documenttb

Upload: dewi-lailatul-izzah

Post on 09-Mar-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

zahro

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGTuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru Menurut WHO (1999)Microbacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1999).Di Negara berkembang kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di Negaranegara berkembang. Dengan munculnya epidemic HIV/AIDS di dunia jumlah penderita TB akan meningkat. Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan serta nifas (WHO). WHO mencanangkan keadaan darurat global untuk penyakit TB pada tahun 1999 karena diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB. Di Indonesia TB kembali muncul sebagai penyebab kematian utama setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan.Di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal Menurut WHO (1999), Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderita tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti.Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiapa saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Apa Yang Dimaksud Dengan Tuberculosis Paru?2. Bagaimana Etiologi Dari Tuberkulosis Paru?3. Ada Berapa Klasifikasi Tuberkulosis Paru?4. Bagaimana Manifestasi Dari Tuberkulosis Paru?5. Bagaimana Patofisiologi Dari Tuberkulosis Paru?6. Bagaimana Pathway Dari Tuberculosis Paru?7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dari Tuberkulosis Paru?8. Bagaimana Penatalaksanaan Dari Tuberkulosis Paru?9. Apa Saja Komplikasi Dari Tuberkulosis Paru?10. Bagaimana Askep Dari Tuberkulosis Paru?11. Bagai mana kasus Tuberclosis MDR menurut jurnal terbaru ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan Tuberkulosis paru dan tahu asuhan keperawatannya.1.3.2 Tujuan Khusus Untuk Mengetahui Definisi Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Etiologi Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Klasifikasi Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Manifestasi Dari Tuberculosis Paru. Untuk Mengetahui Patofisiologi Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Pathway Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Komplikasi Dari Tuberculosis Paru Untuk Mengetahui Askep Dari Tuberculosis Paru1.4 Manfaat1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu makalah ini dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup tuberculosis paru. Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam membuat sebuah makalah tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup tuberculosis paru.

1.4.2 Manfaat bagi Dosen Dapat di jadikan bahan mata ajar dan menunjang proses mengajar yang memenuhi kompetensi dasar yang harus di capai.

1.4.3 Manfaat bagi kalangan Umum Dapat dijadikan buku panduan untuk perawatan diri serta dijadikan pedoman dalam menambah wawasan tentang keilmuan dalam konsep tuberculosis paru.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISITuberculosis TB adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan ole mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobic dan tahan asam ini, dapat merupakan organism pathogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteri patgen, tetapi hanya strain bovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x 2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil dari pada sel darah merah.Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya.TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun diluar. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, di sebabkan oleh microbacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. Tuberculosis pada manusia ditemukan dua bentuk yaitu:a. Tuberculosis primer : jika terjadi pada infeksi pertama kalib. Tuberculosis sekunder : kuman yang aktif pada tuberculosis primer akan aktif setelah bertahun tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan imunitas, misalnya karena malnutrisi, penggunaan alcohol, penyakit maligna, diabetes dan gagal ginjal.

2.2 ETIOLOGIPenyakit ini di sebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal 0,3-0,6 um. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ii adalah aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan oksigen tinggi yaitu apical atau apeks paru. Darah ini menjadi predileksi pada penyakit tuberculosis.

2.3 KLASIFIKASIKlasifikasi kesehatan masyarakat (American Thoracis Society, 1974) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas: 1) Tuberkulosis paru BTA (+) adalah: Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjuk kan hasil BTA positif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan juga positif.2) Tuberkulosis paru BTA(-). Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan Mikobakterium tuberkulosis Berdasarkankan golongan pasien Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:1) Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.2) Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+) atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan: Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll). TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis.3) Kasus defaulted atau drop out (lalai) Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.4) Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.5) Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.6) Kasus Bekas TB Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.Pembagian Tuberkulosis menurut WHO didasarkan pada terapi yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu : Kategori I, ditujukan terhadap : 1. Kasus baru dengan dahak positif 2. Kasus baru dengan bentuk TB berat Kategori II, ditujukan terhadap : 1. Kasus kambuh 2. Kasus gagal dengan dahak BTA positif Kategori III, ditujukan terhadap : 1. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas 2. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik

2.4 PATOFISIOLOGISeseorang yang di curigai menghirup basil mycobacterium tubercolisis akan menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan napas ke alveoli, dimana pada daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembangbiak. Penyebaran basil ini bias juga melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).System kekebalan tubuh berspon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrophil dan makrofak memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (meisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronkopneomonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar.Massa jaringan baru di sebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati, di kelilingi oleh makrofak yang mementuk dinding. Granuloma berubah bentuk menjaadi masa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari masa tersebut disebut gontubercle. Materi yang terdiri atas makrofak dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkicuan (nekrotizingcaseosa). Setelah itu akan terbentuk karsifikasi, membentuk jaringan kolagen. Bakteri menjadi non aktif.Penyakit akan berkembang mnjadi aktif setelah infeksi awal, karena respon system imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan akhirnya menjadi perkijuan. Tuberkel yang userasi mengalami prose penyembuhan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan bronkopneumonia, pembentukan tuberkel, dan seterusmya. Pneumonia seuler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang di kelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respons berbeda dan akhirnya membentuk suatu kapsul yang di kelilingi oelh tuberkel.

2.5 PATHWAYTerlampir

2.6 MANIFESTASI KLINISGejala akibat TB paru adalah batuk produktifyang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptysis. Gejala sistemik termasuk demam, menggigil, keringat malam, kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan. Seseorang yang di curigai menderita TB harus di anjurkan untuk menjalani pemeriksaan fisik, tes tuberculin mantoux, foto thoraks dan pemeriksaan bakteriologi dan histologi. Tes tuberculin harus di lakukan pada semua orang yang di curigai menderita TB klinis aktif, namun nilai tes tersebut di batasi oleh reaksi negative palsu, khususnya orang dengan imunosupresif (missal, TB dengan infeksi HIV). Seseorang yang di perkirakan memiliki gejala TB, khususnya batuk produktif yang lama dan hemoptysis, harus menjalani foto toraks, walaupun reaksi terhadap tes tuberculin intradermalnya negative.Berdasarkan DCD, kasus TB di perkuat dengan kultur bakteriologi organisme M. tuberculosis yang positif. Sangat penting untuk menanyakan orang yang di duga terkena TB tentang riwayat terpajan dan infeksi TB sebelumnya. Harus di pertimbangkan juga faktor-faktor demografi (missal, Negara asal, usia, kelompok etnis atau ras) dan kondisi kesehatan (misalnya, infeksi HIV) yang mungkin meningkatkan seseorang untuk terpajan TB.

