tugas agama bab i(2)

18
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Istinjak Ialah menghilangkan najis kecil atau besar dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang bersih seperti air, batu, kertas dan sebagainya sehingga kesan najis itu dibersihkan. Apabila keluar kotoran dari salah satu, yaitu dari qubul atau dubur, wajib istinjak dengan menggunakan air atau dengan tiga ketul batu. Istinja berhubungan dengan kotoran atau najis, sholat berkaitan erat dengan istinja karena jika istinja tidak benar, wudhunya tidak sah akhirnya sholatnya batal. Dengan demikian berarti istinja sangat penting untuk dipahami karena kalau istinja salah maka semuanya ikut salah. Wudhu merupakan salah satu ‘amaliyah ta’abbudiy sebagai syarat sahnya melaksanakan ibadah shalat. Prinsip dari pelaksanaan ibadah adalah untuk memelihara agama (hifzhu al-dîn) yang termasuk salah satu katagori dharûriyah (apabila tidak dipelihara akan merusak eksistensi agama). Pensyari’atan wudhu didasarkan kepada nash al- Qur’an (Surat al-Maidah ayat 6), al-Sunnah (Terdapat 2079 hadits yang berkenaan dengan wudhu, di antaranya 378 hadits berkenaan dengan rukun wudhu dan 762 hadits tentang sunat-sunat wudhu) dan al-ijma’. Maqâshid al-syarî’ah (tujuan syara’)secara global dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. 1

Upload: rahmi-oknivyoza

Post on 24-Oct-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Agama BAB I(2)

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Istinjak Ialah menghilangkan najis kecil atau besar dari tempat keluarnya dengan sesuatu yang bersih seperti air, batu, kertas dan sebagainya sehingga kesan najis itu dibersihkan.Apabila keluar kotoran dari salah satu, yaitu dari qubul atau dubur, wajib istinjak dengan menggunakan air atau dengan tiga ketul batu.

Istinja berhubungan dengan kotoran atau najis, sholat berkaitan erat dengan istinja karena jika istinja tidak benar, wudhunya tidak sah akhirnya sholatnya batal. Dengan demikian berarti istinja sangat penting untuk dipahami karena kalau istinja salah maka semuanya ikut salah.

Wudhu merupakan salah satu ‘amaliyah ta’abbudiy sebagai syarat sahnya melaksanakan ibadah shalat. Prinsip dari pelaksanaan ibadah adalah untuk memelihara agama (hifzhu al-dîn) yang termasuk salah satu katagori dharûriyah (apabila tidak dipelihara akan merusak eksistensi agama). Pensyari’atan wudhu didasarkan kepada nash al-Qur’an (Surat al-Maidah ayat 6), al-Sunnah (Terdapat 2079 hadits yang berkenaan dengan wudhu, di antaranya 378 hadits berkenaan dengan rukun wudhu dan 762 hadits tentang sunat-sunat wudhu) dan al-ijma’. Maqâshid al-syarî’ah (tujuan syara’)secara global dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat.

1

Page 2: Tugas Agama BAB I(2)

2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar balakang di atas, saya rumuskan permasalahan yang akan saya bahas dalam makalah ini. Adapun rumusannya sebagai berikut:

1. Apakah definisi istinja 2. Bagaimana cara beristinja?3. Apa manfaat istinja pada kesehatan tubuh?4. Apakah definisi wudhu 5. Apa saja syariat yang berhubungan dengan wudhu? 6. Apa manfaat wudhu pada kesehatan tubuh?

3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalh ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi istinja 2. Untuk mengetahui bagaimana cara beristinja3. Untuk mengetahui manfaat beristinja pada kesehatan tubuh4. Untuk mengetahui definisi wudhu 5. Untuk mengetahui syariat yang berhubungan dengan wudhu. 6. Untuk mengetahui manfaat wudhu pada kesehatan tubuh.

2

Page 3: Tugas Agama BAB I(2)

BAB IIISI

ISTINJA

A. PENGERTIAN ISTINJA

Istinja menurut bahasa berasal dari kata “An-Ninja”, maka berarti terlepas dari penyakit, sedangkan apabila istinja berasal dari kata “An-Najwu” yang arti sesuatu yang keluar dari dubur.

