analisis kandungan polifenol dari hasil fermentasi paecilomyces sp isolat fungi endofit kulit buah...

34
xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………... iii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iv HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………. v UCAPAN TERIMA KASIH............................................................. vi ABSTRAK..................................................................................... ix ABSTRACT................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................. xi DAFTAR TABEL........................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR....................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 4 II.1 Uraian Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) ……….. 4 II.1.1 Klasifikasi ……………………………………………….. 4 II.1.2 Nama Lain ………………………………………………. 5 II.1.3 Morfologi ………………………………………………… 5 II.1.4 Kandungan Kimia …………………………………….... 5 II.2 Fungi ………………………………………………………. 6 II.3 Fungi Endofit ……………………………………………. . 8 II.4 Fermentasi Mikroorganisme……………………………... 12 II.5 Senyawa Polifenol ……………………………………….. 15 II.6 Spektrofotometer Sinar Tampak dan Ultraviolet ……… 17

Upload: dion-prayoga

Post on 29-May-2017

236 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………... iii

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… iv

HALAMAN PERNYATAAN…………………………………………. v

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................. vi

ABSTRAK..................................................................................... ix

ABSTRACT................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................. xi

DAFTAR TABEL........................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR....................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 4

II.1 Uraian Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) ……….. 4

II.1.1 Klasifikasi ……………………………………………….. 4

II.1.2 Nama Lain ………………………………………………. 5

II.1.3 Morfologi ………………………………………………… 5

II.1.4 Kandungan Kimia …………………………………….... 5

II.2 Fungi ………………………………………………………. 6

II.3 Fungi Endofit ……………………………………………. . 8

II.4 Fermentasi Mikroorganisme……………………………... 12

II.5 Senyawa Polifenol ……………………………………….. 15

II.6 Spektrofotometer Sinar Tampak dan Ultraviolet ……… 17

Page 2: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

xii

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ………………………….. 19

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan ………………………. 19

III.2 Penyiapan Kultur Fungi Endofit ………………………. 19

III.2.1 Peremajaan Fungi Endofit ………………………. ….. 19

III.2.2 Pembuatan Suspensi Fungi Endofit ………………..... 20

III.2.3 Pembuatan Media Kultur ……………………………… 20

III.2.4 Pembuatan Media Produksi …………………………… 20 20

III.2.5 Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder ………………… 20 20

III.3 Uji Kualitatif Metabolit Sekunder ……………………….. 21

III.4 Uji Kuantitatif Ekstrak Etil Asetat ……………….………. 21

III.4.1 Pembuatan Larutan Natrium Karbonat 10% ............... 21

III.4.2 Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Baku Asam Galat 21

III.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Spektogram 22

III.4.4 Penentuan Kandungan Polifenol ………….………… 22

III.5 Pengolahan dan Analisis Data …………………………. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………. 23

IV.1 Hasil Penelitian ………………………………………….… 23

IV.2 Pembahasan ………………………………………………. 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 29

V.1 Kesimpulan ………………………………………………….. 29

V.2 Saran …………………………………………………………. 29

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 30

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 33

Page 3: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil KLT ekstrak etil asetat isolat fungi endofit………………….. 23

2. Hasil pengukuran kadar polifenol dengan menggunakanmetode spektrofotometri……………………………………………… 23

3. Hasil pengukuran serapan larutan baku asam galat…………….. 38

Page 4: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rumus Struktur Polifenol……………………………………………. 15

2. Kerangka Dasar Flavonoid ………………………........................... 16

3. Foto Isolat Fungi Endofit Paecilomyces sp ………………………. 25

4. Foto Identifikasi Noda Hasil Kromatografi Lapis Tipis…………… 26

5. Foto Hasil Fermentasi……………………………………………….. 37

6. Foto Proses Pemecahan Sel Fungi dengan Menggunakan alat

Sonikasi ………………………………………………………………. 37

7. Grafik Hubungan Antara Serapan Larutan Asam Galat BakuPembanding Dengan Konsentrasi Pada Panjang Gelombang763 nm ………………………………………………………………… 37

8. Grafik Penentuan Kandungan Polifenol Lapisan Air Ekstrak EtilAsetat Dengan Pereaksi Folin Ciocalteau…………………..………. 39

Page 5: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Skema Kerja Fermentasi Isolat Fungi Endofit ……………. 33

II. Skema Kerja Uji Kualitatif …………………………………... 34

III. Skema Kerja Pembuatan Larutan Baku Asam Galat ……. 35

IV. Skema Kerja Penentuan Kandungan Polifenol……………. 36

V. Hasil Fermentasi ……………………………………………… 37

VI. Hasil Analisis Data Spektrofotometer ……………………….. 38

Page 6: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman dan mikroorganisme mempunyai hubungan yang sangat

erat satu sama lain. Mikroorganisme dapat menyerang tanaman sehingga

menyebabkan penyakit pada tanaman inangnya, sementara ada pula

mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tanaman inangnya.

Mikroorganisme pada tanaman terdiri dari dua jenis yaitu mikroorganisme

yang tinggal di permukaan tanaman disebut epifit (epiphyte) dan

mikroorganisme yang tinggal di dalam tanaman disebut endofit

(endophyte) (1).

Potensi yang dimiliki tanaman sebagai bahan baku obat tak ternilai

harganya, perlu terus-menerus mendapat perhatian kita semua. Hal ini

untuk menjaga tingkat produksi obat herbal tersebut dengan bahan baku

obat herbal yang terbatas karena sebagian besar bahan baku obat herbal

diambil dari tanaman inangnya, sehingga dikhawatirkan bahwa sumber

daya hayati ini akan musnah disebabkan karena adanya kendala dalam

budidayanya (2).

Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan

tanaman pada periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk

koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap

tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang

mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit sekunder yang

Page 7: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

2

diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic

recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroba endofit (3).

Sebagian besar endofit ini menghasilkan metabolit sekunder jika

dikultur fermentasi (4). Di dalam medium fermentasi tersebut mikroba

endofit umumnya dapat menghasilkan senyawa sejenis yang terkandung

pada tanaman inang dengan bantuan aktivitas suatu enzim (5).

Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman

inangnya dan telah berhasil dibiakkan dalam media perbenihan yang

sesuai, salah satunya adalah fungi endofit dari kulit buah kakao di mana

kandungan yang terdapat dalam kulit buah kakao terdiri dari substansi

flavonoid yang mempunyai sifat fisik sebagai antioksidan, antibakteri,

antiinflamasi, serta mampu menetralkan asam dalam mulut (9).

Salah satu tanaman yang memiliki fungi endofit adalah tanaman

coklat atau tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk ke dalam

familia Sterculiaceae. Tanaman kakao memiliki banyak khasiat salah

satunya berkhasiat sebagai antioksidan. Tanaman kakao mengandung

teobromin 0,4%b/b, kalium 3-4%, polisakarida yang meliputi pektin, gom,

dan selulosa, serta senyawa-senyawa polifenol, antara lain: katekin,

epikatekin, antosianin, proantosianidin, asam-asam fenolat, tannin

terkondensasi, dan flavonoid-flavonoid lainnya (6, 7). Katekin yang

terkandung di dalam tanaman kakao berkhasiat sebagai antimikroba

terhadap beberapa bakteri patogen dan kariogenik, Senyawa tersebut

bersifat bakterisida (8, 9, 10). Katekin merupakan salah satu komponen

Page 8: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

3

substansi flavonoid yang terdapat dalam kulit buah kakao mampu

menghambat keaktifan glucosyltransferase (GTF). Kemampuan enzim

GTF dapat mengubah sukrosa menjadi glukan yang bertanggung jawab

terhadap adhesi streptococcus mutans pada permukaan gigi. Selain

manfaat di atas ada satu hal yang mungkin dapat dikembangkan dari kulit

buah kakao yaitu fungi endofit (9).

Sartini telah memperoleh isolat fungi endofit dari tanaman kakao,

salah satunya yaitu Paecilomyces sp (11). Hasil penelitian Cho, kultur

Paecilomyces sp pada media fermentasi yang divariasikan dengan

sumber nitrogen menunjukkan adanya peningkatan produksi pigmen

merah sebanyak sembilan kali lipat (12).

Permasalahannya adalah apakah hasil fermentasi Paecilomyces sp

dari isolat fungi endofit kulit buah kakao (Theobroma cacao L.)

mengandung senyawa polifenol. Untuk itu akan dilakukan analisis

kandungan senyawa polifenol dari hasil fermentasi Paecilomyces sp fungi

endofit kulit buah kakao (Theobroma cacao L.) secara analisis kualitatif

dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan analisis

kuantitatif dengan menggunakan metode Folin Ciocalteau. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis kadar dari kandungan polifenol total hasil

fermentasi Paecilomyces sp dari isolat fungi endofit kulit buah kakao

(Theobroma cacao L.) dengan menggunakan baku pembanding asam

galat.

Page 9: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

Tanaman coklat atau tanaman kakao (Theobroma cacao L.), suku

sterculiaceae, merupakan suatu jenis tanaman hutan hujan tropis.

Tanaman kakao bersifat antimikroba terhadap terhadap beberapa bakteri

patogen dan kariogenik, juga berkhasiat sebagai antioksidan, mencegah

penyakit-penyakit degeneratif utamanya penyakit kardiovaskuler, kanker,

dan antivirus. Penelitian-penelitian mengarah kepada kakao makin banyak

dilakukan saat ini karena adanya kandungan flavour dan atau lemak

kakao, juga karena aktivitas antioksidan dan antimikrobanya banyak

memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan (9)

II.1.1 Klasifikasi (13)

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman berwujud pohon

yang berasal dari Amerika Selatan.

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Anak Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Page 10: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

5

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L.

II.1.2 Nama lain (13)

Yunani : Theobroma

Malaysia : Koko

Inggris : Chocolate / cocoa

Indonesia : Kakao

II.1.3 Morfologi (13,14)

Tanaman coklat mempunyai tinggi sekitar 5-10 m. Batang berkayu

(lignosus), bulat, percabangan monopodial, dan berwarna cokelat kotor.

Daun tunggal bertangkai, bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,

panjang daun 10-48 cm, lebar 4-20 cm, berwarna hijau. Bunga tunggal,

berada di ketiak daun, berkelamin dua, kelopak putih dengan panjang 6-8

mm, mahkota panjang 8-9 mm, benang sari bentuk periuk, stamodia ungu

tua, ujung putih, bakal buah beruang lima, bunga berwarna merah.

Buah kakao termasuk buah buni, bulat telur, kulit buah tebal,

panjang 12-22 cm, berwarna merah. Bijinya berbentuk bulat telur, dibalut

selaput putih, tebal, berwarna cokelat. Akarnya termasuk akar tunggang,

bercabang, bulat, dan berwarna kecokelatan.

II.1.4 Kandungan Kimia

Tanaman kakao termasuk dalam suku Sterculiaceae. Tanaman

kakao kaya akan senyawa-senyawa kimia, antara lain : asam asetat,

alanin, alkaloid, arginin, asam askorbat, asam askorbat oksidase, beta-

Page 11: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

6

karoten, kafein, katekin, katekol, selulosa, asam sitrat, kumarin, sianidin,

epigalokatekin, glukosa, glikosida, epikatekin, leusin, lipase, nitrogen,

asam hidroksifenil asetat, polifenol-oksida, polifenol, asam stearat,

sukrosa, tannin (8).