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. PEMERIKSAAN RADIOLOGIpemeriksaan radiologi sering kali menunjukan adanya TB, tetapi hampir tidak dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini saja karena hampir semua manifestasi TB dapat menyerupai penyakit-penyakit lainnya.Secara patologis, manifestasi dini TB paru biasanya berupa suatu kompleks kelenjar getah bening parenkim. Pada orang dewasa, segmen apeks dan posterior lobus atas atau segmen superior lobus bawah merupakan tempat-tempat yang sering menimbulkan lesi yang terlihat homogen dengan densitas yang lebih pekat. Dapat juga terlihat adanya pembentukan kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya bilateral. Ketidaknormalan ini pun pada foto dada seseorang dengan positif HIV dapat mengindikasikan adanya penyakit TB. Sebenarnya, seseorang yang positif HIV dengan penyakit TB dapat memiliki foto dada yang normal (CDC,2000)2. PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIK walaupun urine dari kateter, cairan otak, da nisi lambung dapat di periksa secara mikroskopik, tetapi pemeriksaan bakteriologik yang paling penting untuk diagnosis TB adalah pemeriksaan sputum. Metode Pewarnaan Zielh-Neelsendapat di pakai. Sediaan apus dapat di genangi dengan zat karbolfuksin yang di panaskan, lalu di lakukan dekolorisasi dengan alcohol-asam. Sesudah itu di warnai lagi dengan metilen biru atau brillian green. Cara pewarnaan yang paling banyak di gunakan adalah tehnik pewarnaan fluoresensi memakai larutan auramin-rodamin. Setelah larutan ini melekat pada mikobakteri maka tidak dapat didekolorisasi lagi dengan alcohol-asam. Pemeriksa dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam (AFB) yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal untuk menegakkan diagnosis, tetapi suatu sediaan yang negative tidak menyingkirkan kemungkinanmadanya infeksi penyakit.Cara penegakan diagnosis yang paling tepat adalah dengan memakai tehnik biakan. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua sediaan. Mikobakteri tumbuh lambat dan membutuhkan suatu media yang kompleks. Koloni matur, akan berwarna krem atau kekuningan, seperti kutil dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrat yang telah diolah dapat di deteksi oleh media biakan ini. Pertumbuhan mikobakteri yang di amati pada media biakan ini sebaiknyadi hitung sesuai dengan jumlah koloni yang timbul. Mikroorganisme menimbulkan waktu 6 hingga 12 minggu pada suhu 36 sampai 37 derajat celcius untuk dapat tumbuh bila menggunakan tes biokimia yang biasa. Namun, bila yang di gunakan untuk inokulasi adalah medium cair seperti system radiometric BACTEC dan metode cepat yang di gunakan untuk identifikasi spesies, hasil biakan seharusnya sudah ada dalam waktu 7-21 hari pengumpulan sediaan.Pada saat ini sudah tersedia berbagai macam tes untuk identifikasi hampir semua spesies mikobakteri dan di samping itu telah di kembangkan berbagai program computer untuk membantu menginterpretasikan data. Misalnya, probe asam nukleat dapat mengidentifikasi spesies dalam waktu 2 minggu 8 jam. High-performance liquid charmathography (HPLC) dengan cepat mendeteksi perbedaan asam mikoliat dalam spectrum pada dinding sel. Tehnik molekuler terbaru seperti rangkaian asam deoksiribonukleat (DNA) dan reaksi rantai polymerase (PCR) yang di kerjakan pada sputum atau sediaan klinis lain untuk mendiagnosis penyakit TB sedang berkembang dengan cepat. The U.S food and drug administration (FDA) telah menerima tes amplifikasi asam nukleat (NAA). Namun, NAA tidak dapat menggantikan kebutuhan akan pulasan AFB rutin dan biakan (ATS, 2000). Uji kerentanan obat harus di lakukan pada hasil isolasi awal dari semua pasien utnuk menyakinkan apakah terapi obat TB yang di rekomendasikan kepada pasien akan efektif (ATS,2000). Uji tersebut harus di ulang bila pasien tidak membaik atau terus menghasilkan biakan seputum yang positif setelah 2 terapi (CDC, 2000a)3. PEMERIKSAAN LAB a. Darah: Leukosit sedikit tinggi, LED meningkatb. Sputum : BTA. Pada BTA (+) di temukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sediaan dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum.2.8 PENATALAKSANAAN a. NONFARMAKOLOGI Penatalaksanaan yang di berikan bias berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut ini: Penyuluhan Pencegahan Fisioterapi dan rehabilitasi Konsultasi secara teratur

b. FARMAKOLOGI 1. Isoniazid (INH/H)Dosis : 5 mg/KgBB, per oral. Efek samping : peripheral neuritis, hepatitis dan hipersensitifitas.2. Ethambutol Hydrochloride (EMB/E)Dengan dosis sebagai berikut: Dewasa:15 mg/KgBB per oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg/KgBB/hari selama 60 hari, kemudian di turunkan sampai 15 mg/KgBB/hari Anak (6-12 tahun) : 10-15 mg/KgBB/hari. Efek samping : optic neuritis (efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash.3. Rifampin /rifampisin (RFP /R).Dosis : 10 mg/kgBB/ hari peroral. Efek samping: hepatitis reaksi demam , purpura , nausea dan vomiting.4. Pyrazinamide ( PZA/Z) Dosis : 15-30 mg/kgBB per oral. Efek samping : hiperurisemia, hepatotoxity, skin rash, antralgia , distresgastro intestinal.Dengan di temukan rifampisin pandan obat yang di berikan untuk klien tuberkolosis adalahh INH+ rifampisin +steptomisin atau etambulon setiap hari (fase awal) dan di terus kan pada fase lanjut dengan INH+rifamfisin atau etambutol. paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek. Dengan pemberian INH+rifampisin + steptopisin atau etambutol atau pyrazinamide setiap hari sebagai fase awal selama 1-2 bulan di lanjutkan dengan INH+ rifampisin atau etambutol atau stertomisin 2-3 kali per minggu selama 4-7 bulan sehingga lama pemgobatan seluruh nya 6-9 bulan . Panduan obat yang di gunakan di Indonesia dan di anjurkan pula oleh WHO adalah 2RHZ /4 RH dengan variasi 2RHS/4RH, 2RHZ/4R,H 2RHS/2 R H.