Istinja menurut istilah berarti bersuci dari buang air besar atau buang air kecil. Dari pengertian tersebut maka dapatlah di simpulkan bahwa istinja merupakan usaha melepaskan diri dari najis dan kotoran supaya menjadi suci dan bersih.

Sedangkan menurut pengertian yang lain, istinja artinya menghilangkan najis atau melepaskannya dari dua lubang. Al-Bukhori (149) dan Muslim (271) telah meriwayatkan dari Annas bin Malik Radiallahu Anhu.

�اَن� وُل� َك ُس� �َء� الله َر� �حِم�ُل� الَخ�َآل �ا َف�َأ �َن �ُم� ا �ْح�و�ى َو�ُغ�َآل �َد�اَو�ًة� َن ِم�اَء� ِم�ْن� ا ًة� �َز� �ِج�ى َو�َع�ْن �ْن َت ��ْس �االِم�إ َف�َي �ِب

Pernah rasulullah saw masuk kakus maka,saya bersama seorang anak sebaya saya membawakan sebuah bejana beristinja dengan air itu.(HR.Bukhari dan muslim).

B. CARA BERISTINJA

Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan benda selain air. Benda selain air yang dapat digunakan untuk beristinja ialah benda yang keras dan kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.

Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut:

1) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing.

2) Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.

3) Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau air kecil ini sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut:

-ه� �َن �ه� الله� َص�لى� ا �َي -َم� َع�ل ل �ْن� َو�ُس� �َق�َي ِب -ُه�ِم�ا : َف�َق�اُل� ِم�َّر- �َن �اَن� ا �َع�َّذ-ِب �ِم-ا, ُي �ح�ُد�ُه�ِم�ا ا �اَن� ا َف�َك �ِم�ِش�ى �ِم�ِة� ُي -ِم�َي �الْن �ِخ�َّر� ِب ��ِم-ااَاْل �اَن� َو�ا �َز�ُه� َف�َك �ْن َت ��ْس �ُي �ه� ِم�ْن� َاْل �و�ل َوِمْسلَم البَخاَرى َرَواُه ـ ِب

3

Page 4: Tugas Agama BAB I(2)

Artinya: “Sesungguhnya Nabi saw. melalui dua buah kuburan, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam kubur itu sedang disiksa. Adapun salah seorang dari keduanya sedang disiksa karena mengadu-ngadu orang, sedangkan yang satunya sedang disiksa karena tidak menyucikan kencingnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

C. SYARAT-SYARAT ISTINJA ATAU BENDA LAIN NYA.

Syarat-syarat istinja dengan menggunakan batu atau benda keras (kesat) terdiri dari enam macam:

1. Batu atau benda itu keras (kesat) dan harus suci serta dapat dipakai untuk membersihkan najis.

2. Batu atau benda itu tidak termasuk yang dihormati misalnya bahan makanan dan batu masjid.

3. Sekurang-kurangnya dengan tiga kali usapan dan sampai bersih.4. Najis yang akan dibersihkan belum sampai kering.5. Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya.6. Najis itu tidak bercampur dengan benda lain, meskipun benda itu suci dan tidak

terpercik oleh air.

4

Page 5: Tugas Agama BAB I(2)

D. MANFAAT ISTINJA ( BERSUCI ) PADA KESEHATAN TUBUH

Secara medis menurut kedokteran sistem pencernaan dalam tubuh manusia sangat rumit,kompleks, dan mengagumkan. Makanan yang masuk kedalam perut mengalami proses yang lama baru akhirnya keluar dalam bentuk kotoran yang menjijikan. Alat pencernaan manusia ibarat laboratorium kimia yang mempunyai kemampuan hebat. Ia memperoses setiap makanan yang masuk kedalam perut secara telaten dengan bantuan getah lambung dan zat asam. Zat asam yang dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar sudah memiliki ukuran yang pas. Jika volume zat asam yang dikeluarkan oleh kelenjar itu kurang sedikit dari ukurannya, maka makanan itu tidak bisa hancur, demikian juga jika yang dikeluarkan terlalu banyak, maka kesehatan tubuh manusia akan terganggu.

Setelah tubuh menyerap unsur yang bermanfaat dari apa saja yang kita makan dan minum, maka ampasnya didorong untuk dikeluarkan dalam bentuk air dan kotoran. Jika ini tidak dikeluarkan, akan membahayakan tubuh kita. Sebab air kencing dan kotoran tadi mengandung banya bakteri dan kuman.

Maha Suci Allah telah merancang tubuh manusia dengan memiliki sistem pembersihan kotoran dari dalam secara otomatis. Ini membuktikan kebersihan sudah merupakan fitrah manusia yang patut kita jaga dan syukuri .

Di dalam air kencing dan kotoran terdapat bakteri dan cacing, oleh sebab itulah Islam mewajibkan istinja. Istinja dilakukan dengan membersihkan sisa air kencing dan kotoran (yang keluar dari anus) yang masih melekat setelah melakukan aktivitas buang air dengan menggunakan metode diatas tadi yaitu dengan menggunakan air atau batu.

Kondisi kemaluan dan anus yang lembab, sangat ideal bagi kuman untuk hidup dan berkembang biak. Dengan membersihkan kemaluan, seseorang akan terhindar dari radang saluran kencing dan berbagai macam penyakit kulit yang disebabkan menumpuknya mikroba dan kuman.

Ajaran Nabi kita Muhammd Sollallohu alahi wasallam yang patut dikagumi adalah seorang Muslim dilarang untuk beristinja dengna tangan kanan, harus dengan tangan kiri, sehingga tangan kanan yang bertugas untuk menyentuh makanan selalu dalam keadaan bersih. Sebab bila beristinja dengan tangan kiri dikawatirkan telur-telur cacing yang terdapat dalam feses masih melekat dalam lipatan kulit dan bawah kuku tangan, sekalipun telah dibasuh dengan air.

5

Page 6: Tugas Agama BAB I(2)

WUDHU

A. DEFINISI WUDHU

Wudhu secara etimologi berasal dari shigat, yang artinya bersih. Menurut wahbah Al-Zuhaili pengertian wudhu adalah mempergunakan air pada anggota tubuh tertentu dengan maksud untuk membersihkan dan menyucikan. Adapun menurut syara’, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian aktivitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala. Pensyari’atan wudhu bertitik pijak pada dua dalil, yaitu Al-Qur’an al-Karim pada surat Al-Maidah ayat 6 dan Al-Sunah.

“Hai rang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

6

Page 7: Tugas Agama BAB I(2)

B. HUKUM WUDHU

Hukum wudhu tidak bersifat mutlak tetapi tergantung kondisi dan kebutuhan. Berikut ini adalah hukum-hukum wudhu:

a. Fardlu

• Ingin melaksanakan shalat dalam keadaan berhadats.

Orang yang berhadats wajib berwudhu ketika hendak melaksanakan shalat, baik wajib maupun sunat, sempurna atau tidak sempurna. Barang siapa berwudhu untuk satu jenis saja maka ia boleh melakukan semuanya.

• Ketika hendak memegang mushaf Al-Qur’an

Sebagian ulama mewajibkan berwudhu ketika hendak menyentuh A-lQur’an sekalipun tulisan satu ayat diatas kertas, dinding, atau uang, berdasarkan Al-Qur’an:

“Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.”

Ulama hanafiah membolehkan menyentuh mushaf atau menuliskannya tanpa berwudhu dengan syarat:

1) Kondisi darurat / terpaksa.

2) Adanya pembungkus yang terpisah atau kulit yang bersambung dengannya.

3) Usia belum baligh, tetapi bagi yang sudah baligh dan wanita haidh tetap tidak boleh menyentuhnya kecuali dengan berwudhu baik dia sebagai guru atau murid.

4) Hendaklah ia seorang Muslim, tidak boleh seorang Muslim membiarkan orang kafir menyentuhnya selagi dia sanggup melarangnya.

• Bagi orang yang hendak bertawaf

Wudhu wajib hukumnya bagi orang yang akan melaksanakan thawaf. Jumhur Ulama sepakat bahwa hukum berwudhu bagi orang yang hendak thawaf adalah wajib.

7

Page 8: Tugas Agama BAB I(2)

b. Sunat / Mandub / Mustahab

Hukum wudhu adalah mandub (sunat) dalam banyak kondisi antara lain:

1) Sebelum berdzikir dan berdo’a

2) Sebelum tidur

3) Setiap kali berhadats

4) Setelah membawa jenazah

5) Ketika marah

6) Beberapa pekerjaan baik seperti adzan, iqamat, menyampaikan khutbah, mengkhitbah (melamar) perempuan dan ziarah kemakam Rasulullah.

7) Sesudah melakukan kesalahan

c. Mubah

Wudhu hukumnya mubah, jika wudhu dilakukan untuk kebersihan dan kesegaran.

d. Mamnu’ / Haram

Hanafiah beralasan ketika berwudhu dengan air rampasan dan anak yatim. Pengikut Madzab Hanbali mengatakan: Tidak sah wudhu dengan air hasil rampasan (ghasab).

e. Makruh

Wudhu hukumnya makruh dilakukan ketika mengulang wudhu sebelum menunaikan shalat dengan wudhu yang pertama, artinya berwudhu di atas wudhu yang lain hukumnya makruh.

8

Page 9: Tugas Agama BAB I(2)

C. SYARAT SYAH WUDHU

Syarat menurut para ulama fiqh adalah sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada diluar hukum itu sendiri. Ketiadaannya, hukum pun tidak ada. Syarat Wajib Wudhu Fuqaha madzhab Syafi’i mengemukakan syarat sah wudhu ada lima hal, yaitu:

1) Berwudhu dengan air yang mensucikan dan juga belum pernah digunakan untuk menghilangkan hadast dan najis dan warnanya tidak berubah karena di sebabkan bercampur dangan sesuatu yang suci.

2) Menyiramkan air secara merata ke semua anggota tubuh yang dibasuh.

3) Menghilangkan apa-apa yang dapat menghalangi sampainya air keanggota tubuh yang dibasuh.

4) tidak adasesuatu yang bias merubah air pada anggota tubuh.

5) Berwudhu setelah masuk waktu seperti halnya orang yang bertayamum dan bagi yang memiliki udzur selalu berhadats seperti menetesnya air seni. Syarat keempat ini menurut jumhur fuqaha selain Hanafiah.

D. RUKUN WUDHU

Menurut pandapat madzhab syafi’i rukun wudhu ada enam, yaitu:

a. Niat

Niat adalah maksud hati terhadap sesuatu yang disertai dengan pelaksanaannya. Adapun niat wudhu adalah suatu ketetapan hati untuk melakukan wudhu sebagai pelaksanaan dari perintah Allah SWT. Adapun dalil tentang kewajiban niat berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesunggguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya”

b. Membasuh wajah

Membasuh (al-ghaslu) adalah mengalirkan air keanggota tubuh dengan merata. Menurut pendapat yang lain al-ghaslu adalah mengalirkan air keatas sesuatu dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran atau sejenisnya. Adapun batas membasuh wajah adalah tinggi dari tempat tumbuhnya rambut (atas kening) sampai ke bawah dagu, lebar adalah jarak dua daun telinga. Bagi orang yang memiliki jenggot tipis hendaklah membasuh sampai air mengenai kulitnya. Bagi orang yang memiliki jenggot tebal hendaklah ia mentakhlilnya (menyela-nyela).

c. Membasuh kedua tangan sampai siku

Tangan adalah organ tubuh antara ujung jari sampai siku. Sedangkan siku adalah sendi yang terletak antara pangkal lengan dengan pergelangan tangan. Oleh sebab itu membasuh dua siku adalah wajib.

