preskas crs
TRANSCRIPT
SEORANG WANITA USIA 50 TAHUN DENGAN
SUSPEK CERVICAL ROOT SYNDROME
Oleh :
Weda Kusuma
G0007025
Pembimbing :
DR. Dr.Hj. Noer Rachma, Sp.RM
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. W.N.
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Alamat : Rinjani Dalam 6/6 Mojosongo 4/19 Jebres
Status : Menikah
Masuk Rumah Sakit : 11 Maret 2011
Tanggal Periksa : 11 Maret 2011
No RM : 01039072
B. Keluhan Utama
Nyeri leher dan punggung atas
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejaksatu bulan SMRS pasien mengeluh nyeri pada leher dan punggung
sebelah atas terutama pada bagian kiri. Nyeri dirasakan menjalar hingga
lengan kiri, sewaktu-waktu, terutama jika pasien duduk lama dan naik sepeda
motor jarak jauh. Nyeri berkurang jika pasien minum obat dari dokter umum.
Nyeri tidak bertambah saat batuk, bersin, dan mengejan. Selain itu pasien
juga mengeluh kadang merasa kesemutan pada tangan kirinya. Tidak ada
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pasien merupakan seorang guru SMP yang mengajar dengan berdiri
untuk mengurangi nyerinya. Nyeri punggung atas kiri dirasakan terutama saat
mengetik dalam jangka waktu lama. Di rumah, pasien memiliki kebiasaan
menonton televisi dengan berbaring.
Sampai saat ini pasien telah menjalani fisioterapi saat di dokter umum 6
kali dan fisioterapi di RS Dr. Moewardi juga sebanyak 6 kali. Setelah itu
dilakukan observasi dan saat ini pasien sudah tidak merasa kesemutan.
1
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Trauma : (-)
Riwayat Hipertensi : (-)
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Mondok : disangkal
Riwayat Pengobatan : (+), obat dokter umum, fisioterapi
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi
Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat Minum alkohol : disangkal
Riwayat Olahraga : disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang perempuan guru SMP. Tinggal dengan suami,
memiliki tiga orang anak. Berobat di RSDM dengan fasilitas ASKES. Kesan
sosial ekonomi pasien cukup.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum baik, Compos Mentis E4V5M6, gizi kesan cukup
B. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/ menit, isi dan tegangan cukup, irama teratur
Respirasi : 20 x/menit, irama teratur, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36,5 0C per aksiler
2
C. Kulit
Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), hiperpigmentasi (-),
hipopigmentasi (-),
D. Kepala
Bentukmesocephal, kedudukan kepala simetris, luka (-), rambut hitam, tidak
mudah rontok, tidak mudah dicabut, atrofi otot (-).
E. Mata
Conjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm), oedem palpebra (-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-)
G. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-)
H. Mulut
Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),lidah simetris, lidah tremor (-),
stomatitis (-), mukosa pucat (+), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-)
I. Leher
Simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat,limfonodi tidak membesar,
nyeri tekan (+), benjolan (-), kaku (-)
J. Thoraks
a. Retraksi (-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler,
bising (-).
