skripsirepository.uinjambi.ac.id/2847/1/tp 151478 umil muhsinin...jurusan/prodi : pendidikan agama...

75
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA LABORATORIUM KOTA JAMBI SKRIPSI Disusun Oleh: UMIL MUHSININ NIM. TP. 151478 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

    KOMPETENSI GURU AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH

    TSANAWIYAH SWASTA LABORATORIUM

    KOTA JAMBI

    SKRIPSI

    Disusun Oleh:

    UMIL MUHSININ

    NIM. TP. 151478

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    2019 M/1440 H

  • MOTTO

    Artinya: “Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan

    bantahkan mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

    mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

    mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S. An-Nahl: 125).

    (١٢٥)النحل:

  • PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada ibunda saya yang tercinta Siti Aisyah dan

    ayahanda tersayang Abdul Mutalib yang telah berjasa dan bersusah payah mengasuh,

    membimbing, mendidik, membesarkan saya dan yang telah memberi motivasi kepada saya tanpa

    kenal lelah, sampai saya menuju gerbang kesuksesan. Keluarga besar saya yang telah

    memberikan bantuan dan dorongan semangat pada saya untuk mewujudkan harapan orang tua

    menggapai asa dan cita-cita.

    v

  • ABSTRAK

    Nama : Umil Muhsinin

    Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

    Judul : Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru

    Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Swasta Laboratorium Kota

    Jambi

    Skripsi ini membahas tentang Strategi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan kompetensi

    guru Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Swasta Laboratorium Kota Jambi. Penelitian ini

    berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan, sedangkan

    pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini

    menemukan bahwa bentuk peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta

    Laboratorium Kota Jambi yaitu kepala sekolah mengecek persiapan mengajar guru, mengatur

    kompetensi guru, mengirim guru mengikuti diklat/pelatihan dan mengontrol/mengevaluasi tugas

    guru. Kendala yang ditemui dalam peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta

    Laboratorium Kota Jambi dipengaruhi oleh sejumlah faktor dominan, yaitu guru ada yang tidak

    membuat rencana pembelajaran, disiplin guru di sekolah masih rendah serta media dan sumber

    pembelajaran yang masih terbatas ketersediannya di sekolah. Upaya peningkatkan kompetensi

    guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dilakukan dengan peningkatan

    disiplin mengajar, dan meningkakan kesadaran guru terhadap profesinya yang mulia.

    Rekomendasi penelitian ini adalah: kepala kepala MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi

    untuk menindaklanjuti upaya peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak melalui

    pemberdayaan program peningkatan mutu guru yang ada di sekolah (MGMP dan KKG) dengan

    memperhatikan permerataan dan pemeliharaan tema-tema pelatihan yang seuai dengan

    kebutuhan guru. Kepala MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi untuk senantiasa mengontrol dan

    mengawasi efektivitas pelaksanaan peningkatan kompetensi guru Aqidah Akhlak yang dilakukan

    oleh kepala sekolah serta ikut memonitor tindak lanjut penilaian kinerja guru tersebut. Kepada

    guru MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi untuk selalu meningkatkan kinerjanya secara

    profesional dalam rangka mewujudkan aktivitas belajar siswa.

    Kata Kunci: Strategi, Kepala Sekolah, Kompetensi Guru

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    NOTA DINAS............................................................................................... ii

    PENGESAHAN ............................................................................................ iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. iv

    PERSEMBAHAN ........................................................................................ v

    MOTTO ........................................................................................................ vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

    ABSTRAK .................................................................................................... viii

    ABSTRACT ................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI................................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 5 C. Batasan Masalah .................................................................... 5 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Kajian Teoritik ....................................................................... 7 B. Studi Relevan ......................................................................... 22

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................ 25 B. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 25 C. Setting dan Subjek Penelitian ................................................ 26 D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 27 E. Teknik Analisis Data.............................................................. 29 F. Triangulasi Data ..................................................................... 30 G. Jadwal Penelitian ................................................................... 31

    BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum ...................................................................... 32 B. Temuan Khusus dan Pembahasan .......................................... 42

    1. Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

    Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi

    44

  • 2. Kendala Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru

    Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi

    57

    3. Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Aqidah Akhlak di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi

    62

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 66 B. Rekomentasi ........................................................................... 66

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    x

  • DAFTAR TABEL

    1. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 31

    2. Keadaan Guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi .......................... 40

    3. Keadaan Karyawan di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi .................. 41

    4. Keadaan Siswa di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi ......................... 42

    5. Keadaan Sarana di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi ....................... 43

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan proses belajar yang tak ada henti-hentinya. Berbagai macam cara

    dapat dilakukan untuk memperoleh pendidikan yang mana kita biasanya mengetahui bahwa

    pendidikan identik dengan dunia sekolah, namun perlu kita ketahui bahwa segala sesuatu di alam

    semesta ini dapat kita peroleh nilai-nilai pendidikannya )Utomo dan Sa‟i, 2017: 68(. Seperti

    nasihat-nasihat dari keluarga terutama orangtua, kondisi lingkungan sekitar respon alam,

    membaca berbagai sumber literatur, dan lain sebagainya. Macam-macam cara inilah yang akan

    membantu proses dalam pendidikan yang akan menjadikan perubahan secara terus menerus

    dalam memberi kemajuan untuk mencapai tujuan. Salah satunya adalah dalam membentuk

    akhlaq seseorang.

    Menurut perspektif Islam, akhlaq adalah salah satu perkara penting yang harus diajarkan

    kepada anak-anak sejak masa kanak-kanak hingga mereka dewasa. Pendidikan akhlaq ini baik

    diajarkan di lembaga pendidikan formal atau di lembaga nonformal, di rumah tangga atau di

    dalam masyarakat, semuanya sebagai bentuk kepedulian dan kepatuhan kepada ajaran yang

    pernah dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Namun demikian, setiap lembaga pendidikan di mana

    pun ia berada, maka tugas untuk menyebarkan nilai-nilai akhlaq kepada murid atau generasi

    muda adalah sudah menjadi tanggung jawabnya. Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya

    bertanggung jawab menjaga akhlaq generasi muda, oleh karena itu peran guru di sekolah-

    sekolah atau dosen di perguruan tinngi juga tidak dinafikan dalam mentransfer pendidikan

    akhlaq serta nilai-nilai akhlaq itu kepada anak didik mereka (Abdurrahman, 2016).

    Realitanya, akhlaq pada pelajar saat ini sangat memprihatinkan, tingkah laku seorang

    anak tidak lagi mencerminkan bahwa mereka pernah dididik sebelumnya (Mukhtar, 2005: 730).

    Perilaku serta budi pekerti (akhlaq) dari pelajar saat ini sangatlah memprihatinkan, diantaranya

    mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, bertingkah laku yang kurang sopan, dan tidak

    lagi patuh terhadap orangtua maupun gurunya (Bafadhol, 2017: 2). Hal ini tentu saja dipengaruhi

    kondusif tidaknya pendidikan budi pekerti yang mereka dapatkan, baik di lingkungan keluarga,

    sekolah maupun masyarakat.

  • Saat ini solusi dari masalah tersebut adalah memberikan pendidikan yang cukup pada

    anak. Kebanyakan pendidikan di Indonesia hanya mementingkan aspek akademik dan

    pembelajaran di kelas tanpa menekankan aspek “mendidik” siswa menuju akhlaq yang baik

    (Firdaus, 2017: 58). Upaya solusi bagi lembaga pendidikan, maka menekankan aspek

    pembentukan karakter positif bagi siswa. Melihat berbagai kasus di atas, tentu menjadi hal yang

    meresahkan bagi para pelaku pendidikan dan juga orangtua yang mempunyai kepentingan

    terhadap pendidikan putra putri mereka (Hasanah, 2005: 52). Maka pendidikan akhlaq yang

    mampu membentuk karakter positif seorang siswa menjadi hal mutlak yang tidak bisa ditawar

    lagi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter yang positif.

    Faktor yang paling utama perubahan pola perilaku seseorang adalah karena faktor negatif

    dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun masih ada faktor yang lebih dekat pada diri

    seseorang itu melalui pendidikan dari lingkungan sekitar yaitu lingkungan keluarga, lingkungan

    sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling utama

    dan pertama dalam pembentukan akhlaq yang diajarkan dari orang tua. Dengan pemberian kasih

    sayang, perhatian yang diiringi pembiasaan-pembiasaan yang baik dan diajarkan sejak dini

    dalam menanamkan perilaku sehingga semua itu akan tertanam pada diri seorang anak. Selain

    hal tersebut, penanaman nilai agama juaga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan

    manusia (Mannan, 2017: 4). Sebab agama merupakan motivasi hidup seseorang serta merupakan

    alat pengembangan dan pengendalian diri. Oleh karena itu, agama perlu dipahami dan diamalkan

    oleh manusia supaya dapat menjadi dasar kepribadian (akhlaq) sehingga ia menjadi manusia

    yang utuh.

