138305976-ileus ec hernia
Post on 19-Jan-2016
31 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi,
atau perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi
saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh
isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. 1
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di
Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003).
Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat
inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan
Indonesia.
Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta
tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak
dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien (Sabiston, 1995).
BAB II
LAPORAN KASUS
Kasus
Seorang laki-laki umur 42 tahun, datang ke poliklinik bedah dengan keluhan perut kembung,
mual muntah , terkadang nyeri perut yang hebat sekali.
Sebelum timbul gejala tersebut, pasien memiliki benjolan dilipat paha kiri yang hilang jika
pasien beristirahat. Namun saat ini, walaupun pasien istirahat, benjolan tetap tidak hilang
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Laporan kasus
Nama : Tn N
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : islam
Alamat : Jalan iskandar raya no 13
Keluhan utama : nyeri perut hebat
Keluhan tamabahan : perut kembung, mual, muntah, benjolan di lipat paha kiri yang
tidak hilang walaupun sudah beristirahat.
Riwayat penyakit : benjolan di lipat paha kiri, hilang ketika beristirahat.
Anamnesis tambahan
Gejala Utama: 13
§ Nyeri-Kolik
o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus
o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
§ Muntah
o Stenosis Pilorus : Encer dan asam
o Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
o Obstruksi kolon : onset muntah lama.
§ Perut Kembung (distensi)
§ Konstipasi
o Tidak ada defekasi
o Tidak ada flatus
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya
hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan
darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang
menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.2 Onset keluhan
yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat
menjurus kepada ileus letak rendah.2 3
Pemeriksaan fiisik
A. Strangulasi
Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti: 13
§ Takikardia
§ Pireksia (demam)
§ Lokal tenderness dan guarding
§ Rebound tenderness
§ Nyeri lokal
§ Hilangnya suara usus lokal
Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi. 4
B. Obstruksi
§ Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan
skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen
berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.2 3 7 8
§ Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan
peristaltik melemah sampai hilang.13 15
§ Perkusi
Hipertimpani
§ Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
§ Rectal Toucher
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis 2 3
Perkiraan diagnosis
Ileus obstruksi
Hernia inguinalis lateralis
Hernia inguinalis medial
Hernia femoralis
Peyebab ileus obstruksi :
1.Perlengketan 1: Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau
pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya luka bekas operasi di perut. Jadi diagnosis ini dapat
disingkirkan
2.Intususepsi 1: Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak
dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus
tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum
dan anus.
3.Volvulus 1: Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi.
Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya
4.Hernia1 : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen.
Pada pasien ini ia memiliki benjolan di lipat paha yang dulu suka hilang timbul dan apabila
pasien beristirahat benjolan akan hilang, namun saat ini walaupun sudah beristirahat benjolan
tetap tidak hilang.
5.Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus ,emgakibatkan obstruksi.Pada pasien ini tidak teraba
adanya massa di abdomen, sehingga tumor sebagai penyebab ileus obstruksi dapat disingkirkan
6. Adhesi 2: ileus yang umumnya tidak disertai strangulasi, adhesi biasanya berasal dari
rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi.
7. Askariasis 2: kebanyakan cacing hidup di usus halus bagian jejunum. Biasanya ada puluhan
hingga lebih dari seratus. Biasanya cacing menyebabkan kontraksi local di dinding usus yang
disertai dengan reaksi radang setempat yang tampak di permukaan peritoneum. Pada pasien
askariasis biasanya gejala disertai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, tapi pada pasien ini
tidak ada gejala demam.
Pemeriksaan penunjang
Tes darah : hitung darah lengkap/ LED dan pemeriksaan biokimia darah untuk menentukan
kadar elektrolit dan fungsi ginjal setelah muntah akibat obstruksi. Pada strangulasi terjadi
leukositosis dengan pergeseran ke kiri dan peningkatan amylase serum.
