;;212£ ;?1-ss/s -...

69
;;212£ ;?1-ss/s I PENGANGl(ATAN ANAK DALAM lJlJ Nil). 3 TAlllJN 2006 DAN AKIBAT HUKUMNYA Olch: Rcyza Amalia NIM : 103044228122 KONSENTRASI ADMINISTRASl KEPERDA TAAN lSLAM PROGRAM STUDI AL AKHW ALUS SY AKHSIYY AH FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M

Upload: others

Post on 25-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

;;212£ ;?1-ss/s I

PENGANGl(ATAN ANAK DALAM lJlJ Nil). 3 TAlllJN

2006 DAN AKIBAT HUKUMNYA

Olch:

Rcyza Amalia

NIM : 103044228122

KONSENTRASI ADMINISTRASl KEPERDA TAAN lSLAM

PROGRAM STUDI AL AKHW ALUS SY AKHSIYY AH

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAKARTA

1428 H/2007 M

Page 2: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

http://anggara.wordpress.com/2006/09 /27 /tentang-pengangkatan-anakadopsi/

http://www.lbh-apik.or.id/adopsi.htm

61

Zaini, Muderis S.H., Adopsi suatu tinjauan dari tiga sistim hukum,(Jakarta: PT. Sinar

Grafika, 1999).

Fachruddin, Fuad Mohd, Dr., Masalah Anak-anak dalam Hukum Islam, (Jakarta :

CV. Pedoman Ilmu Jaya, 199l)Budiarto, M., S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau

Dari Segi hukum, AKAPRESS, 1991

Page 3: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

PENGANGKATAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN 2006 DAN

AKIBAT HUKUMNYA

SKRIP SI

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sai:jana Administrasi Keperdataan Islam

Oleh:

Reyza Amalia NIM. 103044228122

Di Bawah Bimbingan

Drs.H IA. Basi D"alil. SH.MA NIP. 150 169 102

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AL AKHWALUS SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SY ARI' AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H/2007 M

Page 4: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

PENGESAHAN P ANITtA UJlAN

Skripsi yang be1jt1dul " PENGANGKA TAN ANAK DALAM UU NO. 3

TAHUN 2006 DAN AKIBAT HUKUMNYA" telah diujikan dalam sidang

Munaqasyah Fakultas Syari'ah dau hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada

tanggal 7 Juni 2007, Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Keperdataan Islam pada Jurusan Al-Akhwal

Asy-Syakhsiyyah

Kalua

Sekretaris

Pembimbing

Penguji I

Penguji II

P ANITIA UJIAN

: Drs. I-I. A. Basiq Djalil, SH,MA NIP. 150 169 102

~ ~ ( ... H.~ .. ~.:-:-........... ) !,]

~----( .......................... ) : Kanmrusdiana, S.Ag,MH

NIP. 150 285 972

: ~:P.I~.5~. 1~~s~ifialil, SH,MA ( .... ~ .... ) < D~. IL A"'p Sy~ifuddio H, SH, MH ( ... r!Jl!!!!! ..... ) NIP. 150 268 783 ,

('"

: Asmawi, M.Ag NIP. 150 282 403

Page 5: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

KATA PENGANTAR "' I "' "'

~)I~ )I .J.ll i-'~

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi B1~sar Muhammad SAW,

pembawa syari'ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan

tempat sampai akhir zaman.

Dal am penulisan skripsi ini, ban yak kesul itan dan hambatan yang penul is

jumpai, namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dar1 inayah-Nya, disertai

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung,

segala kesulitan dapat diatasi dengan baik sehingga akhimya skripsi ini dapat

terselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan teiima kasih yang kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.I-I., M.A., M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari'ah dan I-Iukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A., selaku Ketua Jurusanjuga selaku

dosen pembimbing yang tel ah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama

membimbing penulis. dan Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.Hum., dan

Page 6: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

ii

3. Sekretaris Jurusan Al Akhwalus Syakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Segenap bapak dan ibu dosen atau staf pengajar pada lingkungan jurusan Al

Akhwalus Syakhsiyyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

5. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik Perpustakaan Fakultas Syari'ah

dan Hukum dan Perpustakaan Utama yang telah banyak membantu dalam

pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Ucapan terimakasih terutama penulis haturkan secara khusus kepada

Ayahanda H. Abdul Khodir dan Ibunda Hj. Khalilah . Sejumput bakti ini

kupersembahkan alas segala kasih sayang yang senantiasa diberikan serta do'a

tulus ikhlas yang selalu mengiringi setiap langkahku.

7. Suamiku tercinta Abdul latif yang telah memberikan semangat. Tak lupa pula

terimakasihku untuk kakak-kakak ku, bang Syahid, bang Syeikhu, bm1g Suri,

bang Kholid beserta kakak-kakak iparku.

8. Saudara-saudaraku, lili, Linda, Tati, Fauzan,, Om Aji. Om Munir, Om Daud.

senantiasa memberikan semangat, dukungan dan do'a kepada penulis. Hanya

Allah SWT yang dapat membalas kebaikan yang kaliian berikan selama ini

dan semoga ukhuwwah di antara kita selalu memberikm1 kesejukan di hati

kita.

Page 7: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

lll

9. Terima Kasih untuk Nur'afiyah, Fika, Anis yang telah banyak memberi

motivasi dan membantu meminjamkan referensi buku-buku untuk segera

menyelesaikan skripsi ini

I 0. Teman-teman diskusi jurusan Administrasi Keperdataan Islam Fakultas

Syari'ah dan Hukum UIN SYAHID Jakarta angkatan 2003, terutama kepada

sahabat-sahabat karib: Mia, Ilyas, Teguh, Ali, Isti'anah, Meha dan Nurl"la,

Hilma, kawan-kawan penghw1i Basecamp AKI 2003, dan kawan-kawan

lainnya yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Mudah-mudahan

jalinan persahabatan kita tak terhenti sampai di sini dan bisa te1jalin sampai

kapan pun dan di manapun kita berada.

Semoga semua amal baik yang 111endukw1g selesainya skripsi ini dibalas oleh

Allal1 SWT dengan balasan yang berlipat ganda.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis

harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Jakarta, I Juni 2007

Penulis.

Page 8: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

DAFTARISI

KATA PENGANTAR ............................................................ i-iii

DAFT AR ISi ..................................................................... .iv

BABIPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. I

B. Perurnusan Masalah ..................................................... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................... 5

D. Metodologi Penelitian ................................................... 6

E. Sisternatika Penulisan .................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Anak ....................................................... I 0

B. Pengertian Pengangkatan Anak ...................................... 14

C. Syarat-syarat Pengangkatan Anak Menurut Hukum

Nasional ................................................................ 27

D. Syarat-syarat Pengangkatan Anak

Menurut Hukum Fiqh ................................................. 30

BAB III PENGANGKATAN ANAKDAN AKIBATHUKUMNYA.

A. Prosedur Pengangkatan sebelurn UU No. 3 Tahun 2006 ....... 34

B. Prosedur Pengangkatan sesudah UU No. 3 Tahun 2006 ........ 46

C. Akibat Hukum ....................................................... 49

D. Analisis ............................................................... 52

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................. 56

B. Rekornendasi ................................................................ 58

DAFT AR PUST AKA ...... ................................................... 59

LAMPIRAN ..................................................................... 62

Page 9: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tradisi memelihara atau mengasuh anak saudara dekat atau jauh atau

anak orang lain, biasanya dari orang tua yang tidak mampu, sudah sering

dilakukan di Indonesia dengan berbagai sebutan. Sungguh pun demikian,

pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat di mana status

anak berubah menjadi seperti anak kandung dan mendapat hak dan kewajiban

yang sama seperti anak kandung, dan bahkan melebihi anak kandung, tidak

dibenarkan menurut hukum Islam yang dianut oleh mayoritas bangsa

Indonesia.

Terjadinya pengangkatan anak di kalangan warga beragama Islam

disebabkan karena berbagai faktor. Selain pengetahuan yang awam tentang

hukum Islam, maka faktor utanm adalah kebolehan pengangkatan anak

melalui peraturan perundang-undangan yang ada. Pengangkatan anak secara

resmi dilakukan melalui Pengadilan Negeri berdasarkan tradisi hukum:Bru:at

atau Belanda.

Sekarang dalam rangka Reformasi hukum dan memenuhi kebutuhan

masyarakat, pembuatan Undang-undang Republik Indonesia memberi peluang

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama.

Berbagai persoalan timbul, antara lain tentang bentuk-bentuk pengangkatan

Page 10: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

2

anak tersebut kepada anak, ayah dan saudara angkat, dan hal-hal lain yang

berhubungan.

Maksud pengangkatan anak lebih dititik beratkan pada kesadaran

solidaritas social dari pada pe1masalahan yuridis. Dalam arti, pengangkatan

anak merupakan sikap kerelaan dan ketulusan seseorang untuk mengambil

alih tanggung jawab pemeliharaan anak. karena orang tua kandungnya dalam

keadaan tidak atau kurang mampu untuk membesarkan dan mendidiknya.

Oleh karena itu, motivasi pengangkatan anak dalam syari'at islam- lebih

difokuskan pada fungsi sosial. Dengan demikian tindakan pengangkatan anak

tidak menimbulkan akibat hukum

Pasal 49 Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agarna, menyatakan:

"Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang

b J, l d . b .d P k . " 1 P . I eragama s am 1 z ang a. er awman... ... ... ... ... ... ... ... . enJe asan

huruf a Pasal 49 ini, antara lain, menyatakan: "Yang dimaksud dengan

perkawinan adalah hal-hal yang diatur dalam atau berdasarkan Undang-

undang mengenai perkawinan yang berlaku yang dilakukan menurut

Syari 'ah, antara lain ...... .... penetapan asal-usul anak dan penetapan

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam; ... ............................ "

1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006, Mahkamag Agung RI direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Tahun 2006, h. 20

Page 11: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

3

Dalam Undang-undang ini dan juga dalam peratunm perundang-undangan

Indonesia yang lain, istilah "Syari 'ah" at au "Syariah Islam" dipakai silih

berganti atau (interchangeable) dengan istilah "hukum Islam" dan keduanya

mempunyai pengertian yang sama, Dalam perkembangan terakhir sejarah

hukum Islam, syari'ah yang dimaksud adalah fiqh para fuqoha' atau hukum

Islam yang diformulasikan oleh para fuqoha'dari ketentuan Qur'an dan

Sunn ah serta hasil ijtihad mereka, 2 dan di Indonesia termasuk Kompilasi

Hukum Islam (KHI) dan Peraturan Perundang-undangan yang bersumber dari

hukum Islam.

Pasal 171 (h) Kompilasi Hukum Islan1 mengatur pengangkatan anak

menurut hukum Islam.3 Disebut: Anak angkat adalah anak yang dalam

pemeliharaann hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya

beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya

berdasarkan putusan pengadilan. " Pengadilan yang dimaksud adalah

Pengadilan Agama. Pasal 209 (2) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa

anak hanya berhak mendapat washiah wajibah, 4 sebanyak-banyaknya

2 Ri fyal Ka 'bah, Pengangkatan Anak Dalam UU NO. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU

NO. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Rakernas Mahkamah Agung Rl.(Batam : t.p. 2006 ), 11.

2 3

Undang-undang Nomor I Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintahan Nomor

9 Tahun 1975 Serta Kompilasi Hukum lslam di Indonesia, Departemen Agama R.I Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,( Jakarta, 2004.) h.195 4 Ibid, h. 208

Page 12: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

4

sepertiga dari harta warisan, bila almarhum tidak meninggalkan wasiat untuk

anak angkatnya, tetapi tidak mendapatkan hak waris.

