2. landasan teori 2.1. bunyi
TRANSCRIPT
4
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Bunyi
Bunyi adalah bentuk energi yang selalu merambat ke segala arah yang
berupa gelombang longitudinal. Bunyi hanya bisa merambat apabila di dalam
ruang ada medium atau zat yang dapat menghantarkan bunyi. Bunyi dapat
didengar apabila ada sumber bunyi, medium atau perantara untuk merambat, serta
objek untuk mendengarkan / yang digunakan untuk menangkap isyarat bunyi
tersebut (Wikipedia, 2011).
Dalam klarifikasi bunyi berdasarkan frekuensi, bunyi dapat dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu:
Infrasonik, yaitu bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz.
Bunyi infrasonik ini tidak dapat didengar oleh manusia, beberapa
hewan saja dapat mendengar bunyi infrasonik, seperti anjing dan
jangkrik.
Audiosonik, yaitu bunyi yang memiliki frekuensi antara 20 Hz –
20.000 Hz. Bunyi audiosonik adalah gelombang bunyi yang dapat
didengar oleh telinga manusia.
Ultrasonik, yaitu bunyi yang memiliki frekuensi lebih dari 20.000
Hz. Bunyi ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia, bunyi ini
dapat didengar oleh beberapa hewan saja, seperti lumba – lumba dan
kelelawar. Bunyi ultrasonik ini juga sering digunakan oleh manusia
pada aplikasi radar untuk mendeteksi kedalaman laut dan objek
tertentu, serta dapat digunakan untuk mengukur panjang gua dan
ketebalan logam di industri.
Berdasarkan keteraturan frekuensinya, bunyi itu dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
Nada, yaitu bunyi yang memiliki frekuensi yang teratur. Contohnya
seperti bunyi alat musik.
5
Universitas Kristen Petra
Desah, yaitu bunyi yang memiliki frekuensi tidak teratur.
Contohnya seperti bunyi desiran angin dan piring jatuh.
Dentum, yaitu bunyi desah yang sangat keras dan dapat
mengagetkan pendengaran. Contohnya seperti bunyi bom, ledakan,
atau halilintar.
Kebanyakan bunyi merupakan gabungan dari berbagai sinyal, tetapi suara
murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi
yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau intensitas bunyi yang dapat
diukur dengan pengukuran dalam desibel (dB). (wikipedia, 2011)
2.2. Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi terdiri dari molekul – molekul udara yang bergetar maju
mundur. Tiap saat, molekul – molekul itu berdesakan di beberapa tempat,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang,
sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi
dan rendah secara bergantian bergerak di udara, menyebar dari sumber bunyi.
Gelombang bunyi ini menghantarkan bunyi ke telinga manusia. Gelombang bunyi
tersebut adalah gelombang longitudinal. (wikipedia, 2011)
2.3. Kecepatan Bunyi
Kecepatan gelombang suara tergantung pada properti fisik media
perambatannya ketika gelombang suara tersebut dirambat. Untuk media
perambatannya melalui udara , kecepatan suara dapat dihitung melalui aplikasi
rumus umum termodinamika sebagai berikut ;
√
dimana : c = Kecepatan suara ( m/s)
= Rasio panas specifik pada tekanan konstan dengan
panas specifik pada volume konstan ( 1,4 untuk udara )
G = Gas konstan ( 8317 m2/s
2K)
To = Temperature dalam Kelvins (K)
6
Universitas Kristen Petra
Sedangkan kecepatan suara pada media perambatan yang solid sebanding
akar kuadrat dari rasio modulus elastisitasnya dengan kepadatan materialnya.Pada
table 2.3 menunjukkan kecepatan suara pada media perambat yang umum. Bunyi
yang dirambat oleh suatu media dapat dibedakan dalam 2 jenis yaitu ;
Airborne Sound
Structure-Borne Sound (Hemond, 1983)
Tabel 2.3 Speed of sound
Material ft/s m/s
Air (at STP) 1100 335
Lead 3700 1128
Water (fresh) 4500 1385
Concrete 10200 3109
Wood ( soft) 11100 3417
Glass 15500 4771
Steel 16000 4925
Sumber : Hemond (1983, p.12 )
2.4. Frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang
waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan
jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini
dengan panjang jarak waktu. Sehingga pada suara frekuensi dapat diartikan
sebagai tingkat pengulangan dari gelombang suara yang diukur dalam siklus per
detik. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar
fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali.
Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali tiap detik.
Frekuensi sebesar 100 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi seratus kali tiap
detik. Frekuensi juga dapat diukur dengan cara mengukur waktu antara dua buah
kejadian / peristiwa (dan menyebutnya sebagai periode), lalu memperhitungkan
frekuensi ( f ) sebagai hasil kebalikan dari periode ( T ), seperti pada rumus :
(wikipedia, 2011)
7
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.4 Range of frequencies
Sources
Frequency
Range ( Hz) Receivers
Frequency
Range ( Hz)
Human 85-5000 Human 20-20000
Dog 450-1080 Dog 15-50000
Cat 780-1520 Cat 60-65000
Piano 30-4100 Bat 1000-120000
Standard Musical Pitch 440 Cricket 100-15000
Trumpet 190-990 Robin 250-21000
Kettle Drum 95-180 Porpoise 150-150000
Bat 10000-120000
Cricket 7000-100000
Robin 2000-13000
Porpoise 7000-120000
Jet engine 5-50000
Automobile 15-30000
Sumber : Hemond (1983, p.5 )
2.5. Sound Pressure Level ( SPL )
Sound pressure level (SPL) adalah level pengukuran logaritma dari suatu
tekanan intensitas efektif bunyi yang terjadi terhadap suatu nilai titik referensinya,
yang diukur dalam satuan decibel (dB). SPL dapat diukur menggunakan alat ukur
Sound-level Meter . (Hemond, 1983)
(Hemond, 1983)
8
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.5. Tingkat Intensitas Beberapa Sumber Bunyi
Sumber : New York Product Testing & Services Inc. (2011)
2.6. Noise Criterion ( NC )
Noise Criterion adalah rating kriteria kenyamanan suatu ruangan akan
kebisingan. Dalam menentukan kriteria ini terdapat 2 variabel yang berpengaruh,
yaitu Sound Pressure Level dan frekuensi yang bisa didapatkan kriteria tersebut
dari Noise Rating Curve. (noise criterion, 2011)
Gambar 2.6.1 Grafik Noise Criterion Curve
Sumber : The Engineering Toolbox (2011
9
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.6.2 Type of Recommended NC Level Room
Type of Room - Space Type Recommended NC Level
NC Curve
Residences
Apartment Houses 25-35
Assembly Halls 25-30
Churches 30-35
Courtrooms 30-40
Factories 40-65
Private Homes, rural and suburban 20-30
Private Homes, urban 25-30
Hotels/Motels
Individual rooms or suites 25-35
Meeting or banquet rooms 25-35
Service and Support Areas 40-45
Halls, corridors, lobbies 35-40
Offices
Conference rooms 25-30
Private 30-35
Open-plan areas 35-40
Business machines/computers 40-45
Hospitals and Clinics
Private rooms 25-30
Operating rooms 25-30
Wards 30-35
Laboratories 35-40
Corridors 30-35
Public areas 35-40
Schools
Lecture and classrooms 25-30
Open-plan classrooms 35-40
Movie motion picture theaters 30-35
Libraries 35-40
Legitimate theaters 20-25
Private Residences 25-35
Restaurants 40-45
TV Broadcast studies 15-25
Recording Studios 15-20
Concert and recital halls 15-20
Sport Coliseums 45-55
Sound broadcasting 15-20
Sumber : Sumber : The Engineering Toolbox (2011)
10
Universitas Kristen Petra
2.7. Absorption
Konsep absorption dalam akustik dapat diartikan sebagai hilangnya energi
yang terjadi ketika gelombang suara datang dan memantul pada permukaan.
