penyakit pembuluh kayu (oncobasidium theobromae) pada tanaman kakao (theobroma cacao l.)

42
PENYAKIT PEMBULUH KAYU ( Oncobasidium theobromae ) PADA TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. ) MAKALAH Oleh : Cut Tia Mardi 110301062 AET 1A LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN i

Upload: cut-tia-mardi

Post on 28-Apr-2015

231 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENYAKIT PEMBULUH KAYU ( Oncobasidium theobromae ) PADA

TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. )

MAKALAH

Oleh :

Cut Tia Mardi110301062AET 1A

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

i

Page 2: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENYAKIT PEMBULUH KAYU ( Oncobasidium theobromae ) PADA

TANAMAN KAKAO ( Theobroma cacao L. )

MAKALAH

Oleh :

CUT TIA MARDI110301062AET I / IA

Makalah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Pra Praktikal Test di Laboratorium Dasar Perlindungan Sub Penyakit Program Studi Agroekoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh :Dosen Penanggung Jawab

( Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr )NIP : 195511211981031002

Diketahui Oleh : Diperiksa Oleh: Asisten Koordinator Asisten Korektor

( Muklis Adi Putra ) ( Rifai Fauzi ) NIM : 080302017 NIM : 080302019

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

ii

Page 3: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari makalah ini adalah “Penyakit Pembuluh Kayu (Oncobasidium theobromae) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)” sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman yaitu Ir. Mukhtar Iskandar Pinem M.Agr dan (All Dosen), serta mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang asisten yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012

( Cut Tia Mardi )

iii

Page 4: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

Rahmat dan Hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya.

Adapun judul dari makalah ini adalah “Penyakit Pembuluh Kayu

(Oncobasidium theobromae) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)”

sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di Laboratorium

Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu

Dosen mata kuliah Dasar Perlindungan Tanaman yaitu Ir. Mukhtar Iskandar

Pinem M.Agr, serta mengucapkan terima kasih kepada kakak dan abang asisten

yang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk penyempurnaan makalah

ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak yang

membutuhkan.

Medan, Maret 2012

( Penulis )

iv

Page 5: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................... iii

PENDAHULUAN

Latar Belakang..................................................................................... 1Tujuan Penulisan.................................................................................. 2Kegunaan Penulisan............................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman.................................................................................. 3 Syarat Tumbuh.................................................................................... 4

Tanah .......................................................................................... 5Iklim ........................................................................................... 5

Biologi Penyebab Penyakit ................................................................. 8Daur Hidup Penyakit............................................................................ 9Gejala Serangan ................................................................................... 10Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ........................ 11Pengendalian ....................................................................................... 12

PERMASALAHAN

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

Page 6: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1 Hifa O.theobromae 8

2 Hifa vegetatif dan monilioid O. theobromae 9

3 Daun dan batang yang terinfeksi VSD 10

4 Daur hidup penyakit VSD 17

vi

Page 7: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Indonesia vascular streak dieback (VSD) untuk pertama kali

ditemukan di pulau sebatik, di perbatasan antara Sabah dan Kalimantan Timur,

pada tahun 1983. Pada tahun 1984 penyakit ditemukan di Maluku dan Sulawesi

Tenggara (Anon,1987). Pada tahun 1985 mendadak penyakit ditemukannya di

perkebunan Bunisari, Garut, Jawa Barat. Setelah dilakukan pengamatan dengan

teliti diketahui bahwa VSD juga sudah terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Pengamatan yang dilakukan di Sumatera Utara tidak menemukan penyakit ini

(Soenaryo dan Sri Soekamto,1985).

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya

cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan

kerja, sumber pendapatan, dan devisi negara.. Disamping itu kakao juga berperan

dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri.

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah negara

Pantai Gading (1.276.000 ton ) dan Ghana (586.000 ton) produksi biji kakao

sekitar 456.000 ton per tahun (Departemen Perindustrian, 2007; Suryana

dkk,2005).

Penyakit telah di kenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956. Seterusnya

pada tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini , dan pada tahun 1970 di

Sabah. Karna merupakan penyakit baru , di Indonesia besarnya kerugian karena

penyakit ini belum diketahui. Di Malaysia penyakit menimbulkan kerugian 10-

35% (Chan dan Wazir 1976).

1

Page 8: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Penyebab penyakit ,Oncobasidium theobromae Talbot et Keane. Menurut

Talbot dan Keane (1971) yang membuat uraian berdasarkan atas jamur yang

terdapat di Papua Nugini. Sampai sekarang belum diketahui tanaman lain yang

dapat menjadai inang bagi jamur ini. mengingat VSD hanya terdapat di Asia

Tenggara dan Kepulauan Melanesia, sedang di daerah-daerah ini kakao baru

dibudidayakan selama kurang dari seratus tahun pada penyakit Oncobasidium

theobromae Talbot et Keane mempunyai tanaman inang di antara tumbuhan asli

di daerah itu.(Talbot dan keane,1971).

Pada pengujian ketahanan yang dilakukan di Papua Nugini , diketahui juga

bahwa kultivar-kultivar Trinitario lebih tahan terhadap VSD. Terdapat petunjuk

yang kuat bahwa ketahanan ini bersifat horizontal yang dikendalikan oleh banyak

gen(Keane dan Prior,1992)

2

Page 9: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui penyakit (Oncobasidium

theobromae Talbot et Keane) pada tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). dan

mengetahui ge;jala serangan serta pengendaliaanya.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai bahan penulisan laporan untuk melengkapi persyaratan dalam

menempuh pra praktikal di Sub Penyakit, Fakultas Universitas Sumatera

Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal tes di

Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

3

Page 10: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Susanto (1994) , Sistematika Tanaman Kakao adalah :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyte

Subdivisi : Dicotyledoneae

Kelas : Angiospermae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Theobroma

Species : Theobroma cacao L.

Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh

pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20 – 50 butir

biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah

(Susanto, 1994).

Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau

tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas plagiotrop yang

tumbuh ke samping cabang kipas atau fan. Kedua macam cabang tersebut memiliki

perbedan dalam rumus daun, misalnya cabang ortotrop memiliki rumus daun 3/8

dan plagiotrop ½, disamping itu juga ukuran dan tangkai daun (Susanto, 1994).

Pada tanah yang dalam drainasenya baik, perakaran kakao dewasa

mencapai 1,0 – 1,5 m. Akar lateral sebagian bear sekitar 56% tumbuh pada

lapisan tanah atas sedalam 0 – 10 cm Sedangkan 26% pada bagian yang lebih

4

Page 11: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

dalam (11 - 20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21 – 30

cm ), dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman leebih dari 30 cm. Jangkauan

akar lateral jauh di luar proyeksi tajuk tanaman (Susanto, 1994).

Daun kakao mempunyai dua persendian yang terletak pada pangkal dan

ujung tangkai daun. Hal ini memungkinakan pergerakan daun menyesuaikan

dengan arah datangnya sinar matahari. Kuncup – kuncup daun dilindungi oleh

stipula yang segera gugur apabila daunnya tumbuh. Warna daun muda kemerahan

sampai merah, tergantung dari varietasnya, dan bila telah dewasa menjadi hijau

tua (Susanto, 1994).

Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada dua

macam yaitu: buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi warna

kuning, dan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye

(Susanto, 1994).

Syarat Tumbuh

Tanah

Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase

baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat terpenuhi bila

tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50 %, fraksi debu sekitar

10-20% dan fraksi lempung sekitar 30-40%. Jadi tekstur tanah yang cocok bagi

tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Susanto, 1994).

