145204921-9-modul-dan-bahan-ajar-1-docx (1)

Upload: tisazha

Post on 16-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 26

    MODUL & BAHAN AJAR

    TEKNIK DEMOGRAFI STATISTIKA

    PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    Pengajar : Anna Islamiyati, S.Si., M.Si.

    Semester : VI/2011

  • 27

    Modul 1

    Beberapa Ukuran Dasar Demografi

    1.1. Deskripsi

    Pengukuran yang digunakan dalam demografi sama dengan ukuran-ukuran

    yang digunakan pada ilmu-ilmu lain yaitu ukuran absolut dan ukuran relatif.

    Pengukuran struktur demografi yang datanya berasal dari sensus penduduk atau data

    sekunder berbeda dengan pengukuran proses demografi yang dapat terjadi pada

    setiap saat misalnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan mobilitas

    penduduk. Pengukuran peristiwa-peristiwa tersebut, diperlukan informasi untuk

    diketahui dengan pasti, yaitu:

    a. Pada periode waktu mana peristiwa itu terjadi.

    b. Kelompok penduduk mana yang mengalami peristiwa tersebut.

    c. Peristiwa mana yang diukur.

    Pemilihan metode pengukuran yang digunakan tergantung pada informasi di

    atas. Sehingga informasi-informasi tersebut harus ada dalam mengukur masalah

    demografi yang terjadi.

    1.2. Relevansi

    Relevansi atau keterkaitan bab ini dengan bab berikutnya menjadi dasar pengetahuan

    bagi mahasiswa untuk masuk dalam berbagai permasalahan demografi. Pemahaman

    ukuran dasar demografi sudah diperkenalkan dalam mata kuliah Metode Statistika

    Dasar tentang ukuran absolute dan relative, sehingga menjadi sangat penting untuk

    menambah pengetahuan mahasiswa bahwa ukuran-ukuran tersebut juga berlaku

    dalam masalah kependudukan, yang merupakan masalah bersama dan setiap saat

    terjadi di sekitar kita.

  • 28

    1.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

    Mahasiswa memahami dengan baik beberapa ukuran dasar demografi, baik untuk

    data sensus, data sekunder, maupun data proses demografi yang sering terjadi.

    Mampu menggunakan ukuran tersebut dalam menghitung data demografi yang

    selanjutnya diinterpretasikan untuk menganalisis data demografi berdasarkan

    peristiwa demografi yang terjadi.

    1.4. Uraian Materi

    1.4.1. Pengukuran Struktur Demografi

    1) Bilangan Absolut

    Bilangan absolute adalah bilangan yang tidak mengalami perubahan.

    Informasi demografi awalnya disajikan dalam bentuk bilangan atau jumlah absolut.

    Contoh yang paling sederhana bilangan absolut adalah jumlah penduduk. Dari hasil

    sensus 2010, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 305,4 juta. Data ini

    merupakan data awal yang perlu dianalisis lebih lanjut agar lebih banyak mempunyai

    arti. Misalkan jumlah penduduk setiap pulau dinyatakan dalam bentuk relatif

    misalnya persentase terhadap penduduk Indonesia, agar lebih mudah

    menggambarkan persebaran penduduk.

    2) Bilangan Relatif

    Bialangan relative adalah bilangan yang dapat mengalami perubahan

    tergantung peristiwa yang terjadi, dan nilai yang dihitung berasal dari bilangan

    absolute. Beberapa pengukuran dengan bilangan relatif adalah sebagai berikut

    1 Proporsi

    Adalah perbandingan dua bilangan dimana pembilang merupakan bagian dari

    penyebutnya,yaitu:

  • 29

    Contoh:

    Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah

    mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.

    Proporsi mahasiswa laki-laki adalah sebagai berikut:

    Artinya proporsi mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011

    sebesar 0,67.

    2 Persentase

    Adalah proporsi dikalikan 100.

    Contoh:

    Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah

    mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.

    Persentase mahasiswa laki-laki sebagai berikut:

    Artinya persentase mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011

    sebesar 66,7%. Dalam analisis data demografi atau data yang lain pada umumnya

    angka proporsi jarang dimunculkan, yang paling banyak digunakan adalah bentuk

    persentase.

  • 30

    3 Perbandingan

    Adalah menyatakan suatu jumlah terhadap jumlah yang lainnya.

    Contoh:

    Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah

    mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.

    Perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan sebagai berikut:

    Artinya perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan adalah 20

    banding 10 atau 2 banding 1. Yang menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa laki-laki

    2 kali lipat dari jumlah mahasiswa perempuan.

    4 Rasio

    Adalah suatu jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah lainnya yang dapat

    dinyatakan dalam persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterusnya. Beberapa

    pengukuran rasio adalah sebagai berikut:

    a. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio = SR)

    Adalah perbandingan jumlah antara jenis kelamin lakin-laki dan perempuan

    pada suatu wilayah pada waktu tertentu. Sebagai contoh, perbandingan jenis kelamin

    mahasiswa laki-laki terhadap mahasiswa perempuan adalah: 2:1 = 2, atau 2

    mahasiswa laki-laki dibanding dengan seorang mahasiswa perempuan. Angka ini

    jika dikalikan dengan 100, maka dapat dikatakan bahwa jumlah mahasiswa tersebut

    mempunyai perbandingan jenis kelamin 200 laki-laki dibanding dengan 100

    perempuan.

  • 31

    Kalau jumlah laki-laki dinyatakan dengan simbol M, dan jumlah mahasiswa

    perempuan dengan simbol F, maka rasio jenis kelamin (Sex Ratio) = SR) dapat

    ditulis dengan rumus:

    Dimana, k = konstanta besarnya sama dengan 100

    b. Rasio Jenis Kelamin Menurut Umur

    Adalah rasio jenis kelamin yang dibuat berdasarkan kelompok umur. Rasio jenis

    kelamin (SR) menurut kelompok umur dapat dituliskan dengan rumus sebagai

    berikut:

    Keterangan:

    = rasio jenis kelamin pada umur atau golongan umur i tahun

    = jumlah penduduk laki-laki pada umur atau golongan umur i tahun

    = jumlah penduduk perempuan pada umur atau golongan umur i tahun

    K = konstatnta (umumnya nilainya 100)

    Contoh:

    Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia menurut kelompok umur, hasil Sensus

    Penduduk Indonesia tahun 2010, terlihat bahwa sampai kelompok umur tertentu

    (misalnya 15-19 tahun) diperoleh rasio jenis kelamin (SR) laki-laki terhadap

    perempuan sebesar 101, berarti rasio jenis kelamin di atas 100. Hal ini disebabkan

    jumlah kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran bayi

    perempuan. Tetapi karena angka harapan hidup bayi laki-laki lebih rendah

  • 32

    dibandingkan dengan bayi perempuan, maka untuk kelompok umur selanjutnya

    (misalnya 20-24 tahun) sudah turun mencapai 89, berarti angka SR akan lebih rendah

    dari 100. Untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding

    jumlah penduduk laki-laki sehingga secara total SR lebih kecil dari 100.

    c. Rasio Menurut Jenis Kelamin Kelahiran (Sex Ratio at Birth = SRB)

    Adalah rasio antara jumlah kelahiran bayi laki-laki dan kelahiran bayi

    perempuan apabila hanya diketahui angka kelahiran total (laki-laki + perempuan). Di

    awal telah disebutkan bahwa pada tahun tertentu di suatu wilayah jumlah kelahiran

    bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan bayi perempuan. Sebagai contoh di

    suatu wilayah pada tahun 2010 terdapat 214 kelahiran bayi laki-laki dan 200

    kelahiran bayi perempuan, maka rasio jenis kelamin kelahiran adalah:

    Ini berarti tiap kelahiran 100 bayi perempuan akan terdapat 107 kelahiran bayi laki-

    laki. Rasio jenis kelamin kelahiran (Sex Ratio at Birth) ini dapat ditulis dengan

    rumus:

    Keterangan:

    SRB = Rasio jenis kelamin kelahiran

    = Kelahiran bayi laki-laki

    = Jumlah kelahiran bayi perempuan

    k = Konstanta

    d. Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio = CWR)

    Adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah usia lima

    tahun terhadap jumlah perempuan usia subur (usia melahirkan atau usia reproduksi)

    yaitu umur 15 tahun sampai dengan 49 tahun. Rasio anak perempuan merupakan

  • 33

    salah satu ukuran kelahiran yang sederhana dan datanya didapat dari hasil sensus

    penduduk. Makin besar angka rasio anak perempuan memberikan gambaran semakin

    tinggi tingkat kelahiran. Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan

    sebagai berikut:

    Keterangan:

    = Rasio jenis kelamin kelahiran

    = Jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun.

    = Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun.

    k = Angka konstanta, dalam rumus ini biasaya 100

    Analisis dari angka-angka tersebut antara lain dapat dikaitkan dengan faktor-

    faktor yang mempengaruhi mortalitas bayi dan anak.

    e. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio=DR)

    Adalah rasio yang memperhitungkan kelompok penduduk umur 0-14 tahun

    dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif secara ekonomis,

    kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok

    umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif. Rasio

    beban tanggungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

    Dimana,

    f. Kepadatan penduduk (Man Land Ratio)

  • 34

    Adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat ditulis dengan

    rumus:

    Jumlah Penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah

    seluruh penduduk di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk yang bekerja di

    sector pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas

    daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.

    Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dibagi menjadi emapat bagian:

    1) Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population) atau sering pula

    disebut dengan Kepadatan Penduduk Aritmatika.

    Adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Sebagai contoh Kepadatan

    Penduduk Kasar untuk Indonesia apada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990,

    masing-masing sebesar 51, 99, 77, 93 orang per km2.

    2) Kepadatan Penduduk Fisiologis (Physiological Density)

    Adalah jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah pertanian. Atau dengan

    rumus ditulis:

    Contoh:

    Di Indonesia Pada Tahun 1973, dari seluas 1.904.570 km2 daratan, terdapat

    163.940 km2

    tanah pertanian. Kalau pada tahun 1971 jumlah penduduk

    Indonesia besarnya 119.232.000, maka kepadatan penduduk fisiologis adalah:

  • 35

    3) Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density)

    Adalah jumlah penduduk petani tiap-tiap km2

    tanah pertanian. Atau dengan

    rumus ditulis:

    Contoh:

    Hasil Sensus penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja

    dalam lapangan pertanian sebesar 64,2 persen atau 76.546.949 orang. Kalau

    luas tanah pertanian pada tahun 1973 adalah 163.940 km2, maka kepadatan

    penduduk agraris adalah:

    4) Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)

    Adalah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas

    kemampuan wilayah yang besangkutan. Simon seorang ahlidemografi bangsa

    Prancis mengusulkan rumus Kepadatan penduduk Agararis sebagai berikut:

  • 36

    @= indeks dari jumlah penduduk

    C= indeks umum dari produksi pada tahun yang sama

    1.4.2. Pengukuran Proses Demografi

    Pengukuran proses demografi digunakan angka atau tingkat atau rate. Adapun

    rumus tingkat peristiwa demografi tertentu adalah

    Salah satu konsep pengukuran yang sering digunakan adalah konsep jumlah

    tahun kehidupan (person years-lived) yang digunakan untuk menghitung jumlah

    penduduk yang mempunyai resiko terhadap suatu peristiwa demografis. Namun

    karena jumlahnya besar dan waktunya lama, maka untuk itu digunakan perkiraan

    dengan asumsi bahwa jumlah kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar,

    tersebar merata pada periode tahun yang dihitung, sehingga jumlah kumulatif tahun

    kehidupan besarnya tidak jauh berbeda dengan pertengahan tahun (30 Juni).

    Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut disebut penduduk

    pertengahan tahun (midyear or central population). Adapun cara perhitungan

    penduduk pertengahan tahun adalah :

    Atau

    [ ]

    [ ]

    Dimana, adalah penduduk pada permulaan tahun dan adalah penduduk pada

    akhir tahun

  • 37

    Jumlah penduduk pertengahan tahun ini berguna dalam menghitung angka kelahiran

    kasar, angka kematian kasar, migrasi neto dan migrasi bersih di suatu wilayah.

    Terdapat dua macam angka/rate, yaitu:

    a. Angka kasar, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa demografis

    penduduk total, termasuk penduduk yang tidak menanggung resiko peristiwa

    demografis tersebut. Misalnya Angka Kelahiran Kasar (CBR)

    b. Angka spesifik, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa

    demografis penduduk yang menanggung resiko peristiwa demografis tersebut.

    Misalnya Angka Fertilitas Menurut Umur (ASFR)

    Berikut uraian berbagai macam angka/rate kelahiran dan kematian.

    1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)

    Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu

    per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Adapun data tentang jumlah

    kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk atau

    survei-survei tentang fertilitas. Namun hasilnya masih sangat kasar karena dibagi

    dengan jumlah seluruh penduduk termasuk laki-laki yang berada dalam usia

    reproduksi yaitu 15-49 tahun.

    Angka Kelahiran Kasar (CBR) dirumuskan sebagai berikut:

    Atau

    Dimana:

    B=jumlah kelahiran, adalah jumlah penduduk pertengahan tahun.

  • 38

    2) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)

    Adalah angka yang menunjukkan besarnya kematian yang terjadi pada suatu

    tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum

    memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

    Angka Kematian Kasar (AKK) dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Dimana:

    CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)

    D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

    = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu

    K = Bilangan konstan 1000

    Contoh:

    Andaikan dari Susenas 2010 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah

    penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Angka

    Kelahiran Kasar yang terhitung adalah

    Artinya, pada tahun 2010 terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.

  • 39

    3) Angka Migrasi Neto (M)/Net Migration

    Adalah selisih jumlah migran masuk dan migran keluar pada suatu wilayah

    dalam kurun waktu tertentu terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun, dan

    biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna untuk mengukur mobilitas

    penduduk secara geografis. Migrasi merupakan perpindahan penduduk, sedangkan

    kelahiran dan kematian merupakan peristiwa demografi lainnya yang secara

    langsung mempengaruhi jumlah penduduk suatu wilayah.

    Angka Mirgasi Neto (M) dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Contoh, andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi

    Selatan menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar

    22.178 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi

    neto nya adalah sebagai berikut :

    Jadi ada 12 jiwa yang bermigrasi per 1000 penduduk untuk tahun 2010.

    4) Angka Migrasi Bruto ( /Grass Migration

    Adalah jumlah migran masuk dan migran keluar dibagi jumlah penduduk

    pertengahan tahun dan biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna

    untuk menunjukkan jumlah kejadian perpindahan, dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 40

    Contoh:

    Andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan

    menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar 22.178 dan

    jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi bruto nya

    adalah sebagai berikut:

    Jadi ada 49 atau 50 jiwa yang mengalami kejadian perpindahan per 1000 penduduk

    untuk tahun 2010.

    1.4.3. Pertumbuhan Penduduk

    Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh

  • 41

    a. Kelahiran (Birth =B)

    b. Kematian (Death= D)

    c. Migrasi masuk (In Migration = IM)

    d. Migrasi keluar (Out Migration=OM)

    Dimana penduduk bertambah jika ada yang lahir dan ada yang datang, dan

    berkurang jika ada yang mati dan pergi. Beberapa persamaan yang digunakan adalah:

    1) Persamaan Berimbang (The Balancing Equation)

    Berguna untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun, yang

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Dimana :

    = banyaknya penduduk tahun akhir

    = banyaknya penduduk tahun awal

    B = banyaknya kelahiran

    D = banyaknya kematian

    IM = banyaknya migrasi masuk

    OM = banyaknya migrasi keluar

    =pertumbuhan penduduk alamiah

    =migrasi net

  • 42

    Contoh:

    Dalam bulan januari 2009 jumlah penduduk kecamatan X sebesar 214.300 orang.

    Jumlah kelahiran kasar 3.165 orang dan kematian sebesar 1.912 orang. Pada tahun

    itu jumlah migrasi masuk sebesar 400 dan migrasi keluar jumlahnya 40 orang. Maka

    pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X adalah :

    Jadi pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X besarnya 215.913

    orang.

    Secara keseluruhan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia hanya dipengaruhi oleh

    selisih jumlah kelahiran dan jumlah kematian karena jumlahh penduduk Indonesia

    yang berada di luar negara hanya sedikit.

    2) Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris (LPPG) (Geometric Growth)

    Adalah pertumbuhan bertahap (diskret) yaitu dengan menghitung

    pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode, biasa juga disebut

    pertumbuhan bunga berganda. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

    Dimana

    = banyaknya penduduk pada tahun akhir

    = banyaknya penduduk pada tahun awal

    r = angka pertumbuhan penduduk

    t = jangka waktu (dalam banyaknya tahun)

    jadi nilai t ini akan berubah tergantung tahunnya. akan berubah tergantung

    tahun yang dimaksud.

  • 43

    Contoh:

    1) Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar

    2.163.000 dan pada tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 jiwa. Maka

    besarnya laju pertumbuhan per tahun pada periode tahun 1961-1971 adalah

    Jadi laju pertumbuhan penduduk daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1.42% pada

    periode 1961-1971

    2) Diketahui jumlah penduduk pada tahun 1970 di Sulawesi Selatan adalah 5.181

    jiwa dan angka pertumbuhan penduduk 1970-1980 adalah 1.74%, dan untuk

    1980-1990 adalah 1.42%.

    Ditanyakan : berapakah jumlah penduduk pada tahun 1980 dan 1990?

    Jawab :

    Jadi jumlah penduduk tahun 1980 adalah 6157 jiwa.

  • 44

    Dan jumlah penduduk tahun 1980 adalah 7089 jiwa.

    3) Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (LPPE) (Exponential Growth)

    Adalah pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus

    (Continuous). Dapat dirumuskan sebagai berikut:

    dimana

    Dimana

    4) Angka pertumbuhan penduduk Nol (Zero Population Growth=ZPG).

    Adalah jumlah suatu penduduk tidaklah bertambah maupun berkurang. Suatu

    penduduk dikatakan seimbang jika :

    1) Banyaknya kelahiran sama dengan banyaknya kematian dan migrasi neto sama

    dengan nol

    2) Jumlah kelahiran melebihi jumlah kematian tetapi kelebihannya diimbangi

    dengan migrasi keluat neto

    3) Jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran, tetapi kekurangan tersebut

    diimbangi oleh migrasi masuk neto.

    5) Laju Pertumbuhan Penduduk Di Daerah Perkotaan

    Laju pertumbuhan penduduk wilayah pedesaan dipengaruhi oleh :

  • 45

    1) Pertumbuhan penduduk alami dan

    2) Migrasi Neto

    Sedangkan untuk laju pertumbuhan penduduk wilayah perkotaan dipengaruhi oleh

    reklasifikasi (perubahan status suatu wilayah dari pedesaan ke perkotaan). Contoh

    pada tahun 1980 banyak desa-desa di Indonesia mempunyai ciri-ciri pedesaan tetapi

    tahun 1990 berubah ke ciri-ciri perkotaan yakni :

    1) Kepadatan penduduk tinggi

    2) Sekitar 75% penduduk aktivitasnya di bidang nonpertanian

    3) Tersedia fasilitas kota seperti : jalan beraspal, listrik, rumah sakit, supermarket,

    gedung bioskop, dll.