Foto polos abdomen : bisa menunjukan obstruksi usus. Terlihat multiple air-fluid level dalam
pola tangga pada posisi foto tegak.
Pencitraan radiologi dengan kontras : barium follow though atau barium enema bermanfaat bagi
pasien bila gejala membaik(sabagian) dengan penatalaksanaan konservatif dan di indikasikan
untuk invaginasi.
Diagnosis kerja ileus obstruktif ec hernia inguinalis
Penatalaksanana 3
Penatalaksanaan awal 3,4
- Periksa Keadaan Umum. Resusitasi cairan dan elektrolit segera bila pasien menunjukkan
tanda-tanda dehidrasi.
- Cairan intravena
Pada pasien ini terdapat gejala mual dan muntah, hal ini mengakibatkan keluarnya cairan
elektrolit dalam tubuh, sehingga sebelum melakukan tindakan operatif kita mestinya
menstabilkan keseimbangan elektrolit pada tubuh pasien ini. Pada pasien ini gangguan
elektrolit yang diderita adalah asidosis metabolic sehingga pada pasien ini kita
mengunakan infus NaCl ditambah dengan Natrium laktat 1/6 molal.
Operasi dapat dilakukan apabila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan.
- Dekompresi pipa pada traktus gastrointestinal untuk dekompres lambung sehingga
mengurangi distensi usus yang bias menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan
kemungkinan ancaman vascular juga untuk menghindari terjadinya aspirasi paru akibat
regurgitasi cairan usus.
Farmakologis4
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
Operatif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Komplikasi 4
Komplikasi dari ileus antara lain terjadinya :
o nekrosis usus, perforasi usus,
o Sepsis,
o Syok-dehidrasi,
o Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi,
o Pneumonia aspirasi dari proses muntah,
o Gangguan elektrolit,
o Meninggal
Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya
baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
A. KONSEP DASAR1
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran
usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1.Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini
dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan,
hernia dan abses
2.Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus
terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi
otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit
Parkinson
B.PENYEBAB
1.Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat ataupada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2.Intusepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan
peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anaka-anak
dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus
tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum
dan anus.
3.Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi.
Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya
4.Hernia : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
5.Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.
Patofisiologi
Mual – Muntah dan Kembung (a)
Pada umumnya keluhan ini merupakan bagian dari sindroma dispepsi. Muntah dapat dirangsang
melalui (disertai etiologinya) :
- serabut afferent vagus dari lapisan visceral Gastrointestinal (sindroma reseptor 5HT3),
misalnya muntah akibat rangsang peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau disertai
distensi gastrointestinal.
- System vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau infeksi vestibuler (reseptor histamine
H1 dan muskarinik)
- System saraf pusat misalnya rangsang penciuman, penglihatan,emosi
- Chemoreseptor trigger zonbe pada area postrema medula (reseptor serotonin 5HT3 dan
dopamin D3),misalnya muntah akibat obat kemoterapu, toksin, hipoksia, uremia,
asidosis, dan pengobata radiasi.
Etiologi
- obat : OAINS, digoksin, eritromisisn
- sistem saraf pusat : tumor, perdarahan intrakranial, infeksi, motion sickness, gangguan
psikiatrik, gangguan labirin
- gangguan gastrointestinal dan peritoneal : gastric outlet obstuction, obstruksi usus halus,
gastroparesis, pankreatitis, kolesistisis, hepatitis akut.
- Gangguan metabolisme endokrin : uremia, ketoasidosis diabetik, penyakit tiroid.
Pendekatan diagnostik
- setiap kasus muntah harus dinilai keadaan sistemik yag menyertainya (uremia,
kehamilan, status nutrisi, DM) serta adanya gangguan aspek neurologi (vertigo,
parestesia, nyeri kepala hebat, rasa lemas yang mencolok )
- muntah disertai nyeri perut hebat harus diwaspadai adanya rangsang peritoneum,
obstruksi intestinal akut atau penyakit pankreatobilier
- korelasi dengan waktu makan juga dapat menuntun kearah penyebabbya (ppsikogenik,
gastroporesis, tukak peptik yang menimbulkan obstruksi, akalasia)
- laboratorium biasanya merupakan dampak muntah atau menggambarkan penyakit
sistemik dasarnya
- aspirasi melalui selang nasogastric yang memperlihatkan banyak residu lambung,
membawa kita berpikir akan adanya obstruksi (baik organik maupun fungsional)
- esofagogastrokopi
- barium meal
- pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab dasarnya
Nyeri Perut (a)
Nyeri perut dapoat merupakan variasi kondisi dari yang bersifat sangat ringan sampai yang
bersifat fatal. Dapat berasal dari nyeri visceral abdomen akibat terangsang mekanik (seperti
regangan, spasme) atau kimiawi (seperti inflamasi, iskemia). Nyeri visceral bersifat tumpul, rasa
terbakar dan samar batas lokasinya. Sedangkan nyeri peritoneu parietal lebih bersifat tajam dan
lokasinya lebih jelas. Ujung saraf nyeri pada organ seperti hati dan ginjal terbatas pada
kapsulnya, jadi rasa nyeri timbul bila ada regangan karena pembesaran organ. Reffered pain
dapat dijelaskan pada keadaan dimana serat nyeri visceral dan serat somatik berada pada satu
tingkat disusunan saraf spinal.
Etiologi
- inflamasi peritonium parietal, perforasi, peritonitis, appendisitis, diverkulitis, pankreatitis
dan kolesistisis
- kelainan mukosa visceral seperti tukak peptik, inflammtory bowel disease, kolitis infeksi,
esofagitis.
- Obstruksi visceral seperti ileus obstruktif, kolik bilier atau renal karena batu.
- Regangan kapsula organ seperti hepatitis, kista ovarium, pielonefritis
- Gangguan vaskuler seperti iskemia dan infark intestinal
- Gangguan motilitas sepert iritable bowel syndrome , dispepsia fungsional
- Ekstraabdominal seperti herpes, trauma muskuloskeletal, infark miokard pain.
Pendekatan Disgnostik
- berdasarkan lokasi nyerinya
Lokasi nyeri Dugaan sumber
Epigastrium Gaster, pankreaas, duodenum
Periumbilikalis Usus halus, duodenum
Kuadran kanan atas Hati, duodenum, kandung empedu
Kuadran kiri atas Pankreas, limpa, gaster, colon, ginjal
- kualitas nyeri.
Pada dasarnya harus dibedakan rasa nyeri kolik seperti pada obtruksi intestinal dan bilier.
Rasa nyeri tumpul seperti pada batu ginjal, rasa seperti diremas pada kolestiasis dan rasa
panas pada esofagitis, dan apendicitis tidak jarana menimbulkan rasa nyeri tumpul yang
menetap.
- intensitas nyeri
pada keadaan akut, intensitas nyeri dapat diurut berdasarkan intensitas nyeri yang paling
hebat sampai ke relative ringan sebagai berikut : perforasi ulkus, pankreatitis akut, kolik
ginjal, ileus obstruktif, kolesistiasis, apendisitis, tukak peptic, gastroenteritis dan esofagitis.
Sedangkan nyeri kronik lebih sulit menentukannya karena banyak factor psikologis yang
turut berperan
- factor yang mencetuskan nyeri dan faktor yang meringankan
nyeri perut yang dapat diringankan dengan minum antasid dapat diperkirakan menderita
tukak peptik (terutama tukak duodenum). Nyeri pada penyakit pankreas serig timbul setelah
makan, dan juga pada iskemia intestinal. Pada penyakit kolon, rasa nyeri berkurang setelah
buang air besar.
- harus juga diketahui gejala sistemik yang menyertainya.
- Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium, radiologi, dan endoskopi sesuai indikasi
penyakit yang diduga menyertainya.
Ileus obstruktif
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional.
Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan,
sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan
akhirnya hilang. 12
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada gambar. Lumen
usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan
tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh
karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari10, tidak adanya
absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan
usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok
—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.
Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan
dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat
distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke
dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. 12
Patofisiologi Obstruksi Usus.
Gejala dan Tanda 2,3
Sistemik
- Hipovolemia
- Syok
- Oligouria
- Gangguan elektrolit
Perut kembung
- Kelebihan cairan
- Kelebihan gas dalam usus
Serangan kolik
- Nyeri perut belakang
- Mual / muntah
- Gelisah/mengeliat
- Hiperperistaltik tampak sewaktu kolik
- Nada tinggi
Halangan pasase
- Obstipasi
- Susah flatus
MANIFESTASI KLINIS
A. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada
perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah
yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan
semakin fekulen.1,2,10
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.10
B. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus.10
C. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya
iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering
terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila
katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke
dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi
kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang
lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound
pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya
strangulasi.2,10
Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.15
Macam ileus Nyeri UsusDistensi Muntah
borborigmi Bising usus Ketegangan
abdomen
Obstruksi ++ + +++ Meningkat -
simple tinggi(kolik)
Obstruksi
simple rendah
+++
(Kolik)
+++ +
Lambat, fekal Meningkat
-
Obstruksi
strangulasi
++++
(terus-menerus,
terlokalisir)
++ +++
Tak tentu
biasanya meningkat
+
Paralitik+
+++++ Menurun -
Oklusi
vaskuler
+++++ +++ +++ Menurun +
Penatalaksanaan
1. Konservatif
§ Penderita dirawat di rumah sakit.
§ Penderita dipuasakan
§ Kontrol status airway, breathing and circulation.
§ Dekompresi dengan nasogastric tube.
§ Intravenous fluids and electrolyte
§ Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
§ Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
2. Farmakologis 4
§ Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
§ Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
Ca stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata,
dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
Prognosis
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.
Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.2 3
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC,
2003. Hal: 181-192.
2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle,
W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last
Updated, June 29, 2004.
3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber,
A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
4. Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction. http://www.Merck.com.
5. Anonym. Ileus. http://www.Merck.com.
6. Leaper, D.J., Peel, A.L.G., McLatchie, G.R., and Kurup, V.: Gastrointestinal disease.
In Oxford handbook of clinical surgery. Editor by McLatchie, G.R., and Leape, D. 2nd
Edition. London: Oxford University Press, 2002. p: 214-296.
7. Hebra, A., and Miller, M.: Intestinal Volvulus. Editor: DuBois, J.J., Konop, R., Li,
B.UK., Schwarz, S. and Altschuler, S. http://www.emedicine,com. Last Updated:
February 25, 2004.
8. Chahine, A.A.: Intussusception. Editor: Nazer, H., Windle, M.L., Li, B.UK.,
Schwarz, S. and Altschuler, S. http://www.emedicine,com. Last Updated: June 10,
2004.
9. Shukia, P.C.: Volvulus. Editor: DuBois, J.J., Konop, R., Piccoli, D., Schwarz, S. and
Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last Updated: May 18, 2005.
10. Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku Ajar Bedah
Sabiston’s essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih bahasa: Andrianto, P., dan
I.S., Timan. Editor bahasa: Oswari, J. Jakarta: EGC, 1992.
11. Badash, Michelle. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel
Obstruction). EBSCO Publishing, 2005.
12. Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A.,
McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC, 1994.
13. Browse, Norman, L. An Introduction to the Symptoms and Signs of Surgical Disease.
3rd Edition. London: Arnold, 1997.
14. Hamami, AH., Pieter, J., Riwanto, I., Tjambolang, T., dan Ahmadsyah, I. Usus Halus,
apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor:
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 615-681.
15. Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994.
top related