactrocera carambolae, Bactrocera papayae dan
Bactrocera occipitalis.
2. Penggunaan ekstrak serai wangi (Cymbopogon nardus) berpengaruh nyata
terhadap daya tarik lalat buah jantan Bactrocera spp. (Diptera:
Tephritidae) diperkebunan cabai Muaro Jambi.
3. Konsentrasi optimal penggunaan ekstrak serai wangi (Cymbopogon nardus)
terhadap daya tarik lalat buah jantan Bactrocera spp. (Diptera:
Tephritidae) diperkebunan cabai Muaro Jambi adalah konsentrasi 100 % .
B. Saran
Dari Penelitian ini, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi ada
beberapa saran yang perlu dilakukan yaitu, sebagai berikut:
1. Perlu diadakan Pelatihan pembuatan ekstrak yang tepat agar bahan atau
tumbuhan yang akan digunakan dapat dijadikan sebagai attractant / pemikat
lalat buah
2. Menggunakan tumbuhan lain selain serai wangi (Cymbopogon nardus)
sebagai attractant atau pemikat lalat buah.
3. Penelitian tentang ekstrak serai wangi terhadap daya tarik lalat buah dilakukan
diperkebunan atau lokasi penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Analysis, H. (2015). Uji Kemampuan Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Selasih
Ungu (Ocimum sanctum L.) Sebagai Atraktan Hama Lalat Buah Pada
Pertanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.). Jom Faperta Vol.2 No.2.
Anny, H. K., Tulung, M., & Pelealu, J. (2015). Identifikasi dan populasi lalat
buah, 21(3), 105–110.
Anonim, 2007. Al-Qur’an Tajwid & Terjemah. Bandung: Departemen Agama RI
Aulani, F., Artayasa, P & Ilhamdi, L, m. (2013) Pengaruh Minyak Kayu Putih
(Melaleuca leucadendron L.) Dan Minyak Serei (Cymbopogon nardus L.)
Serta Campurannya Terhadap Tangkapan Lalat Buah Bactrocera 13(1), 19–
28
Bukhara. (2007). Al-Qur’an Tajwid & Terjemah. Bandung : PT Sygma Examedia
Arkanleema
Bruce, 2011. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical Information and
Modeling,53(9),1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Handayani, L. (2015). Efektifitas Tiga Jenis Atraktan Terhadap Lalat Buah (
Diptera : Tephritidae ) pada Tanaman Jeruk Pamelo dan Belimbing di
Kabupaten Magetan. Jurnal Online Agroekoteknologi, 7–14.
Hasyim, A., Setiawati, W & Liferdi. (2014). Teknologi Pengendalian Hama Lalat
Buah Pada Tanaman Cabai. Iptek Holtikultura, 10(10), 20–25.
Herlinda Siti, Mayasari Reka, Adam Triani, dan P. Y. (2007). Populasi dan
serangan lalat buah. Seminar Nasional Dan Kongres Ilmu Pengetahuan
Wilayah Barat, Palembang, 3-5 Juni 2007, 3–5.
Hort, J., & Rivaie, K. (2014). Pengaruh Konsumsi Metil Eugenol dan Protein
Hidrolisat Terhadap Kebugaran Lalat Buah Bactrocera carambolae [
Influence of Methyl Eugenol and Protein Hydrolyzate Consumption on the
Fitness of Fruit Fly, 24(3), 249–257.
Humaira, Tasik, S. B., & Masriatun. (2013). Pelatihan pembuatan atraktan alami
dari tumbuhan aromatika untuk pengendalian lalat buah Bactrocera sp. pada
pertanaman cabai di kecamatan Sigi Biromaru, 2010, 1–8.
Isnaini, N.Y, 2013. Identifikasi Spesies Dan Kelimpahan Lalat Buah Bactrocera
spp. Di Kabupaten Demak. Skripsi. Jurusan Biologi . Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Kardinan, A. (2007). Tanaman Aromatik Pengendali Hama Lalat Buah.
Khotimah, K. (2008). Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (
Uin ) Malang Malang.
Marikun, M., & Anshary, A. (2014). ( Diptera : Tephritidae ) Pada Tanaman
Mangga ( Mangifera Indica ) Di Desa Soulove Attractiveness of Different
Attractant and Colours Traps to Fruit Flies, 2(5), 454–459.
Ms, M. S. L., Creese, A. J., & Cooper, H. J. (2007). for the Identification of
Proteins. https://doi.org/10.1016/j.jasms.2007.01.008
Muryati, A.Hasyim, & Riska. (2008). Preferensi Spesies Lalat Buah terhadap
Atraktan Metil Eugenol dan Cue-Lure dan Populasinya. J. Hortikultur, 18(2),
227–233.
