amalgam

23
Amalgam Definisi Amalgam Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Aloi amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendirimerupakan kombinasi aloi dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitasdan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi (Baum, 2012). Komposisi Amalgam Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga, merkuri, platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam tersebut memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada Tabel 1 dapat dilihat komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam (Anusavice, 2004). Alloy Presentase Berat (%) Silver 65 (maksimum)

Upload: achmad-junaidi

Post on 31-Dec-2015

278 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bahan kedokteran gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Amalgam

Amalgam

Definisi Amalgam

Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya

adalah merkuri. Aloi amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu

sendirimerupakan kombinasi aloi dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut

amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam

kavitasdan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi (Baum, 2012).

Komposisi Amalgam

Komposisi bahan restorasi dental amalgam terdiri dari perak, timah, tembaga,

merkuri, platinum, dan seng. Unsur – unsur kandungan bahan restorasi amalgam

tersebut memiliki fungsinya masing – masing, dimana sebagian diantaranya akan

saling mengatasi kelemahan yang ditimbulkan logam lain, jika logam tersebut

dikombinasikan dengan perbandingan yang tepat. Pada Tabel 1 dapat dilihat

komposisi persentase berat kandungan alloy amalgam (Anusavice, 2004).

Alloy Presentase Berat (%)

Silver 65 (maksimum)

Tin 29 (maksimum)

Copper 6 (maksimum)

Zinc 2 (maksimum)

Mercury 3 (maksimum)

Palladium  0,5

Page 2: Amalgam

Klasifikasi Amalgam

Amalgam dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis menurut Craig (1993) yaitu :

1. Berdasarkan jumlah metal alloy, yaitu :

a. Alloy binary, contohnya : silver-tin

b. Alloy tertinary, contohnya : silver-tin-copper

c. Alloy quartenary, contohnya : silver-tin-copper-indium

2. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu :

a. Microcut, dengan ukuran 10 - 30 µm.

b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 µm.

3. Berdasarkan bentuk partikel alloy, yaitu :

a. Alloy lathe-cut

Alloy ini memiliki bentuk yang tidak teratur.

b. Alloy spherical

Alloy spherical dibentuk melalui proses atomisasi. Dimana cairan

alloy diatomisasi menjadi tetesan logam yang berbentuk bulat kecil. Alloy

ini tidak berbentuk bulat sempurna tetapi dapat juga berbentuk persegi,

tergantung pada teknik atomisasi dan pemadatan yang digunakan.

c. Alloy spheroidal

Alloy spheroidal juga dibentuk melaui proses atomisasi.

4. Berdasarkan kandungan tembaga

Kandungan tembaga pada amalgam berguna untuk meningkatkan

kekuatan (strength), kekerasan (hardness), dan ekspansi saat pengerasan.

Pembagian amalgam berdasarkan kandungan tembaga yaitu:

a. Alloy rendah copper (low copper alloy)

Low copper alloy ini mengandung silver (68-70%), tin (26-27%),

copper (4-5%), zinc (0-1%).

b. Alloy tinggi copper (high copper alloy)

High copper alloy mengandung silver (40-70%), tin (22-30%), copper

Page 3: Amalgam

(13-30%), zinc (0-1%). Alloy ini dapat diklasifikasikan sebagai:

a) Admixed/dispersi/blended alloys

Alloy ini merupakan campuran spherical alloy dengan lathe-cut

alloy dengan komposisi yang berbeda yaitu high copper spherical alloy

dengan low copper lathe-cut alloy. Komposisi seluruhnya terdiri atas

silver (69%), tin (17%), copper (13%), zinc (1%).

b) Single composisition atau unicomposition alloys

Tiap partikel dari alloy ini memiliki komposisi yang sama.

Komposisi seluruhnya terdiri atas silver (40-60%), tin (22-30%), copper

(13-30%), zinc (0-4%).

5. Berdasarkan kandungan zinc

a. Alloy mengandung seng: mengandung lebih dari 0.01% zinc.

b. Alloy bebas seng: mengandung kurang dari 0.01% zinc.

