1qawaid tafsir m.baidillah ijaz ithnab wujuh wa nazhair

29
IJAZ DAN ITHNAB, AL-WUJUH WA AL-NAZHA’IR MAKALAH QAWAID AL TAFSIR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DOSEN MATA KULIAH Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI, M.Ag Dr. AHMAD MURADI, M.Ag OLEH M. BAIDILLAH NIM. 1402521312 PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

Upload: sd

Post on 18-Jan-2016

131 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

Page 1: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

IJAZ DAN ITHNAB, AL-WUJUH WA AL-NAZHA’IR

MAKALAH

QAWAID AL TAFSIR

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DOSEN MATA KULIAH

Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI, M.Ag

Dr. AHMAD MURADI, M.Ag

OLEH

M. BAIDILLAH

NIM. 1402521312

PASCA SARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI

BANJARMASIN

2014/2015

Page 2: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa

selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat dan salam

atas junjungan jkita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, kerabat dan orang-orang

yang mengikuti langkah beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun dapat

menyelesaiakan makalah ini yang berjudul “IJAZ DAN ITHNAB, AL-WUJUH WA AL-

NAZHA’IR “.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dalam rangka

memperbanyak ilmu pengetahuan dan juga sebagai salah satu syarat yang wajib di penuhi.

Penyusun sepenuhnya sangat menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak

kekurangannya di sebabkan keterbatasan pengetahuan penyusun oleh karena itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi

kesempurnaan makalah ini yang akan datang.

Dalam proses penyelesaian makalah ini kami menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih sebesar-besarnya kepada :

Bapak Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI, M.Ag dan Dr. AHMAD MURADI, M.Ag selaku

dosen mata kuliah Qawaid al Tafsir

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi diri penyusun maupun bagi orang lain.

Banjarmasin, 2014

Penyusun

ii

Page 3: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………… i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………… ii

Daftar isi ……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………... 4

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………. 4

D. Sistematika Penulisan ………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 6

A. Definisi Ijaz dan pembagian Ijaz ………………………………. 6

B. Definisi Ithnab dan pembagian Ithnab ………………………… 8

C. Definisi Al-wujuh wa al-nazha’ir ………………..…………… 10

BAB III PENUTUP ……………………………………………………... 13

A. Simpulan …………………………………………………………. 13

B. Saran ……………………………………………………………... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam interaksi sehari-hari kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan

mudah dimengerti  orang lain. Penggunaan bahasa yang baik dan diungkapkan dengan

sopan akan sangat membantu untuk terbinanya hubungan yang baik dengan orang lain.

Dalam percakapan sehari-hari  ketika kita  ingin mengutarakan isi hati atau ketika

ingin menyampaikan sesuatu , akan memilih salah satu dari ketiga cara pengungkapan ini.

Terkadang mengutarakannya dengan menggunakan kalimat dengan seringkas-ringkasnya,

terkadang mengutarakannya panjang lebar, dan terkadang diutarakan dengan sedang-

sedang saja. Kesemuanya itu tergantung penyesuaian dengan kedaan dan situasi

pembicaraannya.

Al-Quran yang menggunakan bahasa Arab pun  tidak terlepas dari hal itu.  ada

kalimat yang diungkapkan secara ringkas, ada perkataan atau ungkapan yang panjang lebar

dan ada kalimat yang diungkapkan sedang-sedang saja  dari apa yang dimaksud.

Dalam memahami Al-Quran, banyak pembahasan makna Al-Quran yang

berhubungan dengan lafaz, antara lain musawah, fashl, washl, ijaz,ithnab, dan qashr.

Makalah ini membahas tentang ijaz dan ithnab al-wujuh wa al-nazha’ir. Ijaz dan Ithnab

keduanya adalah bagian dari ilmu balaghoh yang paling utama .1

1 Imam Jalaludin As Suyuthi, samudera ulumul quran, (Surabaya: PT Bina ilmu, 2007), Jilid 3, h. 245

1

Page 5: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

2

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar Rasulullah SAW. Ia merupakan kalam

Allah SWT yang secara otentik sampai ke hadapan kita. Tidak ada kitab-kitab lain yang

mampu bertahan selama berabad-abad dalam kondisi sebagaimana aslinya, melainkan Al

Qur’an. Karenanya memang Allah telah menjamin penjagaan Al Qur’an itu sendiri hingga

akhir jaman.

Menurut Al Zarkasyi, Al Quran merupakan mu’jizat yang paling besar bagi

Rasulullah SAW. Ia terjaga dari awal hingga akhir zaman nanti. Penjagaan tersebut salah

satunya disebabkan unsur sastra yang sangat mendalam dalam Al quran. Wujuh dan

Nazhair merupakan salah satu darinya, sehingga para kibar al-mufassirin

menggolongkannya ke dalam mu’jizat Alquran.2

Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad Khalifah, juga mengemukakan

bahwa dalam Al-Quran sendiri terdapat bukti-bukti sekaligus jaminan akan

keotentikannya.3

Banyak hal yang menjaga otensitas Al Qur’an ini. Seperti adanya faktor eksternal

yaitu para huffaz yang banyak bertebaran. Memang suatu keistimewaan tersendiri , Al

Qur’an bisa dihafal oleh orang non Arab sekalipun bahasa tersebut bukanlah bahasa

mereka. Akan tetapi tidak ada yang bisa menghafal buku atau Koran lokal dengan bahasa

mereka masing-masing. Begitu juga dengan ilmuan yang dengan telitinya menghitung

ayat, kata, bahkan huruf dalam Al Qur’an.

Tak kalah penting dan sangat penting sekali unsur-unsur internal Al Qur’an yang

memberikan andil sangat besar dalam otensitas ini. Hal ini berupa kajaiban-keajaiban yang

tidak terkira sebelumnya, seperti halnya keajaiban angka Sembilan belas yang ada dalam

Al Qur’an. Nilai sastra yang terkandung dalam kalimat-kalimat pada setiap ayat demi ayat

2 Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Maktabah al-Syamilah: Pustaka Ridwana, 2008), Juz 1, h.102. 3 Mustafa Mahmud, Min Asrar Al-Qur'an, (Dar Al-Ma'arif: Mesir, 1981), h. 64-65.

Page 6: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

3

dan surat dari awal hingga akhir mencapai batas yang tidak terjangkau oleh kemampuan

manusia untuk membuat karya yang menyamainya.

Tiada bacaan sebanyak kosakata Al-Quran yang berjumlah 77.439 (tujuh puluh

tujuh ribu empat ratus tiga puluh sembilan) kata, dengan jumlah huruf 323.015 (tiga ratus

dua puluh tiga ribu lima belas) huruf yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara kata

dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya. Sebagai contoh -

sekali lagi sebagai contoh- kata hayat terulang sebanyak antonimnya maut, masing-masing

145 kali; akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia; malaikat terulang 88 kali sebanyak

kata setan; thuma'ninah (ketenangan) terulang 13 kali sebanyak kata dhijg (kecemasan);

panas terulang 4 kali sebanyak kata dingin. Kata infaq terulang sebanyak kata yang

menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan) masing-masing 73 kali; kikir sama dengan

akibatnya yaitu penyesalan masing-masing 12 kali; zakat sama dengan berkat yakni

kebajikan melimpah, masing-masing 32 kali. Masih amat banyak keseimbangan lainnya,

seperti kata yaum (hari) terulang sebanyak 365, sejumlah hari-hari dalam setahun, kata

syahr (bulan) terulang 12 kali juga sejumlah bulan-bulan dalam setahun.4

Namun begitu, tulisan ini tidak akan membahas panjang lebar permasalah tersebut.

