crs buat ujian

63
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. 1 Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. 2,3 Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stes dan hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. 2 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, 1

Upload: qyura

Post on 28-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: CRS Buat Ujian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun.

Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan

perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.2,3

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stes dan hipotesis

dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan

faktor biologis, psikososial, dan lingkungan.2

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate)

atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat terjadi

dikemudian hari.1

Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu skizofrenia paranoid,

skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca

skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya,

skizofrenia ytt. Beberapa kriteria diagnostic untuk subtype skizofrenia menurut

DSM-IV yaitu tipe paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak

tergolongkan, dan tipe residual.1,2

Skizofrenia dibagi menjadi beberapa tipe, salah satunya adalah tipe

katatonik. Skizofrenia katatonik merupakan merupakan satu tipe skizofrenia yang

ditandai oleh ketegangan otot (katatonia), negativisme, dan stupor atau gaduh.

Belum ada laporan prevalensi ataupun hasil survei pasti angka kejadian

skizofrenia tipe katatonik ini. Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi jarang

1

Page 2: CRS Buat Ujian

ditemukan kasus skizofrenia katonik yang memiliki gejala khas ini. Oleh karena

itu, penulis ingin membuat analisis kasus dari kasus skizofrenia katatonik ini

sebagai bahan ujian di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa.

2

Page 3: CRS Buat Ujian

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri didapatkan dari pasien dan alloanamnesis dengan adik

pasien.

A. Identitas Penderita

Nama : Tn. F

Usia : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : RT 10 RW 04 Karang Anyar Bajubang, Kab.

Batanghari.

MRSJ : 04 April 2014

B. Alloanamnesis

Nama : Tn. Fr

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Suku : Melayu

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Swasta

Alamat : RT 10 RW 04 Karang Anyar Bajubang, Kab.

Batanghari.

Hubungan dengan penderita : Adik kandung

3

Page 4: CRS Buat Ujian

C. Keluhan Utama

Pasien buang air kecil dan buang air besar sembarangan semakin parah

sejak dua minggu yang lalu.

D. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 5 tahun sebelum masuk rumah sakit, pasien suka menyendiri.

Namun, pasien masih bisa bicara dengan orang lain dan masih mau melakukan

kegiatan seperti biasanya. Dengan berjalannya waktu, pasien semakin tidak mau

bicara dan membantah jika ditanya. Misalnya, keluarga pasien menanyakan

“mengapa diam saja?”, pasien pasti langsung membantah atau melawan dengan

mengatakan “jangan tanya-tanya” disertai roman muka yang tidak menyenangkan.

Selain itu, pasien kadang-kadang duduk di bawah pohon atau di pinggir jalan dan

tertawa sendiri sampai larut malam. Akan tetapi, keluhan tersebut masih jarang

terjadi karena kadang-kadang pasien masih terlihat normal kembali. Ketika pasien

dalam keadaan normal, keluarganya mencoba bertanya “apakah pasien merasa

sakit?”, tapi pasien bilang tidak, ia baik-baik saja.

Keluarga pasien tidak mengetahui penyebab yang menyebabkan pasien

menjadi seperti itu. Pada saat itu, pasien tidak pernah dibawa berobat ke rumah

sakit atau praktik dokter karena pasien ataupun keluarganya tidak merasa pasien

mengalami gangguan jiwa. Pasien dibawa berobat ke dukun (sering ganti-ganti

dukun, namun tidak ada perubahan). Keluarga mengira pasien mengalami hal-hal

mistik (kemasukan setan atau sejenis diguna-guna).

Kurang lebih 4 tahun sebelum masuk rumah sakit, ayah dan ibu pasien

sering bertengkar karena ayah pasien selingkuh. Akhirnya, orangtua pasien pun

bercerai. Semenjak perceraian orangtuanya, perhatian dan kebahagiaan yang

terjadi di dalam rumah semakin berkurang. Semenjak itu, pasien semakin sering

menyendiri dan semakin tidak mau berbicara bahkan terkesan tertutup. Kalaupun

berbicara, pasien biasanya marah-marah dan pembicaraan tidak nyambung.

Kurang lebih 2 tahun ini, keadaan pasien mulai memburuk. Pasien sudah

tidak mau lagi merawat dirinya, pasien semakin sulit di ajak bicara, sulit disuruh

makan dan mandi. Selain itu, pasien buang air besar dan buang air kecil

sembarangan. Pasien semakin sering jongkok di bawah pohon atau di pinggir

4

Page 5: CRS Buat Ujian

jalan sambil tertawa sendiri dari pagi sampai larut malam. Akhirnya, keluarga

memutuskan untuk membuat sekat rumah, bagian depan untuk keluarga dan

bagian belakang untuk pasien. Pasien tetap tidak dibawa berobat ke praktik dokter

ataupun ke rumah sakit.

Satu bulan yang lalu, pasien semakin parah, pasien sering mengamuk-

ngamuk tanpa alasan yang jelas bahkan pasien sempat memukuli adiknya dan

mengganggu anggota keluarga lainnya. Pasien seperti tidak mengenal adik dan

keluarganya lagi. Selain itu, jika tidak ada makanan di rumah, os juga langsung

mengamuk. Buang air besar dan buang air kecil semakin sembarangan.

Kemudian, dalam dua minggu ini, pasien menjadi benar-benar diam dan tidak

bergerak dalam posisi jongkok yang sesekali disertai senyum-senyum sendiri.

Oleh karena merasa terganggu dengan pasien yang buang air kecil dan besar

sembarangan, keluarga pasien merasa ketakutan dan memutuskan untuk

membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi pada tanggal 4 april 2014

pukul 16.04 WIB.

E. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama 5 tahun yang lalu, namun

tidak diobati ke praktik dokter ataupun rumah sakit jiwa.

F. Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain

1. Gangguan Mental atau Emosi

Sudah pernah mengalami gangguan yang sama sebelumnya, namun tidak

diobati.

2. Gangguan Psikosomatis

Riwayat mengalami gangguan psikosomatis tidak ada.

3. Kondisi Medik

Riwayat penyakit fisik berat dan riwayat penyalahgunaan zat dan obat-

obatan tidak ada.

4. Gangguan Neurologi

Riwayat trauma kepala, sakit kepala hebat, kesulitan bicara, kelemahan

anggota tubuh, kejang dan kehilangan kesadaran tidak ada.

