53921330-pid-kelompok-4

Upload: teus-fatamorgana

Post on 05-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    1/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian

    atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam

    rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan

    rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari

    Penyakit Menular Seksual (PMS). PID mempengaruhi satu dari 10 wanita

    dan jika dibiarkan akan menyebabkan ketidaksuburan (Moore,2000).

    Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul

    yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih

    buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan

    mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan

    kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit

    ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk

    diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi

    seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti

    biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85%

    kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif

    (Moore,2000).

    Gejala yang mungkin timbul pinggul sakit, pendarahan yang tidak

    teratur atau perubahan bau pada vagina. Penyakit radang panggul yang

    memerlukan pengobatan radikal dengan biaya yang cukup mahal dan

    pengobatan yang lama. Penyakit radang panggul merupakan penyakit alat

    genitalia tingkat akhir yang memerlukan perhatian sehingga kerusakan

    jaringan dapat dihindari. Upaya pencegahan PID adalah lakukan seks yang

    aman dan memeriksakan secara teratur. Namun kadang-kadang gejala tidak

    begitu jelas sampai semua terlambat. Maka dari itu, penulis mencoba untuk

    membahas tentang PID dengan harapan dapat meningkatkan

    1

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    2/28

    pemahaman pembaca tentang PID dan bagaimana cara penangannya

    sehingga dapat mengurangi angka kesakitan akibat PID.

    1.2 Rumusan masalah

    1. Apa pengertian PID?

    2. Bagaimana epidemiologi PID?

    3. Apakah etiologi PID?

    4. Apakah faktor resiko PID?

    5. Apakah manifestasi klinik dari PID?

    6. Bagaimanakah patofisiologi terjadinya PID?

    7. Apa komplikasi PID?

    8. Bagaimana pencegahan PID?

    9. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada PID?

    10. Bagaimana penatalaksanaan PID?

    11. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan PID?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui pengertian PID

    2. Mengetahui epidemiologi PID

    3. Mengetahui etiologi PID

    4. Mengetahui faktor resiko PID

    5. Mengetahui manifestasi klinik dari PID

    6. Mengetahui patofisiologi terjadinya PID

    7. Mengetahui komplikasi PID

    8. Mengetahui pencegahan PID

    9. Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada PID

    10. Mengetahui penatalaksanaan PID

    11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan PID

    2

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    3/28

    1.4 Manfaat Penulisan

    Dengan pembuatan makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi

    semua komponen kesehatan khususnya perawat agar lebih mengetahui dan

    memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan PID yang prevalensinya cukup

    tinggi, sehingga pada akhirnya dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun klien

    dan keluarganya.

    3

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    4/28

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang

    Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius organ kelamin wanita

    yang terdapat di rongga panggul termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis),

    atau ovarium (ooforitis) maupun sekitarnya termasuk peritonium. PID

    disebut juga dengan salpingitis atau endometritis (emedicine,2009).

    Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan salah satu komplikasi

    penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi pada traktus

    genitalis wanita bagian atas yang mencakup endometritis, salpingitis,

    salpingo-oophoritis, tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis.

    Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat diperlukan dalam

    kasus ini karena komplikasi PID dapat mengancam kehidupan dan

    kesuburan seorang wanita (Mudgil,2009).

    4

    Gbr 1. Uterus normal Gbr 2. Jalan Masuk Bakteri

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    5/28

    2.2 Epidemiologi

    PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun dan

    rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir

    250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang

    mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan. Penyakit ini

    merupakan penyebab ginekologis tersering bagi pasien untuk masuk

    departemen emrgensi (350.000/tahun). Meskipun PID dapat terjadi dalam

    rentang usia berapapun, namun wanita dewasa yang aktif secara seksual dan

    wanita kurang dari 25 tahun mempunyai resiko lebih besar

    (Livengood,2010).