Perwalian hanya terhadap anak yang belum mencapai umur 21 tahun

dan atau belum pernah melangstmgkan perkawinan, bila wali tidak dapat

berbuat atau lalai melaksanakan tugas perwaliannya, maka Pengadilan Agama

dapat menunjuk salah seorang kerabat untuk bertindak sebagai wali atas

permohonan kerabat tersebut. 5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membatasi masalah. Bahwa yang

dimaksud dengan Pengangkatan anak menurut Undang-nndang No. 3 Tahun

2006 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama, pengangkatan anak terjadi di Pengadilan Agama dengan

segala akibat hukumnya. Untuk itu penulis ingin meneliti lebih mendalam

tentang Pengangkatan anak te1jadi di Pengadilan Agarna dengan segala akibat

hukumnya. Rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

I. Apakah perbedaan Pengangkatan anak sebelum clan sesudah berlakunya

Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang­

undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

2. Bagimanakah prosedur pengangkatan anak sebelum dan sesudl!h \•

berlakunya Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

5 Ibid, h. 167-168

Page 13: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

5

3. Apakah Akibat hukum pengangkatan anak setelah berlakunya Undang­

undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

I. Tujuan Penelitian:

Berdasarkan dengan judul tulisan "Pengangkatan Anak dalam

Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Alas Undang­

undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan Akibat

Hukumnya. " Maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui perbedaan pengangkatan anak sebelum berlakunya

Undang-undang No. 3 Talmn 2006 tentang Pcrubahan atas Undang­

undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan sesudah

berlakunya Undang-undang No. 3 Tal1un 2006 tentang Perubahan atas

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

b. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengangkatan anak sebelum

berlakunya Undang-undang no. 3 Tahun 2006 Tentang Perubalmn atas

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama dan

sesudah berlakunya Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama

Page 14: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

6

c. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum pengangkatan anak

setelah berlakunya Undang-undahg No. 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan alas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama.

2. Keguni1an Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Agar dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi khazanah ilmu

pengetahuan, khususnya dalam ha! pengangkatan anak di Indonesia.

b. Agar dapat bermm1faat bagi para praktisi lmkum, khususnya para

hakim dalam menetapkan pengangkatan anak dalam Pengadilan

Agama.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, ada empat aspek metodologi penelitian

yang akan di gunakan, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini sepenuhnya mengunakan metode penelitian

kepustakaan (librmy reseach) yaitu dengan penelitian berbagai buku,

majalah, surat kabar, miikel, dan tulisml-tulism1 ilmiah baik yang berupa

tulisan yang di simpan di lembaga pemerintahan maupun perpustakaan

pribadi dan umum yang tentunya ada kaitannya dengan karya tulis ini.

Page 15: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

7

Adapun metode pe11bahasan yang diterapkan dalam penelitian

dalam kepustakaan ini adalah deskriptif analisis pendekatan deskriptif

diperlukan untuk Ili!')maparkan masalah adopsi, baik dari segi bahasa

maupun istilah yang diseiiai pendapat para Ulmna dan pakar tentang

masalah adopsi.

2. Jenis Data

Di dalam penulisan ini, penulis menggunakan jenis data

berupa, yaitu data primer. Dari sumber data tersebut penulis berusaha

menginterpretasikan dengan baik. Adapun sumber primer yang penulis

ambil dalam tulisan ini adalal1 Al-qur'an, buku-buku, kitab Undang­

undm1g dm1 tulisan-tulisan Ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah

adopsi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Mencari dan mengumpulkan berbagai macam literature yang

relevml dengan pokok masalah yang penulis jadikan sebagai sumber

penulisml yang tentunya ada kaitmlnya clengan karya tulis ini.

4. Metode Analisa

Secara umum penulis menggunakan metode Deskriptif dan

analisis dalam menyusun Tulisan ini. Kedua metocle penelitian tersebut

dihm·apkml clapat memberikan gm11baran secara objektif serta

perbandingan yang jelas tentmlg pembahasan tersebut. Secara teknis

Page 16: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

8

penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi

Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

E. Sisti:matika Penulisan

Dalan1 penulisan skripsi ini, untuk mempermudah dalam memahami

skripsi ini, maka penulis membagi isi skripsi ini terdiri dai"i :

BAB Pertama, Mempakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB Kedua, Merupakan tinjauan teoritis membahas tentang pengertian

anak, pengertian pengangkatan anak, syarat-syarat pengangkatan anak

menurut hukum Nasional dan syarat-syarat pengangkatan anak menurut

hukum Fiqh.

BAB Ketiga, Merupakan pembahasan hasil penelitian pustaka yang terdii"i

dari prosedur pengangkatan anak sebelum dan sesudah berlakunya Undang­

undang No. 3 Tahun 2006 Tentang perubahan undang-undang No. 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama, akibat hukum , dan Analisis.

BAB Keempat, Merupakan penutup dari penulisan skripsi ini yang berisi

kesimpulan-kesimpulan penelitian, dan rekomendasi penulis tentang apa yang

diangkat dalam penelitian skipsi ini.

Page 17: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Anak

Bila mengenai anak maka akan terkait tiga bentuk pengertian, anak sah,

atau anak tidak sah dan anak angkat.

I. Anak Sah

Anak sah adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah antara

laid- laki dengan perempuan sebagai suami istri yang sah menurut hukum

Islam. 1 Adapun persyaratan untuk menentukan sahnya keturunan dari

basil perkawinan, dalam Islam dapat ditentukan sebagai berikut :

1. Hamilnya istri adalal1 snatu ha! yang mungki.n: misalnya suami istri

sudah dewasa , suami dan istri tinggal bersania dan berdekatan. Imam

Syafi'i, Imam Hambali dan Imam Malik menurut pendapat mereka,

tidak mungkin istri hamil jika suan1i dan istri tinggal berjauhan,

misalnya istri tinggal di mesir dan suami tinggal di iraq. sedangkan

Mazhab Hanafi bal1wa anal( tersebut boleh di akui sebagai anak dari

suaminya karena kemungkinan terjadinya hal-hal yang luar biasa.2

1Zakaria Ahmad Al-Barri, Hukun1 Anak Dala1n /sla1n Cetakan ke 1 (Jakarta: Bulan Bintang 1981) cetakan

kc Lhal. 16.

2Muhammad Amin, Mimbar Hukum Aktua/isasi Hukum Islam, No. 42 Thn. X ,1999 Mei-Juni, h. 22

Page 18: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

10

2. Istri melahirkan minimal enam bulan setelaI1 akaq nikali:

Ketentuan tentang masa hamil enam bulan sebagai masa hamil

yang paling sedikit ini telah di sepakati oleh ulama-ulama Ahli Fiqh.3

Dengan demikian maka bayi anak yang laI1ir enam bulan setelah

terjadinya percampuran antara suami istri ya11g telah di ikat dengan

tali perkawinan, mairn anak tersebut dianggap sali dan anak itu

dinasabkan pada bapaknya menurut hukum, walaupun jika di

kembalikan menurut kebiasaan. Maka proses kehamilan bagi seorang

ibu adalali 9 bulan I 0 hari.

3. Suami tidak mengingkari kelaliiran anaknya yang lahir dari istrinya .

jika suami mengingkari hubungan keturunan anak itu dengan dia maka

harus di adakan li'an menurut hukum Islam.

4. Jika kehamilan yang terpendek adalah 6 bulan setelaI1 percampuran,

maka kehamilan yang paling lama, para ulama berbeda pendapat

mazhab Hanafi menyatakan baI1wa masa hamil yang paling lama

adalah dua tahun, jadi kalau wanita melahirkan anaknya setelah

berlalu dua tahun atau lebih dari tanggal perpisaiian dengan suaminya

maka anak yang dilaI1irkan tidak di akui hubungan keturunan dengan

suaminya. Mazhab Maliki ada yang berpendapat bahwa masa hamil

yang paling lama adalali empat tahun dengan peristiwa yang benar­

benar terjadi dalam lingkungan mereka

3 Ibid, h. 22

Page 19: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

11

Berdasarkan persyaratan ini, hukum Islam j elas dalam menentukan

persyaratan guna mengetahui status anak yang sebenarnya. Karena

anak memang mempunyai nilai yang amat tinggi, agar bisa di tekan

sekecil mungkin. Kemungkinan adanya perselisihan dan kekacauan

akibat anak. Islan1 ihenganjurkan agar anak-anak itu di peroleh lewat

perkawinan. Cara itu bisa menjamin si anak berada di tangan orang tua

yang tidak di sangsikan lagi karakternya.4

2. Anak Tidak Sah

Anak yang tidak sah adalah anak yang lahir akibat perbuatan zina

seorang laki-laki dan perempuan dan anak yang lahir dari pasangan suami

istri yang saling meli' an karena sang suami tidak mengakui anaknya dan

menuduh istrinya berbuat zina.

Dari keterangan diatas, maka anak yang tidak sah itu terbagi 2 macam :

a. Anak Zina.

Anak yang lahir dari hubungan badan laki-laki dengan perempuan di

luar akad pemikahan baik keduanya terikat pernikahan dengan

pasangan lain atau salah satunya. 5

b. Anak Li'an.

4 Ibid, h. 23 5 Ibid, h. 20

Li'an berasal dari kata "LA 'ANA", artinya : mengutuk. Sedang

menurut syara' berarti mengutuk diri sendiri.6 Yaitu suami

Page 20: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

12

mengingkari hubungan ketumnan anak itu, maka dia hams meli'an.

Firman Allah SWT :

J / ?t / j. ,., / 1'~

r~jjl uyY, ~;u13

Artinya : JJan orang-orang yang menuduh istrinya berzina, tapi mereka tidak ada mempunyai saksi-saksl selain diri mereka sendiri ....... (Q.S An-Nur 6-7).

Seorang anak dilahirkan dari hubungan yang tidak sah ini tetap

hams diakui oleh ibunya yang melahirkannya dan menimbulkan

akibat-akibat keperdataan dalam hukum Islam. Sedangkan dengan

ayahnya anak itu terputus dengan keabsahan ayahnya. Termasuk anak

yang diingkari ayahnya dengan jalan Li'an.7 Dengan demikian maka

antara anak dengan ayahnya tidak dapat saling mewarisi karena secara

hukum antara keduanya tidak terdapat hubungam nasab.

Dalam masalah ini, para ulama berbeda pendapat sejauh mana

hubungan Itu terputus. Imam Syafi'I dan Imam Maliki : kedua Ulama

ini membolehkan si ayah untuk mengawini anaknya jika anak itu

perempuan. Sedangkan Mazhab Imamiyah, Abu hanifah dan Ibn

Han1bal membedakan pengertian anak dengan menumt pengertian

Lughowi dan U'rfi, akibatnya antar anak dengan ayalmya tetap diakui

keterikatannya dari segi keharamannya. U ntuk saling menikahi,

6 Ansari Umar, Fiqh Wanita (Semarang. CV. Asyifa, t.t ), h. 441 7 op-cit .h. 21

Page 21: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

13

kendatipun antara keduanya tidaklah diakui :;ebagai hub1mgan ayah

dengan anak secara syar'i.8 Jelas sekali, bagi anak diluar kawin ini

sangat menyedihkan sekali keadaantiya. Ia akan berbeda dalam

keadaan yang menyakitkan dan merendahkan keberadaannya.

Walaupun ibunya tetap mengakuinya, natnun garis keturunan dengan

ayahnya tidaklah dapat disambung.