Kulit buah kakao mengandung theobromin sekitar 0,4% b/b dan

kalium 3-4% b/b dalam sampel kering, pigmen kakao (campuran dari

flavanoid terpolimerasi atau terkondensasi meliputi antosianidin, katekin,

leukoantosianidin) yang kadang berikatan dengan glukosa, karbohidrat

berbobot molekul besar (polisakarida) dan berbobot molekul rendah

(monosakarida). Kulit buah kakao mengandung polisakarida meliputi

pektin, gom, dan selulosa (15).

II.2 Fungi

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang

berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan

mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler)

dan ada yang tersusun dari beberapa sel (multiseluler) (16).

Organisme yang termasuk dalam mikroorganisme adalah bakteri,

artchaea dan virus yang termasuk dalam golongan prokariotik sedangkan

fungi, protozoa dan algae termasuk dalam golongan eukariotik (16).

Fungi adalah eukariota, dan sebagian besar adalah eukariota

multiseluler. Meskipun fungi pernah dikelompokkan ke dalam kingdom

tumbuhan, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari

eukariota lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi

Page 12: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

7

struktural, serta pertumbuhan dan reproduksi. Pada kenyataannya, kajian

molekuler menunjukkan bahwa fungi dan hewan kemungkinan berasal

dari satu nenek moyang yang sama (17).

Fungi merupakan protista nonfotosintetik yang tumbuh dengan

bercabang, jalinan filamen (hifa) yang dikenal dengan sebutan miselium.

Meskipun hifa memiliki sekat atau septa, akan tetapi septa umumnya

memiliki pori yang cukup besar sehingga ribosom, mitokondria dan

bahkan nukleus dapat mengalir dari satu sel ke sel lain. Sebagian besar

fungi membentuk dinding selnya terutama dari kitin (17,18).

Kata fungi dan kapang dapat menimbulkan kesan yang tidak

menyenangkan. Fungi menguraikan kayu, menyerang tumbuhan, merusak

makanan, dan menyebabkan penyakit lain pada manusia seperti gatal-

gatal pada kaki atlet dan penyakit yang lebih buruk lagi. Akan tetapi,

ekosistem akan musnah jika tidak ada fungi yang menguraikan organisme

mati, dedaunan yang gugur, feses dan bahan organik lain. Hampir semua

tumbuhan bergantung pada fungi simbiotik yang membantu akarnya

menyerap mineral dan air dari dalam tanah. Kita memakan beberapa jenis

fungi, membiakkan fungi untuk menghasilkan antibiotik dan obat-obatan

lainnya, menambahkan fungi ke adonan agar adonan mengembang, dan

menggunakan fungi untuk memfermentasi bir dan anggur (17).

Fungi menempati lingkungan yang sangat beraneka ragam dan

berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme. Meskipun paling

sering ditemukan di habitat darat, beberapa fungi hidup di lingkungan

Page 13: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

8

akuatik, dimana fungi tersebut berasosiasi dengan organisme laut dan air

tawar serta dengan bangkainya. Lichen, perpaduan simbiotik antara fungi

dan alga, banyak terdapat di mana-mana dan ditemukan di beberapa

habitat yang sangat tidak bersahabat di bumi ini; gurun yang dingin dan

kering di antartika, tundra alpin dan arktik. Fungi simbiotik lainnya hidup di

dalam jaringan tumbuhan yang sehat, dan spesies lain membentuk

mutualisme-mutualisme pengkonsumsi-selulosa dengan serangga, semut

dan rayap (17).

Hampir semua tumbuhan bergantung pada fungi simbiotik yang

membantu akarnya menyerap mineral dan air dari dalam tanah. Kita

mengonsumsi beberapa jenis fungi, membiakkan fungi untuk

menghasilkan antibiotik dan obat-obatan lainnya, dan menambahkan fungi

ke adonan agar mengembang, serta menggunakan fungi untuk

memfermentasi bir dan anggur (17).

Secara umum, fungi dapat dibagi atas dua kelompok berdasarkan

atas tipe selnya yaitu : fungi yang bersifat uniselluler (khamir, ragi, yeast)

dan fungi yang bersifat multiselluler (kapang, jamur, cendawan) (19).

II. 3 Fungi Endofit

Endofit merupakan mikroorganisme yang tumbuh dalam jaringan

tanaman tetapi tidak membahayakan inangnya, dapat diisolasi dari

jaringan tanaman yang telah disterilisasi permukaan ataupun diekstraksi

dari dalam jaringan tanaman. Endofit dapat memiliki beberapa efek yang

menguntungkan pada inangnya dan dapat digunakan sebagai kontol

Page 14: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

9

biologis bagi hama tanaman, juga dapat mempertinggi karakteristik

tanaman seperti meningkatkan ketahanan terhadap kering, panas,

efisiensi nitrogen, sebagai bioherbisida dan juga memiliki efek

farmakologis (4).

Mikroba endofit mampu menghasilkan enzim yang penting untuk

kolonisasi dalam jaringan tanaman. Enzim-enzim yang dihasilkan seperti

enzim perombak oligosakarida, xylanase, mannanase, dan inulinase.

Selain itu, endofit juga dapat menghasilkan pemacu tumbuh, hormon dan

zat antibiotik serta metabolit sekunder lain yang bermanfaat dalam bidang

pertanian, farmasi maupun industri (4).

Fungi endofit berpenetrasi ke dalam sel tanaman melalui celah

alami ataupun lewat luka, lentisel, serangga, kumbang tanduk, dan

beberapa binatang yang hidup dan berkembang biak di pohon.