    2.3 Etiologi

    Menurut Moore (2000), penyebab paling sering dari penyakit ini adalahinfeksi chlamydia trachomatis (60%) atauNeisseria gonorrhoeae (30-80%)

    pada serviks atau vagina yang menyebar ke dalam endometrium, tuba

    fallopi, ovarium, dan struktur yang berdekatan. Tetapi selain itu ada

    beberapa penyebab lain diantaranya :

    InfeksiGardnerella vaginalis

    Infeksi Bacteroides

    Bacterial vaginosis

    5

    Gbr 2. Jalan Masuk Bakteri

    Gbr 3. Tuba fallopi normal dan tuba

    fallopi yang mengalami inflamasiGbr 4. Pelvic Inflammatory Disease

    http://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalis
  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    6/28

    Streptococcus Group B

    Escherichia coli

    Actinomycosis

    Enterococcus

    Meskipun sangat jarang, dapat pula diisolasi golongan virus seperti

    Coxsackie B5

    ECHO 6

    Herpes type 2

    Haemophilus influenzae.

    2.4 Faktor Resiko

    wanita kurang dari 25 tahun yang aktif secara seksual

    adanya riwayat chlamydia atau penyakit menular seksual lain

    episode pelvic inflammatory disease sebelumnya

    banyaknya jumlah seksual partner

    pemakaian kondom yang tidak teratur

    hubungan seksual pada usia yang sangat muda

    wanita pekerja seks (Mudgil,2009).

    pemakaian IUD (Lancet,1992)

    2.5 Manifestasi Klinis

    Gejala klinis PID bervariasi dan tidak spesifik. Moore (2000) melaporkan

    hanya 3% yang mempunyai gejala akut abdomen sehingga membutuhkan operasiemergensi. Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang abnormal

    (sering berupa pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 38o C, perdarahan

    bercak (spotting) diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur, nyeri

    berkemih, dispareni, mual dan muntah terutama pada kasus yang berat. Beberapa

    kasus mengeluhkan proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas. Marks dkk.,

    (2000) mengevaluasi 773 wanita terdiagnosis PID (1991-1997) dan mendapatkan

    keluhan terbanyak adalah fluor albus (68%), nyeri perut bawah (65%), dispareni

    6

    http://www.wrongdiagnosis.com/g/group_b_streptococcal_infections/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/e/e_coli_food_poisoning/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/a/actinomycosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/medical/enterococcus.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/g/group_b_streptococcal_infections/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/e/e_coli_food_poisoning/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/a/actinomycosis/intro.htmhttp://www.wrongdiagnosis.com/medical/enterococcus.htm
  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    7/28

    (57%); sedangkan temuan klinis yang paling sering adalah nyeri adneksa (83%),

    nyeri goyang serviks (75%) dan servisitis (56%).

    7

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    8/28

    Hipertermi

    Ketidakseimbangan

    nutrisi : kurang dari

    kebutuhan tubuh

    Intoleransi aktivitas

    N gonorheae & C.trachomatis

    Nyeri perut bagian

    bawah

    Demam

    Tuba fallopi bengkak dan terisi cairanReaksi radangMenginfeksi tuba fallopi

    Menginfeksi rahim

    Abses ovarium

    dan panggul

    Syok

    PID

    Mual dan muntah

    Nafsu makan berkurang

    Ke pembuluh darah

    Sepsis

    Menyebar ke struktur

    sekitarnya

    Jaringan parut dan

    perlengketan fibrosa abnormal

    Nyeri menahun,

    Tumpul, terus

    menerus

    - PMS

    - Riwayat PID sebelumnya

    - Penggunaan IUD

    - Infeksi bakteri lain

    Sel telur yg sudah

    dibuahi tidak dapat

    masuk rahim

    Kelemahan

    Infertilitas

    Tuba fallopi rusak Pendarahan

    atau bercak

    pada vagina

    2.6 Patofisiologi

    Nyeri berkemih

    Nyeri Akut

    8

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    9/28

    Harga diri rendah

    situasional

    Kehamilan ektopik

    Perdarahan

    internal

    Ansietas

    Nyeri Kronik

    9

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    10/28

    2.7 Komplikasi

    Infertilitas

    Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID dapat

    menyebabkan perlukaan pada tuba fallopii. Luka yang kemudian menjadi scar

    yang menghalangi tuba dan mencegah terjadinya fertilisasi sel telur.