B. Pengertian Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak sering juga diistilahkan dengan adopsi. Adopsi

berasal dari Adoptie (Belanda) atau adoption (lnggris). Adoption artinya

pengangkatan, pemungutan, adopsi, dan untuk sebutan pengangkatan anak

disebut adoption of a child. 9 lstila11 anak angkat adalah " anak orang lain

yang diambil (dipelihara) serta disahkan secara hukum sebagai anak

sendiri."10 Pengangkatan anak disebut juga adopsi, yaitu " penciptaan

hubungan orang tua-anak oleh perintah pengadilan antara dua pihak yang

biasanya tidak mempunyai hubungan (keluarga) ". Anak yang tadinya tidak

mempunyai hubungan darah dengan ayah atau ibu angkatnya setelah di adopsi

8 Muhamad Jawad Mughniyyah, Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah 'Ala Al-Mazahib Al-Khamsah (Beirut: Dar Al-llmi Al-Malayin, 1984), h. 84

9 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus lnggris Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1981, hal 13.

'"Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, kamus besar bahasa Indonesia, edisi Kedua (Jakmta: Balai pustaka, 1886), hal. 36

Page 22: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

14

Konsekwensi Hukumnya sebagai anak sendiri. 11 Sepe1ti dapat saling mewarisi

dan diwarisi.

Di Indonesia, ada beberapa istilah hukum tentang adopsi atau

pe11gangkatan anak, yang diakui oleh hukum adat, hukum Islam dan hukum

positif. Masing-drnsing hukum tersebut, peristilahan dan pengertian tentang

bentuk pengangkatan anak yang berbeda, misalnya hukum adopsi biasanya

selalu dikaitkan dengan Bab II Staatblad 1917 Nomor 129, yang mengatur

tentang hukum dagang bagi golongan Timur Asing Tionghoa. Sedangkan

dalam masyarakatpun terdapat lembaga-lembaga pengangkatan anak. dalan1

wilayah-wilayah tertentu dan cara-cara pengangkatan anak terdapat

keragaman pemahaman atau istilah dibawah ini ada beberapa pendapat

mengenai penge1tian adopsi atau pengangkatan anak. i;:

Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli hukum dalam

mendefinisikan adopsi atau pengangkatan anak, diantaranya yaitu :

I. Supomo menyebutkan di seluruh wilayah hukum (Jawa barat) bilamana

dikatakan "mupu, mulung atau mungut anak" yang dimaksudkan ialah

mengangkat anak orang lain sebagai anak sendiri. 13

11 R. Subekti & Tirtosoedibio," Pengangkatan seorang anak sebagai anak kandungnya." Ka1nus Hukum (Jakarta: PT Pradnya Paramila. 1996), hal. 6.

;,; lkatan Hakim Indonesia, IKAHI, I.S.S.N- Intemasional Standmt Serial No. 0215-0247, h. 34 \..!]l .

B. Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut hukum Adat Serta Akibat Hukumnya di Kemudian Hari, (Jakarta: Rajawali 1983), h. 39.

Page 23: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

15

2. Ter Haar Bzn berpendapat : Adoption is common throughout the

Archipelago. By means it is a child, who does not belong to the family

group, is brought into the family un such a way that his relationship

amongs to the same thing as a true kinship relation. ( Adopsi pada

umumnya terdapat di seluruh Nusanhira. Artinya, bahwa perbuatan

pengangkatan anak dari luar kerabatnya, yang memasukkah dalam

keluarganya begitu rupa sehingga menimbulkan hubungan kekelum·gaan

yang sama seperti hubungan kemasyarakatan yang tertentu biologis.) 14

3. Surojo Wignjodipuro yaitu adopsi atau pengangkatan anak adalah suatu

perbuatm1 pengambilan mmk orang lain kedalam keluarga sendiri

sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak

yang dipungnt itu timbul suatu hukum kekeluargaan yang sama, seperti

yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri. 15

4. Menurut Bushar Muhammad, adopsi, ambil anak, angkat anak adalah

suatu perbuatan hukum dalam hukum adat, dimana seseorang dim1gkat

atau didudukkan dan diterima dalmn suatu posisi baik biologis maupun

social, yang semula tidak ada padanya. 16

14 B. Ter Haar, Adat law in Indonesia, Terjemahan Hoebel, E Adamson dan A. Arthur Schiler,

Jakmta, 1962, h.175

15 Surojo Wignjodipoero, Pengantar dan Azas-azas Hukum Adat, (Bandung: t.p., 1973),h.23

16 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1985),h. 33

Page 24: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

16

5. Menurut Hilman Adikusuma. Anak angkat adalah anak orang lain yang

dianggap anak sendiri oleh orang tua angkat dengan resmi menurut Adat

setempat, dikarenakan t1tjuan untuk kelangsungan keturunan atau

pemeliharaan seperti anaknya sendiri. 17

Adopsi tidak sama dengan anak angkat, yang dalam istilah agama

Islam dinamakan dengan Tabanni, 18 namun Tabanni yang dimaksud bukan

pengertian yang berlaku pada masa Jahiliyah yang ketika itu pengertiannya,

perbuatan mengambil anak orang lain untuk diberi status sebagai anak

kandung dengan menasabkan kepada dirinya serta memberlakukan

konsekwensi hukum layaknya anak kandung, seperti hak untuk saling waris-

mewarisi. Namun pengertian yang sebenarnya dalan1 maksud agama Islam

adalah perbuatan seseorang yang mengambil anak orang lain, diperlakukan,

diasuh, dididik, dengan penuh perhatian dan kasih sayang, tanpa memberi

status anak kandung kepada anak tersebut. Perbedaan antara adopsi dengan

anak angkat terletak pada prinsip hukum. Adopsi yang dikenal di Negara

Indonesia merupakan revisi dari sistem Eropa dimana berakibat terputusnya

hubungan dan hak-hak anak angkat dengan orang tua kandungnya. Sedangkan

'' Hilman Adikusuma.Hukum Perkawinan Ada! (Jakarta: Fajar Agung. 1987). IL l'' 18

Ikatan Hakim Indonesia, lKAHI, l.S.S.N- Intemasional Standait Serial No. 0215-0247, h. 37

"BAPINROH. Buletin Dakwah Cet.ke-11, Jllid II, (Jakarta: Dewan Dakwah lslamiyah. Indonesia, I 983), h. l

Page 25: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

17

anak angkat versi Islam mencegah putusnya hubungan tersebut, mengakui hak

dan kewarisan dan lain-lain. 19

Di dalam Kompilasi Hukum Islam tidak dikenal dengan nama Adopsi,

melainkan dengan nama "anak angkat ". anak angkat menurut KHI

(Kompilasi I-Iukum Islam) adalah anak yang dalam pemeliharaan untuk

hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan, dan sebagainya, beralih tanggung

jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan

keputusan pengadilan. 2°

a. Pengangkatan Anak Menurut Hokum Nasional

Perundang-undangan tentang adopsi sudah ada sejak <lulu dan diatur

dalam staatblad tahun 1917 No. 129 Bab II yakni tentang pengangkatan

anak/ Adopsi Khusus untuk golongan Tionghoa. Untuk pengaturan selaajutnya

yakni zmnan kemerdekaan sudah banyak dikelum·kan aturan tentang adopsi

guna lebih menyempurnakan kebijakm1 yang telah ada.21

Ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang pengangkatan

anak di antaranya :

I. Staatblad tahun 1917 No. 129 Bab II.

2° Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Departemen Agama R.l Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta, 2004.h. 196

21 Op-Cit, h.34

Page 26: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

18

Staatblad tersebut mengatur tentang pengangkatan anak yang

klmsus berlaku bagi orang-orang Tionghoa (Istilah yang digunakan untuk

pengangkatan anak dalam Staatblad talnm 1917 No. 129 tersebut adalah

"Adoptie"). Pengangkatan anak mennrut Staatblaad m1 hanya

dimungkinkan untuk anak lalci-laki dan hanya dapat dilakukan dengan

Akte Notaris. Namun Yurisprudensi (Putusan Pengadilan Negeri Istimewa

Jakarta) te1ianggal 29 Mei 1963, telal1 membolehkan mengangkat anak

perempuan.22

2. Undang-undang No. 62 talmn 1958 tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia (Lembaran Negara Tal1un 1958 No. 113, tambal1an lembaran

Negara No. 1674), (Pasal 2) Berbunyi sebagai berikut:

a. Anak asing yang belum berumur 5 tahun yang diangkat oleh warga

Negara Republik Indonesia, memperoleh Kewarganegaraan Republik

Indonesia , apabila pengangkatan itu dinyatakan sah oleh PN

(Pengadilan Negeri) dari tempat tinggal orang yang mengangkat anak

itu.

b. Pernyataan sah oleh PN termaksud harus dimintakan oleh orang yang

mengangkat tersebut dalam satu tahun setelah pengangkatan itu atau

dalam satu tahun setelah UU ini mulai berlaku. 23

3. Undang-undang No. 4 tal1un 1979 tentang kesejahteraan analc (pasal 12)

berbunyi sebagai berikut :

22http://www.lbh-apik.or.id/adopsi.htm

23 Ibid

Page 27: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

19

a. Pengakatan anak menurut adat dan kebiasaan dilaksanakan dengan

mengutamakan kepentingan kesejahteraan anak. 24

b. Kepentingah kesejahterqan anak yang termaksud dalam ayat (1)

diatur lebih lanjut dengan PP ( Peraturan Pemerintah ). 25

c. Pengangkatan anak untuk kepentingan kesejahteraan anak yang

dilakukan diluar adat dan kebiasaan, dilaksanakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

4. Surat Edaran Direktur Jenderal Hukurn dan Perundang-undangan Nomor :

.!HA 1/1/2 tanggal 24 Februari 1978 tentang prosedur pengmigkatan anak

warga Negara Indonesia oleh orang asing. Surat Edaran tersebut

menyatakan bahwa pengatigkatan oleh orang asing hanya dapat dilakukan

dengan suatu penetapan Pengadilat1 Negeri. Tidak dibenarkan dilaknkan

dengan akta Notm·is yang di legalisir oleh Pengadilan Negeri. Selanjutnya

dalam Surat Edaran tersebut ditentukan juga syarat-syarat permohonan

pengangkatan anak warga Negara Indonesia oleh orang asing, diantarat1ya

ditentnkan bahwa permohonannya harus diajnkan oleh Pengadilan Negeri

di Indonesia ( dimana anak yang diangkat berdiam), permohonan harus

berdiam di Indonesia, pemohon beserta istri menghadap sendiri di

24 Pengakatan anak berdasarkan pasal ini tidak memutuskan hubungan darah antara anak dan orang tua dan keluarga orang tua berdasarkan hukum bagi anak yang bersangkutan(penjelasan UU RI No 4 tahun 1979. tentang kesejahteraan anak. h.62)

25 Peraturan pemerintah yang dimaksudkan antara lain mengatur pencatatan sebagai buku sah. Adanya pengangkatan anak guna pemeliharaan kepentingan kesejahteraan anak bersangkutan (Ibid)

Page 28: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

20

hadapan hakim serta pemohon clan istri berdasarkan peraturan

d . . . I k ak 26 perun angan negaranya mempunym surat izm untu c mengang ·at an .

5. Surat Edaran Menteri Sosial Republik Indonesia tertanggal 7 Desember

1978 Nomor : Huk. 3-1-58-1978. Surat Edaran tersebut ditujukan kepada

kepala kantor wilayah Depmiemen Sosial seluruh Indonesia, yang menjadi

penekanan dalam Stirat Edaran ini adalah supaya Dep-Sos memperhatikan

hal pengangkatan anak yang maim harus ditekankan untuk kepentingan

kesejahteraan anak. Surat Edm·an ini merupakan petunjuk sementara

dalan1 pengangkatan m1ak ( adopsi) Internasional dimana kasus ado psi

m1tar Negara semakin meningkat, yakni adopsi Warga Negata Indonesia

oleh Wm·ga Negara Asing.