5

Page 6: CRS Buat Ujian

G. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga pasien, sebagai berikut :

1. Penderita dibesarkan oleh kedua orang tua kandung.

2. Ayah bekerja sebagai buruh harian lepas (swasta), sedangkan ibu sebagai

ibu rumah tangga.

3. Hubungan kedua orang tua kurang baik sejak ayah pasien selingkuh,

hingga akhirnya mereka bercerai.

4. Penderita mempunyai sifat pendiam dan anak pertama dari empat

bersaudara.

5. Status sosial ekonomi menengah ke bawah.

6. Tidak ada hubungan darah antara ayah dan ibu.

7. Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga tidak ada.

Struktur keluarga yang tinggal serumah pada saat pasien berusia 10 tahun

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1 Tn.S L x tahun Ayah Pemarah dan tegas.

2 Ny.P P x tahun Ibu Pendiam, sabar,

penyayang.

3 Tn.Fr L x tahun Adik Pendiam

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1 Ny.P P x tahun Ibu Pendiam, sabar,

penyayang

2 Tn.F L 30 tahun Pasien Pendiam, pemalu,

penyayang

3 Tn.Fr L 22 tahun Adik Pendiam, tegas

4 Nn.L P x tahun Adik Pendiam, penyayang

5 Tn.I L x tahun Adik Ceria

6

Page 7: CRS Buat Ujian

GENOGRAM

Keterangan:

Laki-laki

Perempuan Gangguan jiwa

H. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Selama kehamilan ibu pasien dalam kondisi sehat, hamil cukup bulan,

dilahirkan secara spontan dan sehat dengan bantuan bidan. Saat kehamilan

tidak ada penyakit fisik dan mental yang dialami oleh ibu. Kehamilan dan

kelahiran pasien direncanakan dan diharapkan oleh kedua orangtua.

2. Masa kanak-kanak awal (kelahiran sampai usia 3 tahun)

a. Kebiasaan makan dan minum

Pasien mendapat ASI sampai usia ± 2 tahun, diberikan makanan

tambahan sejak usia 6 bulan. Pasien kadang-kadang rewel dan terbangun

malam hari. Kemudian tertidur kembali setelah disusui dan ditemani ibunya.

b. Perkembangan awal

Kesehatan pasien cukup baik, jarang sakit, pertumbuhan dan

perkembangan tampak normal, sesuai anak-anak sebayanya. Pasien

merupakan anak yang pendiam dan tidak terlalu bergaul dengan teman

seusianya.

c. Toilet training

Diajarkan oleh ibu tanpa paksaan.

7

Page 8: CRS Buat Ujian

d. Gejala-gejala dari gangguan perilaku

Tidak ditemukan gangguan perilaku.

e. Kepribadian dan tempramen

Pasien adalah anak yang pendiam dan sedikit pemalu.

3. Masa kanak-kanak menengah (usia 3-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak lainnya.

Pasien bermain seperti anak-anak biasanya. Pasien diasuh oleh kedua

orangtuanya. Pasien adalah anak yang pendiam, pemalu dan penyayang.

Hubungan pasien dengan ibu dekat. Di sekolah, pasien bermain seperti anak-

anak biasanya dan tidak ada masalah selama sekolah.

4. Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)

a. Hubungan sosial

Pasien merupakan anak yang pendiam, berhubungan baik dengan

teman-teman sekolahnya. Namun, pasien hanya berteman biasa, tidak terlalu

dekat.

b. Riwayat pendidikan

Setelah lulus SD, pasien melanjutkan ke SMP. Tidak ada masalah

selama di sekolah. Setelah lulus SMP, pasien melanjutkan ke STM. Prestasi

di sekolah cukup baik dan tidak pernah tinggal kelas.

c. Perkembangan kognitif dan motorik

Sesuai dengan anak seusianya.

d. Masalah emosi dan fisik masa remaja.

Pasien adalah anak yang pendiam dan sedikit pemalu. Perkembangan

fisik remaja sesuai.

e. Riwayat psikoseksual.

Pasien ada menyukai teman wanita, tapi tidak pacaran.

5. Masa dewasa

a. Riwayat pekerjaan

Pasien pernah bekerja sebagai supir truk.

8

Page 9: CRS Buat Ujian

b. Riwayat perkawinan dan relasi

Pasien belum menikah.

c. Aktivitas sosial

Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik. Namun,

hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga mulai tidak harmonis

semenjak pasien mengalami keluhan–keluhan psikiatri bahkan pasien

diasingkan dari lingkungannya.

d. Latar belakang agama

Pasien kurang taat beribadah.

e. Riwayat hukum

Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum.

f. Riwayat seksual

Pasien mulai menyukai lawan jenis pada saat tamat SMP. Namun,

keluarga pasien belum melihat pasien memiliki pacar.

2.2 Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 4 April 2014 pukul 16.04 WIB.

A. Gambaran Umum

1. Penampilan

Pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi di antar oleh adik

kandung pasien. Pasien tidak menggunakan baju, pasien hanya memakai kain

sarung dan beralas kaki sendal jepit. Pasien berpenampilan tak rapi, rambutnya

yang panjang dan tidak disisir (gimbal), kuku yang kotor dan panjang-panjang.

Selain itu, pasien tampak lemah seperti orang sakit, roman muka pasien datar

terhadap sekitar.

2. Perilaku terhadap pemeriksa

Dari awal pemeriksaan, pasien tidak mau menjawab semua pertanyaan

dari pemeriksa (tidak kooperatif).

3. Karakteristik bicara

Dari awal pemeriksaan, pasien tidak mau menjawab semua pertanyaan

dari pemeriksa (diam).

4. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor

9

Page 10: CRS Buat Ujian

Selama wawancara pasien tampak mutisme, negativisme.

B. Mood dan Afek

1. Mood (subjektif) : sulit dinilai

2. Afek (objektif) : datar

C. Persepsi

1. Ilusi : sulit dinilai

2. Halusinasi : sulit dinilai

3. Depersonalisasi : sulit dinilai

4. Derealisasi : sulit dinilai

D. Pikiran

1. Bentuk pikiran : psikosis

2. Jalan pikiran : terganggu

3. Isi pikiran : terganggu

E. Sensorium dan kognisi

1. Kesadaran : kompos mentis

2. Orientasi

Tempat : sulit dinilai

Waktu : sulit dinilai

Orang : sulit dinilai

3. Memori

Jangka panjang : sulit dinilai

Jangka sedang : sulit dinilai

Jangka pendek : sulit dinilai

Jangka segera : sulit dinilai

4. Konsentrasi dan perhatian : terganggu

5. Membaca dan menulis : sulit dinilai

6. Berpikir abstrak : sulit dinilai

7. Informasi dan intelegensia : sulit dinilai

10

Page 11: CRS Buat Ujian

F. Dekorum : buruk

G. Wawasan terhadap penyakit : buruk (tingkat I, penyangkalan total atas

penyakitnya)

2.3 Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut

A. Pemeriksaan fisik:

- Keadaan umum : tampak lemah

- Kesadaran : kompos mentis

- Gizi : kurang

- Tekanan darah : 130/90 mmhg

- Nadi : 84x/menit

- Respirasi : 20x/menit

- Suhu : 36,5oC

- Kulit : tampak kusam dan kering

- Kepala : dalam batas normal

- Mata : dalam batas normal

- Leher : dalam batas normal

- Toraks

Jantung : dalam batas normal

Pulmo : dalam batas normal

- Abdomen

Hepar : dalam batas normal

Lien : dalam batas normal

- Ekstremitas : edema kedua tungkai dan kaki (+)

11

Page 12: CRS Buat Ujian

B. Pemeriksaan Penunjang :

2.4 Ringkasan Penemuan

A. Pemeriksan Status Mental

Keadaan Umum : tampak lemah

Kesadaran : kompos mentis

Roman muka : datar

Kontak/rapport : tidak adekuat

Bicara : diam

12

Page 13: CRS Buat Ujian

Orientasi W.T.O : sulit dinilai

Konsentrasi dan perhatian : terganggu

Pikiran

Bentuk : terganggu

Jalan : terganggu

Isi : terganggu

Tingkah laku : mutisme dan negativisme

Emosi :

Mood : sulit dinilai

Afek : datar

Dekorum : cukup

Insight of illness : tilikan tingkat 1 (penyangkalan total atas

penyakitnya).

B. Pemeriksaan Fisik : Edema kedua tungkai dan kaki (+)

C. Pem. Penunjang (laboratorium) : Hasil pemeriksaan yang dilakukan dalam

batas normal. Akan tetapi, GDS pasien rendah (111 mg/dl).

2.5 Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F.20.3 Skizofrenia Katatonik.

Aksis II : Z. 03.2 Tidak ada diagnosis aksis II.

Aksis III : Gejala, tanda dan temuan klinis-lab abnormal (edema kedua

tungkai dan kaki (+), GDS rendah)

Aksis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga).

Aksis V : GAF Scale 20-11

2.6 Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad malam

Quo ad functionam : dubia ad malam

13

Page 14: CRS Buat Ujian

2.7 Rencana terapi menyeluruh

1. Umum

- Rawat inap

- Perhatikan higiene pribadi pasien.

- Perhatikan asupan makanan pasien.

- Awasi kemungkinan perilaku membahayakan dirinya sendiri.

2. Farmakologi

- Obat-obatan yang diberikan berdasarkan tanda dan gejala serta reaksi

pasien terhadap obat yang diberikan, beserta sediaan yang tersedia.

obat-obatan yang direncanakan untuk diberikan :

Saat pasien diterima di IGD, berikan :

Risperidon 2 mg 2x1

THP (Trihexyphenidyl) 2 mg 2x1

CPZ (Chlorpromazine) 100 mg 0-0-1

Selanjutnya, lihat perkembangan pasien, berikan :

- Olanzapin 5 mg 0-0-1

- Trifluoperazin HCL 5 mg 2x1

- Jika dalam follow up keadaan benar-benar lemah dan pasien tidak

mungkin mau makan berikan IVFD RL 20 gtt/menit.

- Jika diperlukan, berikan paracetamol 500 mg.

3. Non-farmakologi

- Berikan diet :

Susu 6 x 200 ml

Bubur saring + telur dihancurkan.

- Berikan psikoterapi suportif individu.

- Berikan terapi perilaku kepada pasien.

- Berikan terapi psikososial kepada seluruh pihak yang berhubungan

dengan pasien (keluarga, warga sekitar tempat tinggal pasien).

14

Page 15: CRS Buat Ujian

2.8 Pembahasan

A. Diagnosis

1. Aksis I

Pasien didiagnosis sebagai skizofrenia katatonik karena memiliki berbagai

tanda dan gejala yang memenuhi kriteria skizofrenia katatonik, yang

penjelasannya dirincikan sebagai berikut :

Berdasarkan pemeriksaan bermakna yang didapatkan dari anamnesis,

pemeriksaan status mental, dan pemeriksaan diagnostik lanjut yang ditemukan

pada pasien, yaitu :

- Adanya hendaya dalam kemampuan daya nilai realita terlihat dari pikiran,

sikap dan penampilan pasien yang terganggu. Pikiran pasien yang terganggu

karena suka senyum-senyum sendiri. Sikap pasien yang terganggu karena

pasien suka mengamuk-ngamuk tanpa alasan yang jelas. Penampilan pasien

yang terganggu karena penampilan yang tidak rapi tidak sesuai dengan

keadaan orang normal biasanya.

- Lingkungan dan keluarga mengeluh tentang sikap pasien yang berbeda dari

orang normal bahkan bertentangan dengan norma sosial.

- Adanya gejala psikotik inkoherensi dan katatonia. Inkoherensia karena

sebelum menjadi diam dan tidak bergerak, pasien sering tidak nyambung

ketika berbicara.

- Maka dapat disimpulkan pasien menderita suatu psikosis.

Berdasarkan pemeriksaan bermakna yang didapatkan dari anamnesis ,

pemeriksaan status mental, dan pemeriksaan diagnostik lanjut yang ditemukan

pada pasien, yaitu :

- Kesadaran : kompos mentis

- Tidak terdapat kelainan organik yang dikaitkan dengan gangguan jiwa.

- Tidak terdapat riwayat penggunaan zat-zat psikoaktif.

- Maka dapat disimpulkan pasien menderita psikosis fungsional.

15

Page 16: CRS Buat Ujian

Berdasarkan pemeriksaan bermakna yang didapatkan dari anamnesis ,

pemeriksaan status mental, dan pemeriksaan diagnostik lanjut yang ditemukan

pada pasien, yaitu :

- Adanya perilaku katatonik.

- Adanya gejala negatif (tidak mau bicara, afek tumpul, penarikan diri dari

pergaulan sosial).

- Gejala tersebut terjadi lebih dari 1 bulan.

- Ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari

beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan

penarikan diri secara sosial.

- Maka berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV-TR dapat disimpulkan pasien

menderita skizofrenia.

Berdasarkan pemeriksaan bermakna yang didapatkan dari anamnesis,

pemeriksaan status mental, dan pemeriksaan diagnostik lanjut yang ditemukan

pada pasien, yaitu :

- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

- Adanya perilaku yang mendominasi gambaran klinisnya :

Mutisme (tidak berbicara).

Adanya negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif

terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau

pergerakan ke arah berlawanan.

- Maka berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV-TR dapat disimpulkan pasien

menderita skizofrenia katatonik.

2. Aksis II

Berdasarkan aloanamnesis tidak ditemukan data secara klinis yang cukup

bermakna untuk menentukan suatu gangguan kepribadian karena tidak ada

kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri sepanjang masa

dewasa. Oleh karena itu, tidak ada diagnosis aksis II.

16

Page 17: CRS Buat Ujian

3. Aksis III

Gejala, tanda dan temuan klinis-lab abnormal (edema edema kedua tungkai

dan kaki (+), GDS rendah).

4. Aksis IV

Berdasarkan aloanamnesis didapatkan keterangan mengenai adanya

stressor dengan “primary support group” (keluarga) yaitu orangtua pasien

bercerai sehingga semenjak itu perhatian dan kebahagiaan di dalam rumah pasien

berkurang.

5. Aksis V

Berdasarkan Global Assesment of Functioning Scale, GAF scale untuk saat

ini adalah 20-11 karena gangguan sangat berat dalam komunikasi (membisu) dan

mengurus diri.

B. Terapi

1. Umum

- Rawat inap.

Alasan pasien dirawat inap :

Berbahaya untuk diri pasien sendiri.

Karena pasien tidak bisa bergerak, pasien bisa terjatuh atau hal

berbahaya lainnya dapat terjadi karena pasien tidak mampu

menggunakan kemampuan motoriknya untuk bertahan.

Ketidakmampuan total dari fungsi.

Pasien tidak bisa melakukan berbagai fungsinya. Hal ini perlu

tatalaksana khusus dari pihak rumah sakit.

Tidak ada sistem pendukung yang kuat.

Pasien diasingkan dari keluarga dan lingkungannya yang akan

lebih memperburuk kondisi psikologis pasien.

- Perhatikan higiene pribadi pasien.

- Perhatikan asupan makanan pasien.

- Awasi kemungkinan keadaan yang membahayakan diri pasien.

17

Page 18: CRS Buat Ujian

2. Farmakologi

- Obat-obatan yang diberikan berdasarkan tanda dan gejala serta reaksi

pasien terhadap obat yang diberikan, beserta sediaan yang tersedia.

obat-obatan yang direncanakan untuk diberikan :

Saat pasien diterima di IGD, berikan :

Risperidon 2 mg 2x1

Risperidone adalah antipsikotik baru yang kedua yang

memiliki lebih sedikit efek samping dibandingkan antipsikotik

terdahulu, dan tampaknya berefek terhadap gejala positif dan negatif.

THP (Trihexyphenidyl) 2 mg 2x1

Pemberian Trihexiphenidil adalah untuk mencegah timbulnya

extrapiramidal syndrome.

CPZ (Chlorpromazine) 100 mg 0-0-1

Diberikan untuk memberikan efek sedasi pada pasien agar

pasien tertidur sehingga tidak bertahan pada posis yang aneh-aneh

lagi seperti “jongkok tanpa tujuan”.

Selanjutnya, lihat perkembangan pasien, berikan :

- Olanzapin 5 mg 0-0-1

- Trifluoperazin HCL 5 mg 2x1

- Jika dalam follow up keadaan benar-benar lemah dan pasien tidak mau

makan berikan IVFD RL 20 gtt/menit.

- Jika diperlukan, berikan paracetamol 500 mg.

3. Non-farmakologi

- Berikan diet :

Susu 6 x 200 ml

Bubur saring + telur dihancurkan.

- Berikan psikoterapi suportif individu.

Psikoterapi suportif adalah satu bentuk terapi yang mempunyai

tujuan menolong pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu

masalah yang dihadapi dan mendapatkan suatu kenyamanan hidup

terhadap gangguan psikisnya. Selain itu, Mengembalikan keadaan jiwa

18

Page 19: CRS Buat Ujian

yang rapuh ataupun mengalami gangguan keseimbangan, yang terutama

dilakukan adalah menekan ataupun mengontrol gejala-gejala yang

terjadi dan menstabilkan pasien kedalam suasana yang aman dan

terlindungi sehingga mampu melawan ataupun menghadapi tekanan

yang mungkin saja berat, baik yang datang dari luar maupun dari dalam

dirinya.

Psikoterapi ini dapat dilakukan dengan membina hubungan yang

baik dokter-pasien. Melakukan pengamatan yang cermat, sabar, tulus

dan peka terhadap pasien. Tujuan diberikan psikoterapi adalah

menaikkan fungsi psikologis dan sosial; menyokong harga dirinya dan

keyakinan dirinya sebanyak mungkin; menyadari realitas,

keterbatasannya, agar dapat diterima; mencegah terjadinya relaps.

- Berikan terapi perilaku kepada pasien.

Latih pasien untuk mandi, makan dan beraktivitas sendiri.

Latih pasien untuk berkomunikasi.

Latih pasien untuk menggerakkan tubuhnya.

- Berikan terapi psikososial kepada seluruh pihak yang berhubungan

dengan pasien (keluarga, warga sekitar tempat tinggal pasien).

Terapi keluarga. Terapi keluarga berguna karena pasien

skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial.

Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas

didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama

dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang

jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan keluarga. D o k t e r

harus membantu keluarga dan pasien memahami tentang skizofrenia

sehingga support system bisa berjalan dengan baik dan pasien tidak

merasa diabaikan. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa

terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Angka relaps

19

Page 20: CRS Buat Ujian

tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan

terapi keluarga.

Terapi kelompok. Terapi ini diberikan dengan memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada warga tentang skizofrenia dan

cara bersikap untuk membantu kesembuhan pasien skizofrenia. Terapi

kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan, dan meningkatkan harga diri pasien kembali.

C. Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad malam karena pasien sulit berkativitas termasuk makan

sehingga bisa berpengaruh terhadap keadaan fisiknya, terutama tanda-tanda

vitalnya. Pasien bisa saja menjadi sangat lemah. Selain itu, pasien suka

mempertahankan diri pada posisi yang tidak biasa seperti “jongkok” dapat

menyebabkan edema nya semakin parah. Pemeriksaan penunjang fungsi ginjal,

hati, dan lainnya belum dilaksanakan sehingga edema tungkai dan kakinya masih

bisa merupakan tanda suatu penyakit lain.

Quo ad functionam : dubia ad malam, karena :

- Onset muda

- Perilaku menarik diri, autistic

- Tidak menikah.

- Sistem pendukung yang buruk.

- Gejala negatif.

20

Page 21: CRS Buat Ujian

2.9 Follow Up

Tanggal Follow Up5 april 2014 (PICU) S : Keluhan sulit dinilai (Os diam)

O : compos mentis, TD : 110/70 mmHg, N : 76 x/menit, RR : 20 x/menit

- Penampilan : tidak rapi, tampak lemah, tidak kooperatif.

- Perilaku dan aktivitas psikomotor : mutisme (+) dan negativisme (+).

- bicara : diam- Afek : tumpul- Mood : sulit dinilai- Sensasi dan persepsi : sulit dinilai- Pikiran : terganggu- Orientasi W/T/O : sulit dinilai- RTA : terganggu- Insight : I

A : Skizofrenia katatonikP : risperidon 2 mg 2 x 1 CPZ 1 x 100 mg

6 April 2014 (PICU) S : Keluhan sulit dinilai (Os diam)O : Os tidak mau makan, tidak mau bangunTD : compos mentis, 130/80 mmHg, N : 118 x/menit, T : 36,5ºC RR : 20 x/menit.

- Penampilan : tidak rapi, tampak lemah, tidak kooperatif.

- Perilaku dan aktivitas psikomotor : mutisme (+) dan negativisme (+).

- bicara : diam- Afek : tumpul- Mood : sulit dinilai- Sensasi dan persepsi : sulit dinilai- Pikiran : terganggu- Orientasi W/T/O : sulit dinilai- RTA : terganggu- Insight : I

A : Skizofrenia katatonikP :

- Konsul dengan konsulen- Observasi tanda-tanda vital- Lanjutkan terapi sebelumnya- Hubungi keluarga

7 April 2014 S : Keluhan sulit dinilai (Os diam)O : TD 130/80 mmHg, HR 84 x/m; T febris; RR 20 x/m;

Afek datar; Negativisme (+), Mutisme (+)A : Skizofrenia katatonikP : Terapi

21

Page 22: CRS Buat Ujian

IVFD RL 20 gtt/menit Risperidon 2 mg 2x1 CPZ stop Paracetamol 500 mg 3x1

8-10 April 2014 S : Keluhan sulit dinilai (Os diam)O : compos mentis, Afek datar; Negativisme (+), Mutisme

(+)A : Skizofrenia katatonikP : Terapi

Risperidon 2 mg 2x1 THP 2 mg 2x1

11-12 April 2014 S : Keluhan sulit dinilai (Os diam)O : urin (-), dehidrasi (+)A : skizofrenia katatonikP :

IVFD RL 20 gtt/menit Olanzapin (olandoz) 5 mg 0-0-1 Trifluoperazin HCL (Stelazin) 5 mg 2x1 Diet: bubur saring dan susu 6 x 200cc Observasi TTV dan ESO

14 -15 April 2014 S : sulit dinilaiO : Os sudah mau berdiri dan berjalan sedikitTD : 120/80 mmHg, N :108 x/menit, RR : 18 x/menit T : afebrisAfek datar; Negativisme (+), Mutisme (+)A : skizofrenia katatonikP :

Olanzapin (olandoz) 5 mg 0-0-1 Trifluoperazin HCL (Stelazin) 5 mg 2x1 Diet: bubur saring dan susu 6 x 200cc Observasi TTV dan ESO

16-23 April 2014 S : sulit dinilaiO : Os kembali tidak bergerak hanya saja tidak separah awal masuk.Afek datar; Negativisme (+), Mutisme (+)A : skizofrenia katatonikP :

Olanzapin (olandoz) 5 mg 0-0-1 Trifluoperazin HCL (Stelazin) 5 mg 2x1 Diet: bubur saring dan susu 6 x 200cc Observasi TTV dan ESO

24 april 2014 S : sulit dinilaiO :TD : compos mentis, TD :120/80 mmHg, N : 80 x/menit RR: 18 x/menit.

22

Page 23: CRS Buat Ujian

Afek datar; Negativisme (+), Mutisme (+)A : skizofrenia katatonikP :

Olanzapin (olandoz) 5 mg 0-0-1 Diet: bubur saring dan susu 6 x 200cc Observasi TTV dan ESO

26 april 2014 S : sulit dinilaiO :Afek datar; postur katatonik (+) {berdiri di samping tempat tidur kakinya dimiringkan}, Negativisme (+), Mutisme (+)A : skizofrenia katatonikP :

Olanzapin (olandoz) 5 mg 0-0-1 Diet: bubur saring dan susu 6 x 200cc Observasi TTV dan ESO

BAB III

23

Page 24: CRS Buat Ujian

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Istilah skizofrenia diciptakan oleh Bleuler (psikiater dari Swiss) dari bahasa

Yunani, Skhizo : split/membelah, dan phren : mind/ pikiran, berarti : terbelah/

terpisahnya antara emosi dan pikiran/ intelektual.

Berdasarkan PPDGJ III, Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom

dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak

selalu bersifat kronis “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.4

Berdasarkan DSM-IV-TR, skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok

ciri dari gejala positif dan negatif, ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan

ataupun hubungan antar pribadi dan menunjukkan terus gejala-gejala ini selama

paling tidak 6 bulan.2

Skizofrenia katatonik adalah jenis skizofrenia dimana penderita skizofrenia

biasanya tidak terkoordinasi, merasa canggung, dan memiliki perilaku yang tidak

biasa. Penderita gangguan skizofrenia ini memiliki gangguan dalam gerakan.

Mereka cenderung untuk membuat gerakan berulang-ulang yang tidak biasa

seperti mengepakkan tangan atau kaki mereka. Dalam beberapa kasus, penderita

skizofrenia akan duduk, berdiri atau tinggal dalam posisi yang aneh selama

berjam-jam atau berhari-hari. Mereka benar-benar tidak mampu mengurus diri

sendiri karena perilaku mereka. Kadang-kadang, orang tersebut mengulangi satu

kata atau kalimat berulang-ulang.5

Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat

meliputi motorik yang tidak bergerak (waxy flexibility). Aktivitas motor yang

berlebihan, negativisme yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan

berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang

ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain

(echopraxia).4

3.2 Epidemiologi

24

Page 25: CRS Buat Ujian

Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di

berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar

hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi

dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa

dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda

yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35

tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan

lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural.2

Dewasa ini skizofrenia katatonik jarang ditemukan, mungkin karena terapi

obat bekerja secara efektif bagi proses-proses motorik yang aneh tersebut.

Skizofrenia katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia yang langka.

3.3 Etiologi2

1. Model Diatesis-stres

Menurut model diathesis-stres, seseorang mungkin memiliki kerentanan

spesifik (diathesis) yang bila diaktifkan oleh pengaruh yang penuh tekanan,

memungkinkan timbulnya gejala skizofrenia. Biasanya yang paling umum,

diathesis atau stress dapat berupa stress biologis, lingkungan atau keduanya.

2. Faktor Neurobiologis

a. Integrasi teori biologis

Daerah otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah struktur

limbic, lobus frontalis, dan ganglia basalis. Thalamus dan batang otak

juga terlibat karena peranan thalamus sebagai mekanisme pengintegrasi

dan batang otak serta otak tengah merupakan lokasi utama bagi neuron

aminergik ascenden.

b. Hipotesis dopamine

Skizofrenia disebabkan karena terlalu banyak aktivitas dopaminergik

dan tidak memperinci apakah hiperaktifitas dopaminergik adalah karena

terlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor

dopamine atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik

didalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya diotak tengah keneuron

dopaminoseptif di sistem limbic dan korteks serebral. Peranan penting

25

Page 26: CRS Buat Ujian

bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah penelitian yang

mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine utama, yaitu

homovanillic acid pada plasma yang meningkat.

c. Neurotransmitter lainnya

1) Serotonin

Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan

impulsive yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik

2) Norepinefrin

System noradrenergic memodulasi system dopaminergic dengan

cara tertentu sehingga kelainan system noradrenergic predisposisi

pasien untuk relaps

3) Asam amino

Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid

(GABA) mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan

hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergik

d. Neuropatologi

1) System limbic

System limbic karena peranannya dalam mengendalikan emosi.

Pada penelitian ditemukan penurunan ukuran daerah termasuk

amigdala, hipokampus, dan girus parahipokampus.

2) Ganglia basalis

Karena ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan,

dengan demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam

patologi skizofrenia.

e. Psikoneuroendokrinologi

Beberapa data menunjukan data penurunan konsentrasi luteinzing

hormone-foliccle stimulating hormone (LH/FSH), kemungkinan

dihubungkan dengan onset usia dan lamanya penyakit.

3. Faktor Genetika

26

Page 27: CRS Buat Ujian

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menderita skizofrenia jika

anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia dan kemungkinan

penderita skizofrenia berhubungan dekat dengan saudara tsb (contoh : sanak

saudara derajat pertama atau derajat kedua). Petanda kromosom terletak pada

lengan panjang kromosom 5, 11, dan 18; lengan pendek kromosom 15 dan

kromosom X adalah yang paling sering dilaporkan.

a) Populasi umum 1%

b) Saudara Kandung 8%-10%

c) Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia 12%-15%

d) Kembar 2 telur (dizigot) 12%-15%

e) Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 35%-40%

f) Kembar monozigot 47%-50%

4. Faktor Psikososial

Klinisi harus mempertimbangkan factor psikologis yang mempengaruhi

skizofrenia

a. Teori tentang pasien individual

1) Teori psikoanalitis

Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang

menyebabkan perkembangan neurosis.freud juga mendalikan

bahwa adanya defek ego juga berperan pada skizofrenia.

2) Teori psikodinamika

Pandangan psikodinamika cenderung menganggap hipersensitivitas

terhadap stimulus persepsi yang didasarkan secara konstitusional

sebagai suatu defisit.

3) Teori belajar

Anak-anak yang menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara

berfikir yang irasional dengan meniru orang tuanya yang mungkin

memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna.

b. Teori tentang keluarga

27

Page 28: CRS Buat Ujian

Perilaku keluarga yang patologis bermakna meningkatkan stress

emosional yang harus dihadapi pasien skizofrenik yang rentan.

3.4 Patogenesis dan Patofisiologi6

Pada pasien skizofrenia dengan gejala negatif yaitu berkurangnya motivasi

dan emosi terdapat penurunan aliran darah dan ambilan glukosa, terutama di

korteks prefrontalis, dan penurunan jumlah neuron (jumlah substansia gricea).

Selain itu migrasi neuron abnormal selama perkembangan otak secara

patofisiologis sangat bermakna.

Atrofi penonjolan dendrite dari sel pyramidal telah ditemukan dikorteks

prefrontalis dan girus singulata. Penonjolan dendrite mengandung sinaps

glutamatergik; sehingga transmisi glutamanergiknya terganggu. Selain itu, pada

area yang terkena, pembentukan GABA dan/atau jumlah neuron GABAergik

tampaknya berkurang sehingga penghambatan sel pyramidal menjadi berkurang.

Makna patofisiologis dikaitkan dengan dopamine; avaibilitas dopamine atau

agonis dopamine yang berlebihan dapat menimbulkan gejala skizofrenia, dan

penhambat reseptor dopamine D1 dan D2 dapat digunakan sebagai tatalaksana

skizofrenia. Penurunan reseptor D2 yang ditemukan dikorteks prefrontalis dan

penurunan reseptor D1 dan D2 berkaitan dengan gejala negative skizofrenia,

seperti berkurangnya emosi. Penurunan reseptor dopamine mungkin terjadi akibat

pelepasan dopamine yang meningkat dan hal ini tidak memiliki efek patogenetik.

Pelepasan dan kerja dopamine ditingkatkan oleh beberapa zat yang meningkatkan

perkembangan skizofrenia. Dopamine berperan sebagai transmitter melalui

beberapa jalur:

1. Jalur dopaminergik ke sistim limbic (mesolimbik).

2. Ke korteks (mesokorteks) mungkin penting dalam perkembangan

skizofrenia.

3. Pada system tubuloinfundibular, dopamine mengatur pelepasan hormone

hipofisis (terutama penghambatan pelepasan prolaktin)

4. Dopamine mengatur aktifitas motorik pada system nigrostriatum.

28

Page 29: CRS Buat Ujian

Serotonin mungkin juga berperan dalam menimbulkan gejala skizofrenia.

Kerja serotonin yang berlebihan dapat menyababkan halusinasi dan banyak obat

antipsikotik akan manghambat reseptor 5-HT2A.

3.5 Gambaran Klinis

1. Timbul pertama (15-30 th), akut, didahului stress emosional.

2. Hampir tidak ada respon terhadap lingkungan, aspek motorik dan verbal sangat

terganggu

3. Terjadi:

a. Stupor katatonik: mutisme, muka tanpa mimik, negativism, makanan

ditolak, tidak bergerak sama sekali dalam waktu yang lama.

29

Page 30: CRS Buat Ujian

Stupor katatonik terdapat 2 bentuk :

- rigid (badan menjadi kaku)

- chorea-fleksibility (badan menjadi lentur)

b. Gaduh gelisah katatonik : hiperaktivitas motorik tapi tidak disertai emosi

yang semestinya, stereotipi, mennerisme, grimace, dan neologisme

4. Tipe katatonik serangannya berlangsung dengan jauh lebih cepat. Aktivitasnya

jauh berkurang dibandingkan waktu normal. Pada individu terjadi stupor,

dimana individu diam, tidak mau berkomunikasi, kalau berbicara suaranya

menonton, ekspresi mukanya datar, makan dan berpakaian harus dibantu, dan

sikap badan yang aneh.

Penderita skizophrenia katatonik yang parah biasanya di tempat tidur, tidak mau

berbicara, jorok, makan-minum dipaksa, dan apabila mata terbuka biasanya akan

terpaku pada satu titik, tidak berkedip, dan ekspresi kosong. Perkembangan

selanjutnya yaitu setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, terjadi catatonic

excitement dimana penderita menunjukkan suatu gerakan tertentu dalam waktu

yang lama dan kemudian secara ekstrim berubah sebaliknya.

3.6 Diagnosis 2,4

Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia katatonik sebagai berikut :

1. Memenuhi kriteria umum skizofrenia:

a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

“thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau

“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luardirinya (withdrawal); dan

“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;

“delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

30

Page 31: CRS Buat Ujian

“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara

jelas merujukke pergerakan tubuh/ anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan, atau penginderaan khusus);

“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau

mukjizat;

Halusinasi auditorik:

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien pasien di antara mereka sendiri

(di antara berbagai suara yang berbicara), atau

 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian

tubuh.

Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan mahkluk asing dan dunia lain)

b. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus

menerus;

Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

31

Page 32: CRS Buat Ujian

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;

Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi

neuroleptika;

c. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

(prodromal)

d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

2. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi:

a. Stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam

gerakan serta aktivitas spontan ) atau mutisme (tidak berbicara)

b. Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara suka rela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)

d. Negativitisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kea rah

yang berlawanan)

e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakkan dirinya)

f. Fleksibiltas cerea/waxy flxibility (mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar)

32

Page 33: CRS Buat Ujian

g. Gejala-gejala lain seperti Command autism (kepatuhan secara otomatis

terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting

untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik

untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,

gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi

pada gangguan afektif.

Berdasarkan DSM-IV-TR, kriteria diagnosis skizofrenia katatonik, sebagai

berikut :2

A. Karateristik simtoms: dua (atau lebih) dari hal dibawah ini, setiap hal muncul

dalam porsi yang signifikan selama waktu / periode 1 bulan (atau kurang

apabila telah berhasil diobati)

1. Waham

2. Halusinasi

3. Bicara yang kacau (melantur atau inkoheren)

4. Disorganisai berat dari perilaku atau perilaku katatonik.

5. Simtom negatif (afek tumpul, alogia, kehilangan minat)

Catatan: hanya satu simtom dari kriteria A yang dibutuhkan apabila

waham bizarre atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus

berkomentar pada perilaku atau pikiran orang tersebut, atau 2 atau lebih suara

yang berbicara satu sama lain.

B. Disfungsi sosial dan pekerjaan

C. Durasi tanda-tanda yag secara kontinu bertahan selama 6 bulan yang harus

terdiri atas 1 bulan simtom pada kriteria A (atau kurang apabila berhasil

diobati).

D. Dieksklusikannya skizoafektif dan gangguan mood.

E. Diekslusikannya kondisi medis umum/zat.

F. Bila ditemukan ada hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive

penambahan diagnosis dari skizofrenia harus dibuat berdasarkan atas

33

Page 34: CRS Buat Ujian

ditemukannya waham yang jelas atau halusinasi yang muncul paling sedikit 1

bulan (atau lebih sedikit apabila berhasil diobati).

Klasifikasi mengenai perjalanan longitudinal dibuat berdasarkan minimal 1

tahun setelah onset awal.

3.7 Diagnosis Banding

1. Katatonik organic : akibat penyakit organik (ensefalitis).

2. Stupor disosiatif : tidak ditemukan gangguan fisik atau gangguan jiwa

lainnya, adanya problem atau kejadian-kejadian baru (stressful).

3.8 Penatalaksanaan

3.8.1 Psikofarmaka7

Pemilihan obat

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek

klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan utama pada efek sekunder (efek

samping: sedasi, otonomik, ekstrapiramidal). Pemilihan jenis antipsikosis

mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.

Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu

tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka

waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan

golongan yang tidak sama) dengandosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat

penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek

sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat

antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan

gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek

samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal.

Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua

bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke

dua (APG ll). APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik,

mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat

menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping

34

Page 35: CRS Buat Ujian

berupa gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin

yang akan menyebabkan disfungsi seksual/peningkatan berat badan dan

memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek

samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur, gangguan miksi,

defekasi dan hipotensi. APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis

yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah

trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan

untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,

hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg

diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita

dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.APG II sering

disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal.

Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di

otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat

efektif mengatasi gejala negatif. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah

clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon.

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis): 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping): 2-6 jam

Waktu paruh: 12-24 jam (pemberian 1-2 x/hari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda (pagi kecil, malam besar) sehingga

tidak mengganggu kualitas hidup penderita.

Obat antipsikosis long acting: fluphenazine decanoate 25 mg/cc atau

haloperidol decanoas 50 mg/cc, IM untuk 2-4 minggu. Berguna untuk

pasien yang tidak/sulit minum obat, dan untuk terapi pemeliharaan. 

Cara/Lama pemberian

Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikkansetiap 2-3

hari sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda), dievaluasi setiap 2

minggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12

minggu. (stabilisasi). Diturunkan setiap 2 minggu (dosis maintenance) lalu

35

Page 36: CRS Buat Ujian

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2/hari/minggu)

setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 minggu) lalu stop. Untuk pasien

dengan serangan sindrom psikosis multiepisode, terapi pemeliharaan paling

sedikit 5 tahun (ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 sampai 5

kali).Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan selama

3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis reda sama sekali. Pada

penghentian mendadak dapat timbul gejala cholinergic rebound gangguan

lambung, mual, muntah, diare, pusing dan gemetar. Keadaan ini dapat diatasi

dengan pemberian anticholinergic agent seperti injeksi sulfas atropin 0,25 mg IM,

tablet trhexyphenidyl 3x2 mg/hari.

Obat antipsikotik

Dopamin reseptor antagonis: chlorphromazine, trifluoperazine, haloperidol,

thionidazine. Kekurangannya: 50% penderita tetap tidak ada perbaikan dan

eso serius (tardive diskinesia dan neurolepik malignan sindrom).

Risperindon (risperidal): lebih efetif, ESO neurologik sangat berkurang, dapat

mengatasi gejala positif dan gejala negatif.

Clozapine: minus; agronulositosi dan harganya mahal, Pluz; tidak

menyebabkan tardive diskimesia.

1. Antipsikotik tipikal:

a. Phenothiazine:

chlorpromazine: tablet 25mg; 100mg

levomepromazine: tablet 25 mg;100mg

perphenazine: tablet 4mg; 8mg

trifluoperazine: tablet 5mg

thioridazine: 10mg;100mg

b. Butyrophenone:

haloperidol: tablet 0,5mg; 1,5mg; 2mg; 5mg

diphenyl-butyl-piperidine

pimozide : tablet 2mg; 4mg

36

Page 37: CRS Buat Ujian

Efek penggunaan obat2 antipsikotik : mulut kering, pandangan kabur, sulit

konsentrasi, tekanan darah rendah dan gangguan otot yang menyebabkan

gerakan mulut dan dagu yang tidak disengaja.

2. Antipsikotik atipikal

a. Benzamide:

sulpiride :tablet 50mg;200mg

dibenzodiazepine

clozapine: tablet 25mg; 100mg

olanzapine: tablet 5mg; 10mg

quetiapine

zotapine

aripiprazole

b. Benzisoxazol: risperidone (tablet 1mg), paliperidone (kapsul 3mg)

Obat-obat ini bisa menetralisir gejala-gejala akut skizofrenia (kacau,

gaduh gelisah, waham, halusinasi auditorik, inkoheren, gejala negatif

kronik.

3.8.2 Terapi Psikososial8

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

1. Psikoterapi individual

2. Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah

membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting

di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu

hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional

antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang

diinterpretasikan oleh pasien.

3. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di

dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali

sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak

terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga,

37

Page 38: CRS Buat Ujian

cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan

yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran,

ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai

daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang

merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan

adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk

suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

4. Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi

diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku

adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus

untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di

rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat,

dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

5. Sosial skill training

6. Terapi okupasi

7. Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

8. Psikoterapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika

atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan

isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes

realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara

suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu

bagi pasien skizofrenia.

9. Psikoterapi keluarga

38

Page 39: CRS Buat Ujian

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien

skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga

yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan

segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah

proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali,

anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur

terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari

ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan tentang

keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien

mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam

menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka

relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga

sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

3.9 Prognosis

Prognosis dievaluasi dengan melihat riwayat longitudinal dari penyakit,

dimulai dengan riwayat keluarga sampai pada penanganan. Ada banyak faktor

yang mempengaruhi prognosis skizofrenia, antara lain sebagai berikut:

1. Keluarga 

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami

Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami

gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. Inteligensi

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang

tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang

inteligensinya rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

39

Page 40: CRS Buat Ujian

pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan

kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis

reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu

dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone

serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap

obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang

tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri

individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya

apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau

tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau

akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

Penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan

sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran

yang sangat besar terhadap kesembuhan.

8. Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis

yang lebih baik.

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)

mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang

bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakit

40

Page 41: CRS Buat Ujian

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal

prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif

dan fase residual.

11. Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.

Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Prognosis baik Prognosis buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada faktor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual, pekerjaan

pramorbid buruk

Perilaku menarik diri, autistik

Tidak menikah, bercerai, janda/duda

Riwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam tiga tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

DAFTAR PUSTAKA

41

Page 42: CRS Buat Ujian

1. Maslim, rusdi. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Editor : maslim

rusdi.edisi : III.jakarta 2003.bagian ilmu kedokteran jiwa FK unika atma

jaya.hal : 48 - 49

2. Sadock B, Sadock V A. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis,

Edisi 2. Jakarta : EGC. 2010

3. Kaplan, Sadock, Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku

Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara, 2010.

4. Maslim R. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III. Jakarta;

PT Nuh Jaya. 2003. hal 64-5.

5. Elvira SD, Hadiskanto G, Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK-UI 2010.

6. Silbernagl, Stefan dan Florian lang. Teks dan Atlas Berwarna

Patofisiologi. Jakarta: EGC 2007.

7. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT Nuh Jaya

2007.

8. Hawari HD. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa. Jakarta: FK-UI

2009.

42