    1.5. Latihan Soal

    1. Jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 adalah 179,3 juta terdiri dari 89,4 juta

    laki-laki dan 89,9 juta perempuan. Carilah rasio jenis kelamin penduduk

    Indonesia tahun 1990!

    2. Pada tahun 2010 penduduk Indonesia yang berumur (0-14) tahun besarnya

    52.454.000, sedangkan yang berumur (15-64) tahun dan 65+ masing-masing

    besarnya 63.180.000 dan 3.576.000 orang, dari data tersebut, carilah rasio beban

    tanggungan (DR) kelompok penduduk produktif!

    3. Andaikan jumlah kelahiran tahun 2010 sebesar 4.931.500 sedang jumlah

    penduduk pertengahan tahun sebesar 140.900.000 jiwa, maka tentukan tingkat

    kelahiran kasar pada tahun 2010!

    4. Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 jiwa dan tahun 1971

    sebanyak 119.232.000 jiwa. Berapa pertumbuhan penduduk melalui pendekatan

    geometris dan eksponensial?

    5. Laju pertumbuhan penduduk per tahun suatu Negara sebesar 1% atau 0.01,

    setelah berapa tahunkah jumlah penduduknya berlipat dua?

  • 46

    1.6. Rangkuman

    1. Pengukuran domografi, secaa umum mengenal dua jenis ukuran yaitu ukuran

    bilangan absolute dan ukuran bilangan relative, tetapi yang umum digunakan

    adalah jenis bilangan relative.

    2. Beberapa pengukuran relative, adalah proporsi, persentase, perbandingan, dan

    rasio, dimana pengukurannya berasalh dari pengukuran bilangan absolute.

    3. Beberapa pengukuran rasio, diantaranya rasio jenis kelamin, rasio jenis kelamin

    menurut umur, rasi menurut jenis kelamin kelahiran, rasio anak perempuan, rasio

    beban tanggungan, dan kepadatan penduduk.

    4. Pengukuran proses demografi menggunakan ukuran rate atau tingkat.

    5. Pertumbuhan penduduk dapat digambarkan dalam bentuk persamaan berimbang,

    laju pertumbuhan penduduk geometris, dan laju pertumbuhan penduduk

    eksponensial.

    1.7. Tes Formatif

    Indonesia terdiri lebih dari 3.000 pulu dan meliputi wilayah seluas kira-kira 1.100

    mil dari utara ke selatan, dan 2.800 mil dari timur ke barat, luas wilayah 735,269 mil

    persegi. Seluruh penduduk pada pertengahan tahun 1961 berjumlah 97 juta jiwa, dan

    15,46% diantaranya belum berumur 5 tahun, dan 30,93% terdiri dari wanita yang

    termasuk dalam kelompok umur 15-44 tahun. Irian Barat pada pertengahan tahun

    1961 penduduk kira-kira 700.000 jiwa, dan pada tahun 1963 menjadi bagian wilayah

    Republik Indonesia. Sampai sebegitu jauh perbedaan kepadatan penduduk di

    berbagai daerah di Indonesia, ternyata cukup menonjol. Pada pertengahan tahun

    1971 penduduk Pulau Jawa, Madura, dan Bali berjumlah dua pertiga dari jumlah

    seluruh penduduk Indonesia, padahal ketiga pulau tersebut hanya mencakup 7% dari

    seluruh areal tanah Indonesia. Pada tahun 1961 di Indonesia dilahirkan 4,85 juta

    bayi, dan 51,22 persen diantaranya bayi pria, selama itu hanya 2.111.545 bayi yang

  • 47

    masih bertahan hidup sampai tahun kehidupan pertama. Pada pertengahan tahun

    1971 seluruh penduduk diperkirakan berjumlah 120 juta jiwa. Berdasarkan data

    tersebut, hitungkah:

    1. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa, Madura, dan Bali tahun 1971.

    2. Rasio jenis kelamin di Indonesia tahun 1961.

    3. Angka kelahiran kasar di Indonesia tahun 1961.

    4. Angka kematian bayi di Indonesia tahun 1961.

    5. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun selama jangka waktu antar

    sensual di Indonesia yaitu pada pertengahan tahun 1961 sampai dengan

    pertengahan tahun 1971.

    1.8. Tindak Lanjut

    Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka

    sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 1 ini. Hitung

    jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan

    tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.

    Rumus:

    Tingkat Penguasaan:

    90% - 100% = Baik Sekali

    80% - 89% = Baik

    70% - 79% = Cukup

    0% - 69% = Kurang

  • 48

    Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi

    ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan

    dari referensi lain yang berhubungan.

    1.9. Kunci Jawaban

    1. Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 adalah sebagai berikut:

    Ini berarti bahwa untuk setiap 99 penduduk laki-laki sebanding dengan 100

    penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat

    menimbulkan berbagi masalah, karena ini berarti di wilayah tersebut kekurangan

    penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk

    melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan dengan

    perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak penduduk

    penduduk laki-laki meninggalkan daerah, atau kematian banyak terjadi pada

    penduduk laki-laki.

    2. Rasio Beban Tanggungan (DR) sebagai berikut:

    DR sebesar 88,7 berarti tiap 100 orang kelompok penduduk produktif harus

    mennaggung 88,7 kelompok yang tidak produktif. Angka DR ini termasuk

    tinggi.

    3. Besarnya tingkat kelahiran kasar adalah:

  • 49

    Artinya terdapat 35 kelahiran per 1000 penduduk Indonesia pada tahun 2010.

    4. Untuk pertumbuhan geometris:

    Untuk pertumbuhan eksponensial:

    0.089536034 =10r log 2.71828

    0.089536034 =10r 0.434294189

    0.206164475

    5. Rumus :

    Jumlah penduduk akan berlipat dua berarti

  • 50

    Jadi kalau laju pertumbuhan 1 % maka penduduk akan bertambah dalam kurun

    waktu 70/1 tahun=70 tahun. Jadi, jika tahun 1976 tingkat pertumbuhan penduduk

    Indonesia yang konstan adalah 2,1 % maka jumlah penduduk tersebut akan

    menjadi 2 kali lipat dalam kurun waktu 70/2,1 = 33,3 tahun atau 33 tahun.

    1.10. Daftar Pustaka

    Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &

    Sons. Inc.

    Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.

    Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.

  • 51

    Modul 2

    Mortalitas

    2.1. Deskripsi

    Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses

    demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen proses

    demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilisasi penduduk. Tinggi

    rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi

    pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya

    tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan trend dari

    tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi perkembangan di masa

    mendatang dapatlah dibuat sebuah proyeksi penduduk wilayah bersangkutan.

    Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda

    kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup

    (Budi Utomo, 1985). Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa

    terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada

    kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu di mulai dengan lahir hidup (live

    birth).

    Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim

    seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah

    perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda

    hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan

    otot,tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir Mati

    (fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil

    konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.

  • 52

    2.2. Relevansi

    Mortalitas merupakan salah satu komponen demografi, yang sudah sangat dikenal

    oleh semua orang dan setiap saat terjadi di sekitar kita. Pengetahuan dasar mahasiswa

    tentang ukuran demografi dibedakan berdasarkan kejadian, salah satunya adalah

    Mortalitas. Sehingga pengetahuan mahasiswa tentang ukuran tersebut dapat

    ditunjukkan dalam peristiwa khusus yang selalu terjadi yaitu Mortalitas (Kematian).

    2.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

    Mahasiswa setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami dengan

    baik konsep mortalitas dalam demografi dengan berbagai jenis angka kematian dan

    factor penyebab terjadinya mortalitas, dan mengaplikasikannya dalam data riil.

    2.4. Uraian Materi

    Peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan di

    luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam kandungan ibu (intra uterin),

    terdapat peristiwa-peristiwa kematian janin sebagai berikut:

    1. abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu;

    2. immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada

    umur kandungan 28 minggu

    3. prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu

    sampai waktu lahir.

    Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra uterin) dibedakan atas :

    1. lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari

    rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan

    2. kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu

    bulan

  • 53

    3. kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah

    berumur satu bulan tetapi kurang dari setahun

    4. kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga

    berumur kurang dari satu tahun

    2.4.1. Sumber Data Mortalitas

    Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk. Di

    Indonesia, pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga atau salah satu

    anggota keluarga kepada kepala desa. Laporan ini kemudian diteruskan ke kantor

    desa pada saat diadakan rapat kepala desa yang biasanya berlangsung seminggu

    sekali. Sering terjadi bahwa pelaporan itu tidak dilaporkan oleh kepala keluarga dan

    tidak pula diterima oleh kepala desa. Kalau kepala desa pada hari rapat tidak dapat

    datang, maka data kematian ini akan dibawa pada rapat berikutnya. Agaknya,

    penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan waktu

    melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang dari

    keadaan sebenarnya (under reporting). Sumber yang lain dari data kematian, adalah

    penelitian (survei). Biasanya penelitian kematian penduduk ini dijadikan satu dengan

    penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut dengan penelitian statistik vital.

    Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian, sering dibuat perhitungan

    perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil sensus penduduk

    (cacah jiwa) atau dari data penelitian (survei). Dalam sensus penduduk, mengenai

    kelahiran dan kematian penduduk, ditanyakan : jumlah perempuan yang pernah

    kawin menurut umur, jumlah anak yang dilahirkan hidup, jumlah anak yang

    meninggal dan jumlah anak yang masih hidup. Dari informasi di atas dibuatlah

    perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat kematian anak.

  • 54

    2.4.2. Pengukuran Data Kematian

    1) Tingkat Kematian Kasar

    Tingkat Kematian Kasar (CDR) didefenisikan sebagai banyaknya kematian

    pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka ini disebut

    kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai

    risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

    Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :

    ingkat ematian asar (CD )

    Dimana: Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi

    penduduk)

    Jumlah Penduduk pada petengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)

    Bilangan konstan yang biasanya bernilai 1000

    Tingkat/angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak

    memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator

    kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai

    keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila

    dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan

    pertumbuhan penduduk alamiah.

    Contoh:

    Diketahui jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1975 sebesar

    136.000.000 jiwa. Jumlah kematian sepanjang tahun sebesar 2.298.400 jiwa.

    Besarnya Tingkat Kematian Kasar dapat dihitung sebagai berikut :

    ingkat ematian asar (CD )

  • 55

    Angka ini berarti, bahwa pada tahun 1975, setiap 1000 penduduk, terdapat

    16,9 kematian.

    2) Tingkat Kematian Menurut Umur Dan Jenis Kelamin

    Adalah tingkat kematian yang memperhitungkan umur dan jenis kelamin,

    karena besar kecilnya angka kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

    oleh umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status kawin. Misalnya seseorang yang

    berumur 80 tahun umumnya kemungkinan meninggalnya lebih cepat dibandingkan

    orang berumur 20 tahun. Orang-orang yang maju ke medan perang kemungkinan

    meninggal lebih besar daripada istri-istri mereka yang menunggu di rumah.

    Memperhatikan faktor-faktor di atas maka ahli-ahli demografi mempergunakan

    ukuran yang lebih spesifik, yang hanya berlaku untuk kelompok penduduk tertentu.

    Ukuran yang paling umum digunakan oleh ahli demografi adalah Tingkat Kematian

    menurut umur, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Age Spesific Death Rate

    disingkat dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian menurut umur ditulis

    sebagai berikut :

    atau :

    Keterangan :

    Jumlah kematian pada kelompok umur i Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur i

    Angka konstan = 1000

  • 56

    Sebagai contoh di bawah ini dicantumkan perhitungan Tingkat Kematian

    Menurut Umur (ASDR) untuk suatu wilayah pada tahun tertentu yang dibedakan

    antara laki-laki dan perempuan (Tabel 2.1).

    Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu (ASDR) dapat dihitung

    dengan rumus :

    Tabel 1. Perhitungan Tingkat Kematian Menurut Kelompok Umur (ASDR) dan Jenis

    Kelamin di Suatu Wilayah pada Tahun Tertentu

    Umur

    (Tahun)

    Jumlah Penduduk

    Pertengahan Tahun

    Jumlah Kematian Tingkat Kematian Menurut

    Umur

    Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

    0-4

    5-9

    10-14

    80+

    6.854.655

    5.601.294

    4.695.294

    62.568

    6.649.905

    5.458.427

    4.578.980

    69.402

    331.871

    21.285

    10.331

    12.514

    299.113

    20.742

    10.532

    13.880

    48.42

    3.80

    2.20

    200.01

    44.98

    3.80

    2.30

    199.99

    Jumlah 37.741.753 39.281.858 571.137 522.003 115.13 13.29

    Sumber: Mantra, 1999

    Contoh.

    Berdasarkan Table 2.1, untuk kelompok umur 5-9 tahun dapat dihitung sebagai

    berikut :

  • 57

    Untuk laki-laki :

    dan seterusnya.

    Memperhatikan angka-angka kematian menurut umur seperti tersebut di atas,

    terlihatlah bahwa pada umur 0-4 tahun (balita) angka kematian sangat tinggi, lebih-

    lebih angka kematian bayi (umur di bawah satu tahun). Karena hal tersebut di atas

    dibuatlah perhitungan tersendiri untuk kematian bayi.

    3) Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate atau IMR)

    Tingkat Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi

    lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.

    Tingkat kematian bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    Atau:

    Keterangan : Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu

    Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu

    bilangan konstan = 1000

  • 58

    Contoh.

    Di suatu daerah pada tahun 1970 jumlah kematian bayi sebesar 263.000 orang dan

    jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 1.594.000, maka besarnya Tingkat

    Kematian Bayi (IMR) dapat dihitung sebagai berikut :

    Ini berarti, pada tahun 1970 di daerah yang bersangkutan terdapat 164,99 bayi

    meninggal untuk setiap 1000 kelahiran.

    Angka kematian Bayi merupakan indicator yang sangat berguna, tidak saja

    terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan

    kondisi ekonomi di mana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi

    tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab

    langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi,

    penyakit-penyakit infeksi spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan

    tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat

    perkembangan social ekonomi masyarakat. Baik di negara maju, maupun di negara

    yang sedang berkembang, terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat kematian

    bayi dengan status ekonomi orang tua.

    Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indicator

    ampuh dalam menilai perubahan kondisi kesehatan di suatu negara. Pada negara-

    negara di mana angka kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama,

    terlihat reduksi angka kematian bayi sejajar dengan perbaikan standar hidup dan

    kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya

    bagi masyarakat.

    Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat

    dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk

    pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi

  • 59

    yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang

    berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka

    kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan

    Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.

    Dalam penerapannya, angka kematian bayi dipakai sebagai angka probabilitas

    untuk mengukur resiko kematian dari seorang atau bayi dari saat kelahirannya

    sampai menjelang ulang tahunnya yang pertama. Apabila penduduk mempunyai

    angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup, ini berarti bahwa probabilitas

    mati seorang bayi yang baru lahir pada penduduk tersebut sebelum mencapai ulang

    tahunnya yang pertama adalah 20 persen sehingga kalau diterapkan secara agregat,

    dari 1000 kelahiran misalnya, 200 di antaranya mati sebelum ulang tahun yang

    pertama atau dapat juga dikatakan bahwa hanya 800 dari 1000 kelahiran yang dapat

    menikmati ulang tahun yang pertama. Dengan perkataan lain, resiko kematian bayi

    pada penduduk dengan angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup adalah

    kurang dari 13 sampai 14 kali lebih tinggi dibanding dengan resiko kematian bayi

    pada penduduk dengan angka kematian bayi 15 per 1000 kelahiran hidup.

    4) Tingkat Kematian Anak

    Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur

    1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada

    pertengahan tahun. Dengan demikian angka kematian anak tidak menyertakan angka

    kematian bayi.

    Rumus yang dapat digunakan adalah :

    Keterangan :

  • 60

    Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang

    belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun tertentu

    didaerah tertentu.

    Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan

    tahun tertentu didaerah tertentu

    Konstanta, umumnya 1000

    Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih

    merefleksikan kondisi kesehatan lingkunan yang langsung mempengaruhi tingkat

    kesehatan anak. Angka ini tinggi pada keadaan salah gizi, hygiene buruk, tingginya

    prevalansi penyakit menular pada anak dan insiden kecelakaan di dalam atau di

    sekitar rumah. Dalam menunjukkan tingkat kemiskinan, indicator ini lebih unggul

    dibandingkan dengan tingkat kematian bayi. Di negara-negara maju, angka kematian

    anak dapat serendah 0,4 per 1000 anak, tetapi survey di beberapa kelompok

    masyarakat di negara berkembang angka kematian dapat mencapai setinggi 100 per

    1000 anak. Kalau angka kematian bayi sekitar 14 kali lipat lebih tinggi di negara

    berkembang dibandingkan negara maju, maka angka kematian anak dapat mencapai

    250 kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju. Perbedaan

    angka kematian anak antara berbagai negara atau kelompok masyarakat

    menunjukkan adanya perbedaan kondisi lingkungan social ekonomi yang

    mempengaruhi status kesehatan, karena sebagian besar kematian tersebut dapat

    dicegah dengan adanya perbaikan kondisi social ekonomi.

    5) Tingkat Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (BALITA)

    Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak

    usia di bawah lima tahun selama satu tahun per 1000 anak usia yang sama (0-4)

    tahun pada pertengahan tahun. Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi rendahnya

    menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan tingkat

    kematian anak pada umur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat kematian

  • 61

    bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di atas satu tahun.

    Variasi angka ini, di negara berkembang dapat lebih tinggi dari 100, tetapi di negara

    maju dapat lebih rendah dari dua.

    Rumus yang dapat digunakan adalah :

    Keterangan :

    Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang

    belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun

    tertentu didaerah tertentu.

    Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada

    pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu

    Konstanta, umumnya 1000

    Sesuai dengan kemajuan di bidang kesehatran masyarakat, maka angka

    kematian anak balita menurun dengan cepat. Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada

    tahun 1971, 1980 dan 1990, angka kematian anak balita masing-masing sebesar 218,

    162 dan 103 per 1000 kelahiran.

    Table 2. Tingkat Kematian Anak Balita Tahun 1971, 1980 dan 1990 Menurut

    Propinsi di Indonesia

    No Propinsi Tingkat Kematian Balita per 1000 kelahiran

    1971 1980 1990

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Daerah Istimewa Aceh

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Riau

    Jambi

    Sumatera Selatan

    Bengkulu

    Lampung

    214

    180

    229

    220

    232

    233

    250

    219

    138

    130

    181

    163

    176

    150

    171

    147

    83

    87

    107

    94

    107

    103

    100

    100

  • 62

    9

    10

    11

    12

    13

    DKI Jakarta

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    D.I. Yogyakarta

    Jawa Timur

    193

    251

    216

    151

    180

    119

    200

    141

    89

    143

    57

    132

    94

    58

    91

    14

    15

    16

    17

    Bali

    Nusa Tenggara Barat

    Nusa Tenggara Timur

    Timor Timur

    195

    327

    231

    -

    136

    282

    192

    -

    73

    217

    112

    124

    18

    19

    20

    21

    Kalimantan Barat

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Selatan

    Kalimantan Timur

    217

    194

    248

    154

    177

    148

    184

    148

    118

    82

    133

    53

    22

    23

    24

    25

    Sulawesi Utara

    Sulawesi Tengah

    Sulawesi Selatan

    Sulawesi Tenggara

    170

    225

    242

    251

    137

    195

    165

    173

    90

    135

    102

    112

    26

    27

    Maluku

    Irian Jaya

    216

    126

    184

    155

    111

    117

    INDONESIA 218 162 103

    Sumber : Kasto dan H.Sembiring (1995)

    Di antara propinsi-propinsi di Indonesia, propinsi Nusa Tenggara Barat

    mempunyai tingkat kematian anak balita tertinggi yaitu 217 per 1000 kelahiran pada

    tahun 1990, dan yang terendah adalah DKI Jakarta disusul DI Yogyakarta yang pada

    tahun 1990 masing-masing sebesar 57 dan 58. Hal ini sejalan dengan tingkat

    kematian bayi di ketiga propinsi tersebut yaitu pada tahun 1990, IMR di Propinsi

    Nusa Tenggara Barat sebesar 145 sedangkan di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta

    masing-masing sebesar 40 dan 42 per 1000 kelahiran.

    6) Tingkat/Angka Kematian Ibu

    Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian

    dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya

    kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena

    kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti

    kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

  • 63

    Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat

    hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan

    tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan

    bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Informasi mengenai

    tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan

    kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang

    aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah

    kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam

    penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam

    menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka

    Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

    Keterangan :

    Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang

    disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada

    tahun tertentu, di daerah tertentu.

    Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,

    di daerah tertentu.

    Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

    Contoh.

    Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality

    Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per

    100.000 kelahiran hidup.

  • 64

    AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang

    besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu

    kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan

    perencanaan program.

    2.4.3. Standarisasi

    Komposisi penduduk menurut umur sangat berpengaruh terhadap Tingkat

    Kematian Kasar. Karakteristik-karakteristik penduduk lainnya yang juga mempunyai

    pengaruh terhadap tingkat Kematian kasar adalah:

    a. Antara penduduk daerah pedesaan dan daerah perkotaan

    b. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda

    c. Penduduk dengan perbedaan pendapatan

    d. Perbedaan jenis kelamin

    e. Penduduk dengan perbedaan status kawin

    Kalau kita ingin membandingkan Tingkat Kematian Kasar antara dua

    kelompok penduduk dengan struktur yang berbeda (misalnya struktur umur), kita

    tidak dapat hanya melihat perbedaan Tingkat Kematian Kasar pada kedua kelompok

    umur tersebut sebelum diadakan penyamaan jumlah penduduk menurut kelompok

    umur tertentu. Cara penyamaan ini disebut standarisasi. Penduduk yang dipakai

    sebagai penduduk standar, bisa penduduk dari salah satu kelompok yang

    diperbandingkan atau penduduk dari negara lain. Angka kematian standarisasi

    didefinisikan sebagai seluruh angka kematian yang akan berlaku di dalam suatu

    jumlah penduduk standar apabila mempunyai angka kematian penduduk pada setiap

    umur yang diselidiki. Jadi, persyaratan khusus yang harus dipenuhi ialah tersedianya

    penduduk standard dan angka kematian penduduk yang sedang diselidiki yang

    kedua-keduanya diterapkan khusus untuk setiap variable yang bersangkutan.

    Standarisasi terbagi atas dua, yaitu standarisasi langsung dan standarisasi

    tidak langsung. Proses standarisasi langsung mencakup penerapan berbagai angka

  • 65

    khusus umur terhadap struktur penduduk standar. Proses standarisasi tidak langsung

    adalah penerapan seperangkat standar angka khusus menurut umur terhadap

    penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian membandingkan jumlah kematian

    yang sebenarnya dengan jumlah yang diharakan dengan dilandasi oleh asumsi bahwa

    angka kematian standar memang berlaku.

    Contoh.

    Hitung Tingkat Kematian Kasar penduduk dari Negara A dan Negara B, dengan

    jumlah penduduk Negara A sebagai penduduk standar (Tabel 2.3). Dengan

    mempergunakan penduduk Negara A sebagai penduduk standar, maka Tingkat

    Kematian Kasar untuk Negara A besarnya 37, dan Negara B sebesar 42. Apabila

    perhitungan Tingkat Kematian Kasar di kedua Negara tersebut dengan tiga cara

    yaitu: tanpa standar, dengan standar penduduk Negara A, dan dengan standar

    penduduk Negara B, maka didapatkan variasi Tingkat Kematian Kasar untuk kedua

    Negara tersebut sebagai berikut :

    Negara A Negara B

    Tidak mempergunakan standar 37 33

    Penduduk Negara A sebagai standar 37 42

    Penduduk Negara B sebagai standar 28 33

  • 66

    2.5. Latihan

    Lengkapilah Tabel Standarisasi Berdasrakan Umur berikut ini:

    Umur

    Angka

    kematian

    standar

    A B

    Penduduk

    Kematian

    yang

    diharapkan

    Penduduk

    Kematian

    yang

    diharapkan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    0 4 5 14 15 24 25 44 45 64

    65 +

    4,37

    0,45

    1,02

    1,76

    10,44

    68,74

    39,539

    39,728

    34,725

    43,686

    17,626

    3,855

    267,104 504,028

    401,294

    597,025

    487,071

    201,238

    Total

    Jumlah seluruh kematian yang benar-

    benar terdaftar Rasio Kematian yang

    distandarisasikan

    Kematian yang diharapkan (SMR)

    Angka Kematian Kasar (CDR)

    Angka kematian yang distandarisasikan

    secara tidak langsung

    1291

    8,86

    22487

    Isilah semua tanda titik-titiak () di atas!

    2.6. Rangkuman

    1. Mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,

    yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

    2. Pengukuran data kematian diantaranya tingkat kematian kasar (Crude Death

    Rate/CDR), tingkat kematian menurut umur (Age Specitic Death Rate/ASDR),

    dan tingkat kematian bayi (Infant Death Rate/IDR).

  • 67

    3. Perbandingan tingkat kematian kasar penduduk dengan struktur yang berbeda

    dilakukan dengan proses standarisasi melalui standarisasi langsung dan

    standarisasi tidak langsung.

    2.7. Tes Formatif

    1. Apa yang membedakan standarisasi langsung dengan standarisasi tidak langsung

    dalam menghitung angka kematian?

    2. Jumlah penduduk, kematian dan angka kematian pada suatu tahun tertentu di

    dua Negara A dan B (tercatat dalam kelompok umur) dinyatakan sebagai

    berikut:

    Negara A Negara B

    Penduduk Kematian Angka

    Kematian

    Penduduk Kematian Angka

    Kematian

    100.000

    80.000

    60.000

    40.000

    20.000

    1.000

    1.600

    1.800

    2.000

    2.000

    100.000 90.000

    70.000

    30.000

    10.000

    2.000

    900

    2.800

    1.500

    1.500

    1) Hitunglah angka kematian pada kolom di atas!

    2) Hitung angka kematian kasar untuk kedua Negara!

    3) Hitung rasio mortalitas yang sudah distandarisasikan untuk Negara B dengan

    Negara A sebagai penduduk standar!

    4) Hitung angka kematian yang distandarisasikan untuk Negara B!

    2.8. Tindak Lanjut

    Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka

    sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 2 ini. Hitung

    jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan

    tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.

  • 68

    Rumus:

    Tingkat Penguasaan:

    90% - 100% = Baik Sekali

    80% - 89% = Baik

    70% - 79% = Cukup

    0% - 69% = Kurang

    Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi

    ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan

    dari referensi lain yang berhubungan.

    2.9. Kunci Jawaban

    Tabel Standarisasi Angka Kematian Tidak Langsung Berdasarkan Umur berikut ini:

    Umur

    Angka

    kematian

    standar

    A B

    Penduduk

    Kematian

    yang

    diharapkan

    Penduduk

    Kematian

    yang

    diharapkan (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    0 4 5 14 15 24 25 44 45 64

    65 +

    4,37

    0,45

    1,02

    1,76

    10,44

    68,74

    39,539

    39,728

    34,725

    43,686

    17,626

    3,855

    173

    28

    35

    77

    184

    265

    267,104

    504,028

    401,294

    597,025

    487,071

    201,238

    1167

    224

    409

    1051

    5085

    15070

    Total 86,28 201,159 762 2475,760 23,009

    Jumlah seluruh kematian yang benar-

    benar terdaftar Rasio Kematian yang

    distandarisasikan

    Kematian yang diharapkan (SMR)

    Angka Kematian Kasar (CDR)

    Angka kematian yang distandarisasikan

    secara tidak langsung

    1291

    1,694

    8,86

    15,01

    22487

    0,977

    8,66

  • 69

    2.10. Daftar Pustaka

    Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &

    Sons. Inc.

    Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.

    Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.

  • 70

    Modul 3

    Tabel Kematian

    3.1. Deskripsi

    Tabel Kematian dimaknai sebagai model matematika yang digunakan untuk

    merepresentasikan kematian dan lama hidup pada suatu populasi tertentu pada saat

    tertentu yang tidak terpengaruh oleh distribusi umur penduduk, atau dapat dikatakan

    Tabel Kematian berisi peluang seseorang meninggal menurut usianya. Tabel

    kematian merupakan alat analisis yang amat penting dalam demografi, dalam hal

    pengukuran taraf kematian suatu penduduk. Selain itu, table kematian juga banyak

    digunakan dalam menganalisis tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk, migrasi

    (perpindahan) penduduk, rata-rata panjang usia penduduk, tingkat kesehatan, dan

    masih banyak lagi. Tabel kematian memberikan gambaran kepada kita tentang

    sejarah kehidupan suatu kohor yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena

    kematian. Tabel kematian ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana disusun

    berdasarkan tingkat kematian menurut umur. Dari table kematian ini dapat diukur

    keadaan kematian anggota kohor, misalnya jumlah mereka yang masih bertahan

    hidup pada berbagai tingkatan umur, harapan hidup sejak dilahirkan, atau umur rata-

    rata yang dapat dicapai dari suatu kelompok penduduk tertentu.

    Asumsi-asumsi dalam pembuatan table kematian adalah kohor hanya

    berkurang secara berangsur-angsur karena kematian dan tidak ada migrasi masuk dan

    migrasi keluar, kematian anggota kohor menurut pola tertentu pada berbagai tingkat

    umur, kohor berasal dari radiks-radiks tertentu, dan pada tiap tingkat umur rata-rata

    orang meninggal mencapai pertengahan antara dua tingkat umur berturut-turut.

  • 71

    3.2. Relevansi

    Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari life table ini, maka pada

    bab selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai life table ini, bagaimana cara

    pembuatanya dan macam-macam dari life table itu sendiri. Pemahaman akan Tabel

    Kematian akan sangat bermanfaat dalam menganalisis masalah kependudukan yang

    terjadi guna menyusun sebuah strategi manajemen misalnya dalam Perusahaan

    Asuransi, maupun dalam kepentingan bidang lain yang membutuhkan data

    pertumbuhan penduduk.

    3.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

    Mahasiswa setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami dengan

    baik unsur-unsur, cara pembuatan, dan kegunaan Tabel Kematian

    3.4. Uraian Materi

    3.4.1. Tabel kematian lengkap (complete life table):

    Adalah tabel kematian yg dibuat lengkap, terperinci menurut umur satu

    tahunan, dimulai dari umur 0 tahun dengan jumlah penduduk tertentu biasanya

    100.000. Tabel ini terdiri dari 7 kolom 6 kolom diantaranya menyajikan fungsi table

    kematian.

    (1)

    x

    (2)

    nqx

    (3)

    lx

    (4)

    d x

    (5)

    nLx

    (6)

    TX

    (7)

    ex

    1

    2

    3

    Keterangan dari Table Kematian ini adalah:

    umur tepat, dalam tahun

  • 72

    Simbol menunjukkan bahwa anggota kohor yang dimaksud telah menjalani

    hidup selama tahun atau pada saat tersebut berada pada ulang tahun .

    nqx = kemungkinan meninggalnya penduduk yang berumur tahun sebelum

    berumur tahun.

    Contoh:

    o 5q10 , Peluang kematian seseorang antara umur tepat 10 tahun dan 15 tahun,

    dimana nilai 5q10 ini terletak sejajar dengan nilai .

    o Nilai 5q40 = 0,05558

    Artinya:

    Sekitar 6% dari mereka telah mencapai ulang tahun ke-40 meninggal

    sebelum mencapai tepat 45 tahun; atau

    Probabilitas mereka yang berusia tepat 40 meninggal sebelum mencapai

    tepat usia 45 tahun sebesar 0,06.

    o Nilai 1q0 = 0,18848

    Artinya:

    Sekitar 19% dari sejumlah kelahiran hidup meninggal sebelum bayi

    tersebut mencapai tepat satu tahun; atau

    Probabilitas mereka yang berusia tepat 0 tahun meninggal sebelum usia

    tepat 1 tahun adalah sebesar 0,19.

    o Nilai wq75 = 1

    Artinya:

    Probabilitas orang akan meninggal setelah mencapai usia 75 tahun adalah

    1. Simbol w untuk interval tak terhingga

    jumlah penduduk yang hidup pada umur tepat tahun.

    Contoh:

    o jumlah orang pada saat tepat lahir

    o jumlah orang yang berhasil mencapai ulang tahunnya yang ke-1

    o l5 = jumlah orang yg berhasil mencapai ultah yang ke-5

    o lo ditentukan secara sembarang, untuk kemudahan biasanya 100.000

  • 73

    o lo disebut radiks tabel kematian, yaitu jumlah orang yang akan diikuti sejak

    kelahirannya hingga semua meninggal.

    jumlah kematian antara umur dan umur

    o Nilai 5d5 =1.229

    Artinya jumlah kematian antara umur tepat 5 tahun hingga usia 10 tahun

    adalah sebanyak 1.229 orang.

    o Pengurangan radix dengan bayi yang mati (1d0) akan memperoleh jumlah

    orang yang tetap hidup pada awal periode berikutnya (l1)

    o Secara umum dapat dikatakan:

    Tahun Kehidupan antara umur dan umur

    o Jumlah tahun hidup yang dilalui oleh populasi (orang) pada kelompok umur

    tertentu

    Misalnya pada periode 5 tahun, antara ultah ke 5 dan 10, tiap orang hidup

    5 tahun

    Jika ada 98.000 orang yang berulangtahun, maka mereka semua

    menghasilkan 5 x 98.000 = 490.000 tahun antara ultah mereka yang ke 5

    dan 10

    o Identik dengan konsep orang-tahun atau PYL

    o Berarti semakin rendah rate kematian pada kelompok umur tertentu, semakin

    banyak jumlah tahun hidup pada kelompok umur tersebut

    Karena pada tiap kelompok umur, kecuali kelompok umur yang pertama dan

    terakhir, kita mengasumsikan kematian terjadi pada pertengahan interval,

    maka jumlah tahun hidup (nLx) dapat diperkirakan dengan formula:

  • 74

    Karena kematian bayi lebih banyak terjadi segera setelah dilahirkan maka

    khusus untuk 1L0 dihitung dgn:

    1L0 = 0,3 l0 + 0,7l1

    Tahun total kehidupan setelah umur tepat

    Merupakan jumlah semua tahun kehidupan yg dijalani kohor sejak umur tepat x

    sampai semua anggota meninggal

    Contoh:

    o T0 = 1L0 + 5L1 + 5L5 + .+ wL75

    o T1 = 5L1 + 5L5 + 5L10 + .+ wL75

    o T65 = 5L65 + 5L70 + wL75

    Sehingga TX dirumuskan

    o T0 = 4.242.152

    Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat lahir

    sampai semua anggota kohor meninggal, menjalani 4.242.152 tahun kehidupan.

    o T5 = 3.847.416

    Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat

    ultahnya yg kelima sampai semua anggota kohort meninggal menjalani

    3.847.416 tahun kehidupan.

    angka harapan hidup yaitu rata-rata jumlah tahun kehidupan setelah

    mencapai umur tepat .

    Dapat dirumuskan dengan:

    Contoh:

    Bahwa secara rata-rata seorang pada saat lahir akan dapat diharapkan hidup

    selama 42,4 tahun

  • 75

    Bahwa secara rata-rata seorang yg telah mencapai ultahnya yg ke-5 secara

    rata-rata akan hidup selama 52,8 tahun

    3.4.2. Tabel kematian singkat (abridged life table):

    Adalah tabel kematian yang meliputi seluruh umur tetapi tidak terperinci

    tahunan, tapi menurut kelas interval (5 tahunan, 10 tahunan).

    (1)

    x

    (2)

    nqx

    (3)

    lx

    (4)

    dx

    (5)

    nLx

    (6)

    TX

    (7)

    ex

    0 4

    5 9

    10 14

    15 - 19

    Tabel kematian singkat merupakan bentuk table kematian yang lebih pendek

    tetapi ketepatannya hampir sama dengan table kematian lengkap. Tabel kematian ini

    pada umumnya dihitung atas dasar kelompok umur lima tahunan. Di dalam suatu

    populasi yang kurang baik distribusi umurnya, perhitungan dengan Tabel Kematian

    singkat lebih tepat.

    Beberapa notasi dalam kolom Tabel Kematian singkat ditulis dengan

    subskrip sebagai berikut:

    n , dimana n adalah besarnya jenjang (interval) dan x menyatakan tepat

    umur x, dan digunakan sebagai permulaan interval. Sebagai contoh ialah jumlah

    kematian di antara umur tepat dan umur tepat .

  • 76

    Untuk , dan tidak mempunyai subskrip pada , , , dan

    , karena mereka berhubungan dengan populasi pada umur tepat .

    Beberapa rumus dari table kematian singkat adalah sebagai berikut:

    Contoh menyusun Tabel Kematian Singkat:

    Umur (x)

    0 100000 0,09399

    1-4 0,05001

    5-9 0,01573

    10-14 0,01218

    15-19 0,01739

    20-24 0,02268

    25-29 0,02591

    30-34 0,02941

    35-39 0,03337

    40-44 0,03819

    45-49 0,04575

    50-54 0,06190

    55-59 0,08396

    60-64 0,12460

    65-69 0,81082

    70-74 0,27160

    75-79 0,39481

    80 1,00000

  • 77

    Melengkapi table dan

    Umur (x) 0 100000 9399 0,09399

    1-4 90601 4531 0,05001

    5-9 86070 1353,9 0,01573

    10-14 84716 1031,8 0,01218

    15-19 83684 1455,3 0,01739

    20-24 82229 1865 0,02268

    25-29 80364 2082,2 0,02591

    30-34 78282 2302,3 0,02941

    35-39 75980 2535,4 0,03337

    40-44 73444 2804,8 0,03819

    45-49 70639 3231,7 0,04575

    50-54 67408 4172,5 0,06190

    55-59 63235 5309,2 0,08396

    60-64 57926 7217,6 0,12460

    65-69 50708 41115 0,81082

    70-74 9593 2605,5 0,27160

    75-79 6987,5 2758,7 0,39481

    80 4228,8 4228,8 1,00000

    Melengkapi kolom

    Umur (x) 0 100000 9399 0,09399 93420,7

    1-4 90601 4531 0,05001 350118,3

    5-9 86070 1353,9 0,01573 426965

    10-14 84716 1031,8 0,01218 421000

    15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5

    20-24 82229 1865 0,02268 406482,5

    25-29 80364 2082,2 0,02591 396615

    30-34 78282 2302,3 0,02941 385655

    35-39 75980 2535,4 0,03337 373560

    40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5

  • 78

    45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5

    50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5

    55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5

    60-64 57926 7217,6 0,12460 271585

    65-69 50708 41115 0,81082 150752,5

    70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25

    75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75

    80 4228,8 4228,8 1,00000 10572

    Melengkapi kolom

    Umur (x) 0 100000 9399 0,09399 93420,7 5105836

    1-4 90601 4531 0,05001 350118,3 5012415

    5-9 86070 1353,9 0,01573 426965 4662297

    10-14 84716 1031,8 0,01218 421000 4235332

    15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5 3814332

    20-24 82229 1865 0,02268 406482,5 3399549

    25-29 80364 2082,2 0,02591 396615 2993067

    30-34 78282 2302,3 0,02941 385655 2596452

    35-39 75980 2535,4 0,03337 373560 2210797

    40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5 1837237

    45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5 1477029

    50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5 1131912

    55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5 805304

    60-64 57926 7217,6 0,12460 271585 502401,5

    65-69 50708 41115 0,81082 150752,5 230816,5

    70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25 80064

    75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75 38612,75

    80 4228,8 4228,8 1,00000 10572 10572

  • 79

    Melengkapi kolom

    Umur

    (x)

    0 100000 9399 0,09399 93420,7 5105836 51,05836

    1-4 90601 4531 0,05001 350118,3 5012415 55,32406

    5-9 86070 1353,9 0,01573 426965 4662297 54,16866

    10-14 84716 1031,8 0,01218 421000 4235332 49,99447

    15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5 3814332 45,58018

    20-24 82229 1865 0,02268 406482,5 3399549 41,34246

    25-29 80364 2082,2 0,02591 396615 2993067 37,24387

    30-34 78282 2302,3 0,02941 385655 2596452 33,16792

    35-39 75980 2535,4 0,03337 373560 2210797 29,09708

    40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5 1837237 25,01547

    45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5 1477029 20,90954

    50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5 1131912 16,79195

    55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5 805304 12,7351

    60-64 57926 7217,6 0,12460 271585 502401,5 8,673161

    65-69 50708 41115 0,81082 150752,5 230816,5 4,551875

    70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25 80064 8,346086

    75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75 38612,75 5,525975

    80 4228,8 4228,8 1,00000 10572 10572 2,5

    3.5. Latihan

    1. Lengkapi Tabel Kematian berikut:

    dx qx Lx Tx

    0 1000 0,1

    1 0,111

    2 0,1250

    3 0,1429

    4 0,1667

    5 0,2000

  • 80

    6 0,2500

    7 0,333

    8 0,5000

    9 1,000

    10 0

    2. Buatlah Tabel Kematian Yang Dipersingkat untuk jangka 10 tahun untuk Tabel

    Kematian Australia 1961!

    3.6. Rangkuman

    1. Tabel kematian merupakan salah satu alat analisis dalam mortalitas yang tidak

    memerlukan penggunaan penduduk standar untuk membandingkan tingkat

    mortalitas. Life table merupakan tabel hipotetis dari sekumpulan orang yang

    dilahirkan pada waktu yang sama (kohort) yang karena proses kematian,

    jumlahnya semakin lama semakin berkurang dan akhirnya habis.

    2. Kegunaan Tabel Kematian adalah untuk membandingkan tingkat mortalitas,

    untuk mengukur kemajuan yang diperoleh dari upaya pemeliharaan kesehatan

    khususnya anak-anak yang tercermin dari angka harapan hidup, dan sebagai

    dasar untuk perhitungan bidang asuransi jiwa bagi penentuan premi

    3. Bentuk table kematian terdiri dari Tabel kematian lengkap (complete life

    table): tabel kematian yang dibuat lengkap, terperinci menurut umur satu

    tahunan, dan Tabel kematian singkat (abridged life table): tabel kematian yang

    meliputi seluruh umur tetapi tidak terperinci tahunan, tapi menurut kelas

    interval (5 tahunan, 10 tahunan).

    3.7. Tes Formatif

    Jadikan Tabel Kematian Australia Tahun 1961 yang menjadi acuan untuk menjawab

    pertanyaan berikut:

    Suatu industry di Australia secara konstan merekrut sejumlah pegawai baru berumur

    20 tahun, dan semuanya mengundurkan diri dari pekerjaan pada umur 60 tahun.

  • 81

    Apabila dimisalkan selama itu di dalam perusahaan tersebut tidak ada pegawai yang

    mengundurkan diri.

    1. Berapa tahun masa kerja rata-rata setiap pegawai?

    2. Hitung rasio antara pengunduran diri yang terjadi setiap ahun dengan

    penerimaan pegawai baru?

    3. Hitung rasio antara staf yang sudah berumur melebihi 50 tahun dengan jumlah

    seluruh staf.

    4. Hitung rasio antara pegawai yang sudah berhenti bekerja dengan anggota staf

    yang masih aktif.

    5. Hitung rasio antara kematian setiap tahun pegawai yang berhenti bekerja dengan

    kematian yang pegawai yang masih aktif bekerja.

    3.8. Tindak Lanjut

    Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka

    sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 3 ini. Hitung

    jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan

    tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.

    Rumus:

    Tingkat Penguasaan:

    90% - 100% = Baik Sekali

    80% - 89% = Baik

    70% - 79% = Cukup

    0% - 69% = Kurang

    Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi

    ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan

    dari referensi lain yang berhubungan.

  • 82

    3.9. Kunci Jawaban

    1. Tabel Kematian

    Melengkapi table dan

    dx qx 0 1000 100 0,1

    1 900 99,9 0,111

    2 800,1 100,01 0,1250

    3 700,09 100,04 0,1429

    4 600,04 100,03 0,1667

    5 500,02 100 0,2000

    6 400,01 100 0,2500

    7 300,01 99,903 0,333

    8 200,11 100,05 0,5000

    9 100,05 100,05 1,000

    10 0 0 0

    Melengkapi table

    dx qx Lx 0 1000 100 0,1 950

    1 900 99,9 0,111 850,05

    2 800,1 100,01 0,1250 750,0938

    3 700,09 100,04 0,1429 650,0662

    4 600,04 100,03 0,1667 550,0312

    5 500,02 100 0,2000 450,0157

    6 400,01 100 0,2500 350,0122

    7 300,01 99,903 0,333 250,0587

    8 200,11 100,05 0,5000 150,0803

    9 100,05 100,05 1,000 200,1302

    10 0 0 0 0

    Melengkapi table

  • 83

    Lx Tx 0 1000 100 0,1 950 5150,538

    1 900 99,9 0,111 850,05 4200,538

    2 800,1 100,01 0,1250 750,0938 3350,488

    3 700,09 100,04 0,1429 650,0662 2600,395

    4 600,04 100,03 0,1667 550,0312 1950,328

    5 500,02 100 0,2000 450,0157 1400,297

    6 400,01 100 0,2500 350,0122 950,2815

    7 300,01 99,903 0,333 250,0587 600,2692

    8 200,11 100,05 0,5000 150,0803 350,2105

    9 100,05 100,05 1,000 200,1302 200,1302

    10 0 0 0 0 0

    Melengkapi kolom

    dx qx Lx Tx

    0 1000 100 0,1 950 5150,538 5,150538

    1 900 99,9 0,111 850,05 4200,538 4,66725

    2 800,1 100,01 0,1250 750,0938 3350,488 4,187587

    3 700,09 100,04 0,1429 650,0662 2600,395 3,714385

    4 600,04 100,03 0,1667 550,0312 1950,328 3,250304

    5 500,02 100 0,2000 450,0157 1400,297 2,800496

    6 400,01 100 0,2500 350,0122 950,2815 2,375621

    7 300,01 99,903 0,333 250,0587 600,2692 2,000827

    8 200,11 100,05 0,5000 150,0803 350,2105 1,750116

    9 100,05 100,05 1,000 200,1302 200,1302 2,000232

    10 0 0 0 0 0 0

    o

    3.10. Daftar Pustaka

    Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &

    Sons. Inc.

  • 84

    Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.

    Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.

  • 85

    Modul 4

    Fertilitas

    4.1. Deskripsi

    Istilah fertiitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu

    terlepasnya bayi dari rahm seorang perempuan dengan adanya tanda-tanda

    kehidupan, misalnya berteriak, bernapas, menangis, jantung berdenyut , dan

    sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut

    dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu

    peristiwa kelahiran. Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak

    selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan

    abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang

    perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur.

    Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran

    mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat

    melahirkan lebih dari seorang bayi. Di samping itu seseorang yang meninggal pada

    hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko

    kematian lagi . sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak

    tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Kompleksnya

    pengukuran fetilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dam istri),

    sedangkan kematian hanya melibatkan saru orang saja (orang yang meninggal).

    Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua

    perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari

    mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa

    perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan masalah dia atas , terdapat

    variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapakan, dan masing-masing mempunyai

    keuntungan dan kelemahan..

  • 86

    4.2. Relevansi

    Fertilitas sebagai salah satu komponen demografi menjadi alasan utama untuk

    mempelajari bab ini, sebagai satu kesatuan dengan bab yang sudah dipelajari

    sebelumnya maupun bab yang akan dipelajari. Pemahaman mahasiswa mengenai

    berbagai ukuran dasar demografi akan lebih memudahkan mempelajari bab ini, dan

    akan sangat bermanfaat dalam mengkaji masalah kelahiran yang terjadi di Indonesia.

    4.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

    Mahasiswa memahami dengan baik konsep fertilitas dalam demografi dengan

    berbagai jenis angka kematian dan faktor penyebab terjadinya fertilitas, dan

    mengaplikasikannya dalam data riil.

    4.4. Uraian Materi

    4.4.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan

    1) Tingkat Fertilitas Kasar (CBR)

    Tingkat fertilitas kasar didefenisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada

    suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dapat

    dituliskan dengan rumus:

    Dimana

    CBR = Tingkat kelahiran kasar

    B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu

    Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dan

    K = Bilangan konstan, biasanya 1000

  • 87

    Contoh.

    Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, pada tahun 1961 ditaksir 4.334.347

    bayi yang lahir dalam tahun sensus tersebut dan jumlah penduduk diperkirakan

    sebanyak 96.371.421 jiwa pada 1 Juli 1961 sehingga

    Dengan demikian diperoleh bahwa Tingkat kelahiran kasar sebesar 44,975 kelahiran.

    Perlu dicatat bahwa tujuan program KB tidak hanya menurunkan jumlah anak

    yang dilahirkan, tetapi juga merupakan upaya utama untuk ikut mewujudkan

    keluarga sejahtera. Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1992, keluarga

    berencana telah mendapatkan defenisi yang baru dan semakin luas yaitu upaya

    peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia

    perkawinan, kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan

    kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

    (Siswanto,1996).

    Akibat pelaksanaan program ini terjadi penurunan angka kelahiran kasar dari

    39,9 persen kelahiran per 1000 penduduk pada taun 1870 menurun menjadi 35,9

    pada tahun 1976. Jadi selama enam tahun terjadi penurunan fertilitas sebesar 10

    persen. Pada tahun 2005 diperkirakan angka kelahiran kasar sebesar 19,5 kelahiran

    per 1000 penduduk (Ananta, 1989).

    Di samping penurunan angka kelahiran kasar, juga terjadi penurunan angka

    kematian kasar, maka mulai periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhn penduduk

    menurun (kecuali di Pulau Kalimantan). Pada periode tahun 1971-1980 laju

    pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,3 persen, pada periode tahun 1980-1990

    dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus menurun , masing-masing menjadi

    1.9 persen dan 1.3 persen.

  • 88

    2) Tingkat Fertilitas Umum (GFR)

    Tingkat Fertilitas Kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas

    masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah

    penduduk pertengahan tahun. Kita mengetahui bahwa penduduk yang mempunyai

    resiko hamil adalah perempuan dalam usia reproduksi (umur 15-49 tahun). Dengan

    alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu membandingkan

    jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi

    sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi

    jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas

    penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini disebut Tingkat Fertilitas Umum yang

    ditulis dengan rumus:

    Dimana

    GFR = Tingkat Fertilitas Umum

    B = Jumlah kelahiran setahun

    Pf(15-49) = Jumlah wanita yang berumur 15-49 tahun

    k = Bilangan konstan, biasanya 1000

    3) Tingkat Fertilitas Menurut Umur (ASFR)

    Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antarkelompok-kelompok

    penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan

    menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok

    penduduk yang lain.

    Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi

    kemmpuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada

  • 89

    tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility rate). Perhitungan tersebut dapat

    dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:

    Dimana:

    ASFRi = tingkat kelahiran untuk kelompok umur

    Bi = jumlah kelahiran pada kelompok umur ke-i

    Pfi = jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun

    k =angka konstanta

    Contoh

    Berikut ini disajikan tingkat kelahiran khas-umur untuk Indonesia, 1961, seperti pada

    table berikut ini:

    Tabel 3. Kelompok Umur Jumlah perempuan,jumlah kelahiran tingkat fertilitas

    menurut umur per 1000 perempuan

    Umur

    Penduduk Wanita

    Kelahiran

    menurut umur

    ibu

    ASFR

    (1) (2) (3) (4)

    15-19 1.170.505 151.697 129,6

    20-24 859.154 208.001 242,1

    25-29 777.519 186.138 239,4

    30-34 842.807 169.910 201,6

    35-39 810.804 103.621 127,8

    40-44 683.817 44.927 65,7

    45-49 504.942 4.999 9,9

    Jumlah ASFR 1.061,1

  • 90

    4) Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (BOSFR)

    Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur

    tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah

    kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri

    mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu,

    dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran

    dapat ditulis dengan rumus:

    Dimana:

    BOSFR = tingkat kelahiran menurut urutan kelahiran

    Boi = Jumlah kelahiran urutan ke I

    Pf(15-49) =jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun

    k =bilangan konstanta (biasanya 1000)

    Penjumlahan dari tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan

    tingkat fertilitas umum (general fertility rate).

    Sebagai contoh, dikutipkan sebuah table tingkat fertilitas menurut urutan

    kelahiran dari negara Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967 (table 10.6).

    tingkat fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua buah

    contoh dari tingkat kelahiran khusus. Ada beberapa macam variasi lagi, misalnya

    berdasarkan status perkawinan, pendidikan yang ditamatkan, pendapatan, dan

    pekerjaan, Metode perhitungan tingat fertilitas khusus ini sama dengan dua contoh di

    atas.

  • 91

    Tabel 4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran Di Amerika Serikat Tahun

    1942, 1962,1967

    Urutan Kelahiran Tingkat Kelahiran per 1000 perempuan umur

    15-44

    1942 1960 1967

    Pertama 37,5 31,1 30,8

    Kedua 22,9 29,2 22,6

    Ketiga 11,9 22,8 13,9

    Keempat 6,6 14,6 8,3

    Kelima 4,1 8,3 4,8

    Keenam dan ketujuh 4,6 7,6 4,5

    kedelapan dan urutan

    yang lebih tinggi

    3,9 4,3 2,7

    GFR 91,5 118,0 87,6

    5) Standarisasi Tingkat Fertilitas

    Tinggi rendahya tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa

    variable misalnya, umur, status perkawinan, atau karakteristik yang lain. Seperti

    halnya dengan mortalitas, kalau kita ingin membandingkan tingkat fertilitas di

    beberapa negara, maka pengaruh veriabel-variabel tersebut perlu dinetralisir dengan

    menggunakan teknik standarisasi sehingga hanya satu variable yang berpengaruh.

    Teknik standarisasi yang digunakan sama dengan teknik standarisasi yang digunakan

    untuk pengukuran mortalitas. Kalau diketahui tingkat fertilitas menurut umur di

    negara A dan B, dan ingin dibandingkan tingkat kelahiran umum di kedua negara

    tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur dikalikan dengan jumlah penduduk

    standar dari masing-masing kelompok umur.

  • 92

    4.4.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif

    1) Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR).

    Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki

    dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya

    dengan catatan:

    1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa

    reproduksinya;

    2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.

    Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah

    perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat

    kematian dari table kematian penampang lintang (Cross sectional life table).

    Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat

    Fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan,

    dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata

    tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan, maka rumus dari Tingkat Fertilitas

    Total atau TFR adalah sebagai berikut:

    F 5 ASF i

    Dimana:

    TFR = Total Fertilitas Rate

    = Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur

    ASFRi = tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok berjenjang 5

    tahunan.

    Apabila kita melihat kembali Tabel 3.1 didapat jumlah tingkat fertilitas

    menurut umur sebesar 1.016,1 maka besarnya Tingkat Fertilitas Total adalah:

    TFR = 5

    = 5 x 1.016,1

    = 5.080,5

  • 93

    Ini berarti tiap 1.000 perempuan setelah melewati masa suburnya akan melahirkan

    5.080,5 bayi laki-laki dan perempuan atau setiap perempuan Jawa Tengah pada

    periode 1971-1976 melahirkan 5,08 bayi laki-laki dan perempuan.

    2) Gross Reproduction Rates (GRR)

    Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000

    perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang

    perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti

    Tingkat Fertilitas Total. Perhitungan Gross Reproduction Rate sebagai di bawah ini

    G 5 ASF fi

    Dimana:

    ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5

    tahunan.

    Kelemahan dari perhitungan GRR ialah mengabaikan kemungkinan

    perempuan meninggal sebelum masa reproduksinya berakhir. Agar hal ini tidak

    diabaikan maka digunakan perhitungan Net Reproduction Rate.

    3) Net Reproduction Rate (NRR)

    Net Reproduction Rate adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah

    kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan

    meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya.

    Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan, beberapa dari

    perempuan tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian

    hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang

    dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung

    jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan

  • 94

    mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur

    tersebut. Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati

    dengan rumus di bawah ini: