lapsus tb fix
TRANSCRIPT
TUBERKULOSIS PARU
Nahdhiah Zainuddin, Nur Farmawati, Martini, Rachmat Saleh,
Prof.Dr.dr.Muhammad Ilyas, Sp.Rad(K)
I. KASUS
Nama Pasien / Umur : Tn. D / 60 tahun
No. Rekam Medik : 625198
Perawatan Bagian : Interna (Infection Center Lt.2, Kamar 4)
1.1 Anamnesis :
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dialami sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Demam dirasakan
naik turun, batuk (+) dialami sejak ± 2 minggu sebelum masuk Rumah
Sakit, lendir (+) warna hijau. Sesak napas (-), nyeri dada (-), nyeri ulu
hati (-), penurunan nafsu makan (+), mual (-), muntah (-), penurunan
berat badan (+) drastis dalam 6 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit dahulu:
Riwayat TB (+) ± 2 tahun yang lalu dan dinyatakan sembuh,
Riwayat DM disangkal
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Pengobatan :
Riwayat berobat 6 bulan (+) ± 2 tahun yang lalu, pengobatan tuntas
1
1.2 Pemeriksaan fisis
Keadaan umum : Sakit sedang, gizi cukup
Kesadaran : Kompos mentis (GCS 15)
Tanda Vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Suhu : 39 oC
Pernafasan : 20 x/menit
Status Generalis :
Mata : Anemia (-), ikterus (-)
THT : Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-), lidah
kotor (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris, cor reguler, suara nafas bronkovesikuler, ronchi + +, wheezing (-/-)
+ - -
Abdomen : Hepar dan lien normal, distended (-),
meteorismus (-)
I.3 Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Sputum BTA 3 kali
- Pewarnaan BTA 1
- Pewarnaan BTA 2
- Pewarnaan BTA 3
Negatif
2+
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
2
Jamur
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
Negatif
19.810/uL
4.640.000/uL
13,5 g/dL
39,5 %
362.000/uL
Negatif
4000-10.000/uL
4000.000-6000.000/uL
12.0-16.0 g/dL
37.0-48.0
150.000-400.000/uL
I.4 Radiologi
- Bercak berawan pada lapangan atas kedua paru terutama paru kanan dan
lapangan bawah paru kanan disertai bintik-bintik kalsifikasi dan garis-
garis fibrosis
- Tampak pula cincin-cincin lusen dengan gambaran honey-comb
appereance pada parahilar kiri dengan bercak-bercak disekitarnya
- Cor : bentuk ramping, ukuran dalam batas normal. Aorta elongasi
- Sinus dan diafragma kiri berselubung, diafragma kanan tenting, sinus
kanan tumpul
- Tulang-tulang intak
Kesan : TB duplex lama aktif dengan infected bronchiectasis
Efusi pleura sinistra dan pleural reaction dextra
1.5 Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, diagnosis kasus ini adalah Tuberkulosis Paru Relaps.
3
1.6 Terapi
- IVFD Nacl 0.9 % 28 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 gr/24 jam/drips
- Inj. Farmadol 1 botol/ hari
- Ambroxol 30 mg 3x1
II. Diskusi
2.1 Pendahuluan
A. Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronis menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya
menyerang paru, tetapi mungkin juga menyerang semua organ atau
jaringan ditubuh. TB relaps (kambuh) adalah penderita TB yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (hapusan/kultur).(1)
B. Insiden
Sebagian besar dari kasus TB (95 %) dan kematiannya (98%)
terjadi dinegara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75%
berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun.(1)
Tuberkulosis tumbuh subur apabila terdapat kemiskinan, kepadatan
penduduk, dan penyakit kronis. Demikian juga, orang berusia lanjut,
dengan daya tahan melemah, rentan terjangkit. Keadaan sakit tertentu
4
yang juga meningkatkan risiko : diabetes mellitus, penyakit paru kronis,
gagal ginjal kronis, malnutrisi, alkoholisme dan imunosupresi.(2)
C. Etiologi
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Masa inkubasi tuberkulosis 4-6 minggu
setelah infeksi primer.(2)
D. Patogenesis
Tuberkulosis primer :
Infeksi primer terjadi setelah seseorang menghirup Mycobacterium
tuberculosis. Setelah melalui barier mukosilier saluran napas, basil TB
akan mencapai alveoli. Kuman akan mengalami multifikasi di paru,
disebut focus Ghon. Melalui aliran limfe, basil mencapai kelenjar hilus.
