145204921-9-modul-dan-bahan-ajar-1-docx (1)
TRANSCRIPT
-
26
MODUL & BAHAN AJAR
TEKNIK DEMOGRAFI STATISTIKA
PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Pengajar : Anna Islamiyati, S.Si., M.Si.
Semester : VI/2011
-
27
Modul 1
Beberapa Ukuran Dasar Demografi
1.1. Deskripsi
Pengukuran yang digunakan dalam demografi sama dengan ukuran-ukuran
yang digunakan pada ilmu-ilmu lain yaitu ukuran absolut dan ukuran relatif.
Pengukuran struktur demografi yang datanya berasal dari sensus penduduk atau data
sekunder berbeda dengan pengukuran proses demografi yang dapat terjadi pada
setiap saat misalnya kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan mobilitas
penduduk. Pengukuran peristiwa-peristiwa tersebut, diperlukan informasi untuk
diketahui dengan pasti, yaitu:
a. Pada periode waktu mana peristiwa itu terjadi.
b. Kelompok penduduk mana yang mengalami peristiwa tersebut.
c. Peristiwa mana yang diukur.
Pemilihan metode pengukuran yang digunakan tergantung pada informasi di
atas. Sehingga informasi-informasi tersebut harus ada dalam mengukur masalah
demografi yang terjadi.
1.2. Relevansi
Relevansi atau keterkaitan bab ini dengan bab berikutnya menjadi dasar pengetahuan
bagi mahasiswa untuk masuk dalam berbagai permasalahan demografi. Pemahaman
ukuran dasar demografi sudah diperkenalkan dalam mata kuliah Metode Statistika
Dasar tentang ukuran absolute dan relative, sehingga menjadi sangat penting untuk
menambah pengetahuan mahasiswa bahwa ukuran-ukuran tersebut juga berlaku
dalam masalah kependudukan, yang merupakan masalah bersama dan setiap saat
terjadi di sekitar kita.
-
28
1.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa memahami dengan baik beberapa ukuran dasar demografi, baik untuk
data sensus, data sekunder, maupun data proses demografi yang sering terjadi.
Mampu menggunakan ukuran tersebut dalam menghitung data demografi yang
selanjutnya diinterpretasikan untuk menganalisis data demografi berdasarkan
peristiwa demografi yang terjadi.
1.4. Uraian Materi
1.4.1. Pengukuran Struktur Demografi
1) Bilangan Absolut
Bilangan absolute adalah bilangan yang tidak mengalami perubahan.
Informasi demografi awalnya disajikan dalam bentuk bilangan atau jumlah absolut.
Contoh yang paling sederhana bilangan absolut adalah jumlah penduduk. Dari hasil
sensus 2010, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 305,4 juta. Data ini
merupakan data awal yang perlu dianalisis lebih lanjut agar lebih banyak mempunyai
arti. Misalkan jumlah penduduk setiap pulau dinyatakan dalam bentuk relatif
misalnya persentase terhadap penduduk Indonesia, agar lebih mudah
menggambarkan persebaran penduduk.
2) Bilangan Relatif
Bialangan relative adalah bilangan yang dapat mengalami perubahan
tergantung peristiwa yang terjadi, dan nilai yang dihitung berasal dari bilangan
absolute. Beberapa pengukuran dengan bilangan relatif adalah sebagai berikut
1 Proporsi
Adalah perbandingan dua bilangan dimana pembilang merupakan bagian dari
penyebutnya,yaitu:
-
29
Contoh:
Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah
mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.
Proporsi mahasiswa laki-laki adalah sebagai berikut:
Artinya proporsi mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011
sebesar 0,67.
2 Persentase
Adalah proporsi dikalikan 100.
Contoh:
Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah
mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.
Persentase mahasiswa laki-laki sebagai berikut:
Artinya persentase mahasiswa laki-laki dalam Prodi Statistika Angkatan 2010/2011
sebesar 66,7%. Dalam analisis data demografi atau data yang lain pada umumnya
angka proporsi jarang dimunculkan, yang paling banyak digunakan adalah bentuk
persentase.
-
30
3 Perbandingan
Adalah menyatakan suatu jumlah terhadap jumlah yang lainnya.
Contoh:
Mahasiswa Prodi Statistika Angkatan 2010/2011 sebanyak 30 orang, jumlah
mahasiswa perempuan adalah 10 sedang jumlah mahasiswa laki-laki adalah 20.
Perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan sebagai berikut:
Artinya perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dengan perempuan adalah 20
banding 10 atau 2 banding 1. Yang menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa laki-laki
2 kali lipat dari jumlah mahasiswa perempuan.
4 Rasio
Adalah suatu jumlah dalam perbandingan terhadap jumlah lainnya yang dapat
dinyatakan dalam persepuluh, perseratus, perseribu, dan seterusnya. Beberapa
pengukuran rasio adalah sebagai berikut:
a. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio = SR)
Adalah perbandingan jumlah antara jenis kelamin lakin-laki dan perempuan
pada suatu wilayah pada waktu tertentu. Sebagai contoh, perbandingan jenis kelamin
mahasiswa laki-laki terhadap mahasiswa perempuan adalah: 2:1 = 2, atau 2
mahasiswa laki-laki dibanding dengan seorang mahasiswa perempuan. Angka ini
jika dikalikan dengan 100, maka dapat dikatakan bahwa jumlah mahasiswa tersebut
mempunyai perbandingan jenis kelamin 200 laki-laki dibanding dengan 100
perempuan.
-
31
Kalau jumlah laki-laki dinyatakan dengan simbol M, dan jumlah mahasiswa
perempuan dengan simbol F, maka rasio jenis kelamin (Sex Ratio) = SR) dapat
ditulis dengan rumus:
Dimana, k = konstanta besarnya sama dengan 100
b. Rasio Jenis Kelamin Menurut Umur
Adalah rasio jenis kelamin yang dibuat berdasarkan kelompok umur. Rasio jenis
kelamin (SR) menurut kelompok umur dapat dituliskan dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
= rasio jenis kelamin pada umur atau golongan umur i tahun
= jumlah penduduk laki-laki pada umur atau golongan umur i tahun
= jumlah penduduk perempuan pada umur atau golongan umur i tahun
K = konstatnta (umumnya nilainya 100)
Contoh:
Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia menurut kelompok umur, hasil Sensus
Penduduk Indonesia tahun 2010, terlihat bahwa sampai kelompok umur tertentu
(misalnya 15-19 tahun) diperoleh rasio jenis kelamin (SR) laki-laki terhadap
perempuan sebesar 101, berarti rasio jenis kelamin di atas 100. Hal ini disebabkan
jumlah kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran bayi
perempuan. Tetapi karena angka harapan hidup bayi laki-laki lebih rendah
-
32
dibandingkan dengan bayi perempuan, maka untuk kelompok umur selanjutnya
(misalnya 20-24 tahun) sudah turun mencapai 89, berarti angka SR akan lebih rendah
dari 100. Untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding
jumlah penduduk laki-laki sehingga secara total SR lebih kecil dari 100.
c. Rasio Menurut Jenis Kelamin Kelahiran (Sex Ratio at Birth = SRB)
Adalah rasio antara jumlah kelahiran bayi laki-laki dan kelahiran bayi
perempuan apabila hanya diketahui angka kelahiran total (laki-laki + perempuan). Di
awal telah disebutkan bahwa pada tahun tertentu di suatu wilayah jumlah kelahiran
bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan bayi perempuan. Sebagai contoh di
suatu wilayah pada tahun 2010 terdapat 214 kelahiran bayi laki-laki dan 200
kelahiran bayi perempuan, maka rasio jenis kelamin kelahiran adalah:
Ini berarti tiap kelahiran 100 bayi perempuan akan terdapat 107 kelahiran bayi laki-
laki. Rasio jenis kelamin kelahiran (Sex Ratio at Birth) ini dapat ditulis dengan
rumus:
Keterangan:
SRB = Rasio jenis kelamin kelahiran
= Kelahiran bayi laki-laki
= Jumlah kelahiran bayi perempuan
k = Konstanta
d. Rasio Anak Perempuan (Child Women Ratio = CWR)
Adalah perbandingan antara anak, yaitu jumlah penduduk di bawah usia lima
tahun terhadap jumlah perempuan usia subur (usia melahirkan atau usia reproduksi)
yaitu umur 15 tahun sampai dengan 49 tahun. Rasio anak perempuan merupakan
-
33
salah satu ukuran kelahiran yang sederhana dan datanya didapat dari hasil sensus
penduduk. Makin besar angka rasio anak perempuan memberikan gambaran semakin
tinggi tingkat kelahiran. Dalam bentuk rumus rasio anak perempuan dinyatakan
sebagai berikut:
Keterangan:
= Rasio jenis kelamin kelahiran
= Jumlah penduduk usia di bawah 5 tahun.
= Jumlah penduduk perempuan usia 15-49 tahun.
k = Angka konstanta, dalam rumus ini biasaya 100
Analisis dari angka-angka tersebut antara lain dapat dikaitkan dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi mortalitas bayi dan anak.
e. Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio=DR)
Adalah rasio yang memperhitungkan kelompok penduduk umur 0-14 tahun
dianggap sebagai kelompok penduduk yang belum produktif secara ekonomis,
kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif dan kelompok
umur 65 tahun ke atas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif. Rasio
beban tanggungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Dimana,
f. Kepadatan penduduk (Man Land Ratio)
-
34
Adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat ditulis dengan
rumus:
Jumlah Penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah
seluruh penduduk di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk yang bekerja di
sector pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas
daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.
Kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dibagi menjadi emapat bagian:
1) Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Density of Population) atau sering pula
disebut dengan Kepadatan Penduduk Aritmatika.
Adalah banyaknya penduduk per satuan luas. Sebagai contoh Kepadatan
Penduduk Kasar untuk Indonesia apada tahun 1961, 1971, 1980, dan 1990,
masing-masing sebesar 51, 99, 77, 93 orang per km2.