6. Surat Menteri Koordinator Bidang Politik dan Kemnanan tertanggal 27

Mm·et 1980 Nomor : 12/MENKO/POLKAM/3/1980. Dijelaskan dalam

surat tersebut bahwa hendaknya masih disediakan suatu klausa yang

membuka kemungkinan pengangkatan mmk oleh suatu keluarga asing

berdasar persyaratan sangat istimewa, berdasarkan alasan yang ditentukan

dalam Surat Menko Polkmn, diantaranya menyatakan bahwa

Pengangkatan anak perbuatan kemannsiam1 yang sangat mulia.

7. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 6 tahun

1983 tentang penyempurnaan Surat Edaran Mahkamah Agtmg Nomor : 2

tahun 1979 mengenai pengangkatan anak. Surat Edaran tersebut

26 Htm://WWW.Theceli.com/Apik/Adopsi.htm.

Page 29: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

21

menjelaskan tentang syarat-syarat permohonan, pengangkatan anak antara

Warga Negara Indonesia, pengangkatan anak Warga Negara Indonesia

oleh orang tua Warga Negara Asing, pengangkatan anak Warga Negara

Asing oleh orang tua Warga Negara Indonesia. Surat tersebut ditujukan

kepada Ketua, Wakil Ketua, Hakim-hakim pengadilan Negeri di seluh1h

Indonesia. 27

8. Instruksi Presiden Nomor 1 talmn 1991, Kompilasi Hukum Islam, pasal

171 (h) menyatakan bahwa kedudukan anak dipelihara dan dirawat oleh

orang tua angkat. A11inya anak angkat tidak sama dengan anak kandung.

Hanya tanggung jawab terhadap analc beralih dari orang tua kandung

kepada orang tua angkat. Orang tua angkat diberikan tanggung jawab

yang san1a dengan orang tua kandung, seperti : merawat, mendidik,

dsb. 28

9. Pengangkatan anak diatur dalam undang- undang No.23 tahun 2002

tentang perlindungan analc, Bab VIII, bagian kedua, pasal 39 sampai 41

yang intinya adalal1:

Pengangkatan analc hanya dapat dilalcukan w1tuk kepentingan yang

terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat

dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

27 Himpunan SEMA RI dari I951-2005. h. 593 28

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Departemen Agama R.I Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta, 2004, h. 196

Page 30: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

22

Pengangkatan anak tidak akan menmtuskan hnbungan darah antara

anak yang diangkat dan orang tua kandungnya;

Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut oleh

calon anak angkat;

Pengangkatan anak oleh warga negara asmg hanya dapat dilaknkan

sebagai upaya terakhir;

Bila asal usu! anak tidak diketahui, maka agan1a anak disesuaikan

dengan agama mayoritas penduduk setempat;

Orang tua angkat wajib memberitahukan k1~pada anak angkatt1ya

mengenai asal usulnya da11 orang tua kandungnya dengan

memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan. 29

b. Pengangkatan Anak Menurut Hokum Islam

Pengangkatan anak dalal11 istilah Arab disebut tabanni atau tabanni

aththifi, yaitu mengangkat anak orang lain sebagai anak yang kedudukmmya

sarna dengan mrnk kandung sehingga memutuskm1 hubungan si mrnk dengan

keluargm1ya serta memberikan hak mewarisi dm1 diwarisi antara keduanya,

dimana pengangkatan anaknya diresmikan di depan umum.3° Kemudian

Qur'an juga menyebutnya da'iyyun, yaitu, menghubungkan asal usu! kepada

seseorang yang bukan ayah kandungnya. 31 Menurut Qur' m1 da 'iyyun dan

Tabanni adalah penge1tian yang tidak dibenm·kan dalam hukmn Islam, ini

merupakm1 ha! yang tidak benar terhadap asal usu!, karena menghubllilgkan

29 hokum online.co1n

30 Huzaemah Tauhido dan Hafidz Ansari (ed), Problematika Hukum ls/am Kotemporer, (Jakarta: Pustaka firdaus, 1996 ), h. 130 .

31 Ibid., ha!. 453

Page 31: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

23

kepada yang bukan keturunannya. Al-Qur'an melarang pengangkatan anak

dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab 4-5 yaitu:

: "Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya, dan Allah tidak menjadikan Jstri-istrimu yang kamu Zhihar itu sebagai ibumu ,dan Allah tidaklah menjadikan anak angkat sebagai anak kalian sendiri. !tu hanyalah ucapan mulut kalian semata, sedangkan Allah menyatakan kebenaran dan ia menwyuki kepada jalan yang lurus. "

Ayat ini didahului dengan pernyataan bahwa Allah tidak menciptakan

dua hati dalam rongga dada manusia, seperti yang telah diterangkan oleh Ibnu

Katsir, bahwa seseorang tidak mungkin menyamakan antara seorang ibu dan

seorang istri bagaimanapun mirip keduanya, seperti juga tidak mungkin

menyamakan antara anak kandung dan anak angkat bagaimanapun keduanya

dianggap sama. Muhan1mad Ali al-syabuny berpendapat dalam kitab tafsir

Rawa'I Al-Bayan bahwa Tabanni sebagaimana Zihar, diperbolehkan pada

masa jahiliyah. Nanmn setelah datangnya islam keduanya diharamkan.

Tabanni maupun Zihar diharamkan karena dalam keduanya ada penisbatan

seseorang kepada orang Jain yang tidak sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Dalam Tabanni, ada penisbatan anak kepada seorang bapak yang bukan bapak

Page 32: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

24

kandungnya.32 Ada beberapa sebab Syari'at Islam melarang melakukan

pengangkatan anak (al-Tabanni) seperti yang dilakukan pada masajahiliyah:

1. Tabanni itu berarti mengada-ngada yang tidak ada. Salah satu azas dalam

ajaran Islam adalah mengakui sesuatu kenyataan sesuai dengan

sunnatullah. Mengangkat anak dengan mengakui anak orang lain sebagai

anak sendiri adalah tidak sesuai dengan sunnatullah.

2. Pengangkatan anak sering dilakukan dengan tujuan tertentu yang

bertentangan dengan prikemanusiaan, seperti misalnya agar mendapat

warisan orang lain dan sebagainya.

3. Pengangkatan anak dapat menimbulkan perubahan tingkatan dan susunan

hak dan kewajiban dalam keluarga yang akan berdampak pada kenyataan

setuju atau tidak setuju diantara anggota keluarga. Misalnya dalam bidang

nafkah, waris dan sebagainya. 33

Sementara dalam Zihar ada penisbatan Istri terhadap ibu kandungnya

sendiri. Keduanya merupakan ha! yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah. Ada

juga istilah pengangkatan anak dalam agama Islam yaitu al-Luqatah (al-

Laqith), yaitu seorang ayah yang memungut seorang anak yatim atau

mendapat di jalan kemudian dijadikan sebagai anaknya sendiri baik diasuh,

diberi makan, diajarkan, dan diajak bergaul seperti anaknya sendiri, bedanya

32 Muhammad Ali Ash-syabuny, Rawa'I al-bayan Tafsir ayat AI-ahkam Min Al-qur'an.(Beirut: 'Alim Al-kutub, 1986), Cet. Ke-I, juz II, h. 286

33 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama /JAIN di Jakarta, I/mu Fiqh, Cet.ke-Jl, JI/id fl, (Jakarta: t.p., 1994/1995), h. 182

Page 33: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

25

adalah ia tidak menisbatkan anak tersebut pada dirinya dan tidak diperlakukan

padanya hukum-hukum seperti anak kandungnya sendiri sepe1ti : menjadi

mahram, haram dikawini, dan berhak mendapat waris. 34 Hal semacam ini

dibolehkan dalan1 Islam. Tabanni sebagaimana Zihar keduanya dllatang oleh

agama. Larangan ini berhubungan dengan kasus pcngangkatan Zayid bin

Haritsah, seorang budak, menjadi anak Nabi Muhammad s.a.w.35

Implikasi dari kasus ini, Zayid yang tadinya dipanggil Zayid bin

Muhan=ad, kemudian diganti dengan zayid bin Harit:iah sesuai dengan nama

ayah kandungnya, mengikuti ketentuan ayat 5 surah Al-Ahzab.

Pasal 171 (h) Kompilasi Hukum Islam mengatur pengangkatan anak

menurut hukum Islam. Disebutkan: "Anak angkat adalah anak yang dalam

pemeliharaan hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih

tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya

berdasarkan putusan pengadilan." Pengadilan yang dimaksud adalah

Pengadilan Agama. Pasal 209 (2) Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa

anak angkat hanya berhak mendapat Washiyah Wajibah, sebanyak-banyaknya

sepertiga dari harta warisan, bila almarhum tidak meninggalkan wasiat untuk

anak angkatnya, tetapi tidak mendapatkan hak waris.

34 media.isnet.org/islam/Oardhawi/Halal/303.html - 20k-

35 Al-Qur'an al-Karim,Sakhtar 1991-1997. Tafeir oleh Ibnu Katsir terhadap ayat 4 surat al-ahzab:

Page 34: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

26

Y m1g harus diperhatikan dalm11 penetapan mrnk angkat tersebut.

Pertama, anak angkat tidak dapat menggunakan nmna ayah m1gkatnya, seperti

yang dijelaskan oleh ayat 5 surah Al-ahzab di atas. Kedua, antara ayah angkat

dengan anak m1gkat, ibu angkat dengai1 saudara angkat tidak mempunyai

hubungan darah. Mereka daptit tinggal serumah, tetapi hatUs menjaga

ketentuan mahram dalam hukum Islam, antara lain tidak dibolehkan melihat

'ahwat, berkhalwat, ayah atau saudara angkat tidak menjadi wali perkawinan

untuk anak angkat perempuan, dm1 lain-lain. Salah satu jalan keluar ym1g

dapat diusulkan untuk pemecahan hubungm1 mahrmn adalah dengan tindakm1

ibu angkat menyusukan ai1ak m1gkat di masa menyusui.36

Maka dapat dipahan1i bahwa pengertian adopsi atau pengangkatan

anak menurnt hukum Islmn adalah mengambil anak orm1g lain untuk diasuh

dan dididik dengan penuh perhatian dan kasih sayang, dm1 diperlakukan oleh

orang tua m1gkatnya seperti anaknya sendiri, tanpa memberi status anak

kandung kepadanya dan tidak menimbulkan akibat hukum diantm·a keduanya

seperti hak pewm·isan dan perwalian.

C. Syarat-syarat Pengangkatan Anak Menun1t Hukum Nasional

Adapun Syarat-syarat pengangkatan anak menurut hukum Nasional

terdapat tiga katagori, yaitu Pengangkatan anak a11tar Warga Indonesia,

36 Ini berdasarkan ayat 32 surah an-nisa' tentang wanita yang tidak bolah dinikahi.

Page 35: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

27

Pengangkatan anak Warga Negara Asing oleh orang tua Warga Indonesia dan

Pengangkatan anak Warga Indonesia oleh orang tua warga negara Asing.

a. Pcngangkatan Anak Antar Warga Negara Indonesia

Adapun didalamnya mengenai Syarat untuk Galon orang tua angkat

dan syarat menjadi anak angkat.

