45342122 b morfologi khamir
TRANSCRIPT
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
PENGAMATAN MORFOLOGI KHAMIR
NAMA : PRASETYO FEBRI P P
NIM : 08/267348/BI/8130
GOL./KEL. : IV/2
ASISTEN : TITI NURAENI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
PENGAMATAN MORFOLOGI KHAMIR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khamir adalah jamur yang tumbuh dalam bentuk uniseluler dan biasanya
memperbanyak diri dengan cara tunas (Collins and Lyne, 1989). Walaupun ada beberapa
spesiesnya yang memiliki miselium bercabang, kebanyakan khamir hanya terdiri dari
satu sel dan memiliki budding. Dengan budding atau tunasnya ini, satu sel khamir dapat
bereproduksi secara vegetatif( Sarles et al, 1951: 45-46) Bentuk sel khamir dapat berupa
ovoid, ellipsoidal atau slilindris. Jenis lainnya kebanyakan berbentuk sperical atau
berfilamen(Buchanan, 1951: 91). Bentuk morfologi ini umumnya konstan dan dapat
digunakan sebagai dasar identifikasi khamir( Sarles et al, 1951: 46).
Di alam khamir tersebar dengan luas walaupun persebarannya tidak sebanyak
bakteri. Khamir dapat ditemukan di permukaan buah, jagung, nektar bunga ataupun daun
dari tanaman. Khamir juga dapat ditemukan di tanah perkebunan anggur dan buah
lainnya serta beberapa serangga yang membawa khamir di dalam saluran pencernaannya(
Sarles et al, 1951: 45). Khamir sering dijumpai dalam bentuk buih di sisa jus buah-
buahan, maltosa dan larutan sakarida lainnya(Salle, 1961: 106).
Khamir merupakan digolongkan ke dalam kelas Ascomycetes dengan 39 genera
dan kira-kira 330 jenis. Berdasarkan kemampuan membentuk spora , khamir dibagi
menjadi 2, yaitu khamir yang berspora dan tak berspora. Khamir yang berspora disebut
Sporogenous yeast biasanya anggota Endomycetaceae. Khamir yang tidak menghasilkan
spora disebut Asporogenous Yeast yang dimasukkan dalam fungi imperfekti (Soetarto
dkk., 2008).
Dalam mempelajari morfologi sel khamir dapat dilakukan secara mikroskopis.
Preparat khamir terlebih dahulu diberi cat methylen blue 0,1% untuk membedakan antara
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
sel yang mati dan yang masih hidup. Sel yang masih hidup akan berwarna transparan
karena membran selnya masih memiliki sifat selektif permeabel sehingga cat tidak dapat
masuk, sedangkan sel yang mati berwarna biru karena membran selnya sudah tidak
memiliki sifat selektif permeabel sehingga cat dapat masuk yang menyebabkan sel
berwarna biru (Soetarto dkk., 2008).
Sel khamir umumya bersifat gram positif sehingga ketika dilakukan pengecatan
gram akan berwarna ungu (Kelczar and Reid, 1958). Untuk pengamatan spora,
khususdigunakan teknik Schaefer & Fulton atau dapat juga dengan pengecatan asam
(Ziehl Nellsen).
Beberapa jenis khamir dimanfaatkan dalam dunia industri fermentasi, obat-
obatan, bahkan sebagai sumber single cell protein (Collins and Lyne, 1989). Fermentasi
khamir banyak digunakan dalam pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya.
Khamir yang tidak diinginkan adalah yang pada makanan dan menyebabkan kerusakan
pada saurkraut, juice buah, sirup, molase, madu, jelly, daging dan sebagainya. ( anonim,
2010)
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati dan mengenal berbagai
macam bentuk sel khamir serta membedakan sel yang hidup dan sel yang mati secara
mikroskopi.
II. METODE
A.Alat dan Bahan
1. Alat
1).Alkohol 70%
2).Gelas benda, gelas penutup
3).Ose
4).Mikroskop
5).Lampu spiritus
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
2.Bahan
1).Biakan murni ( Saccharomyces sp. ) yang di tumbuhkan dalam medium nutrien
cair umur 24 jam.