Salbiah, D., Sutikno, A & Rangkuti, A. (2013). Prosiding Seminar Nasional 2013,
Pekanbaru, (November), 102–110.
Kurniawan, B. (2016). Keanekaragaman dan Kemelimpahan Jenis Serangga Pada
Perkebunan Apel ( Malus sylvestris (L.) Mill) KONVENSIONAL DI
TULUNGREJO, BATU, JAWA TIMUR.
Rahmanda, E. (2017). Identifikasi Spesies Lalat Buah Genus.
Rahmawati, P. Y. 2014. Ketertarikan Lalat Buah Bactrocera sp. Pada Senyawa
Atraktan Yang Mengandung Campuran Protein Dan Metil Eugenol. Skripsi.
Jurusan Biologi . Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Semarang: Universitas Negeri Semarang
Safita, R . 2014. Zoologi Vertebrata. Jambi: Pusaka
Sastrosupadi, Adji.2018. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian.
Yogyakarta: PT Kanisius
Shahabuddin. (2011). Efektivitas Ekstrak Daun Selasih ( Ocimum sp .) dan Daun
Wangi ( Melaleuca bracteata L .) Sebagai Atraktan Lalat Buah Pada
Tanaman Cabai Effectiveness of the Leaf Extract of Ocimum sp . and M .
bracteata as Fruit Flies Attractant in The Chili Plantation. Jurnal Agroland,
18(3), 201–206.
Shahabuddin (2012). Teknik Pengendalian Lalat Buah Bactrocera sp. (
DIPTERA : Perangkap Dengan Isyarat Kimia Dan Visual Control
Technique of Fruit Flies ( Diptera : Tephritida ) At The Chili Plantation by
Sing Trap with Chemical and Visual Cues, 19(April), 56–62.
Siwi, S.S., Hidayat, P & Suputa. 2006. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
Penting di Indonesia (Diptera: Tephritidae). Bogor : Australia Government
Departement of Agriculture Fisheries and Forestry AusAID
Susanto, A., Supriyadi, Y., Susniahti, N., & Hafizh, V. (2017). Fluktuasi Populasi
Lalat Buah Bactrocera spp . ( Diptera : Tephritidae ) pada Pertanaman
Cabai Merah ( Capsicum annuum ) di Kabupaten Bandung , Jawa Barat.
Jurnal Agrikultura, 28(3), 141–144.
Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suputa & Putra.N.S. 2013. Lalat Buah Hama Bioekologi & Strategi Tepat
Mengelola Populasinya.Yogyakarta: Smartania Publishing
Susanti, Y. (2009). Upt perpustakaan unisba. Http://Elibrary.Unisba.Ac.Id, 1–120.
Retrieved from http://elibrary.unisba.ac.id/files/09-1616_Fulltext.pdf
Wang, L., & Schw, E. (2010). ( 1 1 , 1, 26(July 2018), 23–26.
https://doi.org/10.1093/qjmed/hcy132/5040729
LAMPIRAN 1
Analisis Variansi Satu Jalur (ANOVA)
Tabel Hasil analisis variansi satu jalur pada penerapan Ekstrak serai wangi
terhadap daya tarik lalat buah jantan diperkebunan cabai Muaro Jambi
SK Db JK KT F hitung F tabel 5%
Perlakuan 4 31,6 7,9 4, 08 3, 48
Galat 10 19,34 1,934
Total 14 50,94 3,63 - -
Perhitungan Analisis Anova Satu Jalur
DB Total = Jumlah seluruh observasi – 1
= 15 – 1
= 14
DB Perlakuan = Jumlah perlakuan – 1
= 5 – 1
= 4
DB Galat = DB Total – DB Perlakuan
= 14 – 4
= 10
R = Jumlah ulangan
= 3
FK =
=
=
= 56.06
JK Total = Yij2 – FK
= 02+2
2+0
2+3
2+3
2+0
2+0
2+3
2+2
2+7
2+0
2+1
2+3
2+2
2+3
2 – 56.06
= 107 – 56.06
= 50.94
JkPerlakuan =
= 02+3
2+6
2+7
2+13
2 – 56.06
3
= 0+9+36+49+169 – 56.06
3
= 263 – 56.06
3
= 87.66 – 56.06
= 31.6
Jkgalat = JK Total – JK Perlakuan
= 50.94 – 31.6
= 19.34
KT Perlakuan =
=
= 7.9
KT Galat =
=
= 1.934
F Hitung =
=
= 4.08
F Tabel = 5% (0.05)
N1 = 4 (dbp = 4)
N2 = 10 (dbp = 10)
= 3.48
= F hitung > F tabel, yaitu pada taraf signifikan 5% adalah 4.08 > 3.48 yang
artinya signifikan atau ada pengaruh dari perlakuan ekstrak serai wangi
terhadap daya tarik lalat buah jantan di perkebunan cabai Muaro Jambi.