I) Ca/on Orang tua Angkat

a. Berstatus kawin dan berumur minimal 25 tahun atau

maksimal 45 tahun;

b. Pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak

sekurang-kurangnya sudah kawin 5 tahun, dengan

mengutamakan keadaan ,tidak mungkin mempunyai anak

( dengan surat keterangan dokter kebidanan/dokter ahli),

atau belum mempunyai anak, atau mempunyai anak

kandung seorang, atau mempunyai anak angkat seorang

dan tidak mempunyai anak kandung.

c. mampu ekonomi berdasarkan surat keterangan dari pejabat

yang berwenang, serendah-rendahnya Lurah/Kepala Desa

setempat, Berkelakuan baik, sehat jasmani dan rohani,

Mengajukan pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak

semata-mata untuk kepentingan kesejahteraan anak;

2) Ca/on AnakAngkat

Page 36: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

28

a) Berumur kurang dari 5 (lima) tahun, Persetujuan dari orang

tua/wali (apabila diketahui ada)37

b. Pehgangkatan Ahak Warga Negal-a Indonesia oleh Warga

Negata Asing dan Peugangkatan Anak Warga Negara Asing

oleh Warga Negara Indonesia

Adapun didalamnya mengenai Syarat untuk calon orang tua angkat

dan syarat menjadi anak angkat.

l ). Calon Orang tua Angkat.

a) Berstatus kawin dan berumur minimal 25 tahun atau

maksimal 45 tahun;

b) Pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak

sekurang-kurangnya sudah kawin 5 tahun dengan

mengutamakan yang keadaannya Tidak mungkin

mempunym anak ( dengan surat keterangan dokter

kebidanan/dokter ahli), atau belum mempunyai anak, atau

mempunyai anak sekandung, atau rnempunyai anak angkat

seorm1g dan tidak mempunyai anak kandung.

c) mampu ekonomi berdasarkm1 surat keterangan dari Negara

asal pemohon, persetujuan te1tulis dari pemerintah Negara

asal pemohon, berkelakuan baik berdasar surat keterangan

37 http://www.lbh-apik.or.id/adopsi.htm

Page 37: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

38 Ibid

29

dari kepolisian RI, sehat jasmani dan rohani berdasarkan

surat keterangan dokter pemerintah, mengajukan

pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak semata-mata

untuk kepentingan kesejahteraan anak.

d) telah berdomisili dan bekerja tetap di Indonesia sekurang­

kurangnya 3 (tiga) tahun berdasarkan surat keterangan dari

pejabat yang berwenang serendah-rendahnya

Bupati/Walikota Madya/Kepala Daerah tingkat II setempat

e) telah memelihara dan merawat ar1ak yang bersangkutan

sekurang-kurangnya, 6 (enam) bulan w1tuk dibawah umur

3 (tiga) tahun, dan 1 (satu) tahun untuk anak umum 3 (tiga)

tahun san1pai 5 (lima) tahun.38

2). Ca/on Anak Angkat

a) Berunmr kurang dari 5 (lima) tahun, Persetujuan tertulis dari

pemerintah Negara asal calon anak angkat.

Ayat ( 40 pasal 39 UU No. 23/2002 seperti dikutip diatas

menyatakan: "Pengangkatan anak oleh warga Negara asing hanya

dapat dilakukan sebagai upaya terakhir." )Tampak disini, bahwa

walaupun pada dasarnya pengangkatan anak oleh waTga Negara

asing dibolehkan, tetapi sebenarnya hanya boleh atas dasar darurat

dengan melihat kepentingan anak itu sendiri.

Page 38: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

30

D. Syarat-syarat Pengartgkatan Anak Menurut Fiqh

Islam mehgatur pengangkatan anak dengan syarat-syarat berikut:

a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat

dengan orang tua kandung dan keluarganya ;

b. Islam membolehkan pengangkatan anak dengan tujuan memelihara

kepentingan anak ;

c. Pengangkatan anak dalan1 Islan1 hanya peralihan tanggung jawab

pemeliharnan biaya hidup, pendidikan, bimbingan agama dan lain­

lain oleh orang tua angkat, tetapi tidak memutus hubungan

hukum/nasab dengan orang tua asalnya ;

d. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua

angkat, melainkan tetap sebagai ahli waris dari orang tua

kandungnya, demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan

sebagai ahli waris dari anak angkatnya ;

e. Hubungan keharta bendaan Dalam ha! keperdataan antara anak

angkat dengan orang tua angkatnya hanya di perbolehkan dalam

hubungan washiah wajibah ;

f. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya

secara langsung kecuali sebagai tanda pengenal/alamat ;

g. Orang tua angkat tidak dapat beiiindak sebagai wali dalan1

perkawinan terhadap anak angkatnya ;

Page 39: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

31

h. Untuk pengangkatan anak diperlukan persetujuan orang tua asal,

wali, atau badan hukum yang menguasai anak yang akan diangkat ;

1. Antara anak yang di angkat dengan orang tua angkat seharusnya

sama-sama orang yang beragama Islam, agar si anak tetap pada

kelslamannya. 39

Yang perlu di perhatikan adalah anak angkat tidak sarna

dengan anak kandung, maka disini tidak ada hubungan khusus antara

anak yang di angkat dengan orang tua angkat mengenai masalah

-keperdataan seperti kewarisan dan perwalian. Karena kembali seperti

tujuan semula bahwa pengangkatan anak adalah perlakuan orang tua

angkat oleh anak angkatnya berdasarkan dari segi kasih sayang,

. pemberian .llafkah, pendidikan dan pelayanan segala kebutuhannya, dan

bukan diperlakukan sebagai status anak kandungnya sendiri.

Dengan demikian yang bertentangan .dengan ajaran Islam

adalah mengangkat anak dengan memberikan status yang sama dengan

anak kandungnya sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan

pengangkatan anak dalam pengertian yang terbatas, maka kedudukan

hukumnya diperbolehkan saja, bahkan clianjurkan.

39 Rifyal Ka'bah, Pengangkatan Anak Dal am VU NO. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas VU

No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Rakernas Mahkamah Agung Rl.(Batam: t.p. 2006 ),h.

12

Page 40: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

32

Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi, adopsi dapat di benarkan

apabila seseorang yang memungutnya tidak mempunyai keluarga,

kemudian bermaksud memelihara anak tersebut baik dari sudut kasih

sayang, pendidikan sandang dan pangannya terpenuhi, diajak bergaul

layaknya anak kandungnya sendiri, sedang bersama ayah angkatnya

tidak ada sama sekali hubungan nasab yang dapat mempunyai hak

seperti anak kandungnya.40

Maksud pengangkatan anak lebih dititik beratkan pada

kesadaran solidaritas sosial dari pada permasalahan yuridis. Dalam arti

pengangkatan anak merupakan sikap kerelaan dan ketulusan seseorang

untuk mengambil alih tanggung jawab pemeliharaan anak. oleh karena

itu, motivasi pengangkatan anak dalam Syari' at Islam lebih difokuskan

pada fungsi sosial. Dengan demikian tindakan pengangkatan anak tidak

menimbulkan akibat hukum.

40 YusufQardhawi, Loe Cit

Page 41: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

BAB HI

PENGANGKATAN ANAK DAN AKIBAT HUKUMNYA

A. PROSEDUR PENGANGKATAN ANAK SEBELUM UNDANG-UNDANG

NO. 3 T AHUN 2006.1

Aclapun mengenai proseclur pengangkatan anak sebelum Unclang-unclang No. 3

tahun 2006 cliantaranya mengenai Permohonan/pengangkatan, pemeriksaan

persiclangan clan putusan.

1. Permohonan/Pengangkatan

a. Tentang Pennohonan/pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia

Dalam ha! menerima, kemudian memeriksa clan mengadili pennohonan­

pem1ohonan Pengesahan/Pengangkatan anak Antar Warga Negara.

Indonesia. diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

l). Bentuk surat Permohonan (sifatnya voluntair)

a). Dilakukan secara lisan atau pennohonan secara tertulis.

b). Dapat cliajukan clan ditanda tangani oleh pemohon sendiri atau

kuasanya.

c ). Dibubuhi inaterai secukupnya.

1 Himpunan SEMA RI dari 1951-2005. h. 567-590

Page 42: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

34

d). Dialamatkan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal/domisili anak yang akan

diangkat.

2). Isi Surat Permohonan.

a). Identitas dan Kedudukan para pihak

b). Posita, dasar yang mendorong (motif) diajukan permohonan

pengangkatan anak tersebut.

c) Isi petitum bersifat tunggal :

Tidak disertai (In Samenloop met) petitum yang lain. cukup

dengan memohon penetapan bahwa anak tersebut menjadi anak

angkatnya dan disahkan secara hukum.

b. Tentang Permohonan pengesahan/pengangkatan anak Warga Negara

Asing oleh orang tua angkat Warga Negara Indonesia (Inter Country

Adoption).

I). Bentuk surat Permohonan (sifatnya voluntair)

a). Dilakukan secara lisan atau permohonan secara tertulis.

b ). Dapat diajukan dan ditanda tangani oleh pemohon sendiri atau

kuasanya.

c ). Dibubuhi materai secukupnya.

Page 43: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

35

d). Dialatnatkan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah

lmkinnnya meliputi tempat tihggal/domisili anak yang akan

diangkat

2). Isi Surat Permohonan.

a). Identitas dan Kedudukan para pihak

b ). Posita, dasar yang mendorong (motif) diajukan permohonan

pengesahan/pengangkatan anak tersebut.

c ). Isi petitum bersifat tunggal :

Tidak disertai (In Samenloop met) petitum yang lain. cukup

dengan memohon penetapan bahwa anak tersebut menjadi anak

angkatnya dan disahkan secara hukum.

c. Tentang Permohonan pengangkatan Anak Warga Negara Indonesia oleh

orang tua angkat Warga Negara Asing (Inter Country Adoption).

1 ). Bentuk surat Permohonan (sifatnya voluntair)

a). Dilakukan secara lisan atau permohonan secara tertulis.

b ). Dapat diajukan dan ditanda tangani oleh pemohon sendiri atau

kuasanya.

c ). Dibubuhi materai secukupnya.

d). Dialamatkan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal/domisili anak yang akan

diangkat

Page 44: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

36

2). Isi Surat Permohonan.

a). Identitas dan Kedudukan para pihak

b ). Posita, dasar yang mendorong (motif) diajukan permohonan

pengesahan/pengangkatan anak tersebut.

c ). Isi petitum bersifat tunggal :

Tidak disertai (In Samenloop met) petitum yang lain. cukup

dengan memohon penetapan bahwa anak tersebut menjadi anak

angkatnya dan disahkan secara hukum.

2. Pemeriksaan Persidangan

a. Dalam ha! menerima, kemudian memeriksa dan mengadili permohonan­

permohonan Pengesahan/Pengangkatan anak Antm· Warga Negara

Indonesia. diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

I). Pengadilan Negeri mendengar langsung

a). Calon orang tna angkat (Suami-isteri orang yang belum

menikah) sedapat mungkin juga anggota keluarga yang terdekat

lainnya (anak-anak orang tua angkat yang telah besar). Dapat

pula orang yang berpengaruh dilingkungannya, sepe1ii Kenia

adat setempat RT, Lurah.

b ). Orang tua yang sah/walinya

c ). Badan/Y ayasan Sosial yang telah mendapat izin dari Depmiemen

Sosial/Pejabat Instansi Sosial setempat untuk bergerak di bidang

kegiatan pengangkatan anak, kalau anak angkat warga Negara

Page 45: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

37

Indonesia tersebut berasal dari Badan/Y ayasan Sosial (bukan

private adoption).

d). Calon anak angkat kalau menurut umurnya sudah dapat diajak

bicara.

e ). Pihak kepolisian setempat.

2). Pengadilan Negeri memeriksa dan meneliti alat-alat bukti lain yang

dapat menjadi dasar pennohonan ataupun pertimbangan putusan

Pengadilan antara lain sebagai berikut:

a). Akte kelahiran yang ditanda tangani oleh Bupati atau Walikota

setempat.

b ). Surat resmi (surat izin Depmtemen Sosial).

c ). Surat-surat keterangan, laporan Sosial, pernyataan-pernyataan.

d). Surat Keterangan dari Kepolisian tentang calon orang tua m1gkat

dan calon anak angkat

3). Pengadilan Negeri mengarahkan pemeriksaan dipersidangan:

a). Untuk memperoleh gan1baran yang sebenarnya tentang latar

belakm1g/motif dari pihak-pihak yang akan melepaskan anak

(termasuk Badan/Yayasan social dimana anak tersebut berasal)

ataupun pihak yang akan menerima anak yang bersangkutan

sebagai anak angkat, tanggapan anggota keluarga terdekat (anak­

mrnk yang telah besar) dari kedua belah pihak orang tua tersebut.

Page 46: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

38

b). Untuk mengetahui seberapa jauh dan seberapa dalam

kesungguhan, ketulusan dan kesadaran kedua belah pihak

tersebut akan aldbat-akibat dari perbuata.n hukum melepas dan

mengangkat anak tersebut, Hakim menjelaskan hal-hal tersebut

kepada kedua belal1 pihak.

c). Untuk mengetahui keadaan ekonomi, keadaan rumah tangga

(kerukunan, keserasian, kehidupan keluarga) serta cara mendidik

dan mengasuh dari kedua belal1 pihak c:alon prang tua angkat

terse but.

b. Dalam ha! menerima, kemudian memeriksa dan mengadili pennohonan­

permohonan Pengesahan/Pengangkatan a.nak Warga Negara Asing oleh

orang tua angkat Warga Negara Indonesia diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

I). Pengadilan Negeri mendengar langsung

a). Calon orang tua angkat (Suami-isteri orang yang belum

menikal1) sedapat mungkin juga anggota keluarga yang terdekat

lainnya (analc-anak orang tua angkat yang telal1 besar). Dapat

pula orang yang berpengaruh dilingkungannya, seperti Ketua

adat setempat RT, Lural1.

b ). Orang tua yang sal1/walinya

c ). Badan/Yayasan Sosial yang telal1 mendapat izin dari Departemen

Sosial/Pejabat Instansi Sosial setempat untuk bergerak di bidang

Page 47: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

39

kegiatan pengangkatan anak, kalau anak angkat warga Negara

lrtdonesia tersebut berasal dari Badan/Y ayasan Sosial (bukan

private adoption).

d). Calon artak angkat kalau menurut umurnya sudah dapat diajak

bicara.

e ). Petugas/Pejabat Imigrasi dan bllamana tidak ada pejabat Imigrasi

di suatu daerah, Petugas/Pejabat te1ientu dari Pemerintah Daerah

yang ditunjuk untuk memberikan penjelasan tentang status

Imigratur dari calon anak Warga Negara Asing dan atau/ calon

orang tua angkat Warga Negara Indonesia

f). Pihak kepolisian setempat.

2). Pengadilan Negeri memeriksa dan meneliti alat-alat bukti lain yang

dapat menjadi dasar permohonan ataupun pertimbangan putusan

Pengadilan antara lain sebagai berikut:

a). Akte kelahiran yang sah menurut peraruran di Negara asing

tersebut yang diketahui oleh KBRI/Pe1wakilan RI setempat.

b). Surat resmi (surat izin Departemen Sosial).

c ). Surat-surat keterangan, laporan Sosial, pernyataan-pemyataan.

d). Surat Keterangan dari Kepolisian tentang calon orang tua angkat

dan calon anak angkat

3). Pengadilan Negeri mengarahkan pemeriksaan dipersidangan:

Page 48: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

40

a). Untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya tentang latar

belakang/motif dari pihak-pihak yang akan melepaskan anak

(tennasuk Badan/Yayasan social dimana anak tersebut berasal)

ataupun pihak yang akan menerima anak yang bersangkutan

sebagai anak ahgkat, tanggapan anggota keluarga terdekat ( anak­

anak yang telah besar) dari kedua belah pihak orang tua tersebut.

b ). Untuk mengetahui seberapa jauh clan seberapa dalam

kesungguhan, ketulusan dan kesadaran kedua belah pihak

tersebut akan akibat-akibat dari perbuatan hukum melepas dan

mengangkat anak tersebut, Hakim menjelaskan hal-hal tersebut

kepada kedua belah pihak.

c). Untuk mengetahui keadaan ekonomi, keadaan rumah tangga

(kerukunan, keserasian, kehidupan keluarga) serta cara mendidik

dan mengasuh clari kedua belah pihak calon prang tua angkat

terse but.

d). Untuk memperoleh keterangan clari pihak Departemen luar

Negeri, Imigrasi clan Kepolisian setempat demi menghindarkan

penyelundupan legal.

c. Dalan1 hal menerima, kemudian memeriksa dan mengadili permohonan­

permohonan Pengesahan/Pengangkatan anak Warga Negara Indonesia

oleh orang tua angkat Warga Negara Asing diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

Page 49: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

41

I). Pengadilan Negeri mendengar langsung

a). Calon orang tua angkat Warga Negara Asing (Suami-isteri) dan

Orang tua yang sah/walinya Warga Negara Indonesia

b ). BadaiJ/Y ayasan Sosial yang telah 111endapat izin dari Departemen

Sosial/Pejabat Instansi Sosial setempat untuk bergerak di bidang

kegiatan pengangkatan anak, kalau anak angkat warga Negara

Indonesia tersebut berasal dari Badan/Y ayasan Sosial (bukan

private adoption).

c ). Calon anak angkat kalau menurnt umurnya sudah dapat diajak

bicara.

d). Petugas/Pejabat Imigrasi dan bilamana tidak ada pejabat Imigrasi

di suatu daerah, Petugas/Pejabat tertentu dari Pemerintah Daerah

yang ditunjuk untuk memberikan penjelasan tentang status

Imigratur dari calon anak Warga Negara Indonesia atau/ calon

orang tua angkat Warga Negara Asing.

e). Pihak kepolisian setempat.

2). Pengadilan Negeri memeriksa dan meneliti alat-alat bukti lain yang

dapat menjadi dasar permohonan ataupun pertimbangan putusan

Pengadilan antara lain sebagai berikut:

a). Akte kelahiran yang ditanda tangani oleh Bupati atau Walikota

setempat.

b). Surat resmi (surat izin Departemen Sosial).

Page 50: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

42

c ). Surat-surat keterangan, laporan Sosial, pernyataan-pernyataan.

d). Surat Keterangan dari Kepolisian tentang calon orang tua angkat

dan calbn anak angkat

e ). Surat Keterangan dari Kepolisian tentang, bahwa calon orang tua

angkat Warga Negara Asing tel·sebut telah berada dan bekerja

tetap di Indonesia sekurang-kurangnya 3 tahun

f). Surat-surat resmi tentang pribadi calon orang tua angkat Warga

Negara Asing. Seperti Surat Nikah Calon orang tua angkat, Surat

lahir mereka, Surat keterangan kesehatan, Surat keterangan

pekerjaan dan penghasilan calon orang tua angkat (suami-istri),

Persetujuan atau izin untuk mengangkat anak/bayi Indonesia dari

Instansi/Lembaga Sosial yang berwenang dari Negara asal orang

tua angkat Warga Negara Asing, Surat keterangan atas dasar

penelitian social Worker, Surat pernyataan calon orang tua

angkat Warga Negara Asing bahwa mereka tetap berhubungan

dengan Departemen Luar Negeri/Perwakilan Republik Indonesia

setempat sungguhpun anak tersebu1 telah memperoleh

kewarganegaraan orang tna angkat (Warga Negara Asing). Surat­

surat tersebut 7 hams didaftarkan dan dilegalisir oleh

Departemen Luar Negeri/Perwakilan RI di Negara asal calon

orang tua angkat Warga Negara A sing terse but.

3). Pengadilan Negeri mengarahkan pemeriksaan dipersidangan :

Page 51: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

43

a). Untuk memperoleh gambaran yang sebenamya tentang latar

belakang/motif dari pihak-pihak yang akan melepaskan anak

(termasuk Badan/Yayasan social dimana anak tersebut berasal)

ataupun pihak yang akan menerima anak yang bersangkutan

sebagai anak angkat, tanggapan anggota keluarga terdekat (anak­

anak yang telah besar) dari kedua belah pihak orang tua tersebut.

b ). Untuk mengetahui seberapa jauh dan seberapa dalam

kesungguhan, ketulusan dan kesadarart kedua belah pihak

tersebut akan akibat-akibat dari perbnatan hukum melepas dan

mengangkat anak tersebut, Hakim menjelaskan hal-hal tersebut

kepada kedua belah pihak.

c ). Untuk mengetahui keadaan ekonomi, keadaan rumah tangga

(kernkunan, keserasian, kehidupan keluarga) serta eara mendidik

dan mengasuh dari kedua belah pihak calon prang tua angkat

terse but.

d). Untuk memperoleh keterangan dari pihak Departemen luar

Negeri, Imigrasi dan Kepolisian setempat demi menghindarkan

penyelundupan legal.

3. Putusan Terhadap Permohonan-pcrmohonan Pcngusahan/ Pengangkatan

Anak

a. Permohonan Pengesahan/Pengangkatan Anak antar Warga Negara

Indonesia

Page 52: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

44

I). Mernpakan "PENET APAN"

2). Amar Penetapan yang isinya menyatakan sah pengangkatan anak

( dibubuhi natna, alamat Pemohon, dan nama, alamat dan jenis kelamin

anak angkat tersebut), menghukum pemohon untuk membayar biaya

perkara yang ditetapkan.

b. Tentang Permohonan pengesahan/pengangkatan anak Warga Negara

Asing oleh orang tua angkat Warga Negara Indonesia (Inter Country

Adoption).

c. Tentang Permohonan pengangkatan Anak Warga Negara Indonesia oleh

orang tua angkat Warga Negara Asing (Inter Country Adoption).

Mengenai ha! :

I). Kedua-duanya merupakan " PUTUSAN "

2). Sistimastik kedua jenis permohonan tersebut serupa dengan sisitematik

putusan dalam perkara gugatan perdata yang terdiri dari dua bagian :

a). Dalam bagian " TENT ANG JALANNY A KEJADIAN " dimuat

secara lengkap pokok-pokok yang terjadi selama pemeriksan

dimuka sidang.

b). Dalam bagian " TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM "

dipertimbangkan/diadakan penilain tentang, latar belakang

mengapa disatu pihak ingin melepaskan anak di lain pihak

mengapa ingin mengadakan pengangkatan, Keadaan kehidupan

Page 53: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

45

ekonomi, Kesungguhan, ketulusan, kerelaan pihak yang

mengangkat yang mengangkat dan yang melepaskannya.

c ). Amar putusan yang isinya yang isinya menyatakan sah

pengangkatan anak ( dibubuhi nama, alamat, Warga Negara

Pemohon, dan nama, alamat dan jenis kelamin anak angkat

tersebut), menghukum pemohon untuk mcmbayar biaya perkara

yang ditetapkan.

Dan khusus Pengangkatan Anak Warga Negara Indonesia oleh

Warga Negara Asing ditambah dengan Salinan putusan

permohonan, pengesahan/pengangkatan anak dikirimkan kepada

pihak-pihak Departemen Sosial, Departemen Kehakiman, Dirjen

Imigrasi, Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan,

Kejaksaan, Kepolisian.

B. PROSEDUR PENGANGKATAN ANAK SETELAH UNDANG-UNDANG

NO. 3 T AHUN 2006.

Dalam hukum acara perdata gugatan permohonan disebut juga gugatan

Volunteir. Yang artinya permohonan secara sepihak tanpa ada pihak lain yang

ditarik sebagai tergugat.

I. Proses Pemeriksaan Permohonan. 1

a. Jalannya proses pemeriksaan secara Ex-Parle.

1 !bid, h. 38

Page 54: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

46

Oleh karena yang terlibat dalarn perrnohonan hanya sepihak, yaitu

pernohon sendiri, proses perneriksaan perrnohonan hanya secara sepihak

atau bersifat Ex-f'mte, sedangkan yang hadir dan tarnpil dalarn

perneriksaan pel'sidangan, pernohon atau kuasanya. Tidak ada pihak lawan

atau tergugat perneriksaan sidang benar-be11ar hadii· untuk kepentingan

pernohon. oleh karena itu, yang terlibat dalarn penyelesain pennasalahan

hukurn, haliya sepihak yaitu pehiohon.

Pada prinsipnya proses ex-parte bersifat sederhana:

• hanya rnendengar keterangan pernohon atau kuasanya selmbungan

dengan perrnohonan,

• memeriksa bukti surat atau saksi yang diajukan pemohon, dan

• tidak ada tahap replik-duplik dan kesimpulan.

b. Yang Diperiksa di Sidang hanya Keterangan dan Bukti Pernohon.

Didalarn proses yang bercorak ex-parte, hanya keterangan dan bukti­

bukti pemohon yang diperiksa pengadilan. Pemeriksaan tidak

berlangsung secara contradictoi (contradictory) atau op tegenspraak.

Maksudnya, dalan1 proses pemeriksaan, tidak ada bantahan pihak lain.

hanya dalarn proses pemeriksaan gugatan contentiosa (gugatan yang

bersifat partai dimana ada penggugat dan tergugat) yang berlangstmg

secara contradictoir. Dalarn hal ini, keterangan dan bukti-bukti yang

Page 55: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

47

diajukan penggugat dapat dibmitah dan dilumpuhkan tergugat, dm1

sebaliknya.

Intinya adalah pada Hukum Acm·a Perdata di Pengadilan N egeri dengan di

Pengadilan Agmna dalam ha! prosedur Beracara sebenarnya sama saja.

Termaktub Dalam Undm1g-undmig Republika Nornor 7 tahun 1989 pada Bab

IV Hukum Acara pasal 54 dikatakan bahwa " hukum acara yang berlakti pada

pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah hukum acara perdata

yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali

yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang lni. " 1

Jadi prosedur pengangkatan anak sebelum undang-undang no. 3 tahun

2006. yang penyelesaiannya di Pengadilan Negeri dengan prosedur

pengangkatan anak sesudah undang-undang no. 3 tahun 2006. dimana

Pengadilm1 Agmna memiliki kewenangan absolute untuk menerima, memeriksa

dan mengadili perkara permohonan pengangkatan berdasm·kan hukum Islam.

prosedur pengangkatan anak antara keduanya san1a saja. Baik yang Permohonan

Pengesahm1/Pengangkatan m1ak m1tar Warga Negara Indonesia, Tentang

Permohonan pengesahan/pengangkatm1 anak Warga Negara Asing oleh orang

tua angkat Warga Negara Indonesia Tentang Permohonan pengm1gkatan Anak

2 Peradilan Aga1na di Indonesia, Sejarah Perken1bangan /e1nbaga dan proses 11embentukan IJndang-undangnya, DEPAR TEMEN A GAMA RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan BAdan Peradilan Agama 2001.

Page 56: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

48

Warga Negara Indonesia oleh orang tua angkat Warga Negara Asing. Tentu saja

pemohon tersebut beragama Islam

Oleh karena itu penulis tidak menulis kembali prosedur pengangkatan

anak sesudah undang-undang no. 3 tahun 2006. sebab tdah ada pada prosedur

pengangkatan anak sebelum undang-undang no. 3 tahun 2006 diatas.

C. AKIBAT HUKUM

Pengangkatan anak berdasarkan tradisi hukum Barat/Belanda melalui

Pengadilan Negeri mempunyai akibat hukum yang berbeda dengan

pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama.

Pengangkatan anak versi hukum Islam sebenarnya merupakan pemeliharaan

dan pengasuhan anak bukan hanya bagi orang tua kandung saja namun

pengasuhan oleh orang lain yang bukan orang tua kandungnya dengan tidak

sama sekali merubah hubungan hukum, nasab dan mahram antara anak angkat

dengan orang tua dan keluarga asalnya. Perubahan yang te1jadi hanya

perpindahan tanggung jawab pemeliharaan, pengawasan dan pendidikan dari

orang tua asli kepada orang tua angkat. 3

3 Rifyal Ka'bah, Pengangkatan Anak Dalam UU NO. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UU

No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Rakernas Mahkamah Agung Rl.(Batam : t.p. 2006 ),h.

14 3 M. Budiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi hukum, AKAPRESS, 1991

Page 57: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

49

Pengangkatan anak versi hukum islam tidak merubah status anak angkat

menjadi anak kandung dan status orang tua angkat menjadi status orang tua

kandung, mempunyai hubungan keluarga seperti keluarga kandung. Dalam

hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam ha!

hubungan darah, hubungan wali-mewali dan lmbungan waris n1ewaris dengan

orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dm·i orang tua kandungnya dan

anak tersebut tetap memakai nama dari ayah km1dungnya." kecuali hubungan

keluarga persusuan bila Ibu angkat berhasil menyusukan anak angkat sewaktu

masih dalam masa menyusui, dan lain-lain.

Oleh km·ena itu akibat hukum dm·i pengm1gkatan anak m1tara versi Islam

dengan versi hukum positif yang dibuat dari ketentuan hukum belanda, memiliki

akibat hukum yang berbeda, akibat hukum dari pengangkatm1 anak versi

ketentuan hukum belanda adalah anak tersebut secara hukum memperoleh nama

dari bapak angkat, dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan

orang tua m1gkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat

pengangkatan tersebut maka terputus segala hub1mgan perdata, yang berpangkal

pada keturunan karena kelahiran, yaitu antm·a orang tua kandung dm1 miak

tersebut. Dalam ha! perwalian, sejak putusan diucapkan oleh pengadilm1, maka

orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat tersebut. Sejak saat itu pula,

-e:gaia nak dan kewajiban orang tua kandung beralih pada orang tua angkat.

Page 58: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

50

hanya bagi anak angkat perempuan beragama Islam, bila dia akan menikah

maka yang bisa menjadi wali nikahnya hanyalah orangtua kandungnya atau

saudara sedarabnya.

Selain dari dna pandang hukum yaitu pandangan hukum positif dan hukum

Islam, ada juga hukum adat jangan sampai terlupakan sebab hukum adat juga

memiliki andil besar dan merupakan bahan pe1iimbangan dalam membuat

hukum di Indonesia. Akibat hukum pengangkatan anak dilihat dalan1 sudut

pandang Hukum Adat, namun hukum adat tidak sedikit pula yang tidak dapat

mewakili apa yang ada dalam Undang-undang No. 3 tabun 2006 Perubahan atas

Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama, oleh karena itu

dapat kita lihat perbedaan hukum adat dibawah 1111

: Bila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi anak angkat tergantung

kepada hukum adat yang berlaku. Bagi keluarga yang paTental, -Jawa

misalnya-, pengangkatan anak tidak otomatis memutuskim tali keluarga antara

anak itu dengan orangtua kandungnya. Oleh karenanya, selain mendapatkan hak

waris dari orangtua angkatnya, dia juga tetap berhak atas waris dari orang tua

kandungnya. Berbeda dengan di Bali, pengangkatan anak merupakan kewajiban

hukum yang melepaskm1 m1ak tersebut dari keluarga asalnya ke dalam keluarga

angkatnya. Anak tersebut menjadi anak kandung dari yang mengangkatnya dan

meneruskan kedudukan dari bapak angkatnya. Berbeda Di Bali dan di Jawa

yang keluarga Parental berbeda pula di tanah Jakarta jauh disana adapt Betawi,

Page 59: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

51

dimana pada masyarakat Betawi pengangkatan anak tidak menyebabkan

hubungan dengan orang tua kandung putus sama sckali. Si anak tetap

dibolehkan berhubungan dengan keluarga kandungnya. Hal 1m disebabkan

masyarakat betawi biasanya mengangkata anak berasal dari saudara sendiri. 5

D. ANALISIS

Bahwa setelah penulis kaji dan perhatikan dari uraian yang ada, bahwasanya

penulis dapat menganalisis diantaranya tentang :

l. Staatblad tahun 1917 Nomor: 129 Bab II, kalaulah diperhatikan sebetulnya

dibuat demi status social yakni untuk melestarikan keturunan atau

pemeliharaan abu leluhur warga Tionghoa, bukan untuk kepentingan anak.

Staatblad tersebut belum dihapus dari sistem dan penmdang-undangan tentang

adopsi di Indonesia. Walaupun pada keputusan Pengadilan Negeri Istimewa

Jakarta Namor : 907 /1963 tertanggal Mei 1963 menyatakan bahwa peraturan

adopsi sepetii yang tercantum dalam pasal 5 dan seternsnya Staatblad 1917 :

129 sudah tidak mempunyai hak hidup lagi, karena bertentangan dengan

Undang-undang Dasar 1945, akan tetapi pada kenyataarmya masih tetap

berlaku dan dijadikan rujukan hukum di Pengadilan Negeri.

5 http:// anggara. word press.com/2006/09/2 7 /tentang-pengangkatan-anakadopsi/

Page 60: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

52

2. Mengenai Undang-undang Kesejahteraan Anak No. 4 1:ahun 1979 yang dalam

pasal-pasalnya ditegaskan bahwa pengangkatan anak hams lebih diutamakan

kepentingan kesejahteraan anak, akan tetapi pada ke1ryataannya dapat dilihat

dalam perkara-perkata adopsi, terbukti babwa pengangkatan anak didasarkan

pada alasan tidak adanya keturunan. Anak yang diangkat biasanya adalah

anak yang orang tuanya tidak mampu ekonominya. Pengangkatan anak

memang bisa menguntungkan si anak namun juga bisa merugikan si anak

angkat tersebut. Menguntungkan bila orang tua yang mengangkat

memperlakukan si anak sebagai anak sendiri tanpa membeda-bedakan status

sehingga perkembangan jiwa si anak angkat berlangsung dengan baik. Tetapi

terkadang pengat1gkatan anak itu juga merugikan si anak angkat ketika

keadaan tertentu membuat perlakukan orang tua angkat tidak membahagiakan

si anak angkat. Hal ini bisa te1jadi ketika ternyata si anak angkat memiliki

kelemahan baik secara fisik ataupun mental yang dianggap merugikan dan

merepotkan orang tua angkat, atau bisa juga ketika diketabui si anak angkat

berperilaku nakal dan tidak berkenan di kalangan keluarga orang tua angkat

sehingga ada upaya pengucilan dari keluarga angkat. Memang masalah

pengangkatan anak ini merupakan sesuatu yang bisa bersifat positif tapi juga

bersifat negatif. Bahkan pakar hukum yang berkecimpung dalam masalab

perlindungan anak Arif Gosita, menyebutkan, bahwa yang hams diutamakan

dalam perlindungan anak adalah kepentingan si anak sendiri daripada

kepentingan orang tua.

Page 61: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

53

3. Dalam ha! kewarisan, anak angkat tidak mendapat Warisan dari orang tua

angkat namw1 hanya mendapat wasiat wajibah seperti yang telah termaktub

dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 209. Dal am Islam ada tiga faktor yang

menyebabkan seseorang saling mewarisi, yaitu karerta ketururlan al-qarobah,

katena hasil perkawinan yang sah al-Musyaharah, dan karena faktor hubuhgan

perwalian antara hamba sahaya dan wali yang memerdekakannya. Anak

angkat tidak termasuk dalam tiga katagori tersebut di atas, dalam arti bukan

satu kerabat atau satu keturunan dengan orang tua angkatnya, bukan pula lahir

atas perkawinan yang sah dari orang tua angkatnya, dan bukan pula karena

hubungan perwalian. Oleh karena itu antara dirinya dan orang tua angkatnya

tidak berhak saling mewarisi satu sama lain . .Tika ia mewarisi, maka hak waris

mewarisi hanya berlaku antara dirinya dengan orang tua kandungnya. Caranya

adalah dengan hibah atau wasiat yang ditulis oleh ayah angkatnya selama

masih hidup. Dan ketentuan dalam wasiat wajibah adalah sepertiga dari harta

wansan.

