universitas muria kudus semai (seminar masyarakat ilmiah...

13
Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018 “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” i

Upload: lydang

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ i

Page 2: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ ii

Page 3: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iii

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018 “MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”

Rektorat Lantai IV UMK, 25 APRIL 2018

DISELENGGARAKAN OLEH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FKIP UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BADAN PENERBIT

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2018

Page 4: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ iv

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SEMINAR MASYARAKAT ILMIAH (SEMAI) 2018

“MENGUNGKAP KEBENARAN MELALUI LINGUISTIK FORENSIK”

Susunan Panitia:

Pelindung : Rektor Universitas Muria Kudus

Penasihat : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Penanggung jawab : Mila Roysa, M.Pd.

Ketua : Ristiyani, M.Pd

Sekretaris : Eko Widianto, M. Pd.

Bendahara : Muhammad Noor Ahsin, M. Pd.

Seksi Acara : Drs. Moh Kanzunnudin, M. Pd.

Seksi Perlengkapan : Irfai Fathurrahman, M. Pd.

Reviewer:

Drs. Moh. Kanzunnudin, M. Pd.

Editor:

Ristiyani, S.Pd., M.Pd.

Eko Widianto, S.Pd., M.Pd.

Desain Cover:

Eko Widianto

Desain Layout :

Muhammad Noor Ahsin

BADAN PENERBIT

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2018

ISBN 978-602-1180-71-6

Alamat: Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus 59342

Telp. 0291 438229 Fax. 0291437198

Page 5: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, serta dengan izin-Nya

Seminar Mayarakat Ilmiah (SEMAI) tahun 2018 oleh program studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia (PBSI) FKIP Universitas Muria Kudus dalam tajuk “Mengungkap

Kebenaran melalui Linguistik Forensik”, dapat terlaksana dengan baik dan prosiding ini

dapat diterbitkan.

Melihat situasi mutakhir saat ini, perkembangan kajian ilmu bahasa

menunjukkan kemajuan sangat signifikan. Ilmu bahasa saat ini tidak sebatas hanya

mengkaji ilmu bahasa itu sendiri, melainkan sudah memiliki peran besar dalam

menyelesaikan problematika sosial. Salah satunya adalah kajian bahasa dalam bidang

linguistik forensik. Hal tersebut perlu disambut untuk dirayakan dengan melakukan

pertemuan ilmiah seperti SEMAI 2018 ini.

Tema “Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” tersebut dipilih

dengan alasan untuk memberikan perhatian masyarakat ilmiah tentang pentingnya

mengetahui peran linguistik forensik dalam pembuktian kebenaran hukum di

Indonesia. Mengingat, saat ini antara benar dan salah sangat tipis perbedaannya. Hal

lain yang mendasari SEMAI 2018 ini adalah perlunya wadah untuk masyarakat ilmiah

mendesiminasikan dan mempublikasikan penelitian secara luas, guna dapat diakses

oleh masyarakat yang membutuhkan, maka SEMAI 2018 ini layak untuk dilaksanakan.

Selain sebagai tempat mempresentasikan penelitiannya, juga sebagai tempat bertukar

informasi dan mengembangkan kerja sama.

SEMAI 2018 ini diikuti oleh peneliti-peneliti dari berbagai bidang ilmu dari

seluruh Indonesia, yang telah membahas berbagai bidang kajian seperti bidang bahasa,

bidang sastra, bidang hukum, bidang pembelajaran bahasa, sastra, dan inovasinya,

bidang sosial, bidang politik, dan bidang kearifan lokal dalam rangka memberikan

pemikiran dan solusi untuk memperkuat peran Indonesia dalam menghadapi

perkembangan global.

Akhir kata, semoga SEMAI tahun depan akan terlaksana dengan baik dan akan

selalu memiliki peran positif terhadap perkembangan kajian ilmu bahasa dan sastra di

Indonesia.

Kudus, April 2018.

Tim Editor

Page 6: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vi

DAFTAR ISI

HAL HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi

PEMATERI UTAMA

1 Prof. Bambang Kaswanti Purwo

LINGUISTIK FORENSIK 1

2 Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum.

MENGENAL LINGUISTIK FORENSIK: LENTERA DALAM DUNIA HUKUM KITA

3

PEMAKALAH PENDAMPING NO NAMA JUDUL ARTIKEL

1 Anandha PATMI: WOMEN STRUGGLE ON HEGEMONY VORTEX

19

2 Agnes Adhani dan Yovina Putri Pamungkas

KEKERASAN VERBAL TERHADAP PEREMPUAN DALAM MEDIA SOSIAL

24

3 Basuki Sarwo Edi ELEGANSI SIKAP TOKOH DALAM NOVEL MERPATI BIRU KARYA ACHMAD MUNIF

32

4 Edy Prihantoro dan Tri Wahyu Retno Ningsih

DIGITAL FORENSIK DALAM SIARAN VARIETY- SHOW DI TELEVISI

44

5 Eko Widianto

MARGINALISASI POSISI SETYA NOVANTO DALAM KASUS PENCATUTAN NAMA PRESIDEN DI KOMPAS TV: ANALISIS WACANA KRITIS PERSPEKTIF FOUCAULT

54

6 Fahrudin Eko Hardiyanto

BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA TENGAH

64

7 Fithriyah Inda Nur Abida

PROGRAM BIPA DALAM MENUNJANG INTERNASIONALISASI

71

8 Hestiyana KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG

75

9

I Putu Gede Sutrisna, I Ketut Alit Adianta, dan Nyoman Dharma Wisnawa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (MPjBL)TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KINERJA ILMIAH MAHASISWA DALAM MATA AJAR KOMUNIKASI KEPERAWATAN

81

10 Kadek Wirahyuni PERMAINAN “ULAR TANGGA” DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

92

11 M. Noor Ahsin PERAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

97

12 Nia Royani GAYA BAHASA DALAM LIRIK LAGU BUKA MATA BUKA TELINGA KARYA SHEILA ON 7

103

Page 7: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ vii

13 Ristiyani dan Savitri Wanabuliandari

PEMBELAJARAN BERBASIS HYPNOMATHEMATICS UNTUK GURU SEKOLAH DASAR

108

14 Tri Wahyu Retno Ningsih dan Debyo Saptono

PENGUJIAN LEGALITAS UJARAN MENGUNAKAN PENDEKATAN FONETIK AKUSTIK DAN LINGUISTIK FORENSIK

114

15 Wenny Wijayanti dan Natalia Desi Subekti

KESANTUNAN BERBAHASA PADA JUDUL BERITA KASUS KORUPSI DI MEDIA SOSIAL

127

Page 8: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 75

KLASIFIKASI SATUAN LINGUAL LEKSIKON

DALAM ADAT PERKAWINAN SUKU DAYAK HALONG

Hestiyana

Balai Bahasa Kalimantan Selatan

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya keunikan dalam adat perkawinan suku

Dayak Halong. Pada masyarakat adat Dayak Halong terdapat beberapa

kategori perkawinan, yakni Jampi Pa’ung, Jampi Barondayan, Jampi

Barabutan, Jampi Kataguran, Jampi Ha Lehung, dan Jampi Huang Wuwuu.