Energi gelombang suara yang hilang tersebut diserap oleh material pada
permukaannya dan energy tersebut berubah menjadi panas. Besarnya nilai
koefisien absorption pada suatu material bergantung pada banyak energi suara
yang terserap oleh permukaan material tersebut. Besarnya nilai tersebut berkisar
dari 0.0 sampai 1.0, jika nilai koefisien tersebut 0.0 berarti tidak ada energi suara
yang tereserap . Pada keadaan seperti ini dapat dikatakan dalam akustik material
tersebut “hard”,sehingga semua energi suara yang terjadi sama dengan energi
suara yang direfleksikan kembali. Apabila koefisien tersebut 1.0 maka material itu
secara akustik dapat disebut sebagai material “ soft “.
Gambar 2.7.1 Reflection of sound energy off a plane surface
Sumber : Hemond (1983 , p. 46 )
Sehingga total gelombang energi suara yang terjadi dapat ditunjukkan
melalui persamaan Absorption coefficient (α) + transmission coefficient ( tc ) = 1
Besarnya nilai Absorption coefficient juga dipengaruhi frekuensi
gelombang suara. Panjang gelombang yang lebih pendek ( frekuensi lebih tinggi )
akan mempunyai karakteristik yang lebih mudah menembus penghalang ( barrier )
dan dikonversikan ke energi panas dibanding dengan gelombang suara yang
mempunyai frekuensi lebih rendah. Sehingga hubungan α dan frekuensi dapat
ditunjukkan oleh grafik berikut :
11
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.7.3 Grafik range of absorption coefficients
Sumber : Hemond (1983, p. 47 )
Sedangkan pada material absorption atau yang disebut absorber koefisien
absorption nya juga dipengaruh oleh frekuensi dan bentuk karakteristik material
tersebut. Sehingga masing-masing jenis memliki karakteriktik dalam penyerapan
bunyi ( pada frekuensi tertentu lebih efektif ) yang dapat ditunjukkan pada grafik
berikut : (Egan, 1972)
Gambar 2.7.4 Grafik Absorder Response Curves
Sumber : Egan (1972)
12
Universitas Kristen Petra
2.8. Transmission Loss ( TL ) dan Noise Reduction ( NR )
Transmission Loss ( TL ) dan Noise Reduction ( NR ) antar ruangan adalah
dua konsep dasar dari semua permasalahan akan kebisingan. Noise Reduction
( NR ) adalah perbedaan level intesitas bunyi antara ruangan yang menjadi sumber
bunyi dengan ruangan penerima bunyi yang dipisahkan oleh suatu media ,seperti
dinding partisi. Sedangkan besarnya nilai isolasi bunyi dari suatu bahan partisi
pada berbagai frekuensi dinyatakan sebagai Transmission Loss ( TL ) yang
dinyatakan dalam dB. Sehingga NR dan TL dalam isolasi kebisingan sangat
berkaitan satu sama lain. Sehingga hubungan keduanya dapat dinyata dalam
rumus sebagai berikut :
NR = SPL1-SPL2
TL = NR + 10
A = α . L
Dimana :
NR = Noise Reduction ( dB )
SPL1 = SPL rata-rata ruang sumber bunyi ( dB )
SPL2 = SPL rata-rata ruang penerima bunyi ( dB )
TL = Transmission Loss ( dB )
S = Luas bidang partisi ( m2 )
A = Tingkat absorpsi ruang penerima (m2.Sabins )
α = Koefisien absorpsi material pada ruang penerima
L = Luasan bidang pada ruang penerima ( m2 )
(Egan, 1972)
2.9. Noise Control
Pada noise control ini terdapat tiga elemen dasar bising yang penting
dalam pengontrolan bising, yaitu sumber bunyi, media rambat dan penerimanya.
