analisa finansial usahatani aren di kecamatan mungka

Upload: anon511342878

Post on 09-Jul-2015

1.780 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Analisa Finansial Usahatani Aren di Kecamatan MungkaBudidaya tanaman Aren

Tanaman aren di Kecamatan Mungka merupakan tanaman yang tidak dibudidayakan sehingga tanaman aren merupakan tanaman liar yang penyebaran pertumbuhannya dilakukan melalui seleksi alam dengan bantuan binatang (Musang). Oleh karena itu, bibit tanaman aren yang tumbuh tersebar secara tidak teratur dan berkelompok. Selain itu, bibit aren yang tumbuh tidak terdapat dalam jumlah yang besar dan bibit yang tumbuh tersebut belum bisa dipastikan bibit unggul. Bibit unggul yang tidak tersedia menghambat petani dalam mengembangkan skala usahanya dan produksi nira yang dihasilkan petani di Kecamatan Mungka belum maksimal. Petania aren di Kecamatan Mungka hanya mampu menghasilkan rata-rata 15 liter per batang dalam sekali penyadapan. Petani responden tidak pernah melakukan budidaya tanaman aren, yaitu pengolahan tanah dan penanaman. Petani responden hanya melakukan pemeliharaan secara sederhana yaitu melakukan penyiangan disekitar tanaman aren yang dilakukan di setiap hari sewaktu petani responden melakukan penyadapan nira. Selain itu, petani aren juga melakukan pemupukan dengan menggunakan Abu yang di lakukan satu bulan sekali. Debu tersebut berasal dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak nira menjadi gula aren. Selain itu, ketersediaan tenaga kerja dalam penyadapan nira masih sedikit. Dalam penyadapan nira, petani responden hanya mampu menyadap 4-6 batang aren per hari . dalam satu batang tanaman aren, petani responden dapat menyadap tanaman aren tersebut dua kali dalam satu hari. Ketersediaan tenaga kerja yang masih sedikit tersebut di sebabkan karena penyebaran tanaman aren yang tidak teratur, proses penyadapan nira yang masih tradisional memiliki resiko yang sangat tinggi dan membutuhkan tenaga yang maksimal dalam pemanjatan batang aren yang tinggi yaitu 10-20 meter. Proses penyadapan nira yang dilakukan oleh petani responden yaitu dengan cara memanjat batang aren dengan membuat tempat pemanjatan yang terbuat dari bambu. Setelah itu, tanda jantan tanaman aren tersebut diketok menggunakan kayu tanpa melukai tandan tersebut. Setelah Tandan tanaman jantan di ketok, tandan tersebut ditirih menggunakan parang sehingga mengeluarkan nira. Sebelumnya, dirijen atau bambu digantungkan dekat tandan tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung didalam bumbung atau dirijen tersebut. Petani responden akan mengaitkan katrol dirijen atau bambu sehingga setelah bumbung atau dirijen tersebut penuh maka petani akan menurunkan menggunakan katrol tersebut. Proses Pengolahan Nira menjadi Gula aren

Proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara memasak nira aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Bahan bakar yang digunakan untuk memasak tersebut adalah kayu bakar. Seluruh petani responden menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per bulan. Nira aren sebanyak 40-45 liter mampu menghasilkan 5 Kg gula aren dengan lama proses memasak selama 1.5 jam. Setelah nira aren dimasak, nira akan menjadi kental dan

berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5 cm. Cetakan aren yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula aren dengan berat 0.23-0.25 kg gula aren. Setelah gula aren kering dan dingin, gula aren tersebut di bungkus dengan daun pisang dan siap untuk dipasarkan. Satu bungkus tersebut memiliki berat 1 Kg. Gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka masih bersifat murni tanpa campuran. Oleh karena itu, konsumen sangat menyukai gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka karena gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka memiliki kualitas yang bagus dan aroma yang khas. Gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka tidak menggunakan kemasan yang bagus, bersih dan menarik. Promosi terhadap produk gula aren yang berasal dari Kecamatan Mungka juga tidak pernah dilakukan. Namun berdasarkan informasi dari petani responden, walaupun kemasan gula aren tidak bagus, bersih dan menarik serta belum adanya kegiatan promosi, gula aren yang dihasilkan selalu habis terjual dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp 10000/ kg yang di jemput oleh pedagang pengumpul ke tempat pengolahan yang dimiliki oleh petani responden.

Keuangan

Petani

Modal dalam berusahatani merupakan unsur produksi yang paling penting, tanpa modal segalanya tidak akan berjalan dengan baik. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan takaran dalam menggunakan modal. Selain itu, modal juga sangat menentukan tingkat atau macam teknologi yang diterapkan (Daniel,2002). Petani responden menggunakan modal sendiri dalam melakukan usahataninya walaupun telah tersedia lembaga keuangan penunjang seperti BPR di tingkat Kecamatan. Peluang tersebut belum dimanfaatkan oleh petani karena modal untuk mengusahakan tanaman aren tidak terlalu besar sehingga petani merasa masih memiliki modal yang cukup dari hasil panen sebelumnya. Modal yang diperlukan petani responden dalam usahatani aren berkisar Rp 600.000 Rp 700.000. Modal tersebut terdiri dari biaya investasi alat-alat penyadapan dan pengolahan gula aren, biaya tenaga kerja ( biaya yang diperhitungkan/ bulan) dan biaya operasi (biaya pembelian kayu bakar/bulan). Alat alat yang digunakan dalam usahatani aren yaitu, parang, batu asahan, kuali, sendok, dirijen, baskom, katrol, plastik dan pencetak gula aren dengan biaya investasi awal rata-rata sebesar Rp 279.500,-(Lampiran 16). Selain itu, penyusutan alatalat tersebut juga diperhitungkan dengan membagi 2, yaitu biaya penyusutan alat penyadapan nira dengan biaya rata-rata sebesar Rp 20.775,-/ tahun dan biaya penyusutan alat pengolahan nira menjadi gula aren dengan biaya rata-rata sebesar Rp 36.319,-/ Tahun. Biaya tenaga kerja dan biaya bahan bakar ( Kayu bakar) adalah Rp 737.750,-/ Bulan dan Rp 300.000,- /Bulan . Namun, biaya tenaga kerja merupakan biaya yang diperhitungkan karena menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya rata-rata petani responden dalam mengusahakan usahatani aren sebesar Rp 1.043.515,-/Bulan dengan penjualan rata-rata sebesar 3.225.000,/bulan sehingga keuntungan bersih rata-rata yang diperoleh petani responden sebesar Rp 2.181.484,98/bulan dengan nilai B/C sebesar 3,065. oleh karena itu, usahatani aren layak untuk dilaksanakan dan sangat potensial untuk dikembangkan dengan pertimbangan permintaan pasar tehadap gula aren masih belum bisa dipenuhi sehingga keuntungan yang

cukup tinggi diperoleh petani responden yang masih mengusahakan tanaman aren dengan tradisional dan jumlah tanaman yang masih sedikit merupakan kekuatan dalam pengembangan agribisnis aren di Kecamatan Mungka.

PROSPEK AREN DI TENGAH GONJANG GANJING KELAPA SAWITPROSPEK AREN DI TENGAH GONJANG GANJING KELAPA SAWIT Oleh : Dian Kusumanto Gejolak ekonomi global sedang terjadi. Mulanya adalah dari krisis keuangan lembaga bisnis perumahan di Amerika Serikat. Krisis yang sebenarnya hanya terjadi lokal di Amerika tersebut rupanya semacam fenomena gunung es. Yang sebenarnya terjadi adalah telah menurunnya ekonomi di Amerika Serikat paska era arogansinya sebagai polisi dunia, sehingga mempengaruhi kemampuan pembayaran kredit perumahan. Perusahaan perumahan adalah salah satu dari sekian banyak gunung es yang muncul dahulu pada saat es atau salju penutupnya mulai mencair. Kenapa efek tersebut sampai kepada bisnis kelapa sawit? Sebenarnya tidak hanya kelapa sawit yang terkena dampaknya tapi sangat luas, hanya di Indonesia kelapa sawit termasuk komoditi perkebunan yang paling menonjol, sehingga bisnis kelapa sawit menjadi korban imbas krisis yang paling besar. Gonjang ganjing harga kelapa sawit ibarat kejadian atau fenomena tsunami yang terjadi pada Desember 2006 yang lalu. Pada awal gejala tsunami, air laut di pantai mengalami surut yang sangat jauh namun kemudian air laut itu kembali lagi tidak hanya ke bibir pantai tapi sampai jauh ke daratan. Semula keadaan harga sawit berangsur naik-naik terus sampai sangat tinggi dalam beberapa bulan, namun kemudian pada saat terjadinya krisis global sekarang ini harganya menurun. Menurunnya harga ini melampaui harga semula bibir pantai , bahkan jatuh sampai sangat rendah seperti sekarang ini. Pada saat semua orang tercengang dengan keadaan bisnis kelapa sawit banyak orang latah untuk ikut menanam atau berinvestasi. Jadi sifat emosional para pebisnis kita terpancing nalurinya untuk berbondong-bondong berkelapa sawit ria. Sayang naluri yang didasari sifat emosional dan latah ini kemudian dikecewakan oleh tsunami harga kelapa sawit. Harusnya para investor bisa berhitung dan menghitung prospek, arah trend bisnis, dan potensi suatu komoditi berdasarkan perhitungan dan asumsi yang teruji dan akurat. Kalau berhitung dengan prospek, arah trend dan potensi suatu komoditi barangkali sikap emosional dan latah itu tidak banyak mengecewakan. Kalau diperbandingkan antara kelapa sawit dengan Aren, maka sebenarnya Aren juga memiliki kelebihan-kelebihan dan keunggulan yang bisa mengalahkan kelapa sawit. Untuk menjadi komoditi utama program pengembangan komoditi perkebunan oleh swasta dan pemerintah di Indonesia, Aren mempunyai peluang yang sangat besar. Namun kenapa itu belum terjadi, beberapa alasannya sudah pernah diulas pada tulisan-tulisan yang lalu. Kelebihan dan keunggulan antara komoditi Aren dan kelapa sawit dalam hitungan bisnis masa depan disajikan berikut ini. Persaingan komoditi dunia

Kelapa sawit termasuk komoditi bahan industri minyak nabati dan biofuel (biodiesel) yang dapat menyaingi peran kedele dan kacang tanah di Amerika, bunga matahari dan canola di Eropa, kelapa di Amerika Latin, Afrika dan beberapa negara Asia Selatan. Industri kelapa sawit pernah diserang oleh berbagai isu bahaya kesehatan tubuh (kanker) dari minyak sawit, isu lingkungan hidup, penebangan hutan atau gerakan eco labeling, dsb. Penyerangan dengan berbagai isu itu layaknya black campaign dari para pesaingnya seperti industri minyak kedelai, kacang tanah, minyak kelapa. Kelapa sawit memang tidak salah menjadi pilihan pengembangan komoditi penghasil minyak yang diandalkan, sebab produktifitasnya yang sangat tinggi dibanding dengan komoditas penghasil minyak lainnya. Kelapa sawit ternyata memiliki berbagai keunggulan ekonomi yang cukup tinggi dan dengan dampak ekonomi yang sangat luas. Tabel di bawah ini membandingkan potensi produktivitas minyak nabati dari beberapa jenis tanaman dengan kelapa sawit. Jenis tanaman -------------Produktifitas (kg/hektar/tahun) Kelapa Sawit (+ inti) -------2.500 5.000 (sampai 6.000) Kelapa --------------------- 600 1.500 Zaitun --------------------- 500 1.000 Jarak Pagar ---------------1.000 3.000 Bijan/ Wijen --------------- 340 1.000 Kacang tanah -------------- 340 440 Kedelai -------------------- 230 400 Rape ---------------------- 300 600 Safflower ------------------ 550 800 Bunga matahari ----------- 280 700 Dari tabel di atas terlihat kelapa sawit memiliki produktifitas paling tinggi diantara tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Oleh karena itu pantas kalau dulu menjadi andalan pilihan komoditas perkebunan yang mengalahkan jenis tanaman lainnya. Demikian juga dalam era bioenergi sekarang ini, kelapa sawit memiliki potensi untuk bahan baku biodiesel yang cukup besar. Bahkan pilihan kepada kelapa sawit ini juga didasari karena indutri hulunya yang sangat luas yaitu industri oleo pangan, oleo kimia, industri barang jadi sampai dengan industri bioenergi. Sebenarnya produk kelapa sawit sangat fleksibel pada industri hilirnya. Namun sayang, di Indonesia industri hilir kelapa sawit masih belum sehebat hasil CPOnya, sehingga nilai tambahnya belum sehebat yang dirasakan oleh negeri tetangga kita, meskipun jumlah produksi CPOnya sama atau bahkan sudah lebih besar. Inilah yang mungkin menyebabkan gonjang-ganjing harga terjadi. CPO adalah barang ekspor untuk bahan mentah untuk berbagai industri hilir di luar negeri. Indonesia sangat terpengaruh oleh keadaan industri pengolahan CPO di luar negeri, krisis ekonomi menyebabkan permintaan CPO menurun drastis, maka berakibat pada harga CPO yang merosot tajam. Barangkali kondisi gejolak harga tidak akan terlalu parah seandainya CPO itu lebih banyak diolah di dalam negeri. Tumbuhnya industri besar dan industri menengah dan kecil di bidang pengolahan TBS dan CPO (industri Oleo pangan, Oleo Industri, Industri berbahan baku oleo kelapa sawit sampai dengan industri bio energi), akan mengungkit produktifitas dan aktifitas