    Dari survey yang telah dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih

    Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun, bahwa di Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin

    Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun terdapat pembinaan dengan berbagai

    kegiatan misalnya shalat dzuhur berjama‟ah, shalat sunnah dhuha, membaca dan menghafal juz

    A‟mma dan lain-lainnya. Dari keseharian tersebut pastilah pihak sekolah melakukan berbagai

    cara misalnya melalui tiap guru yang mengajar dengan memeberi nasihat-nasihat konsekuensi

    dari perilaku baik maupun perilaku buruk, selain itu dalam hal ibadah dengan mengingatkan

    siswa atau mengajaknya bersama-sama bahwa sudah waktunya untuk shalat dhuha, shalat dzuhur

    berjama‟ah dan membaca Al-qur;an. Hal itu semua dilakukan secara continue supaya siswa pada

    akhirnya dapat melakukannya dengan kemauan sendiri tanpa diingatkan lagi.

  • Dengan demikian, guru yang memiliki peran khusus dalam bidang pendidikan dituntut

    dalam tugasnya menjalankan proses pembentukan akhlaq. Guru harus memliki figur yang patut

    dicontoh ketika memberikan pengajaran dalam pendidikan akhlaq. Dengan kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki, menciptakan anak didik yang dewasa asusila, guru tidak hanya

    mengajar dan juga mendidik. Guru juga harus menanamkan nilai-nilai iman dan akhlaq yang

    mulia.

    Hal inilah yang menjadi indikator bagi penulis mengadakan penelitian, bagaimana sistem

    pendidikan agama, khususnya dalam pembinaan akhlaq. Dengan melihat fenomena di atas

    sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pendidikan Akhlaqul

    Karimah Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air

    Hitam Kabupaten Sarolangun”.

    B. Fokus Penelitian

    Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian, maka penelitian ini

    difokuskan pada Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah

    Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.`

    C. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah

    Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

    2. Apa kendala-kendala dalam Pembinaan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa

    Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten

    Sarolangun?

    3. Bagaimana usaha yang dilakukan dalam menanggulangi kendala-kendala penerapan

    Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa

    Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun?

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini

    adalah:

    a. Untuk mengetahui Pendidikan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah

    Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

  • b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam Pembinaan Pendidikan Akhlaqul Karimah

    pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam

    Kabupaten Sarolangun.

    c. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan dalam menanggulangi kendala-kendala

    penerapan Pendidikan Akhlaqul Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah

    Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.

    2. Kegunaan Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik secara

    teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermamfaat bagi :

    a. Menjadi wacana dan bentuk pemahaman baru, bagi orangtua atau pembaca pada

    umumnya agar dapat memperhatikan pendidikan akhlaqul karimah pada anak.

    b. Menambah khazanah keilmuan tentang pendidikan akhlaqul karimah

    c. Sebagai bahan referensi dalam bidang pendidikan.

    Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

    a. Untuk menambah pengetahuan siswa tentang pentingnya pendidikan akhlaqul karimah.

    b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai Pendidikan Akhlaqul

    Karimah pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Riyadhussolihin Desa Jernih Kecematan Air

    Hitam Kabupaten Sarolangun.

    c. Sebagai persyaratan bagi penulis untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) dalam

    Ilmu Pendidikan Islam di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teori

    1. Pengertian Strategi

    Strategi adalah cara cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan

    belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan

    mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar kebutuhan dan karakteristik peserta didik

    yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hubungan antara strategi,

    tujuan dan metode dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistim yang bertitik tolak dari

    penentuan tujuan pembelajaran( Uno,2007,hal 2).

    Pemilihan strategi pembelajaran dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan

    kedalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung (Uno, 2007,

    hal. 3) Terdapat berbagai pendapat tentang strategi sebagaimana dikemukakan oleh para ahli

    Kozna secara umum menjelaskan bahwa strategi dapat diartikan sebagai seetiap kegiatan yang

    dipilih, yaitu dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya

    tujuan pembelajaran. Gerlac dan Ely menjelaskan strategi merupakan cara cara yang dipilih

    untuk menyampaikan metode pembelajaran. Dick dan Carey menjelaskan strategi terdiri atas

    seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan. Gropper mengatakan bahwa

    strategi merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai (Uno, 2002, hal. 43).

    Sasaran (tujuan jangkan pendek atau tujuan situasional) dari pengembangan tenaga

    pendidik (guru) sesuai dengan SNP antara lain (1) peningkatan kompetensi guru bidang

    pengembangan KTSP, (2) peningkatan kompetensi guru bidang manajemen pembelajaran, (3)

    peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan strategi pembelajaran (CTL), Mastery

    Learning, PAKEM), (4) peningkatan kompetensi guru bidang pengembangan media

    pembelajaran, (5) peningkatan kompetensi guru dalam penggunaan ICT (komputer, internet, dan

    perangkat ICT lainnya), (6) peningkatan kompetensi dalam PTK, (7) peningkatan kompetensi

    dalam bidang Bahasa Inggris dan sebagainya.Strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan

    sasaran-sasaran tersebut antara lain (1) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di

    8

  • sekolah, (2) mengirimkan guru dalam MGMP, (3) melaksanakan kerja sama dengan LPMP, (4)

    melaksanakan in house training, (5) melaksanakan kerja sama dengan lembaga/instansi lain,

    khususnya dalam peningkatan guru bidang ICT, (6) melaksanakan magang dan kunjungan ke

    sekolah lain, (7) melaksanakan kerja sama dengan LPTI, perguruan tinggi, (8) dan sebagainya

    (Rohiat, 2008, hal. 86).

    Profesi guru jika selalu dikembangkan tentunya menghasilkan guru-guru yang berkualitas

    dari segi keilmuannya. Usaha yang dilakukan dalam mengembangkan profesinya tentu

    memerlukan kerja keras, sehingga dapat mempertahankan kualitasnya secara berkesinambungan.

    Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan pengembangan kompetensi profesional guru

    bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah,

    tetapi juga tujuan tenaga kependidikan secara pribadi. Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk

    mengerjakan instrumen pengembangan kompetensi profesional guru seperti daftar absensi, daftar

    urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan, dan kondisi pegawai untuk

    membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.

    Usaha peningkatan mutu guru dapat dilakukan kepala sekolah/kepala dinas terkait.

    Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana

    mutu guru di sekolah. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja guru dalam proses

    pembelajaran. Guru harus memahami dan mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan

    kemajuan, untuk itu, saat ini dilaksanakan sertifikasi guru.Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai

    suatu program pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk

    melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji

    kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.Melalui sertifikat pendidik ini, maka

    seorang guru bisa mendapat predikat profesional, karena telah lulus uji kelayakan untuk

    mengajar dan menjadi profesi yang layak dihargai. Isu yang paling menjadi perhatian di dunia

    pendidikan di Indonesia setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

    Guru dan Dosen pada Desember 2005 adalah persoalan sertifikasi guru.Esensi dari undang-

    undang yaitu tuntutan untuk meningkatkan kompetensi guru dan dosen, belum tersentuh sama

    sekali. Kenyataannya, faktor yang menjadi penyebab mengapa mutu pendidikan Indonesia masih

    rendah dan jauh dari harapan karena kuantitas dan kualitas guru belum memadai serta

    penyebaran yang belum merata. Dalam kaitan mempersiapkan guru yang berkualitas di masa

    depan, dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini dihadapkan pada persoalan bagaimana

  • meningkatkan kualitas sekitar 2 juta guru yang sekarang ini sudah bertugas di ruang-ruang

    kelas.Peningkatan kualitas pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen

    perubahan melalui kegiatan pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan

    kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya.

    Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh sejauhmana

    tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam meningkatkan prestasi belajar

    siswanya. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja kepala sekolah.

    2. Kepala Sekolah

    Kepalah sekolah yaitu guru yang diberikan tugas tambahan untuk memipin susatu sekolah

    yang diselenggarakan proses belajar mengajaratau tempat terjadi interaksi antara guru yang

    memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran (Hasibuan, 2005, hal. 67). Strategi kepala

    sekolah dalam konteks pendidikan tidak saja mempunyai tugas secara struktural memberikan

    tanggung jawab kepada para stafnya dalam mengembangkan pendidikan, akan tetapi secara

    fungsional dia juga harus berpartisipasi dalam proses pembelajaran, bagaimana mengharuskan

    setiap siswa agar ikut serta dalam kegiatan kurikuler sehingga nampak adanya upaya untuk

    meningkatkan mutu pendidikan. Keikutsertaan kepala sekolah secara universal dalam proses

    pembelajaran di suatu lembaga pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar

    siswa, sebab dia akan mampu memahami secara langsung apa faktor kelemahan dan kelebihan

    yang ada di sekolah itu sendiri. Mengapa demikian? Karena proses ini yang semestinya perlu

    diketahui oleh setiap kepala sekolah. Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah

    yang bertanggung jawab menghadapi perubahan adalah kepemimpinan pihak kepala sekolah.

    Biasanya, keberhasilan sekolah terletak pada keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin,

    kepala sekolah yang berhasil apabila ia mampu melaksanakan peranannya sebagai seorang yang

    beritanggung jawab untuk memimpin sekolah dengan baik.Kepala sekolah berfungsi sebagai

    pengendali terhadap jalannya usaha untuk meningkatkan kompetensi guru di sekolah. Meskipun

    seorang pemimpin selalu dihadapi banyak masalah untuk meningkatkan kompetensi guru seperti

    pelatihan guru. Perlu ditegakkan asumsi pentingnya in-service education yaitu (a) semua

    personel sekolah memerlukan in-serve education sepanjang kariernya (b) perkembangan praktek

    lapangan pendidikan meminta pertimbangan waktu dan hasil sistematis memerlukan

    pengembangan staf, (c) in-service education mempunyai dampak meningkatkan kualitas

  • program sekolah dan profesionalitas personel; (d) perlunya motivasi belajar dimana mereka

    percaya ada kontrol dalam belajarnya; (e) lembaga sekolah sebagai unit belajar bertanggung

    jawab menyediakan sumber dan kebutuhan latihan staf sekolah (Sagala, 2008, hal. 244).

    Kepala sekolah dituntut untuk menguasai kompetensi kepemimpinannya sama dengan

    guru. Bukan hanya seorang guru yang dituntut memiliki kompetensi di bidang keguruan, namun

    kepala sekolah juga dituntut hal yang sama. Seorang dapat dikatakan profesional dalam

    melaksanakan tugasnya apabila memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas yang

    dijalaninya. Alasan lain mengatakan bahwa memang adakalanya kompetensi kepemimpinan itu

    tumbuh secara alamiah, didukung oleh kesempatan dan pengalaman, tetapi efektifitas perannya

    jauh lebih besar apabila dikembangkan melalui tempat pengetahuan pelatihan dan pengalaman

    yang berkesinambungan. Pentingnya penguasaan kompetensi kepemimpinan bagi kepala sekolah

    akan memberikan dampak baik secara administrasi bagi individu yang bersangkutan maupun

    bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.Kepala sekolah memiliki otoritas utama untuk

    mencapai tujuan tersebut, oleh karea itu kepala sekolah bertanggung jawab dalam menyiapkan

    sarana dan prasarana yang memadai, guru-guru yang berkompeten, aturan dan disiplin sekolah,

    menajemen yang tepat sasaran, khususnya peningkatan profesionalitas guru. Kompetensi kepala

    sekolah adalah “usaha kepala sekolah agar terlaksananyafungsi-fungsi manajerial terhadap

    sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material sekolah dan menggunakannya secara

    efektif sesuai dengan tujuan sekolahTugas kepala sekolah yang berhubungan dengan manajemen

    sekolah di antaranya kepemimpinannya sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas

    seluruh kebijakan sekolah, di antaranya sebagai motivator bagi tenaga pendidik atau guru.

    Sebagai manajer, kepala sekolah membuat perencanaan, mengkonsolidasi dan

    mengorganisir sumber-sumber yang ada di sekolah, baik sumber daya manusia, sumber daya

    fisik dan sumber daya finansial guna menciptakan iklim sekolah yang kondusif bagi tumbuh

    kembangnya kreativitas dalam melaksanakan tugas pokok. Seorang kepala sekolah dalam

    melaksanakan kepemimpinannya hendaklah menggunakan pengetahuan, pengalaman dan sifat

    kepemimpinannya, di samping ia juga dituntut untuk memiliki kemahiran dan keterampilan

    dalam mengelola sekolah.

    Kepala sekolah melalui pengalaman, sifat kepemimpinan, kemahiran dan keterampilan

    yang dimilikinya, merupakan faktor yang mempengaruhi profesionalisme bawahannya seperti

    guru. Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka

  • keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur manusianya, salah satunya guru. Guru

    adalah pendidik yang profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima

    dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang dipikul di pundak para orang tua.

    Definisi kepala sekolah akan dijelaskan melalui keterangan kalimat berikut ini: Dua kata

    adalah kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

    organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi

    tempat menerima dan memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah

    dapat didefenisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin

    suatu sekolah dimana diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat dimana terjadi interaksi

    antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Kepala sekolah

    merupakan orang yang paling penting di suatu sekolah (Wahjosumidjo, 2007, hal. 83).

    3. Guru

    Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen,

    adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

    jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

    Syaiful Bahri Djamarah Dan Aswan Zain (2002, hal 126) mengatakan bahwa guru

    sebagai tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik

    disekolah. Guru juga orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan

    yang dimilikinya dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. N.A Ametembun

    sebagaimana dukutip Syaiful Bahri Djamarah, 2005, hal 49) mengatakan bahwa guru adalah

    semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik

    secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

    jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru wajib memiliki

    kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program

    diplomat empat, kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, profesional), sertifikat pendidikan

    yang diperoleh melalui perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan

    yang terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah, sehat jasmani dan rohani yang

  • memungkinkan guru dapat melakukan tugasnya dengan baikserta memiliki kemampuan untuk

    mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Saidah, 2016: hal. 221).

    Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan

    formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi

    tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, guru seyogyanya memiliki prilaku dan kemampuan yang

    memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh, guru perlu mengeasai berbagai hal

    sebagai kompetesi yang dimilikinya. Seorang pengajar (guru) yang memiliki kompetensi yang

    baik tidak hanya mampu berdiri di depan kelas menyampaikan pelajaran saja. Namun guru juga

    harus mampu mendidik, membina sikap dan mental siswa, guru yang kompeten akan lebih

    mampu menetapkan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan lebih mampu

    mengelola kelas sehingga para siswa mampu mencapai tingkat yang optimal. Kedudukan guru

    dalam kegiatan pembelajaran sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan

    menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena

    guru yang membuat siswa mengerti bahan pelajaran yang akan disajikan kepada mereka.

    Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerjanya di dalam

    merencanakan/merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran.Guru

    mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa

    untuk mencapai tujuan. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada mendidik dengan titik

    berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka

    panjang, memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai,

    membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.

    Guru orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam

    perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri

    dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan

    khalifah Allah SWT, makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri.Guru sebagai

    komponen yang bertanggung jawab dalam proses dan misi pendidikan secara umum serta proses

    pembelajaran secara khusus, sangat rentan dengan berbagai persoalan yang mungkin muncul

    apabila rencana awal proses pembelajaran ini tidak direncanakan secara matang dan bijak, hal ini

    akan berimplikasi pada gagalnya proses pembelajaran.

    Sejak awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pengelolaan kelas, sekaligus

    sebagai evaluator dalam proses. Efektifitas dan mutu dalam proses pembelajaran haruslah

  • mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang ditetapkan. Hal ini sudah barang tentu akan

    menimbulkan masalah dalam proses pendidikan secara umum maupun dalam proses

    pembelajaran secara khusus.Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah ialah

    memberikan pelayanan kepada para siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah.

    Dalam keseluruhan proses pendidikan guru merupakan faktor utama yang bertugas

    mendidik, guru memegang berbagai jenis peranan mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai

    seorang guru. Dan guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui

    interaksi belajar mengajar, guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses

    belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar. Di samping menguasai

    materi yang akan di ajarkan, dengan kata lain guru harus mampu menciptakan situasi kondisi

    belajar yang sebaik-baiknya.

    Bertugas sebagai guru tentulah pekerjaan yang mulia, dimana mengabdikan hidup untuk

    mendidikan dan mengajarkan anak untuk menjadi orang yang bertakwa dan berilmu. Semua

    yang dilakukan guru ini adalah amal sholeh yang dijanjikan pahalanya oleh Allah SWT.Setiap

    guru memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan

    perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu

    untuk mengembangkan kemampuannya. Di sisi lain sekolah perlu melakukan pembenahan diri

    secara bertahap agar menghasilkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien, dimana guru bisa

    berkreasi dan berinovasi dalam memajukan sekolah sesuai dengan harapan guru dan sekolah.

    Guru secara implisit telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung

    jawab pendidikan yang dipikul di pundak para orang tua, sehingga kepala sekolah melalui

    jabatan yang dimilikinya, bertanggung jawab dalam melaksanakan kompetensi guru, sesuai

    dengan harapan guru sebagai pendidik yang profesional. Profesi guru menuntut kompetensi guru

    yang merupakan kemampuan dasar agar dalam mengajar bisa optimal. Kemampuan tersebut

    meliputi menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, mengunakan

    media sumber, menguasai landasan pendidikan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi

    sekolah serta memahami prinsip-prisip dari hasil penelitian guru untuk kepentingan pengajaran.

    Kompetensi guru tersebut diharapkan mampu membentuk kinerja guru yang profesional.

    Guru melalui profesionalitas sebagai pengajar, diharapkan mampu mendorong siswa untuk

    senantiasa belajar dan berprestasi dalam belajar melalui berbagai sarana pendidikan yang ada.

    Pekerjaan mengajar membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Oleh sebab itu sekarang pengajar

  • perlu menguasai berbagai kemampuan baik kemampuan bidang ilmu, maupun teknologi dalam

    mengajar. Semua kemampuan tersebut dipadukan menjadi suatu wawasan yang utuh ketika

    seorang pengajar berada di depan kelas.

    Tugas kepala sekolah yang berhubungan dengan manajerial sekolah di antaranya

    kepemimpinannya sebagai kepala sekolah yang bertanggung jawab atas seluruh kebijakan

    sekolah, di antaranya sebagai motivator bagi tenaga pendidik atau guru. Peningkatan kualitas

    pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen perubahan melalui kegiatan

    pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan kelembagaan, kurikulum,

    ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya.Persiapan mengajar harus

    disusun secara sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian

    dalam situasi pembelajaran yang aktual. Situasi pembelajaran banyak dipengaruhi oleh faktor-

    faktor sebagai berikut:

    a. Faktor Guru. Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru yang bersangkutan, yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang

    mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang

    dilaksanakan.

    b. Faktor Siswa. Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun kepribadian untuk dikembangkan.

    c. Faktor Kurikulum. Bahan pelajaran sebagai isi kurikulum mengacu kepada tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula pola interaksi guru-siswa. Oleh sebab itu, tujuan

    yang hendak dicapai itu secara khusus menggambarkan bentuk perubahan tingkah laku

    yang diharapkan dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang beraneka ragam.

    d. Faktor lingkungan. Lingkungan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses

    pembelajaran. Lingkungan ini pun dapat menjadi salah satu faktor yang

    mempengaruhi situasi belajar (Ali, 2000: hal. 5-6).

    Guru harus selalu melaksanakan seefektif mungkin perencanaan yang telah dibuat dalam

    proses pembelajaran. Efektivitas guru dalam mengajar perlu diperbaiki dan dikembangkan

    berdasarkan kelemahan dan kekurangan yang dimungkinkan oleh keterbatasan sumber daya yang

    ada. Pengembangan efektivitas mengajar yang perlu ditingkatkan itu bertitik tumpu pada

    perencanaan, sehingga dapat dicari alternatif pemecahan masalah. Pembinaan keakraban perlu

    dilakukan untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pembentukan kompetensi peserta didik,

    sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru sebagai fasilisator dan peserta didik

    antara peserta didik dengan peserta didik. Tahap pembinaan keakraban ini bertujuan untuk

    mengkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan kegiatan belajar.

  • Langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Mulyasa (2004: hal. 126) yaitu diawal

    pertemuan guru memperkenalkan diri kepada peserta didik dengan memberi salam, menyebut

    nama, alamat pendidikan terakhir dan tugas pokok di sekolah dan kemudian peserta didik

    masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebut nama, alamat

    pendidikan terakhir dan tugas pokok di sekolah ini.

    4. Kompetensi Guru

    Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke and Stone, sebagai mana

    dikutip Mulyasa (2008: hal. 25( mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai “descretive of

    qualitative nature of teacher behavior oppears to be entirely meaningful (kompetensi guru

    merupakan gambar kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti). Sementara carles

    masih dikutip Mulyasa (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapaikan tujuan

    yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Kompetensi guru merupakan

    perpaduan anatara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,sosial, dan spritual yang secara

    kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup materi pemahaman peserta

    didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2012:

    hal. 26).

    Kompetensi guru adalah suatu kemampuan atau kecakapan yangterwujud dalam bentuk

    pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam

    melaksanakan tugas profesionalnya (Suwardi, 2002: hal. 4) Banyak ahli pendidik yang

    menyebutkan tentang kompetensi guru yang harus dimiliki oleh anatara lain Cooper dalam

    Wijaya, ada empat macam kompetensi guru yakni:

    a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.

    b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibina

    c. Mempunyai sikap yang tetap dengan diri sendiri, sekolah,teman sejawat, dan bidang studi

    yang dibinanya.

    d. Mempunyai teknik keterampilan di dalam mengajar (Wijaya, 1994: hal. 6).

    Keberhasilan pendidik (guru) dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh

    banyak aspek, seperti aspek pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan juga sikap. Artinya

    kompetensi dalm suatu bidang tidakalh cukup sebagain standar proses belajar mengajar

    keterampilan dan sikap (akhlak) juga memiliki peranan yang menentukan dalam mengantarkan

  • keberhasilan peserta didik, melalui proses beelajar yang dilakukan. Sehubung dengan itu totalitas

    kompetensi pendidikan (guru) menjadi persyaratan keberhasilan proses pembelajaran. Menurut

    Majid (2008: hal. 6) standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapi atau persyaratan

    dalam bnetuk penguasaan pengetahuan dan berprilaku layaknya seorang guru yang menduduki

    jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifiaksih bidan pendidikan.

    Menurut Tjokorde Joni yang dikutip Arikunto (1980: hal 239) merumuskan tiga

    kompetensi yang harus dimiliki guru yang profesional yaitu:

    a. Kompetensi profesional artinya bahwa guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang bidang studi yang diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti

    memiliki pengetahuan sikapn teorotik, mampu memilih metode yang tepat, serta

    mampu menggunakanya dalam proses belajar mengajar.

    b. Kompetensi personal artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga mampu menjadi intensifikasi bagib subjek.

    c. Kompetensi sosial, artinya guru harus memiliki kemampuan berkompetensi sosial naik, baik dengan murid murid maupun sesama teman guru, dengan kepala sekolah,

    dengan pegawai tata usaha dan juga tidak lupa dengan anghota masyarakat di

    lingkungannya.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

    menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

    anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pendapat

    lainnya menyebutkannya sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

    Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka menurut penulis bahwa guru adalah tenaga

    profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajarkan anak didik dengan

    pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal maupun wadah non formal, dan melalui

    upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi. Sebagai guru

    maka ia diberikan kewenangan dalam menjalankan tugasnya.

    Tugas guru, juga sebagai sebuah tanggung jawab di antaranya adalah: 1) Sebagai

    pembimbing, guru harus membawa peserta didik ke arah kedewasaan berpikir dan kreatif dan

    inovatif, 2) Sebagai penghubung, antara sekolah dan masyarakat, Dalam hal ini yang harus

    diperhatikkan adalah prinsip kerjasama dan bahu membahu dalam menciptakan akses edukatif

    bagi peserta didik, 3) Sebagai penegak disiplin, guru haru menjadi contoh dalam melaksanakan

    peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah, 4) Sebagai administrator, guru harus pula

    mengerti dan melaksanakan urutan tata usaha, 5) Sebagai suatu profesi, seorang guru harus

  • bekerja profesional dan menyadari benar-benar pekerjaan sebagai amanah dari Allah SWT, 6)

    Sebagai perencana kurikulum, maka guru harus berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan

    kurikulum, 7) Sebagai pekerja yang memimpin (quidance worker) guru harus berusaha

    membimbing peserta didik dalam pengalaman belajar, 8) Sebagai fasilitator pembelajaran, guru

    bertugas membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar, memonitor kemajuan belajar,

    membantu kesulitan belajar (melancarkan pembelajaran, 9) Sebagai motivator, guru harus dapat

    memberikan dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar, 10) Sebagai

    organisator, guru harus dapat mengorganisasi kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah

    maupun di luar sekolah, 11) Sebagai manusia sumber, maka guru harus menjadi sumber nilai

    keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik, 12) Sebagai

    manager, guru harus berpartisipasi dalam manajemen pendidikan di sekolahnya baik yang

    bersifat kurikulum maupun di luar kurikulum (Ramayulis, 2005, hal. 55-57).

    Menjadi guru ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki yaitu: 1) Syarat Fisik,

    meliputi berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh, 2) Syarat Psikis, yakni sehat rohani, dewasa

    dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi, sabar, ramah, dan sopan, memiliki

    jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani tanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa

    pengabdian, 3) Syarat Keagamaan, yaitu seorang yang beragama dan mengamalkan ajaran

    agamanya. dengan demikian ia mengetian prinsip dan aturan agamanya tentang pendidikan, 4)

    Syarat Teknis, yaitu harus memilki ijazah pendidikan guru seperti ijazah fakultas Ilmu

    Pendidikan, Fakultas Tarbiyah atau ijazah keguruan lainnya, 5)Syarat Pedagogis, yaitu

    menguasai metode mengajar, menguasai materi yang akan diajarkan dan ilmu-ilmu lain yang dan

    hubungannya dengan ilmu yang diajarkan, 6) Syarat Administratif, yaitu harus diangkat oleh

    pemerintah, yayasan atau lembaga lain yang berwenang mengangkat guru sehinngga ia diberi

    tugas untuk mendidik dan mengajar, 7) Syarat Umur, yaitu haruslah seorang dewasa. Dalam

    Islam kedewasaan itu disebut akil baligh, atau mukallaf (Ramayulis, 2005, hal. 51-52).

    Muchtar Lutfi dalam Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa seseorang disebut memiliki

    profesi bila ia memenuhi kriteria berikut ini, (1) Profesi harus mengandung keahlian, artinya

    suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi ini. Keahlian itu

    diperoleh dengan cara mempelajarinya secara khusus, profesi bukan diwarisi, (2) Profesi dipilih

    karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu maksudnya bukan part time (paruh waktu),

    (3) Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal, artinya profesi itu dijalani menurut

  • aturan yang jelas, dikenal umum teorinya terbuat secara universal pegangannya itu diakui, (4)

    Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri, (5) Profesi harus dilengkapi dengan

    kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan dan kompetensi itu diperlukan untuk

    menyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya, (6) Pemegang profesi memiliki otonomi dalam

    melakukan tugas profesinya, (7) Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi, (8)

    Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan layanan.Melalui

    sejumlah prosedur bagi seorang guru diharapkan guru memiliki kompetensi yang memadai.

