4-92/rcsid/90berkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20190809-024642-2069.pdf · 3 mengenai...
TRANSCRIPT
4-92/Rcsid/90
Nornor Sif bt DercijDt L::1mpircm ~, Perihol
RU .. 01/1032/DPR-RI/1990 Penting Segern 1 ( .sntu) berkos Fenyom~nion Keterongan Pemerintnho ~
Jakorta 9 5 Maret 1990
KEPADA
DFR - RI
di ~JAKli..RTA t.......,,,,,,,,..~~--~---=-"'r.~--~=--=· -·
Bc~rsnmn ini k::·imi sc1rt:1)nikon dengrin hormot Keterangcm
Femerintnh cq Menteri D8lnm Negeri RI sebng8i Pengontnr
ntC1S
1 o Heine C1ngnn Undcmg·-undong tentong HnlmnherC1 Te -
ngcih ;
2., Hnncong::rn LTndnng--undC1ng tent nng Pernbentulc:m Ko
tC1mndyo Dneroh Tingknt II Bitung, -------------
ynng disampnikcm d.Jlr1rn HnJ)nt F:Jripurnn TerbukCl DPR - RI
(Fembicoroon TkoI/Keternngon FemerintC1h) µndo hori Senin·
5 Moret 1990 si untuk di;)ergunc1k::m se1)erlunyci o
Demikion untuk rnen;jodikcm moklumo
1. Yth .. Bnpc1k-bapo.k PH·i.PE-:AJ'J DFR-RI o
2 o Yth o Eopok SEKtJEI~ DPR-RI. 3. Yth .. Bop0k 'JJ.\SEKJEN DPH-RL 4 .. Sdr o KARO~:iIM, J;:AHCHUMAS dc1n K;\HmiIN
SETJEN DFH-RI. 5 o Sdr.. KAB/1GSET /I~AEJ~.G ~ KCfTI SI II 9 F SUS,
..
RI S ' .... !\ TJ L-T IT''°" Q TTfTTV-J 'i''~ -,(1/"T TT-_,,--,~1\'JT1. 0 I _, ALi-,J.1 9 ric .. hJJ-~ •. ; 9 J-ld.i\.-JL'~ 9 L) ,'..t.\.Ul·:.L1· .. 1;\1:J 9
don K./L UTJIT FEHFW3rc1AKA/u:· SETJEN DPR-Rio
~. ·.,::,.J.;1',": ~- ! ~·,_ .. ,· .. '~~
'··:'
MENTERI DAI~AM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN PEMERINTAH
ATAS
1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG
PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT 11 HALMAHERA TENGAH
2. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG
PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BI TUNG
DEPARTEMEN DALAM NEGERI
MARET 1990
MENTERI DAJ_,AM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENJELASAN PEMERINTAH ATAS
1. RANCANGAN UNOANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II
HALMAHERA TENGAH
2. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENT ANG
PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BI TUNG
P A D A
RAPAT PARIPURNA DPR-RI
TANGGAL 5 MARET 1990.
Yang terhormat Saudara Ketua, Wakil Ketua dan Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ;
Para hadirin dan segenap peserta Sidang yang kami hormati.
Pertama-tama ijinkanlah pada kesempatan ini untuk bersama-
sama kita terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kehadirat Tu -
han Yang Maha Esa, karena hanya dengan perkenan-Nya kita dapat -
berkumpul
2
berkumpul bersama-sama dalam sidang paripurna yang berbaha
gia ini dalam keadaan sehat walafiat.
Selanjutnya perkenankanlah kami atas nama Pemerintah
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
perhatian yang dicur~hkan oleh Yang Terhormat Para Anggota
Dewan dengan telah diterimanya dan diacarakannya pembahasan
3 Rancangan Undang-undang yang telah disampaikan dengan am~
nat Bapak Presiden tanggal 7 Desember 1989 No. R.06/PU/XII/
1989, tang9al 7 Desember 1989 No. R.07/PU/XII/1989 dan tan~
gal ,5 Pebruari 1990 No. R.02/PU/II/1990 yaitu
1. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pem -
bentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah ;
2~ Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Susun
an Pemerintahan Daerah Khusus lbukota Negara Republik In
donesia Jakarta
3. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pem -
bentµkan Kotamadya Daerah Tingkat II Bitung.
Sesuai dengan acara yang telah dijadwalkan, pada hari
ini kami akan menyampaikan penjelasan Pemerintah mengenai -
Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pembentu~
an Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah dan Rancan~
an Undang-undang Republik Indonesia tentang Pembentukan Ko -
tamadya Daerah Tingkat II Bitung sedang Penjelasan Pemerintah
men9enai •O
3
mengenai Rancangan Undang-undang tentang Susunan Pemerintah
an Daerah Khusus l'bukota Negara Republik Indonesia Jakarta -
akan kami sampaikan dalam Sidang Paripurna DPR-RI Pada tang
gal 9 Maret 1990.
Saudara Ketua, Wakil Ketua dan Para Anggota DPR-RI
Yang Terhormat,
Ketetapan MPR-RI Nomor Il/MPR/1988 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara, BAB IV Bidang Ekonomi angka 12 huruf h
menegaskan bahwa dalam rangka peningkatan efisiensi pelaksa
naan pembangunan daerah, perlu diadakan pemekaran dan penat~
an kembali wilayah daerah-daerah tertentu.
Sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditegaskan da -
lam Garis-garis Besar Haluan Negara tersebut dan sejalan pu
la dengan kebijaks~naan Pe~erintah dalam rangka pemerataan -
pe.laksanaan pembangunan yang menitik beratkan Wilayah Indone
sia Bagian Timur, maka Pemerintah berkehendak untuk mewujud
kan aspirasi masyarakat diwilayah Halmahera Tengah dan Kota
Administratip Bitung untuk lebih berperanan dalam penyeleng
garaan pemerintahan dan pembangunan dengan membentuk Kabupa
ten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Bitungo
Pembentukan
4
Pembentukan dua Daerah Otonom Tingkat II tersebut su
dah lama menjadi dambaan masyarakat setempat dan berdasar -
kan historisnya, perkembangan dan pertumbuhannya, pembentu~
an Daerah Otonom Tingkat II inipun sudah menjadi janji Pem~
rintah dan sekaranglah waktunya yang dianggap tepat Pemeri~
tah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang pembentukan
· dua Daerah Tingkat II tersebut kepada Dewan Yang Terhormat
untuk dibahas guna mendapatkan persetujuannyao
Saudara Ketua, Wakil Ketua dan Para Anggota DPR-RI
Yang Terhormat.
Untuk memudahkan pemahaman materi yang menjadi muatan
Rancangan Undang-undang tersebut, secara lebih rinci kami -
akan menguraikan ked~a Rancangan Undang-undang tersebut de
ngan sistimatik : latar belakang, keadaan penyelenggaraan -
pemerintahan saat sekarang ini dan penjelasan pokok-pokok -
materi muatan Rancangan Undang-undang sebagai berikut
A. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEM -
BENTU'KAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH.
I. Latar Belakang.
l. Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera
Tengah, sangat erat kaitannya dengan sejarah per -
juangan Bangsa Indonesia mengembalikan Wilayah
Irian Jaya kedalam pangkuan negara Republik Indone
s i a. Keengganan •••o
5
Keengganan Belanda mengembalikan wilayah Irian Jaya, m~
maksa Pemerintah Republik Indonesia menempuh jalan kek~
rasan untuk merebut kembali bagian wilayah ituo
2. Untuk memulai persiapan pengembalian wilayah Irian Jaya
tersebut (Waktu itu disebut Irian Barat) dengan Undang
undang No. 15 Tahun 1956 dibentuklah Propinsi Irian Ba
rat Perjuangan dengan pusat pemerintahan di Soa Sio di
Halmahera Tengah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Uta
ra Propinsi Daerah Tingkat I Maluku.
Adapun wilayah Propinsi Irian Barat Perjuangan tersebut
terdiri dari :
a. Wilayah Irian Barat yang masih berada didalam keku -
asaan de facto Kerajaan Belanda tanpa persetujuan Re
publik Indonesia.
b. Kewedanaan Tidore, Distrik-distrik Weda dan Patani -
yang termasuk lingkungan Daerah Maluku Utara.
Selanjutnya dengan Undang-undang Darurat Noo 20 Tahun
1957 yang ditetapkan menjadi Undang-undang No. 23 Tahun
1958, Pemerintah mengadakan perubahan terhadap wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Utara yang dimasuk -
kan kedalam wilayah Propinsi Perjuangan Irian Barat
yaitu : a. Kewedanaan
6
a. Kewedanaan Tidore yang meliputi Oistrik-distrik Tido
re, Oba dan Wasile.
b. Kewedanaan Weda yang meliputi Distrik-distrik Weda, -
Maba dan Patani/Gebe.
3. Sebagai suatu daerah Propinsi, berdasarkan Undang-undang
No. 15 Tahun 1956, urusan Rumah Tangga Propinsi Irian Ba
rat Perjuangan ditetapkan
a. Urusan Kesehatan
b. Urusan Pekerjaan Umum;
c. Urusan Pertanian
d. Urusan Kehewanan
e. Urusan Perikanan
f. Urusan Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan;
g. Urusan Sosial.
Disamping menyelenggarakan urusan-urusan rumah tangga -
tersebut diatas, Pemerintah Daerah Propinsi Irian Barat
Perjuangan mempunyai tugas khusus yaitu membantu Peme -
rintah Pusat dalam perjuangannya untuk mengembalikan wi
layah Irian Barat yang masih diduduki Belanda kedalam -
wilayah kekuasaan de facto Republik Indonesia.
4. Untuk menjalankan roda pemerintahan dengan tugas-tugas
pokoknya sebagaimana tersebut pada butir 3, Gubernur Ke
pala Daerah Propinsi Irian Barat Perjuangan dibantu oleh
Dewan Pemerintah Daerah dengan tempat kedudukan di Soa
Sio. 5. Setelah
7
5. Setelah pemberitukan Propinsi lrian Barat Perjuangan ini -
berjalan 5 tahun, sehubungan dengan terjadinya perubahan
perubahan politik dalam negeri dan usaha Belanda untuk
membentuk Negara Boneka Papua, perjuangan pengembalian wi
layah Irian Barat ditingkatkan lagi dengan Tri Komando
Rakyat oleh Presiden pada tanggal 19 Desember 1961. De -
ngan diumumkannya Trikomando Rakyat tersebut maka mulai -
lah babak baru dalam perjuangan pengembalian wilayah Iri
an Barat yaitu konfrontasi militer.
6. Sebagai konsekwensi tahapan baru dalam perjuangan pengem
balian Irian Barat tersebut pada butir 5 diatas, maka pa
da tanggal 1 Januari 1962 dikeluarkan Penetapan Presiden
No. 1 Tahun 1962 tentang Pembentukan Propinsi Irian Barat
Bentuk Bar~, yang antara lain menetapkan :
a. Propins1 Irian Barat Bentuk Baru berwilayah Residentie
niew Guinea.
b. Wilayah Propinsi Perjuangan lrian Barat yang berasal -
dari Wilayah Kewedanaan Tidore dan Weda dikembalikan -
kedalam Wilayah Propinsi Maluku.
c. Ibukota Propinsi Irian Barat Bentuk Baru ditetapkan di
Kata Baru didaratan Irian Barat.
7. Dengan adanya Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1962 terse -
but yang sekaligus mencabut Undang-undang Noo 15 Tahun
1956, maka mulailah timbul masalah status wilayah
Halmahera
8
Halmahera Tengah yang terdiri dari Kewedanaan Tidore dan
Kewedanaan Weda karena wilayah tersebut dikembalikan ke
wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Maluku, dan bukan keda
lam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Utara.
II. Penyelenggaraan Pemerintahan Halmahera Tengah.
1. Ketidak jelasan status wilayah Halmahera Tengah (Keweda
naan Tidore dan Weda) menimbulkan keresahan dikalangan -
masyarakat dan terutama pegawai-pegawai ex Kantor Guber
nur, Dinas Otonom dan instansi Vertikal yang tidak ikut
pindah ke Kata Baru. Situ~si ini kemudian berkembang dan
berubah menjadi cetusan aspirasi masyarakat dalam bentuk
resolusi dari seluruh Parpol, Ormas dan pemuka-pemuka m~
syarakat yang mengusulkan pembentukan Daerah bekas Pro -
pinsi Perjuangan Irian Barat tersebut menjadi Daerah Oto
nom Tingkat II.
2. Untuk mengatasi situasi ketidak tentuan dan keresahan
tersebut, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Maluku dengan
Keputusan tanggal 6 April 1965 No. 63/UP, menunjuk se
orang pejabat yang diberi tugas untuk memimpin daerah ex
Propinsi Irian Barat Perjuangan. Selanjutnya melalui su
rat Edaran tanggal 13 Juni 1967 No. Odes 25/1/30 yang di
tujukan kepada semua instansi Propinsi Daerah Tingkat I
Maluku, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Maluku menegas~
kan : ao Daerah
9
a. Daerah eks Propinsi Irian Barat Perjuangan dipersia~
kan untuk menjadi Daerah Tingkat II.
b. Pelayanan administratip dan teknis terhadap Kepala
Daerah Tingkat II dalam Daerah Tingkat I Maluku, dib~
rikan juga kepada Pimpinan Wilayah ex Propinsi Irian
Barat Perjuangan dalam arti diperlakukan sama seperti
Daerah Tingkat II lainnya.
c. Dinas dan jawatan yang ada di Soa Sio dalam pelaksan~
an tugasnya diperlakukan sebagai dinas/jawatan yang
setarap dengan dinas/jawatan Daerah Tingkat II.
d. Wilayah eks Propinsi Irian Barat Perjuangan meliputi
6 Kecamatan yaitu Kecamatan Tidore, Oba, Wasile, Weda
dan Patani/Gebe.
3. Kebijaksanaan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Maluku
tersebut da~at disetujui Menteri Dal am. Negeri dengan su
rat tanggal 15 April 1969 No. Pemda 2/1/33 yang antara
lain menegaskan :
a. Policy Pemerintah mengenai pemekaran Daerah pelaksan~
annya dibahas setelah Pemilu tahun 1971 ;·
b. Berhubung dengan itu mengenai status Daerah Irian Ba
rat Gaya Lama, sementara ini kebijaksanaan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Maluku dapat diteruskan.