2.9 KOMPLIKASIMenurut Depkes RI (2002),merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis stadium lanjut:1) Hemoptisis berat(pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovelemik atau karena tersumbatnya jalan nafas2) Atelektasis(paru mengembang kurang sempurna) atau kolap dari lobus akibat retraksi bronchial3) Bronkiektasis(pelebaran broncus setempat) dar fibrosis(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)pada paru4) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,tulang,persendian,dan ginjal5) TB laring,setiap kali spuntum yang mengandung basil TB dikeluarkan melalui laring,ada basil yang tersangkut di laring dan menimbulkan proses TB ditempat tersebut6) Pleuritis Eksudatif.bila terdapat proses TB di bagian paru yang dekat sekali dengan pleura,pleura akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat7) Pneumothorak,jika proses nekrosis dekat sekali dengan pleura,maka pleura akan ikut mengalami nekrosis dan bocor,sehingga terjadi pnemotorak ialah pecah kavitas yang kebetulan berdekatan dengan pleura,sehingga pleura robek8) Hidropneumothorak,empiema/piothorak,dan piopneumotorak jika efusi pleura dan pnemuthorak terjadi bersamaan,maka disebut hidropneumothorak,bila cairanya mengalami infeksi sekunder,terjadilah piopneumothorak,jika infeksi sekunder mengalami cairan eksudat pada pleuritis eksudatif terjadilah Empiema atau piothorak9) Abses paru,infeksi sekunder dapat mengenai jaringan nekritic langsusn,sehingga akan terjadi abses paru10) Co-pulmonal,makin parah destruksi paru dan makin luas proses fibrotik di paru,resistensi di paru akan meningkat.resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung kanan sehingga terjadi hipertrofi.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN3.1 PENGKAJIANAdapun pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan penyakit Dementia diantaranya :1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, status perkawinan, golongan darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab. 2. Riwayat kesehatan Riwayat penyakit dahulu yaitu penyakit apa saja yang pernah diderita pasien. Riwayat penyakit sekarang yaitu penyakit yang diderita pasien saat ini, dalam kasus ini penyakit Tuberculosis Riwayat penyakit keluarga yaitu penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang lain, baik yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya penyakit Tuberculosis maupun yang tidak. .3. Aktifitas istirahat Gejala: kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek saat bekerja, kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat. Tanda: takikardi, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot,nyeri dan sesak (tahap lanjut)4. Integritas ego Gejala : adanya/factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan tak berdaya/tak ada harapan, populasi budaya. Etnik. Tanda : menyangkal (khususnya selama tahad dini.), ansietas, ketakutan, mudah terangsang.5. Makanan/cairan Gejala: kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna,penurun BB. Tanda: turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangn otot/hilang kemak subkutan.6. Nyeri/ kenyamanan Gejala : nyeri dada meningkat karena betuk berulang. Tanda :berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,gelisah. 7. Pernafasan Gejala: batuk, produktif atau tida produktif. Nafas pendek, riwayat tuberculosis/ terpajan pada individu terinfeksi. Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan ( penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan pernafasan tak simetri (effuse pleural),8. Keamanan Gejala: adanya kondisi penekanan imun. Tanda : deman rendah atau sakit panas akut9. Interaksi social Gejala: perasan isolasi/ penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.10. Pemeriksaan FisikDilakukan dengan cara inpeksi, palpasi, perpusi, dan auskultasi berbagai sistem tubuh, maka akan ditemukan hal-hal sebagai berikut:1. B1 (breathing) Inspeksi :bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proposi diameter buntuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diaeter lateral. Apabila ada penyulit dari TB seperti adanya efusi pleura yang massif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisn rongga dada, pelebaran intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru membuat bentuk dada tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan incostal space(ICS) pada sisi yang sakit. Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernafasan tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan menggunakan otot bantu nafas. Tanda lainnya adalah klien dengan TB paru juga mengalami efusi pleura yang massif, pneumothoraks, abses paru massif, dan hidropneumuthoraks. Tanda-tanda tersebut membuat gerakan pernafasan menjadi tidak simetris, sehingga yang terlihat adalah pada sisi yang sakit pergerakan dadanya tertinggal. Palpasi Palpasi trachea adanya pergeseran trachea menunjukkan- meskipun tetapi tidak spesifik- penyakit dari lobus atas paru. Pada TB paru yang disertai adanya efusi pleura massif dan pneumuthoraks akan mendorong posisi trachea kearah berlawanan dari sisi saki.Gerakan dinding thoraks anterior atau ekskrusi pernafasan. TB paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernafasan biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru luas.Getaran suara (fremitus vocal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan tangan didada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronchial untuk mebuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil fremitus.adanya penurunan taktil fremitus pada klien dengan TB paru biasanya ditemukan pada klien yang disertai komplikasi efusi pleura massif, sehingga hantaran suara menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang berakumulasi dirongga pleura, Perkusi Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya kan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan dirongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama jika pneumuthoraks ventil yang mendorong posisi paru ke posisi yang sehat. Auskultasi Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronchi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronchi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai resonan vocal. Klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi yang sakit.2. B2 (Blood)Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi: Inspeksi :Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik. Palpasi :Denyut nadi perifer melemah Perkusi :Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi pleura massif mendorong kesisi sehat. Auskultasi Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.3. B3 (brain)Kesadaran biasanya kompos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengan hemoptoe massif dan kronis, dan sclera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati.4. B4 (Bladder)Pengukuran volum out put urin berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu mememonitor oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien di informasika agar terbiasa dengan urin yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama rifampisin.5. B5 (bowel)Klien mengalami mual muntah penurunan nafsu makan dan penuruna berat badan.6. B6 (Bone)Aktivitas sehari berurang banyak pada klien TB paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan kelelahan insomnia, pola hidup menetap dan jadwal olah raga menjadi tidak teratur

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dyspneu3. Hipertermi b.d proses inflamasi yang disebabkan pengeluaran zat pirogen.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme

NOC Respiratory status : ventilation Respiratory status : airway patency Vital sign statusCriteria Hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan satatus suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)NIC Airway Management Buka jalan nafas , gunakan teknik chin lift. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. Auskultasi suara nafas tambahan. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi. Monitor TD,Nadi, Suhu, dan RR Atur peralatan oksigenasi Monitor respirasi dan status O2 Oxygen Therapy. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, brakikardi, peningkatan sistolik). Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi OAT( Agen mukolitik, Bronkodilator kortikosteriod)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dyspneu

NOC Nutrional status Nutrional status : food n fluid intake Nutrional status : nutrient intake Weight controlCriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan Tidak terjadi penurunan berat badan.NIC Nutrition Management Kaji adanya alergi makanan Anjurkan klien untuk mengkonsumsi proten dan vitamin c Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi ) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,Nutrition Monitoring Monitor adanya/ tidaknya penurunan berat badan Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasanya dilakukan Monitor adanya mual dan muntah Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht.

3. Hipertermi b.d proses inflamasi yang disebabkan pengeluaran zat pirogen.

NOC ThermoregulationCriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

NICFever treatment Monitor suhu sesering mungkin. Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatn tubuh. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila kolaborasi pemberian cairan intravena

BAB 4PEMBAHASAN ISI JURNAL

Jurnal 1) Divisi Kesehatan Global Equity, Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston, MA, USA, 2) Socios En Salud dan Mitra Di Kesehatan, Lima, Peru, 3) Departemen Kesehatan dan Kedokteran Sosial global, Harvard Medical School, Boston, MA, USA dan 4) Rumah Sakit Nacional Daniel Alcides Carrio'n, Callao, Peru. Studi Kohort adalah studi yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah kesehatan), dengan memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. TB MDR merupakan mycobacterium tahan terhadap kedua obat INH dan RIFAMPISIN, dalam penelitian ini disebutkan bahwa kedua obat diatas masih dapat dilawan oleh bakteri mycobacterium tuberculosa, karena pada golongan obat diatas masih termasuk obat anti tuberculosis lini pertama, OAT lini kedua harus dilakukan sesuai prosedur atau regimen yang sesuai dan juga pemeriksaan kultur jaringan sputum yang teratur selama 6 bulan masa pemulihan maka TB MDR akan tertangani, sebuah studi baru menunjukkan bahwa mutasi yang berbeda mungkin memberikan berbagai tingkat resistensi atau perlawanan meskipun secara klinis ini belum ditentukan, namun didapatkan juga bahwa fluoroquinolon generasi awal tidak dapat menembus diasingkan, daerah fibrosis paru-paru dimana M.Tuberculosis bisa menghindari paparan obat. Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa turunan kedua dari fluoroquinolon memiliki penetrasi yang sangat baik dalam bronkus, dan ada beberapa bukti bahwa generasi ini lebih baik dari generasi obat sebelumnya atau lini pertama, jenis obat ini adalah Moksifloksasin yang terbukti lebih tinggi dari pada ciprofloxacin atau levofloxacin yang meskipun faktanya bahwa semua pasien sudah menerima earlygeneration (generasi awal) dari fluorokuinolon biasanya ciprofloxacin(750 mg dua kali sehari) atau ofloksasin(400 mg dua kali sehari), sedangkan menurut penelitian retrospektif pengobatan TB MDR di Hongkong regimen levofloxacin memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan ofloksasin, begitu juga dengan studi di bangladesh bahwa gatifloksasin yang kandungannya lebih baik dari pada ofloksasin. Jadi hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Obat lini kedua Moksifloksasin jika dikombinasikan dengan kapreomisin, amoksilin-klavunalat, kanamisin, dan klaritromisin akan memberikan penyembuhan pada pasien TB MDR tapi dalam jangka waktu yang lama sekitar 18 bulan sampai 24 bulan dan pengobatan yang teratur memberikan hasil yang baik. Hal ini sudah terbukti pada 213 pasien di peru.