ekonomi riil yang berdampak sangat luas. Namun sayang keadaan itu belum seluruhnya terjadi di daerah-daerah penghasil minyak kelapa sawit di Indonesia. Harusnya palm oil cluster industry muncul di mana-mana sentra perkebunan kelapa sawit itu berada. Belajar dari kekurangan-kekurangan pada program pengembangan komoditi kelapa sawit di atas, menjadi pelajaran untuk program pengembangan Aren di berbagai daerah se Indonesia. Artinya Aren cluster industry harus menyatu dalam pengembangan perkebunan Aren. Dalam sekala kecil pun seharusnya kita juga mengarahkan perkebunan Aren berkembang diiringi dengan industri pengolahan Aren terpadu. Harus ada alur proses dan alur kemitraan dari perkebunan yang dikelola masyarakat, pekebun kecil dan menengah dengan industri pengolahan yang berskala kecil, menengah sampai besar. Justru disinilah peran pemerintah di Pusat sampai di daerah-daerah, yaitu memayungi seluruh stake holder dalam skema kebersamaa dalam menghadapi situasi pasar global. Jangan sampai terjadi, bahwa pemerintah daerah sampai pusat malah yang membuat kesalahan-kesalahan yang menyebabkan iklim investasi komoditas dengan regulasi-regulasi yang kontra produktif. Bagaimana peran dan potensi Aren? Di beberapa tulisan terdahulu potensi ekonomi Aren sudah banyak ditulis, bahkan potensinya dapat mengungguli berbagai komoditi sejenis lainnya, bahkan mengungguli komoditi kelapa sawit. Kelapa sawit bisa jadi paling unggul dibandingkan komoditi sejenisnya (seperti tabel di atas). Namun bagaimana kalau dibandingkan dengan Aren? Mari kita hitung dimana keunggulan-keunggulan potensial dari Aren dibandingkan kelapa sawit. Tabel jenis komoditi, hasil olahan, produktifitas (per hektar per tahun) dan nilai devisa yang dihasilkan.Komoditi ---------Hasil Olahan --Provitas (/ha/th) --Harga (Rp/kg) --Nilai (Rp/ha/th) Kelapa Sawit -----TBS ------------15 25 ton ------------1.000 -------------15 25 juta ----------------------------------------------------------------- 750 --------------11,25 18,75 juta ------------------------------------------------------------------500 --------------7,5 12,5 juta ----------------------CPO ------------3 5 ton --------------6.000 -------------18 30 juta ----------------------------------------------------------------4.000 -------------12 20 juta ----------------------------------------------------------------3.000 --------------9 - 15 juta ----------------------------------------------------------------2.000 --------------6 - 10 juta --------------------Biodiesel --------3 5 ton -------------4.000 -------------12 20 juta ----------------------------------------------------------------5.000 -------------15 25 juta ----------------------------------------------------------------6.000 -------------18 30 juta Aren -------------Gula Aren -------36 72 ton ----------4.000 -------------124 248 juta ------------------(Gula Putih) ----------------------------- 5.000 -------------180 360 juta ---------------------------------------------------------------- 8.000 ------------248 - 496 juta ---------------------------------------------------------------10.000 ------------360 720 juta ------------------Bioethanol -------21,6 43,2 ton ------- 6.000 ------------129,6 259,2 juta ---------------------------------------------------------------- 8.000 ------------172,8 345,6 juta --------------------------------------------------------------- 10.000 ----------- 216 - 432 juta --------------------------------------------------------------- 12.000 ----------- 259,2 518,4 juta

Di lihat dari estimasi potensi hasil devisa dari tabel di atas, maka pada hitungan yang paling rendah di Aren dibandingkan yang paling tinggi di kelapa sawit, keunggulan Aren masih jauh lebih besar. Potensi hasil nilai rupiah kelapa sawit tertinggi adalah Rp 30 juta/ha/tahun, sedangkan Aren pada nilai terendah Rp 124 juta/ha/tahun. Bisa dikatakan perbandingan

nilainya adalah 1 berbanding 4, kelapa sawit 1 dan Aren 4. Jadi Aren punya potensi ekonomi paling rendah adalah 4 kali lipatnya kelapa sawit. Kalau dibandingkan dengan nilai tertinggi Aren yang mencapai Rp 518 juta, maka angka perbandingannya menjadi 1 : 17, artinya keunggulan Aren adalah 17 kali lipatnya kelapa sawit. Angka-angka di atas masih bisa disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sebenarnya, artinya fluktuasi nilai kelipatan itu bisa sangat bervariasi. Silakan disesuaikan dengan angkaangka asumsi yang berlaku pada keadaan lainnya. Namun yang jelas prospek Aren terbukti masih lebih unggul dinilai dari potensi hasil dengan asumsi-asumsi sementara yang terjadi sekarang ini. Tetapi bagaimana kalau kondisinya sudah berubah. Pada saat Aren sudah berkembang dengan pesatnya nanti, mungkin pada hitungan 10 sampai 15 tahun lagi, pada saat perkebunan Aren sudah mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu hektar. Nanti komoditi Aren akan bersaing dengan komoditi lain di pasar dunia. Industri gula dunia akan mengalami pergolakan dan dinamika yang cukup hebat. Aren sebagai komoditi penghasil gula paling potensial akan bersaing dengan komoditi tebu, jagung, bit, ubi-ubian, sorgum, dll. Gula dari Aren akan bersaing dengan gula dari tebu, gula dari jagung, dari bit, gula dari ubiubian dan sorgum. Dalam kancah persaingan yang ketat, maka faktor efesiensi dan komparasi nilai lebih suatu produk akan membantu kekuatan dalam persaingan. Campur tangan politik global juga akan mewarnai kompetisi ini, namun pemenangnya pasti yang mempunyai keunggulan komparatif di berbagai hal. Oleh karena itu skema pengembangan Aren harus juga memberi trend kepada arah keunggulan komparatif itu. Artinya semua pihak yang terlibat (seluruh stake holder) pada komoditi Aren ini harus bersatu padu untuk membangun keunggulan komparatif ini. Artinya pengembangan Aren dari awalnya haruslah dikontrol sedemikian rupa agar tetap dalam skema kerja pengembangan dan pembangunan yang mengarah pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif secara global. Seandainya nanti akan terjadi tsunami ekonomi global, dengan berbagai keunggulannya bisnis Aren tidak akan terpuruk seperti keadaan bisnis kelapa sawit sekarang ini. Oleh karenanya Dewan Aren Nasional diharapkan bisa menjadi lokomotif penggerak pengembangan Aren menuju keunggulannya. Bagaimana menurut Anda?

Manfaat Pohon Aren

Penulis : Nia October 20, 2009 at 16:22

Pohon aren merupakan jenis tumbuhan yang banyak hidup di bumi Indonesia. Awalnya, pohon aren ini merupakan tumbuhan yang tergolong tumbuhan hutan dan tidak dibudidayakan. Namun, karena fungsi dan manfaatnya yang besar, pohon ini mulai dijadikan tanaman budidaya di Indonesia. Dalam Bahasa Sunda, pohon aren disebut tangkal kawung, dalam bahasa Latin disebut Arengga pinnata (Wurmb) Merill atau sinonimnya Arenga saccarifera Labill, famili Arecaceae, bakjuk (Aceh), Onau (Toraja, Sulawesi), Anau atau Neluluk atau anggong (Jawa), Mana atau Nawa-nawa (Ambon, Maluku), dan Hanau (Dayak, Kalimantan). Aren merupakan tumbuhan multiguna, memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Pohon penghasil cairan manis ini juga memiliki fungsi dan peranan penting secara ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, khususnya dalam kehidupan Urang Sunda.Pohon aren sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia, khusunya petani pedesaan Tatar Sunda. Pohon ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 500mdpl800mdpl. Pohon ini tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur, dapat hidup di semua kondisi tanah (tanah liat, tanah berkapur dan tanah berpasir). Curah hujan yang ideal untuk pohon aren sekitar 1200mm/tahun, kedalaman air tanah 1-3 m, suhu rata-rata 25*C beriklim sedang sampai basah, tetapi tidak tahan pada daerah yang kadar asamnya tinggi. Karena itu, umumnya pohon aren bisa tumbuh di hampir setiap daerah di Indonesia. Fungsi Ekologi, Sosial, Ekonomi dan Budaya Pohon aren merupakan salah satu tumbuhan penyeimbang ekosistem dan ekologi pedesaan. Fungsi istimewa pohon aren secara ekologis adalah sebagai pengawet sumber daya alam terutama tanah. Akar serabut pohon aren sangat kokoh, dalam, dan tersebar sehingga memiliki fungsi penting bagi penahan erosi tanah. Selain itu, akar aren juga memiliki kemampuan mengikat air, sehingga pohon aren bisa ditanam di daerah yang relatif kering dan tidak perlu perawatan intensif. Ini juga membantu kelestarian lingkungan hidup terutama untuk penghijauan pada daerah lereng pegunungan dan sungai-sungai Sayangnya, budidaya aren di pedesaan Tatar Sunda saat ini kurang maksimal. Penyebabnya mungkin karena pada umumnya pohon-pohon aren yang tumbuh dan tersebar di kebun, huma dan talun (ladang) lebih utama dikembangbiakkan secara alami oleh careuh (musang). Semakin banyak musang yang mati karena diburu, maka semakin menurun pula populasi pertumbuhan pohon aren. Bagi masyarakat Indonesia, termasuk Tatar Sunda, tumbuhan aren memiliki keragaman fungsi sosial, ekonomi, dan budaya. Misalnya sebagai bahan upacara adat, bahan obat-obatan, bahan bangunan dan perabotan rumah tangga, sumber bahan pangan, serta pakan ternak. Di beberapa daerah di Tatar Sunda yang masih memegang teguh tradisi leluhur, aren merupakan salah satu bahan untuk upacara adat. Pelepah dan daun aren biasa digunakan untuk sawen pada tanam padi, penutup bibit tanaman padi yang baru tumbuh di persemaian, serta ngalaksa dan nyalin seusai panen padi. Selain itu, pelepah aren juga dijadikan bahan permainan anakanak lolorian (semacam perosotan) dan lain-lain. Secara ekonomi, pohon aren berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi sebagian masyarakat, misalnya bagi para pengolah nira dan gula aren. Nira aren dapat dibuat minuman (lahang) dan gula aren (gula kawung). Saguer, atau nira dari pohon aren juga dapat dibuat menjadi etanol (ethyl alcohol), yaitu bahan bakar alternatif untuk menggantikan minyak tanah, gas elpiji, dan bensin. Di kemudian hari mungkin nira bisa menjadi bahan bakar alternatif. Gula aren (palm sugar) juga tak kalah manfaatnya. Untuk sagandu (satu buah) gula yang kualitasnya bagus, bisa dijual Rp 1.500,00 3.000,00. apalagi jika pasokan gula sedang menurun, harganya pasti cukup melambung. Satu bonjor (terdiri dari beberapa buah gula yang disusun dan dibungkus dengan pelepah pisang yang sudah kering) bisa mencapai harga

hingga Rp 100.000-an. Penghasilan yang lumayan berarti untuk masyarakat pedesaan. Di samping nira dan gula aren, parutan batang aren yang berbentuk halus dan biasanya dicampur dengan dedak gabah dan bekatul juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak itik dan bebek. Tepung (aci) batang pohon aren yang sudah cukup tua dapat dibuat bahan beragam makanan kue tradisional. Buah aren yang sudah cukup matang dapat diolah menjadi cangkaleng (kolang-kaling) yang menjadi makanan khas di bulan Ramadlan. Meskipun harganya tidak sebagus harga gula aren dan cenderung musiman, produksi cangkaleng dan aci kawung lumayan menguntungkan. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Temanggung, aci dan gula menjadi salah satu produk andalan bagi perekonomian masyarakat. Daun aren yang masih muda biasa dimanfaatkan masyarakat pedesaan untuk bahan rokok linting yang diisi tembakau dan daun tuanya untuk bahan atap rumah. Ijuknya juga dapat digunakan untuk atap rumah, sapu, bahan tambang, penyaring air dan untuk sarang bertelur ikan di kolam. Sayangnya, saat ini sudah jarang rumah penduduk pedesaan yang beratapkan daun dan ijuk aren. Pemanfaatan ijuk sebagai atap masih terlihat untuk beberapa bangunan cagar budaya dan beberapa bangunan di objek wisata. Batang aren biasa digunakan sebagai saluran air (talang), titian (cukang), tongkat serta coet (cobek) ruyung. Selain itu, lidi dari tulang daun aren bisa dibuat sapu lidi seperti lidi daun kelapa, hanya lebih keras dan tidak mudah patah. Khasiat pohon aren untuk perawatan kecantikan dan kesehatan Kita mungkin sering terlupa dengan keberadaan berjuta tumbuhan tropis sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk hajat hidup manusia. Salah satunya ialah kemanfaatan pohon aren dalam menjaga kesehatan dan perawatan kulit. Nira aren dapat dijadikan bahan obat-obatan tradisional, misalnya untuk haid yang tidak teratur, sembelit, sariawan, radang paru-paru, disentri, kepala pusing, dan untuk memulihkan keletihan. Gula aren (palm sugar) juga berkhasiat untuk menghambat penyerapan kolesterol oleh tubuh karena memiliki kandungan kalori dan serat yang tinggi, sehingga baik untuk pencernaan. Berdasarkan penelitian, cuka dari tuak aren juga biasa dijadikan bahan ramuan biopestisida pembasmi serangga hama di huma/ladang (Iskandar dan Iskandar: 2005). Selain itu, akar muda pohon aren biasa digunakan untuk obat kencing batu ginjal, dan akar tuanya untuk bahan obat sakit gigi. Berkaca kepada tradisi perawatan masa lampau tidak ada salahnya, toch banyak manfaat yang bisa didapat. Kondisi cuaca sering tak bersahabat dengan kulit dan ketahanan tubuh kita merupakani salah satu faktor yang patut kita antisipasi meskipun dengan cara dan bahan tradisional yang terlihat sederhana. Tangkai daun atau pelepah aren yang dibakar (sarerang kawung) biasa digunakan untuk bahan kosmetik tradisional, yaitu untuk menghaluskan kulit, menghilangkan jerawat, mengobati penyakit cacar, dan luka bakar. Hasil pembakaran pelepah aren berupa abu berwarna keputih-putihan itulah yang dinamakan sarerang kawung. Biasa digunakan sebagai pupur (bedak). Para wanita Sunda zaman dulu konon menggunakan sarerang kawung sebagai bedak sehari-hari agar kulitnya tetap halus dan bercahaya. Untuk penyakit cacar atau jerawat, bisa menggunakan sarerang kawung sebagai bedak setiap menjelang tidur atau pagi hari. Insya Allah, selain menghilangkan rasa gatal juga bisa menipiskan noda/flek dan menghaluskan kulit. Pohon penghasil air manis ini ternyata multiguna, dari akar hingga buahnya memberikan manfaat yang beragam bagi kehidupan manusia. Satu hal yang patut diperhatikan ialah kelestariannya karena hingga saat ini masih sulit dilakukan pembudidayaan, terutama di

daerah pedesaan. Keberadaan dan kelangsungan hidup para musanglah yang membuat pohon aren ini masih ada di beberapa tempat. Semoga pembudidayaan yang sedang digalakkan menjadi cara efektif untuk kelangsungan hidup pohon serbaguna ini. (Nia Hidayati ) sumber: cetak.kompas.com dalam artikel Johan Iskandar : Kolang-Kaling Sajian Buka Puasa

Aren sebagai Obat

Aren, Semua Bagian Bisa Jadi ObatSumber: http://kiswanto.wordpress.com/2007/ Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) merupakan tanaman yang serbaguna. Betapa tidak, hampir semua bagian dari tanaman ini bisa bermanfaat sebagai obat tradisional. Selain berkhasiat sebagai obat, beberapa bagian dari tanaman Aren juga menghasilkan produk yang dapat dijual dengan harga yang cukup tinggi. Berikut ini sekilas informasi mengenai aren : Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) Sinonim : Arenga sacchrifera Labill. Famili : Arecaceae (Palmae). Uraian : Tidak berduri tempel. Batang tinggi sampai 25 m dan diameter 65 cm, sebagian batang yang cukup panjang berdaun, di bawahnya terdapat pelepah daun yang tepinya sobek-sobek terurai menjadi serabut hitam. Tangkai daun sampai 1,5 m, helaian daun panjangnya sampai 5 m. Anak daun sampai 145 kali 7 cm, bagian bawah ada lapisan lilin. Berumah satu, tongkol betina dengan tongkol jantan panjangnya 2,5 m. Tongkol bercabang satu kali; cabang samping panjang 1,5 m. Bunga jantan berpasangan, panjang 12-15 mm; benang sari banyak. Bunga betina berdiri sendiri, hampir bulat bola; bakal buah beruang 3, dengan 3 kepala putik. Buah buni bulat peluru, dengan ujung pesok ke dalam, garis tengah 4 cm, beruang 3, berbiji 3. Seluruh Jawa, dalam hutan atau ditanam; 1-1400 m. Catatan: Juga terkenal dengan nama yang lama Arenga saccharifera Labill. Boleh dikatakan semua bagian tanaman dipakai; akarnya untuk bahan anyaman dan untuk cambuk, batang yang dibelah untuk talang (saluran air), kayunya untuk tongkat jalan dan usuk genting, pondoh untuk sayur-mayur makan nasi, tulang daun untuk sapu dan kranjang, daun muda untuk ganti kertas rokok, serabut pelepah untuk tali ijuk, untuk genting, kranjang, sapu, sikat, terasnya dibuat sagu. Dari tongkol bunga jantan disadap cairan yang mengandung gula, di mana kemudian dibuat gula (gula Jawa), kalau dikhamirkan menghasilkan sagu air, arak atau cuka; bijinya dibuat manisan dan dimakan (kolang-kaling). Bagian yang digunakan Tuak/legen (hasil peragian dari air bunga) dan akar. Nama Lokal : NAMA DAERAH: Bak juk, Bak jok (Aceh); Pola, Paula, Bagot, Agaton, Bargot (Batak); Anau, Biluluk (Minangkabau); Kawung, Taren (Sunda);Aren, Lirang, Nanggung (Jawa);

Jaka, Hano (BaIi); Meka (Sawu); Moke, Huwat (FIores); Akel, Akere, Koito, Akol, Ketan (Sawu); Inru (Bugis); Bole (Roti); Seho (Ternate). NAMA ASING: Arengae pinnatae Radix; Akar Aren. KEGUNAAN Tuak/legen:

Sariawan. Sembelit.

Akar:

Batu ginjal. Ruam kulit.

RAMUAN DAN TAKARAN Batu Ginjal: Ramuan:

Akar Aren 2 gram Daun Keji beling 3 gram Akar Alang-alang 3 gram Herba Meniran 3 gram Air 20 ml

Cara pembuatan: Dibuat infus. Cara pemakaian Diminum 1 kali sehari, 100 ml. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari atau sampai bntu ginjal keluar. Pengobatan dihentikan setelah batunya keluar berupa batu, pasir, atau butiran. Selanjutnya minum rebusan daun Kumis Kucing dan herba Meniran, sebagai pengganti air teh. Sembelit dan Sariawan: Legen diminum seperti minuman segar lainnya. Komposisi tuak: Gula dan minyak lemak.

TANAMAN AREN (Arenga pinnata) SEBAGAI TANAMAN OBATSumber: http://www.tanaman-obat.com/tanaman-obat/157-tanaman-aren-sebagai-tanamanobat

Bagian dari tanaman aren yang digunakan sebagai bahan obat adalah akar dan nira. Akar digunakan untuk mengatasi penyakit batu ginjal dan ruam kulit, sedangkan tuak digunakan untuk mengatasi sariawan dan sembelit. Dalam mengatasi penyakit batu ginjal, akar aren digunakan bersama-sama dengan akar alang-alang, daun keji beling, herba meniran dan air. Penggunaannya dilakukan selama 14 hari atau sampai batu ginjal keluar yang dapat berupa batu, pasir atau butiran. Air aren difermentasikan menjadi cuka yang digunakan untuk bahan pengawet (mematikan mikroba) pada ikan dan makanan lain selain juga memberi cita rasa pada makanan. Nira dapat juga dibuat sebagai minuman segar, soft drink, gula semut, gula merah dan permen. Untuk pembuatan gula, pH nira dari 8 9 diturunkan menjadi netral (7). Untuk bahan baku gula, nira disadap di pagi hari selanjutnya nira disaring, dimasak dengan wadah terbuka, setelah mendidih diberikan sedikit TSP (Triple Super Phosfate) untuk menurunkan pH. Setelah pH netral, cairan disaring kembali, kemudian dipindahkan ke wadah yang lebih besar. Cairan dimasak sampai kental, dengan apikecil dan sering diaduk. Bila mencapai kekentalan tertentu, dipindahkan kewadah plastik dan disimpan pada kamar pendingin sampai mengkristal. Gula kristal dimasukkan ke wadah sentrifuge untuk pemecahan menjadi butiran sehingga terbentuk gula semut. Pembuatan gula merah dilakukan dengan proses yang sama, hanya pada tahap akhir pada saat cairan mengental, dituangkan ke dalam cetakan. Pembuatan permen dilakukan dengan pemanam bahan sirup gula yang hampir mengkristal dengan menambah ekstrak (lemon, mocca, susu, strawberry, dan lain-lain) Sirup tersebut disimpan dalam periuk tanah selama tiga bulan sambil sewaktu-waktu diaduk. Bila kristal telah terbentuk maka dikeluarkan sedikit demi sedikit lalu dibentuk kemudian dikemas sesuai ukuran yang dikehendaki. Dalam 100 ml nira segar mengandung total padatan sekitar 15,20 19,70 g, sukrosa 12,30 17,40 g, abu0,11 0,41 g, protein 0,23 0, 32 dan asam ascorbik 16 30 g.

