205_panduan praktik uji bagi inspektur

Upload: anggrata-adzdzantyawan

Post on 03-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    1/21

    PANDUAN UJI KESESUAIAN

    PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

    Ferdinan M. Siahaan

    DP2FRZR-BAPETEN

    PELATIHAN UJI KESESUAIAN

    PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK

    BAGI INSPEKTUR BAPETEN

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    2/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 1

    I. PENDAHULUAN

    Dokumen program proteksi radiasi merupakan bentuk komitmen fasilitas untuk

    memenuhi persyaratan proteksi radiasi sebagai bagian dari persyaratan keselamatanradiasi (PP.33/2007). Di sisi lain program QA/QC merupakan bentuk komitmen fasilitas

    untuk memenuhi standar pelayanan kesehatan internasional (ISO). Fasilitas kesehatan

    harus menyusun dan melaksanakan ke-2 program tersebut berdasarkan estimasi bisnis

    dan kemampuan sosial-ekonomi yang dimiliki. Walaupun dari sudut pandang badan

    pengawas (BAPETEN) program QA/QC fasilitas hanya merupakan pendukung program

    proteksi radiasi, namun bagi fasilitas program QA/QC merupakan prioritas utama

    dimana program proteksi hanya merupakan bagian dari program QA/QC unit radiologi.

    Secara ideal seluruh aspek terkait persyaratan proteksi radiasi ikut dimasukkan

    dalam program QA/QC fasilitas (misal: uji rutin homogenitas tebal Pb dalam apron, audit

    dan verifikasi rutin pencatatan teknik penyinaran dalam logbook pasien, uji kesesuaian

    pesawat sinar-X, serta yang sangat penting adalah evaluasi rutin dosis radiasi yang

    diterima oleh pasien). Hal ini masih sulit terlaksana di Indonesia karena sumber daya

    yang dimiliki oleh sebagian besar fasilitas kesehatan masih sangat terbatas. Oleh karena

    itu dalam rangka verifikasi keselamatan pasien secara maksimal dan mendukung

    program uji kesesuaian yang akan mulai diberlakukan mulai bulan Juni 2012, dimana

    rentang waktu antar uji masih terlalu lama (rata-rata 4 tahun), maka uji kesesuaian (QC)

    pesawat sinar-X, terutama untuk jenis pesawat radiografi umum/mobile, perlu

    dimasukkan dalam prosedur inspeksi rutin di fasilitas radiologi diagnostik. Panduan uji

    kesesuaian ini disusun bagi inspektur BAPETEN agar dapat memahami dan

    melaksanakan pengujian kinerja dari sebuah pesawat sinar-X radiografi, yang akan

    membuka jalan bagi inspektur untuk mendapatkan informasi mengenai dosis pasien.

    Ketika uji kesesuaian pesawat sinar-X standar dan aspek proteksi radiasi penting

    lainnya telah menjadi menjadi bagian penting dari program QA/QC fasilitas (terutama

    rumah sakit besar), maka diharapkan fasilitas tersebut kemudian dapat menjadi acuan

    bagi fasilitas-fasilitas kecil di sekitarnya sehingga akan membantu tugas pengawasan

    fasilitas radiologi diagnostik. Pada saat itu lingkup inspeksi rutin di fasilitas radiologi

    diagnostik dapat dikurangi dan pengawasan kemudian dapat lebih diprioritaskan kepada

    fasilitas-fasilitas di daerah terpencil, serta kepada fasilitas kesehatan lain (radiologi

    intervensional, kedokteran nuklir dan radioterapi) yang memiliki tingkat resiko cukup

    tinggi baik bagi pasien maupun personil.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    3/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 2

    II. PARAMETERUJI

    Sesuai daftar periksa uji pada lampiran perka BAPETEN No.9/2011 tentang Uji

    Kesesuaian Pesawat Sinar-X radiogi Diagnostik, maka parameter uji kesesuaian adalah

    sebagai berikut:

    1. DATA REGISTRASI PESAWAT

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    4/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 3

    2.

