wilayah kekuasaan kerajaan majapahit

Upload: kimas-to-piek

Post on 11-Oct-2015

167 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    DONGENG ARKEOLOGI & ANTROPOLOGI Oleh : Ki Bayuaji

    Seri Surya Majapahit Sumber :

    http://pelangisingosar i.wordpress.com/ Ebook : Dewi KZ

    http://kangzusi.com/ atau http://dewi-kz.info/ http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Waosan kaping-10:

    WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MAJAPAHIT (Parwa ka-1) Perwujudan Cakrawala Mandala Nusantara

    Majapahit dalam abad 14 merupakan kekuasaan besar d i Asia Tenggara, menggantikan Mataram dan Sriwijaya, dua buah Negara yang berbeda dasarnya, yang pertama merupakan Negara pertanian, yang kedua adalah Negara maritim, kedua ciri itu dimiliki oleh Majapahit.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Visi dan keinginan kuat untuk membangun kerajaan yang mengedepankan kekuatan maritim dan agraria telah menjadi tekad Raden Wijaya, anak menantu Kertanegara.

    Visi itu diwujudkan dengan memilih lokasi ibukota Kerajaan Majapahit di daerah Trik/Tarik d i h ilir sungai Brantas dengan maksud memudahkan pengawasan perdagangan pesisir dan sekaligus dapat mengendalikan produksi pertanian di pedalaman, selain itu perluasan cakrawala mandala ke luar Pulau Jawa, yang meliputi daerah seluruh dwipantara.

    Puncak kejayaan bahari tercapai pada abad ke-14 ketika Majapahit menguasai seluruh Nusantara bahkan pengaruhnya meluas sampai ke negara-negara asing tetangganya. Kerajaan Majapahit di bawah Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Gajah Mada, dan yang berada di ujung terdepan armada laut Kerajaan Majapahit adalah Kapal Perang Kerajaan yang dipimpin oleh Senapati Sarwajala (Laksamana Laut) Mpu Nala; telah berkembang pesat menjadi kerajaan besar yang mampu memberikan jaminan bagi keamanan perdagangan di wilayah Nusantara.

    Penyatuan Nusantara oleh Majapahit melalu i ekspedisi-ekspedisi bahari d imulai tak lama setelah Mahapatih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Tan Ayun Amuktia Palapa yang terkenal itu pada tahun 1334:

    Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tajung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.

    Ekspansi bahari ini tercatat dalam Negara Kertagama anggitan Mpu Prapanca pada tahun 1365. Menurut kitab

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Pujasatra Ngaraktgama pupuh XIII dan XIV, berikut adalah daerah-daerah nusa pranusa pramuka pulau demi pulau sebagai negara bawahan Majapahit disebut sebagai macanagara.

    Negara-negara taklukan di Jawa tidak disebut karena masih dianggap sebagai bagian dari mandala kerajaan. Hal yang menarik adalah tidak disebutkan sama sekali mengenai Kerajaan Sunda dan Madura. Perlu pula disadari bahwa nama-nama di bawah ini adalah berdasarkan klaim Majapahit dan belum pernah ditemukan bukti mengenai pengakuan suatu daerah atas kekuasaan negara itu.

    Dalam daftar ini diberikan pula nama modern suatu tempat bila sudah disepakati sebagian besar ahli sejarah.

    Buku ini membagi wilayah kekuasaan Majapahit dalam empat kelompok wilayah :

    I. Wilayah-wilayah Sumatra. Sumatra disebut di Ngaraktgama sebagai Melayu

    Jambi.

    Palembang.

    Keritang, sekarang kecamatan Keritang Indragiri Hilir.

    Teba (Batak Toba).

    Darmasraya (Kerajaan Malayu Dharmasraya).

    Kandis.

    Kahwas.

    Minangkabau (masyarakat periode pra-Pagaruyung).

    Siak, masyarakat pra-Kesultanan Siak.

    Rokan (Rokan Hilir dan Rokan Hulu).

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Kampar.

    Pane (Panai).

    Kampe (Pulau Kampai, pulau di Kabupaten Langkat sekarang).

    Haru (atau Aru, berpusat di Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang sekarang).

    Mandsailing.

    Tamihang (Aceh Tamiang).

    Perlak (Peureulak).

    Padang Lawas.

    Samudra.

    Lamuri (pusatnya sekarang berupa desa di Kabupaten Aceh Besar).

    Bantan (Pulau Bintan).

    Lampung.

    Barus (atau Pancur, kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah sekarang).

    II. Wilayah-wilayah di Tanjung Negara (Kalimantan) dan Tringgano (Trengganu) . Kalimantan disebut di Ngaraktgama sebagai Nusa Tanjungnegara dan/atau Pulau Tanjungpura

    Kapuas-Katingan (sekarang Kabupaten Kapuas-Kabupaten Katingan di Kalimantan Tengah).

    Sampit (sekarang ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur).

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Kuta Lingga (artinya kota Lingga, situs Candi Laras?/Kerajaan Negara Dipa)

    Kuta Waringin (artinya kota beringin, masyarakat pra-Kerajaan Kotawaringin, sekarang Kabupaten Kotawaringin Barat).

    Sambas (Kerajaan Sambas Kuno, sekarang Kanupaten Sambas).

    Lawai (hulu sungai Kapuas).

    Kadandangan (sekarang kecamatan Kendawangan, Ketapang).

    Landa (Kerajaan Landak, sekarang Kabupaten Landak).

    Samadang (Semandang, wilayah Kerajaan Tanjungpura)

    Tirem (Tirun/Kerajaan Tidung, sekarang Kota Tarakan?)

    Sedu (di Serawak).

    Barune (sekarang negara Brunai).

    Kalka

    Saludung (Kingdom of Maynila), sekarang Kota Manila, Filip ina)

    Solot (kerajaan masyarakat [Dayak]-Buranun, penduduk pegunungan di Kepulauan Sulu cikal bakal suku Suluk/Kesultanan Sulu).

    Pasir (masyarakat pra-Kesultanan Pasir, sekarang Kabupaten Paser).

    Barito (sekarang Kabupaten Barito Utara).

    Sawaku (Sawakung Berau kuno atau kecamatan Pulau Sebuku, Kota Baru).

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Tabalung (sekarang Kabupaten Tabalong dengan kotanya Tanjungpuri di tepi sungai Tabalong, ibukota pertama Kesultanan Banjar pada era Hindu).

    Tanjung Kutei (Kesultanan Kutrai Kartanagara, Tanjung = Berau kuno)

    Malano (di Nusa Tanjungpura, masyarakat suku Melanau di Serawak dan Kalimantan Barat).

    III. Wilayah-wilayah d i sekitar Tumasik (Singapura) Semenanjung Malaya: Wilayah yang sekarang dikenal sebagai Malaysia Barat in i d isebut di Ngaraktgama sebagai Hujung Medini

    Pahang, negara bagian Pahang, Malaysia.

    Langkasuka.

    Saimwang.

    Kelantan.

    Terengganu.

    Johor.

    Paka, sekarang cuma merupakan desa nelayan.

    Muar, sekarang distrik di Johor.

    Dungun, sekarang adalah desa nelayan di Terengganu

    Tumasik, sekarang menjadi negara Singapura.

    Kelang, (Selangor).

    Kedah.

    Jerai.

    Kanjapiniran.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    IV. Wilayah-wilayah di sebelah t imur Pulau Jawa (Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku sampai Irian).

    Bali (yang disebut adalah Bedahulu dan Lawagajah (Lilowang, Negara).

    Sukun.

    Taliwang (di Pulau Sumbawa).

    Pulau Sapi.

    Dompo (Dompu).

    Sang Hyang Api (Gunung Api, Sangeang).

    Hutan Kendali (Pula Buru).

    Pulau Gurun (Gorong), atau Lombok Mirah (Lombok Timur).

    Sasak (dikatakan diperintah seluruhnya).

    Sulawesi yaitu Batayan (Bontain, Bantaeng?).

    Luwuk (Kesultanan Luwu).

    Udamakatraya dan pulau lain-lainnya.

    Pulau Makasar.

    Pulau Butun (Buton, Kesultanan Buton).

    Pulau Banggawi (Kepulauan Banggai).

    Kunir (P. Kunyit).

    Galian.

    Salaya (Saleier), Salayar (Pulau Selayar).

    Sumba.

    Bima.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Solot (Solor).

    Maluku yaitu Muar (Kei).

    Wanda(n) (Kepulauan Banda).

    Ambon atau pulau Maluku.

    Ternate.

    Wanin (Onin, daerah Kabupaten Fakfak).

    Seran (Pulau Seram, Irian bagian Selatan).

    Timor dan beberapa lagi pulau-pulau lain.

    Dengan demikian, orang akan melihat bahwa luas wilayah Majapahit kurang lebih sama dengan wilayah Hindia Belanda dikurangi dengan Jawa Barat karena dalam daftar tak disebutkan nama Pasundan.