Kelebihan dan Kekurangan Amalgam

Menurut Anusavice (2003) Kelebihan dan kekurangan Amalgam dalam

kedokteran gigi adalah :

Kelebihan :

Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat

dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah,

sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di

dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga

lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap

penambalan sesuai dengan prosedur.

Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada

umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam

mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

Page 4: Amalgam

Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu

“technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana

sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi

ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

Biayanya relatif lebih rendah

Kekurangan :

Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,

sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana

pertimbangan estetis sangat diutamakan.

Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan

yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna

pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.

Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam

yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu

setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif

terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak

berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri

yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu

ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai

bahan tambal.

Sering menyebabkan kebocoran mikro dan sekunder karies. Solusinya

enggunakan “cavity varnish” yang mengandung larutan resin alami atau

sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus tahan air.

Mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan

tumpatan logam lain. Solusinya dengan melepas tumpatan logam lain sebelum

memakai tumpatan amalgam.

Page 5: Amalgam

Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi amalgam menurut Anusavice (2003) adalah :

1. Sebagai bahan restorasi permanen pada kavitas klas I, klas II, dan klas V dimana

faktor estetis bukanlah suatu hal yang penting.

2. Dapat dikombinasikan dengan pin retentif untuk menempatkan mahkota.

3. Dipergunakan dalam pembuatan die.

4. Sebagai bahan pengisian saluran akar retrograde.

5. Dilihat dari segi biokompatibilitasnya, amalgam memiliki adaptasi yang cukup

baik pada jaringan di rongga mulut terutama email dari gigi tersebut.

Kontra Indikasi amalgam adalah :

Efek Samping Penggunaan Merkuri

Kandungan merkuri dalam bahan restorasi amalgam dalam beberapa peristiwa

memang dapat menyebabkan terjadinya reaksi hipersensitivitas atau alergi. Tetapi

peristiwa alergi yang terjadi pada pasien yang menggunakan restorasi amalgam

tidaklah signifikan, karena tidak setiap pasien yang melakukan treatment

menggunakan amalgam mengalami alergi.Beberapa penelitian menerangkan bahwa

penggunaan restorasi amalgam dapat pula menyebabkan terjadinya gangguan

kesehatan secara sistemik seperti kerusakan pada ginjal, alergi atau hipersensitivitas

atau gangguan terhadap neurobehavior. Namun, apabila penggunaan alamgam

dilakukan secara benar, tidak akan terjadi masalah terhadap biokombatibilitas dari

restorasi amalgam (Craig, 1993).

Seseorang dapat terpapar merkuri daridiet makanan, minuman, udara, dan

restorasi amalgam.Merkuri yang terlepas dari bahan restorasi amalgam biasanya

terjadi akibat adanya penguapan merkuri. Uap merkuri pada manusia dapat

ditemukan pada hembusan nafas, pada rongga mulut dengan keadaan mulut terbuka

atau teertutupmelalu kateter yang dipasang ditrakea melalu bronkoskop. Data dari

penelitian menjelaskan bahwa merkuri secara terus menerus terlepas dalam rongga

Page 6: Amalgam

mulut dari bahan restorasi amalgam. Tingkat pelepasan merkuri pada seseorang

dipengaruhi oleh banyak factor yaitu area restorasi, usia, diet, komposisi amalgam,

dan kuantitas permukaan yang mengalami oksidasi. Uap merkuri dapat terlarut pada

udara intraoral ataupun oleh saliva, kemudian dapat penetrasi ke organisme melalui

banyak cara (Uçar and Brantley, 2011).

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa ditemukan kadar

merkuri dalam urin yang lebih tinggi yaitu sekitar 5 sampai 20 pada orang yang

mengkonsumsi seafood dengan frekuensi seminggu sekali jika dibandingkan dengan

kadar merkuri akibat pajanan restorasi amalgam yaitu sekitar 1 atau sekitar 1

mg/(Craig, 1993).