    DATA UJI TEKNIS

    Catatan:

    1. Pengisian data komponen signifikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan inspeksi,

    sebagian data administrasi sudah terisi dalam form isian hasil inspeksi (FIHI). Dapat

    ditambahkan sendiri catatan tambahan, bila ada catatan kondisi mekanik yang dapat

    berbahaya bagi keselamatan pasien (misal dudukan tabung tidak stabil, kolimator sulitdigerakkan, penunjukkan panel kendali tidak jelas, alarm penyinaran tidak ada, dll).

    2. Dalam perka BAPETEN tentang Uji Kesesuaian Pes. Sinar-X Radiologi Diagnostik dan

    Intervensional terdapat uji AEC untuk radiografi umum, tetapi hanya dilakukan bila

    seting penyinaran otomatis rutin digunakan. Untuk lingkup inspeksi, uji AEC tidak

    dimasukkan dalam panduan ini karena membutuhkan fantom abdomen (solid water

    4x5 cm) disertai pemrosesan citra.

    3. Pengukuran dosis pasien (ESD) thoraks PA dengan seting penyinaran otomatis (AEC)

    hanya dilakukan bila rutin digunakan, harus dilakukan dengan menggunakan fantom

    thoraks/chest standar (misal: fantom LucAl-CDRH), sehingga tidak perlu dilakukan saat

    inspeksi. (Dalam perka BAPETEN acuan dosis dengan AEC diuji pada penyinaranabdomen karena bisa digunakan solid water 20 cm sebagai pengganti abdomen pasien).

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    5/21

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    6/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 5

    1.2. KESESUAIAN LAPANGAN KOLIMASI LBC DENGAN BERKAS SINAR-X

    Seting: SID =100 cm, penyinaran cukup dengan kVp rendah untuk OD: 0,6-1, alat

    uji di atas kaset berisi film, dengan posisi permukaan sejajar sumbu anoda-katoda.

    Lakukan identifikasi sb.X (arah anoda-katoda) dan sb.Y (arah atas-bawah).

    Cara 1: dengan alat uji khusus (collimator test tool dan beam allignment test tool),

    seting lapangan kolimasi sesuai lapangan persegi bagian dalam di permukaan alat

    uji.

    Dengan alat ini, sekaligus dapat diukur ketegaklurusan berkas berdasarkan

    pergeseran titik tengah tabung dari titik tengah lapangan.

    Cara 2: dengan marker logam penanda tepi lapangan kolimasi 25 x 25 cm2 di

    permukaan kaset atau permukaan bucky wall (khusus penyinaran horisontal).

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    7/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 6

    HASIL UJI:

    POSISI

    DEVIASI LAP.SINAR-X

    FOKUS KECILFOKUS BESAR

    (tidak perlu dilakukan)

    ANODA (cm)

    KATODA (cm)

    ATAS (cm)

    BAWAH (cm)

    ANALISA:

    Total Deviasi Fokus Kecil Fokus Besar

    Sb. X (cm)

    Sb. Y (cm)

    TOTAL DEVIASI (cm)

    Total Deviasi Sumbu X = Nilai mutlak (Deviasi Arah Anoda + Deviasi Arah Katoda)

    Total Deviasi Sumbu Y = Nilai mutlak (Deviasi Tepi Atas + Deviasi Tepi Bawah)

    Nilai Lolos Uji:

    Total deviasi per-sumbu 2 cm (2% SID) Total deviasi ke-2 sumbu 3 cm (3% SID)

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    8/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 7

    2. UJI GENERATOR-PANEL KENDALI DAN TABUNG INSERSI (INSERT TUBE)

    Posisi Uji Umum:

    1. Seting penyinaran manual (kVp/mA/s) dengan filter bawaan (1,5 mmAl),

    tanpa kaset;2. Seting posisi detektor di atas meja/lantai pada:

    jarak focal spot ke detektor (SDD) 100 cm dan jarak detektor ke

    permukaan image receptor: 20 - 30 cm, sehingga diperoleh SID: 120

    130 cm;

    permukaan detektor sejajar sumbu anoda-katoda atau lantai, tetapi

    dengan arah detektor tegak lurus sumbu anoda katoda (untuk

    homogenitas spektrum berkas).