    Kompetensi guru menyangkut seluruh aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru dalam

    mengembangkan amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing,

    mengarahkan dan memandu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangannya

    (Tafsir, 1994, hal. 107).

    Sementara Charles masih dikutip Mulyasa mengemukakan bahwa competency as rational

    performance which satisfactorily meets the objective for a desired condation (kompetensi

    merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan

    kondisi yang diharapkan). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

    Guru dan Dosen menjelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

    keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

    dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.”Kompetensi guru merupakan perpaduan antara

    kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk

    kompetensi standar profesi guru, yang mencakup materi, pemahaman terhadap peserta didik,

    pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.Kompetensi guru

    menyangkut seluruh kemampuan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengembangkan

    amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan dan

    memandu siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangannya yang dilakukan secara

    profesional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

    Nasional Pendidikan dalam pasal 28 ayat (1) menjelaskan bahwa pendidik harus memiliki

    kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

    memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, ayat (3) menjelaskan

    kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

    pendidikan anak usia dini meliputi: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c)

    kompetensi profesional dan d) kompetensi sosial, ayat (4) menjelaskan seseorang yang tidak

  • memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki

    keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati

    uji kelayakan dan kesetaraan (Anonim, 2005, hal. 22).

    Standar Nasional Pendidikan menjelaskan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa

    kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

    pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanakan pembelajaraan, evaluasi hasil

    belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

    dimilikinya. Pasal 28 ayat (3) butir b menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian adalah

    kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

    peserta didik, dan berakhlak mulia. Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud

    dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas

    dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

    yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Pasal 28 ayat (3) butir d penjelasan bahwa

    kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi

    dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

    tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Anonim, 2005, hal. 68).

    Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk mendidik dan

    mengajarkan anak didik dengan pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal

    maupun wadah non formal. Dengan upaya ini maka anak didik bisa menjadi orang yang anak

    didik menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi.

    5. Pembinaan Kompetensi Guru Aqidah Akhlak

    Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha

    untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Seorang pemimpin selalu dihadapi banyak

    masalah untuk meningkatkan profesionalisme guru aqidah seperti sumber daya manusia (tenaga

    pengajar), sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung

    jawab dalam meningkatkan profesionalisme guru aqidah ahlak tentunya.

    Tugas-tugas kepemimpinan kepala sekolah secara umum meliputi hal-hal sebagai berikut:

    a. Meningkatkan diri dan staf secara profesional. b. Meningkatkan pengajaran di kelas. c. Menyusun dan meningkatkan program pendidikan di sekolah d. Memberikan bimbingan dan meningkatkan disipilin. e. Menumbuhkan profesi dan bidang kerja masing-masing.

  • f. Mengusahakan hubungan dengan masyarakat yang intim dan terpadu (Soetopo, 1988, hal. 37).

    Kepemimpinan kepala sekolah berfungsi sebagai pengendali terhadap jalannya usaha untuk

    meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Seorang pemimpin selalu dihadapi banyak

    masalah untuk meningkatkan profesionalisme guru seperti sumber daya manusia (tenaga

    pengajar), sarana dan prasarana yang kurang lengkap. Dalam hal ini kepala sekolah bertanggung

    jawab dalam meningkatkan profesionalisme guru tentunya.

    Menurut Hasibuan (2003, hal. 170) “kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin

    mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama secara efektif dan efesiensi untuk

    mencapai tujuan organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa tingkat kemajuan sekolah sangat

    ditentukan oleh sejauh mana tingkat kemajuan kepemimpinan kepala sekolah di dalam

    meningkatkan prestasi belajar siswanya. Keberhasilan sekolah ditunjukkan dengan kinerja kepala

    sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus memahami dan mengembangkan keterampilan

    dalam melaksanakan perubahan, apabila kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi

    lebih efektif. Seorang kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya hendaklah

    menggunakan pengetahuan, pengalaman dan sifat kepemimpinannya, di samping ia juga dituntut

    untuk memiliki kemahiran dan keterampilan dalam mengelola sekolah. Adapun unsur-unsur

    yang terlibat dalam situasi kepemimpinan yaitu 1) Sebagai orang yang dapat mempengaruhi

    orang lain di satu pihak, 2) Sebagai orang yang dapat pengaruh di lain pihak, 3) Adanya maksud-

    maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan 4) Adanya serangkaian tindakan

    tertentu untuk mempengaruhi dan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu itu.Peningkatan

    mutu pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen perubahan melalui kegiatan

    pembenahan kepemimpinan sekolah dengan wadah pembinaan kelembagaan, kurikulum,

    ketenagaan, sarana dan prasarana serta perubahan sistem lainnya. Kepala sekolah melalui

    pengalaman, sifat kepemimpinan, kemahiran dan keterampilan yang dimilikinya, merupakan

    faktor yang mempengaruhi profesionalitas bawahannya seperti guru. Mengingat pendidikan

    selalu berkenaan dengan upaya pembinaan manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat

    bergantung pada unsur manusianya.

    Menurut Euis Krwati (2016, hal. 91) dalam bukunya yang berjudul “Kinerja dan

    Profesionalisme Kepalah Sekolah peran dan tugas kepalah sekolah:

  • a. Pemimpin kelompok. Kepalah sekolah harus mampu memimpin, memahami

    dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok.

    b. Evaluator. Kepalah sekolah harus dapat memberikan bantuan kepada guru untuk

    dapat mengevaluasi pelaksaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus membantu

    mengidentifikasih pemasalahan yang di hadapi guru, membantu melakukan penelitian

    dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya.

    c. Konsultan. Kepalah sekolah harus mempunyai kemampuan dalam pengembangan gur

    sehingga kepalah sekolah dapat membantu guru baik secara individual maupun

    kelompok. Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

    kepemimpinan merupakan suatu usaha seorang pemimpin dalam usahanya utuk

    mempengaruhi bawahanya agar maubekerja sam untuk mencapai tujuan organisasi.

    Berbagai upaya yang harus dipikirkan dijalankan guna peningkatkan mutu

    pendidikan.

    Secara profesional menurut Wahjosumidjo (2002, hal. 97) kepalah sekolah memiliki

    tugas dan fungsi sebagai berikut:

    a. Kepala sekolah sebagai saluran komunikasi dilingkungan sekolah yang dipimpinya

    b. Kepala bertindak dan bertanggung jawab atas segalah tindakan yang dilakukan oleh

    guru, staf, dan pegawai lainyayang ada disekolah.

    c. Dengan waktu dan sumber yang terbatas, kepala sekolah harus mampu mengahadapi

    berbagai persoalan

    d. Kepala harus berfikir secara analitik dan konsepsional

    e. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah

    Secara formal maupun profesional tugas guru seringkali menghadapi berbagai

    permasalahan yang timbul akinbat adanya berbagai perubahan yang terjadi dilingkung tugas

    profesionalnya. Perubahan itu misalnya perubahan kurikulum, pembahruan sistem pengajaran,

    adanya peraturan perundang undangan yang baru dan lain sebagainya. Kemampuan

    menyesuaikan diri dengan berbagai pembaharuan ini sebenarnya merupakan sikap positif yang

    berkaitan dengan keberadaan lingkungan profesinya.

    B. Studi Relevan

    Melalui studi relevan ini, maka penulis menyajikan beberapa kajian terkait mengenai

    pembinaan kompetesi guru.

  • 1. Penelitian Sumadi tahun 2011 mengenai Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Al-Qur’an

    Hadis di Madrasah Tsanawiyah Swasta Nurul Wathan Desa Pasar Kembang Kecamatan

    Keritang Indragiri Hilir Riau.

    Penelitian ini menemukan bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran Al-Qur‟an

    Hadis di MTs Swasta Nurul Wathan Desa Pasar Kembang dimana kepribadian dan sosial

    guru yang baik, namun secara profesional dan pedagogik kurangnya guru menguasai bahan,

    namun masih lemah dalam mengelola kelas dan masih terbatasnya penggunaan

    media/sumber karena media/sumber yang terbatas, kurangnya menguasai landasan-landasan

    pendidikan, mengelola interaksi pembelajaran dan menilai prestasi siswa untuk kepentingan

    pembelajaran. Guru juga kurang mengenal layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan

    kurang mampu mengelola program pembelajaran, mengenal dan memahami

    menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan

    hasil penelitian pendidikan.

    2. Penelitian Ulil Amri tahun 2008 mengenai Eksistensi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan

    Kompetensi Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak Kecamatan Tanah

    Sepenggal Kabupaten Bungo.

    Hasil penelitian ini adalah peranan dan fungsi kepala sekolah dalam meningkatkan

    kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak sangat strategis dan itu

    telah dibuktikan dengan keseriusan kepala sekolah dalam memajukan proses pembelajaran di

    Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak. Salah satu yang dilakukan kepala sekolah

    adalah meningkatkan kompetensi guru. Strategi yang dilakukan kepala sekolah untuk

    meningkatkan kompetensi guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak dimana

    telah melakukan sejumlah himbauan dan tindakan seperti anjuran kepala sekolah kepada

    guru untuk memanfaatkan perpustakaan, meningkatkan disiplin sekolah, memperbaiki

    penampilan kerja guru dan mengikutiseProblema yang dihadapi kepala sekolah dalam

    meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran Fiqh di Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa

    Teluk Pandak meliputi sumber belajar yang masih terbatas. Hal lain menyangkut

    keterbatasan dana yang dimiliki sekolah untuk mengadakan sumber belajar seperti buku.

    Hasil yang dicapai dalam peningkatan kompetensi guru mata pelajaran Fiqh di

    Madrasah Tsanawiyah Negeri Desa Teluk Pandak dimana guru menggunakan media/sumber

  • saat mengajar, guru telah ada persiapan sebelum mengajar, kondusifnya kondisi kelas saat

    pembelajaran berlangsung dan guru telah menguasai materi sebelum mengajar.

    3. Penelitian Evira AM tahun 2008 mengenai Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

    Profesionalisme Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) Negeri 16 Dusun Tuo Ulu Kecamatan VII Koto Ilir Kabupaten Tebo.

    Penelitian ini menemukan bahwa kondisi objektif guru mata pelajaran Pendidikan

    Agama Islam di SMP Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimana kurangnya penguasaan bahan, telah

    Mengelola Program Pembelajaran, namun masih lemah dalam mengelola kelas dan masih

    terbatasnya penggunaan media/sumber karena media/sumber yang terbatas, kurangnya

    menguasai landasan-landasan pendidikan, mengelola interaksi pembelajaran dan menilai

    prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran. guru juga kurang mengenal layanan

    bimbingan dan konseling di sekolah, meskipun telah mengenal dan memahami

    menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan

    hasil penelitian pendidikan.

    Langkah-langkah kepala sekolah dalam program pengajaran Pendidikan Agama

    Islam di SMP Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimulai dari rekrutmen (penarikan/pengadaan) guru

    khususnya untuk honorer, placement (penempatan) bagi semua guru, pelatihan dan

    pengembangan guru serta peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk upaya kepala sekolah

    dalam meningkatkan profesionalisme guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP

    Negeri 16 Dusun Tuo Ulu dimulai peningkatan memanfaatkan pustaka sekolah dan disiplin

    sekolah, memanfaatkan media pembelajaran, penguasaan bahan, menyediakan alat/fasilitas

    pembelajaran, meningkatkan kerja sama antara guru menjalin hubungan guru dan orang tua

    siswa.

    Penelitian Sumadi, Ulil Amri dan Evira AM memiliki lokasi penelitian yang berbeda

    dengan penelitian ini. Perbedaan lainnya terletak pada subtansi kajian yang mengkhususkan pada

    kompetensi profesional guru, berbeda dengan penelitian sebelumnya hanya membahas secara

    umum saja kompetensi guru dan peningkatkannya di sekolah.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Desain Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatam kualitatif, alasan

    penggunaan pendekatan kualitatif karena penelitian tersebut bertujuan memahami sesuatu sosial,

    peristiwa, peran, interaksi, dan kelompok. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan

    dianalisis secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu.

    Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas

    sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal. Penelitian ini

    berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan dengan mengkaji

    tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Laboratorium Kota

    Jambi.

    Penelitian ini merupakan sebuah studi lapangan yang mengungkapkan, menemukan dan

    menggali informasi tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di

    MTs Laboratorium Kota Jambi dengan pendekatan ilmu Pendidikan Agama Islam secara

    deskripitif kualitatif. Kegiatan penelitian, kendatipun merupakan kegiatan yang sifatnya bebas,

    transparan dan sangat betergantungan pada kehendak dan keinginan dari peneliti dalam meneliti

    objek penelitiannya, namun merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan aturan-aturan

    yang telah ditentutan, baik melalui literatur yang diciptakan oleh pakar-pakar penelitian, maupun

    melalui buku pedoman dan aturan-aturan akademik yang menjadi acuan peneliti dalam

    melaksanakan penelitian.

    B. Setting dan Subjek Penelitian

    1. Setting Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di MTS Laboratorium Kota Jambi dengan alasan sekolah itu belum

    melaksanakan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru secara maksimal

    dan permasalahan ini belum diteliti sebelumnya oleh peneliti lain.

    2. Subjek penelitian

    Subjek penelitian yaitu kepala sekolah dan guru Aqidah Akhlak. Kepala sekolah sebagai

    pemimpin bagi para majelis guru. Guru adalah tenaga pendidik di suatu sekolah. Adapun teknik

    28

  • penelitian informanya atau subjek penelitianya berdasarkan pada kriteria yang dikembangkan

    Mulyasa (2005, hal. 168) yaitu Sederhana, hanya terdapat satu situasi sosial tunggal, mudah

    memasuki dan tidak susah dalam melakukan penelitian, mudah memperoleh izin, kegiatanya

    terjadi ber ulang-ulang.

    C. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    a. Data Primer

    “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat

    untuk pertama kalinya.” Data primer yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah

    data tentang Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs

    Laboratorium Kota Jambi.

    b. Data Sekunder

    “Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh

    peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi

    lainnya.” Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran

    umum MTs Laboratorium Kota Jambi, seperti:

    1) Historis dan geografis.

    2) Struktur organisasi.

    3) Keadaan guru, karyawan dan siswa.

    4) Keadaan sarana dan prasarana.

    2. Sumber Data

    “Sumber data adalah dimana data diperoleh” )Arikunto, 2013, hal. 172). Sedangkan

    sumber data dalam penelitian ini meliputi:

    a. Kepala madrasah.

    b. Majelis Guru.

    c. Arsip.

    d. Peristiwa/kejadian

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi data-data yang

    diinginkan, peneliti dalam hal ini menerapkan beberapa metode sebagai berikut:

  • 1. Observasi

    Menurut Sugiono (2013: hal. 203) yang dikutip dari Sutrisno Hadi, observasi merupakan

    suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan

    psikologis. Penulis menggunakan metode observasi partisipan untuk melihat data di lapangan

    yang bisa menjadi instrumen utama pengumpulan data untuk mendapatkan informasi tentang:

    a. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru aqidah ahlak di MTs di

    Laboratorium Kota Jambi.

    b. Kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru aqidah ahlak di MTs

    Laboratorium Kota Jambi.

    2. Wawancara

    Wawancara adalah “sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk

    memperoleh informasi dari terwawancara” )Arikunto, 2013, hal. 155(. Wawancara tidak

    terstuktur penulis gunakan sebagai instrumen pelengkap observasi untuk mengumpulkan data

    lapangan tentang:

    a. Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di MTs Laboratorium Kota

    Jambi.

    b. Kendala kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensin guru di MTs Laboratorium Kota

    Jambi.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi sebagai “cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-variabel yang

    merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, prasasti, legger, agenda

    dan sebagainya” )Arikunto, 2013, hal. 231). Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan

    informasi non manusia, sumber informasi (data) non manusia ini berupa catatan-catatan,

    pengumuman, instruksi, aturan-aturan, laporan, keputusan atau surat-surat lainnya, catatan-

    catatan dan arsip-arsip yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang dikumpulkan

    mengenai teknik tersebut berupa kata-kata, tindakan dan dokumen tertulis lainnya, dicatat

    dengan menggunakan catatan-catatan. Dokumentasi penulis gunakan sebagai intrumen utama

    untuk memperoleh semua data-data yang berhubungan dengan gambaran umum MTs

    Laboratorium Kota Jambi, seperti:

    a. Historis dan geografis.

    b. Struktur organisasi.

  • c. Keadaan guru, karyawan dan siswa.

    d. Keadaan sarana dan prasarana.

    E. Teknik Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Analisis Domain

    Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan

    menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Data diperoleh dari grand

    tour dan minitour question. Hasilnya berupa gambaran umum tentang obyek yang diteliti, yang

    sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum

    mendalam, masih di permukaan, namun menemukan domain-domain atau kategori dari situasi

    sosial yang diteliti. Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari

    lapangan penelitian secara garis besarnya yaitu mengenai gambaran umum MTs Laboratorium

    Kota Jambi seperti historis dan geografis, Struktur organisasi, keadaan guru dan siswa serta

    keadaan saran ada prasarana.

    2. AnalisisTaksonomi

    Setelah peneliti melakukan analisis domain, sehingga ditemukan domain-domain atau

    kategori dari situasi sosial tertentu, maka selanjutnya domain yang dipilih oleh peneliti dan

    selanjutnya ditetapkan sebagai fokus penelitian, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data

    di lapangan. Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan, wawancara

    mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpulan menjadi banyak. Oleh karena itu

    pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan analisi taksonomi. Analisis

    taksonomi ini digunakan dalam menganalisis data tentang 1) strategi kepala sekolah dalam

    meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota Jambi, 2) kendala kepala sekolah dalam

    meningkatakan kompetensi guru MTs Laboratorium danupaya Kepala sekolah dalam

    meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota Jambi.

    3. Analisis Komponensial

    Pada analisis komponesial, yang dicari untuk diorganisasikan dalam domain bukanlah

    keserupaan dalam domain, tetapi justru yang memiliki perbedaan atau yang kontras. Data ini

    dicari melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang terseleksi. Dengan teknik

    pengumpulan data yang bersifat triangulasi tersebut, sejumlah dimensi yang spesifik dan berbeda

    pada setiap elemen akan dapat ditemukan. Analisis komponensial ini digunakan untuk menjawab

  • permasalahan-permasalahan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru di

    MTs Laboratorium Kota Jambi.

    F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

    Adapun tingkat kepercayaan data (trustworthiness) dalam penelitian dilakukan suatu

    teknik pemeriksaan data antara lain; melakukan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan

    pengamatan, triangulasi dan diskusi sejawat (Moleong, 2013, hal. 330-332). Berikut

    penjelasannya:

    1. Perpanjangan Keikutsertaan

    Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan

    yang dikumpulkan. Melalui teknik ini, peneliti akan berusaha untuk meningkatkan frekuensi

    kehadiran di lokasi penelitian dengan mengunjungi di MTs Laboratorium Kota Jambi pada

    waktu jam kerja agar peneliti dapat menyelami „budaya” kerja guru terkait Strategi kepala

    sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru. Peneliti berupaya untuk berinteraksi dengan

    kepala MTs dan para guru.

    2. Ketekunan Pengamatan

    Peneliti berusaha menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

    dengan persoalan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini secara terperinci.

    Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang menonjol dalam

    penelitian dan berusaha mencari solusinya dengan berpedoman pada literatur yang ada,

    misalnya, strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru MTs Laboratorium Kota

    Jambi.

    3. Triangulasi Data

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan suatu yang lain

    di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Jadi

    dalam hal ini mengecek sumber data yang diperoleh di lapangan berkenaan dengan penelitian ini.

    Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber yakni membandingkan dan mengecek

    balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

    dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

    a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

  • b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya

    secara pribadi.

    c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang

    dikatakannya sepanjang waktu.

    d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan

    orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang kaya,

    pemerintah.

    e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2013,

    hal. 331).

    Berdasarkan teknik triangulasi tersebut di atas, maka dimaksud untuk mengecek kebenaran

    dan keabsahan data-data yang diperoleh di lapangan tentang Strategi kepala sekolah dalam

    meningkatkan kompetensi guru dari sumber hasil observasi, wawancara maupun melalui

    dokumentasi, sehingga dapat dipertanggung jawab keseluruhan data yang diperoleh di lapangan

    dalam penelitian tersebut.

    4. Diskusi Teman Sejawat

    Teknik ini juga digunakan untuk membangun keterpercayaan atau keabsahan yang

    merupakan suatu proses di mana seorang peneliti mengekspos serta mengkonsultasikan hasil

    penelitian yang diperolehnya kepada dosen pembimbing, dengan melakukan suatu diskusi dan

    konsultasi secara analitis dengan tujuan untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang mungkin

    masih bersifat implisit. Melalui teknik ini, diharapkan peneliti dapat memperoleh pertanyaan dan

    saran konstruktif, serta dapat memberikan kesempatan kepeda peneliti untuk mengembangkan

    dan menguji langkah-langkah selanjutnya dalam suatu desain metodologis yang muncul.

    G. Jadwal Penelitian

    Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian dilakukan dengan pembuatan

    proposal, kemudian dilanjutnya dengan perbaikan. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka

    penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam waktu yang berurutan.

    Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing.Adapun jadwal kegiatan penelitian

    dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • Tabel 1

    Jadwal Penelitian

    N

    o

    Kegiatan November

    2018

    Desembe

    r

    2019

    Januari

    2019

    Februari

    2019

    April

    2019

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Pembuatan

    Proposal

    x x x

    2. Seminar dan

    Perbaikan

    Hasil

    Seminar

    x x

    3. Pengumpulan

    Data

    x x x x x x x x

    4. Penulisan

    skripsi

    x x x

    5. Konsultasi

    pembimbing

    x x x

    6. Munaqasah

    dan

    Perbaikan

    Munaqasah

    x

    7. Penggandaan

    Laporan

  • BAB IV

    TEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Temuan Umum

    1. Sejarah dan Letak Geografis

    MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi adalah SLTP yang berciri khas agama

    Islam. MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi memberikan mata pelajaran selain sama

    dengan SLTP pada umumnya juga memberikan mata pelajaran tambahan seperti Aqidah

    Akhlak, Qur‟an Hadits, Ulumul Hadits, Fiqh, Ilmu Tafsir, Tashawuf, Sejarah

    Kebudayaan Islam, Bahasa Arab, Qowa‟id dan Keterampilan Agama. Madrasah

    Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi didirikan pada tahun 2005

    yang diprakarsai oleh UIN STS Jambi sebagai tempat Praktek Pengalaman Lapangan

    (PPL) bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN STS Jambi.

    Sekolah ini bernama Madrasah Tsamawiyah Swasta Laboratorium dan terletak di

    Jalan Arif Rahman Hakim Telanai Pura Jambi. Merupakan daerah yang strategis, karena

    lokasi ini berada dipusat kota Jambi dan tidak jauh dari sarana pendidikan lainnya.

    Madrasah Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi

    letaknya juga bersebelahan dengan Madrasah Aliyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah

    dan Keguruan UIN STS Jambi dan juga merupakan bagian dari Fakultas Tarbiyah dan

    Keguruan UIN STS Jambi, tapi Madrasah Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah

    majemennya dikelola oleh kepala dan staf masing-masing sekolah.

    Secara umum madrasah Tsanawiyah Laboratorium adalah sebagai berikut:

    Nama Madrasah : Madrasah Tsanawiyah Laboratorium

    NSS : 1212157 10010

    NPSN : 10508357

    Status Akreditasi : Akreditasi B

    Status Bangunan Sekolah : Milik Negara

    Alamat : Jl. Arif Rahman Hakim No. 111

    Kelurahan : Simpang IV Sipin

    Kecamatan : Telanaipura

    35

  • Kabupaten/Kota : Kota Jambi

    Tahun Berdiri : 2005

    Status Lahan : Fakultas Tarbiyah

    Luas Keseluruhan Tanah : 1000 M2i4=4Luas Bangunan : 800 M2

    JarakkePusatKecamatan : 3000 M

    JarakkePusat Provinsi : 3500 M

    Jumlah : EHP[KeanggotaanRayon : V

    (Lima)

    Organisasi Penyelenggara : pendidikan

    (Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    MTs Laboratorium Kota Ja1\mbi ini berlokasi di jalan Arif Rahman Hakim No.

    111 Telanaipura Jambi. Sekolah ini sangat strategis karena berada di tengah-tengah kota

    Jambi dan tidak jauh dari lingkungan pendidikan lainnya. Adapun pembangunan sekolah

    ini didirikan dengan batas-batas sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Jl. Arif Rahman Hakim

    Sebelah Selatan : Fakultas Adab

    Sebelah Barat : Fakultas Tarbiyah

    Sebelah Timur : Jln. Kaca Piring

    (Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    2. Visi dan Misi

    Tujuan dari madrasah Tsanawiyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah ingin

    menggabungkan antara iptek dan imtaq dengan Visi Misi yang menunjang pendidikan. Sebagai

    berikut:

    a. Visi. Visi Madrasah adalah mencetak peserta didik yang terampil dan cerdas dalam ilmu

    pengetahuan dan teknologi dan mencetak peserta didik yang memiliki iman dan taqwa.

    b. Misi. Mempersiapkan siswa untuk mengembang dirinya sendiri sesuai jalur dengan ilmu

    pengetahuan dan teknologi sehingga siswa sebagai anggota masyarakat dapat berinteraksi

    dengan sosial, lingkunga sosial, budaya dan alam berdasarkan ajaran agama Islam.

    Madrasah dapat menyelenggarakan pendidikan secara profesional, inovatif dan selalu

    berupaya meningkatkan pelayanan dan kepuasan stakeholder danUntuk mewujudkan misi

  • yang telah dirumuskan maka langkah-lan. gkah nyata yang harus dilakukan oleh madrasah

    adalah:

    1) Mendorong aktivitas dan kreatifitas secara optimal kepada seluruh komponen

    Madrasah terutama para siswa

    2) Mengoptimalkan pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan siswa

    supaya mereka memiliki prestasi yang dapat dibanggakan.

    3) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga kecerdasan

    siswa terus diasah agar terciptanya kecerdasan intelektual dan emosional yang

    mantap.

    4) Antusias terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    5) Menanamkan cinta kebersihan dan keindahan kepada semua komponen

    Madrasah.

    6) Menimbulkan penghayatan yang dalam dan pengalaman yang tinggi terhadap

    ajaran agama Islam, sehingga tercipta kematangan dalam berfikir dan bertindak

    ((Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    c. Tujuan Madrasah

    1) Perolehan nilai ujian nasional rata-rata naik memenuhi standar kelulusan

    2) Memiliki kegiatan ekstra kurikuler yang maju dan berprestasi disegala bidang

    3) Terwujudnya disiplin yang tinggi dari seluruh warga madrasah.