Nantinya, permasalahan yang dibahas dalam makalah ini berkenaan dengan salah satunya

saja, yaitu dari segi Ijaz, Ihtnab dan al-wujuh wa al-nazhair dalam Alquran. Dalam

Alquran sering ditemukan pengulangan kata-kata yang sama. Pada setiap tempatnya, kata-

kata tersebut memiliki tunjukan makna yang berbeda. Pada ayat setiap ayatnya lain kata

tersebut mengalami pergeseran makna sesuai dengan konteksnya. Pergeseran makna

tersebut tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran Alquran. Bahkan, dengan

adanya pergeseran tersebut dapat menuju pada standar untuk memperoleh makna Alquran

4 M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), h. 4

Page 7: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

4

yang sebenarnya dalam kondisi objektif teks dan firman Allah SWT. Salah satu metode

untuk bisa memahami isi Alquran seorang mufasir harus bisa menguasai makna asli dan

makna ‘aridly dan perlu mempelajari Ijaz, Ihtnab, ilmu wujuh dan nazhair sebagai

pembuka makna-makna ayat yang tersembunyi. Seseorang tidak dikatakan sebagai ahli

tafsir apabila belum bisa menguasai wujuh dan nazhair dalam Alquran.

Merujuk pada uraian di atas, penyusun tertarik membahasnya lebih jauh dalam bentuk

makalah yang berjudul “IJAZ DAN ITHNAB, AL-WUJUH WA AL-NAZHA’IR”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan konteks tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas

adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dari ijaz dan terbagi berapa ijaz tersebut?

2. Apa definis dari ithnab dan terbagi berapa ithnab tersebut?

3. Apa deffinisi al-wujuh wa al-nazha’ir ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui definisi dari ijaz dan pembagian ijaz

2. Untuk mengetahui definisi dari ithnab dan pembagian ithnab

3. Untuk mengetahui definisi al-wujuh wa al-nazha’ir

D. Sistematika Penulisan

Bab pertama, pendahuluan yang berisikan latar belakang, identifikasi masalah, tujuan

penulisan, dan sistematika penulisan.

Page 8: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

5

Bab kedua, pembahasan yang berisikan definisi ijaz dan pembagian ijaz, definisi dari

ithnab dan pembagian ithnab, dan definisi al-wujuh wa al-nazha’ir.

Bab ketiga, penutup yang berisikan simpulan dan saran sebagai bagian akhir dari

makalah ini.

Page 9: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ijaz dan Pembagian Ijaz

Ijaz  adalah mengumpulkan makna yang banyak dalam kata-kata yang sedikit

dengan jelas dan fasih. Ijaz merupakan salah satu cara untuk menyatakan maksud dengan

pernyataan yang kata-katanya kurang dari sebagaimana mestinya, tetapi pernyataan itu

cukup memenuhi maksud. Adapun ijaz menurut ahli balaghah terbagi menjadi dua, yaitu:

a)   Ijaz Qashar

Ijaz Qashar yaitu penyampaian maksud dengan cara menggunakan ungkapan

yang pendek, namun mengandung banyak makna tanpa disertai pembuangan beberapa

kata atau kalimat. Menurut Imam Jalaludin As Shuyuthi, ijaz yaitu pembicaraan yang

ringkas ditinjau dari kata-katanya. Syeikh Baha’uddin berkata : “ Pembicaraan yang

sedikit itu merupakan suatu pembicaraan yang memberikan makna yang lebih

panjang, maka disebut sebagai ijaz qashr”5

Contoh:

Artinya: dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.(Q.S. Al-Baqarah: 179)

Pada ayat Al-Quran surah  Al-Baqarah: 179, Allah menyatakan qishash itu

menjadi kehidupan, padahal qishash itu menghukum setimpal, membunuh dengan

membunuh, melukai dengan melukai. Kalau ditinjau dari sepintas kilas, qishash itu

5 Imam Jalaluddin Al Shuyuti, Samudera Ulumul Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), Jilid 3, h. 247

6

Page 10: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

7

akan cepat mengurangi banyaknya orang. Akan tetapi hikmahnya adalah bila orang-

orang mengetahui bahwa setiap orang yang membunuh akan dibunuh lagi, dengan

demikian tentu semua akan takut membunuh orang lain sebab takut qishash. Akhirnya

menimbulkan kehidupan yang aman, tenang, dan tentram, tidak terjadi kejahatan dan

pembunuhan.

b)  Ijaz Hadzf

Ijaz Hadzf yaitu ijaz dengan cara membuang sebagian kata atau kalimat

dengan syarat ada karinah yang menunjukkan adanya lafaz yang dibuang tersebut.

Menurut Imam Jalaludin As Suyuthi, ada beberapa sebab adanya pembuangan adalah:

1. Semata-semata untuk meringkas dan menghindari kesia-siaan, karena memang

sesuatu itu telah menjadi jelas.

2. Untuk mengingatkan bahwa waktu tidak cukup untuk mengatakan sesuatu yang

dibuang itu dan menyibukkan diri dengan menyebutnya dapat berakibat

meninggalkan sesuatu yang lebih penting.6

Contoh:

Artinya: Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. (Q.S  Al-

A’raaf : 54)

Bila kita perhatikan contoh bagian pertama di atas, kita dapatkan bahwa kata-kata

pada setiap kalimat sedikit jumlahnya, namun mencakup banyak makna. Pada contoh

6 Imam Jalaluddin Al Shuyuti, Samudera Ulumul Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), Jilid 3, h. 258

Page 11: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

8

pertama terdapat dua kata yang mencakup segala sesuatu dan segala urusan dengan

sehabis-habisnya.

B. Definis Ithnab dan Pembagian Ithnab

Ithnab yaitu mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih banyak dari

maknanya, karena ada faedah yang hendak dicapainya, namun tetap tidak bertele-tele.

Dengan kata lain  ithnab kebalikan dari ijaz.

Macam-macam ithnab, sebagai berikut:7

a)      Ighol, ialah suatu pembicaraan dengan ucapan yang berfaedah, sekalipun tanpa

ucapan tersebut kalam itu sudah cukup memadai, seperti:

Artinya: 20. ….. ikutilah oleh kamu sekalian para  utusan (rasul) itu”. 21. ikutilah

orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-

orang yang mendapat petunjuk.(Q.S. Yaasiin : 20-21)

b)     Tadzyiil, ialah mengikutkan kalimat jumlah pada kalimat jumlah lainnya, padahal

kalimat jumlah lainnya yang mengikutinya itu mencakup makna yang terkandung

dalam kalimat yang diikutinya itu, seperti:

Artinya: dan Katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”.

Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (Q.S. Al Isra:

81)

7 Syeikh Abdurrahman al Ahdhori, Terjemah Jauharul Maknun, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h. 82-83

Page 12: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

9

Lafaz inna baathila kaana zahuu qaa adalah kalimat jumlah yang mengikuti

kalimat jumlah yang lain, yang maksudnya adalah untuk menguatkan. Andai

kalimat jumlah ini tidak diikutkan itupun maknanya sudah memadai, karena sudah

tercakup di dalamnya itu.

c)      Takriir, ialah pengulangan kalimat seperti:

Artinya: 3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu

itu),4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. (Q.S. At

Takatsur: 3-4)

d)    I’tirodh, ialah berpaling dari suatu kalimat jumlah ke kalimat jumlah yang lainnya,

yang masih berhubungan dengannya.

الله انى مارضوقاك

“Sesungguhnya aku-semoga Allah memeliharamu-adalah sedang sakit”

e)     Takmiil, ialah penyempurnaan pengertian dan disebut juga ihtiros yaitu menjaga

dari kemungkinan terjadi salah paham seperti:

Artinya: pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin

Tuhannya untuk mengatur segala urusan.(Q.S. Al-Qadr : 4)

f)     Tatmiim, ialah menyempurnakan kalam agar tidak menimbulkan kesalahan

sasaran.

Artinya: dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,

anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. Al Insan: 8)

Page 13: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

10

g)     Pengathafan yang khusus kepada yang umum, seperti:

Artinya: peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152].