4.1 DEFINISI1. TB RESISTEN OBAT adalah TB yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yg telah mengalami kekebalan terhadap OAT2. MULTI DRUG RESISTANT TUBERCULOSIS ATAU TB MDR adalah TB yang resisten obat minimal 2 obat anti TB isoniazid (INH); rifampin (RIF) secara bersama-sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid3. EXTENSIVELY DRUG RESISTEN TUBERKULOSIS ATAU TB XDR adalah TB MDR disertai dengan kekebalan terhadap obat anti TB lini kedua yaitu golongan fluorokuinolon dan setidaknya dan setidaknya satu obat anti TB lini kedua suntikan seperti kanamisin, amikasin, atau kapreomisin4.2 PENULARAN TBPenularan kuman TB RESISTEN OBAT, TB MDR maupun TB XDR adalah sama seperti penularan kuman TB yang tidak resisten terhadap obat pada umumnya. orang tertular (terinfeksi) kuman TB RESISTEN OBAT, TB MDR, atau TB XDR dapat berkembang menjadi "sakit TB" dan akan mengalami "sakit TB MDR" dikarenakan yang ada di dalam tubuh pasien tersebut adalah kuman TB MDR. pasien TB MDR dapat menularkan kuman TB yang resisten obat kepada masyarakat disekitarnya.4.3 BAGAIMANA KUMAN TB DAPAT RESISTEN ?Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi pemberian obat yang tidak tepat yaitu pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan yang diberikan dankualitas obat, demikian pula adanya kendala ketersediaan obat yang terbatas atau tidak selalu tersedia 4.4 SIAPA YANG MEMPUNYAI RESIKO TERKENA TB RESISTEN OBAT, TB MDR, TB XDR?TB RESISTEN OBAT dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya terjadi pada orang yang:1. Tidak meminum obat secara teratur atau seperti yang disarankan oleh petugas kesehatan.2. Sakit TB berulang serta mempunyai riwayat mendapat pengobatan TB sebelumnya?3. Datang dari wilayah yang mempunyai beban TB RESISTEN OBAT yang tinggi4. Kontak erat dengan seseorang yang sakit TB RESISTEN OBAT, TB MDR, TB XDR.

4.5 DIAGNOSIS TB RESISTEN OBAT, TB MDR, TB XDR, Diagnosis Tb Resisten Obat, Tb Mdr, Tb Xdr dapat dilakukan dengan menggunakan tes cepat dengan metode PCR (polymerase chain reaction) (Xpert MTB/RIF), pemeriksaan biakan serta uji kepekaan kuman terhadap obat TB (drug sensitivity test/DST)

4.6 PENGOBATAN TB RESISTEN OBAT, TB MDR, TB XDR Pengobatan Tb Resisten Obat, Tb Mdr, Tb Xdr lebih sulit jika dibandingkan dengan pengobatan TB yang masih sensitif. angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB RESISTEN OBAT ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TB RESISTEN OBAT dan TB MDR dapat disembuhkan, meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan, harga obat lini kedua jauh lebih mahal(+- 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB biasa) dan penanganannya lebih sulit. selain paduan pengobatannya yang rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.Pengobatan TB XDR lebih sulit lagi karena kuman TB telah kebal terhadap OAT lini pertama maupun lini kedua sehingga pilihan paduan OAT TB XDR sangat terbatas. meskipun demikian di beberapa negara banyak ditemukan pasien TB XDR melaporkan keberhasilan pengobatan sebesar 50-60% tergantung dari seberapa berat penyakitnya, status imunitas pasien serta berapa banyak OAT lini pertama dan kedua yang sudah tidak dapat lagi digunakan karena kuman TB telah kebal.

4.7 BAGAIMANA MENCEGAH TERJADINYA TB RESISTEN OBAT, TB MDR, DAN TB XDR?1. Kunci pencegahannya TB MDR adalah dengan mendiagnosis secara dini setiap terduga TB RESISTEN OBAT dan dilanjutkan dilanjutkan dengan pengobatan OAT lini kedua sesuai standart, pengobatannya harus dipantau kepatuhan dan ketuntasannya, serta harus dilaporkan kedalam system surveilans2. Pengobatan TB dengan tatalaksana yang tidak standart baik dalam hal paduan, lama dan cara pemberian pengobatan dapat menjadi faktor pencetus untuk meningkatnya kasus TB RESISTEN OBAT, TB MDR. penggunaan pbat anti TB linni kedua misalnya (siproflokasin, ofloksasin, kanamisin dll) secara sembarangan dapat memicu timbulnya TB XDR.3. Untuk mencegar penularan kuman TB MDR, pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat harus dilakukan disetiap fasyankes yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien TB RESISTEN OBAT, TB MDR/xdr, termasuk juga menjaga lingkungan tempat tinggal pasien TB resisten oba, TB MDR/TB XDR

bab Vpenutup5.1 KesimpulanTuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru Menurut WHO (1999).Gejala akibat TB paru adalah batuk produktifyang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), nyeri dada, dan hemoptysis. Gejala sistemik termasuk demam, menggigil, keringat malam, kelemahan, hilangnya nafsu makan, dan penurunan berat badan.Akan tetapi jika pada pasien dengan Tuberkulosis tidak mematuhi prosedur pengobatan seperti telat meminum obat, mempunyai riwayat penyakit TB yang berkepanjangan, malas untuk mengonsumsi obat yang telah dianjurkan akan mengakibatkan bakteri mycobacterium tuberculosis menjadi kebal/ ritensi terhadap OAT, sehingga penyakit TB akan menjadi penyakit TB MDR (multi drug resistant) dimana mycobacterium tahan terhadap kedua obat INH dan RIFAMPISIN, dalam penelitian ini disebutkan bahwa kedua obat diatas masih dapat dilawan oleh bakteri mycobacterium tuberculosa. Sehingga ketika seseorang terinfeksi MDR maka orang tersebut bukan lagi terinfeksi penyakit TB lagi tetapi akan langsung terinfeksi TB MDR.5.2 Saran Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus memahami secara detail tentang seluk beluk penyakit TB paru sehingga kita dapat melakukan asuhan keperawatan secara benar terhadap pasien dengan TB paru. Akan tetapi kita juga seorang calon perawat harus selalu mencari referensi yang terbaru seputar penyakit-penyakit yang sering ditemukan dimasyarakan salah satu contohnya adalah penyakit Tuberculosa. Sehingga kita juga mengembangkan asuhan keperawatan yang dapat menyesuaikan dengan kasus yang kita dapat. Ketika terdapat pasien dengan kasus TB MDR maka asuhan keperawatan yang kita rencanaka bukan lagi asuhan keperawatan dengan kasus TB yang biasa, karena TB MDR adalah suatu penyakit TB yang sudah resistensi atau kebal terhadap OAT, dengan referensi terbaru dan terupdate seputar penyakit TB paru sehingga kita juga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan terapi yang tepat sesuai dengan terapi yang terbaru dan terbukti akan manfaatnya.Dan untuk masyarakat setelah membaca makalah ini dapat berhati-hati atau waspada terhadap gaya hidup ataupun lingkungannya karena dengan itu TB paru dapat menjangkit tubuh kita.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Padila.2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta. Nuha Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri Irman.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan Ed.2. Jakarta: salemba Medika

Seung, J.k.2013. Jurnal Salvage therapy for multidrug-resistant tuberculosis.peru

1