PENGGUNAAN TANAMAN KELAPA, PINANG (Areca catechu) DAN AREN SEBAGAI TANAMAN OBATBALAI PENELITIAN TANAMAN OBAT DAN AROMATIK http://balittro.litbang.deptan.go.id Terakhir Diperbaharui Saturday, 16 February 2008 Kelapa (Cocos nucifera), pinang (Areca catchecu) dan aren (Arenga pinnata) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Palmae telah digunakan dalam pengobat-an tradisional secara turun-temurun. Kelapa digunakan sebagai tanaman obat bahkan telah terbukti mengandung vitamin, lemak, asam amino, trigliserida yang sangat dibutuhkan tubuh. Sedangkan pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacing (kremi, gelang, pita, tambang) (bijinya), menceret, di-sentri, gigi goyah (biji dan kulit biji). Mengingat

kandungan kimia tanaman pinang yakni alkaloid arekolin mengandung racun dan penenang sehingga tidak dianjur-kan untuk pemakaian dalam jumlah besar. Akar aren diguna-kan untuk mengatasi masalah batu ginjal. Pada saat ini pemakaian obat tradisional berkembang de-ngan baik sebagai salah satu alternatif untuk menanggulangi ma-salah kesehatan seiring dengan ke-cenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature). Sesuai dengan permintaan masyarakat yang meningkat, produk jamu dituntut tidak hanya berdasarkan pengalaman atau empirik saja tetapi diperlukan alasan-alasan rasional melalui referensi ilmiah sebagai produk yang alami. Informasi tentang indogeneous knowledge mengenai penggunaan tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional sangat penting, khusus-nya pemanfaatan dari jenis-jenis tanaman yang berbeda dan telah di- pakai secara turun temurun serta sudah menjadi tradisi khas di setiap daerah dan suku di Indonesia. Meskipun hanya didasarkan pengalaman yang kemudian dipraktekkan secara turun temurun, sejarah telah mem-buktikan bahwa pengobatan tradi sional telah berperan dalam me-melihara kesehatan masyarakat, jauh sebelum manusia mengenal cara pengobatan modern dan rasional. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut ialah rendahnya efek samping yang di-timbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan ialah kurangnya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dapat dipakai sebagai ramuan obat-obatan, dan cara pembuatannya. Tumbuh-tumbuhan yang memberikan manfaat, banyak ditanam di kebun atau di halaman sekeliling rumah, sehingga selalu tersedia apa-bila sewaktu-waktu diperlukan. Kelapa, pinang dan aren merupakan tanaman yang telah dibudidayakan dan dapat ditemukan di pekarangan rumah ataupun di kebun-kebun penduduk. Tulisan ini menguraikan peranan tanaman kelapa, pinang dan aren dalam ramuan pengobatan tradisional masyarakat Indonesia. Pemanfaatan Tanaman 1. Kelapa (Cocos nucifera)Kelapa hijau dipercaya berkhasiat sebagai heamostatik, antipiretik dan diuretik dan laksatif, dan dapat mengatasi penyakit bronchitis, demam, disentri, hepatitis, (akar) men-cret, sakit perut, (arang tempurung); batuk darah, batu ginjal, cacing kre-mi, keracunan ikan, muntah darah dan pencahar (daging buah), men-cret, sakit perut dan bengkak (buah muda) dan nyeri pinggang, penawar racun, peradangan usus (air kelapa) dan perawatan rambut dan bahan pembawa ramuan luka bakar (minyak kelapa) Masyarakat Dayak Kendayan di Kalimantan Barat menggunakan kelapa sebagai obat kena racun makanan, frambusia, TBC (santan dan air buahnya), mencret, disentri, cholera, lemah syawat (akarnya), borok, demam nifas (bunganya), gigi rusak/berlubang, kencing nanah (minyak tempurungnya), wasir, adanya pengapuran pada air seni (daging buahnya). Pengetahuan tradisional ini perlu dibuktikan dengan hasil analisa empirik dan saat ini telah diketahui dengan hasil analisa kandungan nutrisi dari kelapa yang banyak me-ngandung gizi esensial. Daging buah kelapa muda misalnya, kaya akan kalori terutama dari karbohidrat. Protein kelapa, dibandingkan dengan kacang-kacangan, lebih baik dalam hal asam amino isoleusin, leusin, lisin, threonin dan valin. Adapun analisa nilai nutrisi daging buah kelapa umur 8 bulan adalah kadar air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26,67%, protein 10,67%, serat kasar 3,98%, total karbohidrat 38,45%, pati 13,53%, gula sebagai glukosa 24,92%.Sementara komposisi asam amino daging buah kelapa adalah isoleusin 2,5 g/16 g N, leusin 4,9 g/16 g N, lisin 2,7 g/16 g N, metionin 1,5 g/16 g N, threosin 2,3 g/16 g N,

tripthopan 0,6 g/16 g N dan valin 3,8 g/16 g. Mineral utama yang terdapat pada daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S (4,4 ppm), Cu (3,2), P (2.4 ppm). Kan-dungan vitamin pada buah meliputi vitamin C (10 ppm), vitamin B (15 IU), dan vitamin E (2 ppm). Minyak kelapa sangat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh karena mengandung trigliserida yang ter-susun dari lemak rantai sedang (C6-C12). Komposisi asam lemak dalam minyak kelapa adalah C8 5-%, C10 6 10% dan C12 44 45% (total 55-65% asam lemak rantai sedang). Tri-gliserida asam lemak rantai sedang dapat digunakan untuk mengatasi hiper lipidemia dan kegemukan serta dapat digunakan dalam ransum untuk pasien pasca bedah dan bayi premature.Daging buah kelapa juga mengandung 0,2 mg vitamin E (sebagai tokoferol), namun proses pro-duksi minyak secara konvensional yang biasanya mengaplikasikan panas dan tekanan, mengurangi kandungan tokoferol dalam hasil akhir. Kandungan vitamin E optimum dapat diperoleh melalui perbaikan proses, yaitu dengan proses sentrifugasi santan dan produk yang dihasilkan dikenal dengan nama virgin oil. Virgin oil mempunyai aroma kelapa segar. Saat ini Virgin oil yang lebih dikenal dengan VCO (Virgin Coconut Oil) diyakini manfaatnya untuk mengatasi penyakit kanker bahkan dianggap lebih ampuh dibandingkan dengan buah merah (Pandanus conoideus). Air kelapa muda (7 8 bulan) mengandung protein 0,13 g, minyak 0,12 g, karbohidrat 4,11 g, mineral Ca 20 mg, Fe 0,5 mg, vitamin asam askorbat 2,2 3,7 mg dan air 95,01/ 100 g. 2. Pinang (Areca catechu) Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penya-kit seperti haid dengan darah ber-lebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri oleh masyarakat desa Semayang KutaiKalimatan Timur. Selain itu digunakan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memeperkecil pupil mata. Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah, bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit mata oleh suku Dayak Kendayan, di kecamatan Air Besar Kalimantan Barat. Sementara bagi masyarakat Pa-pua umumnya, pinang muda digunakan bersama dengan buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain se-bagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yoon-noni, yang didiami oleh suku Men-yah, Arfak, Biak dan Serui (Papua), biji pinang muda digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama satu minggu. Umbut pinang muda digunakan untuk mengobati patah tulang, dan sakit pinggang (salah urat). Selain itu umbut dapat juga dimakan sebagai lalab atau acar. Daun pinang berguna untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan, dan sakit pinggang. Selain sebagai obat, pelepah daun diguna-kan untuk pembungkus makanan dan bahan campuran untuk topi. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema. Biji pinang rasanya pahit, pedas dan hangat serta mengandung 0,3 0,6%, alkaloid, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasi-ne. Selain itu juga mengandung red tannin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin.

Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak alkaloid di-bandingkan biji yang telah meng-alami perlakuan. Arekolin selain berfungsi sebagai obat cacing juga sebagai penenang, sehingga bersifat memabokkan bagi penggunanya. 3. Aren (Arenga pinnata) Bagian dari tanaman aren yang digunakan sebagai bahan obat adalah akar dan nira. Akar digunakan untuk mengatasi penyakit batu ginjal dan ruam kulit, sedangkan tuak diguna-kan untuk mengatasi sariawan dan sembelit. Dalam mengatasi penyakit batu ginjal, akar aren digunakan bersama-sama dengan akar alang-alang, daun keji beling, herba meniran dan air. Penggunaannya dilakukan selama 14 hari atau sampai batu ginjal keluar yang dapat berupa batu, pasir atau butiran. Air aren di-fermentasikan menjadi cuka yang digunakan untuk bahan pengawet (mematikan mikroba) pada ikan dan makanan lain selain juga memberi cita rasa pada makanan. Nira dapat juga dibuat sebagai minuman segar, soft drink, gula semut, gula merah dan permen. Untuk pembuatan gula, pH nira dari 8 9 diturunkan menjadi netral (7). Untuk bahan baku gula, nira disadap di pagi hari selanjutnya nira disaring, dimasak dengan wadah terbuka, setelah mendidih diberikan sedkitit TSP (Triple Super Phosfate) untuk menurunkan pH. Setelah pH netral, cairan disaring kembali, kemudian dipindahkan ke wadaha yang lebih besar. Cairan dimasak sampai kental, dengan api kecil dan sering diaduk. Blaia mencapai kekentalan tertentu, dipindahkan ke wadah plastik dan disimpan pada kamar pendingin sampai mengkristal. Gula kristal dimasukkan ke wadah sentrifuge untuk pemecahan menjadi butiran sehingga terbentuk gula semut. Pembuatan gula merah dilakukan dengan proses yang sama, hanya pada tahap akhir pada saat cairan mengental, dituangkan ke dalam ce-takan. Pembuatan permen dilakukan degna pemanambahan sirup gula yang hampir mengkristal dengan menambah ekstrak (lemon, mocca, susu, strawberry, dan lain-lain) Sirup tersebut disimpan dalam periuk tanah selama tiga bulan sambil sewaktu-waktu diaduk. Bila kristal telah terbentuk maka dikeluarkan sedikit demi sedikit lalu dibentuk kemudian dikemas sesuai ukuran yang dikehendaki. Proses pembuatan tuak/arak secara tradisional adalah nira yang difermentasikan, dimasak, uapnaya dialirkan memalui selang plastik yang bagian luarnya diberi pendingin. Kandungan alkohol dalam arak ini sekitar 8%. Arak yang dibiarkan beberapa minggu kemudi-an dapat berubah menjadi cuka. Dalam 100 ml nira segar mengandung total padatan sekitar 15,20 19,70 g, sukrosa 12,30 17,40 g, abu 0,11 0,41 g, protein 0,23 0, 32 dan asam ascorbik 16 30 g. Kelapa, aren dan pinang yang merupakan kelompok tanaman dari famili Palmae dapat dimasukkan dalam kelompok tanaman obat karena bermanfaat dalam penyem-buhan penyakit. Seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan baku obat, yakni mulai dari bunga, buah, santan, air buah dan akar. Pada pinang bagian yang bermanfaat adalah biji, umbut, dan dan sabut. Sedangkan pada aren bagian tanaman yang digunakan adalah akar dan nira. (Sumber : Natalini Nova Kristina dan Siti Fatimah Syahid, Warta Puslitbangbun Vol.13 No. 2, Agustus 2007)

Pencernaan Sehat Berkat Gula Aren

Sumber: http://arengasugar.multiply.com/; Senin, 5 November 2007 Gula merupakan sejenis pemanis yang telah digunakan oleh manusia sejak 2000 tahun dahulu untuk mengubah rasa dan sifat makanan dan minuman. Gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar yaitu manis. Ada 3 gula sebagai berikut : 1. Gula Tebu 2. Gula Bit 3. Gula Merah (gula Jawa Pembuatan Gula Merah Istilah gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan cairan ini sebagai berikut : Bunga mayang yang belum diikat kuat (kadang kadang dipres dengan 2 batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula. Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2 3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar benar kental, cairan dituangkan ke mangkok mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis. Manfaat Gula Aren

1.Gula aren menurut para peneliti cukup baik dibanding gula yang dibuat dari bahan yang lain. Gula aren cukup mengandung kalori yang tinggi dan efek sampingnya tidak begitu besar pada tubuh. 2.Pohon aren dapat menghasilkan gula aren. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Selain itu gula aren dicampur dengan air dan kapur dipergunakan untuk nyareni. Gula aren juga dipakai untuk memberi warna coklat makanan. 3.Pertama, selain glukosa, gula aren mengandung protein kasar, mineral, dan vitamin. Kedua, warna cokelatnya ternyata adalah kandungan serat makanan yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Dan ketiga, terdapat senyawa senyawa yang berfungsi menghambat penyerapan kolesterol disaluran pencernaan. (Lezat/Dv). Source : http://www.indocookingclub.com

Menghilangkan Bau BadanSumber: http://segala-kecantikan.blogspot.com/2009/02/menghilangkan-bau-badan.html Bau tidak sedap pada keringat sangatlah mengganggu, apabila dibiarkan akan mempengaruhi rasa percaya diri dan gagal dalam pergaulan. Penyakit ini diantaranya adalah disebabkan oleh : darah kotor, gangguan hati atau jantung. Obatnya adalah sebagai berikut : Bahan : Kunyit (Curcuma domestica) .. 2 ibu jari Air gula aren (Arenga piata) .. 2/3 gelas Cara Pembuatan : Kunyit diparut halus. Kunyit yang sudah diparut dimasukkan kedalam gelas yang berisi air gula aren, diaduk hingga rata. Biarkan beberapa saat hinga kunyit mengendap kedasar gelas. Cara Penggunaan : Diminum setiap malam menjelang tidur. Lakukan secara rutin setiap malam. Saran-saran : Bersihkan badan secara rutin. Jangan makan jerohan, telor dan ikan serta daging kambing. Jangan minum-minuman keras dan es. Sumber : Ramuan Pusaka Prima Raga oleh : DS. Soewito M.

