1. gawatdarurat medik & cpr.pdf
TRANSCRIPT
Pengenalan gejala dan tanda yang dapat mengancam keselamatan jiwa dan upaya
mempertahankan kehidupan
PELATIHAN OBSTETRI EMERGENSI DASAR (POED) KEPANITERAAN KLINIK DISIPLIN ILMU OBGIN FK UMI / UNISMUH 2015
Umum • mampu untuk mengenali dan menatalaksana
kegawatdaruratan medik obstetrik
Khusus • Mampu mengenali dan melaksanakan tindakan
medik untuk menatalaksana: Syok Syok hipovolemik
Syok septik
Syok neurogenik
Perdarahan hebat
Infeksi atau Sepsis
Henti Jantung dan Napas atau Asfiksia
Trauma Intraabdomen
Kejang atau Kehilangan Kesadaran
upaya pemulihan kesadaran penderita yang
secara klinis dan mendadak atau baru
mengalami kehilangan tanda-tanda kehidupan atau
restorasi fase awal kegagalan fungsi vital, baik
sistem pengaturan fungsi vital tunggal maupun
majemuk
Dukungan Awal terhadap
Fungsi Vital (Basic Life-support) : Airway (Bebaskan jalan nafas)
Breathing (Pulihkan napas/ventilasi)
Circulation (Perbaiki sirkulasi)
Dukungan Lanjut terhadap
Fungsi Vital (Advanced Life-support)
: Drugs and Fluid (Obat dan cairan)
Electrocardiography (Periksa Jantung)
Fibrilation (Atasi ggn impuls jantung)
Mempertahankan Fungsi Vital
(Prolonged Life-support) : Gauging (Penilaian dan terapi lanjutan)
Human Mentation (jaga fungsi normal)
Intensive Care (Perawatan Intensif)
Elemen-elemen penting dalam stabilisasi pasien adalah :
• Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan sistem respirasi dan sirkulasi
• Mengganti cairan tubuh yang hilang
• Memotong atau menghentikan kejang
• Menghentikan sumber perdarahan atau infeksi
• Mempertahankan suhu tubuh
• Memperbaiki kadar gula darah
• Mengatasi rasa nyeri atau gelisah
• Memperbaiki perfusi jaringan
Kondisi gawatdarurat umumnya memerlukan restorasi cairan
Restorasi segera dengan larutan isotonik yang dianjurkan:
• Ringer Laktat
• NaCl fisiologis/garam fisiologis (normal saline).
Mempertahankan volume intravaskuler (koloidal)
Untuk pemberian cairan infus, perhatikan :
• jumlah cairan yang akan diberikan (3 X total loss)
• lamanya pemberian per unit cairan
• ukuran atau diameter jarum (no. 16-18) dan kecepatan tetesan.
• Jumlah per mililiter tetesan (bervariasi antara 15-20 tetes per
mililiter).
Transfusi darah untuk restorasi segera terhadap defisit darah akibat perdarahan
Dapat menyelamatkan pasien tetapi juga memiliki risiko yang fatal (anafilaktik, hemolisis atau inkompatibilitas) atau risiko transmisi penyakit berbahaya (HBV, HIV/AIDS)
Pemberian transfusi darah, harus melalui serangkaian proses yang teliti dan pertimbangan yang matang
Seleksi akurat terhadap donor dan darah
Uji tapis dan kajian prevalensi penyakit menular di komunitas donor untuk menghindarkan infeksi melalui transfusi darah dan uji keamanan darah donor
Progam jaga mutu darah dan produk darah
Jaminan akurasi golongan darah, uji kompatibilitas, kualitas pemisahan dan penyimpanan komponen darah dan keamanan transportasi darah
Kesesuaian indikasi bagi penggunaan darah dan produknya
Sebelum transfusi darah
dilakukan
Pada saat transfusi diberikan
15 menit setelah transfusi darah
berjalan
Setiap jam selama transfusi darah
Setiap jam dalam 4 jam pertama
setelah transfusi darah
Pasien wanita 25 th, HPP
Tensi 60, nadi lemah teraba 160 / menit
Telapak tangan dingin basah, Hb 6
#2 : RL
#3 : RL
#4 : HES
#5 : Transfusi
#1 Posisi Syok
Jika infus cairan sudah cukup (Nadi <100, T-sistolik > 90-100)
ternyata Hb < 7- 8 g/dl, maka disiapkan transfusi.
Jika ternyata Hb ≤ 5 g/dl, maka harus segera transfusi
1. Segera atasi sumber perdarahan
2. Bila perlu anestesia, gunakan ketamine
(bila tidak ada kontraindikasi)
Bila perdarahan menyebabkan terjadinya perubahan
tanda vital (hipotensi) maka jumlah darah yang keluar
telah mencapai 1000-1200 ml
Bila terjadi syok hipovolemik maka jumlah perdarahan
telah mencapai 2000-2500 ml
hipotensi
S y o k
Gagal Jantung
Tabel 1-2: Antibiotika kasus infeksi penyerta kasus gawatdarurat
Antibiotika Dosis Keterangan
Ampisilin Benzilpenisilin Qinolone Kloramfenikol Gentamisin Doksisiklin Tetrasiklin Metronidazol
1 g IV tiap 4 jam atau 500 mg (oral) tiap 6 jam 10 juta IU IV per 4 jam 500 mg t.i.d 1 g IV tiap 6 jam 1,5 kg/kg BB/dosis IV/IM per 8 jam 100 mg tiap 12 jam 500 mg tiap 6 jam (jangan diberikan bersamaan dengan susu atau antasida) 1 g IV atau per rektal tiap 12 jam atau 500 mg oral tiap 6 jam
Spektrum luas, murah Ada efek samping serius efektif untuk kokus Gram (+) dan GO Baik untuk Gram + tapi bahaya thd fetus Baik untuk sepsis, penekanan sum-sum tulang, pantau gambaran darah Efektif untuk Gram (-) dan flora usus Aktif untuk kuman Gram (+), Gram (-) termasuk Klamidia. Sebagai ganti atau kombinasi dengan Ampisilin. Baik dikombinasikan dengan Metronodazol Baik untuk Gram (-) dan Anerob. Dapat dikombinasikan dengan Ampisilin dan Doksisiklin. Alternatif dari Klindamisin. Relatif murah dan mudah didapat. Serapan oral mencapai kadar serum yang sama dengan Intravena
Pasien dengan imunisasi lengkap dalam 5 tahun terakhir dan lukanya tergolong bersih maka tidak perlu diberikan serum anti tetanus.
Luka yang terkontaminasi bahan infeksius (risiko tinggi tetanus) harus diberikan 0,5 ml TT dan Imunoglobulin Tetanus (TIG/ATS).
Bila riwayat imunisasi tak jelas dan luka dengan risiko tinggi tetanus maka berikan TT dan TIG/ATS (jangan menyuntikkan kedua bahan tersebut dengan jarum/ tabung suntik dan pada lokasi suntikan yang sama
• nadi cepat dan halus (> 100 X per menit)
• menurunnya tekanan darah (diastolik < 60 mmHg)
• pernafasan cepat (respirasi > 32 X per menit)
• pucat (terutama pada konjungtiva palpebra, telapak tangan , bibir)
• berkeringat, gelisah, apatis/bingung atau pingsan/ tidak sadar
Tinggikan tungkai untuk membantu beban kerja jantung.
• Bila setelah posisi tersebut ternyata pasien menjadi sesak atau mengalami edema paru maka kembalikan tungkai pada posisi semula dan tinggikan tubuh atas untuk mengurangi tekanan hidrostatik paru
Nilai kegawatan melalui pemeriksaan tanda vital
Cegah hipotermia dan miringkan kepala/tubuh pasien untuk mencegah aspirasi muntahan.
• Jangan berikan sesuatu melalui mulut untuk mencegah aspirasi.
Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui slang atau masker dengan kecepatan 6-8 liter per menit
Selalu periksa ketersediaan dan kelengkapan obat-obatan
gawatdarurat
Syok (hemoragik, septik, reaksi vasovagal, dll)
Perdarahan obstetrik akut
Kejang eklampsia
Kehilangan kesadaran
Kesulitan bernafas (kor-pulmonal atau edema/
emboli paru)
Hipo/hiperglikemia
Dekompensatio Cordis
Overdosis obat
Reaksi anafilaktik
Malaria Cerebral
Gangguan pembekuan darah/DIC
Antibiotik
• Ampisilin
• Amoksilin
• Benzatin penisilin
• Ciprofloksasin
• Cefazolin
• Ceftriakson
• Kloksasilin
• Eritromisin
• Gentamisin
• Metronidazol
• Trimetoprim-
Sulfametoksazol
Steroid
• Hidrokortison
• Betametason
• Deksametason
Anti kejang
• Magnesium sulfat
• Diazepam
Antihipertensi
• Hidralazin
• Nifedipin
• Labetalol
Uterotonika
• Oksitosin *
• Ergometrin *
• Metil ergometrin
• Misoprostol
• Prostaglandin E2
• 15-metil prostaglandin F2α
Anestetik
• Ketamin
• Lignokain 1% atau 2%
• Halotan
Analgetik
• Parasetamol
• Indometasin
• Petidin
• Morfin
Cairan infus
• Garam fisiologis
• Dekstrosa 5%
• Glukosa (10%, 50%)
• Ringer Laktat (RL)
• Akuades steril
* Simpan dalam lemari pendingin
Obat-obatan Gawat Darurat lainnya
• Adrenalin
• Aminofilin
• Sulfas Atropin
• Kalsium glukonas
• Digoksin
• Difenhidramin
• Efedrin
– Furosemid
– Nitrogliserin
– Nalokson
– Prednisolon
– Prometazin
– Dopamine
– Nor-epinephrine
Ambu bag (resusitator manual)
Sungkup hidung-mulut
Silinder oksigen dengan flow-meter dan katup
aliran, kunci silinder, dan selang
Mesin penghisap / suction (manual/elektrik)
dengan selang dan tabung
Kateter hisap yang tidak fleksibel (Ø 18)
Kateter hisap yang fleksibel
Guedel (ukuran 90 mm dan 100 mm)
Selang nasofaring (ukuran 28 dan 30)
Pelumas untuk intubasi nasogastrik
Turniket
Alat pengukur tekanan darah
Stetoskop
Senter
Baskom muntah
Bidai lengan
Selimut Cairan infus (Garam fisiologis dan Dekstrosa 5%) Set infus, jarum Ø 14 atau 16, dan selang Plester Kasa pembalut Antiseptik Spuit hipodermik (5,10,20 ml) dan jarum Spuit insulin Benang jahit kromik 3.0 / 2.0 & jarum atraumatik Kateter Foley (Ø 16 atau 18) dan kantong penampung Formulir pencatatan (Grafik cairan, formulir
laboratorium, grafik per jam, dll)
Peralatan tambahan :
• Laringoskop, dengan lampu dan baterai cadangan
• Selang endotrakeal (Ø internal 7 atau 7,5 mm)
• Kawat penuntun ETT
• Spuit 5 ml (untuk mengembangkan kaf)
Level Rumah Sakit:
• Mesin anestesi inhalasi umum
• EKG (dengan kertas dan jel)
• Defibrilator
Menyelamatkan jiwa pasien gawatdarurat
Resusitasi Kardiopulmoner (CPR) adalah upaya
untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru
melalui pengaliran udara ke paru, ventilasi dan
kompresi dada untuk penyelamatan jiwa
seseorang apabila terjadi henti napas dan/atau
jantung.
Read more: http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Cardiopulmonary-
Resuscitation.html#ixzz0Ob28CbWg
Bila dilaksanakan dengan baik dan benar, CPR dapat menyelamatkan orang dari kondisi gawat-darurat seperti: • kehilangan kesadaran,
• serangan atau henti jantung,
• syok,
• asfiksia,
• perdarahan hebat,
• toksikasi obat atau bahan beracun,
• kondisi lain yang dapat menyebabkan henti napas dan jantung.
Tujuan CPR adalah membawa oksigen ke paru dan mempertahankan sirkulasi sehingga oksigen dapat didistribusikan ke seluruh tubuh.
Bila defisit oksigen berlangsung lama ( > 4-6 menit), maka dapat terjadi kerusakan otak permanen atau kematian ( > 8 -10 menit) akibat kegagalan fungsi multi-organ.
Read more: http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Cardiopulmonary-Resuscitation.html#ixzz0Ob2NCJTN
Ada 3 gejala yang mengindikasikan
perlu segera dilakukan CPR dan
memperoleh dukungan medik lanjutan,
yaitu: • kehilangan kesadaran,
• henti napas,
• denyut nadi tidak teraba. Read more: http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Cardiopulmonary-Resuscitation.html#ixzz0Ob2bL8Rt
Lakukan ventilasi
dengan balon
(bagging) dan
masker
Gambar A: Baringkan pasien & bebaskan jalan napas.
Gambar B: Buka mulut dan angkat dagu (posisi ekstensi)
Gambar C: Lakukan pernapasan buatan (ventilasi).
Gambar D: Periksa denyut arteri Karotis.
Gambar E: Bila pulsasi arteri (-), lakukan pijat jantung.
Gambar F: Ventilasi (Balon & Masker) Read more: http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Cardiopulmonary-Resuscitation.html#ixzz0Ob4UVoLT
Baringkan pasien di tempat rata dan keras
Pastikan jalan napas tanpa halangan
Lakukan kompresi dada 30 kali yang
dilanjutkan dengan ventilasi 2 kali dalam waktu
30 detik
Ulangi prosedur hingga pasien bernapas
spontan dan denjut jantung kembali normal
Bila pasien tidak sadar, henti napas/jantung guncangkan tubuhnya dan bila tak ada respon, segera lakukan CPR.
Pasien : • Baringkan (punggung di lantai) dan luruskan tubuhnya
• Ganjal bahunya dengan gulungan handuk, kain atau baju
• Buka pakaiannya sehingga menampakkan dinding dada.
Penolong : • Posisi berlutut menghadap pasien,
• Ekstensikan kepala,
• Angkat dagu, buka mulutnya dan pertahankan posisi ini,
• Pastikan jalan napas terbuka dan bebas,
• Dengarkan bunyi udara (keluar-masuk) melalui mulut dan perhatikan gerakan dinding dada pasien
Bila pasien tidak bernapas, lakukan
pernapasan buatan:
• Pasang masker mencakup mulut dan hidung
• Lakukan ventilasi percobaan (2 x): perhatikan gerakan dinding dada
lakukan reposisi kepala bila ventilasi gagal
• Lakukan ventilasi defenitif bila dinding dada terangkat saat udara masuk (bag & mask)
Bila terjadi pernapasan spontan: • Sebelum melanjutkan resusitasi, perhatikan: o sirkulasi atau frekuensi denyut nadi meningkat
o timbul refleks batuk atau upaya bernapas
o tubuhnya mulai bergerak spontan
Bila terjadi henti jantung, lakukan pijat jantung:
• Penolong meletakkan satu tangannya pada ⅓ bawah sternum
• Tangan lain, diletakkan pada punggung tangan pertama dengan jari-jari tangan saling mengisi (interlocked)
• Luruskan siku dan tekan dinding dada dengan menggerakkan tubuh ke bawah (hingga udara keluar) 30 kali dan 2 kali ventilasi (per 30 detik) dan lanjutkan kompresi dinding dada hingga terjadi pernafasan spontan dan denyut nadi meningkat
Melanjutkan kompresi: • Beri 2 kali ventilasi sebelum kompresi
• Lanjutkan 30 kompresi dada dan 2 kali ventilasi
(dalam 30 detik) hingga terjadi pernapasan
spontan dan sirkulasi membaik
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan penolong untuk membantu dan sekaligus melindungi pasien selama dan setelah CPR:
• Jangan tinggalkan pasien sendirian. • Jangan meneruskan kompresi bila tampak pulsasi
karotis atau jantung telah berdenyut kembali • Jangan beri sesuatu (makanan atau minuman)
melalui mulut • Jangan menampar atau memukul muka pasien
sebagai upaya menyadarkan pasien. • Jangan meletakkan bantal di bawah kepala pasien.