crs hifema

Post on 22-Oct-2015

102 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Hifema

TRANSCRIPT

Sri Utari Saraswati Fitrus Oktoriza

Preseptor:dr. Andrini Ariesti, Sp.M

dr. Fitratul Ilahi Sp.M

Case Report Session

Anatomi Mata Secara Umum

Tunica Fibrosa : sklera dan kornea Tunica Vasculosa : choroidea, corpus siliar,

iris Tunica Sensoria : retina

Anatomi Bilik Mata Depan

AnatomiBilik mata depan : Terletak antara persambungan kornea

perifer dengan iris.terdapat jalinan trabekula yang dasarnya

mengarah ke badan siliar. Bagian dalam menghadap ke bilik mata

depan dikenal sebagai jalinan uvea. Bagian luar terletak dekat kanalis

schlemm dikenal sebagai jalinan korneoskleral.

AnatomiVaskularisasi orbita berasal dari arteri

ophtalmika, yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intracranial.

Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15mm di belakang bola mata.

Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang mevaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri palpebral medialis ke kedua kelopak mata dan arteri supra orbitalis serta supra troklearis.

AnatomiAteri siliaris posterior brevis

memvaskularisasi koroid dan bagian nervus optikus.

Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan siliar, beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteri siliaris anterior membentuk sirkulus arteriosus major iris.

Arteri siliaris anterior berasal dari cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli rekti. Arteri ini memvaskularisasi sklera, episklera, limbus, konjungtiva serta ikut membentuk sirkulus arteriosus major iris.

AnatomiDrainase vena-vena di orbita terutama

melalui vena oftalmika superior dan inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoase, vena siliaris anterior, dan vena sentralis retina.

Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus melalui fissura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui fissura orbitalis anterior.

Anatomi

Definisi HIFEMA

Epidemiologi

EtiologiTrauma tumpul pada mata seperti terkena

bola, batu, peluru senapan angin, dll. Kesalahan prosedur operasi mata. Spontan : rubeosis iridis, gangguan

hemostasis, masalah intraocular lens (IOL), tumor mata (retinoblastoma), kelainan pembuluh darah (juvenile xanthogranuloma), dan leukemia

KLASIFIKASI:Berdasarkan Penyebabnya : traumatik,

tindakan medis, inflamasi yang parah pada iris dan badan siliar, kelainan sel darah, neoplasma

Berdasarkan waktu terjadi : primer dan sekunder

Berdasarkan tampilan klinis (Sheppard) :Grade IGrade IIGrade IIIGrade IV

PatogenesisPerdarahan bilik depan bola mata terutama

berasal dari pembuluh darah korpus siliaris dan sebagian kecil dari pembuluh darah iris.

Sedangkan penyerapan darahnya sebagian besar akan diserap melalui trabekular meshwork dan selanjutnya ke Kanal Schlemm, sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris.

Patogenesis

Derajat (Grade ) Luas Hifema

I

II

III

IV

Mikroskopik

< 1/3

1/3 – 1/2

1/2 - hampir total

Total (eight-ball)

hanya terlihat dengan

mikroskop, tidak terlihat

makroskopik

Manifestasi klinisRiwayat trauma pada mataPerdarahan pada bilik depan bola mata

(diperiksa dengan flashlight)Kadang-kadang ditemukan gangguan tajam

penglihatan.Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari

konjungtiva dan perikorneal.Penderita mengeluh nyeri pada mata,

fotofobia, sering disertai blefarospasme.

PemeriksaanPemeriksaan tekanan bola mata : peninggian

tekanan bola mata. Pemeriksaan funduskopi : mengetahui akibat

trauma pada segmen posterior bola mata.USG : mengetahui adanya kekeruhan pada

segmen posterior bola mataX-ray : mengetahui adanya benda asing

radioopak di dalam bola mata

PenatalaksanaanTujuan : Menghentikan perdarahan atau mencegah

perdarahan ulang Mengeluarkan darah dari bilik mata depan Mengendalikan tekanan bola mata Mencegah terjadinya imbibisi kornea Mengobati uveitis Menemukan sedini mungkin penyulit yang

mungkin terjadi

Terapi konservatif

Terapi OperatifJika :Glaukoma sekunder yang tidak berkurang

atau menghilang dengan pengobatan konservatif

Kemungkinan timbulnya hemosiderosis kornea dan tidak ada pengurangan dari tingginya hifema dengan perawatan non-operasi selama 3 - 5 hari.

ParasentesisPembedahan dengan mengeluarkan darah

atau nanah dari bilik mata depanTeknik :dibuat insisi kornea 2 mm dari

limbus ke arah kornea yang sejajar dengan permukaan iris.

Penekanan pada bibir luka koagulum keluar

Jika darah tidak keluar seluruhnya COA dibilas dengan garam fisiologis

Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak perlu dijahit.

Pedoman terapi pembedahan pada hifema :a. Untuk mencegah atrofi papil saraf optik, bila :Tekanan bola mata maksimal > 50 mmHg selama 5

hariTekanan bola mata maksimal > 35 mmHg selama

7harib. Untuk mencegah imbibisi kornea, bila :Tekanan bola mata rata-rata >25 mmHg selama 6 hariBila terlihat tanda-tanda dini imbibisi korneac. Untuk mencegah sinekia antreior perifer, bila :Hifema total bertahan selama 5 hariHifema difus bertahan selama 9 hari

Komplikasi

Komplikasi

PrognosisTergantung pada jumlah darah dalam bilik

mata depan.Bila darah sedikit akan hilang dan jernih

dengan sempurna.Bila darah lebih dari setengah tingginya bilik

mata depan prognosis buruk

PrognosisKeberhasilan penyembuhan hifema

tergantung dari tiga hal, yaitu:Jumlah kerusakan lain akibat hifema pada

struktur mata (ruptur koroid, pembentukan scar makula)

Apakah terjadi hifema sekunderApakah terjadi komplikasi akibat hifema

seperti glaukoma, bercak darah pada kornea dan atrofi optikus

ILUSTRASI KASUSSeorang laki-laki berusia 12

tahun dirawat di bangsal Mata

RSUP Dr. M. Djamil Padang

pada tanggal 6 September 2012

dengan:

KELUHAN UTAMA:

Mata kanan kabur sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Mata kanan kabur sejak 4 jam sebelum

masuk rumah sakitMata kanan terasa nyeri dan terlihat

gumpalan darah sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit

Tidak terdapat darah mengalir keluar dari mata

Mata kanan terkena tendangan kaki kawan sejak 4 jam yang lalu

Pasien memeriksakan diri ke dokter umum dan tidak diberi obat apa-apa

Karena keterbatasan alat pemeriksaan mata, pasien dirujuk ke IGD RS Dr. M. Djamil Padang

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:• Pasien tidak memakai kacamata

dan tidak pernah menderita

trauma mata sebelumnya.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: Tidak ada keluarga yang sakit

seperti yang dikeluhkan pasien ini.

PEMERIKSAAN FISIK:Keadaan umum : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentis cooperatifTekanan darah : 110/60 mmHgPernafasan : teratur, frekuensi 27x/menitNadi : 80x/ menit

Suhu : afebrisKulit : tidak ditemukan kelainanKGB : tidak membesarMata : status oftalmologi Thorax : dalam batas normalAbdomen : palpasi: hepar tidak

terabaEkstremitas : refleks fisiologis +/+

refleks patologis -/-

STATUS OFTALMIKUS OD OS

Visus tanpa koreksi 5/5 5/5

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus (+) (+)

Silia/supersilia Madarosis (-), trichiasis (-) Madarosis (-), trichiasis (-)

Palpebra superior Edema (+) Edema (-)

Palpebra inferior Edema (+) Edema (-)

Margo palpebra Edema (-) Edema (-)

Aparat lakrimalis Lakrimasi N Lakrimasi N

S. OFT OD OS

Konjungtiva

tarsalis

Hiperemis (–)

Folikel (-)

Papil (-)

Hiperemis (–)

Folikel (-)

Papil (-)

Konjungtiva

forniks

Hiperemis (-)

Folikel (-)

Papil (-)

Hiperemis (–)

Folikel (-)

Papil (-)

Konjungtiva

bulbi

Injeksi siliar (+)

Injeksi konjungtiva (+)

Hiperemis (–)

Folikel (–)

Papil (-)

Injeksi siliar (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Hiperemis (–)

Folikel (-)

Papil (-)

S. OFT OD OSSclera Putih Putih

Kornea Bening Bening

Kamera okuli anterior Koagulum (+), ± 1 mm dari COA

Cukup dalam

Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)

Pupil midriasis, refleks (-) N, refleks (+)

Lensa Bening Bening

Korpus vitreum Jernih Jernih

Fundus :

-Papil optikus

-Retina

-Macula

-aa / vv retina

Bulat, batas tegas, C/D = 0,3

Perdarahan (-), eksudat (–)