2) Kepadatan Penduduk Fisiologis (Physiological Density)
Adalah jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah pertanian. Atau dengan
rumus ditulis:
Contoh:
Di Indonesia Pada Tahun 1973, dari seluas 1.904.570 km2 daratan, terdapat
163.940 km2
tanah pertanian. Kalau pada tahun 1971 jumlah penduduk
Indonesia besarnya 119.232.000, maka kepadatan penduduk fisiologis adalah:
-
35
3) Kepadatan Penduduk Agraris (Agricultural Density)
Adalah jumlah penduduk petani tiap-tiap km2
tanah pertanian. Atau dengan
rumus ditulis:
Contoh:
Hasil Sensus penduduk 1971, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja
dalam lapangan pertanian sebesar 64,2 persen atau 76.546.949 orang. Kalau
luas tanah pertanian pada tahun 1973 adalah 163.940 km2, maka kepadatan
penduduk agraris adalah:
4) Kepadatan Penduduk Ekonomi (Economical Density of Population)
Adalah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas
kemampuan wilayah yang besangkutan. Simon seorang ahlidemografi bangsa
Prancis mengusulkan rumus Kepadatan penduduk Agararis sebagai berikut:
-
36
@= indeks dari jumlah penduduk
C= indeks umum dari produksi pada tahun yang sama
1.4.2. Pengukuran Proses Demografi
Pengukuran proses demografi digunakan angka atau tingkat atau rate. Adapun
rumus tingkat peristiwa demografi tertentu adalah
Salah satu konsep pengukuran yang sering digunakan adalah konsep jumlah
tahun kehidupan (person years-lived) yang digunakan untuk menghitung jumlah
penduduk yang mempunyai resiko terhadap suatu peristiwa demografis. Namun
karena jumlahnya besar dan waktunya lama, maka untuk itu digunakan perkiraan
dengan asumsi bahwa jumlah kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar,
tersebar merata pada periode tahun yang dihitung, sehingga jumlah kumulatif tahun
kehidupan besarnya tidak jauh berbeda dengan pertengahan tahun (30 Juni).
Penduduk yang hidup pada pertengahan tahun tersebut disebut penduduk
pertengahan tahun (midyear or central population). Adapun cara perhitungan
penduduk pertengahan tahun adalah :
Atau
[ ]
[ ]
Dimana, adalah penduduk pada permulaan tahun dan adalah penduduk pada
akhir tahun
-
37
Jumlah penduduk pertengahan tahun ini berguna dalam menghitung angka kelahiran
kasar, angka kematian kasar, migrasi neto dan migrasi bersih di suatu wilayah.
Terdapat dua macam angka/rate, yaitu:
a. Angka kasar, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa demografis
penduduk total, termasuk penduduk yang tidak menanggung resiko peristiwa
demografis tersebut. Misalnya Angka Kelahiran Kasar (CBR)
b. Angka spesifik, adalah angka yang dipakai untuk menghitung peristiwa
demografis penduduk yang menanggung resiko peristiwa demografis tersebut.
Misalnya Angka Fertilitas Menurut Umur (ASFR)
Berikut uraian berbagai macam angka/rate kelahiran dan kematian.
1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu
per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Adapun data tentang jumlah
kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk atau
survei-survei tentang fertilitas. Namun hasilnya masih sangat kasar karena dibagi
dengan jumlah seluruh penduduk termasuk laki-laki yang berada dalam usia
reproduksi yaitu 15-49 tahun.
Angka Kelahiran Kasar (CBR) dirumuskan sebagai berikut:
Atau
Dimana:
B=jumlah kelahiran, adalah jumlah penduduk pertengahan tahun.
-
38
2) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)
Adalah angka yang menunjukkan besarnya kematian yang terjadi pada suatu
tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum
memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.
Angka Kematian Kasar (AKK) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
= Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000
Contoh:
Andaikan dari Susenas 2010 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah
penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Angka
Kelahiran Kasar yang terhitung adalah
Artinya, pada tahun 2010 terdapat 3 atau 4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.
-
39
3) Angka Migrasi Neto (M)/Net Migration
Adalah selisih jumlah migran masuk dan migran keluar pada suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun, dan
biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna untuk mengukur mobilitas
penduduk secara geografis. Migrasi merupakan perpindahan penduduk, sedangkan
kelahiran dan kematian merupakan peristiwa demografi lainnya yang secara
langsung mempengaruhi jumlah penduduk suatu wilayah.
Angka Mirgasi Neto (M) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Contoh, andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi
Selatan menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar
22.178 dan jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi
neto nya adalah sebagai berikut :
Jadi ada 12 jiwa yang bermigrasi per 1000 penduduk untuk tahun 2010.
4) Angka Migrasi Bruto ( /Grass Migration
Adalah jumlah migran masuk dan migran keluar dibagi jumlah penduduk
pertengahan tahun dan biasanya dinyatakan dalam per 1000 penduduk. Berguna
untuk menunjukkan jumlah kejadian perpindahan, dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
40
Contoh:
Andaikan hasil data perhitungan di kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan
menunjukkan jumlah migran masuk sebesar 13.457 dan migran keluar 22.178 dan
jumlah penduduk pertengahan tahun 2010 adalah 715.509. Maka migrasi bruto nya
adalah sebagai berikut:
Jadi ada 49 atau 50 jiwa yang mengalami kejadian perpindahan per 1000 penduduk
untuk tahun 2010.
1.4.3. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dipengaruhi oleh
-
41
a. Kelahiran (Birth =B)
b. Kematian (Death= D)
c. Migrasi masuk (In Migration = IM)
d. Migrasi keluar (Out Migration=OM)
Dimana penduduk bertambah jika ada yang lahir dan ada yang datang, dan
berkurang jika ada yang mati dan pergi. Beberapa persamaan yang digunakan adalah:
1) Persamaan Berimbang (The Balancing Equation)
Berguna untuk menghitung perubahan penduduk dari tahun ke tahun, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
= banyaknya penduduk tahun akhir
= banyaknya penduduk tahun awal
B = banyaknya kelahiran
D = banyaknya kematian
IM = banyaknya migrasi masuk
OM = banyaknya migrasi keluar
=pertumbuhan penduduk alamiah
=migrasi net
-
42
Contoh:
Dalam bulan januari 2009 jumlah penduduk kecamatan X sebesar 214.300 orang.
Jumlah kelahiran kasar 3.165 orang dan kematian sebesar 1.912 orang. Pada tahun
itu jumlah migrasi masuk sebesar 400 dan migrasi keluar jumlahnya 40 orang. Maka
pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X adalah :
Jadi pada bulan januari 2010 jumlah penduduk kecamatan X besarnya 215.913
orang.
Secara keseluruhan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia hanya dipengaruhi oleh
selisih jumlah kelahiran dan jumlah kematian karena jumlahh penduduk Indonesia
yang berada di luar negara hanya sedikit.
2) Laju Pertumbuhan Penduduk Geometris (LPPG) (Geometric Growth)
Adalah pertumbuhan bertahap (diskret) yaitu dengan menghitung
pertumbuhan penduduk hanya pada akhir tahun dari suatu periode, biasa juga disebut
pertumbuhan bunga berganda. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana
= banyaknya penduduk pada tahun akhir
= banyaknya penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu (dalam banyaknya tahun)
jadi nilai t ini akan berubah tergantung tahunnya. akan berubah tergantung
tahun yang dimaksud.
-
43
Contoh:
1) Jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1961 sebesar
2.163.000 dan pada tahun 1971 meningkat menjadi 2.490.000 jiwa. Maka
besarnya laju pertumbuhan per tahun pada periode tahun 1961-1971 adalah
Jadi laju pertumbuhan penduduk daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 1.42% pada
periode 1961-1971
2) Diketahui jumlah penduduk pada tahun 1970 di Sulawesi Selatan adalah 5.181
jiwa dan angka pertumbuhan penduduk 1970-1980 adalah 1.74%, dan untuk
1980-1990 adalah 1.42%.
Ditanyakan : berapakah jumlah penduduk pada tahun 1980 dan 1990?
Jawab :
Jadi jumlah penduduk tahun 1980 adalah 6157 jiwa.
-
44
Dan jumlah penduduk tahun 1980 adalah 7089 jiwa.
3) Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial (LPPE) (Exponential Growth)
Adalah pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus
(Continuous). Dapat dirumuskan sebagai berikut:
dimana
Dimana
4) Angka pertumbuhan penduduk Nol (Zero Population Growth=ZPG).
Adalah jumlah suatu penduduk tidaklah bertambah maupun berkurang. Suatu
penduduk dikatakan seimbang jika :
1) Banyaknya kelahiran sama dengan banyaknya kematian dan migrasi neto sama
dengan nol
2) Jumlah kelahiran melebihi jumlah kematian tetapi kelebihannya diimbangi
dengan migrasi keluat neto
3) Jumlah kematian melebihi jumlah kelahiran, tetapi kekurangan tersebut
diimbangi oleh migrasi masuk neto.
5) Laju Pertumbuhan Penduduk Di Daerah Perkotaan
Laju pertumbuhan penduduk wilayah pedesaan dipengaruhi oleh :
-
45
1) Pertumbuhan penduduk alami dan
2) Migrasi Neto
Sedangkan untuk laju pertumbuhan penduduk wilayah perkotaan dipengaruhi oleh
reklasifikasi (perubahan status suatu wilayah dari pedesaan ke perkotaan). Contoh
pada tahun 1980 banyak desa-desa di Indonesia mempunyai ciri-ciri pedesaan tetapi
tahun 1990 berubah ke ciri-ciri perkotaan yakni :
1) Kepadatan penduduk tinggi
2) Sekitar 75% penduduk aktivitasnya di bidang nonpertanian
3) Tersedia fasilitas kota seperti : jalan beraspal, listrik, rumah sakit, supermarket,
gedung bioskop, dll.
1.5. Latihan Soal
1. Jumlah penduduk Indonesia tahun 1990 adalah 179,3 juta terdiri dari 89,4 juta
laki-laki dan 89,9 juta perempuan. Carilah rasio jenis kelamin penduduk
Indonesia tahun 1990!
2. Pada tahun 2010 penduduk Indonesia yang berumur (0-14) tahun besarnya
52.454.000, sedangkan yang berumur (15-64) tahun dan 65+ masing-masing
besarnya 63.180.000 dan 3.576.000 orang, dari data tersebut, carilah rasio beban
tanggungan (DR) kelompok penduduk produktif!
3. Andaikan jumlah kelahiran tahun 2010 sebesar 4.931.500 sedang jumlah
penduduk pertengahan tahun sebesar 140.900.000 jiwa, maka tentukan tingkat
kelahiran kasar pada tahun 2010!
4. Penduduk Indonesia pada tahun 1961 adalah 97.019.000 jiwa dan tahun 1971
sebanyak 119.232.000 jiwa. Berapa pertumbuhan penduduk melalui pendekatan
geometris dan eksponensial?
5. Laju pertumbuhan penduduk per tahun suatu Negara sebesar 1% atau 0.01,
setelah berapa tahunkah jumlah penduduknya berlipat dua?
-
46
1.6. Rangkuman
1. Pengukuran domografi, secaa umum mengenal dua jenis ukuran yaitu ukuran
bilangan absolute dan ukuran bilangan relative, tetapi yang umum digunakan
adalah jenis bilangan relative.
2. Beberapa pengukuran relative, adalah proporsi, persentase, perbandingan, dan
rasio, dimana pengukurannya berasalh dari pengukuran bilangan absolute.
3. Beberapa pengukuran rasio, diantaranya rasio jenis kelamin, rasio jenis kelamin
menurut umur, rasi menurut jenis kelamin kelahiran, rasio anak perempuan, rasio
beban tanggungan, dan kepadatan penduduk.
4. Pengukuran proses demografi menggunakan ukuran rate atau tingkat.
5. Pertumbuhan penduduk dapat digambarkan dalam bentuk persamaan berimbang,
laju pertumbuhan penduduk geometris, dan laju pertumbuhan penduduk
eksponensial.
1.7. Tes Formatif
Indonesia terdiri lebih dari 3.000 pulu dan meliputi wilayah seluas kira-kira 1.100
mil dari utara ke selatan, dan 2.800 mil dari timur ke barat, luas wilayah 735,269 mil
persegi. Seluruh penduduk pada pertengahan tahun 1961 berjumlah 97 juta jiwa, dan
15,46% diantaranya belum berumur 5 tahun, dan 30,93% terdiri dari wanita yang
termasuk dalam kelompok umur 15-44 tahun. Irian Barat pada pertengahan tahun
1961 penduduk kira-kira 700.000 jiwa, dan pada tahun 1963 menjadi bagian wilayah
Republik Indonesia. Sampai sebegitu jauh perbedaan kepadatan penduduk di
berbagai daerah di Indonesia, ternyata cukup menonjol. Pada pertengahan tahun
1971 penduduk Pulau Jawa, Madura, dan Bali berjumlah dua pertiga dari jumlah
seluruh penduduk Indonesia, padahal ketiga pulau tersebut hanya mencakup 7% dari
seluruh areal tanah Indonesia. Pada tahun 1961 di Indonesia dilahirkan 4,85 juta
bayi, dan 51,22 persen diantaranya bayi pria, selama itu hanya 2.111.545 bayi yang
-
47
masih bertahan hidup sampai tahun kehidupan pertama. Pada pertengahan tahun
1971 seluruh penduduk diperkirakan berjumlah 120 juta jiwa. Berdasarkan data
tersebut, hitungkah:
1. Kepadatan penduduk di Pulau Jawa, Madura, dan Bali tahun 1971.
2. Rasio jenis kelamin di Indonesia tahun 1961.
3. Angka kelahiran kasar di Indonesia tahun 1961.
4. Angka kematian bayi di Indonesia tahun 1961.
5. Angka pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun selama jangka waktu antar
sensual di Indonesia yaitu pada pertengahan tahun 1961 sampai dengan
pertengahan tahun 1971.
1.8. Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka
sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 1 ini. Hitung
jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan
tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.
Rumus:
Tingkat Penguasaan:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
0% - 69% = Kurang
-
48
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi
ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan
dari referensi lain yang berhubungan.
1.9. Kunci Jawaban
1. Rasio jenis kelamin penduduk Indonesia tahun 1990 adalah sebagai berikut:
Ini berarti bahwa untuk setiap 99 penduduk laki-laki sebanding dengan 100
penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat
menimbulkan berbagi masalah, karena ini berarti di wilayah tersebut kekurangan
penduduk laki-laki akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk
melaksanakan pembangunan, atau masalah lain yang berhubungan dengan
perkawinan. Hal ini dapat terjadi apabila suatu daerah banyak penduduk
penduduk laki-laki meninggalkan daerah, atau kematian banyak terjadi pada
penduduk laki-laki.
2. Rasio Beban Tanggungan (DR) sebagai berikut:
DR sebesar 88,7 berarti tiap 100 orang kelompok penduduk produktif harus
mennaggung 88,7 kelompok yang tidak produktif. Angka DR ini termasuk
tinggi.
3. Besarnya tingkat kelahiran kasar adalah:
-
49
Artinya terdapat 35 kelahiran per 1000 penduduk Indonesia pada tahun 2010.
4. Untuk pertumbuhan geometris:
Untuk pertumbuhan eksponensial:
0.089536034 =10r log 2.71828
0.089536034 =10r 0.434294189
0.206164475
5. Rumus :
Jumlah penduduk akan berlipat dua berarti
-
50
Jadi kalau laju pertumbuhan 1 % maka penduduk akan bertambah dalam kurun
waktu 70/1 tahun=70 tahun. Jadi, jika tahun 1976 tingkat pertumbuhan penduduk
Indonesia yang konstan adalah 2,1 % maka jumlah penduduk tersebut akan
menjadi 2 kali lipat dalam kurun waktu 70/2,1 = 33,3 tahun atau 33 tahun.
1.10. Daftar Pustaka
Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &
Sons. Inc.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.
Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
-
51
Modul 2
Mortalitas
2.1. Deskripsi
Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Dua komponen proses
demografi lainnya adalah kelahiran (fertilitas), dan mobilisasi penduduk. Tinggi
rendahnya tingkat mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya
tingkat kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dengan memperhatikan trend dari
tingkat mortalitas dan fertilitas di masa lampau dan estimasi perkembangan di masa
mendatang dapatlah dibuat sebuah proyeksi penduduk wilayah bersangkutan.
Yang dimaksud dengan mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
(Budi Utomo, 1985). Dari definisi ini terlihat bahwa keadaan mati hanya bisa
terjadi kalau sudah terjadi kelahiran hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada
kalau tidak ada kehidupan. Sedangkan hidup selalu di mulai dengan lahir hidup (live
birth).
Lahir hidup (live birth) yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim
seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah
perpisahan tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda
hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan
otot,tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir Mati
(fetal death) yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil
konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.
-
52
2.2. Relevansi
Mortalitas merupakan salah satu komponen demografi, yang sudah sangat dikenal
oleh semua orang dan setiap saat terjadi di sekitar kita. Pengetahuan dasar mahasiswa
tentang ukuran demografi dibedakan berdasarkan kejadian, salah satunya adalah
Mortalitas. Sehingga pengetahuan mahasiswa tentang ukuran tersebut dapat
ditunjukkan dalam peristiwa khusus yang selalu terjadi yaitu Mortalitas (Kematian).
2.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami dengan
baik konsep mortalitas dalam demografi dengan berbagai jenis angka kematian dan
factor penyebab terjadinya mortalitas, dan mengaplikasikannya dalam data riil.
2.4. Uraian Materi
Peristiwa-peristiwa kematian yang terjadi di dalam rahim (intra uterin) dan di
luar rahim (extra uterin). Pada masa janin masih dalam kandungan ibu (intra uterin),
terdapat peristiwa-peristiwa kematian janin sebagai berikut:
1. abortus, kematian janin menjelang dan sampai 16 minggu;
2. immatur, kematian janin antara umur kandungan di atas 16 minggu sampai pada
umur kandungan 28 minggu
3. prematur, kematian janin di dalam kandungan pada umur di atas 28 minggu
sampai waktu lahir.
Selanjutnya kematian bayi di luar rahim (extra uterin) dibedakan atas :
1. lahir mati (still birth), kematian bayi yang cukup masanya pada waktu keluar dari
rahim, tidak ada tanda-tanda kehidupan
2. kematian baru lahir (neo natal death) adalah kematian bayi sebelum berumur satu
bulan
-
53
3. kematian lepas baru lahir (post neo natal death) adalah kematian bayi setelah
berumur satu bulan tetapi kurang dari setahun
4. kematian bayi (infant mortality), kematian setelah bayi lahir hidup hingga
berumur kurang dari satu tahun
2.4.1. Sumber Data Mortalitas
Sumber data mortalitas penduduk di Indonesia ialah registrasi penduduk. Di
Indonesia, pelaporan kematian dikerjakan oleh kepala keluarga atau salah satu
anggota keluarga kepada kepala desa. Laporan ini kemudian diteruskan ke kantor
desa pada saat diadakan rapat kepala desa yang biasanya berlangsung seminggu
sekali. Sering terjadi bahwa pelaporan itu tidak dilaporkan oleh kepala keluarga dan
tidak pula diterima oleh kepala desa. Kalau kepala desa pada hari rapat tidak dapat
datang, maka data kematian ini akan dibawa pada rapat berikutnya. Agaknya,
penyimpangan-penyimpangan dalam hal siapa yang melaporkan dan waktu
melaporkannya menyebabkan adanya angka pelaporan yang jumlahnya kurang dari
keadaan sebenarnya (under reporting). Sumber yang lain dari data kematian, adalah
penelitian (survei). Biasanya penelitian kematian penduduk ini dijadikan satu dengan
penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut dengan penelitian statistik vital.