    Ektopik pregnancy

    Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang sudah

    difertilisasi berpindah ke uterus. Sehingga, telur tersebut justru tumbuh dalam

    tuba fallopii. Tuba dapat mengalami rupture dan menyebabkan perdarahan

    yang mengancam nyawa. Operasi darurat dapat dilakukan bila kehamilan

    ektopik ini tidak terdiagnosa sebelumnya.

    Rasio kehamilan ektopik 12-15% lebih tinggi pada wanita yang

    mempunyai episode PID.

    Nyeri pelvis kronis

    Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan menyebabkan

    nyeri pelvis yang berlangsung berbulan-bulan atau hingga bertahun-tahun

    (emedicine,2009)

    PID berulang

    Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi atau

    karena pasangan seksualnya belum mendapat perawatan yang sesuai.

    Jika pada episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri

    akan lebih mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuat

    wanita tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang ini

    seringkali dihubungkan dengan resiko infertilitas.

    Abses

    Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tuba

    fallopii dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang terinfeksi.

    Penggunaan antibiotik dibutuhkan untuk menangani abses ini, jika tidak

    berhasil maka operasi biasanya merupakan pilihan yang disarankan oleh

    dokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang pecah

    dapat membahayakan (NHS,2010).

    10

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    11/28

    2.8 Pencegahan

    Gunakan kondom setiap kali berhubungan seks untuk mencegah PMS.

    Gunakan kondom meskipun Anda menggunakan alat kontrasepsi lain.

    Berhubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak menderita Penyakit

    Menular Seksual dan pasangan yang hanya berhubungan sex dengan Anda.

    Batasi jumlah pasangan seksual. Jika pasangan Anda sebelumnya

    mempunyai pasangan lain, resiko terkena PMS semakin meningkat

    (Swierzewski, 2001).

    2.9 Pemeriksaan Diagnostik

    USG (ultrasonografi)

    Merupakan pemeriksaan diagnostic pertama yang dilakukan pada ksus-

    kasus yang dicurigai sebagai PID, dimana tidak ditemukan petunjuk klinis.

    TVS (transvaginal sonografi)

    Menunjukkan visualisasi detail dari uterus dan adnexa, termasuk

    ovarium. Pada pemeriksaan fisik, tuba fallopi biasanya terlihat hanya pada

    keadaan abnormal dan distensi karena obstruksi postinflamasi.

    TAS (transabdominal sonografi)

    Melengkapi pemeriksaan endovaginal karena TAS menyediakan

    gambaran isi pelvis yang lebih menyeluruh. Apakah TAS (memerlukan

    pengisian blader) atau TVS (tidak memerlukan pengisian blader) dilakukan

    lebih dulu, merupakan keputusan dari pelaksananya.

    MRI (magnetic resonance imaging)

    11

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    12/28

    Menghasilkan gambaran yang lebih baik dari USG. Dalam penelitian

    Tukeva, menyebutkan bahwa hasil MRI lebih akurat untuk menegakkan

    diagnosa PID daripada USG. Meski begitu, penelitian ini hanya terbatas

    pada beberapa kelompok pasien tertentu.

    CT (computed tomography)

    Biasa digunakan dalam initial diagnostic untuk menyelidiki nyeri

    nonspesifik pelvis pada wanita, dan PID dapat ditemukan secara tidak

    sengaja. (Mudgil,2009)

    2.10 Penatalaksanaan

    Menurut Swierzewski (2001), penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien

    PID antara lain :

    Sediakan analgesik

    Bila pasien menggunakan IUD maka stop penggunaan in situ, dengan

    catatan pasien dapat mencegah kehamilan meski tanpa alat kontrasepsi

    minimal 7 hari

    Segera rujuk ke bagian genitourinaria (obgyn), untuk pasien dengan

    riwayat STD agar menjalani skrining, dan terapi bagi pasangan

    seksual pasien

    Penatalaksanaan antibiotik :

    Pasien PID sebaiknya segera diberikan antibiotik paling tidak untuk 1

    minggu. Kadang PID disebabkan oleh lebih dari satu jenis bakteri

    sehingga kombinasi antibiotik atau antibiotik spektrum luas sering

    diberikan.

    Yang harus dilakukan pasien, antara lain:

    12

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    13/28

    Tetap mengkonsumsi semua obat yang diresepkan, meskipun gejala

    PID sudah tidak dirasakan.