Tampaknya juga dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dengan

menggunakan enzim hidrolitik seperti cellulase dan pektinase. Selain itu

fungi endofit juga dapat menghasilkan pemacu tumbuh, hormon, dan zat

antibiotik serta metabolit sekunder lain yang bermanfaat dalam bidang

pertanian, farmasi maupun industri (4, 20).

Pada umumnya isolat mikroba endofit adalah fungi. Fungi tumbuh

dalam bentuk filamen-filamen yang tumbuh dari bagian tanaman pada

permukaan medium isolasi. Kebanyakan isolat fungi yang diperoleh

termasuk dalam golongan fungi imperfekti atau deuteromisetes. Sebagian

besar endofit ini menghasilkan metabolit sekunder jika dikultur fermentasi.

Page 15: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

10

Akan tetapi, temperatur, komposisi medium, dan derajat aerasi sangat

menentukan jumlah dan macam komponen yang dihasilkan oleh fungi

endofit (4).

Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi ini merupakan

organisme yang sangat heterogen. Fungi endofit digolongkan ke dalam

kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina. Keragaman pada jasad ini

cukup besar seperti pada Loculoascomycetes, Discomycetes, dan

Pyrenomycetes, selain itu ada juga fungi endofit meliputi genus Pestalotia,

Pestalotiopsis, Monochaetia, dan lain-lain (4). Fungi endofit dimasukkan

ke dalam famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus yaitu Atkinsonella,

Balansiae, Balansiopsis, Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiae

umumnya dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup secara

simbiosis mutualistik dengan tumbuhan inangnya. Dalam simbiosis ini,

fungi dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan

oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi tumbuhan inang

dari serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh

fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (21).

Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya digolongkan

dalam 2 kelompok (21):

1. Mutualisme konstitutif yaitu asosiasi yang erat antara fungi dengan

tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi endofit

menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih

serta organ penyerbukan inang.

Page 16: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

11

2. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara fungi dengan tumbuhan

inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara.

Jenis ini hanya menginfeksi bagian vegetatif inang dan seringkali

berada dalam keadaaan metabolisme inaktif pada periode yang cukup

lama.

Jamur endofit memiliki arti ekonomis penting di masa depan karena

menyimpan potensi tak terbatas yang saat ini belum banyak diaplikasikan

dalam bidang industri farmasi sebagai sumber bahan baku obat, enzim,

dan senyawa biologis berkhasiat lainnya. Jamur endofit hidup intraseluler

di dalam jaringan tanaman yang sehat. Kemungkinan terjadi rekombinasi

genetik dengan inangnya, sehingga beberapa endofit telah terbukti

menghasilkan senyawa alami yang karakteristik bagi inangnya (22)

Komunitas fungi endofit yang terdapat dalam tanaman kakao hasil

identifikasi morfologi dan sekuensing rDNA, antara lain genus dari :

Acremonium, Blastomyces, Botryosphaeria, Cladosporium, Colletotrichum,

Cordyceps, Diaporthe, Fusarium, Geotrichum, Gibberella, Gliocladium,

Lasiodiplodia, Monilochoetes, Nectria, Pestalotiopsis, Phomopsis,

Pleurotus, Pseudofusarium, Rhizopycnis, Syncephalastrum, Trichoderma,

Verticillium, dan Xylaria (30).

Hasil identifikasi Nur Ima Fatimah terhadap isolat fungi endofit dari

kulit buah kakao, antara lain genus dari : Acremonium, Beauveria, dan

Aspergillus (9).

Page 17: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

12

II.4 Fermentasi Mikroorganisme

Pada awalnya, fermentasi diartikan sebagai adanya gelembung

yang timbul pada saat terjadinya proses perubahan gula atau pati menjadi

minuman beralkohol. Kemudian, fermentasi diartikan sebagai proses

pembentukan alkohol dari substrat gula, tanpa memperdulikan apakah

proses ini disebabkan oleh agen biologik ataupun tidak. Kemudian datang

pendapat dari Pasteur, dia menyatakan proses fermentasi terjadi pada

keadaan anaerobik dimana mikroorganisme menghasilkan energi tanpa

adanya oksigen. Pada saat sekarang, makna fermentasi telah

berkembang, mencakup aktivitas metabolisme mikrobial baik melalui

proses aerobik ataupun anaerobik dimana terjadi perubahan kimia spesifik

dari suatu substrat organik. Dan jika ditinjau dari pandangan indusri

mikrobiologi maka pengertian ini berkembang menjadi semua proses yang

terjadi dikarenakan atau dilakukan oleh mikroorganime yang

menghasilkan produk yang bernilai ekonomis (23).

Pada beberapa tahun belakangan ini, banyak produk hasil

fermentasi mikrobial yang memiliki nilai komersil yang telah dipelajari

secara intensif, tetapi dari semuanya hanya beberapa yang diterapkan

hingga sekarang. Adanya proses yang lebih baik, nilai ekonomis yang

rendah, kurangnya biaya untuk menghasilkan produk fermentasi telah

menghambat penggunaan komersil dari berbagai produk hasil fermentasi

ini, meskipun demikian di masa mendatang penggunaan secara komersil

mungkin dapat terlaksana jika kondisi ini telah berubah (23).

Page 18: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

13

Dalam proses fermentasi mikroorganisme, pemilihan medium yang

tepat adalah sangat penting terhadap kesuksesan industri fermentasi.