    4) Terwujudanya suasana pergaulan sehari-hari yang berlandaskan keimanan dan

    ketaqwaan.

    5) Terwujudnya manajemen madrasah yang transparan dan partisipatif, melibatkan

    seluruh warga Madrasah dan kelompok kepentingan yang terkait.

    6) Terwujudnya lingkungan Madrasah yang bersih, indah, asri dan Islami (Dokumen MTs

    Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    3. Struktur Organisasi

    MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi sebagai salah satu lembaga pendidikan

    dan pembelajaran yang ada di propinsi Jambi, tentunya tidak terlepas dari berbagai

    kegiatan dan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri, maka diperlukan

    adanya suatu organisasi. Dalam organisasi tersebut segala kegiatan yang dihadapi baik

    mutu dalam proses pelaksanaan pembelajaran maupun segala kegiatan yang menunjang

  • sekolah akan dapat dikelola secara teratur dan dapat membantu demi memperlancar suatu

    kegiatan. Pentingnya suatu organisasi pada suatu lembaga tertentu adalah dalam rangka

    untuk mendapatkan apa yang diharapkan dalam suatu kegiatan sendiri. Adapun struktur

    yang ada di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dapat dilihat pada bagan organisasi

    berikut ini:

    STUKTUR ORGANISASI MTs LABORATORIUM UIN STS JAMBI

    TAHUN PELAJARAN 2018/2019

    1\

    KEPALA TATA USAHA

    Holil Arahman, S. Pd. I WAKA KURIKULUM Hikmawati, S. Pd., M.

    Pd

    WAKA KESISWAAAN

    M. Husni, S. Pd. I WAKA SARANA PRASARANA

    Yuliyah, S. Pd. I

    WAKA KOMUNIKASI M. Aris, S. Ag

    MAJELIS GURU PEMBINA PRAMUKA Dwi Laksana Pridatu, S.

    Sos.I

    PEMBINA OSIS Ragayah, S. Pd

    SISWA

    PENASIHAT Rektor UIN STS Jambi

    Prof.Dr.Mukh

    PELINDUNG Dekan Fakultas Tarbiyah

    KEPALA SEKOLAH Mahmud MY, S. Ag., M. Pd

    KOMITE AanFirnando Z

  • (Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019)

    Berdasarkan bagan tersebut dapat dilihat, bahwa kepala sekolah MTs Swasta

    Laboratorium Kota Jambi dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh wakil kepala

    sekolah, dalam pelaksanaan sehari-hari. Kepala sekolah mempunyai bawahan yang bisa

    bekerja sama dalam rangka mewujudkan cita-cita bersama yakni mencapai tujuan yang

    diinginkan. Sebagai pejabat struktural kepala sekolah dibantu oleh satu orang kepala Tata

    Usaha dalam melaksanakan tugas administrasi. Ada beberapa karyawan yang bekerja

    menurut bidang dan urusan yang telah ditentukan. Di samping adanya bentuk kerja sama

    yang terjalin erat antara kepala sekolah, majelis guru, dan karyawan terdapat pula kerja

    sama antara sekolah.

    Dalam suatu organisasi sekolah, peranan kepala sekolah sangat penting dan

    menentukan dimana setiap kegiatan yang menyangkut sekolah tidak terlepas dari

    pengawasan kepala sekolah. Pembagian tugas struktur MTs Swasta Laboratorium Kota

    Jambi adalah:

    a. Kepala sekolah

    1) Merencanakan pengembangan sarana dan prasarana.

    2) Menyelenggarakan administrasi sekolah.

    3) Membuat laporan berkala.

    4) Mengkoordinator penerimaan siswa baru.

    b. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum:

    1) Menyusun program pengajaran.

    2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

    3) Menyusun jadwal dan pelaksaan ulangan dan jadwal ujian akhir

    PEMBINA PMR

    M. RintoAlanuari, S. Pd

  • 4) Menerapkan krietrian persyaratan naik/ tidak naik dan riteria kelulusan.

    5) Mengatur jadwal penerimaan buku laporan Penilain Hasil belajara dan STTB.

    6) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pelajaran.

    7) Menyusun laporan pelaksaan pelajaran(Dokumen MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi,

    2019).

    8) Membina kegiatan MGMP .

    9) Membina kegiatan sanggar PKG/MGMP/Media.

    10) Menyusun laporan pendayagunaan sanggar PKG/MGMP/Media

    11) Melaksanakan pemilihan guru teladan.

    c. Wakil Kepala Sekolah Urusan kesiswaan

    1) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengedalian kegiatan siswa, OSIS dalam

    rangka menengakkan disiplin dan tata tertib sekolah serta pemilihan pengurusan OSIS.

    2) Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.

    3) Menyusun program dan jadwal manajemen kesiswaan secara berkala dan insidental.

    4) Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban,

    kerindangan keindahan dan kekeluargaan (6K) Jum’at bersih.

    5) Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa.

    6) Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan di luar sekolah.

    7) Mengatur mutasi siswa.

    8) Menyusun program kegiatan ektrakurikuler.

    9) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.

    d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Prasarana

    1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana

    2) Mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana

    3) Pengelola pembiayaaan alat-alat pengajaran

    4) Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala (Dokumen

    MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    e. Wali Kelas

  • 1) Membuat daftar kelas.

    2) Menyusun piket kelas

    3) Menentukan peringkat kelas

    4) Mengisi raport pada tiap semester

    5) Membuat struktur kelas.

    f. Tata Usaha:

    1) Menyusun keuangan sekolah.

    2) Mengelola keungan sekolah.

    3) Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa.

    4) Membina dan pengembangan karir pengawai tata usaha sekolah.

    5) Menyusun adminitrasi perlengkapan sekolah.

    g. Bagian Tenaga Pengajar (Guru). Tenaga pengajar bertugas melaksanakan pendidikan

    atau pengajaran di sekolah meliputi:

    1) Menyusun satuan pembelaaran yang akan diberikan

    2) Membimbing siswa dalam belajar

    3) Memberikan pelajaran kepada siswa dengan baik dan ikhlas

    4) Mencari bakat yang ada pada diri siswa.

    h. Tugas Siswa. Siswa bertanggung jawab untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh guru,

    mentaati aturan-aturan yang telah ditetapkan di sekolah (Dokumen MTs Swasta

    Laboratorium Kota Jambi, 2019).

    Kelancaran pelaksanaan kegiatan yang ada di sekolah itu dilakukan dengan

    adanya kerja sama dengan baik, baik antara kepala sekolah dengan guru, kepala sekolah

    dengan siswa bahkan kepala sekolah dengan wali siswa di MTs Swasta Laboratorium

    Kota Jambi.

    4. Guru, Tenaga Administrasi dan Siswa

    Guru merupakan tenaga edukatif yang langsung berhadapan dengan murid, guru

    yang memadai dan didukung oleh pengetahuan yang luas akan membawa banyak

    keberhasilan. Mengenai keadaan guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi dapat

    dilihat sebagai berikut:

    Tabel 2

  • Keadaan Guru di MTs Swasta Laboratorium Kota Jambi No Nama Pendidikan Bidang Studi

    1 Mahmud MY, S. Ag., M.Pd S2 IAIN -

    2 Hikmawati, S.Pd., M.Pd S2 UNJA Matematika

    3 M. Husni, S.Pd.I SI IAIN BK

    4 Yuliyah, S.Pd.I SI IAIN IPA

    5 M. Aris, S.Ag SI IAIN Qur‟an Hadist

    6 Yunita Lestari, S.Pd S1 IAIN IPA

    7 Dra. Hj. Salmiah S1 IAIN Qur‟an Hadits

    8 Hj. Eni Gusniarni, S.Ag S1 IAIN Bhs.Indonesia

    9 Iskaryadi,STh.I S1 IAIN Bhs. Arab

    10 Hj. Isma Dewi, S.Ag S1 IAIN Aqidah Akhlak

    11 Rozalina, S.Pd.I S1 IAIN Fikih

    12 Fitri Yani, S. Pd S1 IAIN IPS Geografi

    13 Mutmainnah, S.Pd.I S1 IAIN PKN

    14 Hj. Jusni Feri, S.Pd S1 UNJA Bhs. Inggris

    15 Dwi laksana pridatu, S.Sos.I S1 IAIN IPS Sejarah

    16 Budi Santoso, S.Pd S1 UAD KTIK

    17 Rahmanida, S. Ag S1 IAIN Bahasa Arab

    18 Asnawiyah, S. Ag, M.Pd S2 IAIN SKI

    19 Nenti Fitriyani, S.Pd S1 UNJA Bhs.Indonesia

    20 Refky Wardana, S.Pd S1 UNJA Bhs.Inggris

    21 Hariza Nazifah, S.Pd.I S1 IAIN Kesenian

    22 Ragayah, S.Pd S1 UNJA Kesenian

    23 Eny Darianti, S.Pd S1 IAIN IPA

    24 Holil