Untuk mengatasi kesulitan dari data kematian, sering dibuat perhitungan
perkiraan berdasarkan data yang tidak langsung dari data hasil sensus penduduk
(cacah jiwa) atau dari data penelitian (survei). Dalam sensus penduduk, mengenai
kelahiran dan kematian penduduk, ditanyakan : jumlah perempuan yang pernah
kawin menurut umur, jumlah anak yang dilahirkan hidup, jumlah anak yang
meninggal dan jumlah anak yang masih hidup. Dari informasi di atas dibuatlah
perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi, dan tingkat kematian anak.
-
54
2.4.2. Pengukuran Data Kematian
1) Tingkat Kematian Kasar
Tingkat Kematian Kasar (CDR) didefenisikan sebagai banyaknya kematian
pada tahun tertentu, tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Angka ini disebut
kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.
Dengan rumus dapat ditulis sebagai berikut :
ingkat ematian asar (CD )
Dimana: Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi
penduduk)
Jumlah Penduduk pada petengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)
Bilangan konstan yang biasanya bernilai 1000
Tingkat/angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak
memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator
kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai
keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan
pertumbuhan penduduk alamiah.
Contoh:
Diketahui jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1975 sebesar
136.000.000 jiwa. Jumlah kematian sepanjang tahun sebesar 2.298.400 jiwa.
Besarnya Tingkat Kematian Kasar dapat dihitung sebagai berikut :
ingkat ematian asar (CD )
-
55
Angka ini berarti, bahwa pada tahun 1975, setiap 1000 penduduk, terdapat
16,9 kematian.
2) Tingkat Kematian Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
Adalah tingkat kematian yang memperhitungkan umur dan jenis kelamin,
karena besar kecilnya angka kematian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
oleh umur, jenis kelamin, pekerjaan dan status kawin. Misalnya seseorang yang
berumur 80 tahun umumnya kemungkinan meninggalnya lebih cepat dibandingkan
orang berumur 20 tahun. Orang-orang yang maju ke medan perang kemungkinan
meninggal lebih besar daripada istri-istri mereka yang menunggu di rumah.
Memperhatikan faktor-faktor di atas maka ahli-ahli demografi mempergunakan
ukuran yang lebih spesifik, yang hanya berlaku untuk kelompok penduduk tertentu.
Ukuran yang paling umum digunakan oleh ahli demografi adalah Tingkat Kematian
menurut umur, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Age Spesific Death Rate
disingkat dengan ASDR. Dengan rumus Tingkat Kematian menurut umur ditulis
sebagai berikut :
atau :
Keterangan :
Jumlah kematian pada kelompok umur i Jumlah penduduk pada pertengahan tahun pada kelompok umur i
Angka konstan = 1000
-
56
Sebagai contoh di bawah ini dicantumkan perhitungan Tingkat Kematian
Menurut Umur (ASDR) untuk suatu wilayah pada tahun tertentu yang dibedakan
antara laki-laki dan perempuan (Tabel 2.1).
Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu (ASDR) dapat dihitung
dengan rumus :
Tabel 1. Perhitungan Tingkat Kematian Menurut Kelompok Umur (ASDR) dan Jenis
Kelamin di Suatu Wilayah pada Tahun Tertentu
Umur
(Tahun)
Jumlah Penduduk
Pertengahan Tahun
Jumlah Kematian Tingkat Kematian Menurut
Umur
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
0-4
5-9
10-14
80+
6.854.655
5.601.294
4.695.294
62.568
6.649.905
5.458.427
4.578.980
69.402
331.871
21.285
10.331
12.514
299.113
20.742
10.532
13.880
48.42
3.80
2.20
200.01
44.98
3.80
2.30
199.99
Jumlah 37.741.753 39.281.858 571.137 522.003 115.13 13.29
Sumber: Mantra, 1999
Contoh.
Berdasarkan Table 2.1, untuk kelompok umur 5-9 tahun dapat dihitung sebagai
berikut :
-
57
Untuk laki-laki :
dan seterusnya.
Memperhatikan angka-angka kematian menurut umur seperti tersebut di atas,
terlihatlah bahwa pada umur 0-4 tahun (balita) angka kematian sangat tinggi, lebih-
lebih angka kematian bayi (umur di bawah satu tahun). Karena hal tersebut di atas
dibuatlah perhitungan tersendiri untuk kematian bayi.
3) Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate atau IMR)
Tingkat Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Tingkat kematian bayi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Atau:
Keterangan : Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
Jumlah lahir hidup pada tahun tertentu
bilangan konstan = 1000
-
58
Contoh.
Di suatu daerah pada tahun 1970 jumlah kematian bayi sebesar 263.000 orang dan
jumlah kelahiran pada tahun tersebut sebesar 1.594.000, maka besarnya Tingkat
Kematian Bayi (IMR) dapat dihitung sebagai berikut :
Ini berarti, pada tahun 1970 di daerah yang bersangkutan terdapat 164,99 bayi
meninggal untuk setiap 1000 kelahiran.
Angka kematian Bayi merupakan indicator yang sangat berguna, tidak saja
terhadap status kesehatan anak, tetapi juga terhadap status penduduk keseluruhan dan
kondisi ekonomi di mana penduduk tersebut bertempat tinggal. Angka kematian bayi
tidak hanya merefleksikan besarnya masalah kesehatan yang bertanggungjawab
langsung terhadap kematian bayi, seperti diare, infeksi saluran pernafasan, salah gizi,
penyakit-penyakit infeksi spesifik dan kondisi prenatal, tetapi juga merefleksikan
tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan dan secara umum tingkat
perkembangan social ekonomi masyarakat. Baik di negara maju, maupun di negara
yang sedang berkembang, terdapat hubungan yang terbalik antara tingkat kematian
bayi dengan status ekonomi orang tua.
Angka kematian bayi juga telah menunjukkan fungsinya sebagai indicator
ampuh dalam menilai perubahan kondisi kesehatan di suatu negara. Pada negara-
negara di mana angka kematian bayi telah dihitung selama periode yang lama,
terlihat reduksi angka kematian bayi sejajar dengan perbaikan standar hidup dan
kondisi sanitasi termasuk juga kemudahan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya
bagi masyarakat.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi
-
59
yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka
kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan
Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Dalam penerapannya, angka kematian bayi dipakai sebagai angka probabilitas
untuk mengukur resiko kematian dari seorang atau bayi dari saat kelahirannya
sampai menjelang ulang tahunnya yang pertama. Apabila penduduk mempunyai
angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup, ini berarti bahwa probabilitas
mati seorang bayi yang baru lahir pada penduduk tersebut sebelum mencapai ulang
tahunnya yang pertama adalah 20 persen sehingga kalau diterapkan secara agregat,
dari 1000 kelahiran misalnya, 200 di antaranya mati sebelum ulang tahun yang
pertama atau dapat juga dikatakan bahwa hanya 800 dari 1000 kelahiran yang dapat
menikmati ulang tahun yang pertama. Dengan perkataan lain, resiko kematian bayi
pada penduduk dengan angka kematian bayi 200 per 1000 kelahiran hidup adalah
kurang dari 13 sampai 14 kali lebih tinggi dibanding dengan resiko kematian bayi
pada penduduk dengan angka kematian bayi 15 per 1000 kelahiran hidup.
4) Tingkat Kematian Anak
Tingkat Kematian Anak didefinisikan sebagai jumlah kematian anak berumur
1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun. Dengan demikian angka kematian anak tidak menyertakan angka
kematian bayi.
Rumus yang dapat digunakan adalah :
Keterangan :
-
60
Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang
belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun tertentu
didaerah tertentu.
Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan
tahun tertentu didaerah tertentu
Konstanta, umumnya 1000
Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih
merefleksikan kondisi kesehatan lingkunan yang langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan anak. Angka ini tinggi pada keadaan salah gizi, hygiene buruk, tingginya
prevalansi penyakit menular pada anak dan insiden kecelakaan di dalam atau di
sekitar rumah. Dalam menunjukkan tingkat kemiskinan, indicator ini lebih unggul
dibandingkan dengan tingkat kematian bayi. Di negara-negara maju, angka kematian
anak dapat serendah 0,4 per 1000 anak, tetapi survey di beberapa kelompok
masyarakat di negara berkembang angka kematian dapat mencapai setinggi 100 per
1000 anak. Kalau angka kematian bayi sekitar 14 kali lipat lebih tinggi di negara
berkembang dibandingkan negara maju, maka angka kematian anak dapat mencapai
250 kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju. Perbedaan
angka kematian anak antara berbagai negara atau kelompok masyarakat
menunjukkan adanya perbedaan kondisi lingkungan social ekonomi yang
mempengaruhi status kesehatan, karena sebagian besar kematian tersebut dapat
dicegah dengan adanya perbaikan kondisi social ekonomi.
5) Tingkat Kematian Anak di Bawah Lima Tahun (BALITA)
Tingkat Kematian Anak Balita didefinisikan sebagai jumlah kematian anak
usia di bawah lima tahun selama satu tahun per 1000 anak usia yang sama (0-4)
tahun pada pertengahan tahun. Angka ini sekaligus merefleksikan tinggi rendahnya
menggunakan angka kematian bayi belum cukup untuk menggambarkan tingkat
kematian anak pada umur di atas satu tahun. Dua penduduk dengan tingkat kematian
-
61
bayi yang sama, belum tentu sama dalam hal angka kematian anak di atas satu tahun.
Variasi angka ini, di negara berkembang dapat lebih tinggi dari 100, tetapi di negara
maju dapat lebih rendah dari dua.