c. Paru
Inspeksi :pengembangan dada kanan = kiri, gerakan paradoksal
(-)
Palpasi : fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapang paru
3
Auskultasi : suara dasar ( vesikuler / vesikuler ),
suara tambahan (-/-)
K. Trunk
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis(-)
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (+), oedem (-)
Perkusi : nyeri ketok kostovertebra (-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bruit
(-) dan lien tidak teraba
M. Ekstremitas
Oedem Akral dingin
N. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batasnormal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik dan Reflek :
Kekuatan C5-T1 5 5
5 5
Tonus : N N
N N
Reflek fisiologis: +2 +2
+2 +2
4
- -- -
- -- -
Reflek patologis: - -
- -
Nervus Cranialis
N. III : reflek cahaya (+/+) ; pupil isokor (3 mm/3mm)
N. VII : dalam batas normal
N XII : dalam batas normal
O. Status Lokalis
Range of Motion (ROM)
NECKROM
Aktif Pasif
Flexi 0 – 700 0 – 700
Extensi 0 – 400 0 – 400
Lateral bend 0 – 600 0 – 600
Rotasi 0 – 900 0 – 900
EKSTREMITAS SUPERIOR
ROM AKTIF ROM PASIF
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Shoulder Fleksi 0-45 0-20 0-45 0-20Ekstensi 0-45 0-20 0-45 0-20
Abduksi 0-90 0-90 0-90 0-90Adduksi 0-30 0-30 0-30 0-30External Rotasi 0-30 0-30 0-30 0-30Internal Rotasi 0-30 0-30 0-45 0-45
Elbow Fleksi 0-135 0-90 0-135 0-135Ekstensi 135-180 90-180 135-180 135-180Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Wrist Fleksi 0-90 0-90 0-90 0-90Ekstensi 0-70 0-70 0-70 0-70Ulnar deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30Radius deviasi 0-30 0-30 0-30 0-30
Finger MCP I fleksi 0-45 0-45 0-90 0-90MCP II-IV fleksi
0-45 0-45 0-90 0-90
5
DIP II-V fleksi 0-45 0-45 0-90 0-90PIP II-V fleksi 0-45 0-45 0-100 0-100MCP I ekstensi 0-10 0-10 0-30 0-30
EKSTREMITASINFERIOR
ROM AKTIF ROM PASIF
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Hip Fleksi 0 0 0-60 0-60Ekstensi 0 0 0-30 0-30Abduksi 0 0 0-45 0-45Adduksi 0 0 0-30 0-30Eksorotasi 0 0 0-30 0-30Endorotasi 0 0 0-30 0-30
Knee Fleksi 0-120 0-120 0-120 0-120Ekstensi 0 0 0 0
Ankle Dorsofleksi 0-20 0-20 0-30 0-30Plantarfleksi 0-30 0-30 0-30 0-30
Manual Muscle Testing (MMT)
NECK Fleksor M. Strenocleidomastoideus : 5
Ekstensor : 5
Ekstremitas Superior Dextra SinistraShoulder Fleksor M Deltoideus anterior 5 5
M Biseps 5 5Ekstensor M Deltoideus anterior 5 5
M Teres mayor 5 5Abduktor M Deltoideus 5 5
M Biceps 5 5Adduktor M Lattissimusdorsi 5 5
M Pectoralis mayor 5 5Internal Rotasi
M Lattissimusdorsi 5 5M Pectoralis mayor 5 5
EksternalRotasi
M Teres mayor 5 5M Infra supinatus 5 5
Elbow Fleksor M Biceps 5 5M Brachialis 5 5
6
Ekstensor M Triceps 5 5Supinator M Supinator 5 5Pronator M Pronator teres 5 5
Wrist Fleksor M Fleksor carpi radialis
5 5
Ekstensor M Ekstensordigitorum
5 5
Abduktor M Ekstensor carpi radialis
5 5
Adduktor M ekstensor carpi ulnaris
5 5
Finger Fleksor M Fleksordigitorum 5 5Ekstensor M
Ekstensordigitorum5 5
Ekstremitas inferior Dextra SinistraHip Fleksor M Psoas mayor 5 5
Ekstensor M Gluteus maksimus 5 5Abduktor M Gluteus medius 5 5Adduktor M Adduktorlongus 5 5
Knee Fleksor Harmstring muscle 5 5Ekstensor Quadriceps femoris 5 5
Ankle Fleksor M Tibialis 5 5Ekstensor M Soleus 5 5
P. Tes provokasi
a. Tes Spurling (+)
b. Tes Distraksi (+)
c. Tes Lhermitte (+)
d. Tes valsava (-)
e. Tes Thinel (-), Tes Prayer (-), Tes Pallen (-)
f. Tes Mosley (-)
7
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto cervical
- Alignment baik, curve melurus
- Trabekulasi tulang baik
- Superior-inferior end plate baik
- Tampak lipping VC V, VI, VII, pedicle dan DIV baik
