52824814 laporan kerja praktek reza

Download 52824814 Laporan Kerja Praktek Reza

If you can't read please download the document

Upload: ade-muslimin-madridista

Post on 25-Nov-2015

85 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 1

    LAPORAN KERJA PRAKTEK

    PENGUJIAN DAN PENYETELAN RELE OVERVOLTAGE SERTA

    ANALISA KEGAGALAN RELE PROTEKSI

    DI PT. INDONESIA POWER SUB UNIT PLTA PB SOEDIRMAN

    Disusun oleh :

    MOHAMMAD REZA RAJASA

    06/199305/NT/11542

    PROGRAM DIPLOMA TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2008

  • 2

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Kerja Praktek

    Pada

    PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica, Banjarnegara

    Unit PLTA Panglima Besar Soedirman

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademis

    Pada

    Program Diploma III Teknik Elektro

    Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada

    Mohammad Reza Rajasa

    06/199305/NT/11542

    Mengetahui Menyetujui

    Ketua Program Dosen Pembimbing

    Diploma Teknik Elektro

    Ir. Lukman Subekti MT. Ir. Lukman Subekti MT.

    NIP. 132 052 395 NIP. 132 052 395

  • 3

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan Kerja Praktek

    Pada

    PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica, Banjarnegara

    Unit PLTA Panglima Besar Soedirman

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademis

    Pada

    Program Diploma III Teknik Elektro

    Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada

    Mohammad Reza Rajasa

    06/199305/NT/11542

    Menyetujui

  • 4

  • 5

  • 6

    PRA KATA

    Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

    segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik

    yang kami laksanakan di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Mrica.

    Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan kami dalam

    menempuh pendidikan pada Program Diploma Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

    UGM.

    Mulai pengumpulan data, pengamatan masalah sampai dengan

    penyelasaian laporan ini, kami telah mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada

    pihak-pihak sebagai berikut :

    1. Bapak Ir. Lukman Subekti MT. yang sudah mau meluangkan waktunya

    untuk membantu dan memeriksa laporan kerja praktek kami,

    2. Bapak Agus A. Supriyadi A.Md selaku pembimbing kami di lapangan,

    yang telah banyak memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi kami,

    3. Bapak Tohidin, Bapak Sitorus yang telah mau berbagi ilmu dan

    pengalaman kepada kami, sehingga kami dapat melaksanakan kerja

    praktik dengan lancar,

    4. Semua pegawai dan staf yang bekerja di UBP Mrica, yang tidak dapat

    kami sebutkan namanya satu persatu,

    5. Semua pegawai dan staf akademik Diploma 3 Teknik Elektro yang telah

    membantu kami,

  • 7

    6. Kedua orang tua kami yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan,

    sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini dengan baik,

    7. Semua teman-teman kelas B angkatan 2006, terima kasih untuk semua

    dukungannya.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan

    karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut

    di atas. Laporan kerja praktek ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga

    kami dengan senang hati menerima kritik demi perbaikan.

    Yogyakarta, 10 September 2008

    Penulis

  • 8

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.. i

    LEMBAR PENGESAHAN. ii

    SURAT TUGAS... iv

    SURAT SELESAI v

    PRA KATA.. vi

    DAFTAR ISI viii

    DAFTAR GAMBAR... xi

    DAFTAR TABEL xii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang... 1

    1.2 Batasan Masalah.... 2

    1.3 Maksud dan Tujuan....2

    1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa....... 3

    1.3.2 Manfaat Bagi Universitas...... 3

    1.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan...... 4

    1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek. 4

    1.5 Metode Kerja Praktek 4

    1.6 Sistematika Penulisan Laporan.. 5

    BAB II TINJAUAN UMUM 7

    2.1 Penjelasan Umum PLTA PB Soedirman... 7

    2.2 Sejarah Perkembangan PLTA PB Soedirman7

    2.3 Struktur Organisasi...10

  • 9

    2.4 Manajemen HRD dan Diklat... 11

    2.4.1 Misi dan Kondisi Perusahaan........ 12

    2.4.2 Peran Serta dalam Pencapaian Misi Perusahaan....... 12

    2.4.3 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan.... 12

    2.4.4 Pengaruh Terhadap Perusahaan..... 13

    2.5 Keselamatan Kerja... 14

    2.6 Alat Pelindung Diri...... 16

    2.7 Usaha Pelestarian Waduk......... 18

    2.8 Pemantauan Hidrologi, Geoteknik dan Sedimentasi.... 18

    2.9 Dampak Lingkungan 19

    BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK... 21

    3.1 Dasar Teori... 21

    3.1.1 Subsistem Pembangkitan....... 22

    3.1.2 Subsistem Transmisi.............. 23

    3.1.3 Subsistem Distribusi.......... 25

    3.1.4 Pengamanan Sistem Daya......... 26

    3.1.5 Sistem Darurat....... 29

    3.2 Generator...... 30

    3.2.1 Generator Sinkron..... 31

    3.2.2 Prinsip Kerja Generator. 31

    3.2.3 Bagian dan Konstruksi Generator. 32

    3.2.4 Pengaturan Tegangan Otomatis. 34

    3.3 Rele-Rele . 35

    3.3.1 Rele Overvoltage 37

  • 10

    A. Prinsip Kerja.... 41

    B. Data Teknis Rele Tegangan Lebih...... 41

    3.3.2 Rele Differensial. 43

    A. Prinsip Kerja.... 44

    B. Daftar Teknis Rele Differensial Terpasang..... 45

    C. Line Diagram Rele Differensial.. 46

    BAB IV PENGUJIAN dan PENYETELAN RELE OVERVOLTAGE

    SERTA ANALISA KEGAGALAN RELE PROTEKSI 47

    4.1 Pengujian Rele Overvoltage............................................................. 47

    4.2 Analisa Kegagalan Rele Proteksi..................................................... 50

    4.3 Kemungkinan Gangguan Pada sistem Proteksi dan

    Cara Menanggulanginya................................................................... 55

    BAB V PENUTUP.............................................................................................. 57

    5.1 Kesimpulan....................................................................................... 57

    5.2 Saran................................................................................................. 57

    DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 59

    LAMPIRAN......................................................................................................... 60

  • 11

    DAFTAR GAMBAR

    2.1 PLTA PB Soedirman.... 10

    3.1 Ilustrasi sistem tenaga listrik dari pembangkitan ke konsumen

    akhir.. 21

    3.2 Diagram sistem tenaga listrik... 22

    3.3 Ilustrasi PLTA.. 23

    3.4 Ilustrasi sistem transmisi.. 24

    3.5 Ilustrasi sistem distribusi.. 26

    3.6 Ilustrasi saluran ke rumah. 26

    3.7 Peredam Busur Api dengan media keramik. 29

    3.8 Generator pembangkit listrik tenaga air... 31

    3.9 Rele Overvoltage ABB (ASEA BROWN BOVERI)... 37

    3.10 Line diagram rele overvoltage.. 41

    3.11 Rele Differensial SIEMENS 43

    3.12 Diagram rele differensial Diferensial dasar (Tidak ada gangguan

    pada beban). 44

    3.13 Diagram Rele differensial Diferensial dasar (Ada gangguan pada

    beban). 44

    3.14 Line diagram rele differensial....... 46

    4.1 Salah satu Transformator Arus di PLTA PB Soedirman. 52

    4.2 PMT dari Generator ke Trafo Step Up. 54

  • 12

    DAFTAR TABEL

    4.1 Hasil pengujian pada saat 20 volt..................................................... 47

    4.2 Hasil pengujian pada saat 115 volt................................................... 48

    4.3 Macam-macam gangguan pada sistem....................................... 55

  • 13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Daerah aliran sungai Serayu merupakan daerah yang subur dan

    dianugerahi curah hujan yang tinggi. Sungai Serayu tidak pernah kering sepanjang

    tahun. Dalam memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat, pemerintah

    menentukan kebijaksanaan penghematan penggunaan bahan bakar minyak.

    Pemanfaatan potensi tenaga air sebagai sumber tenaga listrik primer disamping

    usaha konversi air, maka dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

    Panglima Besar Soedirman oleh PLN Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa

    Tengah. Setelah proyek selesai, pengoperasiannya diserahkan kepada PLN

    Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat Sektor Mrica.

    PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat Sektor Mrica

    dibentuk atas dasar Surat Keputusan Direksi PLN No. 166/DIR/85 tanggal 14

    November 1985, adalah unit dibawah PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa

    Bagian Barat dan sejak Oktober 1995 berubah menjadi PT. PLN Pembangkitan

    Tenaga Listrik Jawa Bali I Sektor Mrica dan diserahi tugas sebagai berikut :

    1. Menyelenggarakan pembangkitan listrik berdasarkan kebijaksanaan yang

    diambil oleh PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali I Sektor

    Mrica.

    2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi / peralatan beserta alat bantunya

    sesuai dengan prosedur.

  • 14

    3. Menyelenggarakan tata usaha untuk membantu kelancaran administrasi

    perusahaan.

    Adapun pemanfaatan proyek PLTA PB Soedirman adalah sebagai berikut :

    1. Untuk menghasilkan tenaga listrik yang murah dan bebas polusi sebesar

    580.000.000 kWh per tahun.

    2. Dapat menghemat bahan bakar sebesar 290.000 ton per tahun.

    3. Karena lokasi bendungan PLTA PB Soedirman berada di pedalaman,

    maka akan membantu program pemerintah antara lain berupa :

    - Menunjang suksesnya listrik masuk desa

    - Pemerataan pembangunan sampai ke pelosok desa

    4. Mengurangi bahaya yang yang ditimbulkan apabila terjadi banjir.

    5. Menambah keandalan penyediaan air irigasi dan daerah irigasi.

    6. Untuk membuat daerah perikanan darat.

    7. Konversi air dan perbaikan lingkungan hidup.

    8. Menambah daerah wisata.

    1.2 Batasan Masalah

    Agar kerja praktek dapat berjalan secara efektif dan dipahami secara

    mendalam maka permasalahan yang diamati dibatasi hanya pada apa dan

    bagaimana cara kerja dari Rele Overvoltage dan Rele Differensial.

    1.3 Maksud dan Tujuan

    Tujuan dalam melaksanakan kerja praktek dan penulisan laporan ini

    adalah :

  • 15

    1. Menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan

    Diploma III.

    2. Meningkatkan pengetahuan praktis tentang aplikasi teori yang dipelajari di

    kampus terutama mengenai instalasi listrik, atau control untuk pengendali

    mesin yang ada di industri.

    3. Mempelajari bagaimana memilih suatu peralatan listrik dan melakukan

    perbaikannya.

    4. Mempelajari bagaiamana dan kapan waktu pemeliharaan mesin-mesin

    pembangkit yang ada dipembangkit Mrica.

    1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

    Beberapa manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa praktikan dapat

    disebutkan sebagai berikut:

    a. Sebagai bahan pertimbangan antara teori yang di peroleh dari

    perkuliahan dengan praktek di lapangan.

    b. Menambah pengetahuan dan pengalaman kerja.

    c. Memperluas wawasan mengenai lapangan kerja serta kendala dan

    masalah yang akan dihadapi nantinya.

    1.3.2 Manfaat Bagi Universitas

    Beberapa manfaat yang dapat diambil pihak universitas dari program

    kerja praktek mahasiswa antara lain:

    1. Memberikan kesempatan pada mahasiswa dalam belajar bekerja.

  • 16

    2. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu

    yang diperoleh dari bangku perkuliahan.

    3. Menguji mahasiswa pada saat karya tulis diseminarkan.

    1.3.3 Manfaat Bagi Perusahaan

    Beberapa manfaat yang dapat diambil pihak perusahaan dari program

    kerja praktek mahasiswa antara lain:

    a. Sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam bidang pendidikan.

    b. Memperoleh kritik dan saran yang bermanfaat dari mahasiswa untuk

    kemajuan bagi perusahaan.

    1.4 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

    Kerja praktek dilaksanakan PT. INDONESIA POWER PANGLIMA

    BESAR SUDIRMAN JI. Raya Banyumas Km. 8 Banjarnegara, Indonesia selama

    dua bulan sejak tanggal 01 Juli s/d 29 Agustus 2008. Kegiatan kerja praktek

    mengikuti jadwal kerja karyawan PT. INDONESIA POWER PANGLIMA

    BESAR SUDIRMAN yaitu lima hari kerja dari hari senin hingga hari jumat dan

    hari sabtu-minggu libur.

    1.5 Metode Kerja Praktek

    Beberapa hal yang menyangkut metode yang digunakan mahasiswa

    praktikan dalam melaksanakan seluruh aktivitas kerja praktek, yaitu secara

    ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut:

  • 17

    1. Survei

    Untuk mendapatkan data yang akurat, perlu mengajukan pertanyaan

    pada berbagai pihak yang dapat memberikan keterangan terhadap masalah

    yang hadapi.

    2. Observasi

    Mengadakan pengamatan serta meneliti secara langsung obyek yang

    dihadapi pada waktu kerja praktek.

    1.6 Sistematika Penulisan Laporan

    Untuk memudahkan pembahasan dalam laporan kerja praktek ini, maka

    laporan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan

    Pendahuluan menjelaskan latar belakang masalah, batasan masalah,

    tujuan kerja praktek, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek, metode

    kerja praktek, sistematika penulisan laporan.

    BAB II Gambaran Umum Perusahaan

    Pada bab ini menjelaskan sejarah singkat berdirinya perusahaan,

    lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan.

    BAB III Landasan Teori

    Pada bab ini menjelaskan mengenai sistem ketenegalistrikan secara

    umum, generator dan prinsip kerja Rele Overvoltage dan Rele Differensial.

  • 18

    BAB IV PENGUJIAN dan PENYETELAN RELE OVERVOLTAGE

    SERTA ANALISA KEGAGALAN RELE PROTEKSI

    Pada bab ini membahas analisa sistem proteksi berupa, pengujian

    dan penyetelan rele overvoltage serta penanggulangan dampak akibat

    kegagalan kerja sistem proteksi tersebut.

    BAB V Penutup

    Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran tentang

    pelaksanaan kerja praktek.

  • 19

    BAB II

    TINJAUAN UMUM

    2.1 Penjelasan Umum PLTA PB Soedirman

    PLTA PB Soedirman terletak di hulu sungai Serayu dan termasuk wilayah

    Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, kurang lebih delapan kilometer

    sebelah barat Kota Banjarnegara. PLTA PB Soedirman adalah salah satu diantara

    PLTA yang ada di sungai Serayu yang dibangun guna menunjang akan kebutuhan

    lisrik di pulau Jawa dan Bali serta Jawa Tengah khususnya.

    Pada tanggal 23 Maret 1989 telah diresmikan berfungsinya PB Soedirman

    oleh Presiden RI Soeharto. Dari ketiga unit pembangkit dapat beroperasi dengan

    kapasitas penuh sebesar 3 x 60 MW dan membangkitkan energi listrik rata-rata

    sebesar 580.000.000 kWh per tahun menurut perencanaan. Tenaga listrik yang

    dihasilkan tersebut disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

    150 kV. Ke arah barat melalui Gardu Induk Rawalo sepanjang 56 km dan ke arah

    timur melalui Gardu Induk Wonosobo sepanjang 30 km, yang kemudian

    menunjang sistem jaringan interkoneksi se-Jawa Bali melalui gardu induk 150 /

    500 kV di Ungaran. PLTA PB Soedirman mampu start sendiri (Black Start) pada

    saat sistem kelistrikan se-Jawa Bali padam total.

    2.2 Sejarah Perkembangan PLTA Soedirman

    Indonesia merupakan Negara yang memiliki sungai-sungai yang potensial

    untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Hal ini adalah salah satu

  • 20

    modal yang mendukung lancarnya program pembangunan. Sebagai negara yang

    sedang berkembang, tersedianya tenaga listrik yang memadai merupakan

    sumbangan yang besar bagi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Untuk

    itu pada tahun 1971, Indonesia menerima bantuan dari Australia untuk

    mengembangkan sumber-sumber air sebagai pembangkit tenaga listrik.

    Dari hasil studi yang dihasilkan SNOWY MOUNTAINS ENGINEERING

    COOPERATION (SMEC) tahun 1972 diusulkan Maung dan Mrica untuk PLTA.

    Sebagai kelanjutannya maka pada tahun 1974 diadakan studi kelayakan pada

    aliran sungai Serayu di Kabupaten Banjarnegara. Pada tahun 1978-1980 disusun

    perencanaan detail desain oleh TECNOPROMEXPORT dari Uni Soviet. Tanggal

    15 Mei 1982 dilakukan penandatanganan kontrak kerja PLN dengan SABCON

    (Scansa Comentguteriet, Asea AB, Sweden Balfour Beaty Construction LTD.).

    Sebagai konsultan perencana adalah Sweco AB dari Swedia dan ENGINEERING

    and DEVELOPMENT CONSULTANT dari Inggris. Rancang ulang hasil

    perencanaan dilakukan oleh Wiratman dan asisten konsultan pengawas adalah Sir

    William Halcrow and Parnerts dari Inggris.

    Secara garis besar, pembangunan PLTA dibagi menjadi tiga tahap bidang

    pekerjaan, yaitu :

    1. Bidang pembangunan prasarana seperti: jalan hantar, jaringan listrik

    dan air.

    2. Bidang pekerjaan sipil seperti: pembangunan bendungan, bangunan

    pelimpah, terowongan pengelak dan gedung sentral.

    3. Bidang pekerjaan listrik dan mekanis seperti: pemasangan turbin,

    generator, transformator dan instalasi serta perlengkapannya.

  • 21

    Secara kronologis peristiwa penting selama pembangunannya adalah

    sebagai berikut:

    1974 : feasibility study

    1978 1980 : detail design

    1978 : tahap awal pekerjaan prasarana

    15 Mei 1982 : penandatanganan kontrak kerja antara PLN

    dengan SABCON

    9 Agustus 1982 : peresmian dimulainya pekerjaan PLTA oleh

    Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto

    Desember 1982 : masa konstruksi

    Maret 1983 : penjadwalan kembali oleh pemerintah

    30 Mei 1984 : peresmian dimulainya kembali proyek PLTA oleh

    Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto

    2 Mei 1986 : pengalihan aliran sungai Serayu melalui

    terowongan pengelak oleh Menteri Pertambangan

    dan Energi Soebroto

    26 Februari 1987 : peletakan batu abadi oleh Presiden Soeharto

    16 April 1988 : penutupan terowongan pengelak oleh Menteri Per-

    tambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmira

    September 1988 : waduk mulai terisi penuh

    21 November 1988 : mulai beroperasinya pembangkit Unit I sebe-

    sar 60 MW

    26 November 1988 : peresmian mulai beroperasinya unit pertama

    Oleh Dirbinpro PLN pusat

  • 22

    20 Januari 1989 : mulai beroperasinya unit kedua sebesar 60

    MW

    23 Maret 1989 : peresmian mulai berfungsinya PLTA PB Soedir-

    man oleh Presiden Soeharto

    2.3 Struktur Organisasi Perusahaan

    Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica merupakan salah satu dari 8 unit

    pembangkitan yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang terletak di Jawa

    Tengah. UBP Mrica merupakan pembangkit listrik bertenaga air atau lebih

    dikenal dengan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA). UBP Mrica merupakan salah

    satu unit yang berada dibawah PT. Indonesia Power yang dibentuk untuk

    mengelola pembangkitan yang diantaranya adalah PLTA PB Soedirman.

    Gambar 2.1 PLTA PB Soedirman

  • 23

    Tugas pokok yang dibebankan pada UBP Mrica adalah :

    1. Menyelenggarakan pembangkitan tenaga listrik berdasarkan

    kebijaksanaan yang diambil oleh PT. Indonesia Power.

    2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi / peralatan beserta alat

    bantunya sesuai dengan prosedur

    3. Menyelenggarakan tata usaha untuk membantu kelancaran

    administrasi perusahaan.

    2.4 Manajemen HRD dan Diklat

    Disamping pengusaan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang

    dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaannya, seorang pegawai hendaknya

    mempunyai sikap hubungan kebanggaan terhadap pekerjaan dan perusahaan,

    dengan hadirnya sikap ini di dalam diri setiap pegawai akan memupuk tumbuhnya

    sikap positif yang lain yang bermanfaat, baik bagi pegawai sendiri maupun

    perusahaan yang secara langsung akan mempengaruhi keberhasilan di dalam

    menjalankan fungsi-fungsinya menuju pencapaian tujuan.