WHO merekomendasikan nilai batas paparan merkuri jangka panjang untuk

para pekerja atau operator adalah sebesar 25selain itu WHO merekomendasikan

paparan yang merkuri untuk wanita dalam masa subur harus lebih rendah dari nilai

standar yaitu sekitar 10 (bindslev, 1991).

Penguapan merkuri dari bahan restorasi amalgam lebih kecil jika

dibandingkan dengan pengkonsumsian berbagai jenis ikan. Peningkatan kadar

amalgam dalam urin dan darah dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, tidak hanya

dipengaruhi oleh merkuri yang berasal dari bahan restorasi amalgam. Secara

keseluruhan merkuriyang berasal dari amalgam hanya memberikansedikit pengaruh

terhadap total kadar merkuri dalam tubuh .secara epidemiologi, kadar merkuri dalam

urin dan darah berkolerasi dengan jumlah paparan yang berasal dari lingkungan dan

diet (Craig, 1993).

Pencemaran merkuri terhadap lingkungan hidup dapat menimbulkan dampak

negatif pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan menyebabkan terjadinya

toksisitas atau keracunan tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi pada lingkungan

pekerjaan seperti pertambangan, pertanian, industri, farmasi, kedokteran gigi dan aa

banyak pekerjaan lain dengan potensi paparan terhadap merkuri. Pencemaran merkuri

di lingkungan dokter dapat terjadi pada saat proses pembuatan amalgam sampai

pemaaian amalgam sebagai tumpatan gigi (Silalahi, 2002).

1. Toksik merkuri

Page 7: Amalgam

Toksik merkuri berkaitan dengan afinitasnya untuk membentuk ikatn

kovalen dengan gugus sulfhidril yang akan menganggu sistem enzim dalam

organ. Keracunan merkuri terjadi karena terbentuknya senyawa yang mudah

di serap yaitu merkuri yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida. Merkuri

dapat diabsorbsi oleh tubuh melalui tiga cara yaitu inhalasi, pencernaan, dan

permukaan kulit. Inhlasi adalah jalur utama absorbsi persenyawaan merkuri

yaitu sebesar 80% (Silalahi, 2002).

2. Toksisitas akut

Lemah,mual, muntah, diare disertai lendir dan darah, sakit kepala,

sukar berbicara dan menelan, kulit pucat dingin,iritasi membran mukosa

bronkus, pneumonitis yang diikuti demam dan dispena, rasa sakit dan terbakar

di kerongkongan dan perut, penyempitan lapangan pandang, serta

berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali (Silalahi,

2002).

3. Toksisitas kronis

Paparan yang terus menerus dengan merkuri akan menimbulkan tiga

gejala berupa eretisme (keadaan sangat mudah terangsang), tremor, dan

stomatitis. Gejala-gejala neurologis dan psikis merupakan gejala yang paling

karakteristik. Gejala dini nonspesifik berupa anoreksia, penurunan berat

badan, dan sakit kepala. Kemudian gejala ini diikuti gangguan-gangguan yang

lebih karakteristik seperti iritabilitas meningkat,gangguan tidur,mudah

terangsang, kecemasan,depresi,gangguan daya ingat, dan kehilangan

kepercayaan diri. Keracunan berat sering berakibat kelainan bicara terutama

mengenai pengecapan (Silalahi, 2002).

Sifat – sifat Amalgam

1. Sifat Fisik Amalgam

a) Creep ( Tekanan )

Page 8: Amalgam

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi

secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk

tumpatan amalgam, tekanan menguyah yang berulang dapat menyebabkan

creep. ANSI-ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%.

Amalgam dengan kandungan tembaga tinggi mempunyai nilai creep yang jauh

lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1% (Anusavice, 2004).

Tingkat creep terbukti mempunyai hubungan dengan kerusakan tepi dari

amalgam tradisional yang kandungan tembaganya rendah, yaitu makin tinggi

creep, semakin besar derajat kerusakan tepi. Tepi dari amalgam dengan tingkat

creep tinggi tampak tercungkil cukup parah (Anusavice, 2004).

b) Stabilitas Dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan dimensinya dan

kemudian tetap stabil. Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada

cara manipulasinya, idealnya perubahan dimensi kecil saja. Perubahan

dimensional dari amalgam bergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan

pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. ADA menyebutkan

bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20μm / cm,

diukur pada 30°C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan alat

yang keakuratanya tidak sampai 0,5μm. Ekspansi yang berlebihan juga dapat

menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan pascaoperatif (Anusavice,

2004).

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan

lebih besar pula ekxpansi yang terjadi

Rasio mercury (alloy) : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat

ekspansinya.

Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel

menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat.

Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin

lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.

Page 9: Amalgam

Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelh

triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak tergantung

difusi mercury ke alloy (Anusavice, 2004).

c) Difusi Termal

Difusi termal amalgam adalah 40 kali lebih besar dari dentin sedangkan

koefisien ekspansi termalnya 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan

mikroleakage dan sekunder karies (Anusavice, 2004).

d) Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada

hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan

pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatakan kerusakan dan

terbentuknya pecahan / puing amalgam (Anusavice, 2004).

2. Sifat Kimia Amalgam

a) Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam

berbeda atau alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini adalah

saliva. Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi, perbedaan

potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan ( Craig, 2002).

Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan berkontak elektrik dari

beberapa restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam – amalgam,

perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam

memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluar

adalah 24 V ( Craig, 2002).

Page 10: Amalgam

Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis berbanding terbalik,

artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya, semakin

kecil arus galvanis yang dihasilkan ( Craig, 2002).

b) Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi

struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits

dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta

memperpendek keawetan penggunaannya ( Craig, 2002).

c) Tarnis

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang

terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling

terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur

dalam makanan dan minuman ( Craig, 2002).

3. Sifat Mekanik Amalgam

a). Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan

struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu

struktur dengan struktur yang lainnya (Anusavice, 2004).

Dental amalgam adalah material yang brittle / rapuh. kekuatan tensile

amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. kekuatan komperesif ini

cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya

kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur / retakan

(Anusavice, 2004).

Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam:

Rasio mercury (Alloy) : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka

partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian

restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan

lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh

Page 11: Amalgam

Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran

partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.

Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi

kekuatan.

Efek triturasi : efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam,

waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator.

Efek laju pengerasan amalgam : spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan

kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi

tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

4. Sifat Biologi Amalgam

a). Alergi

secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi

yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernapas,

pembengkakan, dan gejal lain ( Craig, 2002).

Dermaititis kontak atau reaksi hipersnsitif tipe 4 dari commbs

mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam

gigi, tetapi reaksi ini terjadi kurang dari 1% dari populasi yang dirawat ( Craig,

2002).

b). Toksisitas

sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa

sudah mulai dipertanyakan. kadang - kadang masi ada dugaan bahwa keracunan

air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit - penyakit tertentu

yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau pasiennya.

Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan, penempatan dan

pembuangan. suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam

mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna

gigi ( Craig, 2002).

Page 12: Amalgam

Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetapi

kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi

terhadap garam -garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam jarang

tejadi ( Craig, 2002).

Jenis-jenis Amalgam

Menurut Baum, dkk pada tahun 1997 jenis-jenis amalgam yaitu :

1. Amalgam klas II insipient

Lesi insipien biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik kontak anatomik

dari gigi. Pada gigi yang maposisi titik kontak yang sesungguhnya bisa berada

dilain kontak, yang tentunya akan mengubah lokasi lesi.

2. Amalgam klas II yang diperluas

Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah dalam kavitas

atau karies rekuren di sekitar tambalan lama. Ukuran resorasi yang diperluas

tergantung pada situasi. Jika misalnya karies merunyak di bawah email sepanjang

pinggir gingival, dasar gingiva harus diperluas kearah akar untuk menghilangkan

email yang tidak mempunyai dukungan. Juga perluasan fasial dan lingual dari

karies menentukan lebar preparasi kavitas.

3. Preparasi klas V amalgam

Restorasi ini dibatasi oleh permukaan fasial dari molar dan premolar (kadang-

kadang meliputi permukaan lingual dari molar), dimaksud untuk menambal karies

dan untuk menggantikan substansi gigi yang berpotensi karies didekat gingiva.