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (Q.S Al

Baqarah: 238)

Kalimat jumlah  و�س�ط�ى� sebenarnya  الص الةال telah tercakup dalam lafal

�و�ات yang الص ل berbentuk jamak .   الصالة Dijelaskan dengan  و�س�ط�ى� الص الةال

adalah bermaksud agar lebih diperhatikan, sebab waktu ashar (wustho) itu adalah

waktu untuk melepaskan lelah. Akan tetapi walaupun dalam waktu yang demikian

itu kita tetap wajib mengerjakannya.

C. Definisi Al-Wujuh Wa Al-Nazha’ir

Wajh pada dasarnya merujuk kepada makna sesuatu yang di depan. Wajh al-bait

merupakan bagian depan rumah yang mempunyai pintu. Wajh al-faras adalah bagian

depan dari kepalanya. Wajh al-nahar merupakan permulaan siang, begitu juga dengan

wajh al-dahr, berarti permulaan tahun. Wajh al-najm adalah bagian bintang yang terlihat

oleh manusia. Wajh al-kalam merupakan inti pembicaraan yang mangandung maksud

yang dituju pembicara. Dari makna dasar ini, dan dari pemakaian kata wajh oleh Ali bin

Abi Thalib, dipakaikanlah redaksi wujuh sebagai suatu nama dari diskursus tertentu

Page 14: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

11

dalam Ulum Al-Qur’an yang membahas lafaz-lafaz Alquran yang memiliki beragam

tunjukan makna.8

Ibnu Jauzi mendefinisikan al-wujuh wa al-nazhair, sebagaimana dikutip oleh Salwa

Muhammad,sebagai: “Adanya suatu kata yang disebutkan dalam tempat tertentu dalam

Alquran dengan suatu lafaz dan harkat tertentu, dan dimaksudkan untuk makna yang

berbeda dengan tempat lainnya. Maka, kata yang disebutkan pada suatu tempat, sama

dengan yang disebutkan pada tempat lainnya. Dan penafsiran makna setiap katanya

berbeda pada setiap tempatnya disebut wujuh, Jadi nazhair sebutan untuk lafaz dan

nazhair sebutan untuk makna yang beragam”.9

Oleh sebab itu, kata yang berbeda seperti bait, faras dan rajul, atau kata yang hanya

disebutkan sekali dalam al Qur’an seperti sijjil, atau kata yang disebutkan dibeberapa

tempat dalam al Qur’an memiliki satu tunjukan makna tidak bisa disebut sebagai wujuh

wanazhair.10

Jadi, sederhananya wajh merupakan pemahaman mufassir terhadap suatu kata

dalam tempat tertentu dengan makna tertentu. Dan wajh lainnya adalah pemahaman

mufassir terhadap kata yang sama pada tempat lainnya dengan makna yang berbeda

dengan pemahaman pertama. Sementara nazhair, sebagaimana definisi Ibn Jauzi, sebutan

bagi lafaz, maka kata yang disebutkan pada suatu tempat, sama (nazhirun) dengan yang

disebutkan pada tempat lainnya. Berarti, kata-kata yang terulang dalam beberapa tempat

dalam Alquran tersebut, bukanlah mengalami pengulangan kata itu sendiri (lais huwa

nafsuhu), melainkan kata yang sama (nazhiruhu)11. Jadi, kata kitab misalnya, yang

terdapat di banyak tempat dalam Alquran, pada dasarnya tidak disebutkan berulang,hanya

8Salwa Muhammad al-’Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Kairo, Dar el-Syuruq, 1998), h. 419Salwa Muhammad al-’Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq, 1998), h. 42

10 Salwa Muhammad al-’Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq, 1998), h. 4211Salwa Muhammad al-’Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq, 1998), h. 42

Page 15: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

12

saja disampaikan kata yang sama dengannya (nazhiruhu). Kitab yang disebutkan pada

tempat A, bukanlah kitab yang disebutkan pada tempat B.

Di samping itu, Imam Al-Shuyuti menjelaskan pengertian definitif wujuh dan

nazhair: “Wujuh adalah lafaz musytarak yang digunakan dalam beberapa ragam

maknanya, seperti lafaz ‘ummah’. Dan nazhair adalah seperti lafaz-lafaz yang

bersesuaian”.12

12Jalaluddin Al-Shuyuti, Al-Itsqan fi Ulum al-Qur’an, (Maktabah al-Syamilah: Pustaka Ridwana, 2008), Juz 1, h. 164

Page 16: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Ijaz ialah rangkaian perkataan yang kandungan lafalnya lebih sedikit dari makna yang

dikehendaki yakni singkat tanpa mengurangi maksudnya.

2. Ithnab ialah mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih banyak dari maknanya,

karena ada faedah yang hendak dicapainya namun tidak bertele-tele.

3. Al Quran merupakan mu’jizat yang paling besar bagi Rasulullah SAW. Ia terjaga dari

awal hingga akhir zaman nanti. Penjagaan tersebut salah satunya disebabkan unsur

sastra yang sangat mendalam dalam Al quran. Wujuh dan Nazhair merupakan salah

satu darinya, sehingga para kibar al-mufassirin menggolongkannya ke dalam mu’jizat

Alquran.

4. Di dalam Alquran, terdapat banyak kata yang mempunyai beragam tunjukan makna.

Pembahasan mengenai ini dibahas dalam Qawa’id al-Tafsir sebagai al-wujuh wa al-

nazhair. Sejauh ini, dalam makalah ini disampaikan dua persepsi yang berbeda

mengenai maksud dari al-wujuh wa al-nazhair ini. Satu sisi, al-wujuh wa al-nazhair

dipahami seolah-olah hal yang terpisah. Wujuh merupakan kata dalam Alquran yang

digunakan dalam berbagai tempat dan memiliki tunjukan makna yang sama.

Sementara nazhair adalah lafaz yang mempunyai satu makna tertentu yang tetap

sekalipun digunakan dalam berbagai tempat. Di sisi lain, al-wujuh wa al-nazhair

dipahami sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan, hanya saja ia dilihat dari

sudut pandang yang berbeda. Suatu kata dalam Alquran yang terdapat pada beberapa

tempat yang beragam merujuk kepada makna yang berbeda.

13

Page 17: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

14

Maka perbedaan makna itu merupakan wujuh, sementara kata itu sendiri yang tetap

sama pada berbagai tempat merupakan nazhair.

B. Saran

1. Pemahaman tentang Al Qur’an tidak bisa hanya dipahami secara akal saja, tapi

memerlukan ilmu-ilmu yang lain yang relevan yang berhubungan dan berkaitan erat

dengan Al Qur’an.

2. Pemahaman tentang Al Qur’an tidak bisa hanya selingan tapi memerlukan pendalaman

yang khusus dan mendalam.

Page 18: 1qawaid Tafsir m.baidillah Ijaz Ithnab Wujuh Wa Nazhair

15

DAFTAR PUSTAKA

Al Ahdhori, Abdurrahman. Terjemah Jauharul Maknun. Surabaya, Mutiara Ilmu, 1995.

Al-‘Awwal, Salwa Muhammad. al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim. Kairo, Dar el-Syuruq, 1998.

Al-Shuyuti, Jalaluddin. Al-Itsqan fi Ulum al-Qur’an Juz 1. Maktabah al-Syamilah. Pustaka Ridwana. 2008

Al-Zarkasyi. Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an Juz 1. Maktabah al-Syamilah, Pustaka Ridwana. 2008.

As Shuyuthi, Jalaludin, Imam. Samudera Ulumul Quran, Jilid 3. Surabaya, PT Bina Ilmu, 2007.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang. Kumudasmoro Grafindo,1994.

Mahmud, Mustafa, Min Asrar Al-Qur'an. Dar Al-Ma'arif, Mesir, 1981.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al Qur’an. Bandung, Mizan,1996.