Dan dari ketiga elemen tersebut kita akan mengontrol kebisingan dengan tiga
langkah, yaitu :
a. Kontrol/atenuasi bising pada sumbernya
b. Kontrol/ atenuasi bising pada media rambatnya
c. Kontrol/ atenuasi bising pada penerimanya (Egan, 1972)
13
Universitas Kristen Petra
2.10. Gypsum-board
Gypsum board, juga dikenal sebagai eternit atau papan gypsum, adalah
sebuah panel terbuat dari gypsum plaster ditekan antara dua lembar kertas tebal.
Hal ini digunakan untuk membuat dinding interior dan langit-langit.
Lembaran gypsum board dapat dibuat dari fiberglass bukan kertas untuk
mencegah pertumbuhan jamur. Pertumbuhan jamur umum pada papan gypsum
yang menggunakan eternit berbasis kertas yang telah terkena air akibat kebocoran
pipa atau banjir, karena itu ada juga lembaran gypsum board yang dibuat dari
fibreglass untuk mencegah timbulnya jamur pada papan gypsum.
2.11. Soft-board
Soft Board adalah material papan kayu buatan tipis yang berkarateriktik
tumpukan lembaran-lembaran yang terbuat dari wol-wol kayu yang mempunyai
lebar dan panjang tertentu. Pada perdagangannya material ini umumnya dijual
dengan ukuran 4x8 feet dengan tebal 15-18 mm. Penggunaan material soft board
ini umumnya dipakai sebagai material isolasi bunyi, dinding partisi dan beketing
maupun peranca. Adapun sifat-sifat dari material soft board ini adalah :
- material bangunan yang ringan
- tidak tahan terhadap api dan air
- mudah dipotong-potong dan dipalu
- material bangunan yang empuk/kenyal (septinova, 2011)
2.12. Acoustic-board
Acoustic Board adalah suatu material bangunan yang berupa panel-panel
yang bermukaannya memiliki karakteristik fisik akustik pada permukaannya yang
mendukung penggurangan kebisingan , seperti lubang-lubang kecil yang
berdiameter sangat kecil. Acoustic board merupakan material yang terbuat dari
serat mineral basah yang pada surface finish nya diberi lapisan cat latex vinyl .
Jenis material acoustic board yang akan kami pakai pada penelitian ada ceiling
acoustic board.
14
Universitas Kristen Petra
2.13. Glasswool
Glasswool merupakan material peredam yang terbuat dari fiberglass,
disusun menjadi sebuah tekstur yang mirip dengan wol. Glasswool diproduksi
dalam gulungan atau dalam lempengan, dengan sifat mekanik dan termal yang
berbeda. Proses pembuatan glasswool dimulai dari percampuran pasir alam dan
kaca daur ulang di 1.450°C, kaca yang dihasilkan diubah menjadi serat. Kekuatan
kohesi dan mekanik produk diperoleh dengan adanya pengikat yang "semen" dan
serat secara bersamaan. Idealnya, ikatan kimia harus terjadi diantara perpotongan
serat. Lembaran serat ini kemudian dipanaskan sampai sekitar 200°C untuk
menyatukan dengan resin tambahan dan disimpan sampai dengan batas waktu
tertentu untuk memberikan kekuatan dan stabilitas. Tahap terakhir adalah
pemotongan dari lembaran - lembaran wol ini dan pengepakan dalam gulungan
atau dalam bentuk lembaran dibawah tekanan yang sangat tinggi sebelum dikemas
dalam kemasan yang nantinya akan disimpan atau didistribusikan.
Glasswool adalah bahan insulasi yang terdiri dari gabungan bahan – bahan
kimia dan fibreglass yang fleksibel, yang membuatnya menyimpan udara dan
menghasilkan densitas (massa jenis) yang rendah yang dapat diatur sesuai dengan
tekanan dan ikatan yang diberikan.