    Kembali lagi untuk kontrol dalam 2 atau 3 hari setelah

    penatalaksanaan pertama, untuk memastikan antibiotiknya bekerja.

    Kembali dalam 7 hari setelah antibiotik habis untuk memastikan

    bahwa infeksi sudah sembuh.

    Jika tidak ada perubahan setelah penatalaksanaan antibiotic yang

    pertama, maka antibiotic jenis lain harus diberikan.

    Pada beberapa kasus berat, pasien harus menjalani opname dan

    menerima antibiotic dengan intravena. Pasien-pasien tersebut biasanya

    mengalami :

    Sakit parah dengan demam, menggigil dan berkeringat.

    Tidak mampu melakukan terapi oral dan membutuhkan antibiotic

    intravena

    Tidak berespon terhadap antibiotic oral

    Terdapat abses

    Diagnosa penyakitnya tidak pasti dan pasien mungkin mengalami

    keadaan darurat medis lain (e.g., appendicitis).

    Hamil

    Immunodeficiency (misalnyaHIV , terapi imunosupresi).

    Terapi untuk pasangan seksual pasien

    Biasanya asimptomatik pada pria

    Cegah koitus selama terapi dan follow up selesai.

    Skrining bila ternyata pasangan mempunyai riwayat STD bila

    terbukti pasien pernah koitus dengan pasangan

    Beri terapi terhadap infeksi Klamidia pada pasangan meski tidak

    menderita Klamidia berdasarkan hasil uji pemeriksaan tambahan

    Bila terdapat Gonorhea, beri terapi Gonorhea.

    13

    http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=IMMUNODEFICIENCY&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=IMMUNODEFICIENCY&MaxResults=50http://www.patient.co.uk/DisplayConcepts.asp?WordId=HIV%20INFECTION&MaxResults=50
  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    14/28

    Terapi empiris untuk pasangan yang menderita Klamidia dan

    Gonorea yang tidak mau di-skrining

    14

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    15/28

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    3.1 Pengkajian

    A. Pengumpulan Data

    Identitas pasien

    Keluhan utama

    Biasanya klien mengalami nyeri pada perut dan panggul yang bersifat

    tumpul dan terus menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasiterakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama.

    Riwayat penyakit sekarang

    Pasien diawali dengan adanya tanda-tanda seperti nyeri yang terjadi

    beberapa hari setelah menstruasi terakhir dan biasanya kurang dari 7

    hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami

    gejala sama sekali. Keluhan lain yang menyertai adalah mual, nyeri

    berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat

    senggama, dan menggigil.

    Riwayat kesehatan dahulu

    Perlu ditanyakan apakah klien memiliki riwayat penyakit radang

    panggul ataukah pernah terinfeksi oleh kuman penyebab PMS

    sebelumnya. Kemudian apakah klien menggunakan douche (cairan

    pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan. Selain itu, perlu

    ditanyakan pula apakah klien pernah atau sedang menggunakan IUD

    (spiral), karena resiko tertinggi terjadinya PID adalah saat

    pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran

    reproduksi sebelumnya.

    Riwayat psikososial

    15

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    16/28

    Meliputi perasaan pasien klien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

    mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

    dilakukan terhadap dirinya.

    Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan

    a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

    Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit

    mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang

    juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

    kesehatan. Adanya riwayat perilaku seksual yang berganti

    pasangan.

    b. Pola nutrisi dan metabolisme

    Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

    melakukan pengukuran berat badan untuk mengetahui status

    nutrisi pasien karena salah satu tanda dari PID adalah mual

    muntah dan nafsu makan berkurang.

    c. Pola eliminasi

    Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai

    kebiasaan eliminasi urin sebelum dan sesudah MRS mengalami

    gangguan seperti sering berkemih dan mengalami nyeri saat

    berkemih.

    d. Pola aktivitas dan latihan

    Akibat PID aktivitas klien terganggu karena mengalami kelelahan

    yang sangat akibat dari kurangnya nafsu makan dan perdarahan

    hebat saat menstruasi serta pasca melakukan hubungan seksual.

    e. Pola tidur dan istirahat

    Adanya nyeri menyebabkan pola tidur klien terganggu.

    f. Pola persepsi dan konsep diri

    Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang

    tadinya sehat tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam,

    16

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    17/28

    klien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah

    penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien

    mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya

    karena akibat penyakit ini klien bisa mengalami infertilitas,

    kehamilan ektopik dan bahkan anak yang dilahirkan cacat atau

    meninggal.

    g. Pola perilaku seksual

    Perlu ditanyakan apakah klien selama ini suka berganti-ganti

    pasangan seksual, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari.

    Selain itu, apakah aktivitas seksual yang dilakukan pada usia yang

    terlalu muda, yaitu di bawah 16 tahun karena dapat meningkatkan

    resiko PID.

    h. Pola penanggulangan stress

    Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan

    mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada

    perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin

    dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.

    B. Pemeriksaan Fisik

    a. Inspeksi

    Adanya pembengkakan di daerah sekitar panggul karena terjadi

    infeksi yang menyebabkan penyumbatan pada tuba falopii.

    b. Palpasi

    Daerah panggul dan perut untuk mengetahui letak nyeri.

    C. Pemeriksaan Diagnostik

    Pemeriksaan darah lengkap : peningkatan laju endap darah dan C-

    protein menunjukkan adanya infeksi

    17

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    18/28

    Pemeriksaan cairan dari serviks/ swabs serviks untuk mengetahui

    penyebab (+) untuk Klamidia dan Gonorea, hasil (-) masih bisa

    menunjukkan PID akibat penyebab lain.

    Laparoskopi : untuk melihat langsung gambaran tuba fallopi.

    Pemeriksaan ini invasive sehingga bukan merupakan pemeriksaan

    rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotik yang

    diberikan selama 48 jam tak memberi respon, maka dapat digunakan

    sebagai tindakan operatif.

    USG panggul.

    Tes kehamilan : untuk menyingkirkan kelahiran ektopik terganggu.

    Biopsi endometrium

    - Pemeriksaan USG per vaginam dan per pelvis : untuk

    menyingkirkan kehamilan ektopik terganggu usia lebih 6 minggu.

    - Kuldosintesis : untuk mengetahui bahwa peradarahan yang

    terjadi diakibatkan oleh hemoperitoneum (berasal dari kehamilan

    ektopik terganggu yang rupture atau kista hemoragik) yang dapat

    menyebabkan sepsis pelvis (salpingitis, abses pelvis rupture, atau

    apendiks yang rupture).

    Urinalisis dan kultur urin untuk meng-ekslusi infeksi saluran.

    3.2 Diagnosa Keperawatan

    1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit

    2. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit

    3. Hipertermi berhubungan dengan reaksi radang

    4. Ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan penurunan nafsu makan.

    5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

    18

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    19/28

    6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.

    7. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsi.

    3.3 Intervensi

    Diagnosa 1 :Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x24 jam nyeri

    klien berkurang.

    Kriteria hasil :

    Klien menunjukkan tingkat nyeri menurun (skala 3-5)

    Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks.

    Klien menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif

    untuk mencapai kesejahteraan.

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan

    intensitas (skala 0-10), lama dan

    lokasi.

    Memberikan informasi sebagai

    dasar pengawasan keefektifan

    intervensi.

    2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri

    pada klien dan keluarga.

    Dengan sebab dan akibat nyeri

    diharapkan klien berpartisipasi

    dalam perawatan untuk

    mengurangi nyeri.

    3. Mengajarkan teknik relaksasi dan

    distraksi.

    Klien mengetahui teknik

    relaksasi dan destraksi sehingga

    dapat mengaplikasikan jika

    mengalami nyeri.

    4. Bantu klien mengatur posisi

    senyaman mungkin.

    Posisi yang nyaman dapat

    mengurangi nyeri.

    5. Ciptakan suasana lingkungan

    tenang dan nyaman.

    Meningkatkan istirahat dan

    meningkatkan kemampuan

    koping.

    6. Observasi tanda-tanda vital dan

    keluhan klien.

    Mengetahui keadaan umum dan

    perkembangan kondisi klien.

    7. Catat indikator non verbal dan Alat menentukan adanya nyeri,

    19

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    20/28

    respon automatik terhadap nyeri,

    evaluasi efek analgesik

    kebutuhan terhadap keefektifan

    obat

    8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat

    mengurangi nyeri

    Diagnosa 2 :Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam nyeri

    klien berkurang.

    Kriteria hasil :

    Klien menunjukkan tingkat nyeri menurun (skala 3-5)

    Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks.

    Klien menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif

    untuk mencapai kesejahteraan.

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji keluhan nyeri, perhatikanintensitas (skala 0-10), lama dan

    lokasi.

    Memberikan informasi sebagaidasar pengawasan keefektifan

    intervensi.

    2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri

    pada klien dan keluarga.

    Dengan sebab dan akibat nyeri

    diharapkan klien berpartisipasi

    dalam perawatan untuk

    mengurangi nyeri.

    3. Mengajarkan teknik relaksasi dan

    distraksi.

    Klien mengetahui teknik

    relaksasi dan destraksi sehingga

    dapat mengaplikasikan jika

    mengalami nyeri.

    4. Bantu klien mengatur posisi

    senyaman mungkin.

    Posisi yang nyaman dapat

    mengurangi nyeri.

    5. Ciptakan suasana lingkungan

    tenang dan nyaman.

    Meningkatkan istirahat dan

    meningkatkan kemampuan

    koping.

    6. Observasi tanda-tanda vital dan Mengetahui keadaan umum dan

    20

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    21/28

    keluhan klien. perkembangan kondisi klien.

    7. Catat indikator non verbal dan

    respon automatik terhadap nyeri,

    evaluasi efek analgesik

    Alat menentukan adanya nyeri,

    kebutuhan terhadap keefektifan

    obat8. Berikan analgetik bila perlu. Pemberian analgasik dapat

    mengurangi nyeri

    Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi radang.

    Tujuan :

    Suhu tubuh turun sampai dalam batas normal setelah dilakukan

    perawatan 1x24 jam.

    Kriteria hasil :

    Suhu tubuh dalam batas normal 36 37 0 C

    Klien bebas demam

    No Intervensi Rasional

    1. Bina hubungan baik dengan klien

    dan keluarga

    Dengan hubungan yang baik

    dapat meningkatkan kerjasama

    dengan klien sehingga

    pengobatan dan perawatan

    mudah dilaksanakan.

    2. Berikan kompres dingin dan

    ajarkan cara untuk memakai es atau

    handuk pada tubuh, khususnya

    pada aksila atau lipatan paha..

    Pemberian kompres dingin

    merangsang penurunan suhu

    tubuh

    3. Peningkatan kalori dan beri banyak

    minuman (cairan

    Air merupakan pangatur suhu

    tubuh. Setiap ada kenaikan

    suhu melebihi normal,

    kebutuhan metabolisme air

    juga meningkat dari kebutuhan

    setiap ada kenaikan suhu

    tubuh.

    4. Anjurkan memakai baju tipis yang

    menyerap keringat.

    Baju yang tipis akan mudah

    untuk menyerap keringat yang

    keluar.

    21

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    22/28

    5. Observasi tanda-tanda vital

    terutama suhu dan denyut nadi

    Observasi tanda-tanda vital

    merupakan deteksi dini untuk

    mengetahui komplikasi yang

    terjadi sehingga cepat

    mengambil tindakan

    6. Kolaborasi dengan tim medis

    dalam pemberian obat-obatan

    terutama anti piretik.

    Pemberian obat-obatan

    terutama antipiretik untuk

    menurunkan suhu tubuh

    Diagnosa 4 : Ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan

    tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nutrisi klien

    terpenuhi.

    Kriteria hasil :

    Klien menunjukkan asupan makanan, cairan dan zat gizi adekuat.

    Klien mempertahankan berat badan dan massa tubuh dalam batas

    normal.

    Klien melaporkan keadekuatan tingkat nutrisi.

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji pemenuhan nutrisi klien. Mengetahui kekurangan nutrisi

    pada klien.

    2. Menjelaskan pentingnya makan

    untuk proses penyembuhan.

    Dengan pengetahuan yang baik

    tentang nutrisi akan memotivasi

    peningkatan pemenuhan nutrisi.

    3. Mencatat intake dan ouput

    makanan klien.

    Mengetahui perkembangan

    pemenuhan nutrisi klien.

    4. Menganjurkan klien makan

    sedikit tapi sering.

    Dengan sedikit tapi sering

    mengurangi penekanan berlebihan

    pada lambung.

    5. Menyajikan makanan secara Meningkatkan selera makan klien.

    22

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    23/28

    menarik.

    6. Menyajikan makanan dalam

    kondisi dingin.

    Mengurangi aroma makanan yang

    menyebabkan klien mual.

    7. Menimbang berat badan klien

    setiap hari.

    Berat badan merupakan indikator

    terpenuhi atau tidaknya kebutuhan

    nutrisi.

    Diagnosa 5 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat

    melakukan perawatan diri secara mandiri.

    Kriteria hasil :

    Klien dapat melakukan aktivitas secara optimal.

    Klien kelihatan segar dan bersemangat, personel hygiene pasien

    cukup.

    No Intervensi Rasional

    1. Evaluasi respon pasien saat

    beraktivitas, catat keluhan dan

    tingkat aktivitas serta adanya

    perubahan tanda-tanda vital.

    Mengetahui sejauh mana

    kemampuan pasien dalam

    melakukan aktivitas.

    2. Bantu klien memenuhi

    kebutuhannya.

    Memacu pasien untuk berlatih

    secara aktif dan mandiri.

    3. Awasi klien saat melakukan

    aktivitas.

    Memberi pendidikan pada klien

    dan keluarga dalam perawatan

    selanjutnya.

    4. Libatkan keluarga dalam perawatan

    pasien

    Kelemahan suatu tanda klien

    belum mampu beraktivitas secara

    penuh.

    5. Jelaskan pada pasien tentang

    perlunya keseimbangan antara

    aktivitas dan istirahat

    Istirahat perlu untuk menurunkan

    kebutuhan metabolism

    23

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    24/28

    6. Motivasi dan awasi pasien untuk

    melakukan aktivitas secara

    bertahap.

    Aktivitas yang teratur dan

    bertahap akan membantu

    mengembalikan pasien pada

    kondisi normal.

    Diagnosa 6 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam klien mampu

    mengontrol atau menurunkan kecemasan yang dialaminya.

    Kriteria hasil :

    Klien mampu mengidentifikasi kecemasan,

    Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang sesuai untuk

    mengontrol atau menurunkan kecemasannya.

    No Intervensi Rasional

    1. Kaji dan dokumentasikan

    tingkat kecemasan yang dialami

    klien

    Mengetahui tingkat kecemasan

    klien sangat perlu untuk

    menentukan intervensi yang akan

    dilakukan selanjutnya.

    2. Kaji kemampuan klien untuk

    mengatasi kecemasan

    sebelumnya.

    Setiap individu memiliki

    kemampuan tersendiri dalam

    mengontrol kecemasannya.Diperlukan mekanisme koping

    yang sesuai dalam mengatasi

    kecemasan.

    3. Dorong menyatakan perasaan,

    beri umpan balik.

    Membuat hubungan terapeutik,

    membantu klien mengidentifikasi

    penyebab stress.

    4. Ajarkan terapi yang dapat

    membantu klien mengontrol

    Pemilihan terapi sesuai dengan

    respon klien terhadap kecemasan

    24

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    25/28

    kecemasan (misalya: relaksasi,

    meningkatkan konsentrasi,

    membuka diri)

    5. Berikan lingkungan yang tenang

    untuk istirahat.

    Meningkatkan relaksasi, dan

    membantu menurunkan ansietas.

    6. Kolaborasi dengan dokter

    mengenai pemberian obat untuk

    mengurangi kecemasan, jika

    dibutuhkan.

    Kecemasan yang tidak terkendali,

    dapat dikontrol dengan terapi

    medis.

    Diagnosa 7 : Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan

    fungsi.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien

    menunjukkan konsep diri yang baik/meningkat.

    Kriteria hasil :

    Klien menunjukkan peningkatan konsep diri, menerima dirinya.

    No Intervensi Rasional1. Dorong individu untuk

    mengekspresikan perasaannya,

    khususnya mengenai

    pandangan, pemikiran, dan

    perasaan orang lain.

    Klien butuh untuk didengarkan

    dan dipahami.

    2. Memperjelas berbagai

    kesalahan konsep individu

    mengenai diri, perawatan atau

    pemberi perawatan.

    Mencegah terjadinya harga diri

    rendah.

    3. Hindari kritik negative. Klien sangat sensitive.

    Diperlukan kritik positif untuk

    menghindari terjadinya harga

    diri rendah.

    4. Memberikan privasi dan

    keamanan lingkungan.

    Memberikan kenyamanan klien

    dalam masa penyembuhan.

    5. Dukung keluarga dalam Partisipasi pada perawatan

    25

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    26/28

    berpartisipasi pada perawatan. membantu mereka merasa

    berguna dan meningkatkan

    kepercayaan antara perawat,

    klien, dan orang terdekat.

    26

  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    27/28

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Pelvic Inflammatory Disease (Salpingitis, PID, Penyakit Radang

    Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius traktus genitalis wanita

    bagian atas yang meliputi endometritis, salpingitis, salpingo-oophoritis,

    tubo-ovarian abscess (TOA), dan pelvic peritonitis yang disebabkan

    chlamydia trachomatis (60%) atauNeisseria gonorrhoeae (30-80%), selain

    itu juga terdapat beberapa organisme lain seperti Gardnerella vaginalis,

    Bacteroides, Bacterial vaginosis.

    PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun

    dan rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir

    250.000 wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang

    mengalami prosedur bedah, sisanya menjalani rawat jalan.

    Sehingga PID memerlukan penanganan cepat dan tepat antara lain

    analgesik, antibiotik serta pengobatan bagi pasangan seksual pasien agar

    PID tidak berulang kembali.

    4.2 Saran

    Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat

    mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan bagi pasien Pelvis

    Inflammatory Disease dengan tepat sehingga dapat meminimalkan

    komplikasi. Selain itu, mahasiswa keperawatan juga diharapkan dapat

    memberikan edukasi baik kepada pasien maupun keluarganya.

    27

    http://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htmhttp://www.kosmix.com/topic/Gardnerella%20vaginalishttp://www.wrongdiagnosis.com/b/bacterial_vaginosis/intro.htm
  • 7/31/2019 53921330-PID-Kelompok-4

    28/28

    Daftar Pustaka

    Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

    Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :

    EGC

    Doenges, Marilynn.E.2001.Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC

    Emedicine. 2009.Pelvic Inflammatory Disease. http://www.emedicinehealth.com/

    script/main/art.asp?articlekey=59333&page=1#Pelvic Inflammatory Dise

    ase Overview. Diakses 26 Agustus 2010

    Lancet. The IUD And Pelvic Inflammatory Disease. Journal Watch General

    Medicine April 17, 1992.

    Livengood, Charles. 2010. Pathogenesis of and risk factors for pelvic

    inflammatory disease. http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.html.

    Diakses tanggal 26 Agustus 2010

    Marks C,Tideman RL,Estcourt CS,Smart S, Page J, Wagner K,Mindel A.

    Diagnosing PIDgetting the balance right. Int J STD AIDS 2000 Aug;

    11 (8):545-7

    Moore J, Kennedy S. Causes of chronic pelvic pain. Baillieres Best Pract Res Clin

    Obstet Gynecol 2000 Jun;14(3):389-402

    Mudgil, Shikha. 2009. Pelvic Inflammatory Disease/Tubo-ovarian Abscess.

    http://emedicine.medscape.com/article/404537-overview. Diakses

    tanggal 29 Agustus 2010

    NHS. 2010. Pelvic Inflammatory Disease. http://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-

    inflammatory-disease/Pages/Complications.aspx. Diakses tanggal 1

    September 2010Swierzewski, Stanley. 2001. Pelvic Inflammatory Disease (PID).

    http://www.womenshealthchannel.com/pid/treatment.shtml. Diakses tang

    gal 1 September 2010

    http://www.emedicinehealth.com/http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.htmlhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.emedicinehealth.com/http://www.uptodate.com/patients/topic/toc.htmlhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspxhttp://www.nhs.uk/Conditions/Pelvic-inflammatory-disease/Pages/Complications.aspx