Kakao memerlukan pH tanah yang netral atau berkisar 5,6-6,8 agar dapat

tumbuh dengan baik. Sifat ini khusus berlaku untuk tanah atas (top soil),

sedangkan tanah bawah (subsoil) keasaman tanah sebaiknya netral, agak asam

5

Page 12: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

atau agak basa. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik

tinggi, yaitu diatas 3%. Kadar bahan organik yang tinggi akan memperbaiki

struktur tanah, biologi tanah, kemampuan penyerapan (absorpsi) hara, dan daya

simpan lengas tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh air tanah

dan tanah harus dapat menyimpan air tanah terutama pada musim kemarau. Aerasi

dan drainase yang baik sehingga tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao

adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Wood and Lass, 1987).

Kakao pada umumnya ditanam pada ketinggian 0-800 m dpl. Tekstur

tanah yang diperlukan adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40%

fraksi liat, 50% pasir dan 10-20% debu. Tanah yang banyak mengandung humus

dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0, kedalaman air + 3 meter dan

berdrainase baik, cocok bagi pertumbuhan kakao (Poedjiwidodo, 1996).

Iklim

Distribusi curah hujan yang merata sepanjang tahun lebih penting daripada

jumlah hujan tahunan sebab tanaman kakao lebih cocok bila bulan kering tidak

melebihi dari 3 bulan. Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan

antara 1250 – 3000 mm setiap tahunnya (Susanto, 1994).

Pada umumnya penanaman kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari

300 m dari permukaan air laut. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 30 C - 32 C,

sedangkan suhu minimal sekitar 18 – 21 C (Susanto, 1994).

Daerah penghasil kakao memiliki kelembapan udara relatif maksimum

100%, pada malam hari 70% - 80% pada siang hari. Kelembapan yang rendah

6

Page 13: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembapan

yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen (Susanto, 1994).

Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar

25% - 35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa yang

sudah berproduksi sekitar 65% - 75% (Susanto, 1994).

Biologi Penyebab Penyakit

Menurut P.H.B. Talbot & Keane ( 1971 ) , Jamur Oncobasidium

theobromae dapat diklasifikasikan sebagai berikut .

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota

Subphylum : Agaricomycotina

Class : Agaricomycetes

Ordo : Cantharellales

Family : Ceratobasidiaceae

Genus : Oncobasidium

Scientific name: - Oncobasidium theobromae P.H.B. Talbot & Keane 1971

Cendawan ini memproduksi basidiospora pada basidium yang berkembang

pada cabang kakao yang terserang dan terjadi setelah tengah malam pada kondisi

sangat lembab. Basidiospora disebarkan oleh angin dan bila spora ini datang pada

permukaan yang kering, maka akan segera kehilangan viabilitasnya. Pada daun

yang lunak dan mengandung tetesan air, basidiospora berkecambah cepat sekali

7

Page 14: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

dan tabung kecambah berpenetrasi pada epidermis dan kemudian masuk ke dalam

xylem.

Gambar. Hifa O.theobromae menginfeksi xylem, diwarnai

dengan lactophenol cotton blue. (Dr C. Prior)

Dalam waktu 6 sampai 16 minggu yang tergantung pada umur tanaman

kakao, gejala akan muncul pada daun ke 2 dan ke 3 dari pucuk. Bila hujan terus ,

maka perkecambahan terjadi dan akan mengalami siklus yang sempurna

(Purdy, 2000; Frison et al., 1999).

O. theobromae adalah parasit obligat, tetapi Musa (1983) mengem-

bangkan medium air kelapa dan cendawan ini dapat tumbuh secara terbatas

(Gambar 2). Tanaman inang lainnya selain kakao yang sejauh ini diketahui adalah

hanya alpokat (Persea Americana) (Keane dan Prior, 1991).

Daur Hidup Penyakit

Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan

vegetatif tanaman. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban.

Embun dan cuaca basah membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan

penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap. 0. theobromae membentuk

8

Page 15: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

basidiospora yang hanya dilepaskan pada waktu malam, dan disebarkan oleh angin.

Dengan cara ini jamur tidak dapat tersebar jauh, karena kelembapan tinggi pada

umumnya hanya terjadi bila udara tenang (Chan dan Wasir, 1976).

Gambar Hifa vegetatif dan monilioid O. theobromae dalam kultur.

Spora tidak akan tersebar lebih dari 200 m. Infeksi hanya dapat terjadi pada

daun muda yang belum mengeras. Spora berkecambah dan jamur mengadakan

penetrasi melalui epidermis, mesofil, selanjutnya ke tulang daun. Mengingat jamur

penyebab penyakit ini terdapat dalam berkas pembuluh, diperkirakan bahwa jamur

mudah terbawa dalam bahan tanaman, seperti setek dan mata okulasi. Namun bukti

mengenai hal ini belum terdapat. Dikatakan bahwa setek yang diambil dari ranting

sakit ternyata tidak dapat tumbuh (Chan dan Wazir,1976).

Meskipun dapat masuk ke plasenta, namun tidak terdapat bukti bahwa

jamur menginfeksi biji. Biji-biji yang diambil dari pohon yang sakit dapat tumbuh

seperti biasa dan tidak berkembang menjadi tanaman sakit (Chan dan Wazir,1976).

Sampai sekarang belum diketahui tanaman lain yang dapat menjadi inang

bagi jamur ini. VSD tidak terdapat di daerah asal kakao (Amerika Tropika) dan

hanya terdapat di Asia Tenggara dan Kepulauan Melanesia, sedang di banyak

daerah ini kakao baru dibudidayakan selama kurang dari seratus tahun.

9

Page 16: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Disimpulkan bahwa tentunya 0ncobasidium theobromae berasal dari tumbuhan

pribumi dalam flora Asia Tenggara, dan dari sini jamur menyesuaikan diri pada

kakao yang diimpor. Sampai sekarang tumbuhan asli yang dapat menjadi inang.

0ncobasidium itu belum ditemukan (Keane, 1992;Prior, 1992).

Gejala Serangan

Daun-daun akan menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya

dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun

(ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat

gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris

memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil

(streak) berwarna kecoklatan (Smith,1981).

Pada bekas dudukan daun yang sakit akan tampak 3 bintik kecoklatan

Permukaan ranting menjadi kasar dan belang-belang. Bila ranting dibelah

membujur akan tampak garis-garis kecoklatan . Penyakit ini menyebabkan

matinya ranting. Apabila serangan berlanjut akan menyebabkan kematian

jaringan sampai cabang dan batang pokok (Smith,1981).

Gejala khas adalah adanya garis-garis berwarna coklat pada berkas pembuluh

(vascular streak) yang terlihat pada penampang membujur cabang dananting-

ranting mati dari ujungnya (die back) (Smith,1981).

10

Page 17: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

O. theobromae menginfeksi pucuk dan cabang kakao, tetapi gejala hanya

terlihat pada daun yang tampak klorotik dan dapat berkembang pada gejala khas

berupa belang hijau dengan latar belakang kuning. Pada tanaman yang sudah tua,

gejala pada daun sering ditemukan pada bagian tengah cabang, sedangkan pada

tanaman muda gejala dapat terjadi pada daun mana saja. Selain gejala tersebut di

atas, terjadi pula perubahan warna jaringan vaskuler pada scars daun segar yang

jatuh, pembenkakan lentisel pada kulit dalam daerah daun yang jatuh, serta

sprouting tunas aksilar. Nekrosis antara tulang daun terminar tampak menyerupai

gejala kekurangan kalsium. Selain itu garis-garis coklat terlihat pada cabang yang

terinfeksi, bila cabang ini dibelah secara longitudinal. (Smith,1981)

Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Bukan hanya curah

hujan yang menentukan di sini, tetapi juga pembagiannya. Jika jumlah malam

basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa tiga sampai

lima bulan kemudian penyakit akan tampak meningkat . Hal ini disebabkan

karena untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus basah diwaktu

malam. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu

penyebaran penyakit.Spora jamur yang mempunyai dinding tipis itu mudah mati

karena sinar ultra violet pada siang hari (Prior, 1977).

Dari pengamatan-pengamatan di Indonesia diketahui bahwa VSD lebih

banyak terdapat pada kakao lindak (bulk), dan kurang terdapat pada kakao mulia

(edel, Trinitario). Klon DR 1 lebih tahan ketimbang DR 2 dan DR 38. Juga

tampak bahwa tipe Amelonado lebih rentan dari pada kakao Upper Amazon dan

Trinitario (Keane dan  Prior, 1992).

11

Page 18: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Pada pengujian ketahanan yang dilakukan di Papua Nugini (Prior, 1977)

diketahui juga bahwa kultivar-kultivar Trinitario lebih tahan terhadap VSD.

Terdapat petunjuk yang kuat bahwa ketahanan ini bersifat horizontal,

dikendalikan oleh banyak gen, sehingga stabil. Klon-klon yang pada pertengahan

tahun 1960-an terbukti tahan, sampai sekarang belum tampak mundur

ketahanannya (Keane dan Prior, 1992).

Kultivar-kultivar Upper Amazon dan Trinitario lebih tahan daripada

Amelonado dengan hibrida-hibridanya. Dikatakannya bahwa hal ini disebabkan

karena Upper Amazon dan Trinitario lebih kuat pertumbuhannya, sehingga

mampu membentuk ranting-ranting baru untuk mengganti yang mati karena

penyakit (Chan dan Wazir, 1976). 

Pengendalian

Menurut Keane dan Prior (1992) , Pengendalian VSD dapat dilakukan

dengan cara :

1. Pangkasan Sanitasi

Pengendalian penyakit VSD di daerah basah (tipe curah hujan B di

Sumatera Utara, Jawa Barat) dengan pangkasan sanitasi 2 minggu sekali

(Pawirosoemardjo & Purwantara, 1987) dan di daerah kering (tipe curah hujan D

di Jawa Timur) dengan pangkasan 1-3 bulan sekali ternyata efektif.

Pemangkasan bertujuan untuk menghilangkan ranting atau cabang sakit

yang mengandung jamur (sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun.

Untuk menghilangi jaringan yang sakit, ranting atau cabang dipotong 30 cm

12

Page 19: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

dibawah pangkal garis cokelat yang tampak dalam kayu. Dalam keadaan yang

parah usaha sanitasi ini cukup mahal, manfaatnya kurang, bahkan sering

menyebabkan tanaman sangat menderita. Bahan-bahan pangkasan tidak perlu

dibakar atau diangkut dari kebun, karena jamur tidak dapat berkembang dan

membentuk tubuh buah ranting yang sudah dipotong.

Pangkasan sanitasi dilakukan dengan cara memotong ranting sakit sampai

batas garis cokelat pada xylem ditambah 30 cm. Intensitas serangan ditentukan

berdasarkan persentase ranting sakit dan kerusakan pada xylem.

Ringan       :  Jumlah ranting sakit <10 persen dan jamur menyerang

                     hanya sampai pada cabang tersier

Sedang       : Jumlah ranting sakit 10-30 persen dan jamur menyerang

                     sampai pada cabang sekunder.

Berat         :  Jumlah ranting sakit >30 persen dan jamur menyerang

            sampai pada cabang primer atau batang pokok. 

2. Penanaman klon toleran

Kultivar kakao mulia yang banyak ditanam di Jawa dewasa ini ( DR  1,

DR 2, DR 38, DRC 13, dan DRC 16), semuanya termasuk Trinitario yang

mempunyai ketahanan yang cukup. Sedangkan kakao lindak yang dianjurkan

antara lain adalah ICS 60 x Sca 6, DR 2 x Sca 12, Sca 12 x ICS 60, ICS 60 x Sca

12, DR 1 x Sca 6, DR 1 x Sca 12, dan Sca 6 x ICS 6 (Anon., 1987a; Iswanto dan

Winarno, 1992; Soenaryo dan Soedarsono, 1980; Soenaryo dan Sri-Sukamto,

1985).

13

Page 20: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Sulistiowaty (2006) menganjurkan untuk penanaman baru digunakan hibrida/klon

yang toleran misalnya DR 1 x Sca 6, DR 1 x Sca 12, ICS 60 x Sca 6, Sca 12 x ICS

60, Sca 6 x ICS 6, klon DRC 15

3. Memperbaiki Kultur Teknis Tanaman

            Memperbaiki kultur teknik tanaman dengan perbaikan drainase,

pemangkasan pelindung, penjarangan jarak tanam dan pemberian pupuk

berimbang dapat mengurangi intensitas serangan penyakit. Pemangkasan

membantu mengurangi kondisi gelap dalam kebun. Kondisi gelap dapat

membantu perkembangan penyakit. Pada tanaman yang terserang pemberian

pupuk N, P dan K harus dilakukan sesuai jadwal pemupukan. Pemupukan dapat

membantu memulihkan kondisi pertumbuhan tanaman. Khusus pupuk Kalium

dapat diberikan 1,5 kali dosis normal. Kalium dapat meningkatkan kekerasan sel

dan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit.

4. Penggunaan fungisida

Dewasa ini pengendalian dengan fungisida belum dapat dianjurkan, karena

jamur terdapat di dalam berkas pembuluh kayu (xilem), sehingga sukar dicapai

oleh fungisida. Selain itu infeksi terjadi melalui daun muda yang tumbuh dengan

cepat, sehingga sukar dilindungi dengan protektan secara merata. Fungisida

sistemik yang cocok pun belum ditemukan. Pada umumnya fungisida sistemik

yang ada dewasa ini diangkut melalui berkas pembuluh tapis (floem), jadi tidak

akan mengenai jamur.

14

Page 21: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Untuk melindungi tanaman di pembibitan dapat dipakai bitertanol atau

propikonazol (Keane dan Prior, 1992; Sri-Sukamto, 1985b). Bahkan Varghese  et 

al. (1992) di Malaysia menyatakan bahwa senyawa triazol dapat dipakai dalam

kebun dewasa untuk mengurangi aras sumber penyakit dan intensitas penyakit.

            Fungisida kimia dan ZPT (b.a.Azoksistrobin 200 gl dan Difenokonazol

125 g/l) sedang di uji coba perusahaan Sygenta di Sumatera Utara (Batu-bara).

Fungisida ini  diinformasikan perusahaan tersebut sukses mengendalikan VSD di

Sulawesi.

5. Penggunaan Jamur dan Bakteri Antagonis

            Penggunaan jamur dan bakteri antagonis seperti jamur Trichoderma dan

bakteri Pseudomoinas flourensens (PF) untuk mengendalikan jamur O.

theobromae perlu diuji lebih mendalam untuk mendapatkan teknik pengendalian

secara hayati yang lebih efektif dan aman terhadap lingkungan.

     

6. Pengelolaan Pembibitan Kakao

Dianjurkan agar pembibitan kakao dibuat jauh dari kebun yang berpenyakit agar

pembibitan menghasilkan bibit yang sehat. Jangan menaruh bibit di bawah pohon

kakao yang berpenyakit. 

15

Page 22: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERMASALAHAN

Penyakit VSD pada tanaman kakao disebabkan oleh jamur Oncobasidium

theobroma dan merupakan ancaman yang serius terhadap produksi kakao di

Indonesia. Infeksi oleh basidiospora pada daun muda terjadi pada malam hari.

Jamur tumbuh sampai ke jaringan xilem sehingga menyebabkan kematian bibit

atau ranting pada tanaman yang berproduksi. Kehilangan hasil mencapai 25-40%.

Di Indonesia, penyakit VSD ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an.

Daerah sentra pengembangan kakao di Indonesia sudah terserang penyakit

Vascular-streak dieback. Hal ini dapat terjadi karena serangan jamur O.

theobrome dipengaruhi oleh virulensi, strain lokal, parasit dan kerentanan varietas

atau klon kakao. Selain itu inokulum dari patogen yang terdapat dalam jaringan

tanaman, misalnya daun atau tangkai yang masih segar yang sekarang banyak

digunakan untuk bahan sambung samping.

Patogen berkembang pesat pada kondisi kelembapan tinggi sehingga

epidemi umumnya terjadi setelah musim hujan. Gejala khas VSD adalah klorosis

pada daun dengan bintik-bintik berwarna hijau, pembengkakan lentisel sehingga

kulit ranting menjadi kasar, tiga bintik berwarna coklat pada tempat menempelnya

daun klorotik pada ranting, pertumbuhan tunas aksiler, klorosis atau nekrosis

diantara tulang daun pada daun flush, garis coklat pada ranting atau batang, dan

mati pucuk.

Penyakit pembuluh kayu  VSD menular dari tanaman satu ke tanaman lain

melalui spora yang diterbangkan oleh angin pada tengah malam. Kira-kira hanya

10 m dari sumbernya. Tetapi jika ada angin kencang spora bias terbawa sampai

16

Page 23: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

182 m. Spora jamur O. theobromae peka terhadap cahaya menjadi tidak infektif

setelah terkena sinar matahari selama 30 menit.

Spora yang jatuh pada daun muda akan segera berkecambah apabila

tersedia air dan akan masuk dan berkembang kedalam jaringan xilem. Di dalam

xilem, jamur tumbuh kebatang pokok. Setelah 3-5 bulan muncul gejala daun

menguning  dengan bercak hijau. Daun-daun tersebut mudah rontok dan

menyebabkan ranting mati.

Sporofor  berupa benang-benang putih muncul pada malam hari dari bekas

duduk daun sakit yang telah gugur. Pada kondisi yang sesuai akan terbentuk

basidiospora. Bahkan ada yang melaporkan sporofor akan muncul pada ranting

sepanjang malam. Penyakit VSD lebih mudah tersebar di daerah beriklim basah

dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dibandingkan dengan daerah

yang beriklim kering.

17

Page 24: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PEMBAHASAN

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang lebih dikenal dengan

sebutan hama, penyakit dan gulma merupakan salah satu kendala yang dihadapi

dalam pembangunan perkebunan di Sulawesi Selatan.

Gejala yang terlihat adalah daun-daun akan menguning lebih awal dari

waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga

terdapat ranting tanpa daun. Hal ini sesuai dengan literatur Smith (1981) yang

menyatakan bahwa daun-daun akan menguning lebih awal dari waktu yang

sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting

tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan

terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila

diiris memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis

kecil (streak) berwarna kecoklatan.

Di Indonesia ditemukan berbagai jenis OPT pada tanaman perkebunan,

baik yang tergolong hama, penyakit dan gulma. Namun umumnya yang dianggap

berbahaya adalah hama dan penyakit tanaman. Oleh sebab itulah sehingga hama

dan penyakit tanaman perkebunan perlu mendapat perhatian yang serius, untuk

mengurangi kerugian hasil yang diakibatkannya.

Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Bukan hanya curah

hujan yang menentukan di sini, tetapi juga pembagiannya. Jika curah hujan

meningkat, maka penyakit akan tampak meningkat . Hal ini sesuai dengan

literatur Prior (1977) Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Bukan

hanya curah hujan yang menentukan di sini, tetapi juga pembagiannya. Jika

18

Page 25: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

jumlah malam basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa

tiga sampai lima bulan kemudian penyakit akan tampak meningkat . Hal ini

disebabkan karena untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus

basah diwaktu malam. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan

membantu penyebaran penyakit.Spora jamur yang mempunyai dinding tipis itu

mudah mati karena sinar ultra violet pada siang hari.

Oleh sebab itu dilakukanlah suatu kajian tentang pengaruh aplikasi

teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang difokuskan pada

Pengendalian penyakit VSD. pada Tanaman Kakao dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh teknologi PHT terhadap perkembangan penyakit VSD dan

busuk buah pada tanaman kakao.

Menurut Keane dan Prior (1992) , Pengendalian VSD dapat dilakukan

dengan cara :

1. Pangkasan Sanitasi

2. Penanaman klon toleran

3. Memperbaiki Kultur Teknis Tanaman

4. Penggunaan fungisida

5. Penggunaan Jamur dan Bakteri Antagonis

6. Pengelolaan Pembibitan Kakao

19

Page 26: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

KESIMPULAN

1. Untuk menanam Kakao diperlukan pH tanah yang netral atau berkisar 5,6-6,8

agar dapat tumbuh dengan baik. Tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar

bahan organik tinggi, yaitu diatas 3%.

2. Pada umumnya penanaman kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari

300 m dari permukaan air laut. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 300C -

320C, sedangkan suhu minimal sekitar 18 – 210C

3. Penyakit VSD pada tanaman kakao disebabkan oleh jamur Oncobasidium

theobroma dan merupakan ancaman yang serius terhadap produksi kakao di

Indonesia. Kehilangan hasil mencapai 25-40%.

4. Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Jika curah hujan

meningkat, maka penyakit akan tampak meningkat . Infeksi oleh basidiospora

pada daun muda terjadi pada malam hari

5. Pengendalian penyakit VSD dapat dilakukan dengan cara pangkasan sanitasi,

penanaman klon toleran, memperbaiki kultur teknis tanaman, penggunaan

fungisida, penggunaan jamur dan bakteri antagonis, pengelolaan pembibitan

kakao

20

Page 27: PENYAKIT PEMBULUH KAYU (Oncobasidium theobromae) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

DAFTAR PUSTAKA

Frison, E.A., Diekman, M., and Nowell, D., 1999. Cacao. FAO/IPGRI Technical Guidelines for the Safe Movement of Germplasm No 20. 32 pp.

Keane, P.J. (1981).      Epidemiology of Vascular Streak Dieback of cocoa. Ann. Appl. Biol., 98 : 227-241. 

Pawirosoemardjo, S. & A. Purwantara (1987). Occurrence and control of Vascular Streak Dieback of cocoa in Java and Southeast Sulawesi, In Workshop on assessment of Plant Protection Risks for Cocoa. Lembang, Indonesia, 28 th

September-2nd October 1987, 15 p. 

Poedjiwidodo, Y. 1996. Sambung Samping kakao. Trubus Agriwidiya. Ungaran.

Prior, C. (l977). Vascular Streak Diaback Disease in Papua New Guinea. 6 th I International cocoa Research Conference.Caracas, Venezuela, Nov. 1977, 300-311. 

Purdy, L.H. 2000. Fungal disease of cacao. Online Publication. 9 pp.

Semangun, H. (2000). Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta University Press. Yogyakarta. 

Smith, E.S.C. 1981. An integrated control scheme for cocoa pests and diseases in Papua New Guinea. Tropical Pest Management 27: 351-359.

Sri-Sukamto & Y.D. Junianto. (1986). Evaluasi perkembangan penyakit VSD di Jawa. Balai Penelitian Perkebunan Jember, 21 p. 

Sulistyowati E. dan Sri Sukanto (2006). Pengelolaan Organisme Penggangu Tanaman Kakao Secara Terpadu. Makalah Pertemuan Regional Perlindungan Tanaman Perkebunan se Sumatera di Bukit Tinggi. 

Sunanto, H. (1994). Coklat, Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, F.X. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta

Van Steenis, C. G. G. J. 2003. Flora. Cet. 9.. PT Pradnya Paramitha, Jakarta.

Wahyudi, T. , T.R. Panggabean, Pujiyanto, 2004. Panduan Lengkap Kakao. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wood, G.A.R. and Lass, R.A. 1985. Cocoa. Longman, London and New York. 620 pp.

21