Fokus Ghon dan limfadenopati hilus membentuk kompleks primer.
Melalui kompleks primer basil dapat menyebar melalui pembuluh darah
ke seluruh tubuh. Banyaknya basil TB serta kemampuan daya tahan
tubuh host akan menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Pada
kebanyakan kasus, respons imun tubuh dapat menghentikan multifikasi
kuman, sebagian kecil menjadi kuman dorman. Pada penderita dengan
daya tahan tubuh yang buruk, respons imun tidak dapat menghentikan
multifikasi kuman sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan
kemudian.(3)
Tuberkulosis post primer :
5
Tuberkulosis post primer terjadi setelah periode laten (beberapa
bulan/tahun) setelah infeksi primer. Dapat terjadi karena reaktivasi atau
reinfeksi. Reaktivasi terjadi akibat kuman dorman yang berada pada
jaringan selama beberapa bulan/tahun setelah infeksi primer,
mengalami multiplikasi. Hal ini dapat terjadi akibat daya tahan tubuh
lemah. TB post primer umumnya menyerang paru, tetapi dapat pula
menyerang tempat lain. Karakteristik TB post primer adalah adanya
kerusakan paru yang luas dengan kavitas, hapusan dahak BTA positif,
pada lobus atas, umumnya tidak terdapat limfadenopati intratoraks.(3)
E. Penegakan Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, radiologis dan penunjang
lain.(3)
Gejala :(3)
Respiratorik : batuk > 3 minggu, berdahak, batuk darah, nyeri
dada, sesak napas.
Sistemik : demam, keringat malam, malaise, nafsu makan
menurun, berat badan turun.
Penderita dengan gejala tersebut dianggap sebagai curiga TB dan
harus diperiksakan dahaknya. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
(sewaktu-pagi-sewaktu/SPS) dengan cara pengecatan.(3)
6
Skema 1. Alur diagnosis TB paru pada orang dewasa (4)
Pemeriksaan fisik
Tanda fisik penderita TB tidak khas, tidak dapat membantu untuk
membedakan TB dengan penyakit paru lain. Tanda fisik tergantung
pada lokasi kelainan serta luasnya kelainan struktur paru. Dapat
ditemukan tanda-tanda antara lain penarikan struktur sekitar, suara
napas bronchial dan ronki basah. Pada efusi pleura didapatkan gerak
napas tertinggal, keredupan dan suara napas menurun sampai tidak
terdengar. Bila terdapat limfadenitis tuberkulosa didapatkan
pembesaran kelenjar limfe, sering di daerah leher, kadang disertai
adanya skrofuloderma.(3)
7
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan untuk menegakkan
diagnosis. Spesimen dapat berupa dahak, cairan pleura, cairan serebro
spinal, bilasan lambung, bronchoalveolar lavage, urin dan jaringan
biopsy. Pemeriksaan dapat dilakukan secara mikroskopis dan biakan.(3)
Pemeriksaan dahak untuk menemukan basil tahan asam merupakan
pemeriksaan yang harus dilakukan pada seseorang yang dicurigai
menderita tuberkulosis atau suspek. Pemeriksaan dahak dilakukan 3
kali (sewaktu-pagi-sewaktu), dengan pewarnaan Ziehl-Neilsen.(3)
Diagnosis TB paru ditegakkan dengan ditemukannya basil tahan
asam pada pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif bila sedikitnya 2 dari 3 spesimen dahak
ditemukan BTA (+).(3)
Bila hanya 1 spesimen yang positif, perlu pemeriksaan foto toraks
atau SPS ulang. Bila foto toraks mendukung TB maka didiagnosis
sebagai TB paru BTA (+). Bila foto toraks tidak mendukungTB maka
perlu dilakukan pemeriksaan SPS ulang, bila SPS ulang hasilnya negatif
berarti bukan penderita TB. Bila SPS~positif, berarti penderita TB BTA
(+). Bila foto toraks mendukung TB tetapi pemerikssan SPS negatif,
maka diagnosis adalah TB paru BTA negatif rontgen positif.(3)
Foto Thorax
8
Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto
thorax tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan hapusan
positif perlu dilakukan foto thorax bila: (3)
- Curiga adanya komplikasi (misal : efusi pleura, pneumatoraks)
- Hemoptisis yang berulang atau berat
- Didapatkan hanya 1 spesimen BTA (+)
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB aktif : (3)
1. Bayangan berawan/ nodular di segmen apical dan posterior lobus
atas dan segmen superior lobus bawah paru
2. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak
berawan atau nodular
3. Bayangan bercak miliar
4. Efusi pleura
Gambaran radiologis yang dicurigai TB inaktif : (3)
1. Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus
atas dan atau segmen superior lobus bawah
2. Kalsifikasi
3. Penebalan pleura
F. Pengobatan
Tujuan pengobatan tuberculosis adalah untuk menyembuhkan
penderita, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan
penularan ke orang lain dan mencegah terjadinya resistensi terhadap
OAT.(3)
9
Obat-obatan yang digunakan, diantaranya :(4)
- Rifampisin (R)
- Isoniazid (H)
- Pirazinamid (Z)
- Etambutol (E)
- Streptomisin (S)
Rekomendasi regimen terapi(5)
Kategori Terapi TB
Penderita TB Alternatif regimen terapi TBFase Inisial (setiap hari atau 3 x/minggu)
Fase lanjutan (setap hari atau 3 x/minggu)
I. - Kasus baru – BTA positif
- Kasus baru – BTA negatif
dengan lesi paru luas
- TB ekstrapulmoner berat
2 RHZE
4 RH
6 HE
II Sputum hapusan positif :
- Kambuh
- Gagal Terapi
- Putus berobat
2 RHZES + 1
RHZE
5 R3H3E3
III - Kasus baru – BTA negatif
selain kategori I
- TB ekstrapulmoner tidak
berat
2 RHZE 4RH
6 HE
IV Kasus kronis Merujuk panduan WHO
menggunakan second line drug
G. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 / 9 bulan pengobatan)(4)
10
Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Pada akhir pengobatan
Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/ 9 bulan pengobatan)(4)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang juga dipikirkan
kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan pengobatan)
- Pada akhir pengobatan
H. Komplikasi (4)
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik
sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai
pengobatan. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah:
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Bronkiektasis
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura
11
2.2 Resume Medis
Tn. S umur 50 tahun masuk RS dengan keluhan utama febris yang
dialami sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk (+) dialami sejak ±
2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, lendir (+) warna hijau, penurunan
nafsu makan (+), penurunan berat badan (+) drastis dalam 6 bulan terakhir.
Riwayat berobat 6 bulan (+) ± 2 tahun yang lalu, berobat tuntas dan
dinyatan sembuh. Hasil pemeriksaan BTA (+ 2) pada pemeriksaan ke-2,
dan juga didapatkan leukositosis. Hasil foto thorax didapatkan kesan TB
duplex lama aktif disertai infected bronchiectasis, efusi pleura sinistra dan
pleural reaction dextra.
2.3 Diskusi Radiologi
Foto thorax PA :
- Bercak berawan pada lapangan atas kedua paru terutama kanan dan
lapangan bawah paru kanan disertai bintik-bintik kalsifikasi dan garis-
garis fibrosis
- Tampak pula cincin-cincin lusen dengan gambaran honey-comb
appereance pada parahilar kiri dengan bercak-bercak disekitarnya
- Cor: CTI dalam batas normal. Aorta elongasi
- Sinus dan diafragma kiri berselubung, diafragma kanan tenting, sinus
kanan tumpul
- Tulang-tulang intak
Kesan :
- TB duplex lama aktif dengan infected bronchiectasis
12
- Efusi pleura sinistra dan pleural reaction dextra
Gambar 1. Foto thorax pasien dengan Tuberkulosis Paru
Pembahasan
Pada foto thorax ini ditemukan adanya gambaran bercak berawan
disertai bintik-bintik kalisifikasi dan garis-garis fibrosis pada lapangan
paru yang merupakan gambaran TB paru lama aktif. Bayangan berawan,
kavitas, bercak miliar merupakan tanda lesi TB aktif sedangkan bayangan
garis-garis fibrotik dan kalsifikasi merupakan tanda tenang.(3)
Pada foto thorax ini juga terdapat gambaran berselubung pada
sinus kiri yang menunjukkan adanya efusi pleura dan juga tampak cincin-
13
cincin lusen pada parahilar kiri yang merupakan gambaran bronkiektasis.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan
dalam rongga pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Pada
tuberculosis biasanya efusi berisi cairan eksudat. Efusi pleura dan
bronkiektasis dapat menjadi komplikasi penyakit tuberculosis.(6,7)
Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat
antigen kuman TB dalam rongga pleura. Antigen ini masuk ke dalam
rongga pleura akibat pecahnya fokus subpleura. Rangsangan pembentukan
cairan oleh pleura yang terkait dengan infeksi kuman TB.(8)
Antigen mikobakterium TB memasuki kavitas pleura dan
berinteraksi dengan sel T yang sebelumnya telah tersensitisasi
mikobakteria, hal ini berakibat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe
lambat yang menyebabkan terjadinya eksudasi oleh karena meningkatnya
permeabilitas dan menurunnya klirens sehingga terjadi akumulasi cairan di
kavitas pleura.(9)
Bronkiektasis pada foto thorax ini didapat dari infeksi kuman
tuberculosis. Mula-mula karena adanya infeksi pada bronkus atau paru,
kemudian timbul bronkiektasis. Mekanisme kejadiannya sangat rumit.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa infeksi pada bronkus atau paru akan
mengakibatkan destruksi pada jaringan peribrokhial sehingga terjadi
penarikan pada dinding bronkus dan mengakibatkan dilatasi bronkus
sehingga memberikan kesan bronkiektasis berupa gambaran cincin lusen
pada area parahilar.(10)
14
2.4 Diferensial Diagnosis(5)
A. Pneumonia
Gambar 2. Pneumonia (dikutip dari kepustakaan 12)
Gambaran klinis biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh meningkat dapat sampai >40°C, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada. Pada
pemeriksaan fisik dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi dapat terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial,
dapat disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar
pada stadium resolusi.(11)
Foto toraks posisi PA merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat
15
berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan “air bronchogram”, penyebaran
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.(11)
B. Bronkiektasis
Keluhan biasanya berupa sesak, batuk-batuk kronis sekret yang
banyak dan kental kadang-kadang bercampur darah (hemoptisis) dan pada
pemeriksaan fisik ditemukan suara nafas yang kasar dan ronkhi basah
kasar.(13)
Gambar 3. Bronkiektasis (dikutip dari kepustakaan 12)
Pemeriksaan foto toraks polos tampak gambaran berupa
bronkovaskular yang kasar yang umumnya terdapat dilapangan
bawah paru, atau gambaran garis-garis translusen yang panjang
menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi sekitarnya akibat
peradangan sekunder, kadang-kadang juga bisa berupa bulatan-
16
bulatan translusen yang sering dikenal sebagai gambaran sarang
tawon (honey comb appearance). Bulatan translusen dan kadang-
kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan sekunder.(13)
III. DAFTAR PUSTAKA
1. Kumar Vinay, Contran Ramzi S, Robbins Stanley L. Buku Ajar Patologi.
Edisi ke-7. Jilid 2. Jakarta: EGC; 2007. Hal 544-6.
17
2. Bahar Asril, Amin Zulkifli. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo Aru W,
Setiyohadi Bambang, editors. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 3.
Jakarta: InternaPublishing; 2009. Hal 2230-3.
3. Wibisono M. jusuf, Winariani. Tuberkulosis Paru. Dalam: Helmia Hasan,
editor. Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR; 2010. Hal 9-18.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis pedoman diagnosis
dan penatalaksaan di Indonesia. 2008.
5. Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke-
3. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo; 2005. Hal 8-12.
6. Kusumawidjaja Kahar. Pleura dan Mediastinum. Dalam: Ekayuda Iwan,
editor. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2006. Hal 116-9.
7. Price Sylvia A, Standridge Mary P. Tuberkulosis Paru. Dalam: Price
Sylvia A, Wilson Lorraine M, editors. Patofisiologi; Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi ke-6. Jilid ke-2. Jakarta: EGC; 2005. Hal
852-5.
8. Rahajoe N dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi
PPIDAI : Jakarta; 2005, hal 51-2.
9. Ferrer J. Pleural Tuberculosis. European Journal Respiratory. 1997, 942-
947.
10. Departemen Ilmu Penyakit Paru. Bronkiektasis. Medan : RSHAM; 2009.
18
11. Wibisono M. jusuf, Winariani. Pneumonia. Dalam: Soedarsono, editor.
Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR; 2010. Hal 156.
12. Corne J, Carrol M. Chest X-Ray Made Easy. Sidney: Churcill
Livingstone; 1998. Page 44-58.
13. Kusumawidjaja Kahar. Empisema, Atelektasis dan Bronkiektasis. Dalam:
Ekayuda Iwan, editor. Radiologi Diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006. Hal 108-11.
19