Rumus yang dapat digunakan adalah :
Keterangan :
Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang
belum tepat berusia 5 thn) pada satu tahun
tertentu didaerah tertentu.
Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada
pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu
Konstanta, umumnya 1000
Sesuai dengan kemajuan di bidang kesehatran masyarakat, maka angka
kematian anak balita menurun dengan cepat. Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada
tahun 1971, 1980 dan 1990, angka kematian anak balita masing-masing sebesar 218,
162 dan 103 per 1000 kelahiran.
Table 2. Tingkat Kematian Anak Balita Tahun 1971, 1980 dan 1990 Menurut
Propinsi di Indonesia
No Propinsi Tingkat Kematian Balita per 1000 kelahiran
1971 1980 1990
1
2
3
4
5
6
7
8
Daerah Istimewa Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
214
180
229
220
232
233
250
219
138
130
181
163
176
150
171
147
83
87
107
94
107
103
100
100
-
62
9
10
11
12
13
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
193
251
216
151
180
119
200
141
89
143
57
132
94
58
91
14
15
16
17
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Timor Timur
195
327
231
-
136
282
192
-
73
217
112
124
18
19
20
21
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
217
194
248
154
177
148
184
148
118
82
133
53
22
23
24
25
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
170
225
242
251
137
195
165
173
90
135
102
112
26
27
Maluku
Irian Jaya
216
126
184
155
111
117
INDONESIA 218 162 103
Sumber : Kasto dan H.Sembiring (1995)
Di antara propinsi-propinsi di Indonesia, propinsi Nusa Tenggara Barat
mempunyai tingkat kematian anak balita tertinggi yaitu 217 per 1000 kelahiran pada
tahun 1990, dan yang terendah adalah DKI Jakarta disusul DI Yogyakarta yang pada
tahun 1990 masing-masing sebesar 57 dan 58. Hal ini sejalan dengan tingkat
kematian bayi di ketiga propinsi tersebut yaitu pada tahun 1990, IMR di Propinsi
Nusa Tenggara Barat sebesar 145 sedangkan di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta
masing-masing sebesar 40 dan 42 per 1000 kelahiran.
6) Tingkat/Angka Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
-
63
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Informasi mengenai
tingginya AKI akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan
kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang
aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam
penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam
menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka
Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Keterangan :
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
Contoh.
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality
Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup.
-
64
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang
besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu
kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.
2.4.3. Standarisasi
Komposisi penduduk menurut umur sangat berpengaruh terhadap Tingkat
Kematian Kasar. Karakteristik-karakteristik penduduk lainnya yang juga mempunyai
pengaruh terhadap tingkat Kematian kasar adalah:
a. Antara penduduk daerah pedesaan dan daerah perkotaan
b. Penduduk dengan lapangan pekerjaan yang berbeda
c. Penduduk dengan perbedaan pendapatan
d. Perbedaan jenis kelamin
e. Penduduk dengan perbedaan status kawin
Kalau kita ingin membandingkan Tingkat Kematian Kasar antara dua
kelompok penduduk dengan struktur yang berbeda (misalnya struktur umur), kita
tidak dapat hanya melihat perbedaan Tingkat Kematian Kasar pada kedua kelompok
umur tersebut sebelum diadakan penyamaan jumlah penduduk menurut kelompok
umur tertentu. Cara penyamaan ini disebut standarisasi. Penduduk yang dipakai
sebagai penduduk standar, bisa penduduk dari salah satu kelompok yang
diperbandingkan atau penduduk dari negara lain. Angka kematian standarisasi
didefinisikan sebagai seluruh angka kematian yang akan berlaku di dalam suatu
jumlah penduduk standar apabila mempunyai angka kematian penduduk pada setiap
umur yang diselidiki. Jadi, persyaratan khusus yang harus dipenuhi ialah tersedianya
penduduk standard dan angka kematian penduduk yang sedang diselidiki yang
kedua-keduanya diterapkan khusus untuk setiap variable yang bersangkutan.
Standarisasi terbagi atas dua, yaitu standarisasi langsung dan standarisasi
tidak langsung. Proses standarisasi langsung mencakup penerapan berbagai angka
-
65
khusus umur terhadap struktur penduduk standar. Proses standarisasi tidak langsung
adalah penerapan seperangkat standar angka khusus menurut umur terhadap
penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian membandingkan jumlah kematian
yang sebenarnya dengan jumlah yang diharakan dengan dilandasi oleh asumsi bahwa
angka kematian standar memang berlaku.
Contoh.
Hitung Tingkat Kematian Kasar penduduk dari Negara A dan Negara B, dengan
jumlah penduduk Negara A sebagai penduduk standar (Tabel 2.3). Dengan
mempergunakan penduduk Negara A sebagai penduduk standar, maka Tingkat
Kematian Kasar untuk Negara A besarnya 37, dan Negara B sebesar 42. Apabila
perhitungan Tingkat Kematian Kasar di kedua Negara tersebut dengan tiga cara
yaitu: tanpa standar, dengan standar penduduk Negara A, dan dengan standar
penduduk Negara B, maka didapatkan variasi Tingkat Kematian Kasar untuk kedua
Negara tersebut sebagai berikut :
Negara A Negara B
Tidak mempergunakan standar 37 33
Penduduk Negara A sebagai standar 37 42
Penduduk Negara B sebagai standar 28 33
-
66
2.5. Latihan
Lengkapilah Tabel Standarisasi Berdasrakan Umur berikut ini:
Umur
Angka
kematian
standar
A B
Penduduk
Kematian
yang
diharapkan
Penduduk
Kematian
yang
diharapkan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 4 5 14 15 24 25 44 45 64
65 +
4,37
0,45
1,02
1,76
10,44
68,74
39,539
39,728
34,725
43,686
17,626
3,855
267,104 504,028
401,294
597,025
487,071
201,238
Total
Jumlah seluruh kematian yang benar-
benar terdaftar Rasio Kematian yang
distandarisasikan
Kematian yang diharapkan (SMR)
Angka Kematian Kasar (CDR)
Angka kematian yang distandarisasikan
secara tidak langsung
1291
8,86
22487
Isilah semua tanda titik-titiak () di atas!
2.6. Rangkuman
1. Mati ialah peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
2. Pengukuran data kematian diantaranya tingkat kematian kasar (Crude Death
Rate/CDR), tingkat kematian menurut umur (Age Specitic Death Rate/ASDR),
dan tingkat kematian bayi (Infant Death Rate/IDR).
-
67
3. Perbandingan tingkat kematian kasar penduduk dengan struktur yang berbeda
dilakukan dengan proses standarisasi melalui standarisasi langsung dan
standarisasi tidak langsung.
2.7. Tes Formatif
1. Apa yang membedakan standarisasi langsung dengan standarisasi tidak langsung
dalam menghitung angka kematian?
2. Jumlah penduduk, kematian dan angka kematian pada suatu tahun tertentu di
dua Negara A dan B (tercatat dalam kelompok umur) dinyatakan sebagai
berikut:
Negara A Negara B
Penduduk Kematian Angka
Kematian
Penduduk Kematian Angka
Kematian
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
1.000
1.600
1.800
2.000
2.000
100.000 90.000
70.000
30.000
10.000
2.000
900
2.800
1.500
1.500
1) Hitunglah angka kematian pada kolom di atas!
2) Hitung angka kematian kasar untuk kedua Negara!
3) Hitung rasio mortalitas yang sudah distandarisasikan untuk Negara B dengan
Negara A sebagai penduduk standar!
4) Hitung angka kematian yang distandarisasikan untuk Negara B!
2.8. Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka
sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 2 ini. Hitung
jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan
tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.
-
68
Rumus:
Tingkat Penguasaan:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
0% - 69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi
ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan
dari referensi lain yang berhubungan.
2.9. Kunci Jawaban
Tabel Standarisasi Angka Kematian Tidak Langsung Berdasarkan Umur berikut ini:
Umur
Angka
kematian
standar
A B
Penduduk
Kematian
yang
diharapkan
Penduduk
Kematian
yang
diharapkan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 4 5 14 15 24 25 44 45 64
65 +
4,37
0,45
1,02
1,76
10,44
68,74
39,539
39,728
34,725
43,686
17,626
3,855
173
28
35
77
184
265
267,104
504,028
401,294
597,025
487,071
201,238
1167
224
409
1051
5085
15070
Total 86,28 201,159 762 2475,760 23,009
Jumlah seluruh kematian yang benar-
benar terdaftar Rasio Kematian yang
distandarisasikan
Kematian yang diharapkan (SMR)
Angka Kematian Kasar (CDR)
Angka kematian yang distandarisasikan
secara tidak langsung
1291
1,694
8,86
15,01
22487
0,977
8,66
-
69
2.10. Daftar Pustaka
Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &
Sons. Inc.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.
Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
-
70
Modul 3
Tabel Kematian
3.1. Deskripsi
Tabel Kematian dimaknai sebagai model matematika yang digunakan untuk
merepresentasikan kematian dan lama hidup pada suatu populasi tertentu pada saat
tertentu yang tidak terpengaruh oleh distribusi umur penduduk, atau dapat dikatakan
Tabel Kematian berisi peluang seseorang meninggal menurut usianya. Tabel
kematian merupakan alat analisis yang amat penting dalam demografi, dalam hal
pengukuran taraf kematian suatu penduduk. Selain itu, table kematian juga banyak
digunakan dalam menganalisis tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk, migrasi
(perpindahan) penduduk, rata-rata panjang usia penduduk, tingkat kesehatan, dan
masih banyak lagi. Tabel kematian memberikan gambaran kepada kita tentang
sejarah kehidupan suatu kohor yang berangsur-angsur berkurang jumlahnya karena
kematian. Tabel kematian ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana disusun
berdasarkan tingkat kematian menurut umur. Dari table kematian ini dapat diukur
keadaan kematian anggota kohor, misalnya jumlah mereka yang masih bertahan
hidup pada berbagai tingkatan umur, harapan hidup sejak dilahirkan, atau umur rata-
rata yang dapat dicapai dari suatu kelompok penduduk tertentu.
Asumsi-asumsi dalam pembuatan table kematian adalah kohor hanya
berkurang secara berangsur-angsur karena kematian dan tidak ada migrasi masuk dan
migrasi keluar, kematian anggota kohor menurut pola tertentu pada berbagai tingkat
umur, kohor berasal dari radiks-radiks tertentu, dan pada tiap tingkat umur rata-rata
orang meninggal mencapai pertengahan antara dua tingkat umur berturut-turut.
-
71
3.2. Relevansi
Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari life table ini, maka pada
bab selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut mengenai life table ini, bagaimana cara
pembuatanya dan macam-macam dari life table itu sendiri. Pemahaman akan Tabel
Kematian akan sangat bermanfaat dalam menganalisis masalah kependudukan yang
terjadi guna menyusun sebuah strategi manajemen misalnya dalam Perusahaan
Asuransi, maupun dalam kepentingan bidang lain yang membutuhkan data
pertumbuhan penduduk.
3.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa setelah mempelajari modul ini, diharapkan mampu memahami dengan
baik unsur-unsur, cara pembuatan, dan kegunaan Tabel Kematian
3.4. Uraian Materi
3.4.1. Tabel kematian lengkap (complete life table):
Adalah tabel kematian yg dibuat lengkap, terperinci menurut umur satu
tahunan, dimulai dari umur 0 tahun dengan jumlah penduduk tertentu biasanya
100.000. Tabel ini terdiri dari 7 kolom 6 kolom diantaranya menyajikan fungsi table
kematian.
(1)
x
(2)
nqx
(3)
lx
(4)
d x
(5)
nLx
(6)
TX
(7)
ex
1
2
3
Keterangan dari Table Kematian ini adalah:
umur tepat, dalam tahun
-
72
Simbol menunjukkan bahwa anggota kohor yang dimaksud telah menjalani
hidup selama tahun atau pada saat tersebut berada pada ulang tahun .
nqx = kemungkinan meninggalnya penduduk yang berumur tahun sebelum
berumur tahun.
Contoh:
o 5q10 , Peluang kematian seseorang antara umur tepat 10 tahun dan 15 tahun,
dimana nilai 5q10 ini terletak sejajar dengan nilai .
o Nilai 5q40 = 0,05558
Artinya:
Sekitar 6% dari mereka telah mencapai ulang tahun ke-40 meninggal
sebelum mencapai tepat 45 tahun; atau
Probabilitas mereka yang berusia tepat 40 meninggal sebelum mencapai
tepat usia 45 tahun sebesar 0,06.
o Nilai 1q0 = 0,18848
Artinya:
Sekitar 19% dari sejumlah kelahiran hidup meninggal sebelum bayi
tersebut mencapai tepat satu tahun; atau
Probabilitas mereka yang berusia tepat 0 tahun meninggal sebelum usia
tepat 1 tahun adalah sebesar 0,19.
o Nilai wq75 = 1
Artinya:
Probabilitas orang akan meninggal setelah mencapai usia 75 tahun adalah
1. Simbol w untuk interval tak terhingga
jumlah penduduk yang hidup pada umur tepat tahun.
Contoh:
o jumlah orang pada saat tepat lahir
o jumlah orang yang berhasil mencapai ulang tahunnya yang ke-1
o l5 = jumlah orang yg berhasil mencapai ultah yang ke-5
o lo ditentukan secara sembarang, untuk kemudahan biasanya 100.000
-
73
o lo disebut radiks tabel kematian, yaitu jumlah orang yang akan diikuti sejak
kelahirannya hingga semua meninggal.
jumlah kematian antara umur dan umur
o Nilai 5d5 =1.229
Artinya jumlah kematian antara umur tepat 5 tahun hingga usia 10 tahun
adalah sebanyak 1.229 orang.
o Pengurangan radix dengan bayi yang mati (1d0) akan memperoleh jumlah
orang yang tetap hidup pada awal periode berikutnya (l1)
o Secara umum dapat dikatakan:
Tahun Kehidupan antara umur dan umur
o Jumlah tahun hidup yang dilalui oleh populasi (orang) pada kelompok umur
tertentu
Misalnya pada periode 5 tahun, antara ultah ke 5 dan 10, tiap orang hidup
5 tahun
Jika ada 98.000 orang yang berulangtahun, maka mereka semua
menghasilkan 5 x 98.000 = 490.000 tahun antara ultah mereka yang ke 5
dan 10
o Identik dengan konsep orang-tahun atau PYL
o Berarti semakin rendah rate kematian pada kelompok umur tertentu, semakin
banyak jumlah tahun hidup pada kelompok umur tersebut
Karena pada tiap kelompok umur, kecuali kelompok umur yang pertama dan
terakhir, kita mengasumsikan kematian terjadi pada pertengahan interval,
maka jumlah tahun hidup (nLx) dapat diperkirakan dengan formula:
-
74
Karena kematian bayi lebih banyak terjadi segera setelah dilahirkan maka
khusus untuk 1L0 dihitung dgn:
1L0 = 0,3 l0 + 0,7l1
Tahun total kehidupan setelah umur tepat
Merupakan jumlah semua tahun kehidupan yg dijalani kohor sejak umur tepat x
sampai semua anggota meninggal
Contoh:
o T0 = 1L0 + 5L1 + 5L5 + .+ wL75
o T1 = 5L1 + 5L5 + 5L10 + .+ wL75
o T65 = 5L65 + 5L70 + wL75
Sehingga TX dirumuskan
o T0 = 4.242.152
Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat lahir
sampai semua anggota kohor meninggal, menjalani 4.242.152 tahun kehidupan.
o T5 = 3.847.416
Artinya menunjukan bahwa kohort dengan radiks 100.000 orang dari saat
ultahnya yg kelima sampai semua anggota kohort meninggal menjalani
3.847.416 tahun kehidupan.
angka harapan hidup yaitu rata-rata jumlah tahun kehidupan setelah
mencapai umur tepat .
Dapat dirumuskan dengan:
Contoh:
Bahwa secara rata-rata seorang pada saat lahir akan dapat diharapkan hidup
selama 42,4 tahun
-
75
Bahwa secara rata-rata seorang yg telah mencapai ultahnya yg ke-5 secara
rata-rata akan hidup selama 52,8 tahun
3.4.2. Tabel kematian singkat (abridged life table):
Adalah tabel kematian yang meliputi seluruh umur tetapi tidak terperinci
tahunan, tapi menurut kelas interval (5 tahunan, 10 tahunan).
(1)
x
(2)
nqx
(3)
lx
(4)
dx
(5)
nLx
(6)
TX
(7)
ex
0 4
5 9
10 14
15 - 19
Tabel kematian singkat merupakan bentuk table kematian yang lebih pendek
tetapi ketepatannya hampir sama dengan table kematian lengkap. Tabel kematian ini
pada umumnya dihitung atas dasar kelompok umur lima tahunan. Di dalam suatu
populasi yang kurang baik distribusi umurnya, perhitungan dengan Tabel Kematian
singkat lebih tepat.
Beberapa notasi dalam kolom Tabel Kematian singkat ditulis dengan
subskrip sebagai berikut:
n , dimana n adalah besarnya jenjang (interval) dan x menyatakan tepat
umur x, dan digunakan sebagai permulaan interval. Sebagai contoh ialah jumlah
kematian di antara umur tepat dan umur tepat .
-
76
Untuk , dan tidak mempunyai subskrip pada , , , dan
, karena mereka berhubungan dengan populasi pada umur tepat .
Beberapa rumus dari table kematian singkat adalah sebagai berikut:
Contoh menyusun Tabel Kematian Singkat:
Umur (x)
0 100000 0,09399
1-4 0,05001
5-9 0,01573
10-14 0,01218
15-19 0,01739
20-24 0,02268
25-29 0,02591
30-34 0,02941
35-39 0,03337
40-44 0,03819
45-49 0,04575
50-54 0,06190
55-59 0,08396
60-64 0,12460
65-69 0,81082
70-74 0,27160
75-79 0,39481
80 1,00000
-
77
Melengkapi table dan
Umur (x) 0 100000 9399 0,09399
1-4 90601 4531 0,05001
5-9 86070 1353,9 0,01573
10-14 84716 1031,8 0,01218
15-19 83684 1455,3 0,01739
20-24 82229 1865 0,02268
25-29 80364 2082,2 0,02591
30-34 78282 2302,3 0,02941
35-39 75980 2535,4 0,03337
40-44 73444 2804,8 0,03819
45-49 70639 3231,7 0,04575
50-54 67408 4172,5 0,06190
55-59 63235 5309,2 0,08396
60-64 57926 7217,6 0,12460
65-69 50708 41115 0,81082
70-74 9593 2605,5 0,27160
75-79 6987,5 2758,7 0,39481
80 4228,8 4228,8 1,00000
Melengkapi kolom
Umur (x) 0 100000 9399 0,09399 93420,7
1-4 90601 4531 0,05001 350118,3
5-9 86070 1353,9 0,01573 426965
10-14 84716 1031,8 0,01218 421000
15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5
20-24 82229 1865 0,02268 406482,5
25-29 80364 2082,2 0,02591 396615
30-34 78282 2302,3 0,02941 385655
35-39 75980 2535,4 0,03337 373560
40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5
-
78
45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5
50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5
55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5
60-64 57926 7217,6 0,12460 271585
65-69 50708 41115 0,81082 150752,5
70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25
75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75
80 4228,8 4228,8 1,00000 10572
Melengkapi kolom
Umur (x) 0 100000 9399 0,09399 93420,7 5105836
1-4 90601 4531 0,05001 350118,3 5012415
5-9 86070 1353,9 0,01573 426965 4662297
10-14 84716 1031,8 0,01218 421000 4235332
15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5 3814332
20-24 82229 1865 0,02268 406482,5 3399549
25-29 80364 2082,2 0,02591 396615 2993067
30-34 78282 2302,3 0,02941 385655 2596452
35-39 75980 2535,4 0,03337 373560 2210797
40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5 1837237
45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5 1477029
50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5 1131912
55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5 805304
60-64 57926 7217,6 0,12460 271585 502401,5
65-69 50708 41115 0,81082 150752,5 230816,5
70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25 80064
75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75 38612,75
80 4228,8 4228,8 1,00000 10572 10572
-
79
Melengkapi kolom
Umur
(x)
0 100000 9399 0,09399 93420,7 5105836 51,05836
1-4 90601 4531 0,05001 350118,3 5012415 55,32406
5-9 86070 1353,9 0,01573 426965 4662297 54,16866
10-14 84716 1031,8 0,01218 421000 4235332 49,99447
15-19 83684 1455,3 0,01739 414782,5 3814332 45,58018
20-24 82229 1865 0,02268 406482,5 3399549 41,34246
25-29 80364 2082,2 0,02591 396615 2993067 37,24387
30-34 78282 2302,3 0,02941 385655 2596452 33,16792
35-39 75980 2535,4 0,03337 373560 2210797 29,09708
40-44 73444 2804,8 0,03819 360207,5 1837237 25,01547
45-49 70639 3231,7 0,04575 345117,5 1477029 20,90954
50-54 67408 4172,5 0,06190 326607,5 1131912 16,79195
55-59 63235 5309,2 0,08396 302902,5 805304 12,7351
60-64 57926 7217,6 0,12460 271585 502401,5 8,673161
65-69 50708 41115 0,81082 150752,5 230816,5 4,551875
70-74 9593 2605,5 0,27160 41451,25 80064 8,346086
75-79 6987,5 2758,7 0,39481 28040,75 38612,75 5,525975
80 4228,8 4228,8 1,00000 10572 10572 2,5
3.5. Latihan
1. Lengkapi Tabel Kematian berikut:
dx qx Lx Tx
0 1000 0,1
1 0,111
2 0,1250
3 0,1429
4 0,1667
5 0,2000
-
80
6 0,2500
7 0,333
8 0,5000
9 1,000
10 0
2. Buatlah Tabel Kematian Yang Dipersingkat untuk jangka 10 tahun untuk Tabel
Kematian Australia 1961!