Medium menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan, energi, zat pembangun

sel, dan substrat biosintesis produk fermentasi. Medium yang digunakan

untuk menumbuhkan fungi mengandung sumber karbon (umumnya

glukosa), sumber nitrogen (umumnya amonia atau nitrat terkadang asam

amino), fosfat, sulfat, magnesium, potasium, dan unsur mikro seperti besi,

mangan, zink, tembaga. Dan sebagai tambahan, terkadang juga

ditambahkan pada medium sumber dari bahan alam seperti air rendaman

jagung, ekstrak yeast, jus buah-buahan, dan protein terhidrolisa. (23, 24)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam proses

fermentasi mikroorganisme antara lain : (24)

1. Kultur Permukaan (surface culture)

Pada metode ini, medium diinokulasikan spora atau miselium fungi.

Miselium akan tumbuh diseluruh permukaan medium cair membentuk

suatu koloni bervariasi. Ini merupakan metode yang paling mudah dan

murah, akan tetapi memiliki beberapa kerugian yaitu pertumbuhan yang

tidak homogen dimana koloni terdiri dari beberapa miselium yang berbeda

pertumbuhannya dan lingkungan tumbuhnya dimana miselium yang

berada diatas pemukaan koloni berada dalam kondisi yang lebih aerobik

dibandingkan yang dibawah permukaan koloni, hal ini berkebalikan pada

keadaan kontak dengan medium.

Page 19: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

14

2. Kultur dengan pengocokan (shaker culture)

Pada metode ini medium dikocok setelah diinokulasikan spora atau

miselium sehingga pertumbuhan akan tampak pada seluruh medium.

Kelebihan metode ini dibandingkan dengan metode kultur permukaan

yaitu pemanfaatan medium oleh mikroorganisme lebih efisien,

mempercepat pertumbuhan dan pertumbuhannya lebih homogen.

3. Kultur dengan pengocokan, mengalirkan udara (stirred aerate culture)

Metode ini merupakan pengembangan dari metode kultur dengan

pengocokan, menggunakan pengaduk medium dan jalur udara atau

oksigen. Dikarenakan efisiensi pengocokan dan aerasi produksi dapat

meningkat pesat dan ini merupakan metode yang paling efisien untuk

memproduksi metabolit fungi dalam skala besar.

4. Kultur berkelanjutan (continous culture)

Metode ini dilakukan dengan cara berkala mengganti medium pada

fermentor dengan medium fermentasi yang baru, hal ini akan

menyebabkan proses fermentasi akan terus berlangsung. Metode ini akan

sangat bermanfaat untuk penelitian laboratorium fermentasi, karena

dengan menjaga ketersediaan medium baru kita dapat menjaga proses

fermentasi pada tahapan yang diinginkan sementara efek yang lain

dipelajari.

Page 20: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

15

II.5 Senyawa Polifenol

Polifenol adalah suatu senyawa yang mempunyai beberapa gugus

hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Polifenol kakao utamanya

flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami (6).

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol alam yang dalam

tumbuhan merupakan aglikon mengandung 15 atom karbon yang terdiri

dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier

terdiri dari 3 atom C6 dan 3 atom karbon sehingga mempunyai struktur

dasar C6-C3-C6. Setiap atom C6 yang merupakan cincin benzene yang

dihubungkan dengan tiga karbon (C3) rantai alifatis yang dapat pula

membentuk cincin ketiga. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau

isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (25).

Gambar 1. Struktur Polifenol

Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis

yang sama, yang memasukkan prazat dari alur sikimat dan alur asetat

malonat. Flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua jalur itu

bertemu. Flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis

15

II.5 Senyawa Polifenol

Polifenol adalah suatu senyawa yang mempunyai beberapa gugus

hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Polifenol kakao utamanya

flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami (6).

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol alam yang dalam

tumbuhan merupakan aglikon mengandung 15 atom karbon yang terdiri

dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier

terdiri dari 3 atom C6 dan 3 atom karbon sehingga mempunyai struktur

dasar C6-C3-C6. Setiap atom C6 yang merupakan cincin benzene yang

dihubungkan dengan tiga karbon (C3) rantai alifatis yang dapat pula

membentuk cincin ketiga. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau

isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (25).

Gambar 1. Struktur Polifenol

Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis

yang sama, yang memasukkan prazat dari alur sikimat dan alur asetat

malonat. Flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua jalur itu

bertemu. Flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis

15

II.5 Senyawa Polifenol

Polifenol adalah suatu senyawa yang mempunyai beberapa gugus

hidroksil (-OH) pada cincin aromatiknya. Polifenol kakao utamanya

flavonoid mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami (6).

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol alam yang dalam

tumbuhan merupakan aglikon mengandung 15 atom karbon yang terdiri

dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier

terdiri dari 3 atom C6 dan 3 atom karbon sehingga mempunyai struktur

dasar C6-C3-C6. Setiap atom C6 yang merupakan cincin benzene yang

dihubungkan dengan tiga karbon (C3) rantai alifatis yang dapat pula

membentuk cincin ketiga. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis

struktur, yakni 1,3-diarilpropan atau flavonoid, 1,2-diarilpropan atau

isoflavonoid, dan 1,1-diarilpropan atau neoflavonoid (25).

Gambar 1. Struktur Polifenol

Semua varian flavonoid saling berkaitan karena alur biosintesis

yang sama, yang memasukkan prazat dari alur sikimat dan alur asetat

malonat. Flavonoid pertama dihasilkan segera setelah kedua jalur itu

bertemu. Flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada biosintesis

Page 21: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

16

yaitu khalkon dan semua bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui

berbagai alur. Modifikasi flavonoid lebih lanjut mungkin terjadi pada

berbagai tahap dan menghasilkan penambahan atau pengurangan

hidroksilasi, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid; isoprenilasi gugus

hidroksil atau inti flavonoid; metilenasi gugus orto-dihidroksi; dimerisasi

(pembentukan) bisulfit; dan yang terpenting glikosilasi gugus hidroksil

(pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukan

flavonoid C-glikosida) (25).

Senyawa flavonoid terdiri atas beberapa jenis, tergantung pada

tingkat oksidasi dari rantai propan dari system 1,3-diarilpropan. Dalam hal

ini, flavon mempunyai tingkat oksidasi yang terendah sehingga senyawa

ini dianggap sebagai senyawa induk dalam tatanama senyawa-senyawa

turunan flavon (25).

Senyawa flavonoid yang terdapat pada kulit buah kakao antara lain

antosianidin, katekin, dan leukoantosianidin (15).

Gambar 2. Kerangka Dasar Flavonoid (25)

Page 22: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

17

II.6 Spektrofotometer Sinar Tampak dan Ultraviolet

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang (26).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau

blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absobsi antara sampel

dan blanko (26)

1. Sumber : Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi

adalah lampu wofram. Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu.

i= KVn , i = arus cahaya, V = tegangan, n = eksponen.

2. Monokromator : Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil

penguraian, dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka

prisma atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan yang

diinginkan.

3. Sel absorpsi : Pada pengukuran pada daerah tampak kuvet kaca atau

kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada

Page 23: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

18

daerah UV harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus

cahaya pada daerah ini.

4. Detektor : Peranan detektor penerima adalah memberikan respon

terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut:

Tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel pertama

sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih

fotosel yang cocok 650-1100 nm agar daerah yang diperlukan dapat

terliputi. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup (nol) galvanometer

didapat dengan memutar tombol sensivitas. Dengan mengggunakan

tombol transmitansi kemudian atur besarnya pada 100% . Lewatkan

berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala

absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel (26).

Komposisi pereaksi FC (Folin Ciocalteu), yaitu : (29)

- Natrium Tungstat P (Na2WO4 P) 100 g

- Natrium Molibdat (Na2Mo04 P) 25 g

- Asam Fosfat (H2PO4 P) 50 ml

- Asam Klorida (HCl P) 100 ml

- Litium Sulfat (LiSO4) 150 g

- Brom P (Br2 P)

- Air suling 1000 ml

Page 24: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

19

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan yang digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah autoklaf (All American Model 25x -

2), batang pengaduk, corong pisah, enkas, elenmeyer (pyrex), gelas ukur

(pyrex), gelas piala (pyrex), inkubator (WTB Binder), pelat KLT silica

GF254, LAF (Laminar Air Flow) (Envirco), lemari pendingin (Panasonic),

pinset, pipet kapiler, shaker incubator (Gemmy Orbit), sentrifuge (model

DKC-1006T), sonikasi (soniclean), spektrofotometer UV-VIS (Agilent),

spoit, tabung sentrifuge, timbangan analitik, vial.

Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, asam hidroklorida,

asam asetat glasial, asam galat, Dimetil Sulfooksida (DMSO), etanol 96%,

ekstrak yeast, ekstrak maltosa, etil asetat, glukosa, isolat fungi endofit kulit

buah kakao Paecilomyces sp ( Koleksi Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar), Kalium Bifosfat (KH2PO4),

kapas, kertas saring, magnesium sulfat, n-butanol, natrium karbonat,

pepton, PDA (Potato Dekstrosa Agar), Folin-Ciocalteau (E.Merck)

III.2 Penyiapan Kultur Fungi Endofit

III.2.1 Peremajaan Fungi

Medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) dibuat dalam bentuk agar

miring. Kemudian isolat fungi endofit yang telah diperoleh dari penelitian

sebelumnya, diinokulasi pada media agar miring. Diinkubasi selama 3 x 24

jam pada suhu 25 oC.

Page 25: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

20

III.2.2 Pembuatan Suspensi Fungi Endofit

Isolat fungi endofit dari kulit buah kakao yang telah diremajakan di

dalam medium PDA (Potato Dekstrosa Agar) ditambahkan dengan 2 ml air

suling, kemudian spora isolat fungi endofit dilepaskan dari media agar.

III.2.3 Pembuatan Media Kultur

Ekstrak khamir ditimbang sebanyak 0,15 g, ekstrak malt sebanyak

0,15 g, pepton sebanyak 0,25 g, glukosa sebanyak 0,5 g, ditambahkan air

suling hingga 50 ml, lalu ditambahkan isolat fungi endofit yang telah

disuspensikan, diukur pHnya, kemudian difermentasi selama 3 hari.

III.2.4 Pembuatan Media Produksi

Ekstrak khamir ditimbang sebanyak 0,2 g, glukosa sebanyak 2 g,

pepton sebanyak 0,2 g, MgSO4 sebanyak 0,05 g, KH2PO4 sebanyak 0,05

g, ditambahkan 10 ml larutan media kultur yang telah difermentasi selama

3 hari, lalu ditambahkan air suling hingga 100 ml, diukur pHnya, kemudian

difermentasi selama 10 hari. Hasil fermentasi media produksi kemudian

disonikasi, setelah itu disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama

15 menit, kemudian dipisahkan supernatan dan endapannya yang berupa

massa sel.

III.2.5 Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder

Supernatan yang diperoleh dari hasil fermentasi media produksi

yang sebelumnya telah disentrifugasi disesuaikan pHnya sampai pH 3

dengan penambahan HCl 2N, supernatan diekstraksi dengan

menggunakan etil asetat di dalam corong pisah, setelah itu diuapkan,

Page 26: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

21

kemudian ekstrak etil asetat yang diperoleh siap untuk diuji kualitatif dan

kuantitatif.

III.3 Uji Kualitatif Metabolit Sekunder

Ekstrak etil asetat diuji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Ekstrak

ditotolkan pada pelat KLT silika gel 60 F254 dengan menggunakan pipa

kapiler. Selanjutnya, ekstrak dikromatografi di dalam wadah yang telah

dijenuhkan dengan eluen (n-butanol : asam asetat glasial : H2O, 9:1:3)

lalu pelat dikeringkan, kemudian diamati di bawah sinar UV 254 nm dan

366 nm. Setelah diamati, kemudian disemprot dengan pereaksi semprot,

FeCl3 dan Sitratborat. Jika terlihat noda, maka noda tersebut diberi tanda

dengan pensil. Lalu dihitung harga Rf-nya.

III.4 Uji Kuantitatif Ekstrak Etil Asetat

III.4.1 Pembuatan Larutan Natrium Karbonat 10%

Natrium karbonat ditimbang seksama sebanyak 1 g, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 10 ml, kemudian dilarutkan dengan 10,0 ml air suling.

Larutan kemudian didiamkan selama satu malam.

III.4.2 Pembuatan Larutan Standar dan Kurva Baku Asam Galat

Asam galat ditimbang seksama sebanyak 10 mg, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 10 ml, kemudian dilarutkan dengan 10,0 ml air suling.

Larutan standar asam galat dipipet sebanyak 10,0 l; 20,0 l; 30,0 l; 40,0

l; 50,0 l lalu ditambahkan air suling sampai 5,0 ml, hingga diperoleh

larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 bpj. Masing-masing dimasukkan

dalam labu tentukur 5,0 ml, ditambah dengan 100,0 l pereaksi Folin

Page 27: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

22

Ciocalteau, dihomogenkan lalu ditambah 100,0 l larutan Na2CO3 10%,

kemudian ditambahkan air suling sampai 5,0 ml, dikocok sampai

homogen. Didiamkan selama 2 jam pada suhu kamar, lalu diukur serapan

pada panjang gelombang 763 nm.

III.4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Spektogram

Larutan standar asam galat konsentrasi 6 bpj diukur panjang

gelombang maksimum (maks) 443 nm – 1100 nm.

III.4.4 Penentuan Kandungan Polifenol

Ekstrak ditimbang seksama sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan 2

tetes DMSO, dimasukkan ke dalam labu tentukur 5,0 ml, kemudian

ditambahkan air suling sampai 5,0 ml. Larutan sampel dipipet 1,0 ml,

ditambahkan 100,0 l pereaksi Folin Ciocalteau, dihomogenkan, dan

ditambahkan 100,0 l Na2CO3 10%, kemudian dimasukkan ke dalam labu

tentukur 5 ml, lalu ditambahkan air suling sampai 5,0 ml. Diukur serapan

pada panjang gelombang 763 nm. Dilakukan 3 kali pengulangan sehingga

kadar polifenol yang diperoleh hasilnya didapat sebagai mg ekuivalen

asam galat/g.

III.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa persen kadar dari pengujian

kuantitatif.

Page 28: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil penelitian

Setelah dilakukan fermentasi dari isolat fungi endofit Paecilomyces

sp, uji kualitatif dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis, dan

uji kuantitatif dengan menggunakan metode spektrofotometri diperoleh

data pengamatan sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etil asetat isolat fungi endofit

Sampel Sinar UV Reagen semprot

254 nm 366 nm FeCl3Sitratborat+UV

366 nm Keterangan

Lapisan AirEkstrak Etil Asetat

Nodaberwarna

coklat

Nodaberpendar

kuning

Nodaberwarna

coklat

Noda berpendardan tampaklebih kuning

Positifmengandung

flavonoid

Lapisan EtilAsetat

Nodaberwarna

coklat

Nodakurang

berpendar

Nodaberwarnakehitaman

Tidak terlihatnoda

Negatif

Sampel adar Polifenol (%)

Lapisan air ekstrak etilasetat

0, 275 % b/b

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar polifenol yang dihtung sebagai asamgalat dengan menggunakan metode spektrofotometer

Page 29: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

24

IV.2 Pembahasan

Pada penelitian ini dilakukan pengujian analisis kadar polifenol dari

hasil fermentasi isolat fungi endofit Paecilomyces sp yang diekstraksi

dengan pelarut etil asetat.

Media fermentasi yang digunakan adalah media kultur yang

mengandung ekstrak khamir, ekstrak maltosa, pepton, glukosa, dan air

suling yang selanjutnya ditambahkan ke dalam media produksi yang

mengandung ekstrak khamir, glukosa, pepton, MgSO4, KH2PO4, dan air

suling. Media kultur merupakan media pertumbuhan untuk fungi sehingga

pertumbuhannya lebih banyak sedangkan media produksi merupakan

media yang digunakan untuk pertumbuhan sel fungi juga untuk

pembentukan enzim dalam menghasilkan metabolit sekunder. Ekstrak

khamir digunakan karena ekstrak khamir merupakan sumber nitrogen

yang mengandung asam amino, peptida, dan polipeptida hasil pecahan

ikatan peptida secara enzimatik di dalam khamir, vitamin, dan sebagai

sumber nutrisi di dalam medium mikrobiologi (27). Ekstrak khamir memiliki

total nitrogen sebanyak 10,70 % dan amino nitrogen 5,40% (27), sehingga

sangat baik digunakan sebagai sumber nitrogen dalam nutrisi

pertumbuhan mikroorganisme dan untuk menghasilkan metabolit

sekunder. Pemecahan sel fungi yang dilakukan dengan menggunakan

seperangkat alat sonikator yang bekerja dengan cara mengubah getaran

listrik untuk memecah ikatan antar molekul sehingga terjadi pemecahan

Page 30: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

25

sel gunanya untuk memecahkan sel supaya cairan intraselnya keluar dari

dalam sel.

1

2

(A) (B)

Gambar 3. Foto Isolat Fungi Endofit Paecilomyces spKeterangan :

(A) : Difoto dari depan(B) : Difoto dari belakang1. Isolat Fungi Endofit Paecilomyces sp2. MediaPDA

Isolat fungi endofit Paecilomyces sp yang digunakan berasal dari

kulit buah kakao. Isolat fungi endofit Paecilomyces sp yang telah

diremajakan pada media PDA (Potato Dextrosa Agar) dapat dilihat pada

gambar 3. Hasil fermentasi kemudian dipartisi dengan pelarut etil asetat

menggunakan corong pisah, ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

pelarut etil asetat yang baru pada larutan sampel secara terus menerus

agar mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya

kontaminasi sampel (33). Seluruh lapisan air dan lapisan etil asetat

diuapkan, selanjutnya masing-masing residu yang ada ditambahkan

etanol 96% sebagai pelarut untuk dilakukan KLT.

Page 31: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

26

Pada tabel 1 terlihat bahwa pada uji kualitatif dengan cara

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan menggunakan eluen n-butanol :

asam asetat glasial : air dengan perbandingan 9 : 1 : 3 menunjukkan

bahwa lapisan air dari hasil ekstraksi etil asetat memberikan hasil positif

mengandung polifenol golongan flavonoid dimana pada UV 366 nm noda

yang berpendar berwarna kuning, setelah disemprot dengan pereaksi

sitroborat yang merupakan pereaksi spesifik untuk golongan flavonoid

noda yang tampak lebih kuning berpendar pada gambar 4B, sedangkan

pada saat disemprot dengan pereaksi FeCl3 yang merupakan pereaksi

spesifik untuk golongan fenol, noda yang muncul berwarna kecoklatan

(28), dapat dilihat pada gambar 4C. Untuk lapisan etil asetat menunjukkan

hasil negatif terhadap senyawa fenol dimana tidak terlihat noda setelah

disemprot dengan pereaksi sitroborat dan pereaksi FeCl3.

1 2 1 2 1 2(A) (B) (C)

Gambar 4. Foto Identifikasi Kromatografi Lapis TipisKeterangan :

(A) ; Sebelum disemprot dengan pereaksi sitroborat pada UV 366 nm(B) : Setelah disemprot dengan pereaksi sitroborat pada UV 366 nm(C) : Setelah disemprot dengan pereaksi FeCl3

1 : Hasil fermentasi ekstrak lapisan air2 : Hasil fermentasi ekstrak lapisan etil asetat

Page 32: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

27

Pada pengujian KLT digunakan eluen yang bersifat polar maka

senyawa polar akan terelusi lebih dahulu dan memiliki nilai Rf yang lebih

tinggi, dibandingkan dengan senyawa non-polar ataupun semipolar. Pada

penampakan noda lempeng di UV 366 nm diketahui bahwa terdapat

senyawa flavonoid, karena pada kulit buah kakao mengandung pigmen

kakao (campuran dari flavonoid terpolimerasi atau terkondensasi meliputi

antosianidin, katekin, leukoantosianidin) yang kadang berikatan dengan

glukosa, karbohidrat berbobot molekul besar (polisakarida) dan berbobot

molekul rendah (monosakarida) (15).

Berdasarkan penelitian sebelumnya diperoleh noda hasil KLT di

dalam ekstrak hasil fermentasi isolat fungi endofit Paecilomyces sp

terdapat senyawa polifenol, golongan flavonoid. Flavonoid di dalam isolat

fungi endofit Paecilomyces sp mempunyai aktivitas antibakteri. Salah satu

flavonoid yaitu katekin yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Streptococcus mutans (31).

Selanjutnya, dilakukan uji kuantitatif dengan menggunakan baku

pembanding asam gallat untuk mengukur kadar polifenol lapisan air dari

hasil ekstraksi etil asetat dengan cara spektrofotometri menggunakan

pereaksi Folin Ciocalteau. Hasil pengukuran kadar polifenol lapisan air

dari hasil ekstraksi etil asetat diperoleh 0,275 % b/b dihitung sebagai

asam galat. Kadar total polifenol yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

senyawa polifenol yang terkandung di dalam hasil fermentasi

Paecilomyces sp isolat fungi endofit kulit buah Kakao (Theobroma cacao)

Page 33: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

28

memiliki kadar yang rendah yaitu 0,275 % b/b dihitung sebagai asam

galat, dari hasil penelitian sebelumnya di dalam ekstrak etanol kulit buah

Kakao (Theobroma Cacao) diperoleh kadar total polifenol sebesar 0,91 %

b/b dihitung sebagai asam galat (32). Untuk lapisan etil asetat tidak

dilakukan pengukuran karena ditinjau dari hasil pengujian KLT lapisan etil

asetat yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang negatif mengandung

senyawa polifenol, kemungkinan disebabkan karena kadar polifenolnya

yang sangat kecil sehingga tidak terdeteksi pada analisis kualitatif KLT.

Page 34: ANALISIS KANDUNGAN POLIFENOL DARI HASIL FERMENTASI Paecilomyces sp ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis kadar polifenol dari hasil

fermentasi Paecilomyces sp isolat fungi endofit kulit buah kakao

(Theobroma cacao L.) sebesar 0,275 % b/b dihitung sebagai asam galat.

V.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai variasi media fermentasi dan

optimasi kondisi fermentasi dari isolat fungi endofit Paecilomyces sp.

29