- Sklerotik pada VC V
- Tak tampak soft tissue mass/sweeling
- Trachea di tengah
- Kesan: Spondiloarthrosis cervicalis
8
EMG
Motorik : Dalam batas normal
F Wave : Dalam batas normal
Sensorik : Penurunan amplitudo N. Medianus kanan
Impresi : Axonal loss sensori neuropati N. Medianus kanan
Demielinisasi Sensori Neuropati N. Ulnaris kanan
IV. ASSESMENT
Suspek Cervical Root Syndrome e.c Spondiloarthrosis Cervicalis
V. DAFTAR MASALAH
Problem Medis: Cervical Root Syndrome e.c Spondiloarthrosis Cervicalis
Problem Rehabilitasi Medik
1. Fisioterapi : Pasien mengalami nyeri leher dan punggung atas kiri
2. Terapi wicara : Tidak ada
3. OkupasiTerapi : Tidak didapatkan gangguan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, gangguan didapatkan jika duduk
terlalu lama / mengendarai sepeda motor jarak jauh
4. Sosiomedik : Tidak ada
5. Ortesa-protesa : Tidak ada
6. Psikologi : Tidak ada
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa :
Sohobion 1 x 1 tablet
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Amitriptilin 2 x ½ tablet
VII. REHABILITASI MEDIK
9
1. Fisioterapi :
a. SWD leher dan pundak
b. Traksi servical
2. Terapi wicara : tidak dilakukan
3. Okupasi terapi :
Proper body mechanic servical
4. Sosiomedik : tidak dilakukan
5. Ortesa-Protesa : tidak dilakukan
6. Psikologi : tidak dilakukan
VIII. TUJUAN
1. Mengurangi nyeri dan mencegah komplikasi atau keterlibatan radiks saraf
lebih lanjut.
2. Edukasi posisi tubuh yang baik untuk mengurangi dan mencegah nyeri lebih
lanjut
IX. PROGNOSIS
Advitam : dubia ad bonam
Adsanam : dubia ad bonam
Adfungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
10
I. Definisi
Cervical Root Syndrome (CRS) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
iritasi atau penekanan radiks saraf cervical ditandai dengan adanya rasa nyeri
pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang
terganggu. Dapat dikatakan bahwa Cervical root syndrome merupakan suatu
kumpulan gejala yang diakibatkan karena adanya pergeseran patologik dari
radiks saraf spinal
Penyebab dari CRS bervariasi dan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
adanya penyempitan foramen intervertebra atau tidak. Terjadinya penyempitan
foramen ini biasanya disebabkan oleh adanya spondilosis dan disertai oleh
proses degerasi yang sering terjadi pada usia lanjut. (Emil, 2004)
II. Anatomi
Tulang dan jaringan ikat
Tulang belakang cervical terdiri dari 7 vertebra yang secara keseluruhan
membentuk kurva lordosis bila diliat dari lateral. Dapat dibagi menjadi 2 regio,
regio atas (C1, C2) dan regio bawah (C3-C7). Ada perbedaan nyata terhadap
kedua regio tersebut baik secara anatomis maupun fungsionalnya.
Regio atas
Secara struktural terdapat perbedaan yang jelas antar tulang C1 (Atlas) dan
C2 (Axis). Tulang C1 tidak mempunyai korpus vertebra, berbentuk seperti
cincin dengan kedua masa lateral dihubungkan dengan arkus anterior dan
posterior. Sedangkan tulang C2 mempunyai korpus vertebra, arkus anterior yang
menebal ditengah membentuk prosesus odontoid, arkus posterior dan prosesus
spinosus.
Diantara tulang oksiput dan C1 dihubungkan dengan sendi oksipitoatlas
dengan gerakan fleksi 10° dan ekstensi 25°, tidak ada pergerakan rotasi dan
lateral fleksi. Antara C1 dan C2 dihubungkan dengan sendi alantoaxial yang
dapat bergerak rotasi 45° kiri dan kanan, mungkin hanya sedikit fleksi dan
ekstensi.
11
Terdapat banyak ligamen pada regio atas vertebra servikal dan sangat
penting peranannya dalam membatasi pergerakan. Itu berguna untuk melindungi
medula spinalis dan radiks saraf dari trauma eksternal.
Ligamentum transversum sebagai penahan prosesus odontoid terhadap arkus
anterior
Ligamentum apikal: menghubungkan prosesus odontoid dengan foramen
magnum
Ligamentum alar: 2 ligamentum turun dari oksiput ke pinggir prosesus
odontoid
Ligamentum asesorius: 2 ligamentum untuk membatasi gerakan atlas
terhadap axis
Ligamentum longitudinal posterior yang terhubung dari foramen magnum
sampai sacrum
Ligamentum flavum: mencegah subluksasi ke depan dari oksiput atlas
terhadap axis
Ligamentum nukhae/interspinosus: sebagai septum yang membagi otot
ekstensor leher
Regio bawah
Vertebra cervical C3-C7 mempunyai karakteristik spesifik, bagian
anteriornya lebih lebar dari bagian posterior. Begitu pula dengan diskus
intervertebralis nya sehingga dapat membentuk kurva lordotik. Vertebra cervical
ini mempunyai persendian yang disebut sendi uncovertebral disebut juga sebagai
sendi lusckha terletak pada tepi posterolateral korpus vertebral. Diskus
intervertebralis terdapat diantara 2 korpus vertebra berisikan annulus dan
nucleus.
Gerakan yang dapat terjadi pada regio ini adalah fleksi, ekstensi, lateral
fleksi dan rotasi. Sedangkan ligamentum yang terdapat pada segmen ini adalah
ligamentum flavum, ligamentum longitudinal anterior, posterior, dan
ligamentum nukhae/interspinosus.
Saraf
12
Struktur medulla spinalis terdapat di dalam kanalis spinalis mulai dari
foramen magnum sampai lebih kurang setinggi L2. Nervus spinalis mempunyai
2 radiks spinalis posterior (sensori) dan anterior (motorik). Kedua radiks tersebut
berjalan bersamaan keluar dari foramen intervertebralis dan menjadi satu
membentuk nervus spinalis.
Nervus spinalis C1 dan C2 mempersarafi belakang kepala sedangkan C3 di
daerah leher. Sedangkan C4-C8 mempersarafi daerah bahu dan lengan.
(Emil, 2004)
III. Patogenesis
Diskus intervertebralis merupakan suatu struktur penting jaringan elastis
yang mengandung cairan dan jaringan kolagen. Seiring dengan bertambahnya
usia maka diskus mengalami dehidrasi dan penurunan elastisitas. Degenerasi
diskus sendiri dimulai dengan adanya robekan pada anulus disertai dengan
materi nukleus yang mendesak keluar melalui celah-celah nukleus. Terjadinya
peningkatan tekanan menyebabkan pembekakan anulus keluar disertai dengan
menyempitnya diskus dan sendi faset.
Mekanisme spondilosis terjadi karena pendesakan dari diskus keluar
sehingga menyebabkan ligamentum longitudinal menjauh dari vertebra. Tekanan
dari dalam menyebakan keluarnya materi dan diskus ke dalam celah antara
korpus vertebra dan ligamentum longitudinal yang lama kelamaan mengeras
membentuk spur. Pada daerah cervical proses ini diperburuk dengan adanya
sendi uncovertebral von luschka.
Penyempitan pada kanalis vertebra bukan hanya disebakan karena
penonjolan dari diskus, tetapi juga karena adanya hipertrofi sendi facet dan
ligamentum flavum yang menjadi tebal karena usia. Penebalan facet dan adanya
spur ini menyebabkan pula foramen intervertebralis menjadi sempit sehingga
menimbulkan radikulopati.
IV. Manifestasi Klinik
Seperti yang telah diketahui bahwa saraf cervical yang berperan dalam
persarafan bahu, lengan, sampai jari adalah saraf cervical yang berasal dari
13
segmen medula spinalis C5, C6, C7, dan C8 maka radiks-radiks dari segmen
inilah yang memegang peranan dalam masalah cervical root syndrome ini. Pada
anamnesa biasanya dijumpai pasien dengan keluhan nyeri tengkuk serta kaku
pada otot leher dan kadang disertai dengan sakit daerah belakang kepala. Rasa
nyeri biasanya timbul pada pergerakan kepala dan leher disertai adanya
penjalaran ke lengan sesuai dengan persarafan radiks yang terkena, ini yang
dinamakan nyeri radikuler.