Menggemukkan BadanKalau badan terlalu kurus perlu juga untuk menggemukkan badan. Badan yang kurus kering, berat badan kurang dari seharusnya, mata cekung dan leher terlihat panjang tentu bukanlah

penampilan yang kita inginkan.Secara tradisional obat untuk menggemukkan badan adalah sebagai berikut : Bahan : Kelapa tua (Cocos mucifera) ..1/2 butir Kunyit (Curcuma domestica) .. 250 gr. Gula aren (Arenga piata) secukupnya. Cara Pembuatan : Kelapa diparut diambil santannya, kunyit diparut diambil sarinya. Lakukan hingga dari keduanya didapatkan air perasan 1 gelas. Semua bahan dimasak menjadi satu hingga matang sambil terus diaduk. Cara Penggunaan : Setelah dingin, minum setiap menjelang tidur malam. Lakukan secara rutin setiap hari. Saran-saran : Banyak makan makanan yang bergizi, sayuran dan buah-buahan. Jangan merokok dan minum minuman keras. Makan dan tidur dengan teratur. Hindari stress. Sumber : Ramuan Pusaka Prima Raga oleh : DS. Soewito M.

Tanaman obat aren sebagai obat tradisional sembelitSumber: http://warnadunia.com/tanaman-obat-aren-sebagai-obat-tradisional-sembelit/24 February 2009 Aren merupakan tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat tradisional penyakit sembelit yang mudah kita ramu sediri. Berikut penjelasan singkat tentang tanaman dan obat tradisional ini. Dan saya harap Anda paham dengan uraian berikut. KEGUNAAN Tuak/legen: -Sariawan. -Sembelit. Akar: -Batu ginjal. -Ruam kulit. RAMUAN DAN TAKARAN Batu Ginjal: Ramuan: Akar Aren 2 gram Daun Keji beling 3 gram Akar Alang-alang 3 gram

Herba Meniran 3 gram Air 20 ml Cara pembuatan: Dibuat infus. Cara pemakaian Diminum 1 kali sehari, 100 ml. Lama pengobatan: Diulang selama 14 hari atau sampai bntu ginjal keluar. Pengobatan dihentikan setelah batunya keluar berupa batu, pasir, atau butiran. Selanjutnya minum rebusan daun Kumis Kucing dan herba Meniran, sebagai pengganti air teh. Sembelit dan Sariawan: Legen diminum seperti minuman segar lainnya. Sekian semoga bermanfaat dan penyakit sembelit anda sembuh, dapatkanlah khasiat obat tradisional dari tanaman obat aren dengan mudah bila anda berinisiatif untuk menanam sendiri di rumah anda, bisa anda tanam di depan rumah atau di kebun belakang.

Tanaman enau sebagai obat tradisional sakit perutSumber: http://warnadunia.com/tanaman-enau-sebagai-obat-tradisional-sakit-perut/10 March 2009 Enau merupakan tanaman obat yang berkhasiat dan bermanfaat sebagai obat tradisional yang mudah kita ramu sendiri. Berikut penjelasan singkat tentang tanaman dan pemakaiannya sebagai obat tradisional. Dan saya harap Anda paham dengan uraian berikut. Penyakit Yang Dapat Diobati : Demam, Sakit perut, Sulit buang air besar ; Pemanfaatan : 1. Demam Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren. Cara membuat: dicampur dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan: diminum biasa. 2. Sakit Perut Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren, asam yang telah masak secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai merata, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum biasa. 3. Sulit Buang air besar Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren.

Cara membuat: dicampur dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan: diminum biasa. Sekian semoga bermanfaat dan penyakit kerabat anda sembuh, dapatkanlah manfaat dan khasiat obat tradisional dari tanaman obat enau dengan mudah bila anda berinisiatif untuk menanam sendiri di rumah anda, bisa anda tanam di depan rumah atau di kebun belakang.

GULA AREN DALAM KULTUR KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIAOleh : Evi, Apr 23, 06 1:03 AM Sumber: http://arengasugar.multiply.com/journal/item/7 Seseorang yang tidak memiliki latar belakang ilmu-ilmu sosial kemungkinan besar akan dibuat bingung kala membaca sebuah definisi kebudayaan. Mungkinkah kebudayaan merupakan satu-satunya konsep yang didefiniskan berbeda dan tergantung telah ilmu yang menggelutinya? Jawabnya adalah tidak tahu! Antropologi dan Sosiologi yang saudara sepupu saja mengeluarkan nada do berbeda kala mereka menyebut hal yang sama. Tapi ketika semua sisi telaah sudut pandang dibuang, kultur atau kebudayaan manusia hanyalah sejumput konsep sederhana yaitu cara hidup kelompok masyarakat. Dan cara hidup itu tak lain hanyalah jalinan-jalinan sistem soasial yang bertujuan agar hidup lebih bernilai. Kalau mau dipersempit lagi, sistem-sistem itu bisa diurai dan ditelah satupersatu. Contoh, sistem kekerabatan dan sistem ekonomi. Dari sistem ekonomi inilah kita menukik lebih tajam lagi menuju sistem agribisnis aren. Dalam masyarakat yang sumber ekonomi utamanya berasal dari pertanian aren, maka tanaman aren secara tidak langsung memperngaruhi sistem kultur masyarakat tersebut. Hal ini berangkat dari realitas bahwa aktifitas dan tata nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat terbentuk melalui rutinitas keseharian. Pengusahaan aren yang terbentuk melalui proses waktu yang panjang menghasilkan penghargaan yang tinggi terhadap tanaman ini. Salah satu contoh tata nilai yang terbentuk dalam masyarakat Jawa Barat adalah nasihat untuk hirup kudu masagi kawung, dengan makna lebih kurang, setiap manusia harus menjalani kehidupan seperti pohon aren yang mampu memberi banyak manfaat kapada alam. Dan hal itu benar adanya. Salah satu turunan produk aren yaitu gula aren merupakan bahan baku penting dalam ramuan obat-obatan tradisional Indonesia dan Cina. Sumbangan kasiatnya untuk kesehatan manusia sudah diuji coba dalam penelusuran jalan sejarah yang panjang. Ia bisa diminum langsung sebagai bahan itu sendiri ataupun dicampur dengan bahan-bahan lain. Berikut adalah contoh resep-resep pengobatan tradisional: REMATIK : Untuk mengatasi rematik, ambil 5 gram adas, 5 gram pulasari, 30 gram daun sosor bebek, GULA AREN secukupnya, direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, lalu disaring dan diminum airnya. Lakukan dua kali sehari.

GANGGUAN GINJAL: Untuk ganguan ginjal ambil satu rimpang temulawak, ditambahkan segenggam daun kumis kucing dan segenggam daun meniran dengan empat gelas air, direbus sampai tinggal setengahnya. Diminum tiga kali sehari. Untuk menambah nafsu makan bisa dicampur juga dengan rimpang lengkuas. Sedang untuk memperbaiki rasa bisa ditambah GULA AREN, asem atau jeruk nipis sesuai selera. MASUK ANGIN: Untuk penderita masuk angin, gunakan 60 gram daun pepaya, 20 gram daun sembung, 10 gram jahe, 3 batang sereh, 10 butir cengkeh, 1/2 sendok teh jintan, 30 gram GULA AREN direbus dengan 800 cc air hingga tersisa 450 cc, lalu disaring dan diminum airnya 3 kali sehari masing-masing 150 cc. KANKER: Daun ceremai (Phyllanthus acidus) dapat dapat digunakan sebagai obat antikanker. Segenggam daun ceremai muda, sejumput daun belimbing, bidara upas sejari, gadung cina sejari dan GULA AREN direbus dengan tiga gelas air hingga tinggal segelas. Ramuan ini diminum tiga kali sehari masing-masing satu gelas. PEMACU GAIRAH: MALAM pertama sangat berarti bagi pengatin baru. Ketidaktahuan soal seks akan menjadi hambatan perkawinan. Banyak jalan dapat memecahkan masalah kebekuan malam pertama. Salah satunya, ramuan khusus pengantin baru selama berbulan madu. Siapkan kencur 1 kg, jinten setengah sendok teh, kunyit putih seibu jari lima butir, daun sirih dengan rantingnya segenggam, asam tanpa biji 1/4 kg, beras segelas dan GULA AREN secukupnya. Beras direndam satu jam, lalu tiriskan. Sirih, jinten, kencur dan kunyit dicampur lalu ditumbuk sampai merata. Masukkan beras, setelah lumat ditambah GULA AREN dan sebotol air, lalu diblender. Peras dan saring, simpan di kulkas dalam botol tertutup. Tiap malam ambil lima sendok makan, campur dengan air hangat. Minum selama dua minggu berturut-turut. Kalau kurang manis, boleh ditambahkan madu dan kuning telur ayam kampung. (Minggu Pagi Online). Lantas, bila kebudayaan dipengaruhi oleh cara berpikir manusianya, alangkah arifnya jika petani mendapat pengarahan terus-menerus tentang manfaat melestarikan pohon aren sebagai penunjang ekonomi rumah tangga. Evi Sumber : 1. http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=111917&kat_id=105&kat _id1=150&kat_id2=187 2. http ://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/26/cakrawala/lainnya06.htm 3. http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2003/042/kes3.html. 4. Hembing 5. Kajian Sosial Gula Aren Banten, BPTP

EnauSumber: http://www.medikaholistik.com/ Nama Tanaman: Enau (Arenga pinnata, Merr.) Nama Lokal: Sugar Palm (Inggris), Enau (Indonesia), Kawung (Sunda); Aren (Madura), Bak juk (Aceh); Deskripsi Enau: (Arangapinnata) termasuk jenis palma, berakar kuat dan menjalar ke manamana. Enau mempunyai banyak manfaat bagi manusia, antara lain: dari kelopak bunga jantan dapat menghasilkan nira sebagai bahan untuk gula aren, buahnya dapat dibuat kolang kaling untuk campuran makanan/minuman, ijuk untuk resapan air, kesed dan sapu. Enau yang sudah berusia 15-20 tahu dapat menghasilkan nira sebanyak 8 liter tiap hari dan bila dimasak dapat menghasilkan 25-35 kilogram kolang-kaling. Namun pada umumnya pohon enau tidak disukai para petani, sebab akarnya menjalar keman-mana dan dapat merusak tanaman di sekitarnya. Enau biasanya tumbuh dan berkembang berkembang biak dengan baik di hutanhutan. Untuk Penyakit: Demam, Sakit perut, Sulit buang air besar ; Pemanfaatan 1. Demam Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren. Cara membuat: dicampur dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan: diminum biasa. 2. Sakit Perut Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren, asam yang telah masak secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai merata, kemudian disaring untuk diambil airnya. Cara menggunakan: diminum biasa. 3. Sulit Buang air besar Bahan: 1 gelas air hangat, 1 potong gula aren. Cara membuat: dicampur dan diaduk sampai merata. Cara menggunakan: diminum biasa.

Manfaat Gula ArenSumber: http://www.indofamilyhealth.com/ Tuesday, 17 February 2009 Selasa, 17/2/2009 Gula merupakan sejenis pemanis yang telah digunakan oleh manusia sejak 2000 tahun yang lampau, untuk mengubah rasa dan sifat makanan dan minuman. Gula adalah tipe makanan yang diasosiasikan dengan salah satu rasa dasar yaitu manis.

Ada 3 gula yang biasa dikonsumsi : 1. Gula Tebu 2. Gula Bit 3. Gula Merah (gula Jawa) Mengenal Gula Merah Istilah gula merah biasanya diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma, seperti kelapa, aren, dan siwalan. Secara umum cara pengambilan cairan ini sebagai berikut : * Bunga mayang yang belum diikat kuat (kadang kadang dipres dengan 2 batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula. Mayang membengkak. * Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. * Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2 3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar benar kental, cairan dituangkan ke mangkok mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar dipakai sebagai bahan baku kecap manis. Manfaat Gula Aren 1. Gula aren menurut para peneliti cukup baik dibanding gula yang dibuat dari bahan yang lain. Gula aren cukup mengandung kalori yang tinggi dan efek sampingnya tidak begitu besar pada tubuh. 2. Pohon aren dapat menghasilkan gula aren. Gula aren dipakai sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuat ketahanan warna dari pewarna alami. Selain itu gula aren dicampur dengan air dan kapur dipergunakan untuk nyareni. Gula aren juga dipakai untuk memberi warna coklat makanan. 3. Pertama, selain glukosa, gula aren mengandung protein kasar, mineral, dan vitamin. Kedua, warna cokelatnya ternyata adalah kandungan serat makanan yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan. Dan ketiga, terdapat senyawa senyawa yang berfungsi menghambat penyerapan kolesterol disaluran pencernaan. Gula Aren Obati Influenza Gula aren, 3 lembar daun pepaya dan sedikit garam, dapat dimanfaatkan sebagai ramuan obat influenza. Caranya; tumbuk daun pepaya sampai halus dan peraslah. Campur air perasan dengan garam dan gula aren. Minumlah 2X sehari. IndofamilyNetHealth.(ayu/bbs)

Aren untuk Konservasi Tanah/Air

Saekan Menjaga Sumber Air Tetap MengalirIman D. Nugroho Sumber: http://www.iddaily.net/2008/07/ Keputusan Saekan menanam Pohon Pucung di atas sumber air Sanggar 36 tahun lalu menuai hasil. Beberapa sumber air yang biasanya kering saat musim kemarau itu terus bisa berair hingga kini. Kebutuhan air ribuan warga desa pun teratasi. Langkah Saekan memperistri Tarmi, warga Desa Padas, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun Jawa Timur 1972 lampau, harus dibayar mahal. Laki-laki yang kini menjadi sesepuh Desa Padas itu harus tinggal di daerah minus air. Jangankan untuk minum, ketika pertama kali saya tinggal di sini, mendapatkan air untuk mandi saja susah, kata Saekan, Sabtu (28/06/08) ini. Bahkan, bagi laki-laki yang kini berusia 60 tahun itu tidak mandi selama lima hari adalah hal yang biasa. Kesulitan air itu juga dirasakan setidaknya oleh 1000-an jiwa yang tinggal di Desa Padas ketika itu. Penduduk setempat menganggap hal itu sebagai kondisi yang wajar. Selama bertahun-tahun, masyarakat memenuhi kebutuhan airnya dengan mengangsu (mengambil air) ke sumber air berjarak 1 Km yang letaknya jauh di dasar jurang. Tapi tidak bagi Saekan. Saya berpikir bagaimana orang terus hidup dengan kondisi seperti itu, bagaimana masa depan anak-anak desa ini mendatang, kenang Saekan.Kegelisahan itu mendorong laki-laki yang sejak muda gemar berladang ini, menanam pepohonan di sekitar sumber Sanggar, sumber terdekat yang selama ini menjadi sandaran hidup warga Desa Padas. Jaraknya hanya 1 Km. Pohon Pucung dan pohon Aren menjadi pilihan Saekan. Pohon Pucung yang berbuah kluwek (rempah-rempah penghitam masakan Rawon-RED) ini adalah pilihan paling tepat. Selain pohonnya cepat besar, jumlah akar Pohon Pucung tergolong panjang, menguatkan tanah dan menyerap air dalam jumlah banyak pula. Daun pohon ini juga tidak mungkin dimakan ternak, karena ternak tidak mau, bila dipaksanakan, bisa mati, kata Saekan. Sementara Pohon Aren yang menghasilkan kolangkaling, juga memiliki karakter yang hampir sama pula. Sembari menunggu pohon itu besar, Saekan memutuskan untuk kembali ke Desa Ngrengat, sekitar 2 Km dari Desa Padas. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya 1982, Saekan membawa keluarga, termasuk Tarmi dan anak pertamanya Hartono, kembali ke Desa Padas. Pohon Pucung dan Pohon Aren yang ditanamnya sudah mulai bisa dipanen karena sudah tumbuh besar. Selain itu, saekan melihat adanya perubahan karakter sumber air. Airnya lebih banyak, kenangnya. Pekerjaan baru di mulai. Dengan dananya sendiri, Saekan membuat tempat penampungan air sementara di sekitar sumber air. Sekaligus membuat istalasi air yang terbuat dari bambu sejauh 1 Km. Dari sumber air menuju ke rumahnya. Bambu saya belah, dan saya topangkan ke batang kayu, air pun mengalir menuju rumah saya, kata ayah dua anak, Hartono dan Udi Jatmiko ini.

Meski murah dan kuat, Saekan merasa penggunaan bambu untuk mengalirkan air rumit dalam perawatan. Banyaknya daun dalam hutan, acapkali membuat saluran bambu berhenti mengalirkan air. Dengan biaya sendiri, Saekan membeli selang plastik dengan diameter 3 Cm. Dulu satu roll sepanjang 10 meter berharga 10 ribu, saya membeli 10 roll, untuk mengganti batang bambu, katanya. Jumlah air yang terkumpul pun bertambah banyak. Alhasil, para tetangga pun bisa menikmati air sumber melalui rumah Saekan. Meski sederhana, apa yang dilakukan Saekan sangat membantu penduduk desa yang biasanya mengangsu air dengan menggunakan bambu ke sumber air di tepi jurang Desa Padas. Selain mengurus sumber air, Saekan juga membangun sebuah kelompok bernama Kelompok Tani Agromulyo. Kelompok ini tergolong unik. Dengan bekal iuran Rp.1000-an/orang dan beras 1 Kg/orang, kelompok ini mengembangkan usaha simpan pinjam. Tidak tanggungtanggung, kelompok ini sampai bisa membuat anggotanya memiliki hewan ternak. Kelompok Tani Agromulyo jugalah yang bergotong-royong memperbaiki kondisi sumber air Sumber Bendo yang terletak 4 Km dari rumah Saekan. Sumber yang memiliki debit air jauh lebih besar itu pertama kali ditemukan oleh Saekan. Ketika itu, Saekan yang membantu proses pemadaman hutan secara tidak sengaja menemukan sumber Sumber Bendo. Bersama Kelompok Tani Agromulyo, Saekan membangun tempat penampungan air di Sumber Bendo. Selain menanami pohon di sekitar sumber dengan tujuan untuk memperbanyak debit air. Saat air sudah terkumpul, Saekan dan kelompoknya membangun saluran air dari bambu, seperti yang dilakukannya di Sumber Sanggar. tu bukan hal yang mudah, karena jaraknya jauh, sampai 4 Km, katanya. Air yang mengalir dari Sumber Bendo itu mampu memenuhi kebutuhan 7 kepala keluarga. Kini, dua sumber air itu menjadi sandaran hidup masyarakat Desa Padas dalam persoalan air. Sumber Sanggar yang awalnya hanya bisa memenuhi kebutuhan 3 keluarga berkembang menjadi sumber air bersih untuk 13 keluarga. Sementara sumber Bendo, berkembang dari tujuh keluarga menjadi 50 keluarga. Tidak hanya itu, bila kebutuhan air bersih sudah selesai, air yang mengalir tiada henti, bisa digunakan untuk kocor-kocor (istilah setempat untuk pengairan lading). Yang membanggakan, pohon Pucung dan pohon Aren yang ditanam Saekan membuat sumber air di daerah lain di luar Desa Padas, memiliki debit air lebih banyak. Menurut beberapa warga, sumber air di tempat mereka kini tidak pernah mati, meskipun musim kemarau,kata Saekan. Penduduk Desa Padas yang kini berjumlah 1.667 jiwa pun tidak lagi kesulitan air. Kepala Desa Padas, Heru Sumanto yang juga anggota dari Kelompok Tani Argomulyo mengharapkan perjuangan Saekan 36 tahun lalu harus terus dilestarikan. Perkembangan anggota kelompok yang jumlahnya 55 orang tidak boleh berhenti di tengah jalan. Perlunya melibatkan generasi muda. Sementara ini, pemuda-pemuda di Desa Padas sudah mulai terlibat penanaman tanaman yang mengandung air, selain itu juga menanam cengkeh, jelas Heru. Selain itu, juga dibentuk kelompok air yang disebut Himpunan Pengguna Air Minum (Hipam). Bagi anggota Hipam, kelangsungan hidup sumber air adalah segala-galanya. Secara

berkala, anggota Hitam menyusuri saluran air (yang sudah diganti dengan paralon) untuk memeriksa kalau ada kerusakan. Biasanya, usai hujan deras, pasti kami bersama-sama memeriksa saluran air, banyak pohon tumbang sering kali membuat air macet, katanya. Hipam juga yang secara mufakat mengatur penggunaan air. Semua anggota Hipam memiliki hak yang sama. Namun bila ada yang membutuhkan air lebih banyak, anggota Hipam bisa meminta ijin dari anggota Hipam yang lain untuk menggunakan airnya, jelas Heru. Heru menggarisbawahi, ada keinginan dari Hipam dan Kelompok Tani Argomulyo untuk mempermanenkan sistem pengairan dari Sumber Sanggar maupun dari Sumber Bendo. Namun, debit air yang dimiliki kedua sumber itu tidak cukup besar. ntuk sementara, sistem pengairan yang kini sudah ada sudah cukup baik, kita sudah bisa menggunakannya dengan maksimal, katanya. Perjuangan Saekan berbuah lebih manis ketika laki-laki yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyum ini mendapatkan Penghargaan Kalpataru dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saekan dan kelompok Kelompok Tani Agromulyo dianggap sebagai penyelamat lingkungan. Mereka dianggap berhasil dalam melakukan usaha-usaha penyelamat tanah dan air di wilayah Desa Padas yang masuk dalam Kelompok Pengelola Hutan (KPH) Lawu dan sekitarnya. Saekan menganggap, Kalpataru yang diterimanya tidak membuat kondisi di Desa Padas berbuah. Masih banyak fasilitas yang harus dipenuhi, tidak punya cuma soal air, kata Saekan. Di Desa Padas hanya ada dua sekolah dasar (SD). Sementara Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada di Desa Segulung yang berjarak 2 Km dari Desa Padas. Untuk Sekolah Menangat Atas (SMA) lebih jauh lagi. SMA ada di Kecamatan Dagangan, lebih jauh lagi, sekitar 10 Km, karena itu kalau bisa ada SMA di Segulung, karena banyak anak-anak muda yang tidak melanjutkan, katanya. Penduduk Desa Padas masuk dalam golongan miskin. Pendapat perkapita di desa itu hanya Rp.400- Rp.500 ribu. Semoga Penghargaan Kalpataru bisa membawa perubahan,***

Arien Tw

REVOLUSI AREN: Mengeruk Keuntungan, Meredam Global WarmingOleh : Arien Tw, 03-Jun-2009, 00:29:12 WIB [www.kabarindonesia.com]