Refleks fovea (+)

2 / 3

Bulat, batas tegas, C/D = 0,3

Perdarahan (-), eksudat (–)

Refleks fovea (+)

2 / 3

Tekanan bulbus okuli N palpasi N palpasi

Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Diagnosis kerja Hifema grade 1 OD Diagnosis kerja

Diagnosis banding Diagnosis banding

Anjuran terapi - Rawat bangsal mata

- Bedrest total

- Tutup mata

- Polidet cd 6 x 1 OD

- SA cd 2 x 1 OD

- Becom C 1 x 1

Anjuran terapi

hifema

DISKUSIBerdasarkan anamnesis -> pasien merasa

mata kanannya kabur, nyeri, dan terdapat gumpalan darah di bola mata bagian bawah setelah terkena tendangan kawan.

-> Pasien mengalami trauma tumpul pada mata kanan.

Pada kasus ini, berdasarkan kecepatan dan

kekuatan trauma, kelainan yang muncul

dapat berupa kelainan konjungtiva, kelainan

kornea, kelainan bilik mata depan, kelainan

pupil dan iris, dan kelainan lensa.

Pada pemeriksaan fisik:visus mata kanan dan kiri 5/5; reflex fundus (+) mata kanan dan kiri; konjungtiva tarsal, forniks dan bulbi kanan dan kiri tidak hiperemis; kornea mata kanan dan kiri bening; kamera okuli anterior kanan terdapat koagulum dan hifema di bagian bawah kamera okuli anterior kiri cukup dalam; pupil kanan midriasis refleks cahaya (-); pupil kiri N reflex cahaya (+); iris kanan dan kiri coklat, rugae (+), lensa mata kanan dan kiri bening.

Pada pemeriksaan funduskopi:papil optikus bulat, batas tegas, C/D 0,3, retina perdarahan tidak ada, eksudat tidak ada, makula refleks fovea (+) kanan dan kiri.Pemeriksaan tekanan bulbus okuli kanan dan kiri N secara palpasi.

Berdasarkan data dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja

hifema grade 1 mata kanan.

Pada kasus ini seharusnya dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan PT/APTT untuk mengetahui adanya kelainan waktu pembekuan.

Pasien diminta istirahat total dan ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas bantal) kurang dari 60° untuk mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan evaluasi jumlah perdarahan.

Mata yang terkena trauma ditutup, untuk mengurangi pergerakan mata.

Obat-obatan:

- antikoagulansia untuk menghentikan

perdarahan

- kortikosteroid untuk mengurangi komplikasi

iritis dan perdarahan sekunder

- asam amino kaproat untuk menstabilkan

pembentukan bekuan darah sehingga

menurunkan risiko perdarahan ulang

Prognosis hifema bergantung pada jumlah

darah dalam bilik mata depan. Bila darah

sedikit di dalam bilik mata maka darah ini

akan hilang dan jernih dengan sempurna.

Sedangkan bila darah lebih dari setengah

tingginya bilik mata depan, maka prognosis

buruk yang akan disertai dengan beberapa

penyulit.

Keberhasilan penyembuhan hifema tergantung

dari tiga hal, yaitu:

Jumlah kerusakan lain akibat hifema pada struktur

mata (ruptur koroid, pembentukan scar makula)

Apakah terjadi hifema sekunder

Apakah terjadi komplikasi akibat hifema seperti

glaukoma, bercak darah pada kornea dan atrofi

optikus

Keberhasilan penyembuhan terjadi hampir 80

% pada hifema derajat 1. Sementara pada

hifema derajat 4 angka kesembuhan

mencapai 35%.

DAFTAR PUSTAKA1.American Academy of Ophtalmology. 2008. External Disease and

Cornea Section 8. Singapore : America Academy of Ophtalmology. Hal : 398-399.

2.Andreoli, Christhoper and Mathew F Gardiner. Traumatic Hyphema. Diakses dari : http://uptodate.com

3.Stoppler C Melissa. Hyphema Bleeding in Eye. Diakses darihttp://emedicinehealth.com

4.Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press

5.Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga.Jakarta : FKUI press

6.Vaughan, Asbury. 2010. Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-17. Jakarta : Widya Medika. Hal: 372,377.

7.Kunimoto,Y,Derek, Kunal D.Kanitkar, Mary S.Makar. 2004. The Wills Eye Manual-Office and Emergency Room Diagnsis and Treatment of eye Disease, Fourth Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.

8.Wijaya, Nana. 1983 . Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke 3. Jakarta

top related