Pada pemeriksaan tidak jarang leher mengalami keterbatasan dalam
lingkup geraknya dan biasanya pasien juga merasakan hal itu dengan atau tidak
disertai nyeri leher. Kelainan neurologiknya, terhadap radiks saraf spinal akan
menimbulkan gangguan sensibilitas dan motorik. Untuk ganguan sensibilitas
pengenalan klinisnya ditentukan oleh terdapatnya nyeri saraf daerah kulit yang
dipersarafi oleh radiks dorsalis yang terangsang. Hal tersebut yang dinamakan
dengan dermatom. Sedangkan kelaianan motorik ditandai dengan adanya
kelemahan pada daerah lengan dan tangan. Pemeriksaan lebih lanjut dinilai
refleks tendonnya yang terkadang menurun pada otot yang dipersarafinya.
Radiks Nyeri dijalarkan dari
leher ke:
Kelemahan
otot
Gangguan
sensibilitas
Refleks
tendon
C5 Bahu bagian bawah
dan lengan atas
bagian lateral
Supraspinatus
Deltoideus
Infraspinatus
Biceps
Permukaan
ventral lengan
atas dan
bawah
Tidak ada
gangguan
sensibilitas
pada jari-jari
Refleks
biceps tidak
terganggu
atau menurun
C6 Bagian lateral
(radial) lengan
bawah
Biceps
Brachioradiali
s
Permukaan
ibu jari dan
tepi radial
dari lengan
Refleks
biceps,
menurun /
menghilang
C7 Bagian dorsal lengan Triceps Permukaan Refleks
14
bawah jari telunjuk,
jari tangan
dan dorsum
manus
triceps
menurun atau
menghilang
C8 Bagian medial
(ulnar) lengan bawah
Otot-otot
tangan:
interossei
Jari
kelingking
dan jari manis
Refleks
biceps dan
triceps tidak
terganggu
(Noerjanto, 1996)
V. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis memegang peranan penting mengingat banyaknya kausa yang
dapat menyebabkan cervical root syndrome ini, terutama mengenai identitas,
serta riwayat hidup seperti umur, riwayat trauma sebelumnya, riwayat
pekerjaan.
b. Inspeksi
Perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat penyakit. Bagaimana
posisi kepala dan leher selama wawancara. Biasanya pasien menekukkan
kepala menjauhi sisi yang cedera dan leher terlihat kaku. Gerak leher ke
segala arah menjadi terbatas, baik yang mendekati maupun menjauhi sisi
cedera. (Malanga, 2009)
c. Palpasi
- Nyeri kaku pada leher
- Rasa nyeri dan tebal dirambatkan ke ibu jari dan sisi radial tangan
- Dijumpai kelemahan pada biceps atau triceps. Berkurangnya reflex biceps
- Dijumpai nyeri alih (referred pain) di bahu yang samar, dimana “nyeri
bahu” hanya dirasa bertahan di daerah deltoideus bagian lateral dan
infrascapula atas. (Malanga, 2009)
d. Pemeriksaan fungsi motorik
Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat radiks
servikal yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh:
Kelemahan pada abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5. Kelemahan
15
pada fleksi siku dan ekstensi pergelangan tangan menunjukkan radikulopati
C6. Kelemahan pada ekstensi siku dan fleksi pergelangan tangan
menunjukkan radikulopati C7 dan kelemahan pada ekstensi ibu jari dan
deviasi ulnar dari pergelangan tangan menunjukkan radikulopati C8.
Pemeriksaan refleks tendon sangat membantu menentukan tingkat radiks
yang terkena. Seperti : Refleks biseps mewakili tingkat radiks C5-6, Refleks
triseps mewakili tingkat radiks C7-8. (Madjono dan Sidharta, 2008)
e. Pemeriksaan fungsi sensorik
Pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan bila ada gangguan sensorik. Namun
seringkali gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal ini
disebabkan oleh adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama
lain . Pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.
(Malanga, 2009)
f. Tes Provokasi
- Tes Spurling
Tes Spurling atau tes Kompresi Foraminal, dilakukan dengan cara posisi
leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian
berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat
nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala.
Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif guna mendeteksi
adanya radikulopati servikal. Pada pasien yang datang ketika dalam
keadaan nyeri, dapat dilakukan distraksi servikal secara manual dengan
cara pasien dalam posisi supinasi kemudian dilakukan distraksi leher
secara perlahan. Hasil dinyatakan positif apabila nyeri servikal berkurang.
- Tes Lhermitte
Penderita disuruh duduk kemudian oleh pemeriksa dilakukan kompresi
pada kepalanya dalam berbagai posisi (miring kanan, miring kiri,
tengadah, menunduk). Hasil tes ini dinyatakan positif bila pada penekanan
dirasakan adanya rasa nyeri yang dijalarkan
16
- Tes Distraksi Kepala
Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh
kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila
kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes
kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.
- Tes Valsava
Dengan tes ini tekanan intratekal dinaikkan, bila terdapat proses desak
ruang di kanalis vertebralis bagian cervical, maka dengan di naikkannya
tekanan intratekal akan membangkitkan nyeri radikuler. Nyeri syaraf ini
sesuai dengan tingkat proses patologis di kanalis vertebralis bagian
cervical. Cara meningkatkan tekanan intratekal menurut Valsava ini adalah
17
pasien disuruh mengejan sewaktu ia menahan nafasnya. Hasil positif bila
timbul nyeri radikuler yang berpangkal di leher menjalar ke lengan.
- Tes Naffziger
Dilakukan pada posisi berbaring atau berdiri dengan menekan vena
jugulare dengan kedua tangan pemeriksa sementara pasien mengejan.
Akan terjadi peningkatan intrakranial yang akan diteruskan sepanjang
rongga arachnoidal medula spinalis. Adanya proses desak ruang kanalis
vertebralis akan menimbulkan nyeri radikuler.
(Tejo, 2009)
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiografi cervical
Foto polos servical ini biasanya rutin dilakukan pada pasien dengan
cervical root syndrome dengan kecurigaan spondilosis servikalis. Untuk
keperluan tersebut maka foto dibuat dengan berbagai proyeksi anterior-
posterior, lateral, oblik kanan-kiri. Pada pemeriksaan ini dinilai keadaan
tulang, foramen, diskus, adanya spur sehingga dapat ditentukan tingkat
dari spondilosis.
2) CT Scan dengan myelografi
Digunakan untuk menilai spinal dan stenosis foraminal. Tetapi jarang
digunakan karena sifatnya invasif dan biasanya diagnosis dapat ditegakkan
cukup dengan pemeriksaan fisik dan foto polos rutin.
18
3) MRI
Salah satu prosedur untuk mendiagnosis cervical spondylosis.
Keuntungannya dapat memberikan gambaran dalam bermacam potongan,
tidak invasif, dan dapat mengidentifikasi kompresi radiks spinal.
4) EMG
Berguna untuk menilai lokasi radiks yang terlibat
(Emil, 2004)
VI. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa :
Obat penghilang nyeri atau relaksan otot dapat diberikan pada fase
akut. Obat-obatan ini biasanya diberikan selama 7-10 hari. Jenis obat-
obatan yang banyak digunakan biasanya dari golongan salisilat atau
NSAID. Bila keadaan nyeri dirasakan begitu berat, kadang-kadang
diperlukan juga analgetik golongan narkotik seperti codein, meperidin,
bahkan bisa juga diberikan morfin. Ansiolitik dapat diberikan pada mereka
yang mengalami ketegangan mental. Pada kondisi tertentu seperti nyeri
yang diakibatkan oleh tarikan, tindakan latihan ringan yang diberikan lebih
awal dapat mempercepat proses perbaikan. Kepala sebaiknya diletakan
pada bantal servikal sedemikian rupa yaitu sedikit dalam posisi flexi
sehingga pasien merasa nyaman dan tidak mengakibatkan gerakan kearah
lateral. Istirahat diperlukan pada fase akut nyeri,terutama pada spondilosis
servikalis atau kelompok nyeri non spesifik.
Obat-obatan yang banyak digunakan adalah:
Ibuprofen 400 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Naproksen 200-500 mg, tiap 12 jam (PO)
Fenoprofen 200 mg, tiap 4-6 jam (PO)
Indometacin 25-50 mg, tiap 8 jam (PO)
Kodein 30-60 mg, tiap jam (PO/Parentral)
Vit. B1, B6, B12
19
b. Non medikamentosa
Untuk mencapai kondisi pemulihan pasien sehingga bisa secepatnya
kembali bekerja adalah kesadaran tentang pentingnya kesehatan dan
lingkungan kerja yang baik. Saran yang dapat diberikan antara lain:
- Sikap tubuh yang baik dimana tubuh tegak, dada terangkat, bahu
santai, dagu masuk, leher merasa kuat, longgar dan santai
- Tidur dengan bantal
- Penggunaan telepon dengan posisi leher menekuk dapat dikurangi
dengan menggunakan headset, menghindari penggunaan kacamata
bifokal dengan ekstensi leher yang berlebihan, posisi tidur yang salah.
- Saat menonton pertandingan pada lapangan terbuka, maupun layar
lebar sebaiknya menghindari tempat duduk yang menyebabkan kepala
menoleh/berotasi ke sisi lesi.
- Memelihara sendi otot yang fleksibel dan kuat dengan latihan yang
benar.
- Pencegahan nyeri cervical ulangan yaitu dengan memperhatikan
posisi saat duduk, mengendarai kendaraan, dan posisi leher yang
berkaitan dengan berbagai pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.
VII.Rehabilitasi Medik
a. Traksi
Tindakan ini dilakukan apabila dengan istirahat keluhan nyeri tidak
berkurang atau pada pasien dengan gejala yang berat dan mencerminkan
adanya kompresi radiks saraf. Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15
menit, dan dapat dilakukan dengan frekuensi yang lebih sedikit selama 4
sampai 6 minggu. Setelah keluhan nyeri hilang pun traksi masih dapat
dianjurkan. Traksi dikontraindikasikan pada pasien dengan spondilosis berat
dengan mielopati dan adanya arthritis dengan subluksasi atlanto-aksial.
20
b. Cervical Collar
Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses imobilisasi serta
mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum terdapat satu jenis
collar yang benar-benar mencegah mobilisasi leher. Salah satu jenis collar
yang banyak digunakan adalah SOMI Brace (Sternal Occipital Mandibular
Immobilizer).
Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan
malam dan diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai
kendaraan. Harus diingat bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan
harus dihindari akibatnya yaitu diantaranya berupa atrofi otot serta
kontraktur. Jangka waktu 1-2 minggu ini biasanya cukup untuk mengatasi
nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks
saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya
tanda spurling dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi
pelepasan collar.
c. Thermotherapy
Thermoterapi dapat juga digunakan untuk membantu menghilangkan
nyeri. Modalitas terapi ini dapat digunakan sebelum atau pada saat traksi
servikal untuk relaksasi otot. Kompres dingin dapat diberikan sebanyak 1-4
kali sehari selama 15-30 menit, atau kompres panas/pemanasan selama 30
menit 2-3 kali sehari jika dengan kompres dingin tidak dicapai hasil yang
memuaskan. Pilihan antara modalitas panas atau dingin sangatlah pragmatik
tergantung persepsi pasien terhadap pengurangan nyeri.
d. Latihan
Berbagai modalitas dapat diberikan pada penanganan nyeri leher.
Latihan bisa dimulai pada akhir minggu I. Latihan mobilisasi leher kearah
anterior, latihan mengangkat bahu atau penguatan otot banyak membantu
proses penyembuhan nyeri. Hindari gerakan ekstensi maupun flexi.
Pengurangan nyeri dapat diakibatkan oleh spasme otot dapat ditanggulangi
dengan melakukan pijatan.
(Turana, 1995)
21
DAFTAR PUSTAKA
Emil R. 2004. Sindroma Servikal. Semarang: FK UNDIP
Jackson R. 2010. The Classic: The Cervical Syndrome.
http://www.springerlink.com/content/1r7004736x033820/fulltext.html
Mardjono M. dan Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat
Malanga G. 2009. Cervical Radiculopathy Clinical Presentation.
http://emedicine.medscape.com/article/94118-clinical#showall
Noerjanto M. 1996. Nyeri Tengkuk. Dalam: Hardinoto S, Setiawan, Soetedjo. Nyeri
Pengenalan dan Tatalaksana. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Tejo B. 2009. Cervical Root Syndrome.
http://bimaariotejo.wordpress.com/2009/05/31/cervical-root-syndrome/
Turana Y. 1995. Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Pada Radikulopati
Servikal. Jakarta: FK UI
Turana Y, Rasyid A, Wibowo BS. Gambaran klinis, radiologis dan EMG pada nyeri
servikal. Departemen Neurologi FKUI / RSCM
22