    Timbulnya perasaan bangga seorang pegawai terhadap pekerjaannya dipengaruhi

    oleh hal-hal berikut :

    - Pengetahuan pegawai tersebut akan kondisi misi perusahaan

    - Peran serta pegawai tersebut terhadap pencapaian misi perusahaan

    - Keikutsertaannya didalam program-program pelatihan sebagai usaha

    meningkatkan / keterampilan bagi pelaksanaan tugasnya

  • 24

    2.4.1 Misi dan Kondisi Perusahaan

    Misi yang hendak dicapai perusahaan dan kondisi perusahaan sebagai

    landasan untuk merealisasi misi tersebut perlu diketahui setiap pegawai pada

    awal bekerja. Dengan bekal ini seorang pegawai akan memahami keberadaan

    dan kekuatan perusahaan didalam percaturan pembangunan nasional, yang

    secara langsung akan membangkitkan perasaan bangga terhadap perusahaan

    tempat ia bekerja maupun pekerjaan yang menjadi tugasnya.

    2.4.2 Peran Serta dalam Pencapaian Misi Perusahaan

    Untuk memberikan kebutuhan beban dan pelayanan terbaik pada

    konsumen, maka pusat-pusat pembangkit harus beroperasi secara optimal

    sehingga akan diperoleh keandalan sistem pembangkit, dalam mencapai hal

    itu maka perlu dilakukan pemeriksaan keadaan peralatan, hal ini menyangkut

    peran operator, karena pengecekan tersebut adalah merupakan tugas yang

    harus dilakukan secara rutin agar semua komponen peralatan berfungsi sesuai

    dengan standar yang telah diterapkan.

    Dengan demikian, peran operator menjadi sangatlah penting dalam

    menjamin pengoperasian unit pembangkit pada tingkat efisiensi optimal, yang

    pada gilirannya akan menimbulkan kebanggaan akan pekerjaannya.

    2.4.3 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan

    Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan adalah masalah yang

    sering dihadapi seorang operator dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

  • 25

    Kesulitan tersebut mungkin disebabkan operator tidak tahu persis maksimal

    yang sudah dilakukan, atau mungkin karena diterapkan teknologi baru dengan

    penggunaan peralatan canggih sehingga memerlukan penanganan yang

    berlainan pula.

    Untuk mengatasi hal tersebut, suatu program pelatihan dalam usaha

    meningkatkan pengetahuan dan keteranpilan perlu diberikan pada operator.

    Program pelatihan tersebut dapat dilaksanakan di unit-unit pendidikan dan

    pelatihan (UDIKLAT) PLN maupun di unit kerja operator masing-masing

    dengan pemberian pengetahuan dan keterampilan dikhususkan pada apa yang

    diperlukan operator untuk melakukan tugasnya sehari-hari.

    2.4.4 Pengaruh Terhadap Perusahaan

    Beberapa pengaruh positif dari sikap terhadap pekerjaan dan

    perusahaan adalah pada segi :

    1. Kualitas Kerja

    Seseorang akan dapat bekerja baik apabila orang tersebut

    menyenangi dan mengerti akan tugas-tugas yang dikerjakan,

    dengan bekal penguasaan atas bidang pekerjaan yang menjadi

    tugasnya, maka segala upaya akan dilakukan oleh seorang pegawai

    untuk memperoleh kualitas hasil pekerjaan sesuai dengan yang

    diisyaratkan perusahaan.

    2. Kesadaran Kerja

    Dalam kesadaran kerja ini tercakup unsur-unsur :

    - Kesanggupan bekerja keras

  • 26

    Kerja keras berarti bekerja giat dengan disertai usaha maksimal

    sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

    - Tanggung jawab yang besar pada pekerjaan

    Dengan adanya tanggung jawab pada pekerjaan, tidak menjadi

    masalah bagi pegawai untuk bekerja cepat selesai sehingga

    fungsi perusahaan cepat selesai, keseluruhan tidak terganggu.

    - Patuh pada peraturan

    Kepatuhan mengikuti petunjuk atau perintah atasan adalah

    kewajiban pegawai sebagai realisasi kesadaran kerjanya untuk

    mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

    2.5 Keselamatan Kerja

    Salah satu hal penting yang harus diperhatikan pada saat bekerja adalah

    keselamatan kerja, setiap perusahaan diwajibkan untuk menjaga dan

    memperhatikan adanya faktor keselamatan kerja tersebut. Karena tidak

    dikehendaki bila sampai terjadi kecelakaan dalam menjalankan tugas sampai

    mengakibatkan kematian seseorang. Pada umumnya efek yang terjadi dari

    kecelakaan sangat merugikan baik perusahaan maupun orang yang bersangkutan.

    Oleh karenanya tidak satu manusia yang menghendaki adanya kecelakaan.

    Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

    a. Faktor Manusia

    Biasanya disebabkan karena kurang terampil, tidak hati-hati, tidak

    mematuhi peraturan, tidak adanya keseimbangan antara pekerjaan dengan

    perusahaan, sepihak memberi upah dan dilain pihak hanya memikirkan

  • 27

    keuntungan saja. Oleh karena itu diantara pekerja dengan perusahaan

    harus memiliki rasa saling pengertian bahwa keduanya saling

    membutuhkan.

    b. Faktor Peralatan

    Semua yang dihasilkan perusahaan adalah menggunakan peralatan mesin.

    Oleh karena itu pengawasan dan pemeliharaan harus selalu diperhatikan

    oleh keduanya. Pengaturan peralatan pekerjaan ikut membantu kelancaran

    produktivitas.

    c. Faktor Keturunan

    Faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Faktor

    keturunan ini antara lain karena :

    - Sifat gugup

    - Sifat kurang sabar dan kurang tekun

    - Sifat tenang dalam menghadapi sesuatu

    - Sifat sembrono yang kadang timbul

    Jadi arti dan tujuan keselamatan kerja itu antara lain untuk menjalin

    keutuhan, keadaan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia serta

    hasil kerjanya yang ditujukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan

    manusia sendiri pada khususnya.

    Keselamatan kerja mempunyai sasaran sebagai berikut :

    - Mencegah terjadinya kecelakaan

    - Mencegah atau mengurangi jumlah kematian

    - Mencegah atau mengurangi cacat tetap

    - Mencegah pemborosan tenaga kerja serta peralatannya

  • 28

    - Mengamankan peralatan dalam pemeliharaan

    - Meningkatkan produktivitas

    - Menjamin kebersihan tempat kerja

    - Meningkatkan keamanan lingkungan kerja

    2.6 Alat Pelindung Diri

    Sesuai dengan pedoman dan petunjuk keselamatan kerja No.22 (PLN)

    maka personal unit pembangkit haruslah memahami dan dapat menggunakan

    bermacam-macam peralatan pelindung. Alat-alat tersebut dimaksudkan untuk

    melindungi personil terhadap bahaya dan potensi-potensi bahaya-bahaya cacat/

    luka diberbagai situasi di dalam suatu pembangkit.

    1. Perlindungan mata

    Pekerja pada unit pembangkit hendaknya menggunakan pelindung

    mata yang khusus dirancang untuk keselamatan kerja. Ada empat jenis

    pelindung mata. Kacamata pengaman, kacamata pelindung terhadap

    bahan-bahan kimia (chemical splash google), kacamata dan pelindung

    wajah.

    2. Perlindungan kepala

    Topi kerja (hard hats) akan memberikan perlindungan terhadap

    beberapa jenis kecelakaan. Hard hats dapat melindungi kepala si

    pekerja terhadap benda-benda jatuh serta lebih tepatnya terhadap

    benturan dengan suatu penghalang / perintang saat bekerja pada

    tempat-tempat sempit, juga melindungi terhadap sengatan listrik jika

    kepalanya menyentuh kawat listrik.

  • 29

    3. Perlindungan kaki

    Pekerja pada unit pembangkit menggunakan sepatu bots dengan ujung

    yang terbuat dari baja untuk melindungi terhadap benda-benda jatuh,

    mencegah pekerja terjatuh pada tempat-tempat yang licin serta solnya

    tahan terhadap minyak.

    4. Perlindungan telinga

    Sumbat telinga (ear plug) dan head sets adalah dua cara yang umum,

    digunakan untuk mencegah kerusakan pada pendengaran. Sumbat

    telinga harus dipakai pada tempat-tempat yang bising.

    5. Perlindungan pernapasan

    Respirator adalah suatu peralatan yang dipakai untuk melindungi

    hidung dan mulut, untuk melindungi pekerja terhadap :

    - Partikel-partikel debu, asbes serta komponen-komponen lain

    yang berterbangan

    - Busa / buih serta gas-gas yang membahayakan

    - Kekurangan udara untuk bernafas

    Ada dua jenis respirator :

    - Filtter mask

    Filter mask dapat melindungi si pemakai terhadap debu,

    partikel-partikel debu, serta komponen yang berterbangan

    - Self-contained breathing device

    Pekerja harus menggunakan respirator tersebut dalam tempat-

    tempat limbahan bahan-bahan kimia yang cukup luas serta

  • 30

    tempat-tempat dimana terdapat bocoran gas yang

    membahayakan.

    6. Perlindungan tangan

    Sarung tangan karet dapat melindungi si pemakai terhadap sengatan

    listrik. Sarung tangan listrik pada tegangan dan arus yang terbatas

    dapat melindunginya.

    2.7 Usaha Pelestarian Waduk

    Keadaan PLTA sangat dipengaruhi oleh kelestarian sumber air waduk.

    Langkah-langkah yang diambil untuk menjaga supaya daerah di sekitar waduk

    tetap terjaga dari kerusakan adalah :

    - Penghijauan serta reboisasi di daerah sekitar waduk

    - Mencegah penggarapan tanah yang mengarah pada terjadinya erosi

    - Membersihkan sampah dan gulma air yang masuk ke perairan waduk

    secara rutin

    - Memberikan penyuluhan bagi para warga supaya tidak memasuki daerah-

    daerah berbahaya di sekitar waduk, penebangan pohon, dan kegiatan

    lainnya

    2.8 Pemantauan Hidrologi, Geoteknik, dan Sedimentasi

    Sistem pengukuran Hidrologi jarak jauh (Hydrological Telemetring

    System) dipasang di sebelah hulu sungai Serayu untuk memonitor curah hujan

    yang dipasang di stasiun di Batur, Pagetan, Tambi, Leksono. Sedangkan untuk

  • 31

    mengetahui debit sungai dipasang beberapa stasiun di Bantarmeneng serta

    beberapa tempat di sekitar waduk. Sistem ini akan dikembangkan untuk

    mengetahui keadaan angin, temperature, penguapan air, dan lain-lain.

    Pengamatan kondisi waduk dan bangunan sipil utama PLTA selalu

    dimonitor, seperti kondisi pengendapan (sedimentasi), perilaku tubuh DAM,

    perubahan bentuk permukaan tanah, dan bangunan sipil utama.

    2.9 Dampak Lingkungan

    Pengamatan suatu proyek besar, selain menimbulkan dampak-dampak

    yang menguntungkan seperti yang telah diperhitungkan pada waktu perencanaan,

    dapat pula menimbulkan dampak yang merugikan.

    Dampak-dampak yang menguntungkan antara lain:

    - Menghasilkan tenaga listrik dan bebas polusi

    - Dapat menghemat bahan bakar minyak

    - Menunjang suksesnya listrik masuk desa

    - Pemerataan pembangunan sampai ke pelosok desa

    - Konservasi air dan memperbaiki lingkungan hidup

    - Menambah daerah wisata dan perikanan

    - Mengendalikan timbulnya bahaya banjir

    - Menyediakan lapangan kerja baru pada waktu pembangunan

    - Membantu penyediaan air irigasi

    - Mamacu perkembangan industri/ perekonomian

    Dampak-dampak yang merugikan terutama disebabkan karena

    tergenangnya lahan yang luas sehingga mengharuskan :

  • 32

    - Perpindahan penduduk dari tempat tinggalnya

    - Hilangnya lahan pertanian

    - Mempengaruhi kehidupan flora dan fauna

    Untuk mengetahui dampak lingkungan yang akan terjadi dan sekaligus

    untuk mempersiapkan langkah-langkah pengamanan terhadap dampak yang

    merugikan, PLTA PB. SOEDIRMAN telah dilengkapi dengan berbagai studi

    masalah lingkungan yaitu :

    7. Survei pendahuluan, studi kelayakan, studi analisa, dampak lingkungan,

    ini dilakukan pada tahap pembangunan

    8. Studi penanggulangan dampak lingkungan, ini dilakukan pada tahap

    pembangunan

    Pada tahap pengoperasian PLTA PB. SOEDIRMAN, pemantauan-

    pemantauan terhadap pengawasan lingkungan di lingkungan dilakukan secara

    terus menerus oleh Seksi Pengawasan Lingkungan Hidup dengan pedoman :

    1. UU No. 4 / 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup

    2. PP No. 29 / 1986 tentang analisa mengenai dampak lingkungan

    Dalam penanggulangan masalah dampak lingkungan tersebut telah terjalin

    hubungan dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait.

  • 33

    BAB III

    SISTEM TENAGA LISTRIK

    3.1 Dasar Teori

    Tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit tenaga listrik.

    Biasanya mereka, terletak jauh dari pusat-pusat beban terdiri dari beban rumah

    tangga, komersil, dan industri. Karenanya listrik didistribusikan melalui sistem

    transmisi dan distribusi ke pusat-pusat beban tersebut.

    Gambar 3.1 Ilustrasi sistem tenaga listrik dari pembangkitan ke konsumen akhir.

    Keseluruhan proses pembangkitan, transmisi dan distribusi ke pusat-pusat

    beban kita sebut sebagai Sistem Tenaga Listrik (STL). Secara umum dapat

    dijabarkan menjadi sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi.

    Gambar 3.2 menunjukkan secara diagram STL di sistem interkoneksi jawa bali.

  • 34

    Besaran listrik dimasing-masing subsistem hanya sekedar ilustrasi, pada sistem

    sesungguhnya mungkin berbeda.

    Gambar 3.2 Diagram sistem tenaga listrik

    Diagram tersebut hanya digunakan untuk menunjukkan perubahan-

    perubahan besaran listrik di masing-masing subsistem.

    3.1.1 Subsistem Pembangkitan

    Ada beberapa sumber tenaga yang dapat digunakan untuk

    menghasilkan tenaga. Batubara, minyak, air, panas bumi dan uranium adalah

    sebagian jenis sumber tenaga yang bisa digunakan untuk menghasilkan

    tenaga. Sumber tenaga menggerakkan turbin air, turbin gas, turbin

    uap dan disambungkan ke suatu generator AC. Generator AC diputar

    oleh turbin untuk mengkonversi daya mekanis ke energi listrik.

    Tegangan listrik di subsistem pembangkitan berada dalam kisaran 11

    s.d 25 kV dan frekuensi sebesar 50 Hz. Pada pembangkit Suralaya dengan

  • 35

    kapasitas daya 3.212 MW menggunakan tegangan pembangkitan sebesar 23

    kV. Pembangkit Mrica, salah satu PLTA di Jawa Tengah menggunakan

    tegangan pembangkitan 13,8 kV dan pembangkit Kamojang yang merupakan

    salah satu PLTP di Indonesia menggunakan tegangan pembangkitan 11,8 kV.

    Gambar 3.3 Ilustrasi PLTA

    Generator AC bekerja sesuai dengan teori induksi

    elektromagnetis. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa ketika

    konduktor bergerak dalam suatu medan magnet maka tegangan induksi

    akan dihasilkan. Secara umum generator terdiri dari medan magnet,

    dinamo, cincin geser, sikat-sikat, dan beberapa tipe hambatan.

    3.1.2 Subsistem Transmisi

    Fungsi dari generator di subsistem pembangkitan hanya sebatas

    mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Agar lebih bermanfaat maka

    energi tersebut harus didistribusikan kepada pelanggan-pelanggan melalui

    .

  • 36

    jalur transmisi. Hal ini memungkinkan daya yang dihasilkan pada suatu lokasi

    pembangkit dapat digunakan setiap saat pada lokasi lain yang berjarak beribu

    kilometer jauhnya. Pentransmisian energi listrik dalam jumlah yang sangat

    besar melalui jarak yang sangat jauh paling efisien dilakukan dengan cara

    meningkatkan tegangan dan mengurangi arus pada saat yang bersamaan. Hal

    ini perlu untuk memperkecil energi yang hilang menjadi panas di jalur

    transmisi, selain mengurangi biaya lain yang terkait dengan penurunan arus,

    seperti konstruksi tower dan biaya konduktor.

    Gambar 3.4 Ilustrasi sistem transmisi

    Untuk meningkatkan tegangan subsistem pembangkitan dengan

    tegangan menengah ke tegangan transmisi yang bertegangan tinggi digunakan

    transformator. Transformator dimaksud adalah transformator berjenis step up.

    Ada beberapa pembatas tertentu dalam menggunakan sistem

    transmisi tegangan tinggi. Semakin tinggi tegangan yang ditransmisikan

    maka semakin sulit dan mahal untuk mengisolasi dengan aman antar

  • 37

    kawat saluran, juga antara kawat saluran ke tanah. Karena alasan itu pada

    sistem tegangan tinggi umunmya dikurangi secara bertahap selama tegangan

    tersebut menuju ke daerah penggunaan akhir. Pada sistem interkoneksi Jawa

    Bali digunakan tegangan transmisi sebesar 150 kV dan 500 kV dan

    frekuensi 50 Hz. Sebagai gambaran PLTA Mrica yang menghasilkan

    tegangan pembangkitan sebesar 13,8 kV, tegangannya dinaikkan ke

    tegangan transmisi 150 kV. PLTU Suralaya dengan tegangan

    pembangkitan sebesar 23 kV, tegangannya dinaikkan ke tegangan transmisi

    sebesar 500 kV.

    3.1.3 Subsistem Distribusi

    Tenaga yang dihasilkan pembangkit dan telah ditransmisikan belum

    dapat secara langsung digunakan oleh konsumen. Pada sisi ini tegangan

    diturunkan dari tegangan transmisi 150 kV maupun 500 kV menjadi tegangan

    distribusi sebesar 20 kV. Proses penurunan tegangan menggunakan

    tranformator step down, proses ini dilakukan di gardu induk. Selanjutnya

    tegangan listrik diturunkan kembali dari 20 kV menjadi 380/220 volt yang

    akan digunakan oleh konsumen.

    Pada beberapa konsumen industri mungkin saja tidak menggunakan

    tegangan 380/220 volt. Disini akan disediakan trasformator khusus untuk

    pelanggan industri. Hal ini karena beberapa mesin mereka menggunakan

    tegangan 6000 volt.

  • 38

    Gambar 3.5 Ilustrasi sistem distribusi

    Tenaga listrik dibeli dari perusahaan pembangkit listrik, masuk ke

    rumah-rumah melalui sebuah meteran dan sambungkan ke suatu pusat

    beban. Pelayanan residensial dapat datang dari trafo tambahan baik yang

    terpasang pada pusat beban maupun yang ditanam dalam tanah.

    Gambar 3.6 Ilustrasi saluran ke rumah

    3.1.4 Pengamanan Sistem Daya

    Grounding (Pentanahan) adalah salah satu aspek penting dalam sistem

    distribusi listrik. Ini bertujuan untuk melindungi makhluk hidup dari bahaya

  • 39

    sengatan listrik dan harta benda dari kerusakan.

    Lightning Arester (Pengalih/ pengantar petir) berhubungan dengan

    penangkal Surja/sentakan, efektif saat ada bahaya sambaran petir atau surja

    tegangan. Pengalihan petir bekerja dengan prisip celah loncatan bunga api,

    seperti busi path mobil. Satu sisi dari penangkal itu dihubungkan ke tanah, sisi

    yang lain dihubungkan ke kawat yang dilindungi.

    Rele Overcurrent (rele arus lebih) digunakan untuk melindungi sistem

    dari arus beban lebih maupun arus hubung singkat. Arus beban lebih adalah

    arus yang melebihi arus operasi normal. Sedangkan arus hubung singkat

    adalah arus yang disebabkan terjadinya hubung singkat pada jalur penghantar,

    bisa hubung singkat dengan tanah maupun antar saluran. Beban lebih biasanya

    disebabkan oleh surja arus dalam waktu singkat (yang tidak berbahaya)

    misalnya ketika motor distart atau transformator diberi tenaga. Arus beban

    lebih atau transien seperti itu adalah kejadian yang umum. Selang waktu

    berlangsungnya arus tersebut sangat singkat, kenaikan suhu sangat kecil dan

    tidak ada efek yang merusakkan pada komponen rangkaian (perlu alat proaktif

    dan tidak bereaksi pada beban lebih).

    Beban lebih yang terus-menerus dapat diakibatkan oleh motor rusak,

    peralatan dibebani lebih atau terlalu banyak beban pada satu rangkaian. Beban

    lebih terus-menerus seperti itu merusakkan dan harus dihentikan oleh alat

    pelindung sebelum merusakkan jaringan distribusi atau beban sistem.

    Meskipun arus itu relatif rendah magnitudonya dibanding dengan arus

    hubungan singkat, menghilangkan arus beban lebih dalam beberapa detik

  • 40

    umumnya akan mencegah kerusakan alat. Pelindung arus lebih adalah hal

    penting untuk operasi yang aman bagi semua sistem distribusi bertegangan

    sedang dan tegangan tinggi yang digunakan pada pabrik industri. Sekering

    adalah pelindung arus lebih yang dapat dipercaya.

    Penghubung yang dapat meleleh atau penghubung yang dimasukkan

    dalam tabung dan dihubungkan dengan terminal kontak merupakan elemen

    pokok sekering sederhana. Tahanan listrik sambungan itu demikian rendah

    sehingga bertindak sebagai penghantar dengan mudah tetapi ketika terjadi arus

    yang dapat menghancurkan, sambungan akan meleleh dengan sangat cepat

    dan membuka rangkaian untuk melindungi penghantar dan komponen

    rangkaian yang lain serta beban. Meskipun mempunyai sifat istimewa seperti

    itu, sekering tidak dimungkinkan untuk digunakan sebagai alat pemutus

    rangkaian. Pemilihan sekering untuk instalasi khusus harus memenuhi

    persyaratan frekuensi, tegangan dan arus yang sudah ditetapkan sebelumnya.

    Tersedia sekering baik untuk sistem frekuensi 25 sampai dengan 60 Hz.

    Batas tegangan kerja (rating) untuk sekering adalah tegangan tertinggi

    dimana sekering dirancang untuk memutuskan arus dengan aman (sekering

    dapat digunakan pada setiap tegangan sama atau lebih rendah dan tegangan

    kerja tanpa mempengaruhi karakteristik kerjanya).

    Circuit Breaker-CB (Pemutus rangkaian) adalah saklar yang secara

    otomatis membuka/ memutus rangkaian listrik ketika terjadi kondisi beban

    lebih. Seperti pada peralatan yang lain. Pemutus rangkaian tersedia dalam

    beberapa rating tegangan yaitu, tegangan rendah, sedang dan tinggi. Pemutus

    tegangan rendah umumnya dioperasikan di udara bebas sehingga tidak

  • 41

    perlu pemutus busur api, karena busur api dapat padam dengan sendirinya

    oleh isolasi udara. Sedangkan untuk tegangan tinggi busur api tidak bisa

    mati tanpa pemadam. Pemadaman busur api pada CB dengan tegangan

    tinggi dapat dilakukan dengan, hembusan udara, minyak, vakum dan gas

    SF6. Pada CB minyak, kontak-kontak dicelupkan di dalam minyak

    yang ditempatkan pada tangki logam. Sebagai pengganti pemadaman di

    dalam minyak pancaran bunga api dan CB dihembuskan. Pemutus

    dapat dibuka atau ditutup dengan pengungkit yang hembusan udara

    dipadamkan oleh udara yang dioperasikan dengan tangan atau secara

    otomatis.

    Gambar 3.7 Peredam Busur Api dengan media keramik

    3.1.5 Sistem Darurat

    Apabila daya pada sistem listrik terganggu, kondisi yang mengganggu

    atau membahayakan aktivitas operasional produksi bisa terjadi. Misalnya

  • 42

    penerangan meja operasi di suatu rumah sakit, pelayanan online suatu bank

    dan lain-lain. Gangguan daya pada industri dapat mengakibatkan terancamnya

    jiwa, hilangnya data yang penting dan berhentinya sistem kendali. Untuk

    kepentingan mengatasi terganggunya penyaluran daya maka

    diperlukan suplai listrik darurat. Tidak semua kebutuhan listrik dapat

    ditangani oleh sistem darurat. Hanya hal-hal penting yang mungkin

    ditangani, misalnya, alat bantu kehidupan di rumah sakit, sistem kendali,

    penerangan darurat, mesin server dan lain-lain. Untuk kepentingan ini

    biasanya digunakan UPS.

    Untuk menangani daya besar beberapa perusahaan dapat

    mempersiapkan Generator Standbay. Perlu dicatat bahwa generator ini

    tidak bisa seketika melayani begitu listrik PLN terganggu. Sehingga perlu

    didesain proses transisinya.

    3.2 Generator

    Generator berfungsi sebagai pembangkit daya yang secara yaitu merubah

    daya mekanik menjadi daya listrik. Besarnya daya listrik yang akan dibangkitkan

    disesuaikan dengan jenis pembangkit yang ada dan jenis generator. Pada pusat

    pembangkit listrik yang besar dan kapasitas beban yang cenderung bertambah

    untuk kurun waktu tertentu seperti PLTA Mrica, umumnya sistem pembangkit

    memakai unit-unit generator untuk memenuhi dan pelayanan kontinuitas.

    Kemajuan dibidang piranti semikonduktor memberikan sumbangan besar dalam

    menciptakan peralatan-peralatan Bantu utama generator dan exiter regulasi

    tegangan/ daya ke beban.

  • 43

    Gambar 3.8 Generator pembangkit listrik tenaga air

    3.2.1 Generator Sinkron

    Karakteristik mesin-mesin sinkron mempunyai pengaruh terhadap

    sistem daya kontruksi rotor yang sedemikian rupa. Pada mesin sinkron adalah

    cocok untuk menghasilkan daya dengan putaran yang tinggi. Kemudahan-

    kemudahan lainnya seperti kemampuan performan untuk beroperasi secara

    serempak dengan unit-unit pembangkitan yang lain adalah cerita pemilihan

    salah satu jenis pembangkitan menggunakan generator sinkron.

    3.2.2 Prinsip Kerja Generator

    Tegangan yang dibangkitkan pada generator sinkron berdasarkan

    prinsip kerja induksi elektromagnetik. Putaran rotor generator dalam medan

    magnet listrik akan menimbulkan fluks magnet yang berputar. Putaran motor

    akan menimbulkan tegangan imbas pada kawat gulungan stator. Pada

    generator sistem daya lebih dari 80 MW terjadi sebaliknya yaitu kumparan

  • 44

    medannya berada pada lilitan jangkar, pada pembangkit berdaya besar tidak

    memerlukan peralatan komutator, akan tetapi langsung pada bagian yang

    diam.

    3.2.3 Bagian dan Konstruksi Generator

    Pada generator terdapat bagian-bagian yang penting, diantara lain :

    1. Rangka Stator, dibuat dari elemen-elemen pada baja yang menempel

    kuat pada pondasi rumah pembangkit. Pemasangan tersebut bertujuan

    untuk menjaga kondisi agar tetap dan tidak bergeser bila terjadi

    getaran/ gangguan.

    2. Inti Stator, terbuat dari pelat-pelat baja yang disusun secara berlapis-

    lapis dengan ketebalan 0.35 mm s/d 0.5 mm. Kedua sisi pelat

    tersebut diiisolasi dengan vermis tahan panas dan diikat kuat pada

    rangka stator pengungsi sambungan.

    Tujuan dari penyusunan pelat baja secara belapis-lapis adalah untuk

    mengurangi rugi - rugi histeritis akibat panas dan arus eddy. Pada

    sekeliling inti stator bagian dalam dilengkapi dengan alur sebagai

    tempat kedudukan hantaran/ belitan stator. Pada setiap ketebalan 50

    s/d 60 mm, lapisan tersebut diberi celah udara sebagai pemindahan

    udara panas dan untuk mengurangi bunyi yang diakibatkan oleh

    putaran rotor. Alur inti stator dibentuk dengan sistem berbuku-buku.

    3. Kumparan Stator, dipasang dalam gabungan bintang dan disusun pada

    slot terbuka dengan dua sisi kumparan terletak pada alur stator.

  • 45

    Kumparan dibuat dari bahan tembaga dengan kualitas serta

    konduktifitas yang tinggi. Setiap untai dari kawat konduktor diisolasi

    dengan benang dan diperkuat memakai thermosetting dammar epaxy.

    Selanjutnya dilakukan pengikatan untuk lebih memperkokoh

    kedudukan posisi kumparan.

    Kumparan dimasukan ke setiap alur dengan pemanasan dan kompresi

    sehingga dama epoxy mengisi seluruh celah-celah dua alur, selanjutnya

    menjadikan kawat-kawat tersebut menjadi kaku dan kuat.

    4. Rotor, tersusun dari lempengan pelat baja pejal dengan ketebalan 3.2

    s/d 6 mm. Penyusunan dilakukan secara berlapis-lapis seperti halnya

    pada lempengan stator bertujuan untuk memperkecil rugi-rugi inti

    yang diakibatkan karena adanya arus eddy. Lingkaran rotor merupakan

    bentuk yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap sambungan dari

    setiap lapisan satu per satu membentuk sebuah jaringn yang

    berkeliling. Inti rotor dilengkapi dengan sebuah katup yang masing-

    masing dililitkan kumparan medan. Lapisan kumparan disekat dengan

    bahan isolasi kelas F yang tahan terhadap panas tinggi serta mampu

    menahan gaya sentrifugal pada saat rotor berputar.

    5. Kumparan Medan dan Kumparan Peredam, fungsi kumparan medan

    adalah untuk mmperkuat medan magnet pada kutup-kutup magnet.

    Sehingga pada rotor terjadi pemotongan fluks listrik yang akan mampu

    menginduksikan tegangan pada tegangan stator. Kumparan peredam

    terletak pada ujung-ujung sepatu kutup, serta diletakan pada alur-alur

  • 46

    yang telah disediakan. Dibuat dari bahan tembaga yang ujung-

    ujungnya dihubung singkat dengan sebuah ring tembaga.

    Adapun fungsi kumparan peredam adalah sebagai berikut :

    a. mencegah ayunan goncangan putaran seketika,

    b. memperbaiki stabilitas system,

    c. meredam frekuensi harmonis yang lebih tinggi dari tegangan waktu

    hubung singkat,

    d. menambah kecepatan karena terjadi hubungan antara fluksi listrik

    yang dibangkitkan dengan torque putaran. Dengan demikian dapat

    mengurangi gangguan sistem.

    6. Rumah Generator, rumah generator terbuat dari lembaran bahan yang

    ditopang dengan ruji-ruji yang berbentuk tabung. Rumah generator

    berfungsi untuk meliundungi generator dari lingkungan yang kurang

    menguntungkan, seperti debu, air maupun dari gangguan yang bersifat

    mekanis lainnya. Oleh karena itu dibuat sekuat dan serapat mungkin

    disamping sebagai pendingin.

    3.2.4 Pengaturan Tegangan Otomatis

    Penyesuaian tegangan terminal generator akibat perubahan beban

    memerlukan waktu yang cukup lama, dengan bantuan pengaturan secara

    otomatis hal tersebut dapat segera ditanggulangi. Sistem pengaturan secara

    otomatis dengan cepat dapat memberikan respon terhadap deviasi tegangan

    juga harga tegangan referensi. Perbedaan tegangan tersebut segera ditanggapi

  • 47

    oleh peralatan kontrol untuk mengubah besarnya arus medan. Hal tersebut

    berlangsung secara loop tertutup/ umpan balik.

    Adapun pengaturan tersebut bertujuan untuk :

    1. mengontrol tegangan pada kondisi normal agar tetap stabil,

    2. mempertinggi kapasitas pemuat saluran tanpa beban dengan

    pengontrolan eksitansi sendiri,

    3. menekan kenaikan tegangan pada saat terjadi pembuangan beban,

    4. penyesuaian pada saat generator start yang akan beroperasi secara

    paralel dengan unit pembangkit lain.

    3.3 Rele-rele

    Rele-rele perlindungan ASEA termasuk sistem COMBFLEX yang artinya

    mempunyai syarat-syarat :

    1. Fleksibilitas tinggi-mudah mengadaptasi untuk keperluan praktis.

    2. Mudah dimodifikasi dalam perkembangannya.

    3. Sebelum pemasangan peralatan, rele diuji pada kontak cubicle.

    4. Rele-rele dengan konsumsi rendah dipasang pada rangkaian

    pengukuran yang mempunyai arus efek saturasi.

    5. Jumla suku cadang disesuaikan penggunaan tipenya pada rele proteksi.

    Rele proteksi dilengkapi dengan kontak pemutus dan lampu indikasi.

    Kontak-kontak pemutus ditempatkan pada cubicle rele proteksi tersusun dari 3

    kontak dengan lengan-lengan kontak magnetis. Lampu-lampu indikasi pada rele-

    rele dan alarm dipakai untuk mendeteksi arus/ sinyal dari keaadaan tak normal.

  • 48

    Pada saat ada gangguan kontak-kontak rele menerima sinyal/ energi hingga

    menyebabkan kontak menutup dan memerintahkan CB untuk trip. Kontak rele

    menutup dengan kecepatan 3,5 ms.

    Rele-rele proteksi generator untuk melindungi bagian-bagian generator,

    maka peralatan CB dilengkapi dengan rele-rele proteksi. Macam-macam rele

    proteksi pada generator sebagai berikut :

    1. Proteksi stator dari gangguan ke tanah,

    2. proteksi rotor dari gangguan ke tanah,

    3. proteksi hubung singkat antar fasa,

    4. proteksi paas karena beban lebih,

    5. rele proteksi arus urutan negatif,

    6. proteksi rugi-rugi eksitasi,

    7. rele proteksi eksitasi lebih,

    8. rele proteksi tegangan lebih,

    9. rele arus shaft,

    10. rele frekuensi,

    11. rele proteksi daya balik,

    12. rele proteksi generator karena mesin mati,

    13. rele kepekaan generator,

    14. rele monitor kecepatan,

    15. rele monitor temperatur

    Rele proteksi pada generator yang dibahas adalah rele overvoltage dan rele

    differensial.

  • 49

    3.3.1 Rele Overvoltage

    Rele overvoltage atau tegangan lebih berfungsi untuk mendeteksi

    tegangan yang melebihi setelannya dengan membandingkan nilai setelan

    dengan pengukuran tegangan dari fasa ke fasa. Rele tegangan lebih bekerja

    pada rangkaian sekunder sebuah trafo tegangan, dimana terminal sekundernya

    memiliki tegangan nominal sebesar 100 Volt atau 110 Volt. Untuk

    perbandingan ratio, primernya dipasang pada sisi 13,8 kV terminal generator.

    Rele tegangan lebih juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya malfunction

    AVR-Automatic Voltage Regulator (gangguan fungsi berupa kegagalan kerja

    AVR) dari generator itu sendiri.

    Gambar 3.9 Rele Overvoltage ABB (ASEA BROWN BOVERI)

    Kegagalan kerja AVR yaitu ketika AVR tidak mampu mengikuti

    perubahan kehilangan beban secara mendadak, dari kondisi mesin yang

    normal beban penuh dengan pengaturan tegangan generator supaya berada

    pada batas-batas yang telah ditentukan, atau karena penyebab lain sehingga

  • 50

    tegangan generator naik melebihi nilai nominalnya. Jadi tegangan lebih dapat

    terjadi karena 2 faktor penting, yaitu

    1. Kegagalan kerja atau malfunction AVR

    2. Terjadinya lepas beban atau Load Rejection secara tiba-tiba

    Untuk nilai tegangan nominal, bisa diambil dari sisi sekunder pada trafo

    tegangan. Setelan tegangan untuk rele tegangan lebih :

    115% x Vn = 115% x 100 V =115 V

    Rated tegangan operasi = 13,8 kV, maka 115% x 13,8k V =15,9 kV

    15,9 kV merupakan maksimum tegangan kerja yang diamankan terhadap

    operasi peralatan agar tidak terjadi tegangan lebih akibat kegagalan kerja AVR

    dengan waktu tunda 2 detik. Pemilihan setelan 115 % dilakukan dengan

    pertimbangan :

    1. Standar operasional peralatan adalah 10 %, yaitu ketika operasi naik

    10 % maka proteksi akan turun sebesar 20 %.

    2. Pada kondisi normal dapat terjadi thermal stress, insulation stress atau

    dynamic stress.

    Apabila rele tegangan lebih mendeteksi adanya tegangan lebih hingga

    melampaui nilai penyetelan, maka rele akan memberikan sinyal indikasi

    kepada komputer yang kemudian menghidupkan sinyal trip pada PMT-

    Pemutus Tenaga. Jika proteksi gagal mengantisipasi tegangan yang berlebihan

    pada generator, maka akan terjadi kerusakan isolasi belitan stator. Sebagai

    contoh sebuah rele dengan nilai setelan 115 V dan tegangan nominal sistem

  • 51

    sebesar 100 V. Jika pada sistem tersebut terdapat gangguan yang

    mengakibatkan kenaikan tegangan yang mencapai 10 %, yaitu sekitar 120 V

    selama 1 detik. Maka rele akan langsung merasakan gangguan dan

    memberikan tanggapan dengan cara mengerjakan kontak sesuai nilai pick up

    setelan sebesar 115 V. Tetapi setelah tegangan sistem kembali normal menjadi

    100 V, rele tersebut tidak membuka lagi kontaknya. Rele ini akan kembali

    membuka kontaknya jika tegangan system berada pada level 90 V. Hal ini

    dikarenakan setelah rele mengalami kenaikan operasi sebesar 10 % dari nilai

    setelan, keandalan proteksi rele akan turun sebesar 20 %. Jadi persentase

    keandalan rele ini bisa dihitung :

    Karena keandalan rele sudah dibawah 80 %, bisa dikatakan rele ini sudah

    tidak layak pakai. Apabila terlalu dipaksakan dan tidak ada penggantian. Maka

    generator akan terlalu sensitif terhadap gangguan yang berakibat pada trip

    unit. Sehingga mengurangi keandalan pelayanan sistem tenaga listrik.

    Keandalan rele mempunyai nilai prosentase persamaan sebagai berikut :

    Nilai drop out X 100 % = Harus lebih besar dari 80 % dari nilai pick

    up-nya.

    Untuk membedakan antara terjadinya overvoltage dan overfluxing,

    maka dapat dilihat dua kondisi berikut :

    Misal, suatu kondisi operasi dengan Tegangan Nominal (Vn) besarnya 100 V

    dan Frekuensi sebesar 50 Hz.

  • 52

    1. Ketika AVR mengalami kegagalan bekerja yang ditandai dengan

    kenaikan tegangan sementara governor bekerja yang ditandai dengan

    kenaikan tegangan, sementara governor bekerja dengan frekuensi tetap

    50 Hz, maka terjadi overvoltage dengan setelan 115 %.

    = 1,1 pu (terjadi perubahan per unit)

    2. Ketika AVR bekerja dengan baik tegangan tetap 100 V, tetapi

    governor mengalami kerusakan yang ditandai dengan turunnya

    frekuensi, misal menjadi 45 Hz, maka terjadi kondisi overfluxing.

    (terjadi perubahan per unit)

    Jadi ketika AVR gagal bekerja tetapi governor mampu

    mempertahankan frekuensi, maka terjadi overvoltage. Sedangkan ketika

    governor rusak, maka terjadi overfluxing. Tetapi pada PLTA PB Soedirman,

    pengaman terhadap overfluxing tidak digunakan.

    Rele tegangan lebih dengan waktu tunda terdiri dari beberapa versi.

    Versi dasarnya meliputi RTXP 18 test switch dan RXEG 21. Versi lain juga

    meliputi RXME 1, RXME 18 atau RXMH 2 Heavy-duty trip rele atau RXSF 1

    medium-duty trip target delay. RXME 18, RXME 2 dan RXSF 1 mempunyai

    target pengindikasian merah. Versi dengan penundaan waktu meliputi Time-

    delay tipe RXKE 1 dengan setelan thumbwheel.

  • 53

    Gambar 3.10 Line diagram rele overvoltage

    A. Prinsip Kerja

    Rele tegangan lebih bekerja dengan prinsip mengukur besaran

    tegangan yang dideteksi oleh kumparan sekunder trafo tegangan. Besaran

    tegangan yang dideteksi tersebut akan dibandingkan dengan harga

    penyetelan rele. Apabila besaran tegangan yang dideteksi melampaui batas

    harga penyetelan, maka rele akan memberikan sinyal start pada timer untuk

    mulai menghitung waktu sesuai waktu tunda. Setelah melampauin waktu

    tunda tersebut, rele akan memberikan sinyal trip dan PMT akan trip untuk

    mengisolasi pembangkit dari gangguan yang terjadi.

    B. Data Teknis Rele Tegangan Lebih

    Tipe : RXEG 21

    Tipe Time Lag Rele : RXKE 1

  • 54

    Jenis : Statik

    Total Range Skala : 5 480 V

    Indikator : Target

    Waktu operasi pada tegangan seketika berubah dari 0 ke

    1,1 x (1,3x) nilai set : 30 ms

    2,5 x (3x) nilai set : 2 ms

    Reset ratio : > 97%

    Reset waktu pada tegangan seketika berubah ke 0 dari

    1,1 x (1,3x) nilai set : 55 ms

    Konsistensi nilai operasi dari setelan tertinggi : 1/ 3%

    Perubahan operasi tegangan : 3%

    Pada perubahan frekuensi (dengan range frekuensi 45 50 Hz)

    Perubahan per suhu : < - 0,17%

    Ambient Temperatur yang diijinkan : - 25 ke + 55

    Range tegangan : 80 240 V

    Range waktu : 20 ms 99 s

    Buatan : ASEA Generation, Swedia

  • 55

    3.3.2 Rele Differensial

    Rele differensial merupakan pengaman utama generator (belitan stator)

    yang berfungsi melindungi generator dari gangguan hubung singkat antar fasa,

    maupun hubung singkat antara fasa dengan tanah.

    Gambar 3.11 Rele Differensial SIEMENS

    Rele ini adalah Rele High Impedance Circulating Current karena

    sistem pentanahan generator menggunakan sistem resistance ground dengan

    resistansi sebesar 848 ohm sehingga arus yang mengalir akan relatif kecil.

    Karena sistem pentanahan sisi netral generator dengan resistansi tinggi, maka

    rele harus sensitif terhadap arus gangguan yang kecil sekalipun. Rele proteksi

    differensial generator yang digunakan adalah tipe RADHA . Sensor rele ini

    adalah sepasang trafo arus atau Current Transformer yang dipasang pada

    kedua sisi belitan stator, yaitu yang satu pada sisi netral generator yang

    diketanahkan sedangkan lainnya pada sisi keluaran kumparan stator.

  • 56

    A. Prinsip Kerja

    Prinsip kerjanya membandingkan dua buah besaran arus secara

    vektoris yang dideteksi oleh sepasang trafo arus yang dipasang pada kedua

    belah sisi kumparan stator sebagai pembatas daerah pengamanannya.

    Gambar 3.12 Diagram rele differensial Diferensial dasar (Tidak ada gangguan

    pada beban)

    Arah arus I1 & I2 berlawanan arah dengan i1 & i2. Selama terjadi arus

    sirkulasi pada kondisi normal atau tidak ada gangguan dari luar generator (i1

    berlawanan arah dengan i2) i1 - i2, maka tidak ada arus yang mengalir pada

    rele i = 0. Sedangkan jika terjadi gangguan diluar generator maka i1 & i2

    searah (i1+i2) I 0, menyebabkan adanya arus yang mengalir pada rele dan

    rele tersebut akan bekerja dalam waktu kerjanya.

  • 57

    Gambar 3.13 Diagram Rele differensial Diferensial dasar (Ada gangguan pada

    beban)

    Rele ini mempunyai waktu kerja instantaneous, artinya pada waktu ada

    gangguan diluar generator, maka rele tersebut akan bekerja pada waktu itu

    juga. Tetapi memiliki waktu kerja beberapa mili detik. Jika rele ini bekerja,

    maka akan memberikan sinyal ke komputer dan sinyal trip ke PMT Generator

    tanpa waktu tunda atau Instantaneous, tetapi jika rele ini gagal bekerja akan

    berakibat kerusakan pada belitan stator termasuk inti besinya.

    B. Daftar Teknis Rele Differensial Terpasang

    1. Jenis : Instant

    2. Pabrik : ASEA

    3. Type : RADHA

    4. Ratio CT : 3000/5 A

    5. No. seri : RK646009A

    6. Setelan : 60 V

  • 58

    C. Line Diagram Rele Differensial

    Gambar 3.14 Line diagram rele differensial

  • 59

    BAB IV

    PENGUJIAN dan PENYETELAN RELE OVERVOLTAGE

    SERTA ANALISA KEGAGALAN RELE PROTEKSI

    4.1 Pengujian Rele Overvoltage

    Pengujian rele tegangan lebih dilakukan rutin setahun sekali, hal ini

    bertujuan untuk mengetahui masih layak atau tidaknya rele tersebut. Penyetelan

    rele ini dilakukan dengan cara menginjeksikan 2 kondisi tegangan, yaitu 20 volt

    dan 115 volt. Dibawah ini adalah hasil pengujian terhadap rele overvoltage.

    Tabel 4.1 Hasil pengujian pada saat 20 volt

  • 60

    Tabel 4.2 Hasil pengujian pada saat 115 volt

    Nilai operasi rele tegangan lebih tipe RXEG 21 berdasarkan ASEA Buyers

    adalah 3% dari nilai setelan. Nilai Pick up untuk setelan 20 V dan 115 V

    sebagai berikut :

    20 V (3% x 20 V) => 19,4 V 20,6 V

    115 V (3% x 115 V) => 111,55 V 118,45 V

    Keterangan: Setelan yang dipakai di PLTA PB Soedirman adalah 115 V, maka

    nilai Pick up berada di kisaran 111,5 V 118,45 V.

  • 61

    Nilai Reset operasinya adalah 97% x nilai pick up :

    97% x 111,55 V = 108,2035 V

    97% x 118,45 V = 114,8965 V

    Keterangan: Dengan nilai pick-up di kisaran 111,5 V 118,45 V maka nilai reset

    berada di 108,2 V 114,8 V.

    Dari data hasil pengujian, didapatkan data sebagai berikut:

    Nilai pick-up = 114,9 V

    Nilai reset = 113,2 V

    Persentase nilai reset = x 100 % = 98,52 % ( 97%)

    Nilai pick-up dan nilai reset masih berada dalam standar operasi yang telah

    ditentukan. Maka dapat disimpulkan bahwa rele dalam keadaan baik.

    Nilai operasi time delay dengan time lag rele tipe RXKE 1 berdasarkan

    ASEA Buyers adalah 3% nilai setelan + 17 ms. Nilai operasi waktu untuk nilai

    setelan :

    1,35 s berada dikisaran 1,279 s 1,321 s

    2,0 s berada dikisaran 1,977 s 2,023 s

    Nilai setelan yang digunakan di PLTA PB Soedirman adalah 2 s, sehingga waktu

    tunda operasi berkisar 1,977 s 2,023 s. Dari hasil pengujian didapat waktu

    operasi 2,006 s, maka dapat disimpulkan time lag rele masih dalam keadaan baik.

  • 62

    4.2 Analisa Kegagalan Rele Proteksi

    Dalam hal ini hanya membahas tentang analisa kegagalan dari sistem rele

    proteksi, bukan menganalisa sumber, lokasi atau penyebab gangguan. Untuk

    menganalisa hal tersebut perlu memahami dan mengerti bahwa rele proteksi tidak

    berdiri sendiri. Kegagalan suatu sistem rele proteksi dapat dimungkinkan oleh

    kegagalan dari salah satu perangkat proteksi berikut ini :

    a. Rele proteksi.

    Rele proteksi bertugas menerima besaran-besaran arus, dan atau tegangan,

    frekuensi dan lain-lainnya. Adanya ketidaknormalan masukan besaran-

    besaran listrik yang melampaui batas setelan akan memberikan sinyal pada

    alarm yang menyebabkan alarm tersebut berbunyi dan melepas PMT/ PMB,

    yang mana akan mengisolir gangguan atau peralatan yang terganggu.

    Pada dasarnya kegagalan yang umumnya terjadi pada rele proteksi itu

    sendiri disebabkan oleh :

    1. Bekerja tetapi salah (false operation)

    False operation dapat dipisahkan menjadai dua keadaan, yaitu :

    Dalam kondisi gangguan, rele proteksi yang seharusnya tidak

    bekerja , tetapi ia bekerja (tidak selektif).

    Dalam kondisi tidak terjadi gangguan, tetapi rele proteksi bekerja

    (tidak andal).

  • 63

    2. Gagal bekerja ( fail to trip )

    Dalam kondisi gangguan, rele proteksi tidak bekerja dan tidak

    memutuskan PMT/PMB nya (tidak sensitif).

    Dalam kondisi gangguan, sistem rele proteksi bekerja tetapi tidak

    memutuskan PMT/PMB nya (tidak andal). Namun yang terakhir

    ini kemungkinan gangguan lebih kepada kegagalan perangkat

    lainnya.

    Kemungkinan gangguan yang terjadi pada rele proteksi dan

    menyebabkan rele proteksi tidak berfungsi sebagaimana mestinya

    antara lain disebabkan oleh :

    1. Karakteristik rele sudah berubah.

    2. Kerusakan/ gangguan pada komponen-komponen rele.

    3. Kesalahan posisi setelan.

    4. Hilangnya catu daya.

    b. Trafo tegangan dan trafo arus

    PT (Potential Transformer) dan CT (Current Transformer) dalam suatu

    rangkaian proteksi berfungsi memonitor besaran-besaran arus, tegangan,

    daya dan frekuensi untuk dikirim sebagai masukkan ke rele proteksi.

    Adanya ketidaknormalan nilai masukkan akibat adanya kerusakan atau

    kelainan pada PT dan CT diikuti dengan adanya gangguan dapat berakibat

    kegagalan kerja rele proteksi. Kerusakan yang mungkin terjadi adalah :

    1. Pada PT

    Ratio antara tegangan primer dan sekunder telah berubah.

  • 64

    Pengaman lebur sisi sekunder putus.

    Putus atau hubung singkat gulungan primer atau sekunder.

    2. Pada CT

    Ratio antara arus primer dan sekunder telah berubah.

    Putus atau hubung singkat pada belitan sekunder.

    Kesalahan penggunaan tap ratio.

    Gambar 4.1 Salah satu Transformator Arus di PLTA PB Soedirman

    c. Pengawatan/ wiring.

    Pengawatan/ wiring berfungsi menyalurkan atau meneruskan besaran-

    besaran sinyal listrik dari perangkat proteksi yang satu ke perangkat proteksi

    lainnya. Kerusakan atau kelainan pada sistem pengawatan dapat berakibat

  • 65

    gagalnya fungsi proteksi. Kerusakan/ kelainan pada sistem pengawatan

    antara lain :

    Putus.

    Lepas pada sambungan atau terminal.

    Hubung singkat atau hubung tanah.

    Kontak longgar.

    d. Sumber daya arus searah (dc battery system).

    Sumber daya arus searah berfungsi menyediakan tenaga untuk kerja PMT.

    Kerja rele proteksi tidak ada artinya apabila di sisi lain terjadi kegagalan

    kerja PMT untuk mengisolir gangguan karena adanya kelainan atau

    ketidaknormalan. Pada sumber daya dc pada umumnya tidak tersedianya

    atau sudah tidak tersimpan lagi daya (Ah-nya) dapat disebabkan oleh :

    Trip atau rusaknya alat pengisi baterai dalam waktu lama tanpa diketahui

    sebelumnya.

    Berat Jenis larutan sudah tidak memenuhi syarat.

    Lepas atau trip-nya sakelar utama atau sakelar pembagi di panel bagi.

    e. PMT atau PMB.

    PMT/ PMB (Pemutus Tenaga/ Pemutus Beban) adalah perangkat atau

    bagian dari sistem proteksi yang berfungsi mengisolasi atau memutuskan

    gangguan atau peralatan yang terganggu. Kelainan atau kerusakan yang

    terjadi pada PMT/ PMB adalah :

    Tidak bekerjanya kumparan pelepas (tripping coil).

    Kerusakan pada sistem penggerak mekanis (hidraulik, pneumatik,

    pegas).

  • 66

    Gambar 4.2 PMT dari Generator ke Trafo Step Up

    Jika sistem perangkat proteksi diidentikan sebagai indera manusia, maka

    rele proteksi sebagai otaknya, CT/ PT sebagai matanya, pengawatan sebagai

    urat-urat nadinya, baterai sebagai tenaganya dan PMT/ PMB sebagai kaki

    tangannya. Dapat dibayangkan apabila salah satu perangkat ini gagal

    berfungsi, maka tujuan atau sasaran yang diinginkan tidak mungkin tercapai.

    f. Indikator

    Yang dimaksud indikator adalah suatu indikasi kerja rele proteksi. Indikator-

    indikator operasi yang ada pada rele proteksi adalah :

    Flag Indicator (indikasi bendera) adalah indikator operasi yang bisa

    digunakan pada rele-rele elektromekanik berbentuk bendera berwarna

    (bisa warna merah, kuning, hijau, putih) dan tersembunyi. Indikator

    tersebut akan lepas dan tertarik keluar apabila rele bekerja. Bila terjadi

    gangguan, indikator-indikator ini penting sekali untuk diketahui dan

    dicatat oleh operator atau petugas rele guna penelitian lebih lanjut.

  • 67

    Mengembalikan flag indicator ke posisi semula disebut me-reset rele.

    Mereset flag indicator dapat dilakukan dengan secara mekanis atau

    secara elektris melalui solenoid tergantung konstruksi yang dibuat oleh

    pabrik.

    Lamp indicator ( lampu indikasi ) adalah indikasi operasi suatu rele

    proteksi dapat pula berupa dengan lampu indikasi yang fungsinya sama

    dengan flag indicator. Lampu indikasi banyak dipakai pada rele-rele

    statik atau elektronik dengan lampu berwarna. Untuk me-reset kembali

    perlu dicatat indikasi yang terjadi.

    Alarm, berupa lampu yang berkedip atau dengan klakson/ buzzer /bel

    atau annunciator. Pada umumnya alarm dipusatkan di ruang kontrol dan

    dipasang secara and gate atau paralel bersamaan dengan bekerjanya

    indikator-indikator tersebut di atas.

    4.3 Kemungkinan Gangguan Pada Sistem Proteksi dan Cara

    Menanggulanginya

    Tabel 4.3 Macam-macam gangguan pada sistem

    No. Perangkat

    Kemungkinan

    kelainan/Kerusakan yang

    terjadi

    Cara pemeriksaan Cara

    menanggulangi

    1

    Rele Proteksi

    a. Karakteristiknya

    sudah berubah akibat

    kerusakan pada

    bagian-bagian

    listrik/mekanisnya.

    b. Kesalahan setelan.

    c. Kehilangan catu daya.

    a. Lakukan

    pengujian

    individu.

    b. Periksa gambar

    dan periksa

    kembali posisi

    setelan.

    c. Cek dengan

    Perbaiki, bila

    perlu diganti baru.

    Setelan kembali

    (resetelan).

  • 68

    2

    3

    4

    5

    PT dan CT

    Pengawatan /

    wiring

    Sumber daya

    arus searah

    (battery

    station)

    PMT dan

    PMB

    a.Ratio Teg/Arus primer dan

    sekunder telah berubah

    (PT,CT).

    b.Pengaman lebur sisi

    sekunder putus (PT).

    c.Putus/hubung singkat pada

    belitan (CT,PT).

    d.Kesalahan pemakaian tap

    ratio.

    -Putus.

    -Lepas pada sambungan

    terminal.

    -Hubung singkat/tanah.

    -Kontak kendor.

    Station battery tidak

    menyimpan lagi tenaga (Ah)

    akibat:

    -Kerusakan/lepasnya battery

    charger.

    -BJ larutan sudah tidak

    memenuhi syarat.

    -Tegangan sel rendah.

    -Kerusakan sel.

    -kehilangan sumber DC

    akibat lepas/tripping

    sakalar utama/ pembagi

    pada panel.

    -Putusnya kumparan pelepas

    (tripping coil).

    -Kerusakan pada sistem

    mekanisme:

    a.Hydraulic.

    b.Pneumatic.

    c.Spring / pegas.

    voltmeter.

    a.Lakukan

    pengujian.

    b.Periksa tahanan

    pengaman

    lebur.

    c.Periksa tahanan

    belitan dan

    megger.

    d.Periksa ulang

    gambar dan

    posisi tap yang

    benar.

    -Periksa tahanan

    dengan ohm

    meter atau

    megger.

    Periksa:

    -Efektivitas

    battery charger.

    -Periksa tegangan

    per sel dengan

    load test.

    -Periksa larutan

    dengan BJ meter.

    -Periksa tegangan

    dan urut sakelar

    yang trip.

    Periksa :

    -Tekanan

    hydraulic,

    pneumatic atau

    tekanan / posisi

    pegas.

    Perbaiki.

    Ganti baru.

    Ganti baru.

    Ganti baru.

    Perbaiki posisi

    ratio (retaping).

    -Ganti kabel.

    -Reconnection.

    -Kencangkan

    terminal.

    -Ganti battery

    yang selnya

    rusak.

    -Ganti/isi

    larutan yang

    sesuai .

    -Operasikan

    Battery

    charger.

    -Cari penyebab

    tripnya dan

    masukkan

    kembali.

    Perbaiki bagian-

    bagian yang rusak

    bila perlu diganti.

  • 69

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Pada dasarnya Relay Overvoltage akan bekerja jika ada tegangan lebih.

    Disini tegangan lebih dapat diakibatkan oleh beberapa sebab, seperti surja

    dan kegagalan kerja pada AVR.

    2. Pengujian rele overvoltage menggunakan potential ransformer sebagai

    sensor.

    3. Pengujian rele overvoltage dilakukan dengan cara menginjeksi tegangan

    yang lebih kecil dari tegangan operasi.

    4. Rele proteksi dikatakan bagus jika masih memenuhi setelan bawaan dari

    pabrik.

    5. Kegagalan kerja dari rele proteksi disebabkan oleh kesalahan kerja dari

    rele proteksi tersebut dan gagal bekerjanya rele tersebut.

    5.2 Saran

    1 Tingkatkan kualitas SDM, melalui seminar, diklat dan bebagai bentuk

    pelatihan, serta uji kompetensi.

    2 Penambahan buku-buku tentang ketenagalistrikan di perpustakaan sebagai

    referensi untuk menambah pengetahuan.

    3 Tingkatkan kerjasama khususnya dengan intansi pendidikan seperti

    Perguruan Tinggi dalam berbagai hal.

  • 70

    4 Tetap menjaga kelestarian alam yang ada terutama untuk usaha reboisasi

    pada daerah hulu sungai Serayu agar air yang masuk ke waduk tidak

    banyak membawa sediment sehingga tidak mengganggu jalannya operasi.

  • 71

    DAFTAR PUSTAKA

    ASEA Generation, ASEA Manual Books, Swedia, 1989.

    Marsudi, Djiteng., 2005 Pembangkit Energi Listrik, Erlangga, Jakarta.

    Tobing, Bonggas L., 2001 Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,

    Jakarta,.

    www.google.co.id, rele-rele.

    www.images.google.co.id, relay overvoltage & differensial.

    www.indonesiapower.co.id

    http://www.google.co.id/
  • 72

    LAMPIRAN

    A. Data hasil pengujian rele overvoltage ( Juli 2008 )

    A.1. Setting 20V

  • 73

    A.2. Setting 115V

  • 74

    B. Line Diagram Proteksi

  • 75

  • 76

  • 77

  • 78

  • 79

  • 80