115150006 tito waluyo jiwandono bencana

Upload: rama-jatu-setiaji

Post on 06-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas bencana

TRANSCRIPT

Hubungan Antara Pendekatan Analitik dan Sintetik dengan Bencana Geologi

Kegunaan peta geomorfologiMenekankan pada kegunaan kajian yang bersifat analitik dan sintetik.a. Pendekatan AnalitikMenyajikan satuan-satuan pemetaan dan informasi geomorfologi yang meliputi aspek-aspek geomorfologi utama, yaitu morfometri, morfografi, morfogenesa, morfokronologi dll. Pada pendekatan analitik, satuanbentuklahan di klasifikasikan berdasarkan genesanya.b. Pendekatan SintetikMerupakan suatu survey multidisiplin yang menyajikan informasi terrain dalam konteks lingkungan dan hubungannya dengan ekologi bentuklahan. Pada pendekatan sintetik, diperoleh empat tingkatan klasifikasi, yaitu terrain, unit terrain, sistem terrain, dan provinsi terrain

Terapan Geomorfologi1. Geomorfologi dalam survey dan pemetaan2. Survey geologi, tanah, hidrologi, dan vegetasi3. Survey penggunaan lahan, urbanisasi, keteknikan, eksplorasi, perencanaan pengembangan wilayah4. Sintesa medan, banjir, kekeringan, gerakan massa, erosi, tsunami dll.(Verstappen, 1985 dalam Sutikno, 1987)

BENCANA GEOLOGITanah LongsorTanah longsor merupakan perpindahan material pembenuk lereng berupa batuan, bahn robakan, tanah, atau campuran dari material tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut : air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah tersebut akan menjadi licin dan tanah pelapuykan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng. Penyebab terjadinya tanah longsor dan upaya pencegahannya sangat perlu kita ketahui sehingga dapat meminimalisir terjadinya tanah longsor maupun akibat-akibat yang ditimbulkannya.

Faktor Penyabab Tanah Longsor :a) Faktor Analitik1. Topografi Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsornya mendatar.

2. Litologi (Morfostruktur Pasif)Pada umumnya, batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campiran antara kerikil, pasir dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal.

3. Struktur GeologiGetaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkan adalah tanah, bangunan, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.Struktur sesar dan kekar. Apabila suatu lahan berada diatas lempeng bumi atau daerah lipatan, maka potensi terjadi longsor semakin besar.Gunung berapi, karena aktifitas gunung berapi yang ada disekitar lahan tersebut dapat menyebabkan tanah longsor disekitarnya.

4. MorfografiKonfigurasi permukaan bumi. Apabila lahan berada ditempat dataran tinggi atau bukit maka akan berpotensi terjadi tanah longsor. Dan akan menyebabkan lahan dibawahnya seperti terjadi gempa bumi.

5. MorfodinamikProses terjadi. Missal terjadi gempa bumi atau letusan gunung berapi itu akan menyebabkan tanah longsor disekitar tempat tersebut.

6. Morfometri Susut muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

b) Faktor Sintetik1. IklimCurah Hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadnya penguapan air dipermukaan tanah dalam jumlah besar. Muncullah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi nsebagai pengikat tanah.

2. Tebal tanahJenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng >220. Tanah jenis ini memiliki potensi untyuk terjadinya tanah longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas.

3. Penggunaan LahanPenimbunan tanah urugan di lereng, kegagalan struktur dinding penahan tanah, Penggundulan hutan, itu dapat berpotensi menyebabkan tanah longsor. Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untu7k mengikat butir tanha dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

4. Keadaan airKondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

5. Faktor Manusia Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat, sehingga RUTR tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri. Adanya beban tambahan seperti beban bangunan dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor. Akibatnya banyak terjadi penurunan tanah dan retakan yang arahnya kearah lembah.http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/01/penyebab-tanah-longsor-upaya-pencegahan.html

Erupsi Gunung Apia) Pendekatan Analitik1. MorfometriBentuklahan gunung berapi tentunya memilikiukuran kuantitas berikut beberapa ukuran kuantitas beberapa tipe gunung berapi:

Bentuk Kaldera berupa kawah luas dengan dasar yang hampir datar dengan ukuran diameter kaldera antara 1,5-10 kilometer .Contoh kaldera gunung batur bali dengan diameter 10 km,kaldera gunung tambora dengan diameter 6 kilometer, kaldera rinjani dengan diameter 4,5 kilometer. Bentuk Maar contoh maar digunung lamongan jawa timur yang terbagi atas 27 maar dimana yang terbesar adalah maar klakah yang berdiameter 625 meter ,kedalaman 28 meter dan tinggi dinding kawah terhadap sekitarnya 18 meter. Bentuk Strato ,gunung starto dimana bentuknya yaitu kerucut dengan puncak mengecil biasanya gunung api strato memiliki ukuran kuantitas ketinggian yang cukup tinggi misal gunung sindoro dengan ketinggian 3100 meter,gunung sumbing 3300 meter dan gunung merapi sekitar 2900 meter.

2. Morfostruktur AktifPada masing masing tipe tipe gunung berapi tentunya memiliki sejarah proses terbentuknya sendiri-sendiri berikut beberapa proses endogen yang membentuk gunung-gunung hingga menjadi sedemikian rupa: Bentuk Kaldera , gunung api kaldera terbentuk karena terjadi karena erupsi yang disertai dengan ledakan besar atau bisa disebut dengan erupsi katastropik,dimana keadaan magma dalam tingkat vsikositas tinggi, magma kental dan tekanan yangsangat besar dari dalamgunung berapi. Bentuk Kerucut terjadi akibat erupsi magmatik explosif yaitu erupsi dimana vsikositas tinggi, kekentalan magma tinggi dan tekanan yang tinggi dari dalam namun tidak sekuat erupsi katastropik. Bentuk Perisai,pada bentukperisai ini letusan gunung berapi bersifat efulsif diman erupsi tidak diserai dengan ledakan karena vsikositas yang rendah. Bentuk Gunung Api Strato ,gunung api ini memiliki ciri ciri letusan yang merupan perpaduan antara erupsi explosiv dan efulsiv. Bentuk Kubah.lava bentuk ini sanggat berhubungan sekali dengan komposisi magma dan viskositasnya ,semakin encer magma maka akan mempunyai penyebaran yang luas ,dan jika viskositas tinggi akan menjadi sumbat lava yang sewaktu-waktu bisa terjadi ledakan akibat adanya tekanan gas yang tersenbut dari bawah. Contoh gunung yang memiliki kubah lava yaitu gunung merapi Yogyakarta dan gunung kelud. Bentuk Maar ,bentuk ini terjadi akibat suatu erupsi eksplosiv yang berlangsung singkat.

3. Morfostruktur PasifErupsi yang menghasilkan lava ,dipengaruhi oleh vsikositas lava,kandungan gas,lamanya erupsi dan komposisi magma.Berikut adalah material material hasil atau yang menyusun gunung api: Bom Vulkanik ,adalah gumpalan lava pijar yang dilemparkan ke udara secara eksplosif ,kadang-kadang meledak di udara atau permukaan tanah ,bentuknya bundar atau lonjong ,berukuran kurang dari 64 mm,sangat tergantung pada vsikositas dajarak lempar erupsinya. Lapili, merupakan bahan hasil erupsi gunungapi yang berasal dari magma ,akibat erupsi eksplosif ,berukuran 2-64 mm,dan berwarna terang. Abu Gunung Api,merupakan bahan hasil erupsi yang berasal dari magma ,terbentuk oleh erupsi eksplosif,berukuran 2 sampai dengan 1/16 mm,berupa pasir termasuk debu vulkanik. Batu Apung ,merupakan batuan yang terbentuk karena ekspansi gas yang mendadak keluar dari lava pijar yang dilemparkan membentuk tekstur vasikuler dan mengalami pendinginan cepat.

Prihadi Sumintadireja ,2000.vulkanologi. Bandung:ITB jalan ganesa 10

b) Pendekatan Sintetik

1. Tanah Pertanian yang SuburTanaman banyak membutuhkan zat kimia sebagai syarat tumbuh sempurna. Gunung api ketika meletus menghasilkan zat tersebut dan bercampur dengan tanah kemudian diserap oleh tanaman.Komposisi material dari letusan gunungapi yang juga dibutuhkan oleh tanaman antaralain sulfur,kalium,kalsium,natrium,fosfor,dsb.

2. Sumber Air PanasAirtanah yang bersentuhan dengan massa panas (heat front)didalam tubuh gunungapi kemudian mengalir ke permukaan menjadi number air panas.Dibanyak tempat,aliran air panas tersebut ditampung di kolam dan dijadikan tempat pemandian.

Wittiri S.R,2007,Gunungapi Indonesia,Bandung,Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

3. Curah HujanHujan intensitas tinggi durasi tertentu yang menimpa timbunan material lepas piroklastik hasil letusan gunung api dalam volume melimpah dapat membentuk aliran lahar.Lahar tipe ini biasanya dalam skala kecil tetapi kejadiannya dapat berulang kali selama musim hujan.

Kusumosubroto Haryono,2012,Aliran Debris & Lahar,Yogyakarta,Graha Ilmu

Daftar Pustaka :http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/01/penyebab-tanah-longsor-upaya-pencegahan.htmlhttp://www.ksdasulsel.org/artikel/karhut/248-faktor-penyebab-tanah-longsorJurnalSains&Teknologi ModifikasiCuaca,Vol. 1,No. 2, 2000:143-152Kusumosubroto Haryono,2012,Aliran Debris & Lahar,Yogyakarta,Graha Ilmu

Prihadi Sumintadireja ,2000.vulkanologi. Bandung:ITB jalan ganesa 10

Verstappen, 1985 dalam Sutikno, 1987Verstappen, H., 1983, Aplied Geomorfology: Geomorphological Surveys forEnvirmomental Development. International Institute for Aerial Survey.Enschede. The Netherlands

Verstappen, H., 2013, Garis Besar Geomorfologi Indonesia. Penerjemah Sutikno, Gadjah MadaUniversity Press. YogyakartaWittiri S.R,2007,Gunungapi Indonesia,Bandung,Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi