9 bab ii kajian pustaka a. pendekatan saintifik 1. pengertian

38
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian Pendekatan Saintifik Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik. Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran ilmiah. Majid (2014: 193) mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada siswa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan- tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

Upload: others

Post on 11-Sep-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

9

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya

kolaborasi dan kerja sama di antara peserta didik. Pendekatan saintifik

merupakan salah satu pendekatan pembelajaran ilmiah. Majid (2014: 193)

mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan saintifik bertujuan untuk

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal

dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari

guru.

Daryanto (2014:51) mengungkapkan bahwa pembelajarandengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yangdirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktifmengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan ataumerumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagaiteknik, menganalisis data, menarik kesimpulan danmengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada siswa agar siswa

secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan

Page 2: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

10

hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip

yang ditemukan.

2. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada

siswa. Majid (2014: 211) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dalam

pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah,

menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pendapat tersebut sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Daryanto (2014: 59-80), yaitu:

a. Mengamati (Observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan tertantang,

dan mudah dalam pelaksanaan. Seperti yang diungkapkan oleh

Daryanto (2014: 60) bahwa metode mengamati sangat bermanfaat

bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran

memiliki kebermaknaan yang tinggi.

b. Menanya

Guru membuka kesempatan kepada siswa secara luas untuk

bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca.

Daryanto (2014: 65) mengungkapkan bahwa guru yang efektif mampu

menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah

sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,

Page 3: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

11

pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswa belajar

dengan baik.

c. Menalar

Kegiatan menalar menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013 (Dalam Daryanto, 2014: 70) adalah memproses informasi yang

sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan

atau eksperimen maupun hasil dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi

dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi

tersebut.

d. Mencoba

Hasil belajar yang nyata atau otentik akan didapat bila siswa

mencoba atau melakukan percobaan. Daryanto (2014: 78)

mengungkapkan bahwa aplikasi mencoba atau eksperimen

dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,

yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

e. Mengkomunikasikan

Guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam pendekatan

saintifik. Daryanto (2014: 80) mengungkapkan bahwa kegiatan

mengkomunikasikan dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan

apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan dan menemukan pola.

Page 4: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

12

Pendapat ahli tersbut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

dalam pendekatan saintifik adalah 5M yaitu, mengamati, menanya,

menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Tahapan-tahapan

pendekatan saintifik memiliki tujuan agar siswa dapat berpartisipasi dan

terlibat aktif selama pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pengertian Model Pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu upaya

untuk memudahkan penyampaian materi yang akan diajarkan.

Komalasari (2010: 57) mengemukakan bahwa model pembelajaran pada

dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Menurut Wahab

(2001: 52), model pembelajaran adalah sebuah perencanaan pengajaran

yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar

mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti

yang diharapkan.

Rustaman (2011: 2.17) mengungkapkan bahwa pada

pengembangan model pembelajaran dalam pandangan konstruktivis

harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa

yang mungkin diperoleh di luar sekolah serta dalam pembelajarannya

harus melibatkan siswa dalam suatu kegiatan yang nyata. Model

pembelajaran merupakan salah satu cara guru untuk menyampaikan

materi ajar yang disajikan.

Page 5: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

13

Pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu perencanaan pembelajaran yang telah

disusun secara sistematis. Perencanaan pembelajaran tersebut dijadikan

pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Pengertian Discovery Learning

Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini

menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting

terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran. Menurut Eggen (2012: 177), temuan

terbimbing adalah satu pendekatan mengajar di mana guru memberi

siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami

topik tersebut.

Wilcox (dalam Hosnan, 2014: 281) menyatakan bahwa dalam

pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian

besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep

dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki

pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka

menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Hal ini sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Hanafiah dan Suhana (2010: 77) bahwa

discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki agar dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.

Page 6: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

14

Hosnan (2014: 282) menyebutkan bahwa discoverylearning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajarsiswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, makahasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan,tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan,anak juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkansendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransferdalam kehidupan berasyarakat.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

discovery learning adalah model pembelajaran yang menuntut siswa

secara aktif melakukan pencarian pengalaman belajar menggunakan

analisis dan pemecahan masalah yang dihadapinya dengan menemukan

dan menyelidiki sendiri. Pengalaman belajar tersebut bisa dimanfaat

dalam kehidupan bermasyarakat siswa.

3. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning

Penggunaan model dalam pembelajaran, memiliki tujuan yang

ingin dicapai. Pembelajaran discovery learning juga memiliki tujuan

pembelajaran. Bell (dalam Hosnan, 2014: 284) mengungkapkan beberapa

tujuan spesifik dari discovery learning, yakni sebagai berikut.

a. Dalam discovery learning siswa memiliki kesempatan untuk terlibat

secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa

partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran banyak meningkat

ketika discovery learning digunakan.

b. Melalui discovery learning, siswa menemukan pola sistuasi konkret

maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate)

informasi tambahan yang diberikan.

c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu

Page 7: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

15

dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang

bermanfaat dalam menemukan.

d. Discovery learning membantu siswa membentuk cara kerja sama

yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan

menggunakan ide-ide orang lain.

e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-

keterampilan, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dipelajari

melalui discovery learning lebih bermakna.

f. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi discovery learning dalam

beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan

diaplikasikan dalam situasi belajar baru.

4. Karakteristik Pembelajaran Discovery Learning

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristiknya masing-

masing. Hosnan (2014: 284) menyebutkan tiga ciri utama dalam

discovery learning, yaitu sebagai berikut.

a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,

menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan.

b. Berpusat pada siswa.

c. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan yang sudah ada.

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangannya masing-masing, begitu juga dengan model discovery

Page 8: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

16

learning. Beberapa kelebihan dari model discovery learning yang

diungkapkan oleh Hosnan (2014: 287-288) yaitu sebagai berikut.

a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkanketerampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkanmasalah.

c. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangatpribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan,dan transfer.

d. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepatdan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

e. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat konsepdirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerjasamadengan yang lainnya.

f. Berpusat kepada siswa dan guru berperan sama-sama aktifmengeluarkan gagasan-gagasan.

g. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.h. Menimbulkan rasa senang siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.i. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.j. Siswa akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik.k. Melatih siswa belajar mandiri.l. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

Pendapat tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh

Marzano (dalam Markaban, 2008: 18), yang menyebutkan beberapa

kelebihan model discovery learning yaitu:

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-

temukan).

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi, dengan demikian siswa terlatih

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

e. Materi yang dipelajari mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan

membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan.

Page 9: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

17

f. Siswa belajar bagaimana belajar (how to learn).

g. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

h. Melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan

memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Discovery learning melatih siswa untuk lebih mengenal ilmu

pengetahuan disekitarnya, karena siswa terlibat secara aktif dalam

pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan intelektual siswa

melalui bimbingan guru. Discovery learning juga memiliki kekurangan.

Kekurangan model discovery learning, menurut Markaban (2008: 18-19)

yaitu sebagai berikut.

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih banyak.

b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di

lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti

dengan model ceramah.

c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya

topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan

dengan model temuan terbimbing.

Hosnan (2014: 288-289) juga mengungkapkan beberapa

kekurangan discovery learning, yaitu sebagai berikut.

a. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanyakesalahpahaman antara guru dengan siswa.

b. Menyita waktu banyak, karena guru dituntut mengubahkebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberiinformasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbingsiswa dalam belajar.

c. Menyita pekerjaan guru.d. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.e. Tidak berlaku untuk semua topik.

Page 10: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

18

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa discovery learning melibatkan siswa secara aktif

dalam pembelajaran yang membuat siswa lebih lama mengingat apa yang

sudah dipelajarinya dan melatih siswa belajar mandiri, namun discovery

learning membutuhkan banyak waktu dan tidak semua topik cocok untuk

model ini serta tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.

6. Tahap-tahap Pelaksanaan Discovery Learning

Dalam proses pembelajaran, diperlukan suatu langkah-langkah

pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan. Eggen (2012: 189) menyebutkan langkah-langkah yang

dilakukan dalam temuan terbimbing (guided discovery learning), yaitu

sebagai berikut.

Fase 1: pendahuluanFase 1 diniatkan untuk menarik perhatian siswa dan

memberikan kerangka kerja konseptual mengenai apa yang harusdiikuti. Fase ini bisa mulai dengan berbagai cara dan dapat terdiridari pernyataan-pernyataan sederhana.

Fase 2: fase berujung-terbuka (open-ended phase)Fase berujung terbuka bertujuan mendorong keterlibatan

siswa dan memastikan keberhasilan awal mereka, pada fase inidapat dimulai dengan berbagai cara, yaitu:a. Memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola

di dalam contoh itu.b. Melaksanakan kelas pelajaran dalam situasi kelas-utuh,

memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamatidan menggambarkannya.

c. Memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswamembandingkan keduanya.

d. Memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswamenggambarkannya.

Page 11: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

19

Fase 3: konvergenPada fase ini, guru membimbing para siswa agar resepon

mereka seragam terhadap satu tujuan belajar spesifik. Inilah fasedimana siswa secara aktual membangun pengetahuan merekamengenai konsep atau generalisasi.

Fase 4: penutup dan penerapanPenutup terjadi ketika siswa mampu secara lisan

menyatakan karakteristik-karakteristik dari konsep atau secaraverbal menggambarkan hubungan yang ada dalam generalisasi.Fase 4 juga memberikan kesempatan untuk membantu siswamengembangkan kemampuan mereka mengenali informasi yangtidak relevan, kemampuan yang merupakan keterampilan berpikirpenting.

Fase penerapan umumnya mencakup tugas di tempatduduk atau di rumah. Akan tetapi, terlepas dari pengembangancermat konsep atau generalisasi, penerapan kerap menuntutbantuan tambahan dari guru. Memonitor secara cermat danmembahas upaya awal siswa dalam fase penerapan akanmemperkuat pembelajaran dengan membantu siswamenjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yangdibimbing guru dan praktik mandiri.

Langkah-langkah tersebut sejalan dengan langkah-langkah

operasional implementasi dari discovery learning dalam proses

pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

a. Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning1) Menentukan tujuan pembelajaran.2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa kemampuan awal,

minat, gaya belajar, dan sebagainya.3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara

induktif dari contoh-contoh generalisasi.5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,ikonik sampai ke simbolik.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.(Hosnan, 2014: 289)

Page 12: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

20

b. Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning

Menurut Syah (dalam Hosnan, 2014: 289), ada beberapa

prosedur yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan strategi

discovery learning pada kegiatan belajar mengajar secara umum,

yaitu sebagai berikut.

1) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)

Pada tahap ini, guru memberi kesempatan pada siswa

untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk hipotesis jawaban sementara atas

pernyataan masalah.

2) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki

sendiri.

3) Data collection (pengumpulan data)

Pada tahap ini, berfungsi untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan

untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca

literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,

melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.

Page 13: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

21

4) Data processing (pengolahan data)

Pada tahap data processing (pengolahan data) merupakan

kegiatan megolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa

baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya. Untuk

selanjutnya ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan, ditabulasi, atau bahkan dihitung dengan cara

tertentu.

5) Verification (pembuktian)

Pada tahap verification (pembuktian) ini, siswa melakukan

pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau

tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif,

dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6) Generalization (generalisasi/menarik kesimpulan)

Tahap generalisasi adalah tahap proses menarik sebuah

kesimpulan yang daat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan

hasil verifikasi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa langkah-langkah penerapan dalam discovery learning adalah

problem statemen (pernyataan masalah), stimulation (stimulasi), data

collection (koleksi data), data processing (proses data), verification

(pembuktian), dan generalization (kesimpulan).

Page 14: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

22

C. Media Grafis

1. Pengertian Media

Media merupakan alat penyalur pesan dalam komunikasi.

Komunikasi tersebut adalah komunikasi dalam interaksi sosial invidu ke

masyarakat ataupun sebaliknya. Sadiman (2009: 6) menyatakan bahwa

kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medius yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medòë

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) mengatakan bahwa media

apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian

yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Arsyad (2011: 3) menyebutkan

bahwa guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa media adalah penengah atau perantara antara pengirim pesan dan

penerima pesan. Media memudahkan penerima pesan memahami ide atau

gagasan yang disampaikan oleh pengirim pesan dan media bisa berupa

manusia, teks, maupun alat elektronik seperti radio, dan televisi.

2. Media Pendidikan

a. Pengertian Media Pendidikan

Media dalam dunia pendidikan memiliki pengertian

tersendiri. Menurut Arsyad (2011:3), media pendidikan adalah media

yang membawa pesan-pesan atau informasi intruksional atau

mengandung maksud-maksud pengajaran. Briggs (dalam Sadiman,

Page 15: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

23

2009: 6) menyatakan bahwa media pendidikan adalah segala alat

fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk

belajar.

Gagne (dalam Sadiman, 2009: 3) juga menyebutkan media

pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Sanjaya

(2012: 61) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah

segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan segala bentuk kegiatan

yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap

atau menanamkan keterampilan.

Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa media

pendidikan adalah segala sesuatu yang dalam komponen sekolah

baik itu guru, buku, dan sebagainya yang dapat merangsang siswa

untuk belajar. Media tidak hanya benda mati yang dapat

dimanfaatkan dalam penyampaian materi ajar, karena guru juga bisa

dikatakan sebagai media pendidikan.

b. Ciri-ciri umum media pendidikan

Dalam kegiatan belajar mengajar, media pendidikan sering

digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran oleh guru,

karena memudahkan penyampaian materi pembelajaran. Media

pendidikan atau media pembelajaran memiliki ciri-ciri tersendiri.

Arsyad (2011: 6) mengemukakan ciri-ciri tersebut yaitu:

1. Media pendidikan yang dikenal sebagai hardware yaitusebagai benda yang dapat dilihat, di dengar, atau dirabadengan panca indera.

Page 16: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

24

2. Media yang dikenal sebagai software yaitu kandunganpesan yang terdapat dalam hardware yang merupakan isiyang ingin disampaikan kepada siswa.

3. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual danaudio.

4. Media pendidikan merupakan alat bantu pada prosesbelajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasidan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6. Media pendidikan dapat digunakan secara masal(misalnya: radio, televisi), kelompok besar dankelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atauperorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder)

7. Sikap, pembuatan, organisasi, strategi, dan manajemenyang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

c. Jenis-jenis Media Pendidikan

Media pendidikan dalam perkembangannya tampil dalam

berbagai jenis dan format (modul cetak, film, televisi, film bingkai,

film rangkai, program radio, komputer, dan seterusnya) masing-

masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya sendiri. Karakteristik

karakteristik atau ciri khas suatu media berbeda menurut tujuan atau

maksud pengelompokannya.

Televisi merupakan salah satu contoh dari media. Dalam

lingkungan sekolah, terdapat berbagai macam media. Seperti yang

diungkapkan oleh Sadiman (2009: 28-81) bahwa media dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Media grafisMedia grafis merupakan media visual yang sangatsederhana dan mudah pembuatannya. Media grafis sendiriterdiri dari berbagai jenis, yaitu: a) Gambar/ foto,b) Sketsa, c) Diagram, d) Bagan/ chart, e) Grafik (graphs),f) Kartun, g) Poster, h) Peta dan globe, i) Papan flanel/flannel board, dan j) Papan buletin (buletin board)

Page 17: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

25

2. Media audioBerbeda dengan media grafis, media audio berkaitandengan indera pendengaran. Ada beberapa jenis mediayang dikelompokkan dalam jenis media audio. Yaitusebagai berikut: a) Radio, b) Alat perekam pita magnetik,dan c) Laboratorium bahasa

3. Media proyeksi diamMedia proyeksi diam mempunyai kesamaan dengan mediagrafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsanganvisual. Perbedaan yang paling jelas antara keduanyaadalah pada media grafis dapat secara langsungberinteraksi dengan media yang bersangkutan, sedangkanmedia proyeksi pesan tersebut harus diproyeksikan denganproyektor terlebih dahulu agar dapat dilihat oleh sasaran.Media proyeksi diam ini terbagi menjadi beberapa jenis,yaitu: a) Film bingkai, b) Film rangkai, c) Mediatransparansi, d) Proyektor tak tembus pandang (opaqueprojector), e) Mikrofis, f) Film, g) Film gelang, h)Televisi, i) Video, dan j) Permainan dan simulasi

d. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang

amat penting yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua

aspek ini saling berkaitan. Fungsi utama media pendidikan adalah

sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,

kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Encyclopedia of Educational Research (dalam Arsyad, 2011:

25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut.

1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena

itu mengurangi verbalisme.

2. Memperbesar perhatian siswa.

3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan

belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4. Memberikan pengalaman nyata.

Page 18: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

26

5. Menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.

6. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama

melalui gambar hidup.

7. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu

perkembangan berbahasa.

8. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan

cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih

banyak dalam belajar.

Media pendidikan mempunyai kegunaan untuk

mempermudah penyampaian materi pembelajaran. Menurut Sadiman

(2009: 17-18) secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan

sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifatverbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisanbelaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,seperti misalnya:a) Objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan

realita, gambar, film bingkai, film, atau model.b) Objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro,

film bingkai, film, atau gambar.c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat

dibantu dengan timelapse atau high-speedphotography.

d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisaditampilkan lagi lewat rekaman film, video, filmbingkai, foto maupun secara verbal

e) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin)dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasidapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini, mediaberguna untuk:a) Menimbulkan kegairahan belajar.b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara

siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

Page 19: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

27

c) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurutkemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagidengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukansama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalamikesulitan bila semuanya harus diatasi sendiri. Maka mediapendidikan dapat:a) Memberikan perangsang yang sama.b) Mempersamakan pengalaman.c) Menimbulkan persepsi yang sama

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pendidikan dapat merangsang keingintahuan siswa secara

sama, memberikan pengalaman yang sama untuk semua siswa,

praktis, dapat menyampaikan pesan secara cepat, dan dapat

dimodifikasi oleh guru. Media pendidikan yang banyak dikenal oleh

guru dan siswa adalah media audio, visual, dan audio visual.

3. Pengertian Media Grafis

Media grafis merupakan salah satu media yang lebih sering

digunakan oleh guru. Sadiman (2009: 28) mengungkapkan bahwa media

grafis termasuk media visual. Hal tersebut sejalan dengan yang

diungkapkan Sanjaya (2012: 157) bahwa media grafis adalah media yang

dapat mengkomunikasikan data dan fakta, gagasan serta ide-ide melalui

gambar dan kata-kata.

Hamzah & Nina (2010: 127) mengungkapkan bahwa media grafis

merupakan media yang digolongkan sebagai media visual non proyeksi,

mudah digunakan karena tidak membutuhkan peralatan serta relatif

murah. Sebagaimana halnya media yang lain, media grafis berfungsi

Page 20: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

28

untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang

dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan

dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual.

Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses

penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum

tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian,

memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang

mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis termasuk

media yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya.

4. Macam-macam Media Grafis

Foto, gambar, kartun, grafik, termasuk dalam media grafis. Media

grafis membantu guru untuk menyampaikan materi ajar dengan mudah.

Sanjaya (2012: 159-168) menyebutkan berbagai macam media grafis,

yaitu bagan, poster, karikatur, grafik, dan foto/ gambar. Hamzah & Nina

(2010: 122) juga menyebutkan berbagai macam media grafis, yaitu

gambar diam, sketsa, diagram, grafik, chart, dan poster. Hal tersebut

sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sadiman (2009: 29-49) bahwa

terdapat berbagai macam media grafis yang dapat digunakan dalam

proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut.

a. Gambar/Foto

Gambar/foto adalah media yang paling banyak digunakan

dalam pendidikan. Karena merupakan bahasa yang umum, yang

Page 21: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

29

dapat dimengerti secara jelas. Sadiman (2009: 29-31) menyebutkan

kelebihan dan kelemahan media gambar/foto, yaitu:

(a) sifatnya konkret, (b) gambar dapat mengatasibatasan ruang dan waktu, (c) dapat mengatasi keterbatasanpengamatan kita, (d) foto dapat memperjelas suatu masalah,dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja,sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman,(e) harganya murah dan gampang didapat serta digunakan,tanpa memerlukan peralatan khusus.

Sedangkan untuk kekurangannya, yaitu: (a) hanyamenekankan persepsi indera mata, (b) gambar/foto benda yangterlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran,(c) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

b. Sketsa

Menurut Sadiman (2009: 33), sketsa adalah gambar yang

sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya

tanpa detail. Sketsa, selain dapat menarik perhatian siswa,

menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan,

dan media sketsa dapat dibuat sendiri oleh guru.

c. Diagram

Diagram merupakan suatu gambar sederhana yang

menggunakan garis-garis dan simbol-simbol. Diagram atau skema

menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Sadiman

(2009: 34) menyatakan bahwa diagram menunjukkan hubungan yang

ada antar komponennya atau sifat-sifat proses yang ada di situ. Pada

umumnya, diagram berisi petunjuk-petunjuk. Diagram

menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas

penyajian pesan.