    3. Seting lapangan kolimasi sedikit lebih besar dari daerah aktif detektor.

    Catatan:

    Bila tidak ada stand khusus untuk meninggikan detektor, dengan SDD tetap 100 cm,

    posisi detektor dapat diletakkan pada meja/lantai, dengan diberi alas lembar Pb-

    karet untuk konsistensi besar hamburan balik. Khusus detektor solid state tertentu

    (misal: Unfors) telah dilengkapi dengan plat Pb khusus di bagian belakang detektor

    sehingga berkas hamburan balik tidak ikut terukur.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    9/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 8

    2.1. AKURASI TEGANGAN (kVp)

    a. SETING FAKTOR TEKNIS PENYINARAN:

    i. Seting mAs fix pada sekitar 20 mAs(misal: 200 mA, 0,1 s) agar intensitas

    berkas cukup tinggi, untuk pesawat lama sekitar 10 mAs(100 mA/0,1 s)

    ii.

    Untuk pesawat baru: seting kVp bervariasi mulai dari 50 s/d 120 kVp(kenaikan 10 kVp, sesuai panel kendali), masing-masing dilakukan 1x

    penyinaran, tetapi khusus pada 70 atau 80 kVp dilakukan 3x penyinaran

    untuk sekaligus uji reproduksibilitas (kedapat-ulangan) kVp dan s dan uji

    kualitas berkas sinar-X (HVL).

    Untuk pesawat lama: seting kVp bervariasi mulai dari 40 s/d 80 kVpdan

    3x penyinaran dapat dilakukan pada 60 kVp atau kVp yang paling rutin

    dilakukan(biasanya untuk prosedur penyinaran Thoraks PA).

    b. Catat hasil ukur kVp dan output yang terbaca di elektrometer pada tiap

    penyinaran, khusus pada 3x penyinaran catat juga hasil ukur s dan HVL.

    c.

    Khusus uji akurasi s dapat dilakukan sekaligus pada saat uji linearitas output(uGy/mAs) dengan variasi waktu (lihat uji linearitas).

    HASIL UJI:

    kVp-set kVp-ukur Error (%) uGy uGy/mAsms HVL

    50

    60

    70

    80 / 81

    Rata-rata (kVp) =

    ...

    Error (%) =

    ...

    Rata-rata

    (uGy/mAs) =

    ...

    90

    100 / 102

    109 / 110

    117 / 120

    Error maks.(%)

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    10/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 9

    Catatan:

    Ujidi atas 100 kVp perlu memastikan keselamatan pesawat (berdasarkan usia pesawat

    dan informasi radiografer), hanya dilakukan untuk pesawat baru.

    ANALISA:

    Error (%) = 100.( Xukur- Xset)/(Xset),dimana:Xset: data seting, Xukur: data ukur

    NILAI LOLOS UJI: Errormaks. (kVp) 10%

    2.2. AKURASI WAKTU (S)

    Pada kVp terpilih (kVp paling rutin, misal: 80 kVp) dari uji akurasi kVp, dilakukan juga

    variasi ms dengan kenaikan sekitar 2x dari ms sebelumnya (standar: 25, 50, 100, 200

    dan 400 ms) atau sesuaikan dengan kondisi pesawat. Arus tabung (mA) juga samadengan uji akurasi kVp (misal: fix 100 atau 200 mA).

    Catatan:

    Dengan mencatat juga output (uGy) tiap ms yang diuji, maka hasil uji akurasi waktu ini

    juga sekaligus dapat digunakan untuk uji linearitas output(uGy/mAs) dengan variasi

    waktu (s), bila hanya ada 1 pilihan mA di panel kendali.

    Hasil Uji:

    ms ms-ukur Error (%) uGy

    25

    50

    100

    200

    400

    Error maks.(%)

    NILAI LOLOS UJI: bergantung jenis generator.

    Generator 1 Fase Generator Multi Fase/HF/Medium

    Errormaks. 10 % untuk s 0,1 Errormaks10 % untuk s = 0,1

    Errormaks1 pulsa (10 ms) untuk s < 0,1 Errormaks(10 % + 1) ms untuk s < 0,1

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    11/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 10

    PEMBUATAN GRAFIK OUTPUT (uGy/mAs) vs KVP

    1.

    Berdasarkan data pada tabel uji akurasi di atas dapat dibuat grafik (uGy/mAs) vsKVP, secara praktis dengan ms excell.

    2. Berdasarkan titik-titik pada grafik tsb dapat diperoleh garis trend (uGy/mAs) vs

    kVp) dengan memilih persamaan dengan nilai korelasi R2 paling mendekati 1,

    jangan gunakan persamaan dengan nilai R2

    yang lebih kecil dari 0,9.

    3. Trend interpolasi dapat dicoba dengan persamaan garis polynomial pangkat 2

    dengan nilai korelasi R paling mendekati 1, yaitu: Y = ax2 + bx + c, dimana

    Y=(uGy/mAs) dan X=(kVp).

    Contoh grafik (uGy/mAs) vs (kVp) dari hasil uji akurasi kVp, beserta garis trend(interpolasi) dengan bantuan ms excelladalah sbb:

    Persamaan garis (uGy/mAs) vs kVp di atas sangat penting untuk mengetahui

    pengaruh kenaikan kVp terhadap kenaikan output (uGy/mAs) pada 100 cm.

    Dengan persamaan grafik ini kemudian dapat diestimasi dosis di permukaan kulitpasien (ESD) dengan metode tidak langsung. ESD merupakan parameter utama

    untuk menggambarkan dosis radiasi yang diterima pasien dalam penyinaran

    radiografi umum.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    12/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 11

    2.3. REPRODUKSIBILITAS (kVp, s dan Output):

    1. Data kVp-ukur dan ms-ukur diambil dari data 3x penyinaran uji akurasidi atas.

    2. Hitung SD dari masing-masing 3 data kVp-ukur dan ms-ukur.

    HASIL UJI (diambil dari uji akurasi kVp pada 2.1):

    Seting: ... kVp, ... mA, ... ms

    kVp-ukur ms-ukur uGy

    rata-rata

    SD

    CV

    Analisa:

    CV = SD/ X ukur

    dimana:

    CV: koefisien variansi, SD: Standar Deviasi, X ukur: rata-rata

    Nilai Lolos Uji:

    CV 0,05

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    13/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 12

    2.4. LINEARITAS OUTPUT (uGy/mAs) dan AKURASI WAKTU (s)

    4.1. Linearitas output (uGy/mAs) dengan variasi arus (mA), dengan waktu (s) fix.

    METODE:

    a.

    Dilakukan sekaligus pada uji akurasi kVp pada 80 kVp (ataukVp paling

    rutin).

    b.Pada 80 kVp/0,1 s dari uji kVp, lakukan penyinaran tambahan untuk

    variasi seting mA :

    Fokus kecil : 50, 100, 160, 200 mA (kenaikan 50 mA) atau sesuaikan

    dengan pilihan mA di panel kendali.

    Fokus besar: 160 , 200, 300, mA maks.

    c. Ukur dan catat (uGy) pada masing masing seting mA tsb.

    HASIL UJI : Fokus Kecil

    mA kVp-ukur uGy uGy/mAs CL (uGy/mAs)

    per-tahap

    CL (uGy/mAs) total

    4.2. Linearitas Output (uGy/mAs) dengan variasi ms, bila mA fix (hanya satu

    pilihan mA). Data hasil uji dapat langsung diambil dari hasil uji akurasi

    waktu.

    HASIL UJI :

    ms uGy uGy/mAs CL (uGy/mAs)

    per-tahap

    CL (uGy/mAs) total

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    14/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 13

    Analisa:

    CL = (XmaksXmin) / (Xmaks+ Xmin), dimana X: data (uGy/mAs)

    Nilai Lolos Uji: CL 0,1

    2.5. KUALITAS BERKAS SINAR-X (HVL)

    HVL merupakan ukuran tebal material filter tertentu (biasanya

    Aluminium) yang dibutuhkan untuk mengurangi intensitas berkas sinar-X

    sebesar setengah dari nilai tanpa filter.

    Dengan detektor non-invasive, dapat dilakukan pengukuran bersamaan

    saat pengujian akurasi dan reproduksibilitas kVp(pada 80 kVp atau kVplain yang rutin digunakan).

    Pastikan tidak ada filter tambahan selain filter bawaan pesawat (~1,5

    mmAl)

    METODE:

    1. PENGUKURAN LANGSUNG(dengan alat uji non-invasive):

    Data hasil uji diambil langsung data HVL dari 3x penyinaran yang dilakukanketika uji akurasi pada 70 atau 80 kVp, nilai HVL merupakan rata-rata dari

    2 data HVL berurutan paling stabil.

    Hasil Uji: kVp = ... ,filter bawaan = ... mmAl

    No. HVL

    1.

    2.

    3.

    HVLukur = ...

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    15/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 14

    2. PERHITUNGAN (dengan 1 set plat filter Al min.99%, tebal 0,5 hingga 2

    mm):

    Lakukan penyinaran pada kVp tertentu/~20 mAs, catat dosis tanpa plat

    Aldosis awal,

    Tambahkan plat filter secara bertahap mulai 1 mm , ukur dan catat

    dosis tiap tebal plat bertambah,

    Hentikan penambahan plat filter AL hingga dosis terukur setengah atau

    kurang dari dosis awal.

    Nilai HVL merupakan tebal filter Al (mm) di antara tebal sebelum dan

    sesudah nilai dosis menjadi setengah dari dosis awal.

    FORM UJI HVL-HITUNG:

    kVp - set 80

    kVp - ukur

    mAs - set 20

    PengukuranKerma-udara(uGy):

    Al -filter (mm) 0

    Al -filter (mm) 2

    Al -filter (mm) 3

    Al -filter (mm) 4

    Al -filter (mm) 5

    Al -filter (mm) 6

    Pengukuran ulang utk Al-filter (mm) 0

    Data nilai tebal Al-filter (taKb)

    ta

    tb

    Ka

    Kb

    HVL-hitung (mm Al)

    Analisa:

    HVL-hitung (mmAl) = tb.ln[2Ka/Ko]ta.ln[2Kb/Ko]

    ln[Ka/Kb]

    Nilai Lolos Uji, pada:

    80 kVp (filter bawaan:1,5 mm Al), HVL minimum= 2,3 mm Al

    70 kVp (filter bawaan: 1,5 mm Al), HVL minimum = 2,1 mm Al

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    16/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 15

    3. UJI WADAH TABUNG (HOUSING): KEBOCORAN TABUNG

    METODE:

    1. Untuk pesawat baru terpasang dapat dipilih kVp maks. di panel

    kendali. Kurangi 10-20 kVp untuk pesawat baru yang sudah

    beroperasi 1-2 tahun. Untuk pesawat tua, digunakan kVp maksimumyang pernah digunakan oleh radiografer. Arus 100-200 mA/100-500

    ms, perhatikan rating pesawat.

    2. Lapangan kolimasi ditutup maksimum, nyalakan cahaya LBC untuk

    menguji tidak ada celah.

    3. Bila cahaya masih terlihat, tutup lagi muka tabung dengan plat Pb

    tebal 3 mm dan luas plat sekitar 5x5 cm.

    4. Seting posisi detektor di depan kolimator pada jarak maksimal 100

    cm dari focal spot (jarak bisa disesuaikan dengan kondisi lapangan).

    5. Lakukan penyinaran dan catat hasil bacaan detektor.

    6.

    Ulangi pengukuran yang sama minimal pada 3 titik lain (arah anoda,katoda dan ruang kendali).

    INFORMASI SPEK PESAWAT: mA kontinu, yaitu:

    Kemampuan arus tabung jika dihidupkan dalam waktu cukup lama

    (minimal 1 jam) pada kVp maksimum (100-140 kVp). Nilai mA kontinu

    menggambarkan kemampuan pendinginan tabung.

    Faktor Teknis Penyinaran

    kVp mA s

    seting

    Spek penyinaran

    kontinu (pabrikan) (mA kontinu)

    Posisi detektor:

    A: di sisi anoda, B: di sisi katoda,

    C: depan (arah radiografer), D: di depan kolimator

    Form Hasil Uji: pada ... kVp, ... mA

    Posisi A B C D

    SDD (jarak focal spot-detektor)

    Laju kebocoran (uG/s) pada SDD

    Kebocoran maks.(Lmaks)

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    17/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 16

    Analisa: faktor konversi antara kondisi pengukuran dan kondisi seharusnya

    (spek pengukuran kebocoran)

    Parameter Uji Kondisi Ukur

    Spek. Ukur

    Kebocoran

    Faktor Konversi

    Tegangan tabung kVpukur kVp maks. kVpu= kVp maks.