Glasswool ini dapat berupa material pengisi yang disemprotkan ke dalam
sebuah ruangan kosong atau bersamaan dengan reaksi aktif kimia disemprotkan di
bawah struktur bangunan, lembaran atau panel yang dapat digunakan sebagai
media datar insulasi seperti tembok yang berpori, langit – langit atap, pipa – pipa
sanitasi. Disamping itu, glasswool juga merupakan material insulasi suara yang
baik. (wikipedia, 2011)
2.14. Styrofoam
Styrofoam adalah material insulasi yang dibuat dengan cara
menyemprotkan styrene resin polymerization dibawah tekanan pada suatu cetakan
atau dengan menekan biji – biji polystyrene pada cetakan dan diperluas di bawah
uap atau air hangat dengan bantuan air dan uap kembali.
Styrofoam memiliki bentuk sel tertutup yang sangat kecil, yaitu 1 m3
styrofoam mengandung 3 – 6 juta sel yaitu berdiameter 0.01 – 0.1 mm, oleh
15
Universitas Kristen Petra
karena itu dari segi teknik peredaman, material styrofoam adalah material
peredam yang baik. Berat jenis dari material Styrofoam dapat dibuat bervariasi.
Berat jenis dari styrofoam yang didapat melalui banyak metode sebelum swelling
atau pembengkakan memiliki bermacam macam berat dari 10 – 100 kg/m3. Pada
umumnya, standar dari foam material yang digunakan pada konstruksi memiliki
kepadatan 10 – 30 kg/m3.
Selain itu, kandungan udara yang banyak dalam styrofoam juga
menjadikan styrofoam sebagai isolator panas yang baik. Oleh karena itu,
styrofoam juga digunakan sebagai pembuatan dinding rumah di negara – negara 4
musim untuk melindungi dari cuaca di luar rumah. (wikipedia, 2011)
2.15. Polyurethane-foam
Polyurethane foam, yang umumnya pada industri dikenal sebagai sponge,
adalah material polimer yang terdiri dari sebuah rantai unit organik yang
dihubungkan oleh tautan uretana (karbamat). Polimer polyurethane dibentuk oleh
pereaksian sebuah monomer yang mengandung setidaknya dua gugus
fungsional isosianat dengan monomer lainnya yang mengandung setidaknya dua
gugus alkohol dalam kehadiran sebuah katalis. Perumusan polyurethane meliputi
kekakuan, kekerasan, serta kepadatan yang amat beragam. Aplikasi hasil dari
bahan-bahan polyurethane ini di antaranya adalah:
Low-density flexible foam digunakan dalam pada industri furniture, tempat
tidur, dan dudukan kursi pada otomotif.
Low-density rigid foam digunakan untuk isolasi termal dan dasboard mobil.
Soft solid elastomers digunakan untuk gel pads dan penggiling cetakan.
Low-density elastomers digunakan pada industry sepatu.
Hard solid plastic digunakan sebagai bagian struktural dan bezel instrumen
elektronik. (wikipedia, 2011)
16
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.15 Karakteristik Material Polyurethane Foam
Sumber : Wikipedia ( 2011)
2.16. Rockwool
Rockwool adalah material yang terbentuk dari mineral sintetik alam sehingga
komposisi dasar material ini hampir sama dengan glasswool. Perbedaannya
material ini mempunyai karakteristik lebih kaku dan keras. Material ini
mempunyai sifat yang sangat bagus dalam memblok suara dan panas. Rockwool
pun mempunyai pH yang relative tinggi, sehingga pertumbuhan tanaman seperti
jamur dll relative jarang. Dan aplikasi penggunaan material ini pada industry
antara lain sebagai isolasi panas (isolasi structural dan pipa ), filtrasi dan peredam
suara. (wikipedia, 2011)