LAMPIRAN 2
(Tabel persentase distribusi F = 0.05)
LAMPIRAN 3
Jumlah Tangkapan Lalat Buah
Tabel Data Hasil Jumlah Tangkapan Lalat Buah dengan Perlakuan attractant
Serai Wangi
Ulangan
Jumlah Tangkapan Lalat Buah
Jumlah
Kontrol
(0%)
Perlakuan
(40%)
Perlakuan
(60%)
Perlakuan
(80%)
Perlakuan
(100%)
I
II
0
0
2
0
0
3
3
2
3
7
8
12
III 0 1 3 2 3 9
JUMLAH 0 3 6 7 13 29
Rata-Rata 0 1 2 2,3 4,33
LAMPIRAN 4
Jumlah Tangkapan Lalat Buah Setiap Hari
Tabel Jumlah Lalat Buah yang terperangkap setiap hari
PERLAKUAN Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Jumlah
Kontrol 0 0 0 0 0
Konsentrasi 40% 1 1 1 0 3
Konsentrasi 60 % 3 1 1 1 6
Konsentrasi 80% 4 1 2 0 7
Konsentrasi 100% 8 3 1 1 13
Total 16 6 5 2 29
LAMPIRAN 5
Uji Lanjut BNt
Cara Menghitung Uji Lanjut BNt
BNt = t (db galat) √
Keterangan S2 = Ragam = Kuadarat Tengah (KT)
Lambang Nilai Keterangan
S2 1,934 Nilai S
2 dilihat dari tabel ANOVA
t tabel 2.23 Ditentukan berdasarkan nilai alfa dan galat
Alfa 0,05 Taraf 5 %
Galat 10 Dilihat dari tabel ANOVA
r (Ulangan)
Nilai BNt
3
2,53
ulangan perlakuan
BNt = t 0,05 (10) √
= 2, 23 √
= 2, 23 1,1354
= 2,53
Tabel rata-rata jumlah lalat buah setelah uji BNt dan Penentuan Notasi
Perlakuan Rata-Rata Notasi atas BNt 0,05
A1 Kontrol 0 A
A2 (40%) 1 Ab
A3 (60%) 2 Ab
A4 (80%) 2,3 Ab
A5 (100%) 4,33 B
BNt 0,05 2, 53
LAMPIRAN 6
Dokumentasi
Pengambilan Serai Wangi
Proses Pembersihan Serai Wangi
Serai wangi yang telah dirajang/dipotong
Kecil-kecil Serai wangi yang telah dirajang
kemudian dihaluskan dengan blender
(Lanjutan)
Serai Wangi yang telah dihaluskan,
dimasukkan kedalam baskom
lalu didiamkan selama 24 jam
Serai wangi yang telah didiamkan
kemudian disaring
LOKASI PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN
(Lanjutan)
Proses peletakan perangkap
Peletakan perangkap dengan
berbagai konsentrasi dilokasi penelitian
Perangkap tanpa perlakuan (Kontrol) Perangkap dengan konsentrasi 40%
(Lanjutan)
Perangkap dengan konsentrasi 60% Perangkap dengan perlakuan 80%
Perangkap dengan konsentrasi 100% FOTO BERSAMA PETANI
DILOKASI PENELITIAN
(Lanjutan)
Proses Identifikasi oleh Ahli
Proses Identifikasi oleh Ahli
Bactrocera umbrosa
Bactrocera carambolae
Bactrocera papayae
Bactrocera occipitalis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Risnawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ Tanggal Lahir: Pebenaan, 18 Agustus 1997
Alamat Asal : Desa Pebenaan, kec. Keritang, Kab. Indragiri Hilir, Prov
Riau
Alamat Sekarang : Perumahan Griya kenali jaya Rt 59 blok C12, Simpang
Rimbo
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat e-mail : risnawatiii97@gmail.com
No Kontak : 0812-6110-4480
Pengalaman-Pengalaman Pendidikan Formal
1. SD Negeri 046, Tahun Tamat 2009
2. SMP Negeri 2 Keritang, Tahun Tamat 2012
3. SMA Negeri 1 Keritang, Tahun Tamat 2015
4. SI Jurusan Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Tahun Tamat 2019
Motto Hidup
“Berbuat Baiklah Kepada Semua Orang Meskipun Tak Semua Orang Baik
Kepadamu”
Jambi, 04 November 2019
Penulis,
Risnawati
TB.151024
top related