2).Larutan cat methylen blue 0.1%
B.Cara Kerja
Masing-masing biakan murni khamir diambil menggunakan ose dan diletakkan
pada bagian tengah gelas benda. Kemudian pada masing-masing preparat diteteskan 1
tetes cat methylen blue dan dicampur secara hati-hati lalu ditutup dengan gelas penutup.
Preparat diamati dengan mikroskop lalu di gambar. Beberapa hal yang perlu diamati
adalah bentuk, warna sel, ada tidaknya miselium baik palsu atau sejati.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a
Gambar 1. Hasil pengamatan mikroskopi Saccharomyces cerevisiae
(http://www.bio.miami.edu/~cmallery/255/255hist/255history.htm )
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan khamir yaitu Saccharomyces cerevisiae.
Saccharomyces mudah dibiakkan karena perkembangbiakan vegetatif selnya dengan cara
bertunas (budding) (Buchanan, 1951). Saccharomyces memiliki sel yang berbentuk
balok. Beberapa khamir jenis ini banyak dimanfaatkan dalam pembuatan roti,anggur dan
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
bir. Contohnya adalah Saccharomyces cerevisae (Pelczar dan Chan, 1986). Spesies ini
memiliki kemampuan untuk memfermentasikan macam-macam karbohidrat terutama
untuk fermentasi anggur.
Dilakukan pengamatan terhadap Saccharomyces sp.. Hasil yang didapat adalah
tampak sebagian sel telah mati yang di tandai dengan warna biru yang muncul pada saat
pengamatan menggunakan mikroskop ini disebabkan membran selnya sudah tidak
memiliki sifat selektif permeabel sehingga cat dapat masuk yang menyebabkan sel
berwarna biru(Soetarto dkk., 2008). Sedangkan untuk sel yang masih hidup akan berwarna
bening karena membran selnya masih memiliki sifat selektif permeabel sehingga cat tidak
dapat masuk (Soetarto dkk., 2008).
Pewarnaan pada Saccaromyces cerevisiae didasarkan pada perbedaan
permeabilitas antara sel hidup dan sel yang mati. Untuk sel yang mati, warna akan lebih
tajam karena sel menjadi sangat permeabel terhadap warna.. Pengecatan menggunakan
methylen blue, sel khamir dapat dibedakan antara sel yang mati dan yang masih hidup.
Sel yang masih hidup akan tampak transparan sedangkan yang mati akan tampak
berwarna biru. Hal ini disebabkan pada sel yang sudah mati, membran selnya sudah tidak
bersifat selektif permeable lagi.
IV. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pengamatan khamir dapat
dilakukan dengan pewarnaan terlebih dahulu. Dengan menggunakan methylen blue,
khamir dapat dibedakan antara sel yang hidup dan yang mati. Sel yang hidup akan
berwarna transparan dan yang mati akan berwarna biru.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-09
Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Revisi 00
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Halaman
V. DAFTAR PUSTAKA
Buchanan, R.E and Buchanan, E.D. 1951. Bacteriology. 5 th ed. The MacMillan
Company. New York. P.91
Collins, C. H. and Lyne, P. M., 1989. Microbiological Methods. Butterworth. London, p.
376.
Kelczar, M. J. and Reid, R. D. Microbiology. McGraw-Hill Book Company Inc. New
York, pp. 57.
Salle, A. J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology. 5 th ed McGraw-Hill Book.
New York, pp. 106.
Sarles, W.B, Frazier, W.C, Wilson, J.B and Knight, S.G. 1951. Microbiology. Harper and
Brothers Inc. New York. pp. 45-46
Sotarto, E.S., Suharni, T.T., Nastiti, S.Y., dan Sembiring, L. 2008. Petunjunk Praktikum
Mikrobiologi. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta, hal. 16.
http://www.bio.miami.edu/~cmallery/255/255hist/255history.htm. Diakses pada hari
kamis tanggal 18 Maret 2010