4. Dalam ha! Pencatatan Pengangkatan anak, pengajuan pencatatan anak angkat

ke kantor Catatan Sipil adalah Penetapan Pengadilan Negeri tentang

pengangkatan anak. Setelah memperoleh kepastian hukum maka kewajiban

orang tua angkat untuk mencatatkan anak angkatnya itu ke kantor Catalan

Sipil untuk memperoleh semacam Akta Kelahiran. Dengan demikian maka

dapat dianggap bahwa anak angkat tersebut seolah-olah sebagai anak yang

Page 62: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

54

bm·u lahir di tengah-tengah keluarga barunya. Dengan lahimya surat "Akta

Pengangkatan Anak:' dari km1tor Catatan Sipil tersebut, maka "Akta

Kelahiran anak:' tersebut dari orffilg tua km1dungnya menjadi gugur atau

hapus dengan sendirinya. Sebab tidak mungkin seorang ffilak memiliki dua

akta kelahiran dengan dua orang tua kandung. Kemudim1 dengffil Pengadilan

Agama memiliki kewenffilgan absolute untuk menerima, memeriksa dm1

mengadili perkara permohonffil pengffilgkatffil berdasarkan hukum Islmn.

Yang menjadi persoalan "Apakah anak yang telah ditetapkan sebagai anak

angkat oleh Pengadilan Agama harus juga dicatatkan oleh orang tua

angkatnya ke kantor Catalan Sipil " ?? . yffilg selmna ini belum ada kejelasan

mengenai pencatatm1 pengangkatffil di Pengadilan Agama, oleh karena itu

sebaiknya menurut penulis dari penguraian pada Bab II di atas, pengangkatffil

berdasarkan hukum Islam tidak memutuskffil hubungan hukum atau hubungan

nasab dengffil orang tua kandungnya. Orang tua angkat hanya sekedar

mengasuh memelihm·a, memberikan pendidikffil dm1 memberi kasih sayang.

Oleh karena itu, tidak bisa dijadikan seolah-olah anak ffilgkat tersebut sebagai

mlalc yang baru lahir di tengah-tengah keluarga orang tua m1gkatnya dengan

segala hak dan kewajibannya seperti analc kandung. Oleh karena itu

konsekwensi logisnya tidak perlu adanya pencatatan anak angkat yang

ditetapkan berdasarkffil hukum Islam oleh orffilg t11a angkatnya ke kantor

Catalan Sipil. Mungkin cara penetapan pengffilgkatan anak di Pengadilffil

Agffilm Dengffil membuat catatffil pinggir pada Akta Kelahirffil Analc, bahwa

Page 63: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

55

anak yang bersangkutan tersebut sekarang menjadi anak angkat A dan B (ha!

ini penulis mehgkiaskan pada masalah Rujuk. Dibuat catatan pinggir pada

Kutipan Akta Pernikahan, bahwa orang yang bersangkutan telah Rujuk

kembali).

Page 64: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

A. KESIMPULAN

BAB IV

PENUTUP

Melalui kajian-kajian diatas penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa:

1. Perbedaan pengangkatan anak sebelum dan sesudah berlakunya UU No.

3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989

tentang peradilan Agama, diketahui adanya perbedaan kewenangan,

adopsi anak sebelum Tahun 2006 pengangkatan anak merupakan

kewenangan Pengadilan Negeri, baik yang beragama Islam atau bukan

yang beragama Islam, dan setelah berlakunya Undang-undang No. 3

Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989

tentang peradilan Agama, pengangkatan anak bagi yang beragama Islam

dilakukan di Pengadilan Agama. Perbedaan juga terjadi dari segi

kualifikasi atau te1minologi, ada perbedaan konsep adopsi menurut

hukum Islan1 dengan hukum nasional atau hukum Barat. Islam tidak

mengenal adopsi sebagaimana dimaksud dalam hukum Barat. Kemudian

pada akibat hukumnya pun ada perbedaan antar putusan sebelum Tahun

2006 dengan putusan sesudah berlakunya UU Nomor 3 tahun 2006

Page 65: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

57

tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang

peradilan Agama .

2. Prosedur pengangkatan anak scbclwn dan sesudah berlaktmya Undang­

undang No. 3 Tahun 2006

Pengangkatan anak sebelum dan sesuclah berlakunya Unclang-unclang

No. 3 Tahun 2006 clalam beracara ticlak acla perbeclaan. Proseclur

pengangkatan sebclum clan sesuclah Unclang-undang No. 3 Tahun 2006

tcrdapat pacla Surat Eclaran Mahkamah Agung No. 6 Tahun 1983

tentang penyempurnaan Surat Eclaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun

1979 perihal penyempurnaan pcmeriksaan permohonan

pengesahan/pengangkatan anak. karena sesuclah berlakunya Unclang­

undang No. 3 Tahun 2006 pengangkatan anak menjacli kewenangan

Pengadilan Agama bagi orang yang beragama Islam maka dalam

Unclang-undang Republika Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan

Agama pada Bab IV Hukum Acara pasal 54 clikatakan bahwa " hukum

acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan

Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan

dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara

khusus dalam Undang-undang ini. ".

3. Akibat hukum pengangkatan anak setelah berlakunya Undang-undang No.

3 Tahun 2006 tentang perubahan alas Unclang-unclang No. 7 Tahun 1989

tentang pcraclilan Agama. Pcngangkatan anak ticlak membawa akibat

Page 66: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

58

hukum dalam ha! hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan

waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari

orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah

kandungnya.

A. REKOMENDASt

Oleh karena itu penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :

I. Maka perbedaan yang esensial m1tara kedua tradisi hukum harus

dicantumkan dalam setiap pei1etapan pengangkatan anak di Pengadilan

Agama, pencatatan di Kmttor Catatan Sipil, Depmiet:netl Sosial dan

lembaga-letnbaga laiimya yang berhubungan.

2. Agar segel'a disosialisasikan Undang-undm1g No. 3 Tahun 2006 tentang

perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama kepada masyarakat. Agar masyarakat yang beragama Islam

mengetahui adanya pengangkatan anak di Pengadilan Agama.

3. Diharapkan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas

Undang-undang No. 7 Talmn 1989 tentang Peradilan Agama dapat

dimasukkan dalam Kurikulum belajar-mengajm· di tingkat Tsanawiyah,

Aliyah . Tujuannya agm· siswa dapat mengetahui lebih jauh Undang­

undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahm1 atas Undang-undang No. 7

Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama sebelum masuk ke Perguruan

tinggi.

Page 67: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

DAFTAR PUSTAKA,

Al-Qur 'an Nu! karim dan Terjemahannya

Undang-undang Nomor I Tahun I974 Tentang Perkawinan dan Peraturan

Pemerintahan Nomor 9 Tahun I975 Serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

Departemen Agama R.I Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan

Penyelenggaraan Haji, Jakarta, 2004.

Ka'bah, Rifyal, D.r,. M.A,. Pengangkatan Anak Dalam Undang-undang NO. 3 Tahun

2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang NO. 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama, Rakernas Mal1kamah Agung RL(Batam : t.p. 2006 )

Alunad Al-Barri, Zakaria,M.A,. Hukum Anak Dalam Islam (Jakarta Bulan Bintang

1981) cetakan ke 1.

Mimbar Hukum Aktualisasi Islam, No. 42 Thn. X, 1999 Mei-Juni

Himpunan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia dari Tahun 1951-

2005.

Umar, Ansori,S.H., Fiqh Wanita (Semarang. CV. Asyifa, t.t)

Ikatan Hakim Indonesia, IKAHI, I.S.S.N- Internasional Standart Serial No. 0215-

0247

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia,

1981)

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, kamus besar

bahasa Indonesia, edisi Kedua (Jakaiia: Balai pustaka, 1886),

Page 68: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

60

R. Subekti & Tirtosoedibio " Pengangkatan seorang anak sebagai anak

kandungnya. ", kamus Hukum (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 1996)

Peradilan Agama di Indonesia, Sejarah Perkembangan lembaga dan proses

pembentukan Undang-undangnya, DEPARTEMEN AGAMA RI, Direktorat

Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan BAdan

Peradilan Agama 2001.

Tafal, B. Bastian, Pengangkatan Anak Menurut hukum Adat Serta Akibat Hukumnya

di Kemudian hari, (Jakarta: Rajawali, 1983 )

Haar, B. Ter, Adat law in Indonesia, Terjemahan Hoebel, E Adamson dan A. Arthur

Schiler, (Jakarta: t.p., 1962)

Wignjoclipoero, Surojo, S.H, Pengantar dan azas-azas Hukum Adat, ( Bandnng:

t.p.,1973)

Bushar Muhammad,S.H, Pokok-pokok Hukum Adat, (.Jakarta: Praclnya Paramita,)

Aclikusuma, Hilman S.H, Hukum Perkawinan Adat (Jakarta : Fajar Agung, 1987)

BAPINROH. Buletin Dakwah, (Jakmta : Dewan Dakwah lslamiyah. Indonesia,

1983). Cet.XI, No.45

Huzaemah Tauhiclo. Dr. Prof,. clan Haficlz Ansori. M.A (eel), Problematika Hukum

Islam Kotemporer, (Jakarta : Pustaka firdaus, 1996 )

Proyek Pembinaan Prasaratm dan Sarana Perguruan Tinggi Agama I IAIN di Jakmta,

Ilamu Fiqh, (Jakarta : t.p., 1994/1995), Cet.ke-II, Jllid IL

Qardhawi, Syeikh Yusuf,. Halal dan Haram dalam Islam., (terj)Muammal Hamidy.

(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1976).

Syaltut, Mahmud. Dr,. (Al- Fatawa), (Mesir; Dar Al-Qolam t.th).

Page 69: ;;212£ ;?1-ss/s - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17546/1/REYZA AMALIA... · pengangkatan anak seperti yang berlaku dalam tradisi Barat

OEPARTEMEN AGAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY A TULLAR JAIU.RTA FAI(UL TAS SY ARI' AI-I DAN HUICUM

Telp. : (62-21) 74711537, 7401925 Fax. (62-21) 7491821 uanda No.95 Ciputat Jakarta 15412, Indonesia Website: w.w1.uinjkt.ac:.id Email : [email protected]

fo. : ES/PP.042.2/l'fbilXl/2006 Jakarta, 22 November 2006 .amp 1 a I : Mohon Kesediaan Menjadi

Pembimbing Skripsi

Kepada Yang Terhormat Drs. H. A, Basiq Djalil, S.H., M.A. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta Di-

JAKARTA

Assa/amu'a/aikum Wr. Wb.

Pirnpinan Fakultas Syariah dan Hukum.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta rnengharap­kan kesediaan saudara untuk rnenjadi pernbirnbing skripsi rnahasiswa:

Nama : S~yza Amalia NIM : 103044228122 Jur I Prodi Judul Skripsi

: Ahwal Syakhshiyyah/Adrninistrasi Keperdataan Islam : "Pengangkatan Anak dalarn UU No. 3 Tahun 2006 Tentang

Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agarna dan Akibat Hukurnnya"

Beberapa hal yang dapat dipertirnbangkan adalah sebagai berikut :

1. T opik bahasan dan outline bila dianggap perlu dapat diadakan perubahan dan penyernpurnaan.

2. Teknik penulisan agar rnerujuk kepada buku "Pedoman Penulisan Karya llrniah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta".

Dernikian alas kesediaan saudara karni ucapkan terima kasih.

Wassalamua/aikum Wr. Wb.