tinjauan pustaka fraktur costa

8
TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI Gambar.1 Sternum dan 12 pasang costa, melindungi organ dalam toraks dan abdomen bagian atas dari kerusakan mekanik, dan mengembang untuk memungkinkan inhalasi. Semua costa berartikulasio dengan vertebra torakalis

Upload: citra-anggraini

Post on 01-Jun-2017

316 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI

Gambar.1

Sternum dan 12 pasang costa, melindungi organ dalam toraks dan abdomen bagian atas dari kerusakan mekanik, dan mengembang untuk memungkinkan inhalasi. Semua costa berartikulasio dengan vertebra torakalis

7 pasang costa sejati berartikulasio langsung dengan sternum melalui kartilago costa 3 pasang kosta palsu berartikulasio dengan kartilago costa ke 7 2 pasang kosta melayang yang tidak berartikulasio dengan sternum1

Page 2: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

FRAKTUR

Definisi

Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi.

Penyebab fraktur adalah trauma. Adapun fraktur patologis yaitu fraktur yang patologik akibat

suatu proses misalnya pada osteoporosis.2

Deskripsi fraktur

I. Fraktur komplit - tidak komplit

a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang).

b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang

tulang).

II. Berdasarkan jumlah garis patah :

a. Fraktur komunitif (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).

b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).

c. Fraktur multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan

tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

III. Terbuka dan tertutup

a. Tertutup : bila terdapat tidak ada luka yang menghubungkan tulang yang fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit.

b. Terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara

luar atau permukaan kulit.

IV. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :

a. Garis patah melintang.

b. Oblique / miring.

c. Spiral / melingkari tulang.

d. Kompresi

e. Avulsi / trauma tarikan atau traksi otot pada tulang. Misal pada patela.

V. Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a. Tidak adanya dislokasi.

Page 3: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

b. Adanya dislokasi :

Ad axim : membentuk sudut.

Ad latus : fragmen tulang berjauhan.

At longitudinal cum contractiosnum : pergeseran searah sumbu dan

overlapping. 2

Page 4: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

FRAKTUR COSTA

Diagnosis patah tulang ditentukan berdasarkan gejala dan tanda nyeri lokal; nyeri lokal yang

timbul berupa nyeri kompresi kiri-kanan atau muka belakang dan nyeri pada saat gerak napas.

Patah tulang iga dapat berupa tunggal atau multiple. Jika multiple, bentuk dan gerak dada

mungkin masih memadai, tetapi mungkin pula tidak, contohnya pernapasan paradoks. Pada patah

tulang multiple, dinding biasanya akan tetap stabil, akan tetapi jika beberapa costa patah di dua

tempat, suatu segmen dinding dada akan terlepas dari kesatuannya. Patah tulang segmental ini

menimbulkan dada gail.

Fraktur costa tunggal atau majemuk dengan gerak dada yang masih memadai dan teratur

ditangani dengan analgetik dan anatesi. Nyeri harus hilang karena untuk menjamin adekuatnya

pernapasan atau mencegah pneumonia akibat tidak memadainya gerak napas dan terganggunya

batuk akibat menahan nyeri. Jika analgetik tidak menghilangkan rasa nyeri maka harus dilakukan

anatesi blok intercostalis yang meliputi segmen di kaudal atau cranial costa yang patah.

Pemasangan bidai rekat (adhesive strapping) tidak bermanfaat walaupun memberikan rasa aman

kepada penderita. Bidai ini mengganggu pergerakan rongga dada, mengganggu gerak napas, dan

menyebabkan dermatitis; efek mengurangi nyeri tidak lebih baik dari analgetik.

Jarang ditemukan dislokasi karena costa terselubungi oleh periosteum yang kuat dan otot.

Karena perdarahan costa baik, maka penyembuhan dan penyatuan tulang biasanya berlangsung

cepat dan tanpa halangan atau penyulit.

Penyulit fraktur costa ialah pneumonia, pneumotorak, dan hematotorak. Pneumonia disebabkan

oleh karena terganggunya gerak napas dan gerak batuk. Bila penderita tidak dapat batuk untuk

membersihkan paru nya, maka bronkopneumonia mudah terjadi. Penangannya terdiri dari

pemberian anatesi, antibiotik yang memadai, ekspektoran, serta fisioterapi.

Pneumotorak dan hematotorak terjadi karena tusukan patahan tulang pada pleura parietal atau

visceral. Luka pada parietal menyebabkan hematotorak, sedangkan pada visceral menyebabkan

hematotorak atau pneumotorak.

Costa I atau II jarang patah karena selain merupakan tulang yang pendek, lebar, dan kuat. Costa

ini terletak agak terlindungi. Patah pada kedua costa ini dapat berbahaya karena penderita pasti

Page 5: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

mengalami cidera yang hebat. Oleh karena itu, harus dicari kemungkinan adanya cidera lain

yang lebih berbahaya dan tidak terlihat, misalnya cidera jantung atau aorta.3

DISKUSI

Terapi untuk fraktur costa dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan operasi. Untuk

konservatif, pasien di terapi dengan analgetik untuk mengurangi nyeri nya dengan tujuan pasien

dapat bernapas dengan normal tanpa rasa nyeri pada dada. Adapun kerugiannya yaitu lamanya

waktu mobilisasi, dan terhambatnya aktifitas pasien. Untuk operasi, pasien diterapi dengan

dipasangnya plate pada costa yang fraktur. Tindakan bedah harus dilakukan apabila terdapat

cedera toraks, kontusio paru, dan gangguan respirasi. Waktu yang tepat untuk kapan dilakukan

tindakan bedah sampai saat ini masih dijadikan perdebatan. Fiksasi dapat menurukan resiko

inflamasi didaerah cedera, menurunkan rasa nyeri, dan mobilisasi dapat lebih cepat

dibandingkan konservatif. Berikut adalah plate yang digunakan untuk fiksasi costa.

Judet plates Sanchez plates

Page 6: Tinjauan Pustaka Fraktur Costa

DAFTAR PUSTAKA

1. Prasenohadi, Sunartomo, Tommo. Penatalaksanaan Pasien Trauma dengan Fraktur Iga

Multipel. 2014. Diunduh dari :

http://perdici.org/wp-content/uploads/mkti/2012-02-03/mkti2012-0203-166174.pdf.

2. Sapardan, Subroto. Fraktur dan Dislokasi. Dalam: Kumpulan kuliah ilmu bedah UI.

Jakarta: Binarupa Aksara. 1994. Hal: 502-507.

3. Koesbijanto, Heru, dkk. Dinding Toraks dan Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah de

jong Ed.3. Jakarta: EGC.2013. Hal: 503-504.