9

Page 10: Tugas Agama BAB I(2)

Cara membasuh kedua tangan sampai siku adalah dimulai dari tangan kanan: ujung jari dengan membersihkan sela-sela jari, menggosok lengan sampai ke siku. Setelah selesai dengan tangan kanan sebanyak 3 kali, dilanjutkan tangan kiri dengan cara yang sama.

d. Menyapu kepala

Menyapu (almashu) adalah melewatkan tangan yang basah di atas anggota tubuh. Sedangkan kepala adalah suatu tempat yang biasa ditumbuhi rambut yang letaknya dari atas kening sampai ke belakang tengkuk dan termasuk kedalamnya adalah pelipis yang letaknya diatas tulang yang biasa timbul di wajah. Adapun menyapu sebagian kepala baik sedikit atau banyak, diperbolehkan sepanjang ia masih dalam pengertian yang benar tentang menyapu dan tentang menyapu satu atau tiga helai rambut saja hal itu tidaklah benar.

Ada tiga cara mengusap kepala:

Pertama, mengusap dengan dua tangan dimulai dari bagian dpan, terus kebelakang, kemudian dari belakang diteruskan kedapan dan memasukkan jari telunjuk kedalam kedua telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagaian luar.

Kedua, apabila seseorang mengenakan serban dikepalanya maka cukup membasuh serbannya.

Ketiga, membasuh ubun-ubun dan serban sekaligus.

e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

Dua mata kaki (ka’bain) adalah dua tulang yang menojol disamping, tepatnya dipersendian betis dengan telapak kaki. Membasuh kaki adalah wajib sesuai dengan kesepakatan umat berdasarkan nash Al-Qur’an dan hadits.

Cara membasuh kedua kaki adlah dimulai dengan membasuh ujung-ujung jari sampai mata kaki, mencuci mata kaki dan membersihkan sela-sela jari kaki. Setelah selesai kaki kanan sebanyak 3 kali, dilanjutkan kaki kiri dengan cara yang sama.

f. Tertib

Tertib dalam melakukan wudhu hukumnya wajib. Artinya jika mendahulukan sebagian anggota dan mengakhirkan yang lain bukan menurut aturan sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Qur’an, maka wudhunya batal atau tidak sah. Praktek wudhu menurut sunah (contoh Rasul) adalah tertib. Tidak terdapat suatu riwayatpun tentang wudhu melainkan beliau melakukannya dengan tertib. Yang dimaksud tertib disini adalah tersusun sebagaimana urutan dalam Al-Qur’an.

10

Page 11: Tugas Agama BAB I(2)

E. PEMBATAL WUDHU

Hal-hal yang dapat membatalkan wudhu adalah:

a. Keluar sesuatu dari salah satu dua pintu jalan

وُل� َق�اُل� ُس� �ُل� : ُم.ص الله� َر� �َق�ب �ُي �ًة� الله� َآل �َم� َص�َآل �ح�ُد�َك �َذ�ا ا Eى� اح�ُد�َث� ا َت � ح� �و�َض�َأ �َت ُي )َوِمْسلَم البَخاَرى َرَواُه(

Rasulullah SAW bersabda : Allah tidak menerima shalat di antara kamu jika berhadats sehingga dia berwudhu terlbih dahulu. (HR. Bukhori Muslim)

b. Tidur nyenyak, pingsan dan mabuk وُل� َق�اُل� �اَن� : ُم.ص الله� َرُس� �ْن َي �لْح� � ا �َأ ه� َو�َك �َذ�ا الْس- �اِم�ِت� َفإ �اَن� َن �ْن �َق� الَع�َي �َط�ل �َن �اَء� ا الو�َك

��اُم� َف�ِم�ْن � َن -و�َض-َأ �َت )َداَوَد اِبو َرَواُه (َف�َيRasulullah SAW bersabda : kedua mata itu adalah tali yang mengikat pintu dubur, maka apabila kedua mata tidur, maka terbukalah ikatan pintu itu, maka siapa saja yang tidur hendaklah berwudhu.

c. Hilang akal

d. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang keduanya sudah baligh dan bukan muhrim. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nisaa : 43

��َم� اَو َت ��ِم�ْس آَء� ل Kْس� �َم� الْن �ِج�ُد�َوا َف�ل �ِم-ِم�و�ا ِم�آَء� َت �َي �ُد�ا َف�َت �ا َص�َع�َي Kب َط�َيAtau Kamu telah menyentuh perempuan kemudian kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang suci.(QS. An-Nisaa :43)

e. Menyentuh FardziSebagaimana Hadits Nabi :