    Bahkan juga terungkap dalam catatan sejarah bahwa pengaruh dalam kaitan sebagai negara-negara Mitreka Satata, Kerajaan Majapahit telah sampai kepada beberapa wilayah negara asing, antara lain: a.Syangkayodhyapura (Ayutthaya dari Thailand), b.Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), c.Marutma, d.Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), e.Kerajaan Champa (Kamboja), f.Yawana g.(Annam), sebagai negara aliansi Majapahit, selain itu terdapat beberapa negara yang menjalin kemitraan dengan Majapahit adalah: a.Lagor, b.India, c.Filipina, dan d.Cina

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Keberhasilan Kerajaan Majapahit mewujudkan visi Sumpah Palapa, selain dibakar semangat kebangsaan patriot ik di bawah komando Mahapatih Gajah Mada, juga banyak disumbang oleh keberhasilan Majapahit dalam mengembangkan teknologi bahari berupa kapal bercadik yang menjadi tumpuan utama kekuatan armada lautnya. Gambaran model konstruksi kapal bercadik sejak zaman Sriwijaya, S ingasari, dan Majapahit telah terpahat rapih pada relief Candi Borobudur.

    Armada laut Majapahit in i didukung oleh persenjataan andalan berupa meriam hasil rampasan dari bala tentara Kubilai Khan ketika menyerang Kediri (atas tipudaya Raden Wijaya) yang ditiru Majapahit dari peralatan perang Kubilai Khan itu.

    Wilayah kekuasaaan langsung

    Semua kebesaran itu diawali di sebuah wilayah d i Jawa Timur, bernama Trowulan, Mojokerto. Di sin i dijumpai peninggalan-peninggalan budaya Majapahit yang eksotis yang bersifat monumental maupun artefak.

    Wilayah Majapahit yang terletak di lembah sungai Brantas di sebelah tenggara kota Mojokerto, di daerah Tarik, sebuah kota kecil di persimpangan kali Mas dan kali Porong. Diperkirakan pada akhir tahun 1292 tempat itu masih merupakan hutan belantara, penuh dengan pohon maja seperti kebanyakan dengan daerah lainnya di sungai Berantas. Dengan bantuan Adipati Wiraraja dari sumenep yang mengirim orang dari Madura, berhasil ditebang untuk dijadikan pemukiman dan dinamakan Majapahit.

    Pada bulan ketiga tahun 1293, setelah seluruh pasukan Tartar dibawah pimpinan Shih Pi, Ike Mese, dan Kau Hsing

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    berkumpul di mulut sungai Kali Mas, penyerbuan ke kerajaan Singasari mulai dilancarkan.

    Kekuatan kerajaan Singasari di sungai tersebut dapat dilumpuhkan, lebih dari 100 kapal berdekorasi kepala raksasa dapat disita karena seluruh prajurit dan pejabat yang mempertahankannya melarikan diri untuk bergabung dengan pasukan induknya.

    Peperangan besar baru terjadi pada hari ke-15, bila dihitung semenjak pasukan Mongol mendarat dan membangun kekuatan di muara Kali Mas, di mana bala tentara gabungan Mongol dengan Raden Wijaya berhasil mengalahkan pasukan Singasari.

    Kekalahan ini menyebabkan sisa pasukan kembali melarikan diri untuk berkumpul di Daha, ibukota Singasari. Pasukan Ike Mese, Kau Hsing, dan Raden Wijaya me lakukan pengejaran dan berhasil memasuki Daha beberapa hari kemudian. Pada hari ke-19 terjadi peperangan yang sangat menentukan bagi kerajaan Singasari.

    Dilindungi oleh lebih dari 10.000 pasukan raja Jayakatwang berusaha memenangkan pertempuran mulai dari pagi hingga siang hari. Dalam peperangan ini dikatakan bahwa pasukan Mongol menggunakan meriam yang pada zaman itu masih tergolong langka di dunia.

    Terjadi tiga kali pertempuran besar antara kedua kekuatan yang berseteru ini di keempat arah kota dan dimenangkan oleh pihak para penyerbu. Pasukan Singasari terpecah dua, sebagian menuju sungai dan tenggelam di sana karena dihadang oleh orang-orang Mongol, sedang sebagian lagi sebanyak lebih kurang 5.000 dalam keadaan panik akhirnya terbunuh setelah bertempur dengan tentara gabungan Mongol-Majapahit.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Salah seorang anak Jayakatwang yang melarikan diri ke perbukitan di sekitar ibukota dapat ditangkap dan ditawan oleh pasukan Kau Hsing berkekuatan seribu orang.

    Jayakatwang menyadari kekalahannya, ia mundur dan bertahan di dalam kota yang dikelilingi benteng. Pada sore harinya ia memutuskan keluar dan menyerah karena tidak melihat kemungkinan untuk mampu bertahan.

    Kemenangan pasukan gabungan ini menyenangkan bangsa Mongol. Seluruh anggota keluarga raja dan pejabat tinggi Singasari berikut anak-anak mereka ditahan oleh bangsa Mongol.

    Sejarah Cina mencatat bahwa sebulan kemudian setelah penaklukan itu, Raden Wijaya memberontak dan membunuh 200 orang prajurit Mongol yang mengawalnya ke Majapahit untuk menyiapkan persembahan kepada Kaisar Kubilai Khan.

    Adalah Sora dan Ranggalawe, dua panglima perang Majapahit yang sempat membantu orang-orang Mongol menjatuhkan Jayakatwang, melakukan penumpasan itu. Setelah itu, dengan membawa pasukan yang lebih besar, Raden Wijaya menyerang balik orang-orang Mongol dan memaksa mereka keluar dari Pulau Jawa.

    Shih Pi dan Kau Hsing yang terpisah dari pasukannya itu harus melarikan diri sampai sejauh 300 li ( 130 kilometer), sebelum akhirnya dapat bergabung kembali dengan sisa pasukan yang menunggunya di pesisir utara. Dari sini ia berlayar selama 68 hari kembali ke Cina dan mendarat di Chuan-chou.

    Setelah Daha runtuh pada bulan April tahun 1293 oleh serbuan tentara tartar dan bantuan Sanggramawijaya, desa

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Majapahit dijadikan pusat pemerintahan kerajaan baru yang disebut kerajaan Majapahit.

    Pada waktu itu wilayah Majapahit meliputi kerajaan lama Singasari, hanya sebagian besar dari jawa timur. Sepeninggal Rangga Lawe pada tahun 1295, atas bantuan Wiraraja dengan janji Sanggramawijaya, kerajaan Majapahit dibelah menjadi dua.

    Bagian timur, yang meliputi daerah Lumajang, diserahkan kepada Wiraraja. Pada akhir abad tigabelas kerajaan Majapahit meliputi Kediri, S ingasari, Janggala (Surabaya), dan Pulau Madura.

    Penumpasan Nambi pada tahun 1316 daerah Lumajang bergabung lagi dengan Majapahit yang tercatat dalam Lamongan. Maka sejak tahun 1331 wilayah Majapahit diperluas berkat penundukan Sadeng, ditepi sungai Badadung dan Keta di pantai Utara dekat Panarukan yang diberitakan dalam Nagarakertagama pupuh XLVIII (48):2, XLIX (49):3 dan dalam Pararaton. Pada waktu itu wilayah kerajaan Majapahit meliputi seluruh Jawa Timur dan Pulau Madura.

    Uraian Ngaraktgama pupuh XLVIII (48):2, XLIX (49):3 adalah sebagai berikut:

    Ngaraktgama pupuh XLVIII (48) : 2

    ring sakakala mukt i-guna-paksa-rupa madhumesa ta pwa caritan sri jayanagara numangkat anghilangaken musuh ri lamajang bhrasta pu nambi sak sakulagotra ri pajarakan kutanya kapugut wrinwrin ares tikang jagat I kaprawiran ira sang narendra sin iwi.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    (Tersebut pada tahun ring sakakala mukt i-guna-paksa-rupa (1238) bulan Madu, Baginda Jayanagara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh, Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan, Giris miris segenap jagad melihat keperwiraan Sri Baginda.

    Ngaraktgama pupuh XLIX (49) . 3

    ring agniswari saka tang satru sirnna sadeng mwang ketalah dinon ing swabhrtya tewek ning jagad raksana bwatnya sumrah ri sang mantry anama madatyanta wijna.

    (Tahun ring agniswari saka (1253), Sirna musuh di Sadeng, Keta diserang, Selama bertakhta, semua terserah, Kepada menteri bijak, Mada namanya.)

    Wilayah otonomi luas

    Wilayah kerajaan Majapahit, khususnya di Jawa dibagi menjadi sejumlah propinsi yang membawahi sejumlah penguasa lokal: bupati, akuwu, dan demang. Para penguasa lokal in i menerima kekuasaan dari raja. Namun ia harus melakukan kewajiban seperti menyediakan tenaga untuk keperluan raja dan kepentingan militer jika diperlukan, dan membayar pajak. Pada saat-saat tertentu mereka menghadap ke ibukota atau ke istana untuk menyatakan kesetiaan.

    Dalam perkembangan pemerintahan selanjutnya, setelah wilayah Majapahit semakin luas, raja dijadikan sebagai pusat kosmis. Untuk itu diangkatlah keluarga raja menjadi adhipati atau gubernur pada negara-negara atau propinsi sebagai penghubung antara raja dan masyarakat desa.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Dalam konteks demikian Raja Hayam Wuruk mengukuhkan undang-undang pemerintahan dan ditetapkannya hari jad i pemerintahan nagara set ingkat provinsi di Jawa Timur dalam struktur pemerintahan kerajaan Majapahit pada tanggal 27 Maret 1365 M.

    Dari informasi yang ditemukan secara vertikal struktur pemerintahan Majapahit dari atas ke bawah adalah sebagai berikut: Bhumi, Nagara, Watek, Kuwu, Wanua, dan Kabuyutan

    Wilayah propinsi pada Kerajaan Majapahit yang semula pada abad XIV berdasarkan pemberitaan Ngaraktgama berjumlah dua belas, yaitu:

    1. Kahuripan (Janggala): di bawah pemerintahan Tribhuwanatunggadewi Ibu Raja.

    2. Daha (Kediri): di bawah pemerintahan Rajadewi Maharajasa Bibi/Mertua.

    3. Singasari: di bawah pemerintahan Kertawardhana Ayah Raja.

    4. Wengker (Ponorogo): di bawah pemerintahan Wijayarajasa Paman/Mertua.

    5. Matahun (Bojonegoro): di bawah pemerintahan Rajasawardhana Suami Bhre, Lasem sepupu Prabu Hayam Wuruk.

    6. Wirabhumi (Blambanagan): di bawah pemerintahan Nagarawardhani Kemenakan Prabu Hayam Wuruk.

    7. Paguhan: di bawah pemerintahan Sangawardhana Ipar Prabu Hayam Wuruk.

    8. Kabalan: di bawah pemerintahan Kusumawardhani Anak perempuan.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    9. Pawanuan: di bawah pemerintahan Surawardhani.

    10. Lasem (Jawa Tengah): di bawah pemerintahan Rajasaduhita Indudewi Sepupu Hayam Wuruk.

    11. Pajang (dekat Solo): di bawah pemerintahan Rajasaduhitaiswari Saudara perempuan Prabu Hayam Wuruk,

    12. Mataram (Yogyakarta): di bawah pemerintahan Wikramawardhana Kemenakan perempuan Prabu Hayam Wuruk.

    Berdasarkan prasasti Suradakan, 22 Nopember 1447 provinsi di Majapahit berkembang menjadi empat belas, yang masing-masing satuan daerah itu dipimpin oleh seorang bangsawan keluarga raja sebagai raja muda yang bergelar Bhatara atau Natha setingkat gubernur.

    Keempat belas daerah dan natha tersebut adalah: Dalam Prasasti Waringin Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seorang yang bergelar bhre.

    Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu: Daha, Jagaraga, Kabalan, Wengker, Kahuripan, Keling, Kelinggapura, Kembang Jenar, Matahun, Pajang, Singhapura, Tanjungpura, Tumapel, dan Wirabhumi.

    1. Kahuripan (Janggala): di bawah pemerintahan Rajasawardhana Dyah Wijayakumara.

    2. Daha (Kadiri): di bawah pemerintahan Jayawardhani Dyah Iswara.

    3. Wengker (Ponorogo): di bawah pemerintahan Girisawardhana Dyah Suryawikrama.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    4. Tumapel (Singhasari): di bawah pemerintahan Singawikramawardhana Dyah Suraprabawa.

    5. Wirabhumi (Blambangan): di bawah pemerintahan Wijayaparekraman Dyah Samarawijaya.

    6. Wirabhumi (Blambangan): di bawah pemerintahan Rajasawardhana Indudewi Dyah Pureswari. [Terdapat satu daerah yang dikuasi oleh duia orang, yakni Blambangan (?)]

    7. Jagaraga (Ngawi): di bawah pemerintahan Wijayaindudewi Dyah Wijayaduhita.

    8. Kling (T imur Kadiri): di bawah pemerintahan Girindrawardhana Dyah Wijayakarana.

    9. Singapura: di bawah pemerintahan Rajasawardhanadewi Dyah Sripura.

    10. Kalinghapura: di bawah pemerintahan Kamalawarnadewi Dyah Sudayitra.

    11. Kembang Jenar: di bawah pemerintahan Rajanandeswari Dyah Sudarmini.

    12. Kabalan: d i bawah pemerintahan Mahamahisi Dyah Sawitri.

    13. Pajang (dekat Solo): di bawah pemerintahan Dyah Sura Iswari.

    14. Tanjungpura: di bawah pemerintahan Mangalawardhani Dyah Suragharini.

    Kota-kota Kerajaan Majapahit

    Pujasastra Ngaraktgama (khususnya pupuh VIII-XII) merupakan sumber tertulis yang penting untuk mengetahui gambaran kota Majapahit sekitar tahun 1350.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Kota pada masa itu bukanlah kota dalam arti kota modern, demikian pernyataan Pigeaud (1962), ahli sejarah bangsa Belanda, dalam kajiannya terhadap Pujasastra Ngaraktgama yang ditulis oleh Mpu Prapanca.

    Ia menyimpulkan, Majapahit bukan kota yang dikelilingi tembok, melainkan sebuah kompleks permukiman besar yang meliputi sejumlah kompleks yang lebih kecil, satu sama lain dipisahkan o leh lapangan terbuka. Tanah-tanah lapang digunakan untuk kepentingan publik, seperti pasar dan tempat-tempat pertemuan.

    Maclaine Pont (1924-1926), seorang arsitek Belanda, coba menghubungkan gambaran kota Majapahit yang tercatat dalam Pujasastra Ngaraktgama dengan peninggalan situs arkeologi di daerah Trowulan.

    Hasilnya adalah sebuah sketsa tata kota Majapahit, setelah dipadukan dengan bangunan-bangunan purbakala yang terdapat di Situs Trowulan.

    Benteng kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok keliling yang membentuk blok-blok empat persegi.

    Pada tahun 1981 keberadaan kanal-kanal dan waduk-waduk di Situs Trowulan semakin pasti diketahui melalu i studi foto udara yang ditunjang oleh pengamatan di lapangan dengan pendugaan geoelektrik dan geomagnetik.

    Hasil penelit ian kerja sama Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) dengan Ditlinbinjarah, UGM, ITB, dan Lapan itu diketahui bahwa Situs Trowulan berada di ujung kipas aluvial vulkanik yang sangat luas, memiliki permukaan tanah yang landai dan baik sekali bag i tata guna tanah.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Waduk-waduk Baureno, Kumitir, Domas, Kraton, Kedungwulan, Temon, dan kolam-kolam buatan seperti Segaran, Balong Dowo, dan Balong Bunder, yang semuanya terdapat di Situs Trowulan, letaknya dekat dengan pangkal kipas aluvial Jatirejo.

    Melalu i pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur yang membujur timur-barat terdiri atas delapan jalur, sedangkan jalur-jalur yang melintang utara-selatan terdiri atas enam jalur.

    Selain jalur-jalur yang bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak menyerong. Berdasarkan uji lapangan pada jalur-jalur dari foto udara, ternyata jalur-jalur tersebut adalah kanal-kanal, sebagian masih ditemukan tembok penguat tepi kanal dari susunan bata.

    Lebar kanal-kanal berkisar 35-45 meter. Kanal yang terpendek panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya.

    Kanal in i panjangnya sekitar 5 k ilometer. Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang segi empat yang lebih kecil.

    0o-dw-o0

    WEDARAN SISIPAN

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    atas pertanyaan Ki Raharga

    Nuwun Katur kadang saderek kula Ki Raharga,

    On 8 Maret 2011 at 18:00 Raharga said: Bahwa Mataram dibuka dari Alas Mentaok pada babad setelah Demak. Jadi pada saat Majapahit, Mataram ini belum ada ??

    Ki Sanak,

    Mataram yang saya maksud pada artikel saya adalah Mataram Kuno, atau dikenal dengan sebutan Mataram Hindu.

    Penulisan dalam kurung Mataram (Yogyakarta), adalah untuk menunjukkan bahwa wilayah tersebut kini bernama Yogyakarta.

    Pada artikel tersebut sudah saya jelaskan bahwa dalam daftar nama-nama lama masa Majapahit diberikan pula nama modern suatu tempat bila sudah disepakati sebagian besar ahli sejarah.

    Wilayah Mataram Kuno meliputi Klaten, Bantul (Yogyakarta), Temanggung, Sleman (Yogyakarta), dan Magelang. Dari kelima wilayah ini, dua yang paling padat adalah Sleman (Yogyakarta) , daerah Prambanan dan Magelang di daerah Kedu.

    Di mana letak ibu kota Mataram tersebut ?

    Berikut cuplikan kata-kata yang menunjukkan ibu kota Mataram Kuno sebelum berpindah ke wilayah Jawa Timur, dari beberapa prasasti:

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    1. Siwagrha 856 M: i mamratipurastha medang kadatwan

    2. Mantyasih I 907M ri mdang ri poh pitu, rakai mataram

    3. Sugih Manek 915 M, Sangguran 928 M kadatwani mdang i bhumi mataram

    4. Turyyan 929 M kadatwansri maharaja i bhumi mataram

    5.Paradah II 943M: i mdang i bhumi mataram i watu galuh

    Sebagaimana ditafsirkan kata-kata dalam prasasti itu menunjukkan nama-nama tempat beserta hirarkinya. Nama istana dalam berbagai prasasti ada sekitar tiga buah yaitu Mamrati, Poh Pitu, dan Watu Galuh.

    Sementara nama ibu kotanya disebut sebagai Medang atau Mdang. Nama Medang selalu dipakai meskipun istananya berpindah. Demikian juga ketika pusat pemerintahan pindah ke Jawa Timur nama Medang tetap dipakai.

    Ihwal ibukota Mataram, diduga kuat terletak dekat dengan pusat-pusat bangunan keagamaan terpenting pada saat itu. Ada dua kemungkinan lokasi, yakni di daerah Kedu dan di daerah Prambanan, atau di kedua wilayah tersebut dalam waktu yang tidak bersamaan.

    Kemungkinan tersebut ditunjang oleh kenyataan bahwa bangunan-bangunan keagamaan utama memang terpusat di kedua wilayah tersebut. Selain itu, konsentrasi penemuan prasasti-prasasti dari periode Mataram menunjukkan adanya lima wilayah yang tergolong kepadatannya tinggi, yakni Klaten, Bantul, Temanggung, Sleman, dan Magelang.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Dari kelima wilayah in i, dua yang paling padat adalah Sleman sekitar daerah Prambanan dan Magelang di daerah Kedu. Demikian pula adanya temuan benda-benda logam, baik yang terbuat dari perunggu, perak, maupun emas, juga terkonsentrasi di kedua wilayah tersebut.

    Lalu apa yang menyebabkan berpindah ke wilayah Jawa Timur?

    Sumber sejarah menyebutkan bahwa perpindahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur itu bertepatan akibat hancurnya kota Medhang atau Medang atau Mdang yang disebabkan oleh meletusnya gunung Merapi secara tiba-tiba, yang dalam sejarahnya merupakan karena yang yang terhebat.

    Letusan itu sedemikian dahsyatnya, berdasarkan catatan geologis sebagian besar puncaknya lenyap dan terjadi pergeseran lapisan tanah ke aah barat daya sehingga terjadi lipatan yang antara lain membentuk gunung Gendol, karena pergerakan tanah itu terbentur pada lempengan-lempengan pegunungan bukit Menoreh.

    Sudah barang tentu letusan itu disertai gempa bumi, awan panas, banjir lahar, hujan abu dan bebatuan panas, yang sangat megerikan

    Bencana alam ini merusak kota Mdhang Ibu Kota Kerjaan mataram, dan juga daerah pemukiman di Jawa Tengah, sehingga oleh para kawula dirasakan sebagai pralaya atau kehancuran dunia. (RW van Bemmelem dalam bukunya The Geology of Indonesia 1949. Boechari: Some considerations on the problem of the shift of Matarams Centre Bulletin of the Research Centre of Archaeologi of Indonesia).

    Merapi 851. Letusan dahsyat itu terjadi, Mdang Bhumi Mataram sebuah kerajaan besar hancur dan

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    pralaya pada akhir masa Kaliyuga, Merapi sedang bersolek. Merapi sedang merapikan dirinya. Lalu apa yang terjadi kemudian?.

    Untuk lebih rinci Ki Raharga dapat berjalan-jalan ke gandhok:

    DONGENG ARKEOLOGI DAN ANTROPOLOGI Seri Sejarah Nusantara:

    JIKA MERAPI SEDANG BERSOLEK

    Hijrahnya Kerajaan Mataram Kuna dari Mdang ke Tamwlang

    http://pelangisingosari.wordpress.com/seri-kerajaan-nusantara-pbm/16/

    Nuwun cant rik bayuaji

    0o-dw-o0

    Waosan kaping-11: WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MAJAPAHIT (Parwa ka-2)

    Di mana lokasi Ibukota Man-che-po-i?

    Menghargai sejarah berarti juga harus menjaga dan merawat peninggalan-peninggalannya. Baik itu cerita yang harus terus diwariskan maupun bukti peninggalan fisik dan materi yang ada. Artinya, kebudayaan materi, seperti fosil, prasasti artefak, sarkofagus, arca dan candi merupakan bukti sahih bila sejarah tidak sekedar dongeng semata.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Beruntunglah Indonesia. Negeri in i ternyata bukan negeri dongeng dari dunia antah berantah. Sebelum republik ini lahir telah hadir Nusantara yang dibentuk oleh kerajaan adidaya yang bernama Majapahit. Banyak bukti-bukt i sejarah yang menyatakan itu, termasuk Sumpah Palapa dari Sang Mahapatih Gajah Mada.

    Kerajaan Majapahit bisa dikatakan sebagai kerajaan Hindu terakhir di kawasan Nusantara, yang pada masa awalnya hanya merupakan hutan pinggir desa kecil, hutan Trik/Tarik namanya. Sebuah daerah yang diberikan oleh Jayakatwang (Adipati Kadiri) kepada Raden Wijaya, sebagai bukti bahwa dia mengampuni Raden Wijaya.

    Sebelumnya, memang Raden Wijaya pernah berupaya menggagalkan pemberontakan Jayakatwang terhadap kerajaan Singasari. Bisa d ibayangkan kecut dan pahit rasanya diperlakukan seperti itu, ditaklukan dan diberikan sebuah desa kecil yang terpencil, jauh dari peradaban sebagai tempat menyepi hingga hanya menunggu detik-detik menanti ajal.

    Hingga Raden Wijaya sendiri menamai desa kecil itu sebagai Majapahit. Setelah beberaoa orangnya memakan buah maja yang terdapat di desa itu, yang rasanya sangat pahit. Ternyata sejarah desa kecil ini tidak sepahit namanya, bahkan menjelma jadi kerajaan tersohor di kala itu. Kalau Raden Wijaya masih hidup, mungkin dia sendiri akan terperanjat bila mengetahui masa-masa puncak kerajaan Majapahit yang pernah didirikannya.

    Pada masa jayanya, Majapahit mendapatkan pengaruh dan pengakuan yang cukup luas. Tak hanya dari wilayah d i Sumatera, Semenanjung Melayu, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan daerah pantai Papua Barat.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Bahkan dalam uraian kakawin Ngaraktgama, pada pupuh XV (15) menyatakan Majapahit menjalin persahabatan dengan negara-negara Mitreka Satata (mitra dengan tatanan (aturan) yang sama), sebut saja Syangkayodhyapura (Syaka, Siam), (Ayutthaya atau Ayodhyapura, di Thailand), Dharmarajanagara/Ligor atau Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma (Martaban, di selatan Thailand, Rajapura dan Singhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja, dan Yawana (Annam Vietnam).

    nahan lwir ning desantara kacaya de sri narapati tuhun tang syangkayodhyapura kimutang dharmanagari marutma mwang ring rajapura nguniweh singhanagari ri campa kambojanyati yawana mitreka satata.

    Kebesaran dari kerajaan in i pun masih tersirat dari maraknya penemuan benda-benda arkeologi di lokasi yang kabarnya pernah menjadi pusat ibukota Majapahit kala itu, Trowulan. Bahkan hingga saat ini Trowulan masih menjadi salah satu surga bagi penggalian kembali cerita-cerita sejarah masa lampau. Selain situs manusia purba di Sangiran tentunya.

    Bila Sangiran disebutkan sebagai surga bagi manusia prasejarah, maka Trowulan juga bisa dikatakan sebagai sinyal penanda kemajuan Indonesia di kala masih bernama Nusantara.

    Majapahit jelas kerajaan besar yang puncaknya dicapai saat Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Setidaknya kedua nama itu yang sangat identik dengan Majapahit dan Nusantara. Tidak bermaksud terlalu romantis, atau melebih-lebihkan, bila kini kita membuka kembali mata sejarah kita kembali kepada zaman kerajaan terbesar yang pernah ada di

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Asia Tenggara, kerajaan Majapahit dengan Trowulan sebagai pusat kebudayaan materinya.

    Sumur Jobong Sebuah tulisan menarik untuk disimak, dengan judul:

    Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian, Penulis: Agus Aris Munandar, Penerbit: Komunitas Bambu, Jakarta Desember 2008.

    Buku ini terbagi menjadi tiga bab. Tanpa hendak mengabaikan dua bagian lainnya yang tak kalah pentingnya, maka bab yang berjudul Mengubah Paradigma Lama dapat dijadikan sebagai refleksi terkait dalam upaya merawat sejarah selama ini.

    Masih retorika belaka atau tidak. Buku ini juga keluar tak lama saat bergulirnya kasus pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Jero Wacik selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.

    Buku karya seorang arkeolog Agus Aris Munandar yang berjudul Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian in i diterbitkan untuk pertama kalinya bulan Desember 2008, sedangkan Jero Wacik sendiri meresmikan PIM tanggal 3 November 2008. Dari selang waktu itu terkesan jelas motivasi dari buku in i. Tidak hanya sebagai cerita sejarah tapi sekaligus juga kritik.

    Proyek pembangunan yang sangat menyesakkan karena dilakukan langsung di wilayah Trowulan, tepatnya di Situs Segaran III dan IV, yang dalam penelit ian arkeolog merupakan kawasan situs perkotaan kuno pada abad ke-13 hingga ke-15. Dengan proyek ini, tak ayal Situs Segaran III langsung mengalami kerusakan.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Tanah langsung digali dengan peralatan berat secepat mungkin untuk menekan biaya proyek. Bandingkan dengan arkeolog yang selama ini hanya bekerja dengan sekop dan kuas, dengan hati-hati dan telaten. Bahkan saat penggalian lubang-lubang untuk fondasi bangunan saja telah merusak sisa bangunan bata kuno, termasuk juga telah memotong langsung Sumur Jobong, sumur yang juga peninggalan dari zaman Majapahit. Situs lama dibuat musnah oleh orang-orang yang katanya ahli tetapi kmintr tidak menghargai leluhurnya.

    Marak kecaman terhadap t indakan tersebut. Memang aneh, karena sepertinya proyek ini tidak mempertanyakan terlebih dulu pendapat para ahli yang terkait. Proyek pembangunan yang sangat lancang. Ironis, Trowulan yang jelas-jelas merupakan surga para arkeolog, yang sebelumnya sudah terganggu oleh warga yang menganbil tanah liat, sekarang diganggu lagi oleh proyek pembangunan besar. Proyek yang dilangsungkan oleh arsitek mainstream yang menistakan sejarah, semua hanya dalam kalkulasi ekonomi semata.

    Arah Khtonis

    Penelit ian terhadap situs Trowulan telah dilakukan oleh para ahli Belanda sejak tahun 1920-an. Penelit ian ini dipicu setelah banyaknya temuan-temuan purbakala di lokasi in i. Menurut penuturan penduduk setempat, banyaknya temuan di lokasi karena memang merupakan bekas kerajaan terbesar, yaitu Majapahit.

    Penelit ian dan penggalian di lokasi in i semakin marak hingga akhirnya terbentuklah perkumpulan yang mengkhususkan kegiatan penelit ian dengan nama Oudheidkundige Vereeneging Majapahit (OVM) yang resmi

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    berdiri pada 15 April 1924. Seorang insinyur yang tertarik mengenai masalah-masalah kepurbakalaan bernama Ir. Henry Maclaine Pont menjadi pemrakarsa lembaga ini.

    Banyak kebudayaan materi yang ditemukan di lokasi in i saat penggalian, seperti bangunan, struktur, arca, relief, ribuan pecahan gerabah, pecahan keramik dan sebagainya. Ini juga yang semakin mengkokohkan asumsi bila Trowulan adalah situs penting di masa lalu, bahkan juga d inyatakan sebagai situs kota dari masa lampau.

    Tapi, ini pun belum memberikan sebuah kepastian yang pasti bila situs Trowulan sudah sahih menjadi lokasi bekas ibukota Majapahit. Masih banyak kalangan yang meragukan hal itu.

    Beberapa referensi lain juga menyebutkan bila ibukota Majapahit bukan di Trowulan melainkan di Trik/Tarik yang berlokasi di sekitar muara Sungai Brantas. Dengan argumentasi karena Trowulan lokasinya berada sedikit jauh di daerah pedalaman, dan juga jauh dari aliran Sungai Brantas yang menjadi urat nadi transportasi dan jalur perdagangan kala itu.

    Kitab Pararaton juga menguatkan anggapan itu, yang menyatakan bahwa kota Majapahit di Trik/Tarik itu didirikan oleh Raden Wijaya dengan bantuan orang-orang Madura.

    Jika memang pada awalnya ibukota Majapahit itu di Desa Trik/Tarik dan kemudian pindah ke Trowulan, bukankah ini sebuah peristiwa penting? Mengapa hal ini t idak dicatat dalam sejarah? Mengapa hingga kini semua sejarah masih membisu mengenai peristiwa pemindahan ibukota ini?

    Bukankah cerita ini seharusnya dapat ditemukan pada prasasti-prasasti yang berukuran besar? Apakah juga berarti

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    memang tidak pernah ada pemindahan ibukota Majapahit dari Trik/Tarik ke Trowulan? Sehingga sangat sudah sahih bila Trowulan memang kota terbesar dan ibukota dari Majapahit.

    Ternyata belum, sebab masih ada kontroversi lainnya. Bila dilihat dari foto udara, maka jelas terlihat dulunya Trowulan dibelah dan dipotong oleh saluran air (kanal) yang melintang dan memotong dengan pola tertentu. Di Trowulan juga terdapat kolam buatan yang dinamakan Segaran yang dibuat sekitar abad ke-14 M. Dengan luas sekitar 6,5 ha yang tepi-tepinya diperkeras oleh susunan tembok dari batu bata yang panjangnya 375 m dan lebarnya 175 m.

    Pertanyaannya, kenapa kanal in i luput dari penglihatan Mpu Prapanca dan tidak dituliskannya dalam Pujasastra Ngaraktgama? Mengingat di kitab ini memuat semua bangunan yang ada pada waktu itu dan bahkan secara rinci. Sebut saja seperti lapangan Bubat dan Manguntur (alun-alun di depan kompleks kedaton) yang ada di Trowulan, juga disebut pada kitab Ngaraktgama. Lalu bila bukan di Trowulan di mana lokasi ibukota Majapahit sebenarnya berada?

    Berita lain juga menambahkan. Bila seorang musafir dari Cina, yang bernama Ma-Huan, yang juga menyertai pelayaran Laksamana Cheng-Ho saat berkunjung ke pantai Jawa Timur (1413 M) menyebutkan bahwa Raja Jawa tinggal di Man-che-po-i (Majapahit).

    Sebuah kota tanpa tembok keliling yang berbeda dengan kerajaan di Cina dan dapat dicapai me lalui sungai dari Su-lu-ma-i (Surabaya). Lokasi Man-che-po-i yang ditunjuk oleh Ma-Huan ini adalah situs Trowulan sekarang.

    Selain pendapat Ma-Huan ini, memang juga pada dasarnya situs Trowulan ini merupakan situs terluas. Bahkan meliputi

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    dua kecamatan pada dua kabupaten yang berbeda yaitu Mojokerto dan Jombang. Termasuk juga benda-benda arkeologis yang ditemukan lebih beragam di Trowulan dibandingkan di lokasi situs yang lainnya. Ini semua merupakan narasi besar yang menarik rasa keingintahuan kita.

    Paradigma juga harus d iubah. Terutama terkait dalam konsep arah mata angin. Mengingat hal ini terkait dengan konsep makro dan mikro kosmos masyarakat pada zaman itu. Karena menurut ajaran Brahmana alam semesta berbentuk pipih seperti piringan (cakram) dan pusat dari semuanya adalah Gunung Mahameru.

    Di puncak gunung Mahameru itu tinggal dewa-dewa yang dinamakan Sudarsana dengan Dewa Indra sebagai penguasa tertinggi. Sedangkan di lereng gunung yang berhutan lebat tinggal kaum Brahmana serta kaum pertapa dan agamawan yang menjauhkan diri dari dunia ramai.

    Arah mata angin juga terkait dengan konsep delapan dewa yang disebut Astadikpalaka. Terdapat delapan dewa pada semua penjuru mata angin. Seperti Kuvera yang merupakan dewa kemakmuran dan kesejahteraan yang berada di utara dan Yama yang merupakan dewa maut penguasa naraka yang berada di Selatan dan sebagainya. Lantas apa makna semua ini? [Lihat Lambang Majapahit pada http://pelangisingosari.wordpress.com/seri-surya-majapahit/

    Jelas bila konsep penataan dan pengaturan ruang di Trowulan ini juga merupakan aplikasi dari ajaran makro-mikro kosmos itu. Berarti juga bila arah mata angin yang dinyatakan oleh Mpu Prapanca dalam Pujasastra Ngaraktgama bukan arah mata angin yang kita pahami sekarang. Tapi, arah mata angin yang lain, arah mata angin khtonis yang berorientasi gunung laut. Inilah paradigma yang harus dipakai bila melihat

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    sejarah dan tata ruang yang pernah berlaku di situs Trowulan ini.

    Saat kita sedang asyik dan terus berupaya mencari tahu dan mereka-reka kebesaran dan kekayaan sejarah kita, ternyata jari-jari kecil yang sedang menggali sejarah sedang berkejar-kejaran dengan aktivitas pembuatan tanah liat dan buldozer. Proyek pembangunan yang mengganggu ketenangan di surga sejarah Trowulan. Memang, tidak terlampau romantis bila kita melihat dan belajar dari Majapahit.

    Setidaknya kerajaan ini usianya berumur lebih dari dua ratus tahun, sedangkan Indonesia yang usianya belum genap seratus tahun sudah lunglai dan terseok-seok.

    Kekuatan Pengairan Majapahit Penguasaan Majapahit atas sejumlah wilayah Nusantara

    sampai Semenanjung Tanah Melayu menunjukkan kekuatannya sebagai negara bahari. Sebagai negeri agraris, pemerintahan kerajaan Hindu Buddha ini mempersiapkan instalasi air.

    Pengelolaan air memang sangat diperlukan untuk kehidupan rakyat yang umumnya bertani. Kehidupan agraris ini tampak jelas dalam relief-relief Candi Menak Jingga yang kini dipamerkan di Museum Trowulan. Masalahnya, dalam catatan Ma Huan, pusat Majapahit adalah kawasan berudara panas. Sementara secara geografis, permukaan Trowulan cenderung rendah, diapit anak-anak sungai dari Gunung Arjuna dan Penanggungan di selatan serta Kali Brantas dan anak- anak sungainya di utara. Kondisi in i mengakibatkan Trowulan rentan terkena banjir, apalagi ada daerah berawa-rawa, seperti Balong Bunder dan Balong Dowo yang masih tersisa di sekitar Museum Trowulan.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Untuk membuat Trowulan layak sebagai pusat pemerintahan, instalasi air yang memadai adalah keharusan. Apalagi, umumnya di sekitar keraton terdapat daerah pertanian sehingga ketersediaan air juga menjadi pent ing. Karena itu, dibuatlah jaringan kanal yang berkisi-kisi memanjang seukuran 4,5 kilometer sampai 5,5 kilometer.

    Di antara kisi-kisi kanal tersebut ditemukan beragam tinggalan arkeologis yang sangat padat, mulai dari candi, gerabah, batu bata dan susunan permukiman, kepingan uang kepeng Majapahit maupun uang dari Cina, hingga pecahan keramik Cina, Thailand, dan Vietnam. Kuat dugaan bahwa kawasan itu, terutama sekitar Kolam Segaran, Nglinguk, dan situs Sentonorejo, pernah menjadi pusat Kerajaan Majapahit.

    Apalagi, banyak pula instalasi pengairan yang masih terlihat, seperti Kolam Segaran, saluran air bawah tanah di Nglinguk, dan Dukuh Blendren, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan. Di sana juga ditemukan waduk, parit, serta sumur berbagai t ipe.

    Kendati belum ditemukan catatan sejarah mengenai pembuatan jaringan kanal di Trowulan, istilah undahagi pangarung (ahli pembuat saluran air bawah tanah), weluran (saluran air d i permukaan tanah), dawuhan (waduk), dan tamwa (tanah yang ditinggikan untuk di tepi penampung air atau tangkis dalam bahasa Jawa) sudah muncul pada prasasti-prasasti zaman Majapahit.

    Lima sumur Sistem pengairan yang jelas d irencanakan untuk

    kepentingan irigasi juga bisa ditemukan di Dukuh Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Di kawasan ini terdapat lima sumur yang menjadi mulut terowongan air bawah tanah. Sumur bisa dituruni dan manusia bisa memasuki

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    terowongan yang umumnya berjarak sekitar 50-60 meter dari sumur lainnya.

    Terowongan tersebut berbentuk kubah selebar tubuh manusia dengan t inggi 160-170 cm. Di beberapa bagian ada yang tingginya hanya sekitar 150 cm. Bahkan, di antara sumur keempat dan kelima jarak dasar terowongan dengan bagian atasnya hanya sekitar 60 cm.

    Di d inding-dinding dalam terowongan banyak rembesan air. Karena itu, terowongan selalu berair mulai set inggi mata kaki sampai paha.

    Mengenai Surowono, pada pupuh LXXXII (82) Ngaraktgama, Prapanca mencatat adanya pembukaan hutan di Surabana, Pasuruan, dan Pajang oleh Raja Wijayarajasa dari Wengker. Disebutkan pula Hayam Wuruk membuka hutan di Tigawangi. Di dua daerah yang terletak di Pare, Kediri, itu saat ini masih terdapat candi untuk mengenang leluhur Hayam Wuruk. Candi Surowono untuk pendarmaan Bhre Wengker atau paman Hayam Wuruk, sedangkan Candi Tigowangi untuk mengenang Pangeran Matahun yang diduga putra Wijayarajasa.

    sri-nathe singhasaryy anaruka ri sagada dharmmaparimita sri-nathe wengker ing surabana pasuruhan lawan tang i pajang buddhadhistana tekang rawa ri kapulungan mwang locanapura sri-nathe watsarikang t igawangi magawe tusteng parajana

    Candi Surowono hanya beberapa puluh meter dari terowongan air bawah tanah. Bahkan, di bagian belakang candi terdapat bagian yang bersambungan dengan terowongan ini sehingga bisa d igunakan untuk melarung sesajen.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Karena itu, diperlukan persawahan yang dikelola untuk kepentingan candi. Itu pula yang menyebabkan terowongan di Surowono bersambungan dengan sungai yang mengairi persawahan di Dukuh Sumberagung yang bersebelahan dengan Surowono. Kenyataannya, di Surowono dan Sumberagung masa tanam bisa dilakukan tiga kali tanpa pernah mengalami kekeringan. Banjir juga belum pernah melanda.

    Sayangnya, di dinding terowongan Surowono dan di bagian dasarnya terdapat pecahan piring keramik yang tampak baru. Selain itu, karena pernah menjadi lokasi pertemuan pasangan muda, terowongan kini ditutup dengan pintu bambu bergembok. Pengunjung yang ingin menjelajah terowongan bisa meminta bantuan jasa antar pemandu warga desa itu.

    Pembuatan terowongan kemungkinan dilakukan secara bersamaan dari dua mulut sumur dan bertemu di tengah. Karena itu, terowongan berliku dan d i beberapa tempat terdapat susunan bata kuno sebagai penyumbat jalur. Sumur-sumur ini juga memudahkan perawatan terowongan.

    Pembuatan saluran air ini dilakukan di bawah tanah. Kemungkinan, penguasa mempertimbangkan keberadaan permukiman warga yang sudah ada. Supaya t idak menggusur warga, saluran air dibuat di bawah tanah.

    Dari sistem jaringan kanal, keragaman instalasi pengairan, dan peningkatan jumlahnya di Jawa Timur, terlihat perkembangan teknologi pengairan pada masa Hindu Buddha abad ke-10 sampai ke-16. Karena pengaruh India saat itu cukup kuat, diperkirakan teknologi ini berasal dari kitab tentang pengairan jalasastra atau silpa shamsita.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Berbagai jejak teknologi yang ada, menunjukkan peninggalan pemikiran dan karya orang Majapahit yang perlu dilestarikan. Pemikiran in i juga masih relevan dengan kondisi Indonesia saat ini yang kerap dilanda kekeringan dan banjir.

    Jakarta set iap tahun kebanjiran. Kanal banjir timur yang direncanakan sejak tahun 2003 sampai musim hujan 2010 belum juga rampung. Di kota-kota lain, masalah banjir dan kekeringan juga terus terjadi. Karena itu, dengan peninggalan yang masih ada, diperlukan upaya penelusuran ulang serta revitalisasi. Bila instalasi yang ada masih berfungsi, instalasi itu bisa dimanfaatkan masyarakat.

    Selain itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia saat in i bisa mempelajari pengelolaan air d i negara dengan dua musim, hujan dan kemarau.

    0o-dw-o0

    Waosan kaping-12:

    WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MAJAPAHIT (Parwa ka-3) Ibu Kota kerajaan Majapahit, Wilwatikta (Trowulan)

    Istana

    Berita Cina yang ditulis oleh Ma Huan sewaktu mengikuti perjalanan Laksamana Cheng Ho (lazim disebut: Zheng-He) ke Jawa dalam laporannya Ying-yai-seng-lan, Diterjemahkan dari teks China, yang diedit oleh Feng Chng-Chun dengan catatan dan introduksi oleh J.V.G Mills The Overall Survey of the Oceans Shores, atau Laporan Umum Tentang Pesisir-pes isir Lautan memberi penje lasan mengenai keadaan masyarakat Majapahit pada abad XV.

    Antara lain bahwa kota Majapahit terletak di peda laman Jawa. Istana Raja dikelilingi tembok tinggi lebih dar i tiga zhang (tidak diketahui dengan pasti besaran ukuran zhang ini), pada salah satu

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    sisinya terdapat pintu gerbang yang berat (mungkin terbuat dari logam).

    Tinggi atap bangunan antara empat lima zhang, gentengnya terbuat dari papan kayu yang bercelah-celah (sirap). Raja Majapah it tinggal di istana, kadang-kadang tanpa mahkota, tetapi sering kali memakai mahkota yang terbuat dari emas dan berhias kembang emas. Raja memakai kain dan selendang tanpa alas kaki, dan kemanapun pergi selalu memakai satu atau dua bilah ker is. Apabila raja ke luar istana, biasanya menaiki gajah atau kereta yang ditarik lembu. Penduduk Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga.

    Penduduk memakai kain dan baju, kaum lelaki berambut panjang dan terurai, sedangkan perempuannya bersanggul. Setiap anak laki-laki selalu membawa keris yang terbuat dari emas, cula badak atau gading.

    Tata kota

    Kerajaan Majapahit, selain mempunyai sebuah ibu kota sebagai pusat pemerintahan dan tempat kedudukan raja serta para pejabat kerajaan, ternyata juga sebagai pusat magis bagi seluruh kerajaan.

    Apabila dit injau dari konsep kosmologi, maka wujud Ibu Kota Majapahit dianggap sebagai perwujudan jagad raya, sedangkan raja identik dengan dewa tertinggi yang bersemayam di puncak Gunung Mahameru.

    Keberadaan Kota Majapahit menurut konsep tersebut memiliki tiga unsur, yaitu unsur gunung (replikanya dibentuk candi), unsur sungai (replikannya dibentuk kanal) dan unsur laut (replikanya dibentuk waduk).

    Gambaran tentang Kerajaan Majapahit, khususnya tentang penataan pemukiman istana dan sekitarnya telah diuraikan dalam Pujasastra Ngaraktgama pupuh VIII-XII.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Disebutkan bahwa keadaan istana dikelilingi oleh tembok yang kokoh dengan parit keliling di luarnya. Susunan bangunan di istana meliputi tempat tinggal raja dan keluarganya, lapangan manguntur, pemukiman para pendeta dan rumah-rumah jaga pegawai kerajaan.

    Rumah di dalam istana indah, bagus dan kuat. Ibu Kota Kerajaan Majapahit dikelilingi oleh raja-raja daerah dan kota-kota la in. Di sekitar istana tempat kedudukan raja terdapat tempat-tempat kedudukan raja-raja daerah (paduka bhattara) serta para pejabat/pembesar kerajaan.

    Pujasastra Ngaraktgama Pupuh VIII:

    1.warnnan tingkah ikang paradbhuta kutanya batabang umider mmakandel aruhur kulwan dik purawaktra mangharepaken lebuh ageng itengah wai edran adalem bhrahmasthana matunggalan pathani buddhi jajar inapi kapwa sok cara cara ngka tonggwan paratanda tanpegat aganti kumemiti karaksan ing purasabha.

    (Tersebut keajaiban Kota; tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura. Pintu barat bernama pura waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit. Pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam. Disitu lah tempat tunggu para tanda terus menerus meronda, menjaga paseban.)

    2. lor ttang gopura sobhitabhinawa konten ika wesi rinupakaparimita wetan sanding ikarjja panggung aruhur patiga nika binajralepa maputih kannah lor kkidul ipeken raket ikang yasa wekas ing apanjang adbhuta dahat angken caitra pahoman ing balasamuha kidul ika catuspathahyang ahalep.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    (Di sebelah utara berdir i tegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir. Di sebelah timur: panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat. Di bagian utara, diselatan pekan, rumah berjejer jauh memanjang, sangat indah. Di selatan jalan perempat; balai prajurit tempat pertemuan tiap caitra.)

    3. alwagimbar ikang wanguntur icatturddhisi watangan ika witana ri tengah lor ttang wesma panangkilan parabhujangga kimuta paramantri alenggih apupul wetang nggwan para siwa boddha mawiwada mucap aji sahopakara weki sok prayascitta ri kala ning grahana phalguna makaphala haywa ning sabhuwana.

    (Balai agung Manguntur dengan balai witana di tengah, menghadap padang watangan, yang meluas ke empat arah; bagian utara pasebah pujangga dan menteri. Bagian timur pasebah pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara. Pada masa gerhana bulan palguna demi keselamatan seluruh dunia.)

    4. kannah wetang ikang pahoman ajajar ttigatiga ri tengah kasaiwan aruhur nggwan sang wipra kidul padottamasusun barat inatar ikabatur patawuran nggwan sang sogata lor susun t iga tikang wangunan ipucak arjja mokirukiran kapwanjrah racananya puspa pinaran nrpati satata yan hinoma mapupul.

    (Disebelah timur pahoman berke lompok tiga-tiga mengitari kuil siwa. Di selatan tempat tinggal wipra utama, tinggi bertingkat menghadap panggung korban bertegak di halaman sebelah barat

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    di utara tempat budha besusun tiga puncaknya penuh berukir; berhamburan bunga waktu raja turun berkurban.

    5. ngkaneng jro kidul ing wanguntur ahelet palawangan ikana pasewan atata wesmarjjjajajar anghapit hawan angulwan i tengah ika tanjung angjrah asekar ndah kulwan mahe let muwah kidul ipanggung ika bala maneka medran itepi arddhalwa ri tengah natar nikana mandapa pasatan asangkya lot mawurahan.

    (Di dalam, sebelah selatan maguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban. Rumah bagus berjajar mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga lebat. Agak jauh disebelah barat daya; panggung tempat berkeliaran para perwira. Tepat di tengah-tengah halaman berdiri pendapa penuh burung ramai berkicau.)

    6. ri jronyeki muwah pasewan ikidul dudug angusi wijil kapingrwa ri dalem tingkahnyeki tinumpatumpa mahelet palwangan ikanang sapanta tinika kapwang wesma subaddha watwan ika len saka balabag usuknya tanpa cacadan sek de ning bala haji anangkil agilir makemitabu mapeksa wara matutur.

    (Didalam, di selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua, Dibuat bertingkat tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendir i. Semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela. Para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.)

    Pujasastra Ngaraktgama Pupuh XII

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    1. warnnan tingkah ikang pikandel atata tut kanta ning nagara wetan sang dwija saiwa mukya sira dang hyang brahmarajadhika ngkaneng daksina boddha mukya ng anawung sang kaka rengkannadi kulwan ksatriya mantri punggawa sagotra sri narendradhipa.

    (Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng. Timur tempat t inggal pemuka pendeta siwa Hyang Brahmaraja. Selatan Buda-sanga dengan dengan rangkadi sebagai pemuka. Barat tempat para arya, menteri dan sanak-kadang adiraja.)

    2. weta(n) den mahelet lebuh pura narendreng wengker atyadbhuta saksat indra lawan saci nrpati lawan sang narendreng daha sang natheng matahun narendra ri lasem munggwing dalem tan kasah kannah daksina tan madoh kamegetan sang natha sobhahalep.

    (Di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib. Raja Wengker dan Rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci. Berdekatan dengan Istana Raja Matahun dan Rani Lasem. Tak jauh di sebelah selatan Raja Wilwatikta.)

    3. ngkaneng uttara lor saking peken agong kuwwahalep sobhita sang saksat ari de nareswara ri wengker sang makuww apageh satyasih ri narendra dhira nipuneng nityapatih ring daha khyating rat mangaran bhatara narapati angde halep ning praja.

    (Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi. Di situ menetap patih Daha, adinda baginda di Wengker. Batara Narapati, Termashur sebagai tulang punggung Praja. Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak.)

    4. Wetan lor kuwu sang gajahmada patih ring tiktawilwadhita Mantri wira wicaksaneng naya matenggwan satya bhaktya prabhu Wagmi wak apadu sarjjawopasama dhirotsahatan lalana Rajadhyaksa rumaksa r i sthit i narendran cakrawartting jagat.

    (Di timur laut patih wilwatikta, bernama Gajah Mada. Menteri wira, bijaksana, setia bakti kepada Negara.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik lagi jujur. Tangan kanan maharaja, sebagai penggerak roda Negara.)

    5. nda ngkane kidul ing puri kuwu kadharmadhyaksan ardha halep wetan rakwa kasaiwan utama kabodhan kulwan asri atata tan warnnan kuwu sang sumantri adhika len sang paraksatriya dening kweh nira bheda r i sakuwu kuwwang de halep ning pura.

    (Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus. Sebelah timur perumahan siwa, sebelah barat buda. Terlangkahi rumah para menteri, para ayra dan satria. Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura.)

    6. lwir candraruna tekanang pura r i tikta sriphalanopama tejanggeh nikanang kara sakuwukuww akweh madudwan halep lwir ttaragraha tekanang nagara sesa nneka mukya ng daha mwang nusantara sarwwa mandalika restrangasrayakweh marek.

    (Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang gemilang. Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama. Negara-negara di nusantara dengan Daha bagai pemuka. Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta.)

    Bangunan air yang ditemukan di masa Majapahit adalah waduk, kanal, kolam dan saluran air yang sampai sekarang masih ditemukan sisa-sisanya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa pemerintah kerajaan Majapahit membuat bangunan air tersebut untuk kepentingan ir igasi pertanian dan sarana mengalirkan air sungai ke waduk: penampungan dan penyimpanan air, serta pengendali banjir.

    Hasil penelit ian membuktikan terdapat sekitar 20 waduk kuno yang tersebar di dataran sebelah utara daerah Gunung Anjasmoro, Welirang, dan Arjuno. Waduk Baureno, Kumitir, Domas, Temon, Kraton dan Kedung Wulan adalah waduk-waduk yang berhubungan dengan Kota Majapahit yang letaknya diantara Kali Gunting di sebelah barat dan kali Brangkal di sebelah timur.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Hanya waduk Kedung Wulan yang tidak ditemukan lagi sisa-sisa bangunannya, baik dari foto udara maupun di lapangan.

    Waduk Baureo ada lah waduk terbesar yang terletak 0,5 km dar i pertemuan Kali Boro dengan Kali Landean. Bendungannya dikenal dengan sebutan Candi Lima.

    Tidak jauh dar i Candi Lima, gabungan sungai tersebut bersatu dengan Kali Pikatan membentuk Kali Brangkal. Bekas waduk ini sekarang merupakan cekungan alamiah yang ukurannya besar dan dialir i oleh beberapa sungai.

    Seperti halnya Waduk Baureno, waduk-waduk lainnya sekarang telah rusak dan yang terlihat hanya berupa cekungan alamiah, misalnya Waduk Domas yang terletak di utara Waduk Baureno; Waduk Kumitir (Rawa Kumit ir) yang terletak di sebelah barat Waduk Baureno; Waduk Kraton yang terletak di utara Gapura Bajangratu; dan Waduk Temon yang terletak di selatan Waduk Kraton dan di barat daya Waduk Kumit ir.

    Disamping waduk-waduk tersebut, di Trowulan terdapat tiga kolam buatan yang letaknya berdekatan, yaitu Segaran, Balong Bunder dan Balong Dowo. Kolam Segaran memperoleh air dari saluran yang berasal dari Waduk Kraton.

    Balong Bunder sekarang merupakan rawa yang terletak 250 meter di sebelah se latan Kolam Segaran. Balong Dowo juga merupakan rawa yang terletak 125 meter di sebelah barat daya Kolam Segaran.

    Hanya Kolam Segaran yang diperkuat dengan dinding-dinding tebal di keempat sisinya, sehingga terlihat merupakan bangunan a ir paling monumental di Kota Majapah it.

    Kolam Segaran pertama kali ditemukan oleh Maclaine Pont pada tahun 1926. Kolam ini berukuran panjang 375 meter dan lebar 175 meter dan dalamnya sekitar 3 meter, membujur arah timurlaut baratdaya.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Dindingnya dibuat dari bata yang direkatkan tanpa bahan perekat. Ketebalan dinding 1,60 meter. Di sisi tenggara terdapat saluran masuk sedangkan di sisi barat laut terdapat saluran keluar menuju ke Balong Dowo dan Balong Bunder.

    Foto udara yang dibuat pada tahun 1970an di wilayah Trowulan dan sekitarnya memperlihatkan dengan je las adanya kanal-kana l berupa jalur-jalur yang bersilangan saling tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan barat-timur. Juga terdapat jalur-jalur yang agak menyerong dengan lebar bervariasi, antara 35-45 m atau hanya 12 m, dan bahkan 94 m yang kemungkinan disebabkan oleh aktivitas penduduk masa kini.

    Kanal-kanal di daerah pemukiman, berdasarkan pengeboran yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya lapisan sedimentasi sedalam empat meter dan pernah ditemukan susunan bata setinggi 2,5 meter yang memberi kesan bahwa dahulu kanal-kanal tersebut diberi tanggul, seperti di tepi kanal yang terletak di daerah Kedaton yang lebarnya 26 meter diberi tanggul.

    Kanal-kanal itu ada yang ujungnya berakhir di Waduk Temon dan Kali Gunt ing, dan sekurang-kurangnya tiga kanal berakhir di Kali Kepiting, di selatan Kota Majapahit. Kanal-kanal yang cukup lebar menimbulkan dugaan bahwa fungsinya bukan sekedar untuk mengairi sawah (ir igasi), tetapi mungkin juga untuk sarana transportasi yang dapat dilalui oleh perahu kecil.

    Kanal, waduk dan kolam buatan ini didukung pula oleh saluran-saluran air yang lebih kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan air di Majapahit. Di wilayah Trowulan gorong-gorong yang dibangun dar i bata sering ditemukan ukurannya cukup besar, memungkinkan orang dewasa untuk masuk ke dalamnya.

    Candi Tikus yang merupakan pemandian (patirtan) misa lnya, mempunyai gorong-gorong yang besar untuk menyalurkan airnya ke dalam dan ke luar candi. Se lain gorong-gorong atau saluran bawah tanah, banyak pula ditemukan saluran terbuka untuk mengairi sawah-sawah, serta temuan pipa-pipa terakota yang kemungkinan besar digunakan untuk menyalurkan air ke rumah-rumah, serta

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    selokan-selokan dari susunan bata di antara sisa-sisa rumah-rumah kuno. Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat Majapahit telah mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap sanitasi dan pengendalian air.

    Melihat banyak dan besarnya bangunan-bangunan air dapat diperkirakan bahwa pembangunan dan pemeliharaannya membutuhkan suatu s istem organisasi yang teratur. Hal ini terbukt i dari pengetahuan dana teknologi yang mereka miliki yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan banjir dan menjadikan pusat kota terlindungi serta aman dihuni.

    Sampai sekarang, baik dari prasasti maupun naskah kuno, tidak diperoleh keterangan mengenai kapan waduk dan kanal-kanal tersebut dibangun serta berapa lama berfungsinya.

    Rusaknya bangunan-bangunan air tersebut mungkin diawali oleh letusan Gunung Anjasmoro pada tahun 1451 yang membawa lapisan lahar tebal yang membobol Waduk Baureno dan merusak sistem jaringan air yang ada. Candi Tikus yang letaknya diantara Waduk Kumitir dan Waduk Kraton bahkan seluruhnya pernah tertutup oleh lahar.

    Keadaan kerajaan yang kacau karena perebutan kekuasaan ditambah dengana munculnya kekuasaan baru di daerah pesisir menyebabkan kerusakan bangunan air tidak dapat diperbaiki seperti sediakala. Erosi dan banjir yang terus menerus terjadi mengakibatkan daerah ini tidak layak huni dan perlahan-lahan ditinggalkan oleh penghuninya.

    Perkampungan dan dusun

    Tidak diketahui secara pasti baga imana bentuk rumah tradisonal peninggalan Kerajaan Majapahit yang sesungguhnya. Dari sejumlah artefak yang ditemukan yang berkaitan dengan okupasi kerajaan sulit rasanya untuk memberi contoh baku dari prototipe rumah Majapahit ini.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Tapi ada segepok artefak dari tanah liat bakar berupa miniatur rumah dan temuan struktur bangunan yang diduga sebagai tipikal rumah Majapahit. Ekskavasi di Trowulan tahun 1995 menunjukkan adanya struktur bangunan berupa kaki dari tanah yang diperkuat dengan susunan batu yang berspesi tanah setebal 1 cm, membentuk sebuah batur rumah.

    Denah batur berbentuk empat persegi panjang, ukurannya 5,20 x 2,15 meter dan tinggi sekitar 60 cm. Di sisi utara terdapat sebuah struktur tangga bata yang terdiri dari 3 anak tangga. Dari keberadaan dan tata letak tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini menghadap ke utara dengan deviasi sekitar 90 55 ke timur, seperti juga orientasi hampir dari semua arah struktur bangunan yang ada di situs Trowulan.

    Pada kedua sis i kaki bangunan terdapat selokan terbuka selebar 8 cm dan dalam 10 cm. Di depan kaki bangunan selokan itu mengikut i bentuk denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dar i satuan-satuan bata sehingga struktur selokan lebih kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat.

    Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari 200 pecahan genteng dan 70 pecahan bubungan dan kemuncak, serta ukel (hiasan dari terakota yang ditempatkan di bawah jura i atap bangunan).

    Halaman bangunan strukturnya amat menarik dan unik. Tanah halaman ditutup dengan struktur yang berkotak-kotak, dan masing-masing kotak dibatasi dengan bata yang dipasang rebah dikeempat sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-batu bulat memenuhi seluruh bidang.

    Tutupan semacam ini berfungsi untuk menghindari halaman menjadi becek bila hujan turun. Belum pernah ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa ditemukan di selatan situs Segaran II.

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    Dari temuan itu dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didir ikan di atas batur setinggi 60 cm. Kemungkinan bangunan dibuat dari kayu (papan) dan bukan dari bata karena di sekitar areal bangunan tidak ditemukan bata dalam jumlah yang besar sesuai dengan volume bangunannya.

    Mungkin tubuh bangunan dibuat dari kayu (papan) atau anyaman bambu jenis gedek atau bilik. Tiang-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu pun umpak yang ditemukan di sekitar bangunan.

    Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-600 ditutup dengan susunan genteng berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 24 x 13 x 0,9 cm dengan jumlah sekitar 800-1000 keping genteng yang menutupinya.

    Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel. Rekonstruksi bangunan rumah yang didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs tersebut dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam:

    (1). artefak sezaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dari terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk; (2). rumah-rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan, dan (3). rumah-rumah di Bali.

    Lepas dari status sosial penghuni rumah ini, ada hal la in yang menarik, yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni rumah ini telah menggabungkan antara segi fungsi dan estetika.

    Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk menghindari genangan air dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam

  • Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

    http://ebook-dewikz.com/

    bingkai bata. Di sekliling bangunan terdapat selokan terbuka yang bagian dasarnya berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi pula dengan sebuah jambangan air dari terakota yang besar, dan kendi berhias, member i kesan pada sebuah halaman rumah yang tertata apik.

    Di sebelah timur terdapat beberapa struktur bata yang belum berhasil diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya merupakan salah satu kompleks bangunan yang berada dalam satu halaman seluas 200-an meter persegi tersebut dikelilingi oleh pagar seperti yang dapat kita saksikan di Bali sekarang ini.

    0o-dw-o0