3.6. Rangkuman
1. Tabel kematian merupakan salah satu alat analisis dalam mortalitas yang tidak
memerlukan penggunaan penduduk standar untuk membandingkan tingkat
mortalitas. Life table merupakan tabel hipotetis dari sekumpulan orang yang
dilahirkan pada waktu yang sama (kohort) yang karena proses kematian,
jumlahnya semakin lama semakin berkurang dan akhirnya habis.
2. Kegunaan Tabel Kematian adalah untuk membandingkan tingkat mortalitas,
untuk mengukur kemajuan yang diperoleh dari upaya pemeliharaan kesehatan
khususnya anak-anak yang tercermin dari angka harapan hidup, dan sebagai
dasar untuk perhitungan bidang asuransi jiwa bagi penentuan premi
3. Bentuk table kematian terdiri dari Tabel kematian lengkap (complete life
table): tabel kematian yang dibuat lengkap, terperinci menurut umur satu
tahunan, dan Tabel kematian singkat (abridged life table): tabel kematian yang
meliputi seluruh umur tetapi tidak terperinci tahunan, tapi menurut kelas
interval (5 tahunan, 10 tahunan).
3.7. Tes Formatif
Jadikan Tabel Kematian Australia Tahun 1961 yang menjadi acuan untuk menjawab
pertanyaan berikut:
Suatu industry di Australia secara konstan merekrut sejumlah pegawai baru berumur
20 tahun, dan semuanya mengundurkan diri dari pekerjaan pada umur 60 tahun.
-
81
Apabila dimisalkan selama itu di dalam perusahaan tersebut tidak ada pegawai yang
mengundurkan diri.
1. Berapa tahun masa kerja rata-rata setiap pegawai?
2. Hitung rasio antara pengunduran diri yang terjadi setiap ahun dengan
penerimaan pegawai baru?
3. Hitung rasio antara staf yang sudah berumur melebihi 50 tahun dengan jumlah
seluruh staf.
4. Hitung rasio antara pegawai yang sudah berhenti bekerja dengan anggota staf
yang masih aktif.
5. Hitung rasio antara kematian setiap tahun pegawai yang berhenti bekerja dengan
kematian yang pegawai yang masih aktif bekerja.
3.8. Tindak Lanjut
Jika anda telah selesai mengerjakan soal latihan dan tes formatif di atas, maka
sesuaikan dengan kunci jawaban yang ada di bagian terakhir modul 3 ini. Hitung
jawaban anda yang benar kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk menentukan
tingkat penguasaan anda terhadap materi modul ini.
Rumus:
Tingkat Penguasaan:
90% - 100% = Baik Sekali
80% - 89% = Baik
70% - 79% = Cukup
0% - 69% = Kurang
Jika tingkat penguasaan anda di bawah 80%, maka diharapkan mengulangi materi
ini, khususnya bagian-bagian yang belum dipahami, serta menambah pengetahuan
dari referensi lain yang berhubungan.
-
82
3.9. Kunci Jawaban
1. Tabel Kematian
Melengkapi table dan
dx qx 0 1000 100 0,1
1 900 99,9 0,111
2 800,1 100,01 0,1250
3 700,09 100,04 0,1429
4 600,04 100,03 0,1667
5 500,02 100 0,2000
6 400,01 100 0,2500
7 300,01 99,903 0,333
8 200,11 100,05 0,5000
9 100,05 100,05 1,000
10 0 0 0
Melengkapi table
dx qx Lx 0 1000 100 0,1 950
1 900 99,9 0,111 850,05
2 800,1 100,01 0,1250 750,0938
3 700,09 100,04 0,1429 650,0662
4 600,04 100,03 0,1667 550,0312
5 500,02 100 0,2000 450,0157
6 400,01 100 0,2500 350,0122
7 300,01 99,903 0,333 250,0587
8 200,11 100,05 0,5000 150,0803
9 100,05 100,05 1,000 200,1302
10 0 0 0 0
Melengkapi table
-
83
Lx Tx 0 1000 100 0,1 950 5150,538
1 900 99,9 0,111 850,05 4200,538
2 800,1 100,01 0,1250 750,0938 3350,488
3 700,09 100,04 0,1429 650,0662 2600,395
4 600,04 100,03 0,1667 550,0312 1950,328
5 500,02 100 0,2000 450,0157 1400,297
6 400,01 100 0,2500 350,0122 950,2815
7 300,01 99,903 0,333 250,0587 600,2692
8 200,11 100,05 0,5000 150,0803 350,2105
9 100,05 100,05 1,000 200,1302 200,1302
10 0 0 0 0 0
Melengkapi kolom
dx qx Lx Tx
0 1000 100 0,1 950 5150,538 5,150538
1 900 99,9 0,111 850,05 4200,538 4,66725
2 800,1 100,01 0,1250 750,0938 3350,488 4,187587
3 700,09 100,04 0,1429 650,0662 2600,395 3,714385
4 600,04 100,03 0,1667 550,0312 1950,328 3,250304
5 500,02 100 0,2000 450,0157 1400,297 2,800496
6 400,01 100 0,2500 350,0122 950,2815 2,375621
7 300,01 99,903 0,333 250,0587 600,2692 2,000827
8 200,11 100,05 0,5000 150,0803 350,2105 1,750116
9 100,05 100,05 1,000 200,1302 200,1302 2,000232
10 0 0 0 0 0 0
o
3.10. Daftar Pustaka
Caswell, Hal. 2005. Applied Mathematical Demography. New York : John Wiley &
Sons. Inc.
-
84
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyarkarta : Pustaka Pelajar.
Pollard, A.H. 1984. Demographic Techniques. Australian : Pergamon Press Pty Ltd.
-
85
Modul 4
Fertilitas
4.1. Deskripsi
Istilah fertiitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu
terlepasnya bayi dari rahm seorang perempuan dengan adanya tanda-tanda
kehidupan, misalnya berteriak, bernapas, menangis, jantung berdenyut , dan
sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut
dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu
peristiwa kelahiran. Seorang perempuan yang secara biologis subur (fecund) tidak
selalu melahirkan anak-anak yang banyak, misalnya dia mengatur fertilitas dengan
abstinensi atau menggunakan alat-alat kontrasepsi. Kemampuan biologis seorang
perempuan untuk melahirkan sangat sulit untuk diukur.
Pengukuran fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran
mortalitas, karena seorang perempuan hanya meninggal satu kali, tetapi ia dapat
melahirkan lebih dari seorang bayi. Di samping itu seseorang yang meninggal pada
hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko
kematian lagi . sebaliknya seorang perempuan yang telah melahirkan seorang anak
tidak berarti resiko melahirkan dari perempuan tersebut menurun. Kompleksnya
pengukuran fetilitas, karena kelahiran melibatkan dua orang (suami dam istri),
sedangkan kematian hanya melibatkan saru orang saja (orang yang meninggal).
Masalah yang lain yang dijumpai dalam pengukuran fertilitas adalah tidak semua
perempuan mengalami resiko melahirkan karena ada kemungkinan beberapa dari
mereka tidak mendapat pasangan untuk berumah tangga. Juga ada beberapa
perempuan yang bercerai, menjanda. Memperhatikan masalah dia atas , terdapat
variasi pengukuran fertilitas yang dapat diterapakan, dan masing-masing mempunyai
keuntungan dan kelemahan..
-
86
4.2. Relevansi
Fertilitas sebagai salah satu komponen demografi menjadi alasan utama untuk
mempelajari bab ini, sebagai satu kesatuan dengan bab yang sudah dipelajari
sebelumnya maupun bab yang akan dipelajari. Pemahaman mahasiswa mengenai
berbagai ukuran dasar demografi akan lebih memudahkan mempelajari bab ini, dan
akan sangat bermanfaat dalam mengkaji masalah kelahiran yang terjadi di Indonesia.