Penelitian ini menganalisis klasifikasi satuan lingual leksikon dalam adat

perkawinan suku Dayak Halong. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan klasifikasi satuan lingual leksikon dalam adat perkawinan

suku Dayak Halong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan etnosemantik. Data penelitian

berupa satuan lingual leksikon dalam adat perkawinan suku Dayak Halong

yang diperoleh dari informan di Kabupaten Balangan. Dalam penelitian ini

dilakukan tiga langkah kerja, yaitu: tahap penyediaan data, tahap analisis data,

dan tahap penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dalam penelitian ini

menggunakan metode simak, metode cakap, dan wawancara. Dalam

penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan metode padan, yakni

untuk mengetahui keseluruhan klasifikasi satuan lingual leksikon dalam adat

perkawinan suku Dayak Halong. Penyajian hasil analisis data menggunakan

metode penyajian informal dengan memaparkan hasil analisis data dalam

bentuk kata-kata dan berbentuk uraian kalimat. Dari hasil penelitian

ditemukan 44 leksikon, meliputi: (1) leksikon dalam kategori kata

monomorfemis berjumlah 28 data; (2) leksikon dalam kategori kata

polimorfemis berjumlah 2 data; dan (3) leksikon dalam kategori frase

berjumlah 14 data.

Kata kunci: satuan lingual, leksikon, adat perkawinan.

I. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu wujud

kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaaan

tidak hanya mencakup bahasa saja, tetapi

mencakup juga sistem mata pencaharian,

peralatan hidup, religi atau kepercayaan

serta perkawinan.

Suku Dayak Halong memiliki

kebudayaan tersendiri yang unik. Hal ini

tampak dari terdapatnya beberapa

kategori perkawinan. Nabiring (2015: 46)

mengatakan bahwa menurut kearifan

tradisi warisan leluhur Dayak Halong

Balangan, perkawinan sesungguhnya

merupakan hal amat terpuji dan luhur

dalam kehidupan berkeluarga.

Kesepakatan antara laki-laki dan

perempuan yang akan hidup berkeluarga,

niscaya diikat dan diteguhkan dalam suatu

perkawinan sesuai dengan aturan hukum

adat yang berlaku.

Suku Dayak Halong disebut juga

suku Dayak Balangan. Hal ini seperti

yang diungkapkan Nabiring (2013: 16)

bahwa suku Dayak Balangan lazim juga

disebut Dayak Halong yang komunitas

etniknya bermukim di wilayah

Page 9: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 76

Pegunungan Meratus. Kawasan

pemukiman suku Dayak Balangan

tersebar di tiga puluh lima kampung di

wilayah Kabupaten Balangan, Provinsi

Kalimantan Selatan. Nama Kecamatan

Halong menjadi identitas nama suku bagi

suku Dayak Balangan.

Halong merupakan daerah unik

yang mencerminkan kehidupan

masyarakat berazas Pancasila. Ada lima

agama dan aliran kepercayaan yang hidup

berdampingan secara damai, yaitu Islam,

Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan

Kepercayaan Kaharingan atau agama

leluhur (Hartatik, 2017: 21).

Adanya keunikan itulah yang

melatarbelakangi penelitian klasifikasi

satuan lingual dalam adat perkawinan

suku Dayak Halong. Dari kehidupan

masyarakat dan kategori beberapa

perkawinan suku Dayak Halong tentunya

akan memunculkan fenomena-fenomena

kebahasaan, seperti pemakaian leksikon.

Bahasa Halong itu sendiri

dituturkan oleh suku Dayak Halong yang

berada di Kabupaten Balangan,

Kalimantan Selatan. Yayuk (2017: 293)

menyatakan jumlah penutur bahasa

Halong lebih dari 500 jiwa. Penggunaan

bahasa Halong dilakukan di rumah dan

masyarakat.

Dalam studi pustaka, penelitian

yang terkait dengan leksikon dengan

objek kajian di Kalimantan Selatan, antara

lain yang berjudul Leksikon dalam

Tuturan Mantra Panawar (Kajian

Etnomedisin sebagai Alternatif

Pengobatan Tradisional Masyarakat

Banjar oleh Hestiyana (2017). Kemudian,

penelitian yang berjudul Konsep Ilmu

Pengetahuan Lokal dalam Leksikon

Penanda Waktu Bahasa Banjar: Kajian

Antropolinguistik di Kampung

Limamamar Kecamatan Astambul,

Kabupaten Banjar oleh Jahdiah (2017).

Hestiyana (2017) dalam

penelitiannya menemukan deskripsi dan

klasifikasi leksikon yang terdiri dari

leksikon berdasarkan bahan pengobatan

tradisional, alat pengobatan, dan kegiatan

pengobatan. Sementara itu, pada mantra

terdapat makna bahwa penyakit yang

datang berasal dari roh jahat seperti setan

atau jin, obat yang ditawari dengan

mantra atau doa digunakan dalam proses

penyembuhan dan penyakit dapat

disembuhkan atas izin Allah melalui

keberkatan kalimat syahadat

Lailahailallah.

Selanjutnya, Jahdiah (2017)

menemukan ada 13 leksikon penanda

waktu dalam bahasa Banjar. Dari segi

fungsi leksikon terdapat 2 fungsi leksikon

waktu dalam bahasa Banjar. Masing-

masing leksikon waktu tersebut

mempunyai kearifan lokal yang ada

dalam masyarakat Kampung Limamar,

yakni kearifan lokal yang berhubungan

manusia sebagai makhluk Tuhan dan

kearifan lokal yang berhubungan dengan

manusia sebagai makhluk sosial.

Berbeda dengan penelitian yang

pernah dilakukan Hestiyana (2017) dan

Jahdiah (2017), penelitian ini

memfokuskan pada kajian klasifikasi

satuan lingual leksikon dalam adat

perkawinan suku Dayak Halong.

Penelitian mengenai suku Dayak Halong,

terutama dari aspek kebahasaan masih

jarang ditemukan.

Berdasarkan uraian di atas fokus

penelitian ini adalah bagaimana

klasifikasi satuan lingual dalam adat

perkawinan suku Dayak Halong? Adapun

tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan klasifikasi satuan lingual

leksikon dalam adat perkawinan suku

Dayak Halong.

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis. Manfaat teoritis, penelitian ini

dapat dijadikan bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis ataupun

penelitian lanjutan. Secara praktis,

penelitian ini dapat menambah wawasan

dan pengetahuan mengenai kategori-

Page 10: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 77

kategori perkawinan suku Dayak Halong,

khususnya pemakaian leksikon. Penelitian

ini juga dapat menambah perbendaharaan

KBBI. Di samping itu, hasil penelitian ini

merupakan wujud pelestarian identitas

lokal yang berkaitan dengan bahasa dan

kebudayaan.

II. KAJIAN PUSTAKA

Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa istilah

leksikon berasal dari kata Yunani kuno

lexicon yang berarti ‘kata’, ‘ucapan’, atau

acara berbicara’. Kata leksikon seperti ini

sekerabat dengan kata leksem,

leksikografi, leksikograf, leksikal.

Sebaliknya, istilah kosa kata adalah istilah

terbaru yang muncul ketika kita sedang

giat-giatnya mencari kata atau istilah

tidak berbau Barat. Satuan leksikon

adalah leksem, yaitu satuan bentuk bahasa

yang bermakna. Kalau leksikon

disamakan dengan kosa kata atau

pembendaharaan kata, maka leksem dapat

disebut sama dengan kata.

Poerwadarminta (dalam Suhenda,

2014: 300) menyatakan bahwa leksikon

adalah perkataan yang khusus

mengandung arti tertentu di lingkungan

ilmu pengetahuan, pekerjaan atau

kesenian. Leksikon merupakan (1) daftar

istilah, daftar kata, glosari, khazanah kata,

kosakata, perbendaharaan kata; (2)

bausastra, kamus, kitab logat, tesaurus,

vokabuler (Tim Redaksi, 2009: 343).

Hal serupa juga dikemukakan

Kridalaksana (2011: 142) bahwa leksikon,

yaitu: (1) komponen bahasa yang memuat

semua informasi tentang makna dan

pemakaian kata dalam bahasa; (2)

kekayaan kata yang dimiliki seorang

pembicara, penulis, atau suatu bahasa;

kosakata; perbendaharaan kata; (3) daftar

kata yang disusun seperti kamus, tetapi

dengan penjelasan yang singkat dan

praktis.

Dengan demikian, leksikon

merupakan kekayaan kata yang terdapat

dalam suatu bahasa serta komponen

bahasa yang memiliki makna dan

pemakaian kata dalam bahasa.

III. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif kualitatif

dengan pendekatan etnosemantik.

Djajasudarma (2010: 14) menyatakan

penelitian kualitatif deskriptif

menekankan kualitas data (bukan angka-

angka) dengan ciri-ciri alami. Hal yang

sama juga dikemukakan Mahsun (2013:

233) bahwa penelitian deskriptif fokusnya

pada penunjukkan makna, deskripsi,

penjernihan, dan penempatan data pada

konteksnya masing-masing dan data

tersebut dalam bentuk kata-kata.

Data penelitian ini berupa satuan

lingual leksikon dalam adat perkawinan

suku Dayak Halong yang diperoleh dari

informan di Kabupaten Balangan. Dalam

penelitian ini dilakukan tiga langkah

kerja, yaitu: tahap penyediaan data, tahap

analisis data, dan tahap penyajian hasil

analisis data.

Penyediaan data dalam penelitian

ini menggunakan metode simak, metode

cakap, dan wawancara. Dalam

penganalisisan data dilakukan dengan

menggunakan metode padan, yakni untuk

mengetahui keseluruhan klasifikasi satuan

lingual leksikon dalam adat perkawinan

suku Dayak Halong. Penyajian hasil

analisis data menggunakan metode

penyajian informal dengan memaparkan

hasil analisis data dalam bentuk kata-kata

dan berbentuk uraian kalimat.

IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Masyarakat adat Dayak Halong memiliki

beberapa kategori perkawinan, yakni

Jampi Pa’ung, Jampi Barondayan, Jampi

Barabutan, Jampi Kataguran, Jampi Ha

Lehung, dan Jampi Huang Wuwuu.

Berikut penjelasan mengenai kategori

perkawinan tersebut.

1. Perkawinan Jampi Pa’ung

Page 11: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 78

Perkawinan jampi pa’ung

merupakan perkawinan melalui proses

pertunangan, yakni keluarga laki-laki

menemui orang tua perempuan untuk

menyampaikan keinginan melamar

anaknya. Kemudian, pihak keluarga

perempuan meminta waktu untuk

musyawarah dengan keluarga besarnya.

Setelah pihak keluarga perempuan

menerima lamaran selanjutnya diadakan

penetapan tanggal pelaksanaan

perkawinan. Jampi pa’ung juga disebut

perkawinan dasar yang dianggap paling

mulia dibandingkan kategori perkawinan

lainnya. Hal ini disebabkan adanya proses

peminangan secara adat.

2. Perkawinan Jampi Barondayan

Perkawinan jampi barondayan

merupakan perkawinan yang dilakukan

dengan proses meminang. Dalam kategori

perkawinan ini, salah satu pihak atau

keduanya dari laki-laki atau perempuan

sudah pernah menikah. Proses lamaran

dilakukan oleh pihak wali asbah laki-laki

ke pihak wali asbah perempuan tanpa

mahar.

3. Perkawinan Jampi Barabutan

Perkawinan jampi barabutan

merupakan perkawinan yang

dilaksanakan karena pihak perempuan

naik atau mendatangi penghulu adat atau

wali asbah atau orang yang dituakan di

kampung (tokoh adat) untuk meminta

dikawinkan. Perkawinan kategori ini akan

dilaksanakan setelah tiga hari pihak

perempuan naik ke penghulu serta setelah

pihak keluarga diberitahu oleh penghulu.

Dalam perkawinan ini, pihak perempuan

tidak menerima mahar dari pihak laki-

laki.

4. Perkawinan Jampi Kataguran

Perkawinan jampi kataguran

merupakan perkawinan yang

dilaksanakan karena ditegur atau

tertangkap basah oleh pihak wali asbah

dan kemudian dikawinkan. Pembayaran

adat perkawinan jampi kataguran ini

dilaksanakan pada saat sidang adat.

5. Perkawinan Jampi Ha Lehung

Perkawinan jampi ha lehung

merupakan perkawinan yang terjadi

karena pihak perempuan hamil di luar

nikah. Pada kategori perkawinan ini, para

tokoh adat dan wali asbah melakukan

musyawarah untuk menentukan hari

perkawinan. Dalam perkawinan jampi ha

lehung pihak perempuan tidak menerima

mahar dari pihak laki-laki.

6. Perkawinan Jampi Huang Wuwuu

Perkawinan jampi huang wuwuu

merupakan perkawinan antara saudara

kandung atau kakak-beradik. Kategori

perkawinan ini sudah jarang terjadi, akan

tetapi pernah terjadi pada masa lalu.

Ritual adat yang dulunya pernah

dilakukan, yakni para tokoh dan

masyarakat membuat wuwuu dari bambu

dan penyirat atau tali pengikatnya dari

akar balaran (sejenis tanaman rambat

liar).

Kemudian, pasangan tersebut

dimasukkan ke dalam wuwuu dan diberi

pisau timah dan dihanyutkan ke sungai.

Apabila mereka dapat melepaskan tali

pengikatnya, mereka dapat dikawinkan.

Akan tetapi, bila tidak berhasil mereka

berdua akan meninggal dunia. Pasangan

yang telah berhasil melepaskan diri dari

wuwuu akan dikawinkan oleh tokoh

masyarakat, tetapi mereka harus keluar

dari kampung dan tidak diperbolehkan

kembali ke kampung asal.

Dari keenam kategori perkawinan

suku Dayak Halong tersebut ditemukan

klasifikasi satuan lingual leksikon dalam

adat perkawinan suku Dayak Halong,

yaitu: (1) leksikon yang berwujud kata

yang terdiri atas leksikon yang berwujud

kata dasar (monomorfemis) dan leksikon

yang berwujud kata berimbuhan

(polimorfemis) serta (2) leksikon yang

berwujud frase.

Dari keseluruhan hasil penelitian

tersebut ditemukan 44 leksikon, meliputi:

(1) leksikon dalam kategori kata

monomorfemis berjumlah 28 data; (2)

Page 12: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 79

leksikon dalam kategori kata

polimorfemis berjumlah 2 data; dan (3)

leksikon dalam kategori frase berjumlah

14 data. Berikut hasil analisisnya.

1. Leksikon yang berwujud kata

a. Leksikon yang berwujud kata

dasar (monomorfemis)

1. Kebaya

2. Balasu (kaci kain putih)

3. Sasiri (mangkok kecil)

4. Arangan (bakul)

5. Waroh (sendok nasi)

6. Wewet

7. Wadiung (alat menebang

kayu)

8. Kain

9. Sarung

10. Lehung (lesung)

11. Beras

12. Rirung

13. Kambat (tanaman)

14. Sambeluman (tanaman)

15. Wuwuu (bubu)

16. Sasanggan

17. Bahalai

18. Tombak/sikil

19. Pelita

20. Butah (tempat membawa

pakaian laki-laki)

21. Tampurung (tempurung)

22. Rawen

23. Tuak (arak)

24. Nahi (nasi)

25. Luwen (lauk)

26. Rokok

27. Pinang

28. Ruji

b. Leksikon yang berwujud kata

berimbuhan (polimorfemis)

1. Penyirat (tali pengikat terbuat

dari akar balaran atau sejenis

tanaman rambat liar.

2. Baruji (penyerahan 11 ikatan

ruji)

2. Leksikon yang berwujud frase

1) Uang suku

2) Uang mahar (jujuran)

3) Pamburukan tapih (sarung

laki-laki)

4) Bahalai batik (sarung

perempuan)

5) Sepotong baju perempuan

6) Minyak kelapa

7) Darah ayam

8) Ayam jantan

9) Ayam betina

10) Pisau timah

11) Minyak lala

12) Ranu wadi

13) Ranu welum

14) Bubut huwan (selembar kain

putih

V. SIMPULAN

Pada masyarakat adat

Dayak Halong terdapat enam

kategori perkawinan, yaitu: (1)

perkawinan Jampi Pa’ung, (2)

perkawinan Jampi Barondayan, (3)

perkawinan Jampi Barabutan, (4)

perkawinan Jampi Kataguran, (5)

perkawinan Jampi Ha Lehung, dan

(6) perkawinan Jampi Huang

Wuwuu yang memiliki keunikan

tersendiri.

Dari hasil penelitian

klasifikasi satuan lingual leksikon

dalam adat perkawinan suku Dayak

Halong ditemukan 44 leksikon,

meliputi: (1) leksikon dalam

kategori kata monomorfemis

berjumlah 28 data; (2) leksikon

dalam kategori kata polimorfemis

berjumlah 2 data; dan (3) leksikon

dalam kategori frase berjumlah 14

data.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan

Leksikografi Indonesia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2010. Metode

Linguistik. Bandung: Refika

Aditama.

Page 13: Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah ...pbsi.umk.ac.id/files/10_HESTIYANA_-_KLASIFIKASI_SATUAN_LINGUAL... · BAHASA PENCITRAAN PADA IKLAN POLITIK PILKADA JAWA

Universitas Muria Kudus SEMAI (Seminar Masyarakat Ilmiah) I 2018

“Mengungkap Kebenaran melalui Linguistik Forensik” ∣ 80

Hartatik. 2017. Jejak Budaya Dayak

Meratus dalam Persfektif

Etnoreligi. Yogyakarta: Ombak.

Hestiyana. 2017. Leksikon dalam Tuturan

Mantra Panawar (Kajian

Etnomedisin sebagai Alternatif

Pengobatan Tradisional Masyarakat

Banjar. Dalam Membaca

Nusantara melalui Bahasa, Media,

dan Pembelajarannya, hlm. 351-

361. Yogyakarta: UNY.

Jahdiah. 2017. Konsep Ilmu Pengetahuan

Lokal dalam Leksikon Penanda

Waktu Bahasa Banjar: Kajian

Antropolinguistik di Kampung

Limamamar Kecamatan Astambul,

Kabupaten Banjar. Dalam

Membaca Nusantara melalui

Bahasa, Media, dan

Pembelajarannya, hlm. 168-173.

Yogyakarta: UNY.

Kridalaksana, Harimurti. 2011. Kamus

Linguistik. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Mahsun, M.S. 2013. Metode Penelitian

Bahasa: Tahapan Strategi, Metode,

dan Tekniknya. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Nabiring, Eter. 2013. Kamus Populer

Dayak Balangan. Balangan: Dewan

Adat Dayak Balangan.

--------------------. 2015. Adat Perkawinan

Dayak Halong Balangan. Dalam

Dayak Halong Balangan Merawat

Tradisi Leluhur Menjaga yang

Tersisa, hlm. 44-55. Jakarta:

YABN.

Suhenda, Henda dan Yusep A. 2014.

Cerminan Budaya dan Identitas

Lokal dalam Leksikon Perpadian di

Perbatasan Kabupaten Sumedang-

Majalengka. Dalam Bahasa Ibu

Pelestarian dan Pesona Bahasanya,

hlm. 299-306. Bandung: UNPAD

Press.

Tim Redaksi. 2009. Tesaurus Alfabetis

Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat

Bahasa.

Yayuk, Rissari. 2017. Selayang Pandang

Mengenai Bahasa-Bahasa di Kalimantan

Selatan. Dalam Membaca Nusantara

melalui Bahasa, Media, dan

Pembelajarannya, hlm. 287-298.

Yogyakarta: UNY