Sumber: http://www.kabarindonesia.com/ Berkat global warming, Indonesia akan menjadi negeri terkaya di dunia. Kuncinya adalah biofuel dari aren. KabarIndonesia Dian Tio dan para petani aren lainnya di Tomohon, Manado, Sulawesi Utara bersuka cita penuh semangat karena hasil produksi aren kini melejit menjadi primadona. Tak hanya di dalam negeri, tapi di seluruh dunia. Masih terngiang tutur kata Presiden Bambang Susilo Yudhoyono, orang nomor satu di Indonesia yang sempat menemui mereka pada 14 Januari 2007 lalu saat berdialog dengan para petani aren, Yang jelas permintaan masih tinggi sekali, Indonesia melipatgandakan produksinya pun belum mencukupi apa yang dibutuhkan oleh negara-negara pengimpor dari gula aren ini. Sebuah angin segar yang menjadi pemacu semangat para petani aren. Menjadi besar karena permintaan aren tak hanya untuk memenuhi industri gula saja, namun industri bioetanol yang saat ini sangat marak. Sejak tahun 2007, Presiden mencanangkan program nasional penanaman aren di wilayah Indonesia. Anggaran sebesar kurang lebih 60 miliar disiapkan untuk mensukseskan program tersebut. Diperkirakan luas lahan potensial yang bisa digarap untuk lahan aren sekitar 65000 hektar, tersebar di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Revolusi aren yang tiba-tiba menyeruak ini bukanlah tanpa sebab. Aren ditengarai menghasilkan bioetanol paling banyak dan paling bagus di antara tanaman lain. Target ke depan, bioetanol akan menggantikan posisi bahan bakar minyak dari fosil yang disadari makin lama persediaannya makin menipis dan didakwa menyebabkan global warming. Bahan bakar minyak fosil memang tak pernah ramah pada lingkungan. Emisi karbon yang dihasilkannya mulai terasa membawa bencana. Efek gas rumah kaca yang disebabkan emisi kabon menyebabkan kenaikan suhu yang cukup signifikan. Es di kutub mencair, gletser menurun dan hilang, permukaan laut naik, perubahan cuaca terjadi secara ekstrem dan sulit diprediksi, banjir menerjang berbagai wilayah, berbagai jenis badai datang silih berganti. Sejumlah jenis tanaman dan hewan musnah, keanekaragaman hayati menurun, hasil pertanian menurun, dan berebagai jenis penyakit mengintai manusia. Daerah gletser atau salju abadi di Puncak Carstensz tahun 1995 berkurang hingga 70%. Padahal, inilah satu-satunya gletser di negeri tropis. Di belahan dunia dengan empat musim, jumlah hari dengan suhu beku berkurang, musim panas lebih kering, dan musim dingin menjadi lebih lembab. Segala bencana tersebut sebagian besar dikarenakan penggunaan bahan bakar minyak fosil yang semakin hari berjumlah semakin besar. Sekitar 36% bahan bakar fosil yang menjadi sumber emisi karbondioksida berasal dari pembangkit listrik dan kilang minyak, 27% dari transportasi, 21% industri, dan 15% dari rumah tangga. Data Badan Energi Internasional (IEA) tahun 2005 menunjukkan, sektor transportasi dunia menggunakan 1.473 juta ton bahan bakar yang terdiri dari 872 juta ton bensin dan 601 juta ton solar. Jika tak segera diminimalisir, efek global warming akan semakin buruk, bahkan dapat menyebabkan kepunahan dunia. Para ahli memperkirakan, jika konsumsi energi fosil

terus bertambah atau minimal tidak menurun, suhu udara pada tahun 2100 akan meningkat 5,8 derajat Celcius. Namun bukanlah kaum manusia jika tak dapat menemukan pemecahan masalah melalui uji inovasi yang canggih. Pemakaian bahan bakar fosil harus segera dicarikan pengganti. Agrofuel muncul sebagai bintang. Tanaman atau bahan nabati ternyata tak hanya bermanfaat sebagai bahan pangan, tetapi juga dapat diolah menjadi bahan bakar biofuel atau biodiesel yang kualitasnya bahkan jauh lebih baik dibanding bahan bakar minyak fosil. Selain itu, biofuel pun ternyata memiliki emisi karbon yang sangat rendah, sehingga lebih ramah lingkungan. Industri agrobisnis mulai dibuka besar-besaran demi meraih target pasokan biofuel. Produksi biodiesel negara-negara Uni Eropa meningkat cepat dari 1 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 4,5 miliar liter pada tahun 2006. Produksi bioetanol dunia juga meningkat cepat: dari 30 miliar liter menjadi 46 miliar liter pada periode yang sama. Ditargetkan pada tahun 2010 produksi bioetanol dunia akan mencapai 54 miliar liter atau setara satu persen dari konsumsi energi fosil dunia pada tahun tersebut. Bahkan di Indonesia sendiri menargetkan, di rentang waktu tahun 2007 2010 pemerintah mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol, seperti yang ditetapkan pada Peraturan Pemerintah No 5/2006. Pengolahan bahan nabati tak lagi hanya sekedar untuk pemenuhan persediaan pangan, tetapi mulai merambah ke pengembangan biofuel. Jagung, tebu, singkong, kedelai, ubi jalar, kanola, maupun kelapa sawit mulai diolah skala besar untuk produktivitas biofuel. Brazil berjaya berkat produksi biofuel dari tebu. Pemerintah Amerika menghabiskan dana senilai 9,2 milyar dollar untuk subsidi ethanol di tahun 2008. Negara-negara Uni Eropa dan Afrika pun mengembangkan jagung sebagai primadona. Sedangkan negara-negara tropis seperti Indonesia maupun Malaysia memacu produktivitas kelapa sawit. Namun sebuah solusi selalu mengandung resiko. Pemecahan biofuel pun tak melulu mulus, melainkan juga menuai kritik dan kecaman. Penanaman sawit sebagai komoditi ternyata menimbulkan permasalahan yang tak kalah pelik. Sawit dan tebu terlalu manja untuk ditanam pada lahan, karena memerlukan perlakuan khusus, pun tak mau berbaur dengan tanaman lain. Akibatnya, pembabatan dan pembakaran hutan demi membuka lahan sawit membabi buta, sehingga justru menyebabkan emisi karbon besar-besaran. Indonesia sempat dituding sebagai biang kerok global warming saat banyak kebakaran hutan terjadi. Banjir tak terelakkan. Ekosistem fauna pun tak lagi lestari. Bahkan ada temuan baru yang menyatakan bahwa kadar nitrous oxide (N2O) yang dihasilkan oleh biofuel atau biodiesel dari kanola, tebu, kedelai, maupun jagung justru dapat memperparah efek global warming. Selain itu produksi yang dihasilkan jauh lebih sedikit daripada bahan yang digunakan. Jagung memproduksi bioetanol sebanyak 6.000 liter per hektar per tahun, singkong 2.000 liter, biji sorgum 4.000 liter, sedangkan jerami padi, dan ubijalar 7.800 liter. Ada tanaman yang lebih potensial dan produktif dibanding lainnya, yakni pohon aren atau enau, yang ternyata banyak tumbuh di Indonesia.

Aren memproduksi 40.000 liter ethanol per hektar per tahun. Selain itu, tanaman jenis palma ini memiliki segudang kelebihan yang tak tertandingi. Aren bisa tumbuh subur di tengah pepohonan lain dan semak-semak, di dataran, lereng bukit, lembah, dan gunung hingga ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut, jadi tak perlu membabat hutan. Selain itu, akarnya yang bisa mencapai kedalaman 68 meter ini bisa menahan erosi, serta sangat efektif menarik dan menahan air. Keuntungan lain, tanaman yang notabene merajai tanah Indonesia ini tidak membutuhkan pemupukan dan tidak terserang hama ataupun penyakit yang mengharuskan penggunaan pestisida sehingga aman bagi lingkungan. Tidak seperti singkong dan tebu yang dipanen 3-4 bulan sekali, aren dapat dipanen sepanjang tahun. Menurut Kepala Bagian Jasa Iptek Puslit kimia LIPI, Dr. Hery Haeruddin, dalam satu hektar tanah bisa ditanami 75-100 pohon. Satu pohon aren mampu menghasilkan hingga 20 liter nira per hari. Sedangkan untuk menghasilkan satu liter bioetanol diperlukan sekitar 15 liter nira. Tanaman jenis palma ini produktif hingga 6-8 tahun. Mulanya aren hanya dianggap sebagai tanaman liar yang banyak tumbuh di sekitar hutan dan hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar. Namun semenjak disadari bahwa aren merupakan komoditas potensial yang juga mampu mengeruk keuntungan besar, aren mulai dibudidayakan dalam skala besar untuk sektor industri. Pemanfaatan lahan kritis mulai dimaksimalkan. Para investor pun mulai berdatangan, baik asing maupun dalam negeri, misalnya PT Halmahera Enginering, PT Molindo Raya Industrial, Sugar Group Company (SGC), PT Tirtamas Majutama, dan masih banyak lagi perusahaan yang menilai aren sebagai peluang yang amat potensial. Beberapa investor dari Kanada, Amerika Serikat, dan Brasil siap mendanai. Bahkan, negaranegara itu siap membeli produksi bioetanol kita. Jadi, kalau di dalam negeri tidak ada yang mau membeli, tidak perlu khawatir karena pasar luar negeri sudah menunggu dan siap memborong produk bioetanol kita, kata Prabowo Subianto di sela acara kampanyenya yang berlangsung di Minahasa. Untuk membangun satu pabrik bioetanol dengan kapasitas 500 ton per hari diperlukan investasi sekitar US$ 17 juta. Jika industri ini maju pesat, masalah pengangguran pun dapat teratasi. Sejauh ini, permintaan dunia terhadap biofuel belum terpenuhi maksimal lantaran ketersediaan bahan yang masih sedikit. Padahal permintaan pasar cukup besar dan tak terbatas, terutama di wilayah Amerika dan Uni Eropa yang paling boros pemakaian bahan bakarnya. Saat ini harga bersih ethanol di pasaran dunia berkisar antara 1.15- 1.30 dolar per galon. Maka, jika Indonesia memanfaatkan peluang ini untuk memenuhi kebutuhan biofuel dunia, tak diragukan lagi bahwa negara kita akan panen devisa. Kendati demikian, jika fenomena aren maupun produk biofuel lainnya tak disikapi secara bijaksana, masalah baru pun tak terhindarkan. Ada kecemasan tersendiri bahwa produksi bahan nabati sebagai biofuel akan bersaing dengan produksi nabati untuk bahan pangan. Petani maupun pelaku industri lebih tergiur pada keuntungan memproduksi biofuel yang memiliki permintaan besar daripada memenuhi kebutuhan pangan. Akibatnya harga pangan

jadi melonjak. Rakyat kelaparan di dalam lumbung sendiri. Nyatanya, ironi tersebut sudah terjadi di beberapa negara, seperti Brazil maupun Amerika. Harga tebu dan jagung melonjak tinggi, menjadi produk eksklusif yang susah dijangkau rakyat kecil. Selayaknya hidup yang kerap dihadapkan pada dilema, jika tak mati karena kepanasan, namun mati karena kelaparan. (*)

Arif Rahmanulloh dan Elok Mulyoutami

Aren-aren yang MenghidupiCerita dari pinggiran habitat orangutan Batang Toru, Sumatera Utara Oleh: Arif Rahmanulloh dan Elok Mulyoutami Sumber: Kiprah Agroforestry, Volume 2, No. 1 Februari 2009. ICRAF Indonesia.

Pagi-pagi sebelum jam tujuh, Pak Ardi Ritonga sudah bersiap dengan seragam dan peralatannya. Baju dan celana panjang lusuh menjadi pakaian wajib. Tiga buah pisau berbeda ukuran diikat melingkar di pinggang. Kakinya dibalut sepatu ladam, sepatu hitam yang terbuat dari karet kasar. Bersamaan dengan mentari pagi yang masih hangat, ia berangkat menembus sisa kabut yang masih lengket di kaki bukit. Pak Ardi membutuhkan waktu kurang lebih satu jam berjalan kaki untuk menempuh jarak sekitar sekitar 3 km hingga mencapai kebunnya. Melewati pematang, semak, padang ilalang sampai punggung bukit, Pak Ardi sudah melakukannya setiap hari selama 12 tahun. Bargot harus di-agat tiap pagi dan sore. Kalau tidak, besoknya itu pohon tidak mau mengeluarkan air lagi, jelas Pak Ardi, bapak lima anak. Bargot adalah pohon aren dalam Bahasa Batak. Pak Ardi bercerita tentang rutinitas seorang paragat (penyadap aren) supaya bargot tetap menghasilkan air nira. Tidak ada hari libur bagi petani bargot. Pagi-pagi benar mereka harus berangkat dan pulang menjelang sore. Kadang mereka harus menginap di gubug yang ada di kebun kalau pekerjaan masih banyak. Pak Ardi tidak sendiri. Ada puluhan paragat di Desa Paran Julu. Paran Julu adalah salah satu desa di Kecamatan Sipirok yang sebagian masyarakatnya masih menggantungkan hidup dari menyadap nira dan memprosesnya menjadi gula aren. Butuh waktu sekitar 10 jam perjalanan darat dari Medan untuk sampai di Sipirok. Tim peneliti World Agroforestry Centre (ICRAF) mengunjungi Desa Paran Julu awal Desember 2008 lalu. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari uji lapangan metode cepat untuk mengidentifikasi intervensi yang diperlukan dalam pengembangan praktik-praktik agroforestri untuk peningkatan kehidupan masyarakat. Metode tersebut dikenal dengan RAFT atau Rapid appraisal of Agroforestry practices and technology. Dengan metode ini, para praktisi agroforest diharapkan dapat menggambarkan kelebihan, kekurangan, dan potensi pengembangan dari suatu sistem agroforestri dalam waktu 2 sampai 3 minggu, jelas Endri Martini, Agroforestry Tree Specialist dari ICRAF. Endri bersama peneliti lainnya melakukan pengukuran di kebun aren, diskusi kelompok dengan para petani, pengumpul dan pedagang. Observasi dan wawancara langsung juga dilakukan di kebun maupun di pasar. Para peneliti ICRAF tidak hanya melihat pengelolaan kebun aren di Sipirok. Mereka juga melakukan pengumpulan data di beberapa tempat lain seperti di Desa Pagaran Tulason yang masih termasuk Tapanuli Selatan, Desa Sibulanbulan (Tapanuli Utara) dan Desa Hutagurgur di Tapanuli Tengah. Semua desa tersebut terletak di DAS Batangtoru, salah satu kawasan hutan paling penting di Sumatra Utara yang saat ini masih menjadi habitat orangutan. Di Desa Sibulan-bulan dan Pagaran Tulason yang berada pada ketinggian antara 600-800 m dpl, karet masih menjadi sumber penghidupan utama, meskipun masyarakat setempat memelihara aren. Di kedua desa tersebut, aktifitas pembuatan gula aren hanya bersifat sampingan. Berbeda dengan di Desa Paran Julu yang berada pada ketinggian 800-1.200 m dpl, gula aren menjadi sumber penghasilan utama setelah padi sawah.

Tidak hanya gula aren Secara administratif, DAS Batangtoru terletak di tiga kabupaten sekaligus, yakni Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Pada tahun 2007, ketiga kabupaten ini menyumbang sekitar 24% dari seluruh gula aren yang dihasilkan oleh Sumatra Utara. Menurut BPS, pada tahun itu Sumatra Utara memproduksi gula aren sebanyak 3,356 ton. Gula aren adalah salah satu produk pohon aren yang paling banyak diusahakan selain ijuk, kolang-kaling dan tuak. Kebun aren masih dikelola dengan cara sederhana. Petani masih mengandalkan bibit dari aren yang tumbuh alami di kebunnya. Biji-biji aren yang menjadi bibit tersebut biasanya disebarkan oleh musang ke seantero kebun. Meskipun demikian, ada juga beberapa petani yang sudah berhasil memindahkan anakan aren ke kebun mereka, seperti di Desa Pagaran Tulason, Kecamatan Arse. Selain pengelolaan kebun, penyadapan dan pengolahan hasil juga masih dilakukan dengan cara tradisional. Di Desa Sibulan-bulan, Pagaran Tulason dan Paran Julu, petani memelihara sekitar 10-20 pohon aren untuk memproduksi gula. Dalam sehari mereka dapat menyadap sekitar 10-15 pohon aren. Tiap pagi dan sore petani mengumpulkan nira di gubug pembuatan gula (rumah gula) yang biasanya dibangun di tengah kebun. Satu pohon nira bisa memproduksi 10-30 liter tiap hari, tergantung iklim dan kondisi pohon. Dalam 2-3 hari, kuali penampungan nira akan penuh dan petani akan memulai proses manepek (membuat gula aren). Proses manepek memakan waktu sekitar 3 jam dan membutuhkan kayu bakar yang tidak sedikit. Dalam satu minggu, dari 30-100 liter nira yang dihasilkan, seorang paragat dapat memproduksi 10-30 kg gula aren dan menjualnya dengan harga sekitar Rp 9.000/kg. Jika dalam seminggu petani bisa menghasilkan 20 kg gula aren, maka dalam sebulan seorang petani dapat mengumpulkan uang sekitar Rp 720.000.

Tidak semua paragat memproses nira menjadi gula. Masyarakat di Desa Hutagurgur menyadap aren untuk dijadikan tuak. Mereka menjual tuak di lapo-lapo yang bisa ditemui sepanjang jalan desa. Seribu rupiah tiap botolnya. Untuk membuat tuak, petani tidak perlu memakai peralatan canggih. Cukup menambahkan seikat raru, sejenis akar yang tumbuh di hutan. Nira akan menjadi tuak dalam tiga hari. Jika dalam seminggu pemilik kedai

memproduksi dan menjual tuak sebanyak 15 liter, maka dalam sebulan akan mendapatkan uang sebesar Rp 100.000 dari 1 pohon aren. Berbeda dengan gula aren dan tuak yang bisa menghasilkan uang mingguan, ijuk hanya bisa dipanen 2-3 kali dalam setahun. Sekali panen, satu pohon aren biasanya menghasilkan 5 kg ijuk yang bisa dijual seharga Rp 2.000/kg. Sementara itu, kolang-kaling dipanen tiap 2 tahun sekali. Satu pohon aren dapat menghasilkan sekitar 100 kg kolang-kaling dalam sekali panen dan dijual dengan harga Rp 3.000/kg. Meskipun dengan cara-cara yang masih tradisional dan intervensi teknologi yang sangat minim, memelihara aren ternyata menjanjikan. Dengan memelihara 10-20 pohon aren, petani bisa memiliki penghasilan yang mendekati UMR Sumatera Utara tahun 2008 (Rp 822.205).

Jika dilakukan intervensi teknologi untuk meningkatkan produktifitas pohon dan kebun aren, penghidupan petani di DAS Batang Toru tentu akan menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, lembaga seperti ICRAF memiliki peranan penting dalam menghubungkan teknologi dan pengetahuan hasil penelitian ke dalam tindakan nyata di lapangan, kata Endri.

Dian Kusumanto

MENYONGSONG BANGKITNYA INDUSTRI ARENOleh : Dian Kusumanto Sumber: http://kebunaren.blogspot.com/

Industri adalah suatu sistem yang memproses bahan baku menjadi suatu produk sehingga memiliki nilai tambah. Industri Aren berarti suatu sistem yang memproses bahan baku dari pohon Aren menjadi suatu atau berbagai produk yang bernilai tambah. Bahan baku yang

berasal dari pohon Aren antara lain adalah : nira, buah kolang kaling, ijuk, lidi, daun, tepung, kayu batang, akar dan lain-lain. Sedangkan produk yang bernilai tambah yang selama ini sudah dihasilkan dari sistem industri aren antara lain : gula aren cetak, gula semut aren, gula kristal putih aren, gula aren cair, gula lempeng, gula batu aren, saguer, tuak, legen, cap tikus, bioethanol, anggur aren (palm wine), ijuk, sapu, sikat, tali ijuk, fiber sheet, atap ijuk, kolang-kaling, sapu lidi, tusuk sate lidi aren, tepung aren, mutiara sagu aren, aneka kerajinan kayu aren, serutan kulit aren, kerajinan akar aren, dll. Sistem atau rangkaian yang mempersiapkan dan pemproses sehingga menghasilkan bahan baku yang kemudian ditingkatkan nilai tambahnya dengan teknologi, sarana prasarana, input dari luar sistem, dengan sumber daya manusia dan pola manajemen dan permodalan kapital, modal social, modal alamiah, dan sterusnya, sehingga menghasilkan produk akhir (out put) yang bernilai tambah sesuai yang diharapkan. Industri Aren akan bangkit karena beberapa hal sebagai berikut :1. Produk-produk dari Aren sangat dibutuhkan oleh pasar dunia. 2. Produk-produk dari Aren memiliki nilai komparatif, karena mempunyai kekhasan yang sulit didapat dari yang lainnya. 3. Produktifitas Aren yang tinggi bisa menjadi plihan investasi yang sangat menguntungkan. 4. Dengan sentuhan teknologi yang relatif sederhana sudah memberikan nilai tambah yang sangat menjanjikan. 5. Di beberapa daerah Aren memberikan bukti yang dapat diandalkan oleh para pelakunya. 6. Ada peluang yang semakin besar karena trend dunia yang mengarah pada komoditi yang bisa mendukung kelestarian sumber daya alam serta ramah lingkungan. 7. Bisa dikembangkan pada lahan-lahan dengan kondisi iklim yang luas adaptasinya. 8. Penyerapan tenaga kerja yang besar, menjadikan komoditi Aren menjadi pilihan bagi penciptaan lapangan pekerjaan baru dan mengurangi angka pengangguran di berbagai daerah. 9. Pengembangannya bisa disinergikan dengan berbagai komoditi yang saling mendukung. 10. dll.

Kenapa kita harus menyongsongnya ? Kita harus menyongsongnya karena :1. Agar kita tidak ketinggalan dengan negara lain yang sudah dan akan mengembangannya dengan diam-diam seperti Malaysia dan Philippina, Brazil, Meksiko, dan Venezuela. 2. Agar kita bisa menyiapkan beberapa strategi yang tepat menuju keunggulan kompetiif dimasa yang akan datang. 3. Kalau strategi yang diterapkan kurang tepat maka di masa yang akan datang kita bisa kalah bersaing 4. Strategi yang kurang tepat menyebabkan industri kita tidak atau kurang efisien. 5. Kesalahan dalam memilih strategi bisa berakibat kontra produktif karena bisa memperlemah minat masyarakat dan calon-calon investor. 6. Agar kita bisa menyiapkan simulasi-simulasi atau alternatif strategi lebih matang dan tidak menyebabkan atau mengurangi tingkat kesalahan di masa yang akan datang.

Dengan skema berpikir di atas, maka dalam menyongsong kebangkitan Industri Aren atau Revolsi Aren ini maka perlu dibangun sistem Industri Aren yang terintegrasi dan yang

komprehensif. Sistem Industri Aren ini harus lebih baik dari Sistem Industri Gula berbasis Tebu, dan harus lebih baik juga dari Sistem Industri Kelapa Sawit. Makanya Sistem Industri Aren ini harus dibangun dengan visi, misi serta prinsip-prinsip yang rahmatan lil alamin, yang memberi rahmat kepada alam, masyarakat dan negara, bisa membangun dunia lebih bak, tatanan dunia baru yang berkelanjutan dan membawa bangsa Indonesia pada era yang sejahtera, maju, mandiri dan berdaulat. Amin yaa robbal alamin.

Prospek Emas Pohon ArenSumber: http://arengasugar.multiply.com/; 04 April 2008 Selamat Sukses bagi Ibu Evi dengan DIVAS PALM SUGARnya. Aren memang punya prospekyang sangat bagus. Awalnya kami juga nggak yakin, namun setelah melihat langsung di kebun petani mendengarkan cerita para petani, melihat kiprah DIVAS PALM SUGARnya Ibu Evi keyakinan bahwa pohon Aren punya prospek emas. Prospek emas si pohon Aren sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Bonang, seorang waliulloh penyebar Agama Islam di Pulau Jawa. Konon beliau waktu itu dirampok/ dibegal oleh berandal Lokajaya yang menginginkan harta dari Kaneng Sunan Bonang. Singkatnya menurut alkisah, beliau menunjuk pada pohon Aren dan mengatakan bahwa kalau ingin harta banyak lihatlah pohon Aren itu. Maka berandal Lokajaya itu melihat emas di pohon Aren tersebut. Buahnya laksana emas yan bergantungan. Emas adalah lambang kemakmuran dan kesejahteraan, bahkan lambang kemewahan. Ternyata baru awal tahun 2000-an ini para ahli bangsa Indonesia baru menyadari isyarat tersembunyi ataurahasia emas si pohon Aren. Kanjeng Sunan memang tidak menjelaskan secara jelas, namun kiranya Tuhan Yang Maha Latif mengajarkannya melalui ilmunya seorang Wali yaitu Kanjeng Sunan Bonang kepada berandal Loka Jaya. Ternyata emas itu berasal dari Nira Aren yang keluar dari hasil sadapan tangkai bunga, baik dari tangkai bunga betina maupun tangkai bunga jantan. Pohon yang sudah maksimal pertumbuhan vegetatifnya (sekitar umur 6 tahun kalau tumbuh liar atau alami) akan mengeluarkan bunga betina sampai dengan 6,8 atau 12 tandan bnga betina. Ada juga pohon Aren yang tidak pernah mengeluarkan tandan bunga betina, namun langsung dari awal masa generatifnya hanya tandan bunga jantan saja sampai akhir. Tandan bunga pertama muncul dari bagian paling atas pohon kemudian tandan berikutnya muncul dari ketiak pelepah daun yang berada di bawahnya. Tandan bunga selanjutnya muncul terus menerus bergantian dari atas menuju ke bawah sampai pada bekas ketiak pelepah daun terbawah. Dari seorang petani Aren yaitu Bapak Sarman di Mambunut Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur diketahui bahwa ternyata tandan bunga betina yang biasanya mengeluarkan buah kolang-kaling, bisa disadap air niranya. Bahkan hasil nira dari tandan

bunga