Secara umum, ragangan kavitas klas v hanya meliputi email dan dentin. Suatu

kesalahan yang umum terjadi adalh membatasi panjangnya kavitas dan

mengakhiri tepi mesial dan distal ditengah-tengah email yang terdekalsifikasi.

Reaksi Pengerasan Amalgam

Reaksi pengerasan amalgam dimulai setelah alloy dan merkuri

dicampur. Pencampuran ini menyebabkan lapisan luar partikel alloy larut

Page 13: Amalgam

dalam merkuri dan membentuk dua fase baru yang solid pada temperatur

kamar. Reaksinya adalah sebagai berikut:

Ag3Sn + Hg Ag3Sn + Ag2Hg3 + Sn(7-8)Hg

γ + merkuri γ + γ1 + γ 2

powder liquid alloy yang matriks

tidak bereaksi

Tidak semua partikel alloy akan larut dalam merkuri. Struktur bahan

setelah reaksi pengerasan berupa struktur inti (γ yang tidak bereaksi), γ1 dan

γ2 yang secara mikroskopis membentuk suatu susunan jala yang tidak

terputus-putus.

Menurut ANSI/ADA specificatin no.1, kekerasan maksimal amalgam

dicapai setelah 24 jam pengerasan. Reaksi pengerasan yang baik dengan

pemampatan yang cukup akan mencegah terjadinya ekspansi maupun

kontraksi yang tidak diinginkan. Ekspansi maupun kontraksi tersebut

merupakan manifestasi dari perubahan dimensi.

Pada high-copper amalgam, tembaga akan terdisitribusi secara merata.

Peningkatan kandungan tembaga dalam alloy akan mempengaruhi reaksi

pengerasan. Sehingga untuk amalgam tipe high copper terdapat reaksi

sekunder yang berlangsung setelah reaksi pertama. Reaksi yang terjadi adalah

sebagai berikut:

γ 2 + Ag-Cu Cu6Sn5 + γ1

Setelah reaksi sekunder ini terjadi, amalgam tidak mengandung atau

sedikit mengandung fase γ2.

Modifikasi reaksi pengerasan yang terjadi pada amalgam tipe high

copper menghasilkan beberapa kelebihan, yaitu:

a. Compressive strength lebih tinggi

b. Final strength terjadi lebih cepat

c. Meminimalisasi creep

d. Meminimalisasi korosi

Page 14: Amalgam

e. Hardness yang lebih tinggi

Proses amalgamasi

Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu

proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan

bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras

karena kristalisasi.

Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal.

Cara manual dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas

amalgam tergantung dari tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang.

Tekanan yang berbeda – beda dari operator menyebabkan kekuatan amalgam

yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya

dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan

amalgam yang homogen.

Manipulasi Amalgam

Manipulasi amalgam dapat melalui proses :

1. Proportioning

Perbandingan antara alloy dan merkuri harus sesuai. Menggunakan

perbandingan alloy dan mercury 5:7 atau 5:8. Kelebihan mercury

mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis

Jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan

terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan

bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan

membuat amalgam menjadi lebih rapuh.

2. Triturasi

Pencapuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan

amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. Proses triturasi dapat

dilakukan dengan cara manual dan mekanis.

Page 15: Amalgam

3. Kondensasi

Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan

menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan

kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan

mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang

dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.

4. Trimming dan Carving

Amalgam yang dibuat dari serbuk alloy yang kasar lebih sukar mengukirnya

karena kepingan alloy yang agak besar dapat tertarik oleh instrument dari

permukaan. Apabila dikehendaki pengukiran yang mudah, dapat menggunakan

alloy spheris.

5. Polishing.

Amalgam konvensional baru dapat dipoles palng cepat 24 jam

setelah penambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang

terbuat dari alloy kaya kuprum lebih cepat mendapatkan kekuatannya,

disebutkan bahwa bahan ini dipoles tidak lama setelah penambalan.