4.Atas
l 0
4. Atas dasar persetujuan Menteri Dalam Negeri tersebut, Gu
bernur Kepala Daerah Tingkat I Maluku dengan surat Edaran
tanggal 8 Juli 1969 No. Odes 25/1/4 menegaskan antara la-
in
a. Menga~akan perubahan nama daerah ek~ Propinsi Irian Ba
rat Gaya Lama menjadi Daerah Halmahera Tengah.
b. ·Pejabat yang ditempatkan di Soa Sio sebagai Pimpinan -
Daerah Halmahera Tengah bertanggung jawab langsung ke
pada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Maluku.
5. Untuk kelancaran roda pemerintahan di wilayah Halmahera -
Tengah, telah dibentuk perangkat Daerah dan instansi-ins
tansi Vertikal selaku perangkat Pemerintah Pusat antara -
lain s~bagai berikut :
a. Perangkat Daerah Tingkat II
1). Sekretariat Daerah, dilengkapi dengan 8 Bagian dan
29 Sub Bagi an· dengan pegawai 171 orang.
Sekretariat ini telah mempunyai gedung kantor sen-
diri yang dibangun tahun 1967.
2). Dinas-dinas Daerah
a). Peternakan, dibentuk dengan Surat Keputusan
Menteri Pertanian tanggal 4 Maret 1957 No.933/
KP/SK dengan jumlah pegawai 15 orang dan telah
berfungsi dengan baik sampai sekarang •
. b}. Pertanian
11
b). Pertanian Tanaman Pangan dan Bimas, dibentuk ta
hun 1983 dengan jumlah pegawai 245 orang.
c). Perkebunan, dibentuk sejak tahun 1974 dengan jum
lah pegawai sekarang 39 orang.
d). Kesehatan, telah berjalan dengan baik dengan jum
lah pegawai 59 orang.
e). Pendidikan dan Kebudayaan, dibentuk sejak tahun
1971 dengan jumlah pegawai saat ini 40 orang.
f). Pekerjaan Um um, di bentuk sej ak tahun 1977 dengan
j um~ ah p e g aw a i s a a t i n i 4 O o r a n g •
g). Pendapatan Daerah, dibentuk sejak tahun 1978 de
ngan jumlah pegawai sekarang ini 28 orang.
3). Kecamatan :
Semua Kecamatan di Halmahera Tengah telah memiliki -
gedung kantor yang dibangun melalui Proyek Prasarana
Fisik Pamong Praja (APBN) dengan jumlah pegawai selu
ruhnya 234 orang.
b. Perangkat Daerah Tingkat I.
a) Cabang Dinas Perikanan
b) Cabang Dinas Pekerjaan Umum
c) Cabang Dinas Kehutanano
c. Perangkat
12
c. Perangkat Instansi Vertikal Departemen.
a) Departemen Dal am Negeri;
Kantor Pembangunan Desa, dibentuk sejak tahun 1969
dengan jumlah pegawai sekarang 40 orang;
- Kantor Sosial Politik, dibentuk sejak tahun 1968 -
jumlah pegawai 19 orang;
- Markas Wilayah Pertahanan Sipil 2105, dibentuk se
jak tahun 1965 dengan jumlah pegawai 11 orang;
- Kantor BP-7,dibentuk sejak tahun 1983 dengan jum -
lah pegawai 9 orang.
b) Kantor Departemen Perdagangan, dibentuk sejak tahun
1987 dengan jumlah pegawai sekarang 28 orang ;
c) Kantor Departemen Perindustrian, dibentuk sejak ta -
hun 1980 dengan jumlah pegawai 17 orang;
d) Kantor Departemen Sosial, dibentuk sejak tahun 1984
dengan jumlah pegawai 7 orang ;
e) Kantor Departemen Transmigrasi, dibentuk sejak tahun
1981 dengan jumlah pegawai 54 orang ;
f} Kantor Departemen Agama, dibentuk sejak tahun 1971
dengan jumlah pegawai 92 orang ;
g) Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diben -
tuk sejak tahun 1975 dengan jumlah pegawai 147 orango
do Perangkat.o
13
d. Perangkat Instansi Vertikal non Departemen.
a) Kantor SKKBN, dibentuk sejak tahun 1984 dengari jum
lah pegawai sekarang 21 orang;
b) Kantor Agraria·, dibentuk sejak tahun 1978 dengan
jumlah pegawai sekarang 60 orang;
c) Kantor Statistik, dibentuk sejak tahun 1969 dengan
jumlah pegawai sekarang ini 15 orang ;
d) Karitor Pengadilan Negeri, dibentuk sejak tahun 1972
dengan jumlah pegawai 30 orang;
e) Kantor Kejaksaan Negeri, dibentuk sejak tahun 1983
dengan jumlah pegawai 35 orang;
f) Instansi-instansi lain yang sudah operasional, an
tara lain Kantor Syahbandar, Kantor Pos dan Giro,
Pengadilan Agama, Dinas Luar Tingkat II PBB, Per~m
Listrik Negara, RSU, Kantor Cabang SRI, Stasiun Ra
dio dan Telepon, Perum Husada Bhakti.
6. Untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas perangkat Dae
.rah Tingkat II tersebut dalam butir 5 huruf a, daerah
Halmahera Tengah telah menunjukkan kemampuan sebagai
mana dapat dilihat dalam APBD dua tahun terakhir seba
gai berikut :
Tahun •OO
14
Tahun anggaran 1988/1989 . .
a. Pendapatan Asli Dae rah
{PAD} Rp. 98.652.105,99
b. Bagi hasil Pajak Rp. 269.990.471,30
c. Bagi hasil Bukan Pajak Rp. 318.362.449,16
do Bantuan dan Sumba.ngan Rp. 2. 7230307 .631 ,00
Rp. 3.410.312.657,45
Tahun anggaran 1989/1990 :
ao Pendapatan Asli Dae rah
{PAD) Rp. 97.200.000,00.
b. Bagi hasil Pajak/bukan
Paj ~k Rp. 96'9.0500000,00
c. Sumbangan dan Bantuan Rp. 4.273.138.600,00
Rp. 5.239.388.600,00
III. Penjelasan
1 5
III. Penjelasan R~n~an_gan Undang-undang tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah.
1. Wilayah.
Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah
adalah sama dengan Wilayah eks Propinsi Irian Barat
Gaya Lama, terdiri dari 6 Wilayah Kecamatan yaitu Ke
camatan-kecamatan Tidore, Oba, Wasile, Weda, Maba dan
Patani/Gebe. Berdasarkan faktor historis, maka tidak
diadakan perubahan terhadap wilayah ini yang sejak t~
hun 1956 telah terpisah dan dibina secara tersendiri
dari wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Maluku Utara.
2. Tempat Kedudukan Ibukota.
·Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah
ditetapkan di Soa Sia, disamping pertimbangan historis,
dikota tersebut telah tersedia sarana dan prasarana s~
bagai tempat kedudukan ibukota Kabupaten Daerah Ting -
kat I I.
3. Uru san· Ru mah· Ta_n gg·a Dae rah.
Sebagai suatu Daerah Otonom, maka Pemeriritah menyerah
kan sebagian urusan pemerintahan menjadi urusan rumah
tangga Daerah. Urusan-urusan tersebut ·adalah sebagian
urusan-urusan pemerintahan mengenai pengaturan dan pe
nyelenggaraan kewenangan untuk mewujudkan ketertiban
dan ••
16
dan ketentraman kehidupan masyarakat, Pertanian Tanaman
Pangan, Peternakan, Perkebunan, Perikanan, Pendidikan Da
sar, Pekerjaan Umum dan Kesehatano
Urusan-urusan tersebut telah dilaksanakan secara nyata d~
ngan membentuk perangkat Oaerah yaitu Sekretariat Wilayah/
Daerah dan Dinas-dinas Daerah. Walaupun telah ditegaskan
urusan-urusan yang menjadi kewenangan otonomi Oaerah, ti
dak tertutup kemungkinannya untuk melaksanakan urusan
urusan pemerintahan lainnya yang tel~h· diserahkan Pemerin
tah menjadi urusan/kewenangan Daerah Tingkat II.
Namun pelaksanaan urusan-urusan selain daripada kewenang
an pangkal tersebut dilaksanakan atas dasar penyerahan
nyata dalam arti bahwa Kabupaten Daerah Tingkat II Halma
hera Tengah akan melaksanakan urusan-urusan tersebut ber
dasarkan kemampuan penyediaan tenaga-tenaga, sarana/pras~
rana dan biaya.
4. Pembiayaan.
Sebagai suatu Daerah Otonom yang baru, maka dalam memulai
tugas dan fungsinya, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat
II Halmahera Tengah akan membutuhkan tambahan biaya dari
Pemerintah misalnya untuk gedung DPRO, Rumah Jabatan Bupa
ti Kepala Daerah, rehabilitasi gedung-gedung kantor, tam-
b ah an s a ran a d an p r a s a ran a p e r k a n to r a n , k emu n g k i n an· , :Pen am
b ah an pegawai dan lain-lain yang dianggap perlu. Dana-dana
sebagai tambahan modal pangkal ini diberikan selama 3 ta -
hun berturut-turut sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
Bo RANCANGAN
17
B. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBEN
TUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG.
I. Latar Belakang.
1. K6ta Administratip Bitung yang dibentuk dengan Peratur
an Pemerintah Nomor : 4 Tahun 1975 adalah Kota Adminis
tratip pertama yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
No. 5 Tah~n 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah.
Kota Administratip Bitung dengan luas wilayahnya ku
rang lebih 30.400 Ha dan terbagi dalam 3 (tiga} Wila
yah Kecamatan, 2 (dua) Perwakilan Kecamatan dan 44
(empat puluh empat) Kelurahan. Wilayah Kota Administra
tip Bitung merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Dae
rah Tingkat II Minahasa, terletak di sebelah timur ko
ta Manado Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi
Utara. Kota Bitung adalah kota pelabuhan Samudera yang
menghadap ke laut Maluku dan langsung mengarah ke Samu
dera Pasifik, serta merupakan salah satu pintu gerbang
Indonesia bagian utara yang memegang peranan penting
ditinjau dari segi ekonomis, politik, sosial budaya
dan pertahanan keamanan.
2. Sejak
18
2. Sejak terbentuknya Kota Administratip Bitung pada tan~
gal 10 April 1975, Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I
Sulawesi Utara secara terus menerus berupaya membina dan
mengembangkannya Kota Administratip Bitung sehingga sej~
jar dengan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi Utara la
innya, baik pembangunan maupun pembinaan kemasyarakatan.
3. Dewasa ini setelah menilai kurun waktu selama 14 (empat
belas) tahun,, Kota Administratip Bitung telah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang pesat. Dalam kedudukannya
sebagai pelabuhan samudera mempercepat tumbuhnya industri
industri baru, perusahaan-perusahaan konstruksi, pelaya~
an jasa dan merupakan pelabuhan untuk menyalurkan hasil
hasil bumi, perikanan dan hasil-hasil Industri Sulawesi
Utara ke wilayah-wilayah lainnya baik antara pulau di
Indonesia maupun antar negara dan sebaliknya merupakan -
pintu gerbang Sulawesi Utara.
4. Dengan pertumbuhan Kota Bitung tersebut diatas, mengaki
batkan pertambahan penduduk meningkat dengan cepat, seba
gai asumsi, jumlah penduduk pada waktu terbentuknya Kota
Administratip Bitung Tahun 1975 adalah 65.078 jiwa dan
pada tahun 1989 meningkat menjadi 94.308 jiwa, dengan la
ju pertumbuhan rata-rata 3,2 % per tahun.
Pertumbuhan-
19
Pertumburran penduduk tersebut adalah terutama akibat
urbanisasi penduduk ke Kota Bitung dari wilayah sekitar
nya dan wilayah lainnya dalam usaha mendapatkan lapang
an kerja dikota tersebut.
Perkembangan kota Bitung secara fisik dalam pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi mengakibatkan beratnya .tugas
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dan kare-
na itu pulalah maka sejak terbentuknya Kota Administra
tip Bitung sampai sekarang sudah mengalami beberapa ka-
1 i pengembangan struktur organi sasi pemerintahan des a.,
pemekaran/pemecahan Kecamatan dalam rangka usaha menin~
katkan pelayahan kepada masyarakat.
II. PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA ADMINISTRATIP BITUNG.
1. Meningkatnya perkembangan dan kemajuan kota Administra
tip Bitung yang diikuti dengan pengembangan organisasi
pemerintahan dan administrasi pemerintahan wilayah mem
berikan gambaran mengenai kemampuan untuk melaksanakana
sendiri penyelenggaraan beberapa urusan pemerintahan di
wilayah. tersebut. Meskipun status kota Bitung masih me
rupakan kota Administratip, namun dalam kenyataannya se
hari-hari Pemerintah Kota Administratip Bitung telah me
laksanakan tugas, fungsi dan kewajiban yang hampir me
nyamai volume tugas dan kewajiban yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat II umumnya.
2. Untuk
20
2. Untuk kelancaran roda pemerintahan diwilayah Kata Admi
nistratip Bitung dibentuk perangkat administrasi Peme
rintahan wilayah dan instansi~instansi vertikal selaku
perangkat Pemerintah Pusat antara lain sebagai berikut:
a. Perangkat Administrasi Pemerintah Wilayah.
1) Sekretaris Wilayah Kata Administratip, dilengkapi
dengan 7 (tujuh) Seksi dan 4 (empat) Sub Bagian -
dengan jumlah seluruh pegawai saat ini 191 orang.
Sekretaris ini telah mempunyai gedung sendiri yang
menampung kurang lebih 400 pegawai dan luas tanah
5 Ha. Dalam peningkatannya menja~i Sekretariat -
Daerah Tingkat II nant.inya, gedung ini masih da
pat dipergunakan dengan baik meskipun nantinya pe~
luasan seperlunya.
2) Sebagai pelaksanaan urusan otanami Daerah Tingkat
II, di Kata Administratip Bitung sebagian urusan
rumah tangga Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat
II Minahasa kewenangan penyelenggaraannya telah
dilimpahkan kepada pemerint~h Kata Administratip
Bitung dengan dibentuknya Suku-suku Dinas sebagai
perpanjangan tangan atau pelaksana teknis da
ri Oinas-dinas Kabupaten Daerah Tingkat II Minaha
sa sebagai berikut :
a) Suku
3).
21
a) . Suku Dinas Pekerjaan Umum;
b). Suku Dinas Tata Kot a dan Pertamanan;
c) . Suku Din as Kebersihan;
d) . Suku Dinas Pemadam Kebakaran;
e). Suku Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan;
f) . Suku Dinas Kesehatan~
g). Suku Din as Pendidikan Dasar;
h ) • Suku Dinas Pajak dan Pendapatan.
Kecamatan.
Semua Kecamatan di Kot a Administratip Bi tung te-
lah memiliki gedung kantor yang.dibangun melalui
Proyek Prasarana Fisik Pamong Praja (APBN) dengan
jumlah seluruh pegawai 71 orang.
b. Perangkat lnstansi Vertikal Departemen.
a). Departemen Dalam Negeri
- Seksi Sosial Politik dibentuk sejak tahun.1975;
- Seksi Pembangunan Desa dibentuk sejak tahun 1975
- Markas Wilayah Pertahanan Sipil 177 dibentuk se
jak tahun 1977.
b). Kantor Departemen Tenaga Kerja (setingkat Instan
si pada Daerah Tingkat II);
c). Kantor
22
c). Kantor Departemen Perindustrian (setingkat Instan
si pada Daerah Tingkat II);
d). Kantor Perumtel (setingkat Instansi pada Daerah
Tingkat II);
e). Kantor Resort Imigrasi (setingkat Instansi pada
Daerah Tingkat II);
f). Kantor Koordinator Depdikbud;
g). Kantor Satgas Departemen Koperasi;
h). Kantor Departernen Sosial~
i). Kantor Departemen Perdagangan;
~). Kantor Penerangan;
k). Kejaksaan Negeri (setingkat lnstansi pada Daerah
Tingkat II).
c. Perangkat Instansi Vertikal Non Departemen.
a). Kantor Badan Pertanahan Nasional (setingkat Ins
tansi pada Daerah Tingkat II);
b). Kantor Koordinator Sensus dan Statistik;
c). Kantor Bank Bumi Daya Cabang Bitung (setingkat
instansi pada Daerah Tingkat II);
d). Kantor
23
d). Kantor Bank Dagang Negara Cabang Bitung (seting
kat Instansi pada Daerah Tingkat II);
e}. Kantor Bank Negara 1946 ~abang Bitung (se-
tingkat Instansi pada Dae.rah Tingkat IO;
f). Kantor Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara
Cab an g B ft u n g ( set in g k at Inst ans i pad a Daer ah Ti '19
kat II);
g). Kantor Bank Rakyat Indon~sia Cabang Bitung (se
tingkat Instansi pada Daerah Tingkat II);
h). Instansi-instansi lainnya yang telah operasional
antara lain Kantor Pos dan Giro, Kantor Syahba~
dar, Kantor Pertamina, Kantor Pegadaian, Rumah
Sakit Barunawati.
Seluruh Instansi vertikal Departemen/non Departemen te~
sebut diatas pada umumnya telah memiliki prasarana dan
sarana perkantoran serta kelengkapan personalia didalam
menunjang kelancaran tugasnya.
3. Untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas perangkat admi
nistrasi Pemerintahan Wilayah Kota Administratip Bi
tung telah menujukkan kemampuan untuk peningkatan sta
tusnya menjadi Daerah Tingkat II sebagaimana dapat dili
hat dalam sumber pendapatan dan pembiayaan kota Administratip
Bitung sebagai berikut :
Tahun
24
Tahun Anggaran 1987/1988
a. Pendapatan Asli Dae rah
(PAD) Rp. 225.308.227,13
bo Bagi hasil Pajak (PBB) Rp. 280.462.973,40
c. Bagi Hasil Bukan Pajak Rp. 37.801.257,80
d. Bantuan dan Sumbangan Rp. 708.704.584,00
Rp. 1.252.277.042,33
'•~:;,,. ...
Tahun Anggaran 1988/1989
a. Pendapatan Asli Dae rah
(PAD) Rp. 212.692.910,20
b •. Bagi Hasil Pajak (PBB) Rp. 275.080.842,33
c. Bagi Hasil Bukan Pajak Rp. 30.845.522,36
d. Bantuan dan Sumbangan Rp. 777.957.683,00
Rp. 1.296.776.957,89
======================
Illo PENJELASAN
25
III. PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA -
TENTANG PEMBENTUKKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BITUNG.
1. Wilayah.
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bitung adalah sama
dengan wilayah ex Kota Administratip Bitung,. terdiri d~
ri 3 (tiga) ·Wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bitung
Utara, Kecamatan Bitung Tengah dan Kecamatan Bitung Se
latan.
2. Urusan Rumah Tangga Daerah.
Sebagai suatu Daerah Otonom, maka Pemerintah menyerah -
kan sebagian urusan pemerintahan menjadi urusan rumah
tangga Daerah : Sebagian urusan-urusan pemerintahan me
ngenai pengaturan dan penyelenggaraan ~ewenangan untuk
mewujudkan K.etertiban dan Ketentraman kehidupan masyar~
kat, Pekerjaan Umum, Tata Kota dan ~ertamanan, Pemadam
Kebakaran, Pertanian dan Tanaman Pangan, Kesehatan,Pen
didikan Dasar, Pajak dan Pendapatan.
Urusan-urusan tersebut telah dilaksanakan secara nyata
di Kota Administratip Bitung dengan telah terbentuknya
Suku-suku Dinas sebagai perpanjangan tangan atau pelak
sana teknis dari Dinas-dinas Kabupaten Daerah Tingkat II
Minahasa.
Walaupun
26
Walaupun telah ditegaskan urusan-urusan yang menjadi ke
wenangan Otonomi Daerah, tidak tertutup kemungkinannya -
untuk melaksanakan urusan-urusan pemerintah lairrnya yang
diserahkan Pemerintah menjadi urusan/kewenangan Daerah
Tingkat II. Namun pelaksanaan urusan-urusan selain da
ri pada kewenangan pangkal tersebut dilaksanakan atas da
sar penyerahan nyata dalam arti bahwa Kotamadya naerah
Tingkat II Bitung akan melaksanakan kewenangan tersebut
berdasarkan kemampuan penyediaan tenaga-tenaga, sarana/
prasarana dan biaya.
3. Pengangkatan Kepala Daerah dan Anggota DPRO.
Kepala Daerah Tingkat II.
Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II· Bitung dipilih
dan diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Namun mengingat untuk pertama kalinya
pengangkatan Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bi
tung tidak dapat dilaksanakan melalui pemilihan sesuai
dengan tata cara dan ketentuan yang berlaku· karena belum
adanya anggota-anggota DPRD hasil pemilihan umum, sebagai
pimpinan pemerintahannya akan diangkat seorang Walikota
madya Kepala Daerah Tingkat II oleh Menteri Dalam Negeri
atas usul Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Uta
ra. Anggota
27
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dengan terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Bitung,
dibentuk DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II.Bitung sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sama halnya dengan Walikotamadya Kepala Daerah, anggota
anggota DPRD Tingkat II Kotamadya Bitung belum dapat di
angkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Oleh karena itu.untuk berfungsinya lembaga ini akan di
angkat anggota-anggota DPRD sejumlah 20 orang, yang ter
diri dari
a. Anggota DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Minahasa yang
mewakili daerah pemilihan Kota Administratip Bitung.
b. Anggota yang diangkat dari Wakil Organisasi peserta -
pemilihan umum berdasarkan hasil perimbangan suara da
lam pemilihan umum tihun 1987 yang dilaksanakan di
Daerah tersebut.
c. Anggota yang diangkat dari Golongan Karya ABRI.
5. Pembiayaan.
Sebaiai suatu Daerah ·otonom yang baru, maka dalam memu
lai tugas dan fungsinya, pemerintah Kotamadya Daerah Ting
kat II Bi tung sudah barang tentu akan membutuhkan tambahan
biaya
28
biaya dari Pemerintah disamping hak-haknya sebagaf Daerah Ot.Q.
nom, misalnya untuk gedung DPRD, rehabilitasi gedung
gedung kantor, tambahan sa rana dan. prasarana perkan -
toran, kemungkinan penam~ahan pegawai dan lain-lain
yang dianggap perlu. Dana-dana sebagai modal pangkal
ini diberikan selama 3 tahun berturut-turut sesuai de
ng~n kemampuan keuangan negara.
Saudara Ketua, Wakil Ketua dan Para Anggota Dewan
yang terhormat.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas dan mempe~
hatikan Ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1988 dan GBHN khusus
nya yang berkaitan dengan perlunya diadakan pemekaran
d an pen at a an k em b a 1 i w i l a ya h d a e r a ·h - d a e r a h t e rte n tu d a -
lam rangka peningkatan efisiensi pelaksanaan pembangunan
daerah, dan mengingat pula bahwa pembentukan Kabupaten -
Daerah Tingkat II Halmahera Tengah dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Bitung ini telah merupakan janji Pemerintah,
maka Pemerintah telah sampai kepada kesimpulan untuk mem
bentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Halmahera Tengah dan
Kotamadya Daerah Tingkat II Bitung.
Demikianlah.CJ
29
Demikianlah penjelasan-penjelasan yang perlu kami
sampaikan mengantar Rancangan Undang-undang Republik In
d ones i a t e·n tan g Pe m be n tu k an Ka bu pate n Daer a h Ti n g k a t I I
Halmahera Tengah.dan Rancangan Undang-undang Republik In
donesia tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat . II
Bi tung.
Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.
R U D I N I