Page 22: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

30

d. Bagan/Chart

Bagan sama seperti media grafis lainnya, umumnya digunakan

sebagai penggambaran struktur organisasi. Sadiman (2009: 35)

menyatakan bahwa fungsi dari bagan atau chart adalah menyajikan

ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara

tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan

ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

Pada umumnya, pesan yang disampaikan dalam bagan

merupakan ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau

hubungan-hubungan penting. Pesan tersebut diringkas secara tepat,

dan dituangkan dalam media grafis untuk memudahkan penerima

pesan untuk memahami makna dari pesan yang disampaikan. Dalam

bagan, kita dapat menjumpai jenis media grafis yang lain, seperti

gambar, diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal.

Bagan sebagai media yang baik haruslah memenuhi beberapa

syarat seperti yang disebutkan oleh Sadiman (2009: 35). Yaitu: (1)

dapat dimengerti anak, (2) sederhana dan lugas, tidak rumit atau

berbelit-belit, dan (3) diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain

tetap termasa (up to date) juga tidak kehilangan daya tariknya.

Sadiman (2009: 36) juga menyebutkan beberapa jenis bagan

yang dibagi dalam tahap penyampaian pesannya, yaitu yang

menyampaikan pesan secara bertahap dan menyampaikan pesan

secara langsung.

Page 23: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

31

1. Bagan yang menyajikan pesan secara bertahap, yang dibagi lagi

menjadi beberapa jenis.

a) Bagan tertutup (hidden chart) disebut juga strip charts.

Pesan yang akan dikomunikasikan mula-mula

dituangkan ke dalam satu chart, yang kemudian ditutup

dengan potongan-potongan kertas yang mudah untuk di lepas.

Potongan kertas ini berguna untuk menarik perhatian dari

siswa. Karena bisa menggunakan kertas yang berwarna. Dan

ketika penyajiannya, satu per satu kertas penutup di buka.

b) Bagan balikan (flip chart).

Pesan yang tidak bisa disampaikan dengan chart biasa

bisa disampaikan menggunakan bagan balikan (flip chart).

Bagian-bagian dari dituliskan dalam lembaran tersendiri,

kemudian lembaran-lembaran tersebut dibundel menjadi satu.

Cara penggunaannya, kita hanya perlu membalik satu per satu

bagan balikan sesuai dengan bagan pesan yang disajikan.

2. Bagan yang menyajikan pesan secara sekaligus.

a) Bagan pohon (tree chart)

Bagan pohon atau tree chart dijelaskan seperti sebuah

pohon yang terdiri dari batang, cabang-cabang, dan ranting

ranting. Biasanya digunakan untuk menunjukkan sifat,

komposisi atau hubungan antarkelas/ keturunan. Sebagai

contoh adalah silsilah keluarga.

Page 24: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

32

b) Bagan arus (flow chart)

Bagan arus atau flow chart menggambarkan arus suatu

proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau

hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu

organisasi. Tanda panah sering kali untuk menggambarkan

arah arus tersebut.

c) Stream chart

Stream chart merupakan kebalikan dari bagan pohon

yaitu mengerucut ke bawah. Pada stream chart dimulai dari

berbagai hal yang pada akhirnya menyimpul ke atau menuju

ke satu hal yang sama.

d) Bagan garis waktu (time line chart)

Bagan garis waktu atau time line chart bermanfaat

untuk menggambarkan hubungan antara peristiwa dan waktu.

Pesan-pesan tersebut disajikan dalam bagan secara

kronologis.

e. Grafik (graphs)

Grafik merupakan sebuah media visual. Yang disusun

berdasarkan prinsip-prinsip matematik dan menggunakan data-data

komparatif.

Menurut Sadiman (2009: 40) grafik merupakan gambarsederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar,dan fungsi grafik adalah untuk menggambarkan datakuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atauperbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang salingberhubungan secara singkat dan jelas.

Page 25: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

33

f. Kartun

Kartun adalah salah satu bentuk komunikasi grafis yang

merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-

simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas

atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian

tertentu. Selain itu, kartun juga mudah menarik perhatian,

mempengaruhi sikap dan tingkah laku. Kartun merupakan hal yang

paling disukai oleh anak-anak. Maka media kartun banyak digunakan

untuk menyampaikan materi pembelajaran.

g. Poster

Poster tidak hanya menyampaikan kesan-kesan tertentu tetapi

dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku

orang yang yang melihatnya. Sadiman (2009: 46) menyebutkan

bahwa fungsi dari poster adalah mempengaruhi orang-orang membeli

produk baru dari suatu perusahaan, atau program-program

pemerintah yang mengajak atau memberitahukan sesuatu kepada

masyarakat.

h. Peta dan Globe

Pada dasarnya peta dan globe berfungsi untuk menyajikan

data-data lokasi. Peta dan globe memberikan informasi mengenai

keadaan permukaan bumi seperti daratan, sungai-sungai, gunung-

gunung dan bentuk-bentuk daratan serta perairan lainnya, tempat-

tempat serta arah dan jarak dengan tempat yang lain, data-data

Page 26: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

34

budaya seperti populasi atau adat istiadat, dan data-data ekonomi

seperti hasil pertanian, industri atau perdagangan internasional.

i. Papan Flanel/ Flanel Board

Menurut Sadiman (2009: 48), papan flanel adalah media grafis

yang efektif sekali untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada

sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flanel ini dapat dilipat

sehingga praktis. Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang

dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali dan

dapat menarik perhatian siswa agar terfokus pada apa yang disajikan

oleh guru. Selain gambar, di kelas-kelas permulaan sekolah dasar

atau taman kanak-kanak, papan flanel dipakai untuk menempelkan

huruf dan angka-angka.

j. Papan Buletin (buletin board)

Papan buletin ini tidak dilapisi kain flanel, namun gambar atau

tulisan langsung ditempelkan pada papan. Fungsinya selain

menerangkan sesuatu, papan buletin dimaksudkan untuk

memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Papan buletin ini

lebih populer atau lebih dikenal dengan nama majalah dinding,

karena diletakkan di dinding-dinding kelas atau gedung.

Berdasarkan penjelasan mengenai macam-macam media grafis

tersebut, dapat diketahui bahwa media grafis memiliki dibagi menjadi 10

jenis yaitu gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun,

poster, peta dan globe, papan flanel, serta papan buletin. Dan media

Page 27: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

35

grafis yang paling sering digunakan dalam pembelajaran di SD adalah

gambar atau foto, peta dan globe serta poster karena lebih mudah dalam

pembuatannya dan lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Media grafis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah hidden chart dan flip chart

karena dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

5. Kelebihan dan Kekurangan Media Grafis

Media pendidikan memiliki karakteristik serta kelebihan dan

kekurangan. Sadiman (2009: 29) menyebutkan bahwa kelebihan dari

media grafis adalah sederhana, mudah pembuatannya serta media yang

relatif murah ditinjau dari segi biaya.

Arsyad (2011: 38-39) juga mengungkapkan kelebihanmedia cetakan atau media grafis yaitu: (1) Siswa dapat maju danbelajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, (2) Siswa dapatmengulang materi dalam media cetakan, siswa akan mengikutiurutan pikiran secara logis, dan (3) Perpaduan teks dan gambarsudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik,serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan.

Media grafis juga memiliki beberapa kekurangan dalam

penggunaannya, Sadiman (2009: 28) menyatakan bahwa penyaluran

media grafis menyangkut indera penglihatan, pesan-pesn yang

disampaikan dituangkan dala, simbol komunikasi visual, dan simbol-

simbol tersebut perlu dipahami benar agar penyampaian pesan berhasil

dan efisien. Arsyad (2011: 39-40) juga mengungkapkan bahwa

kekurangan dari media cetakan atau media grafis adalah sebagai berikut.

1) Biaya pembuatan akan mahal apabila ingin menampilkanilustrasi, gambar, atau foto berwarna-warni.

2) Proses pembuatan media gambar seringkali memakan waktulama.

Page 28: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

36

3) Umumnya media cetakan dapat membawa hasil yang baikjika tujuan pembelajaran tersebut bersifat kognitif.

4) Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan cepat rusakatau hilang.

Pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media grafis

memiliki kelebihan dan pembuatannya yang mudah dan relatif murah.

Tidak hanya memiliki kelebihan, namun media grafis juga memiliki

kekurangan yaitu hanya mendapatkan hasil maksimal apabila tujuan

pembelajaran bersifat kognitif.

D. Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial atau yang lebih sering disebut dengan IPS,

merupakan suatu ilmu yang mempelajari berbagai disiplin ilmu sosial.

Menurut Zuraik (dalam Susanto, 2013: 137-138) hakikat IPS adalah

harapan untuk mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para

anggotanya benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional

dan penuh tanggung jawab, sehingga diciptakan nilai-nilai.

Susanto (2013: 137) menyebutkan bahwa IPS adalah ilmupengetahuan yang mengkaji disiplin ilmu sosial dan humanioraserta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalamrangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepadasiswa, khususnya di tingkat dasar dan menengah yang beraspekpada hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah,maupun politik.

Trianto (2010: 173) mengungkapkan bahwa IPS membahas

hubungan antara manusia dengan lingkungan masyarakat dimana anak

didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat,

Page 29: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

37

dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di

lingkungan sekitarnya.

Uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang membahas hubungan

antarmanusia dimana anak didik tumbuh menjadi bagian dari masyarakat

yang memiliki nilai-nilai serta norma dan sejarah, sosiologi, geografi,

serta psikologi termasuk didalamnya. Pembelajaran IPS tersebut sangat

penting sebagai bekal siswa agar dapat menjadi bagian di masyarakat

yang mengerti norma, nilai, sejarah, dan memiliki bekal ilmu

pengetahuan.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS pada setiap jenjang pendidikan memiliki tujuan

yang sama, yaitu mendidik siswa agar dapat berinteraksi dengan

masyarakat disekitarnya. Tujuan dari pendidikan IPS sendiri menurut

Fraenkel (dalam Susanto, 2013: 142) adalah membantu siswa menjadi

lebih mampu mengetahui mengenai diri mereka dan dunia dimana mereka

hidup. Mereka akan lebih mampu menggambarkan kesimpulan yang

diperlukan mengenai hidup dan kehidupan, lebih berperan serta atau

apresiatif terhadap kerumitan menjadi manusia dan masyarakat serta

budaya yang mereka ciptakan.

Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan dalam

Permendiknas No 22 Tahun 2006, yaitu:

Page 30: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

38

Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa mempunyaikemampuan sebagai berikut:1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, danketerampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosialdan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama danberkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkatlokal, nasional, dan global.

Berdasarkan penjelasan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

tujuan IPS adalah membina siswa dan masyarakat untuk membentuk

nilai-nilai yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam

kehidupannya sebagai masyarakat dan warga negara yang baik.

E. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar mengalami perkembangan yang sejalan dengan

perkembangan cara pandang dan pengalaman para ilmuwan.

Witherington (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010: 7) menyebutkan bahwa

belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk keterampilan, sikap,

kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Menurut Hermawan (2007: 2) belajar adalah proses perubahan

perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan

bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam

pengetahuan, afektif (sikap), dan keterampilan. Sadiman (2009: 2)

Page 31: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

39

mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih

bayi hingga ke liang lahat nanti.

Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku secara sadar yang

berlangsung seumur hidup. Proses perubahan ini terjadi secara

berkelanjutan.

2. Hasil Belajar

Dalam proses belajar mengajar terdapat tujuan yang ingin dicapai

yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan

pendidikan. Tujuan tersebut dibagi berdasarkan masing-masing

kemampuan.

Menurut Bloom (dalam Hanafiah dan Suhana, 2010: 20-23) hasil

belajar tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),

comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing

(nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor meliputi initiotory, preroutine, rountinized.

Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,

manajerial, dan intelektual.

Page 32: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

40

Sama dengan yang diungkapkan dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untukmewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswasecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukandirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

hasil belajar merupakan sejumlah pengetahuan, perubahan perilaku dan

sikap, serta keterampilan yang diperoleh oleh siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

3. Kompetensi Hasil Belajar

Kompetensi hasil belajar merupakan kemampuan atau

keterampilan yang harus dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar

dilaksanakan. Kompetensi hasil belajar ini meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Kompotensi ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan

siswa dalam menguasai bahan pelajaran atau materi yang diajarkan.

Menurut Poerwanti, dkk., (2008: 1.22) ranah kognitif merupakan

ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan

keterampilan intelektual. Hal tersebut sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Sunarti (2014: 15) bahwa ranah kognitif dinilai

meliputi tingkatan menghafal, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, dan mengevaluasi. Penjabaran ranah tersebut adalah:

Page 33: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

41

1) Tingkatan hafalan (ingatan) mencakup kemampuanmenghafal verbal atau menghafal parafrasa materipembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.

2) Tingkatan pemahaman meliputi kemampuanmembandingkan, mengidentifikasi karakteristik,menggeneralisasi, dan menyimpulkan.

3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan dalammenerapkan rumus atau prinsip terhadap kasus-kasus yangterjadi di lapangan.

4) Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasi,menggolongkan, memerinci, dan mengurai suatu objek.

5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan untuk memadukanberbagai unsur atau komponen, menyusun, membentukbangunan, mengarang, melukis, dan menggambar.

6) Tingkatan evaluasi atau penilaian mencakup kemampuanmenilai terhadap objek studi menggunakan kriteriatertentu.

Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ranah

kognitif merupakan hasil belajar yang penilaiannya berkaitan dengan

kemampuan pengetahuan siswa yang meliputi tingkatan menghafal,

memahamai, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif menurut Poerwanti, dkk., (2008: 1.22) adalah

ranah yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap nilai dan

emosi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Sunarti (2014:

16) bahwa dalam ranah afektif terdapat dua hal yang perlu dinilai,

yaitu (1) kompetensi afektif dan (2) sikap dan minat siswa terhadap

mata pelajaran serta proses belajar.

Berbagai jenis tingkatan ranah afektif yang dinilaimenurut Sunarti (2014: 16-17) adalah:1) Penerimaan: memberikan respons atau reaksi terhadap

nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya.2) Partisipasi: menikmati atau menerima nilai, norma, dan

objek yang mempunyai nilai estetika dan etika.

Page 34: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

42

3) Penilaian dan penentuan sikap: menilai ditinjau dari segibaik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadapobjek studi.

4) Organisasi: menerapkan dan mempraktikkan nilai-nilai,norma, etika, dan estetika dalam perilaku sehari-hari.

5) Pembentukan pola hidup: penilaian perlu dilakukanterhadap daya tarik, minat, motivasi, ketekunan belajar,sikap siswa terhadap mata pelajaran tertentu beserta prosespembelajarannya.

Kunandar (2014: 130) menyebutkan bahwa indikator penilaian

afektif sikap sosial dalam diskusi kelompok adalah:

a) Penerimaan dengan indikator menyimak danmemperhatikan ketika teman lain sedang menampaikanpendapat, penerimaan terhadap hasil diskusi, danmenegakkan aturan disiplin.

b) Partisipasi dengan indikator memberikan ide ataupendapat, mengikuti diskusi dengan semangat, danmemiliki rasa ingin tahu.

c) Penilaian dan penentuan sikap dengan indikatormenghargai pendapat orang lain dan menyimak ketikateman menyampaikan pendapatnya.

d) organisasi dengan indikator turut kerjasama dalamkelompok dan patuh terhadap aturan diskusi.

e) pembentukan pola hidup dengan indikator tetap dalamkelompok ketika diskusi berlangsung.

Penjelasan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ranah afektif

merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan minat dan sikap

siswa yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin,

komitmen, dan kemampuan mengendalikan diri. Adapun dalam

penelitian ini, peneliti menilai sikap siswa dalam diskusi kelompok,

dengan indikator menyimak dan memperhatikan ketika teman lain

sedang menampaikan pendapat, memberikan ide atau pendapat,

menghargai pendapat orang lain, turut kerjasama dalam kelompok,

dan tetap dalam kelompok ketika diskusi berlangsung.

Page 35: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

43

c. Ranah Psikomotor

Menurut Sunarti (2014: 16) ranah psikomotor meliputi

pencapaian kompetensi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan,

dan kreativitas. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan

oleh Poerwanti, dkk., (2008: 1.22) bahwa ranah psikomotor

merupakan ranah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan atau

keterampilan motorik peserta didik.

Penilaian terhadap pencapaian kompetensi ini menurut Rumini

(dalam Sunarti, 2014: 16) sebagai berikut.

a. Persepsi: kemampuan memilah hal-hal secara khas setelah

menyadari adanya perbedaan.

b. Kesiapan: mencakup kemampuan penempatan diri dalam

gerakan jasmani dan rohani.

c. Gerakan terbimbing: kemampuan melakukan gerakan yang

sesuai dengan contoh guru.

d. Gerakan terbiasa: kemampuan melakukan gerakan tanpa

bimbingan karena sudah terbiasa dilakukan.

e. Gerakan kompleks: kemampuan melakukan sikap moral

cara membantu teman yang membutuhkan bantuan dengan

sikap yang menyenangkan, terampil, dan cekatan.

f. Penyesuaian pola gerakan: mencakup kemampuan

mengadakan penyesuaian dengan lingkungan dan

menyesuaiakan diri dengan hal-hal baru.

Page 36: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

44

g. Kreativitas: kemampuan berperilaku yang disesuaikan

dengan sikap dasar yang dimilikinya sendiri.

Mulyasa (2013: 147-148) menyebutkan bahwa indikatorpenilaian psikomotor dalam keterampilan sosial dalam diskusikelompok meliputi membacakan jawaban apa adanya, bertutur katayang sopan, berbicara dengan tenang, menjaga ketertiban kelas,menolong teman yang mendapatkan kesulitan, mendengarkan temanketika membacakan laporan hasil diskusi, dan mengumpulkan tugastepat waktu.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

ranah psikomotor merupakan hasil belajar yang menunjukkan

pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek keterampilan. Dalam

penelitian ini, peneliti menilai mempresentasikan laporan hasil

diskusi siswa yang meliputi membacakan jawaban apa adanya,

berbicara dengan tenang, menjaga ketertiban kelas, mendengarkan

teman ketika membacakan laporan hasil diskusi, dan mengumpulkan

tugas tepat waktu.

F. Penelitian yang Relevan

1. Fatih Istiqomah (2014) dalam penelitiannya “Penerapan Model Discovery

Learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada kelas

IVB SD Negeri 02 Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur”. Hasil

penelitiannya menunjukkan proses pembelajaran tematik dengan model

discovery learning dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Ina Azariya Yupita (2013) dalam penelitiannya “Penerapan Model

Pembelajaran Discovery untuk meningkatkan hasil belajar IPS di Sekolah

Dasar”. Hasil penelitiannya menunjukkan proses pembelajaran IPS siswa

Page 37: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

45

kelas IV SD Negeri Surabaya dengan model pembelajaran discovery

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat berbagai aspek yang

mempengaruhi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Diantaranya

adalah metode pembelajaran yang digunakan, pendekatan yang digunakan,

serta media pembelajaran yang digunakan. Banyak metode pembelajaran

maupun pendekatan yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Salah satunya adalah discovery learning dengan langkah-

langkah (1) problem statement; (2) stimulation; (3) data collection; (4) data

processing; (5) verification; dan (6) generalization. Penerapan model discovery

learning (belajar penemuan) untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka

siswa dapat secara langsung menemukan konsep atau teori yang dapat

dibuktikan secara langsung sehingga materi yang diberikan oleh guru lebih

menyenangkan dan menarik siswa menjadi lebih giat belajar.

Media juga menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan

pembelajaran. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah

media grafis. Media grafis dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan

lebih tertarik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru di

dalam kelas. Media grafis membantu siswa memahami dan memperhatikan

penjelasan guru di dalam kelas. Media grafis yang dapat digunakan adalah

hidden chart dan flip chart. Media hidden chart dan flip chart.

Page 38: 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik 1. Pengertian

46

Kerangka pikir yang dilaksanakan dapat dilihat berdasarkan gambar

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penerapan Model Discovery Learning

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian

tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS dengan

memperhatikan langkah-langkah penerapan model discovery learning dengan

media grafis secara tepat, maka akan dapat meningkatkan hasil belajar IPS

siswa kelas V B SD Negeri 10 Metro Pusat”.

Input

Proses

Output

Penerapan Model Discovery Learningdengan langkah-langkah (1) problemstatement; (2) stimulation; (3) datacollection; (4) data processing; (5)verification; dan (6) generalization,dengan menggunakan media grafis

hidden chart dan flip chart.

Hasil belajar siswa dengan kategori“Baik” atau “Sangat Baik” mencapai

≥75%

Hasil belajar siswa dalam pembelajaranIPS belum maksimal dan belum

mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 66