�ِة� اُمK َع�ْن �ب �َي ب �ِت� ح� ِم�َع�ِت� : َق�ال �َق�وُل ُم.ص الله� َرُسوُل ُس� ه� ِم�َّس- ِم�ْن� : ُي َج� �َف�َّر � �و�َض-َأ �َت �َي )ِماَج�ه اِبْن َرَواُه (َف�ل

Dari Ummi Habibah berkata : saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda : Siapa saja yang menyentuh kemaluannya, maka hendaklah berwudhu. (HR. Ibnu Majah)

11

Page 12: Tugas Agama BAB I(2)

F. MANFAAT WUDHU PADA KESEHATAN TUBUH

1. Wudhu, dari dimensi ilmu akupunktur.

Pilosofi wudhu merupakan suatu persiapan mental untuk mengerjakan shalat. Kesucian dan kesejukan yang ditimbulkan oleh wudhu dapat membangkitkan konsentrasi dalam pelaksanaan shalat, karena wudhu dapat menstimulir lima organ panca indra yaitu mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan kaki. Para pakar syaraf (neurologists) telah membuktikan bahwa dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran. Terlebih lagi secara keseluruhan dengan ujung-ujung syaraf seluruh anggota wudhu.

Pada anggota badan yang terkena perlakuan kayfiyat wudhu terdapat ratusan titik akupunktur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Titik-titik akupunktur, suatu fenomena yang menarik bila dikorelasikan dengan kayfiyat wudhu yang disyari’atkan 15 abad yang lalu. Semua titik akupunktur memiliki multi indikasi (banyak khasiat) untuk pencegahan dan pengobatan berbagai macam penyakit. Adapun jumlah titik yang terdapat pada anggota wudhu sudah teridentifikasi minimal 493 titik.

Menurut AM. Isran, titik pada sela-sela jari tersebut merupakan tombol-tombol pengeluaran sampah bio listrik. Kemudian, salah satu maqâshid al-syarî’ah tâbi’ah wudhu, sudah jelas diungkapkan secara eksplisit dalam dalalat al-‘ibarah nash al-Qur’an Surat al-Maidah ayat 6, yaitu untuk menyucikan atau membersihkan. Sedangkan kesucian atau kebersihan berkorelasi dengan kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Tingkat signifikansi korelasi kayfiyat wudhu dengan kesehatan dalam perspektif ilmu akupunktur, sangat tergantung kepada sejauhmana optimalisasi pelaksanaan wudhu tersebut sesuai dengan isyarat untuk menyempurnakan wudhu sebagaimana tuntunan sunnah Nabi Saw. Apabila semakin optimal, berdasarkan perspektif keilmuan (’ilmu al-yaqîn) sudah barang tentu akan semakin memberikan manfaat kesehatan secara holistik.

Selanjutnya, makalah inipun menjelaskan aplikasi terhadap konsep-konsep nash. Seperti, terahadap konsep ghasala, masaha, dan al-dalk yang berkorelasi dengan titik-titik akupunktur dan meridian untuk memberikan stimulasi yang optimal. Selain menjelaskan korelasi wudhu dengan kesehatan jasmani, dijelaskan pula korelasi wudhu dengan kesehatan rohani. Hikmah wudhu bagi kesucian baik lahiriyah (jasmani) maupun bathiniyah (rohani) sangatlah tinggi. Wudhu, dapat dijadikan sebagai sarana bertaubat untuk membersihkan diri dari dosa guna kesucian dan kesehatan rohani. Hal tersebut didasarkan kepada sejumlah hadits, di antaranya digambarkan bergugurannya dosa bersamaan dengan jatuh mengalirnya air dari setiap anggota wudhu. Sehingga, wudhu dapat membangun kecerdasan spiritual (Spiritual Question), kecerdasan emosional (Emotional Question) dan kecerdasan intelektual (Intelectual Question).

12

Page 13: Tugas Agama BAB I(2)

2. Rahasia Jumlah Tulang Manusia dan Hubungannya dengan Wudhu

Secara anatomis, anggota wudhu terletak pada ujung-ujung tubuh (kepala, tangan, kaki). Bagian-bagian tersebut paling banyak mengandung susunan tulang dan sendi, dan banyak pula melakukan gerakan-gerakan. Dalam hubungannya dengan wudhu, pembasuhan anggota wudhu kebanyakan tiga kali dan ada yang satu kali. Dalam kajian dr. Sagiran, didapatkan bahwa tubuh ini mengandung sejumlah tulang yang mendekati bilangan hari dalam setahun. Tulang-tulang penyusun anggota wudhu jumlahnya tertentu, dikalikan masing-masing dengan jumlah kali pembasuhan pada saat wudhu, akan menghasilkan bilangan yang sama dengan keseluruhan jumlah tulang manusia. Berikut penjelasannya:

Lengan dan tangan: 30 buah (terdiri atas 1 buah tulang lengan atas, 2 buah tulang lengan bawah, 8 buah tulang pergelangan tangan, 19 buah tulang telapak dan jari-jari).

Tungkai dan kaki: 31 buah (terdiri atas 2 buah tulang tungkai bawah, 8 buah tulang pergelangan kaki, 21 buah tulang telapak dan jari-jari).

Wajah: 12 buah (terdiri atas tulang dahi, baji, rahang atas-bawah masing-masing 1 buah, tulang air mata, pelipis, hidung dan pipi masing-masing 2 buah).

Rongga mulut dan hidung: 41 buah (terdiri atas geligi 32 buah, langit-langit dan rahang masing-masing 1 buah, sekat dan karang hidung 7 buah).

Kepala dan telinga: 12 buah (terdiri atas 2 buah tulang pelipis, 2 buah tulang ubun-ubun, 1 buah tulang baji, dahi, dan belakang kepala, 6 buah tulang pendengaran)

Bagian tubuh pada poin a-d dijumlahkan menghasilkan angka 114. Angka tersebut dikalikan 3 karena pembasuhan waktu melakukan wudhu sebanyak 3 kali, menghasilkan angka 342. Poin e tidak dikalikan 3 karena karena memang hanya satu kali pembasuhan, sehingga jumlah dari poin a-e adalah 354, yakni sama dengan jumlah hari dalam 1 tahun hijriyah, selain itu sama dengan jumlah seluruh tulang manusia. Dengan demikian, membasuh anggota wudhu pada saat berwudhu seakan-akan sudah membasuh seluruh tubuh.

13

Page 14: Tugas Agama BAB I(2)

BAB IIIPENUTUP

KESIMPULAN

1. Istinja merupakan usaha melepaskan diri dari najis dan kotoran supaya menjadi suci dan bersih. Adab istinja adalah adab yang berkaitan dengan tempat buang hadas, adab yang berkaitan dengan keluar masuk ke tempat buang hajat, adab yang berkenaan dengan arah, adab yang berkaitan dengan sikap, dan Menggunakan tangan kiri ketika beristinja. Syarat-syarat istinja atau benda lainnya ada empat.

2. Istinja dilakukan dengan membersihkan sisa air kencing dan kotoran (yang keluar dari anus) yang masih melekat setelah melakukan aktivitas buang air dengan menggunakan air atau batu. Kondisi kemaluan dan anus yang lembab, sangat ideal bagi kuman untuk hidup dan berkembang biak. Dengan membersihkan kemaluan, seseorang akan terhindar dari radang saluran kencing dan berbagai macam penyakit kulit yang disebabkan menumpuknya mikroba dan kuman.

3. Wudhu menurut bahasa adalah bersih. Dan menurut istilah syar’i adalah membersihkan anggota tubuh tertentu melalui suatu rangkaian aktivitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah, kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala. Hukum wudhu ada kalanya wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram tergantung kondisi dan kebutuhan. Syarat sah wudhu ada lima, rukun wudhu ada enam hal dan pembatal wudhu ada empat perkara.

4. Para pakar syaraf (neurologists) telah membuktikan bahwa dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran. Terlebih lagi secara keseluruhan dengan ujung-ujung syaraf seluruh anggota wudhu. Sehingga, wudhu dapat membangun kecerdasan spiritual (Spiritual Question), kecerdasan emosional (Emotional Question) dan kecerdasan intelektual

14

Page 15: Tugas Agama BAB I(2)

15