    Arus tabung mAukur mA kontinu (mA kontinu/ mAukur)

    Jarak cm 100 cm (dukur/100)2

    Unit kebocoran uGy/s mGy/jam 3600/1000 =3,6

    Laju Kebocoran maksimum (Lmaks) (mA kontinu/

    diasumsikan bahwa: kVpukur= kVp maksimum, setelah disesuaikan dengan

    kondisi pesawat akibat usia dan beban kerja.

    Nilai Lolos Uji:

    Lmaks 1 mGy/jam.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    18/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 17

    4.INFORMASI DOSIS PASIEN: PERHITUNGAN ESD

    a. Faktor Bebang Tabung (tube loading): mAs pada kVp rutinDari hasil uji akurasi kVp telah diperoleh grafik output (uGy/mAs) vs kVp yang

    dapat digunakan untuk mengetahui berapa besar dosis radiasi yang diterima

    udara, kerma udara (K), hasil seting beban tabung mAs pada kVp rutin.

    Contoh grafik Output (uGy/mAs) vs kVp

    Maka dengan persamaan garis yang diperoleh dari grafik tsb, dapat dihitung

    nilai kerma insiden udara (Incident Air Kerma)pada jarak 100 cm dari fokus,

    Ki100, sesuai faktor kVp dan mAs penyinaran rutin oleh radiografer.

    b. Faktor Jarak PenyinaranDengan mengetahui jarak penyinaran (jarak fokus ke image receptor, SID) dan

    tebal pasien (tp) yang digunakan radiografer untuk prosedur tertentu (misal

    Chest/Thoraks PA), nilai Ki100di atas dapat dikonversi menjadi kerma insiden

    udara di permukaan kulit pasien (Kisurface) dengan menggunakan rumusinverse square law.

    c. Faktor Hamburan Balik (Back Scaterring Factor, BSF)

    Nilai Kisurface

    di atas kemudian digunakan untuk mengestimasi dosis atau

    kerma udara di permukaan kulit pasien (ESD, Entrance Surface Dose = ESAK,

    Entrance Surface Air Kerma*1

    ) dengan memperhitungkan faktor hamburan

    balik (BSF, Back Scattered Factor). Karena tidak mungkin mengukur langsung

    dosis dalam tubuh pasien, nilai ESD inilah yang menjadi parameter utama dosis

    pasien radiografi umum. Nilai BSF terutama ditentukan oleh kualitas berkas

    sinar-X (HVL) dan luas lapangan penyinaran. Untuk penyinaran radiografi

    Thoraks/Chest PA, dapat digunakan nilai BSF rata-rata= 1,35.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    19/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 18

    Catatan:

    Tingkat Panduan Dosis untuk ESD prosedur penyinaran Chest PA menurut

    rekomendasi BSS 115, IAEA, 1996 adalah 0,4 mGy, dengan kecepatan kombinasi

    screen-film konvensional 200. Untuk kecepatan kombinasi screen-film 400, nilai

    ESD ini direkomendasikan untuk dibagi 2 dan bila digunakan kecepatan 600,

    nilai ini dibagi 3 (optimisasi proteksi pasien).

    POSISI PENYINARAN PASIEN RADIOGRAFI:

    Output (uGy/mAs): Kuantitas radiasi(Kerma) yang dihasilkan tabung per-beban tabung

    (mAs) pada jarak standar, SDD=100 cm. Nilai output pada kVp rutin

    diperoleh dari proyeksi grafik output (uGy/mAs) vs kVp.

    Ki100(uGy) : Kerma insiden udara pada jarak 100 cm dari fokus, pada kVp dan

    mAs penyinaran rutin. Ki100 merupakan hasil perkalian Output

    (uGy/mAs) dengan mAs rutin, Ki100 (uGy) = Output . mAsrutin.

    Kisurface(uGy) : Kerma insiden udara pada permukaan kulit pasien, hasil konversi

    Ki100pada jarak fokus ke kulit pasien (SSD) dengan inverse square

    law, Kisurface(uGy)= Ki100.(100/SSD)2

    .

    Data individu teknik penyinaran thoraks/chest PA untuk pasien dewasa standar*2:

    Dimana:

    SID (cm) : jarak fokus ke image receptor

    Tp (cm) : tebal pasienSSD (cm) : jarak fokus ke kulit pasien, SSD = SIDTp

    Maka jika nilai output (uGy/mAs) sudah diketahui dari grafik, Kerma insiden udara di

    permukaan kulit pasien, Kisurface, dapat diperolehberdasarkan:

    Kisurface(uGy) = Output . (mAs)rutin . (100/SSD)2

    P/W kVp mAs SSD Tp SID

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    20/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN,

    JAKARTA, 14-17 NOVEMBER 2011 HAL. 19

    Serta dosis permukaan kulit, ESD (= ESAK) pasien secara sederhana merupakan hasil

    perkalian kerma udara dengan faktor hamburan balik (BSF):

    ESD = Kisurface. BSF

    Dimana BSFrata-rata untuk penyinaran radiografi thoraks /chest PA sebesar 1,35.

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------*1

    Walaupun dokumen standar keselamatan radiasi BSS 115, IAEA, telah resmi menggunakanbesaran dosis (ESD) sebagai hasil produk kerma insiden udara dan faktor hamburan balik (BSF)

    di permukaan kulit pasien, dan telah digunakan secara internasional sebagai tingkat panduan

    dosis pasien radiografi, namun terminologi ini (ESD) kemudian dikoreksi dalam dokumen teknis

    TRS 457, IAEA. Dalam dokumen teknis tersebut dinyatakan bahwa besaran tsb secara fisika

    masih termasuk kerma (ESAK). Tetapi dengan mempertimbangkan terminologi ESD sudah

    umum dipakai dan karena metode perhitungan dan hasil akhir-nya sama (untuk spektrum

    energi foton sinar-x radiologi diagnostik: kerma (ESAK) dosis (ESD)), maka dapat

    disimpulkan bahwa terminologi ESD tetap dapat digunakan untuk tujuan proteksi radiasi

    pasien radiografi tanpa konsekuensi praktis (ref: dokumen STUK-A231, Nov.2008), hingga

    direkomendasikan sebuah terminologi resmi untuk besaran tersebut dalam dokumen standar

    IAEA (revisi BSS 115).

    *2 Data penyinaran individu harus mewakili data penyinaran rutin. Data sebaiknya diambil darisebuah penyinaran riil di lapangan, dengan pengambilan sampling individu yang mewakili

    pasien dewasa normal di Indonesia, 60-70 kg. Bila tidak ada pasien, dapat disimulasikan sebuah

    penyinaran individu oleh radiografer dan diambil data seting penyinaran tsb. ESD dari data

    individu hanya gambaran awal dosis pasien dari praktik penyinaran rutin oleh radiografer, tetapi

    tidak dapat dibandingkan dengan guidance level. Untuk tujuan tsb sebaiknya digunakan ESD

    hasil survey, sekaligus sebagai dasar evaluasi perbaikan teknik penyinaran rutin oleh

    radiografer.

  • 8/11/2019 205_panduan Praktik Uji Bagi Inspektur

    21/21

    Pelatihan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi bagi Inspektur BAPETEN

    CONTOH FORM SURVEY FAKTOR TEKNIS PENYINARAN THORAKS PA

    (setiap pesawat: minimal 10 data penyinaran pasien dewasa)

    Diisi dan dikembalikan (e-mail) ke BAPETEN setelah 3 bulan.

    Fasilitas : ..............................................

    Alamat : ..............................................

    Radiografer : ...............................................

    Pesawat Sinar-X Radiografi : Stasioner/Mobile/Mobile Station

    Merk/type : ......................................../........

    Usia pesawat (tahun) : 1-5/6-10/11-15/15-20/ >20

    Image Receptor : konvensional/CR/DR

    Khusus konvensional : screen: 200/400/600/ ......, film sensitif: biru/hijau/.....

    No. Pria/Wanita kVp mAs SSD Tp SID

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    Keterangan:

    SSD (cm) = jarak fokus ke kulit pasien.

    Tp (cm) = tebal pasien, dapat dikosongkan bila SSD dan SID sudah terisi.

    SID (cm) = jarak fokus ke image receptor.