4.3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Mahasiswa memahami dengan baik konsep fertilitas dalam demografi dengan
berbagai jenis angka kematian dan faktor penyebab terjadinya fertilitas, dan
mengaplikasikannya dalam data riil.
4.4. Uraian Materi
4.4.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan
1) Tingkat Fertilitas Kasar (CBR)
Tingkat fertilitas kasar didefenisikan sebagai banyaknya kelahiran hidup pada
suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Atau dapat
dituliskan dengan rumus:
Dimana
CBR = Tingkat kelahiran kasar
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, dan
K = Bilangan konstan, biasanya 1000
-
87
Contoh.
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia, pada tahun 1961 ditaksir 4.334.347
bayi yang lahir dalam tahun sensus tersebut dan jumlah penduduk diperkirakan
sebanyak 96.371.421 jiwa pada 1 Juli 1961 sehingga
Dengan demikian diperoleh bahwa Tingkat kelahiran kasar sebesar 44,975 kelahiran.
Perlu dicatat bahwa tujuan program KB tidak hanya menurunkan jumlah anak
yang dilahirkan, tetapi juga merupakan upaya utama untuk ikut mewujudkan
keluarga sejahtera. Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1992, keluarga
berencana telah mendapatkan defenisi yang baru dan semakin luas yaitu upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(Siswanto,1996).
Akibat pelaksanaan program ini terjadi penurunan angka kelahiran kasar dari
39,9 persen kelahiran per 1000 penduduk pada taun 1870 menurun menjadi 35,9
pada tahun 1976. Jadi selama enam tahun terjadi penurunan fertilitas sebesar 10
persen. Pada tahun 2005 diperkirakan angka kelahiran kasar sebesar 19,5 kelahiran
per 1000 penduduk (Ananta, 1989).
Di samping penurunan angka kelahiran kasar, juga terjadi penurunan angka
kematian kasar, maka mulai periode tahun 1980-1990 laju pertumbuhn penduduk
menurun (kecuali di Pulau Kalimantan). Pada periode tahun 1971-1980 laju
pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,3 persen, pada periode tahun 1980-1990
dan 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk terus menurun , masing-masing menjadi
1.9 persen dan 1.3 persen.
-
88
2) Tingkat Fertilitas Umum (GFR)
Tingkat Fertilitas Kasar yang telah dibicarakan sebagai ukuran fertilitas
masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Kita mengetahui bahwa penduduk yang mempunyai
resiko hamil adalah perempuan dalam usia reproduksi (umur 15-49 tahun). Dengan
alasan tersebut ukuran fertilitas ini perlu diadakan perubahan yaitu membandingkan
jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi
sebagai penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun tetapi
jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun umur 15-49 tahun. Tingkat fertilitas
penduduk yang dihasilkan dari perhitungan ini disebut Tingkat Fertilitas Umum yang
ditulis dengan rumus:
Dimana
GFR = Tingkat Fertilitas Umum
B = Jumlah kelahiran setahun
Pf(15-49) = Jumlah wanita yang berumur 15-49 tahun
k = Bilangan konstan, biasanya 1000
3) Tingkat Fertilitas Menurut Umur (ASFR)
Terdapat variasi mengenai besar kecilnya kelahiran antarkelompok-kelompok
penduduk tertentu, karena tingkat fertilitas penduduk ini dapat pula dibedakan
menurut: jenis kelamin, umur, status perkawinan, atau kelompok-kelompok
penduduk yang lain.
Di antara kelompok perempuan usia reproduksi (15-49) terdapat variasi
kemmpuan melahirkan, karena itu perlu dihitung tingkat fertilitas perempuan pada
-
89
tiap-tiap kelompok umur (age specific fertility rate). Perhitungan tersebut dapat
dikerjakan dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
ASFRi = tingkat kelahiran untuk kelompok umur
Bi = jumlah kelahiran pada kelompok umur ke-i
Pfi = jumlah perempuan kelompok umur i pada pertengahan tahun
k =angka konstanta
Contoh
Berikut ini disajikan tingkat kelahiran khas-umur untuk Indonesia, 1961, seperti pada
table berikut ini:
Tabel 3. Kelompok Umur Jumlah perempuan,jumlah kelahiran tingkat fertilitas
menurut umur per 1000 perempuan
Umur
Penduduk Wanita
Kelahiran
menurut umur
ibu
ASFR
(1) (2) (3) (4)
15-19 1.170.505 151.697 129,6
20-24 859.154 208.001 242,1
25-29 777.519 186.138 239,4
30-34 842.807 169.910 201,6
35-39 810.804 103.621 127,8
40-44 683.817 44.927 65,7
45-49 504.942 4.999 9,9
Jumlah ASFR 1.061,1
-
90
4) Tingkat Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (BOSFR)
Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur
tinggi rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri untuk menambah
kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri
mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu,
dan juga umur anak yang masih hidup. Tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran
dapat ditulis dengan rumus:
Dimana:
BOSFR = tingkat kelahiran menurut urutan kelahiran
Boi = Jumlah kelahiran urutan ke I
Pf(15-49) =jumlah perempuan umur 15-49 pertengahan tahun
k =bilangan konstanta (biasanya 1000)
Penjumlahan dari tingkat fertilitas menurut urutan kelahiran menghasilkan
tingkat fertilitas umum (general fertility rate).
Sebagai contoh, dikutipkan sebuah table tingkat fertilitas menurut urutan
kelahiran dari negara Amerika Serikat tahun 1942, 1960, dan 1967 (table 10.6).
tingkat fertilitas menurut umur dan menurut urutan kelahiran, adalah dua buah
contoh dari tingkat kelahiran khusus. Ada beberapa macam variasi lagi, misalnya
berdasarkan status perkawinan, pendidikan yang ditamatkan, pendapatan, dan
pekerjaan, Metode perhitungan tingat fertilitas khusus ini sama dengan dua contoh di
atas.
-
91
Tabel 4. Tingkat Fertilitas menurut Urutan Kelahiran Di Amerika Serikat Tahun
1942, 1962,1967
Urutan Kelahiran Tingkat Kelahiran per 1000 perempuan umur
15-44
1942 1960 1967
Pertama 37,5 31,1 30,8
Kedua 22,9 29,2 22,6
Ketiga 11,9 22,8 13,9
Keempat 6,6 14,6 8,3
Kelima 4,1 8,3 4,8
Keenam dan ketujuh 4,6 7,6 4,5
kedelapan dan urutan
yang lebih tinggi
3,9 4,3 2,7
GFR 91,5 118,0 87,6
5) Standarisasi Tingkat Fertilitas
Tinggi rendahya tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa
variable misalnya, umur, status perkawinan, atau karakteristik yang lain. Seperti
halnya dengan mortalitas, kalau kita ingin membandingkan tingkat fertilitas di
beberapa negara, maka pengaruh veriabel-variabel tersebut perlu dinetralisir dengan
menggunakan teknik standarisasi sehingga hanya satu variable yang berpengaruh.
Teknik standarisasi yang digunakan sama dengan teknik standarisasi yang digunakan
untuk pengukuran mortalitas. Kalau diketahui tingkat fertilitas menurut umur di
negara A dan B, dan ingin dibandingkan tingkat kelahiran umum di kedua negara
tersebut, maka tingkat fertilitas menurut umur dikalikan dengan jumlah penduduk
standar dari masing-masing kelompok umur.
-
92
4.4.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
1) Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rates = TFR).
Tingkat Fertilitas Total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki
dan perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya
dengan catatan:
1. Tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya;
2. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu.
Tingkat Fertilitas Total menggambarkan riwayat fertilitas dari sejumlah
perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat
kematian dari table kematian penampang lintang (Cross sectional life table).
Dalam praktek Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat
Fertilitas perempuan menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan,
dengan asumsi bahwa tingkat fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata
tingkat fertilitas kelompok umur lima tahunan, maka rumus dari Tingkat Fertilitas
Total atau TFR adalah sebagai berikut:
F 5 ASF i
Dimana:
TFR = Total Fertilitas Rate
= Penjumlah tingkat fertilitas menurut umur
ASFRi = tingkat fertilitas menurut umur ke I dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
Apabila kita melihat kembali Tabel 3.1 didapat jumlah tingkat fertilitas
menurut umur sebesar 1.016,1 maka besarnya Tingkat Fertilitas Total adalah:
TFR = 5
= 5 x 1.016,1
= 5.080,5
-
93
Ini berarti tiap 1.000 perempuan setelah melewati masa suburnya akan melahirkan
5.080,5 bayi laki-laki dan perempuan atau setiap perempuan Jawa Tengah pada
periode 1971-1976 melahirkan 5,08 bayi laki-laki dan perempuan.
2) Gross Reproduction Rates (GRR)
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000
perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti
Tingkat Fertilitas Total. Perhitungan Gross Reproduction Rate sebagai di bawah ini
G 5 ASF fi
Dimana:
ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke-i dari kelompok berjenjang 5
tahunan.
Kelemahan dari perhitungan GRR ialah mengabaikan kemungkinan
perempuan meninggal sebelum masa reproduksinya berakhir. Agar hal ini tidak
diabaikan maka digunakan perhitungan Net Reproduction Rate.
3) Net Reproduction Rate (NRR)
Net Reproduction Rate adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah
kohor hipotesis dari 1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan
meninggalkan perempuan-perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Misalnya sebuah kohor yang terdiri dari 1.000 bayi perempuan, beberapa dari
perempuan tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga umur 20, sebagian
hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya sebagian yang
dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut dihitung
jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu dengan
-
94
mengalikannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur
tersebut. Dalam prakteknya perhitungan Net Reproduction Rate dapat didekati
dengan rumus di bawah ini: