(tafsir tematik atas ayat-ayat syifa tentang kecemasan)...
TRANSCRIPT
-
i
PSIKOLOGI KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN
(Tafsir Tematik Atas Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Halida Ulin Nuhaya
NIM. 53020150027
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2020
-
ii
-
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:
Nama : Halida Ulin Nuhaya
NIM : 53020150027
Jurusan : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Fakultas : Ushuludin Adab dan Humaniora
Judul : Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur‟an (Tafsir Tematik
Atas Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)
Demikian ini kami mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyah. Demikian agar menjadi perhatian.
Salatiga, 20 Maret 2020
Pembimbing
Dr. Mubasirun, M.Ag.
NIP.195902021990031001
-
iv
-
v
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri
(Q.S Ar-Ra‟d: 11)
Kesuksesan datang dari diri sendiri, bukan karena ingin dihargai atau dihormati.
Tetapi karena ada usaha dan kerja keras.
(Penulis)
-
vi
PERSEMBAHAN
Penulis mempersembahkan skripsi ini teruntuk:
1. Kepada kedua orang tuaku (bapak Guritno dan Ibu Siti Mudrikah) yang selalu
menyayangi dan mendoakan untuk kebahagiaan dan kesuksesanku, semoga
selalu sehat dan dalam lindungan-Nya. Untuk kedua adikku tercinta Zidna Huda
Al-Aziz dan Naila Elia Ulfiza yang selalu mendukung dan selalu menemani
kakaknya pada masa-masa yang sulit.
2. Kepada seluruh keluarga ku yang selalu memberikan dukungan, semangat, kasih
sayang yang luar biasa.
3. Kepada sahabatku yang selalu menemani dalam suka maupun duka dan
mengingatkan tugas-tugas yang harus dikerjakan, semoga diberi kesehatan serta
selalu dalam lindungan Allah SWT.
4. Kepada teman-teman seperjuangan IAT angkatan 2015 yang selalu memberikan
semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, semoga
selalu sehat dan diberi kelancaran dalam segala urusan.
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Agama dalam program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan
Humaniora IAIN Salatiga.
3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. M. Gufron, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Akademik dengan
ketulusan dan kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.
5. Bapak Dr. Mubasirun, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberi motivasi dan dengan sabar memberikan bimbingan hingga skripsi selesai.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, yang telah memberikan bekal
ilmu yang tak ternilai selama belajar di IAIN Salatiga.
7. Kedua orang tuaku (bapak Guritno dan Ibu Siti Mudrikah) serta adik-adikku yang
telah memberikan kasih sayang dan dukungan hingga skripsi ini selesai.
-
viii
8. Saudara-saudaraku yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga dapat
menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kebaikan diwaktu
yang akan datang. Penulis berdo‟a semoga segala apa yang telah mereka berikan
bermanfaat bagi penulis dan akan mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Tak
lupa penulis juga meminta maaf atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Salatiga, 20 Maret 2020
Penulis
-
ix
ABSTRAK
Halida Ulin Nuhaya Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur’an (Tafsir Tematik Atas
Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)
Dr. Mubasirun, M.Ag
Kecemasan diartikan suatu kondisi emosi yang menimbulkan ketidaknyamanan
yang ditandai dengan makna kecemasan yaitu perasaan ketakutan, kesedihan,
kesempitan jiwa, dan kegelisahan sehingga dapat mengganggu masa depan manusia.
Tingkat kecemasan dari kecemasan ringan hingga kecemasan berat yang menyebabkan
kecemasan ini hinggap dalam diri manusia, maka akan menyebabkan suatu gangguan
kejiwaan atau biasa dikenal dengan keabnormalan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, jenis penelitian
ini adalah library research (penelitian kepustakaan). Penyajian tafsirnya dengan
pendekatan tafsir tematik, dengan metode penafsiran yang mencari jawaban langsung
dari al-Qur‟an tentang sebuah persoalan (tema) dengan jalan menginventarisasi serta
mengidentifikasi ayat-ayat yang berkaitan dengan kecemasan.
Al-Qur‟an punya solusi atau terapi psikologis terhadap kecemasan, yaitu terapi
terhadap ketakutan dengan cara kita selalu berusaha menata masa depan dengan
tawakal, dan terus berusaha di jalan Allah. Terapi terhadap kesedihan dengan selalu
istiqomah dalam kebaikan, dan belajar ikhlas. Terapi terhadap kesempitan jiwa dengan
selalu sabar, dan tidak su‟udzon. Dan terakhir terapi terhadap kegelisahan yaitu dengan
selalu beriman, bertakwa, dan beramal shaleh.
Kata Kunci: Kecemasan, Tafsir Tematik, Terapi Psikologis.
-
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf Latin
yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u 1987,
tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk membedakan
adanya kemiripan dalam penulisan.
A. Penulisan Huruf
No Huruf Arab Nama Huruf Latin
Alif Tidak dilambangkan ا 1
Ba‟ B ب 2
Ta‟ T ت 3
ṡa ṡ ث 4
Jim J ج 5
Ḥa ḥ ح 6
Kha Kh خ 7
Dal D د 8
ẑal ẑ ذ 9
Ra R ر 10
Za Z ز 11
Sin S س 12
Syin Sy ش 13
Ṣad ṣ ص 14
-
xi
Ḍad ḍ ض 15
Ṭa‟ ṭ ط 16
Ẓa ẓ ظ 17
(ain „ (koma terbalik di atas„ ع 18
Gain G غ 19
Fa‟ F ف 20
Qaf Q ق 21
Kaf K ك 22
Lam L ل 23
Mim M م 24
Nun N ن 25
Wawu W و 26
Ha‟ H ه 27
(Hamzah „ (apostrof ء 28
Ya‟ Y ي 29
B. Vokal
َ Fathah Ditulis “ a ”
ِ Kasroh Ditulis “ i ”
ُ Dhammah Ditulis “ u ”
C. Vokal Panjang
ا+ َ Fathah + alif Ditulis “ã “ جم ههيه Jãhiliyah
ى+ َ Fathah + alif layin Ditulis “ã “ تىسى Tansã
-
xii
يْ + ِ Kasrah + ya‟ mati Ditulis “ ỉ “ حكيم Hakỉm
وْ + ُ Dhammah + wawau
mati
Ditulis “ủ “ فروض Furủd
D. Vokal Rangkap
ا+ َ Fathah + ya‟ mati Ditulis “ ai “ بيىكم Bainakum
وْ + َ Fathah + wawu mati Ditulis “ au “ قول Qaul
E. Huruf rangkap karena tasydid ( ّ )ditulis rangkap
Iddah„ عّدة ” Ditulis “ dd دّ
Minna مىّب ” Ditulis “ nn نّ
F. Ta‟ Marbuthah
1. Bila dimatikan ditulis h:
Hikmah حكمة
Jizah جسية
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-katabahasa arab yang sudah diserap ke
dalam bahasa Indonesia)
2. Bila Ta‟ Marbuthah hidup atau berharakat maka ditulis t:
Zakãt al-fiṭr زكبةانفطر
Ḥayãt al-insãn حيبةاالوسبن
G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof („)
A‟antum أأوتم
U‟iddat أعّدد
La‟insyakartum نئه شكرتم
H. Kata sandang alif + lam
al-qamariyah انقران al-Qur‟ãn
-
xiii
Al-syamsiyah انسمبء al-samã‟
I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat:
Ditulis menurut bunyi atau pengucapan
Ẑawi al-furủd ذوي انفروض
Ahl al-sunnah أهم انسىّة
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................ iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9
E. Kerangka Teori ......................................................................... 10
F. Kajian Pustaka .......................................................................... 13
G. Metode Penelitian ..................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ................................................................ 18
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KECEMASAN
A. Kecemasan Dalam Persepektif Psikologi
-
xv
1. Definisi Kecemasan ............................................................. 19
2. Jenis-Jenis Kecemasan ........................................................ 22
3. Tanda-tanda Kecemasan ...................................................... 25
4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan .................................... 26
B. Term Kecemasan Dalam Al-Qur‟an
1. Khauf .................................................................................. 30
2. Yahzan ................................................................................ 31
3. Dhaiq .................................................................................. 32
4. Halu‟a ................................................................................. 33
BAB III MAKNA KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN DAN
TINGKATANYA
A. Istilah-istilah
1. Ketakutan ............................................................................ 34
2. Kesedihan ........................................................................... 34
3. Kesempitan Jiwa ................................................................. 34
4. Kegelisahan ......................................................................... 34
B. Makna dan Hakikat Kecemasan dalam Al-Qur‟an
1. Ketakutan ............................................................................ 35
2. Kesedihan ........................................................................... 41
3. Kesempitan Jiwa ................................................................. 44
4. Kegelisahan ......................................................................... 47
C. Dimensi dan Tingkat Kecemasan dalam Al-Qur‟an
1. Kecemasan Ringan .............................................................. 53
-
xvi
2. Kecemasan Sedang ............................................................. 55
3. Kecemasan Berat ................................................................. 56
4. Tingkat Kepanikan .............................................................. 58
BAB IV TERAPI PSIKOLOGIS MENGATASI KECEMASAN
A. Al-Qur‟an Sebagai Terapi Psikologis
1. Al-Qur‟an Sebagai Petunjuk ................................................ 61
2. Al-Qur‟an Sebagai Pertolongan ........................................... 63
3. Al-Qur‟an Sebagai Sumber Ilmu ......................................... 63
4. Al-Qur‟an Sebagai Obat ...................................................... 65
B. Mengatasi Kecemasan dalam Al-Qur‟an
1. Terapi Terhadap Ketakutan
a. Menata Masa Depan dengan Usaha Keras ..................... 67
b. Berusaha Terus Mengikuti Petunjuk Allah ..................... 68
2. Terapi Terhadap Kesedihan
a. Istiqomah Dalam Kebaikan ........................................... 69
c. Ikhlas ............................................................................ 70
3. Terapi Terhadap Kesempitan Jiwa
a. Sabar ............................................................................. 72
b. Menjauhi Sikap Berprasangka Buruk ............................. 73
4. Terapi Terhadap Kegelisahan
a. Menata Masa Depan dengan Keimanan, Ketaqwaan, dan
Amal Shaleh .................................................................. 74
-
xvii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 76
B. Saran......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. .. 80
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang banyak dialami oleh
sebagian manusia. Dalam bahasa Arab kecemasan dikenal dengan istilah الَق ِق َق .
.yang artinya cemas atau khawatir ًا َق ِق - َيَقلْق ِق ُق - َق ِق َق berasal dari kata kerja الَق ِق َق
Apabila sesuatu dikatakan cemas, maka ia akan bergerak pada tempatnya.
Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan yang
berseberangan dengan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya:
1
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida
lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.”
Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut. Kecemasan pada sesuatu yang baru adalah hal yang wajar,
1QS. Al-Fajr : 27-30.
-
2
namun apabila kecemasan ini hinggap cukup lama pada manusia, maka akan
menyebabkan suatu gangguan kejiwaan atau biasa dikenal dengan
keabnormalan. Kecemasan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan
untuk merasa bahagia.
Kecemasan merupakan salah satu penyebab ketegangan dalam diri
manusia yang dapat berakibat pada kekacauan hormonal dan berpengaruh kuat
pada keseluruhan sistem kerja tubuh. Banyak tanda-tanda yang sering terjadi
terhadap orang yang mengalami kecemasan seperti tremor, keringat dingin,
pucat dan tegang. Kecemasan pada umumnya terjadi pada saat menjelang suatu
peristiwa yang sangat tak diharapkan diduga keras akan terwujud. Bagi orang
yang ingin membebaskan dirinya dari belenggu kecemasan dengan selalu
bertawakal kepada Allah dalam segala urusan dan menerima apapun yang terjadi
setelah ia berupaya optimal.2
Al-Qur‟an adalah petunjuk yang bila dipelajari akan membantu
menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian
berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan
pikiran, rasa, dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan
bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.3 Dalam hal ini al-
Qur‟an mampu menjawab tantangan kontemporer baik secara spiritual dan
material. Hal ini di dasarkan pada firman Allah Swt:
2Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Aku
Bisa, 2012), 308. 3M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: IKAPI, 1996), 13.
-
3
4
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian.”
Menurut Taba‟ taba‟i dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa al-Qur‟an
turun sebagai penawar atau obat dari berbagai permasalahan manusia
diantaranya penyakit-penyakit kejiwaan, yaitu keraguan dan kebimbangan batin
yang dapat hinggap di hati orang-orang beriman.5 Ilmu yang mempelajari
masalah kejiwaan dikenal sebagai psikologi. Meskipun pada dasarnya psikologi
tidak membahas tentang kejiwaan namun lebih membahas tentang tingkah laku
manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Namun, jauh sebelum
itu al-Qur‟an sudah membahas secara lengkap tentang kejiwaan manusia dan
tingkah lakunya, serta berbagai solusi untuk semua masalah yang dialami oleh
manusia. Hal ini, jarang di sadari oleh kita sebagai umat manusia. Al-Qur‟an
telah membahas apa yang akan terjadi dimasa depan dimana kebanyakan
manusia akan mengalami beberapa gangguan psikologis. Banyaknya ganguan
tersebut salah satunya adalah gangguan kecemasan.
4QS. Al-Isra‟ : 82.
5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 7
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), 530.
-
4
Al-Qur‟an menghasilkan perubahan besar yang subtansial,
membahagiakan, dan mencerahkan dalam kehidupan sosial manusia. Selain itu,
al-Qur‟an terus membawa perubahan besar bagi jiwa, hati, dan akal manusia,
juga bagi kehidupan politik, sosial, dan pribadi. Keenam ribu enam ratus
ayatnya, yang telah dikutip dengan takzim oleh begitu banyak orang selama
berabad-abad, terus mendidik orang-orang secara spiritual dan intelektual,
memurnikan jiwa, membersihkan akal, menggembirakan dan melapangkan roh,
membimbing menuju kebenaran dan pemikiran yang sempurna, serta membuat
orang-orang bahagia.6
Al-Qur‟an selalu menggandengkan term cemas dengan sedih, maka
dalam psikologi kedua term tersebut maknanya sama namun time case-nya
berbeda, yaitu jika kecemasan terjadi menjelang suatu peristiwa yang tidak
diinginkan dan diasumsikan bakal terjadi, dan kesedihan menyusul sesudah itu
peristiwa berlangsung.7 Maka al-Qur‟an berpesan agar jangan cemas dan jangan
sedih dapat kita baca dalam banyak ayat, salah satu diantaranya terdapat dalam
surat al-Fussilat ayat 30:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan Kami adalah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah
6Bediuzzaman Said Nursi, Misteri Al-Qur’an, terj. Dewi Sukarti (Jakarta: Erlangga, 2010), 295.
7Ibid, 357.
-
5
merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu”.
Pada zaman sekarang dengan banyaknya tuntutan yang berasal dari
keluarga maupun lingkungan membuat seseorang menjadi merasa cemas akan
masa depan yang belum terjadi. Hal ini dikarenakan pada dasarnya manusia
menginginkan kehidupan yang bahagia dan tidak mengalami kerugian pada
dirinya. Meskipun, pada realitanya kerugian dan masalah akan selalu ada seiring
dengan berjalanya waktu dan pengambilan keputusan. Seseorang juga akan
cemas bila dihadapi oleh politik dan ekonomi, karena dengan kedua itu manusia
akan sangat tertekan jika menangani hal tersebut.
Maka dari itu al-Qur‟an merupakan syifa bagi manusia, karena
kecemasan yang dihadapi oleh manusia sangat berhubungan dengan masa depan
untuk mengendalikan emosi serta ketakutan individu terhadap situasi yang akan
datang. Apabila kecemasan menghadapi masa depan yang sudah timbul pada
individu yang dapat mempengaruhi kognisi, sikap dan perilakunya.
Kecemasan masa depan pada tingkat kognitif, yaitu kecemasan
menghadapi masa depan yang dapat mengarah pada penurunan harapan individu
terhadap hasil positif dari tindakannya, sehingga mengurangi keberhasilan.
Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya juga hanya menggantungkan
hubungan sosial untuk membantu menjamin masa depannya.
Bahwa konsep penyembuhan dalam menangani kecemasan seseorang
dimasa depan yang terdapat di dalam al-Qur‟an yaitu dengan cara menguatkan
keimanan, selalu ikhlas, dan selalu istiqomah dalam melakukan sesuatu.
-
6
Membenarkan suatu keyakinan bahwa barangsiapa yang ditimpa suatu penyakit,
maka sesungguhnya ia mampu mengobati suatu penyakit itu kapan aja ia
kehendaki dengan mencari suatu metode atau penyembuhan. Secara psikologi
bahwa perbuatan mengingat Allah maka dalam alam kesadarnya akan
berkembanglah kesadaranya bahwa ia tidak sendirian, karena ada Allah yang
senantiasa mengetahui segala tindakan yang nyata dan tersembunyi atau
kehadiran Tuhan yang dipercayai akan menolongnya dalam mengatasi segala
kesukaran yang sedang dihadapinya, sehingga membangkitkan harapan, rasa
percaya diri. 8
Setiap individu mempunyai rencana dalam masa depannya. Dan harapan
dari masa depan ini adalah tidak adanya masalah yang menghambat perjalanan
hidupnya. Ketidakinginan akan adanya bahaya yang datang kepadanya membuat
ia menvisualkan bayangan tersebut menjadi ketakutan dan kecemasan yang
berlebihan akan masa depan yang belum tentu sesuai dengan apa yang individu
tersebut bayangkan.
Seorang muslim berkewajiban menimbang dan memperhitungkan segala
segi sebelum ia melangkahkan kaki. Dalam al-Qur‟an surah al-Taubah ayat 50-
51 telah dijelaskan:
8Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islam,
(Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil, 2015), 182.
-
7
9
“Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tetapi jika
engkau ditimpa bencana, mereka (kaum munafik) berkata: "Sungguh, sejak
semula kami telah berhati-hati (tidak pergi perang).” Dan mereka berpaling
dengan perasaan gembira. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami,
dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
Secara tersirat dari ayat peperangan tersebut menggambarkan ketakutan
dan keraguan seseorang sebelum bertindak, bahkan ia mengharapkan hal
tersebut tidak terjadi. Dengan pemaparan ayat selanjutnya bahwa seseorang
harus menghadapi realita dengan keridaan takdir yang diberikan Allah.
Menurut M. Quraish Shihab, al-Qur‟an dengan jelas memberikan
perintah bertawakkal, bukannya menganjurkan agar seseorang tidak berusaha
atau mengabaikan hukum-hukum sebab dan akibat. Al-Qur‟an hanya
mengingkinkan agar umatnya hidup dalam realita, realita yang menunjukan
bahwa tanpa usaha, tak mungkin tercapai harapan, dan tak ada gunanya berlarut
dalam kesedihan jika realita tidak dapat diubah lagi.10
9QS. At-Taubah: 50-51.
10M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 618.
-
8
Menurut Sayyid Qutb ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu
terjadi ini didasarkan pada sikap seseorang yang hanya melihat fenomena
lahiriah saja, tidak mencurahkan segenap kemampunya dan enggan untuk
maju.11
Berdasarkan beberapa pemaparan beberapa mufasir diatas dapat
memberikan sebuah gambaran bahwa seseorang harus hidup dengan kepasrahan
bahwa segala sesuatu yang terjadi padanya di masa depan adalah mutlak
kehendak Allah SWT. Maka dari itu, al-Qur‟an tidak hanya berisi ayat-ayat
qauliyyah atau ayat-ayat yang menerangkan fikih saja, melainkan al-Qur‟an
juga berisikan ayat-ayat kauniyyah yang menerangkan berbagai persoalan yang
ada dalam kehidupan diantaranya tentang kejiwaan manusia. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai kauniyyah, khususnya masalah kejiwaan manusia sangat
penting untuk dikaji. Sehingga penulis melakukan kajian ini dengan judul
“Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur‟an (Tafsir Tematik Atas Ayat-Ayat
Syifa Tentang Kecemasan)”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui tentang gangguan kecemasan terhadap manusia, maka
peneliti akan mengutarakan permasalahan pokok. Permasalahan terkait dengan
mengatasi masalah kecemasan yang sedang dihadapi oleh manusia. Supaya
penelitian ini terlaksanakan maka berikut pemaparan pokok yang dibuat berupa
pertanyaan:
11
Sayyid Qutb, Tafsir fii Zilal al-Qur’an jilid 5.terj. As‟ad Yasin dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 364.
-
9
1. Bagaimana makna dan hakikat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?
2. Bagaimana dimensi dan tingkat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?
3. Bagaimana mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, diantaranya:
1. Untuk menjelaskan makna dan hakikat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.
2. Untuk menjelaskan dimensi dan tingkat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.
3. Untuk menjelaskan cara mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka
tulisan ini diharapkan akan dapat memberikan beberapa kontribusi, yang secara
khusus diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan mengenai ayat-ayat
yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagai terapai psikologis untuk mengatasi
kecemasan. Secara teoritis mampu menambah dan memperkaya khazanah
keilmuan tentang penyembuhan dalam al-Qur‟an.
Penelitian ini secara umum diharapkan sebagai sumbangan intelektual
bagi peminat dan pemerhati ayat-ayat syifa dalam al-Qur‟an terutama tentang
mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an. Secara praktis langkah
menghadapi kecemasan yaitu dengan terus berusaha dijalan Allah, selalu
-
10
istiqomah dalam kebaikan, sabar, dan selalu ikhlas. Agar manusia bisa menjalani
hari-harinya dengan selalu bersyukur.
E. Kerangka Teori
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan
psikis manusia. Senyatanya, psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang
masih muda. Sebab, psikologi dulu merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari ilmu filsafat. Oleh karena itu diperlukan waktu berabad-abad lamanya untuk
melepaskan psikologi dari pengaruh ilmu filsafat. Kemudian, kira-kira sekitar
abad ke-7, psikologi dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam. Namun kemudian
psikologi melepaskan diri dari cabang ilmu pengetahuan alam ini, hingga
menjadi satu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan menjadi otonom.12
Pada masa modern saat ini, setiap orang bersaing dengan ketat dan
berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun seringkali
mereka lupa untuk membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Manakala
hidup tidak sesuai dengan kenyataan dan keinginan akan menimbulkan berbagai
persoalan baru dalam hidupnya. Bagi sebagian orang merasa bersyukur dan
berlapang dada atas apa yang mereka dapatkan. Namun tidak sedikit yang
menjadi frustasi dimana hidupnya selalu dilingkupi kegelisahan dan
kecemasan.13
Berbicara mengenai masalah kecemasan bahwa, kecemasan merupakan
ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul
12
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Alumni, 1984), 1. 13
Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa: Al-Qur’an sebagai Terapi Psikologi, (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2018), 2.
-
11
apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan
mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan
demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri
sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap
sesuatu yang belum terjadi.
Kecemasan yang dialami oleh manusia dapat menimbulkan efek yang
sangat besar, yaitu mereka tidak mempunyai nilai-nilai moral dan agama dalam
hidupnya. Mereka tahu bahwa mereka salah, namun mereka tidak mampu
menghindar dari berbuat salah, dan ketika mereka tahu yang benar, akan tetapi
tidak mampu berbuat benar. Inilah yang menyebabkan kecemasan dalam diri
manusia yang perlu ditanami oleh ayat-ayat al-Qur‟an.
Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah yang diberikan oleh Rasul-Nya
melalui malaikat Jibril as. Dan atas bimbingan-Nya pula Nabi dapat menjelaskan
tafsir dan ta‟wilnya sebagai pesan-pesan yang tersurat maupun tersirat. Dengan
bekal itulah para ahli waris, pengikut, sahabat, dapat memahami secara
mendalam dan mengakar, dan pemahaman itu bukan datang dengan sendirinya,
melainkan atas pertolongan, bimbingan, dan wahyu yang berasal dari-Nya.
Maka dari itu, Al-Qur‟an merupakan petunjuk yang bila dipelajari akan
membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi
penyelesaian berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan
menjadikan pikiran, rasa, dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang
dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.
-
12
Fungsi al-Qur‟an bagi kehidupan manusia tidak hanya menjadi petunjuk,
pertolongan dan sumber rujukan dari berbagai bidang ilmu. Al-Qur‟an juga
menjadi obat bagi berbagai penyakit. Ada dua jenis penyakit yang bisa
menyerang tubuh seseorang. Kedua penyakit tersebut yaitu penyakit mental
(penyakit hati) dan penyakit fisik. Kedua penyakit ini saling mempengaruhi satu
sama lain. Penyakit mental bisa mempengaruhi terhadap kesehatan tubuh
seseorang. Sedangkan penyakit fisik yang diderita seseorang bisa menimbulkan
gangguan mental. Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit tertentu,
perasaanya tentu cemas, sedih, gelisah, dan takut penyakitnya tidak akan
sembuh. Al-Qur‟an hadir untuk memberi solusi dalam masalah tersebut. Al-
Qur‟an sebagai obat dalam menangani kecemasan dan kegelisahan.14
Dengan psikologi dalam al-Qur‟an dapat menjelaskan tentang ilmu
kejiwaan, baik mengenai macam-macam gejala, proses maupun latar belakang.
Ilmu psikologi dalam Islam sangat berkaitan dengan alam kesadaran. Yang
dimana manusia mengikari adanya Allah, serta seberapa keikutsertaan agama
dalam pembahasan psikologi yang telah memasukkan unsur spiritual dalam
daerah kajiannya. Islam juga memiliki konsep sendiri tentang psikologi yang
dipahami melalui al-Qur‟an dan hadis.15
14Ibid., 43. 15
Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan lengkap dan praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 17.
-
13
F. Kajian Pustaka
Sesuai dengan judul proposal skripsi ini, ada beberapa literature dan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain sebagai bahan rujukan atau
kerangka berpikir dalam penyusunan penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:
1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fajrul Haq. 2016. UMS. Yang berjudul
“Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Pernikahan”
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas semakin rendah tingkat
kecemasan dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas maka
semakin tinggi tingkat kecemasan. Meskipun koefisien determinan (r2) hanya
sebesar 0,159 dan masih ada variable lain yang mempengaruhi kecemasan
namun, religiusitas telah menyumbang efektif sebesar 15,9%.
2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifa Nadira dan Miranda Diponegoro
Zarfiel, UI yang berjudul “Hubungan Antara Penerimaan Diri Dan Kecemasan
Menghadapi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia” menemukan bahwa kecemasan menghadapi masa depan disebabkan
karena kurangnya seseorang menerima diri sendiri. Namun, variable penerimaan
diri tersebut tidak menyumbang 100% pada variable kecemasan. Jadi, variable
kecemasan tidak hanya dipengaruhi oleh variable penerimaan diri saja. Namun,
dipengaruhi oleh beberapa variable yang lain.
3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indrayani, Yanuar. 2010. Universitas
Negeri Malang. Yang berjudul “Hubungan Religiusitas, Kematangan Emosi,
dan Kecemasan terhadap Masa Depan pada Dewasa Awal” menunjukkan
-
14
bahwa seseorang yang memiliki religiusitas sangat tinggi dan kematangan emosi
tinggi, kecemasannya terhadap masa depan rendah.
Dari beberapa penilitian yang dipaparkan diatas, tingkat kecemasan
menghadapi masa depan dimulai dari kecemasan ringan hingga berat, maka
penelitian diatas terdapat perbedaan dengan peneliti dalam penulisan skripsi.
Perbedaanya bahwa telaah diatas hanya menjelaskan gambaran umum tentang
tingkat kecemasan terhadap masa depan. Sedangkan peneliti mengkaji secara
spesifik tentang bagaimana cara mengatasi kecemasan atau terapi psikologis
dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai penawarnya, dan apabila
penelitian ini agar lebih mendukung maka dapat menyajikan tafsir al-Qur‟an
dengan berbagai varian yang berbeda.
G. Metodologi Penelitian
Sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian tentang gangguan
kecemasan dalam al-Qur‟an, dibutuhkan penelitian yang komprehensif sehingga
nantinya akan menghasilkan sebuah penelitian yang maksimal. Untuk mencapai
hal tersebut dapat dilakukan beberapa metode berikut ini:
1. Jenis dan model penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu
penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data
penelitiannya. Sumber-sumber data penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan
tertulis berupa literatur bahasa yang baik.
-
15
Penelitian ini menjadikan al-Qur‟an sebagai objek kajian, sehingga
sumber rujukan utama dan pertamanya adalah mushaf al-Qur‟an, dengan fokus
pada ayat-ayat yang berbicara tentang kecemasan. Sumber lain yang digunakan
dalam kajian ini adalah kitab-kitab tafsir yang penulis anggap relevan. Sebagai
dasar-dasar teoritik serta menganalisis maka akan mengkaji, memaparkan,
memilah, memilih, dan menjelaskan makna tersirat dalam ayat-ayat al-Qur‟an
yang dikutip, penulis perlu melihat buku-buku yang ditulis para pakar dalam hal
yang ada relevansinya dengan tinjauan kecemasan secara psikologi.
Secara metodologis, mengingat objek dalam kajian ini adalah ayat-ayat
al-Qur‟an, maka pendekatan yang digunakan di dalamnya adalah ilmu tafsir.
Dalam ilmu tafsir terdapat beberapa metode penafsiran terhadap ayat-ayat al-
Qur‟an, yaitu tahlili, ijmali, maudhu’i, dan muqaran. Dari keempat metode tafsir
ini, yang lebih sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode tafsir
maudhu’i. Tafsir maudhu’i adalah sebuah metode penafsiran dengan cara
mencari jawaban langsung dari al-Qur‟an tentang sebuah persoalan (tema)
dengan jalan menginventarisasi semua ayat yang terkait, kemudian
menganalisisnya melalui ilmu-ilmu bantu yang memuat teori-teori yang relevan
dengan tema yang dibahas. Dalam hal ini psikologi melahirkan konsep yang
utuh dari al-Qur‟an tentang tema tersebut. Dengan demikian, metode tematis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bercorak psikologis. Selanjutnya,
dengan dasar analisis secara holistik dan komprehensif tersebut, penulis akan
-
16
membuat kesimpulan (pesan moral) dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang dikaji
melalui pendekatan deduktif (istinbath).16
2. Sumber data
Sumber data primer yang diambil yaitu ayat-ayat al-Qur‟an tentang
masalah kecemasan, penawar atau obat dalam menghadapi kecemasan, yaitu
Ketakutan, surat al-Ahzab ayat 19, at-Taubah ayat 50-51, dan al-Luqman ayat
34. Kesedihan, surat Yunus ayat 65, al-A‟raf: 35, dan Yusuf ayat 86.
Kesempitan jiwa, surat an-Nahl ayat 127, Yunus ayat 57, dan Thaha ayat 124.
Kegelisahan, surat al-Ma‟arij ayat 19-21, al-Ankabut ayat 10, dan at-Taghabun
ayat 2. Al-Isra‟ ayat 82 menjelaskan suatu penawar bagi permasalahan manusia,
surat Ali-Imran ayat 41 dan Ar-Ra‟du ayat 28 yang menjelaskan tentang selalu
mengingat allah (dzikir), dan Al-Baqarah ayat 274 menjelaskan tentang
bersedekah terhadap orang yang membutuhkan. Serta ayat-ayat sebagai terapi
psikologi yaitu ayat At-Taubah ayat 51, Al-Baqarah ayat 38, Al-Ahqaf ayat 13-
14, Al-Baqarah ayat 112 dan 277.
Selanjutnya sumber data sekunder yaitu sumber pendukung yang
dijadikan rujukan dalam penelitian. Sumber data skunder diambil dari buku-
buku mengenai psikologi dan karya karya ulama lain dari abad modern hingga
kontemporer, meskipun pada dasarnya tidak membahas mengenai tema tersebut
akan tetapi mempunyai andil dan kontribusi dalam melancarkan penelitian ini.
3. Teknik pengumpulan data
16
Depatermen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Departemen Agama, 2009), 70.
-
17
Teknik dalam mengumpulkan data penelitian ini dengan mecari data
yang terkait hal-hal yang mencakup semua yang akan diteliti baik dari buku,
tafsir, catatan, atau sebagainya. Sehingga memperoleh data-data yang akan di
rangkai penulisannya yang telah dipersiapkan sebelumnya.
4. Teknis analisis data
Semua data yang terkumpul akan di analisis sesuai dengan sub bahasan
masing-masing. Selanjutnya akan dilakukan telaah mendalam yang memuat
objek penelitian yang meliputi, analisis isi yaitu suatu teknik sistematik untuk
menganalisis isi pesan dan mengelolanya dengan tujuan menangkap pesan yang
tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Dalam hal ini, penafsiran ayat-ayat
syifa yang berhubungan dengan mengatasi gangguan kecemasan oleh beberapa
mufasir modern-kontemporer dianalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah
tafsir yang berlaku, dan juga dengan dikaitkan dengan ilmu-ilmu psikologi.
Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode
analisis isi (content analysis), maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis data dengan menggunakan penyajian secara deskriptif-analitis. Langkah
yang dimaksud adalah dengan menjelaskan konsep terapi kecemasan dalam al-
Qur‟an untuk mengatasi gangguan kecemasan serta penanggulannya.
Langkah-langkah tafsir tematik yaitu dengan cara mempelajari masalah
kecemasan yang dihadapi manusia, mengidentifikasi ayat-ayat yang berkaitan
dengan kecemasan, memahami isi kandungan ayat tersebut dengan melihat
dalam kitab tafsir atau buku-buku pengetahuan lainnya, dan menganalisis dan
menyimpulkan masalah yang sedang dibahas.
-
18
H. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan disusun guna memudahkan dan memberikan
kerangka sederhana keseluruhan isi dari penelitian ini, sehingga alurnya jelas,
tidak melebar dan sistematis. Adapun susunan sistematika pembahasannya
adalah sebagai berikut.
Bab I, berisikan pendahuluan, yang merupakan gambaran secara umum
dari keseluruhan pembahasan skripsi, meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, telaah
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II, menguraikan landasan teori yang memuat teori mengenai
gambaran umum tentang permasalahan yang diangkat. Dalam bab ini berisi
pengertian kecemasan dalam istilah psikologi dan term kecemasan dalam al-
Qur‟an.
Bab III, berisi tentang data-data terkait pembahasan yang akan diteliti,
yaitu berupa deskripsi umum tentang ayat-ayat syifa yang berkenaan dengan
kecemasan, makna dan hakikat kecemasan, dan dimensi serta tingkat kecemasan
dalam al-Qur‟an.
Bab IV, berisi mengenai terapi kecemasan dalam al-Qur‟an. Bab ini
menerangkan cara agar dapat menangani masalah kecemasan.
Bab V, berisikan penutup yang merupakan ringkasan dari seluruh skripsi
ini, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
-
19
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG KECEMASAN
A. Kecemasan Dalam Persepektif Psikologi
1. Definisi Kecemasan
Kecemasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan gelisah,
tidak tentramnya hati karena khawatir, takut. Sedangkan kecemasan merupakan
perihal dari cemas itu sendiri.17
Dalam ilmu Psikologi kecemasan lebih dikenal
dengan anxiety, yakni memiliki pengertian kegelisahan, kecemasan,
kekhawatiran, secara istilah kecemasan merupakan kekhawatiran yang kurang
jelas atau tidak mendasar.18
Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang kronis
dan kompleks dengan keterprangkapan dan rasa takut sebagai unsurnya yang
paling menonjol, khusus pada berbagai gangguan saraf dan mental.
Kecemasan adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.
Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan
merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya
dimasa yang akan datang. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu
ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu
merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.19
Menurut Kartini Kartono kecemasan merupakan semacam kegelisahan,
kekhawatiran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang menyebar
17
KBBI, 204. 18
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), 24. 19
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi..., 156.
-
20
atau baur, dan mempunyai ciri yang melekat pada seseorang.20
Gangguan ini
sering dialami orang secara samar-samar atau setengah sadar, dan tampil sebagai
gejala nervousitas, kegelisahan dan kebimbangan. Lebih lanjut kecemasan dapat
memprodusir macam-macam penyakit jasmani. Hal ini disebabkan karena sistem
syaraf dan sistem fisik gagal memperingan, serta gagal mencernakan kecemasan
konflik tersebut.21
Menurut Syamsu Yusuf (2009:43) mengemukakan anxiety (cemas)
merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan
kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan
dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Sarlito Wirawan Sarwono
(2012:251) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan takut yang tidak jelas
objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Definisi yang paling menekankan
mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005:163)
yaitu Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Senada dengan
pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006:144) memaparkan bahwa Anxietas
atau kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.22
Freud membedakan antara cemas dan kecemasan, menurutnya cemas
adalah suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak
20
Kartini Kartono, Patologi Sosial 3; Gangguan-Gangguan Kejiwaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 140.
21 Ibid, 24.
22 Dona Fitri Annisa dan Ifdil, “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia)”,
Jurnal Konselor, Vol. 5, No. 2, (Oktober 2019), 94.
-
21
berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan
seharusnya. Sedangkan kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,
dimana seorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak
jelas asal maupun wujudnya.23
Kecemasan merupakan salah satu penyebab ketegangan dalam diri
manusia yang dapat berakibat pada kekacauan hormonal dan berpengaruh kuat
pada keseluruhan sistem kerja tubuh. Banyak tanda-tanda yang sering terjadi
terhadap orang yang mengalami kecemasan seperti tremor, keringat dingin,
pucat dan tegang. Kecemasan pada umumnya terjadi pada saat menjelang suatu
peristiwa yang sangat tak diharapkan diduga keras akan terwujud. Bagi orang
yang ingin membebaskan dirinya dari belenggu kecemasan dengan selalu
bertawakal kepada Allah dalam segala urusan dan menerima apapun yang terjadi
setelah ia berupaya optimal.24
Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan
kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.
Kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung
berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut, atau tidak tenang dan tidak dapat
duduk diam, dll. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada
masing-masing orang. Kaplan, Sadock, dan Grebb, menyebutkan bahwa takut
dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya
suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,
berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
23
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (Bandung: Refika Aditama, 2005), 67.
24Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Kesehatan dalam..., 308.
-
22
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas,
atau menyebabkan konflik pada individu.25
Teori-teori tentang rasa cemas banyak dikembangkan karena dalam
pandangan psikologi rasa cemas dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai
gangguan kejiwaan. Kecemasan-kecemasan yang sifatnya serius, kronis dan
berkesinambungan bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi fisik. Dan
gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intesitas, durasi,
serta dampaknya bagi individu.
2. Jenis-Jenis Kecemasan
Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan
perasaan atau tekanan jiwa yang amat sangat. Biasanya menyebabkan dua
macam akibat yaitu kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi
secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi, atau gagal mengetahui lebih
dahulu bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi.26
Menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan kecemasan
dalam tiga jenis, yaitu:
a. Kecemasan Neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan nalurinya.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri,
25 Fitri Fausiah dan Julianty Widuri, Psikologi Abnormal; Klinik Dewasa, (Jakarta: UI-Press,
2005), 74 26
Savitri Ramaiah, Bagaimana Mengatasi Penyebab Kecemasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 9.
-
23
namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting
dipuaskan.
b. Kecemasan Moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka
yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap
suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau
sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan
dapat dihukum kembali.
c. Kecemasan Realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan
realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal
dari dunia luar.27
Dari ketiga macam kecemasan tersebut sebenarnya tidak ada perbedaan
dari segi jenisnya. Semuanya mempunyai satu sifat yang sama, yaitu tidak
menyenangkan dari seseorang yang mengalaminya. Dan kecemasan yang
berbahaya yaitu kecemasan neurosis karena sering muncul tiba-tiba tanpa
diketahui penyebabnya. Sehingga cukup sulit untuk mengatasi tipe tersebut.
Sedangkan Kartini Kartono membagi kecemasan menjadi dua jenis
kecemasan, yaitu:
a. Kecemasan Ringan
27
Dona Fitri Annisa Dan Ifdil, “Konsep..., 95.
-
24
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan
ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian
seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang
individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang
mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul
kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-
hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Kecemasan
ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu
tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka
kecemasan tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara
mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan
semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini
mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian
seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang
sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat
menimbulkan traumatis pada individu jika menghadapi situasi yang sama
dengan situasi penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang
berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan
berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi
individu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam
-
25
penyakit seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh,
gempar).28
3. Tanda-Tanda Kecemasan
Ada berbagai gejala kecemasan yang menahun. Gejala-gejala ini yang
paling lazim yaitu:
a. Kejengkelan umum: rasa gugup, jengkel, tegang, dan rasa panik. Rasa cemas
berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang,
menyebabkan tidak dapat tidur dan selama siang hari mudah merasa lelah.
b. Sakit kepala: ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk di
tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak
atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnya mungkin terdapat dibelakang
kepala, diatasnya, atau disebelah depan.
c. Gemeteran: sekujur tubuh gemeteran, khususnya dilengan dan tangan.
d. Aktivitas sistem otonomik yang meningkat: fungsi-fungsi tubuh seperti
pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagainya dinamakan
“Fungsi Otonomik” karena berfungsi secara mandiri, tanpa pengaruh dari
luar. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas sistem otonomik ini dan
karena itu menyebabkan keringat bercucuran (khususnya ditelapak tangan),
serta memanas dan memerahnya wajah. Kadang-kadang mulut makin menjadi
kering atau air liur makin banyak dimulut.
28 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 45.
-
26
Meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan dalam
sistem pencernaan makanan. “Rasa mual di dalam perut” sangat lazim timbul.
Gejala-gejala lain mencakup rasa terbakar didalam dada atau diperut, rasa penuh
didalam perut, sering diiringi sendawa, gangguan diperut, dan makin sering
buang air kecil.
Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam gangguan
kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang. Ada penderita yang
sembuh setelah mendapatkan pengobatan jangka-pendek, sementara yang lain
tetap menunjukkan gejala-gejala dan ketidakmampuan menjalani kehidupan
normal pada tingkat kegawatan yang berbeda-beda. Kecemasan yang menahun
dalam diri orang muda dewasa sering cenderung menjadi kurang berat dengan
bertambahnya usia. Khususnya jika mencapai sukses dan kestabilan dalam
kehidupan profesi dan juga kehidupan pribadi.29
4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian
besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa
atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.
Menurut Savitri Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukkan kecemasan,
diantaranya yaitu:
a. Lingkungan
29
Savitri Ramaiah, Bagaimana..., 29.
-
27
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,
sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak
aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan
keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,
semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-
kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.30
Zakiah Daradjad mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan
yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
30 Ibid, 11.
-
28
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.31
Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,
keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan
keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.
Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Ada beberapa gangguan
kecemasan, yaitu:
a. Gangguan Panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik (panic
attack) yang spontan dan tidak terduga. Sedangkan pengertian serangan panik
sendiri adalah kecemasan atau ketakutan yang sangat intens dalam waktu yang
relatif singkat (biasanya kurang dari 1 jam), dan disertai dengan simtom somatic
seperti berkeringat dingin, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa
sakit didada, dan gemeteran. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan
panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda
datangnya kematian atau kecacatan.
31 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1983), 28
-
29
b. Gangguan Fobia
Kata fobia berasal dari bahasa Yunani phobos, berarti takut. Konsep
takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai
respons terhadap suatu ancaman. Fobia dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu fobia spesifik dan fobia sosial. Fobia spesifik merupakan suatu ketakutan
yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau
situasi yang spesifik. Sedangkan fobia sosial merupakan suatu ketakutan yang
tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.
Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang
membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda
kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang
menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada
penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.32
B. Term Kecemasan dalam al-Qur‟an
Al-Qur‟an telah menggambarkan berbagai tingkatan kecemasan berbagai
gejala fisik dalam tubuh yang menyertainya. Sampai saat ini, berbagai buku
psikologi yang ada belum dapat menambah sedikit pun gambaran di luar yang
dipaparkan al-Qur‟an tersebut, kecuali sekedar memberikan beberapa perincian
32 Fitri Fausiah dan Julianty Widuri, Psikologi...,77.
-
30
saja. Istilah kecemasan sendiri merupakan konsep yang sangat sukar dalam
psikologi karena dinilai rumit dan sangat banyak menyangkutkan konsep dari
pada bukti nyata. Didalamnya tersangkut dinamika yang bervariasi, tetapi jelas
sangat besar peranannya dalam membangun gangguan-gangguan tertentu.33
Didalam al-Qur‟an ada beberapa term yang menyinggung beberapa pembahasan
mengenai kecemasan, diantaranya yaitu:
1. Khauf (Ketakutan)
Kata khauf berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari tiga huruf, yaitu خ و ف
yang berarti menunjukkan gentar dan terkejut. Khauf artinya perasaan takut yang
muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu.
Secara bahasa yaitu rasa khawatir atau takut terhadap sesuatu di masa depan
yang belum diketahui dengan pasti dan dianggap membawa suatu bahaya atau
keburukan.34
Khauf merupakan suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah
karena kurang sempurnanya suatu pengabdian seorang hamba. Menurut Quraish
Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, khuf adalah keguncangan hati
karena menduga akan adanya bahaya. Kata khauf digunakan untuk menandakan
adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam, sehingga yang
bersangkutan mencari cara atau jalan keluar untuk menghindari atau
mengatasinya.35
Khauf merupakan tingkatan paling rendah, sedangkan tingkatan
33
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar...,68. 34 Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa Tasawuf Dan
Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, (Semarang: Skripsi UIN
Walisongo Semarang, 2015), 11. 35 Dolizal Putra, Khauf, Khasyyah Dan Taqwa Dalam Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad
Quraish Shihab, (Yogyakarta: Thesis UIN Sunan Kalijaga, 2017), 2.
-
31
yang lebih tinggi lagi disebut khasyyah, yaitu takutnya orang-orang khusus yang
disertai dengan ma‟rifatullah, seperti nabi dan para ulama.36
Takut kepada Allah adalah penting dalam kehidupan seorang mukmin.
Sebab rasa takut itu mendorongnya untuk bertawaqal kepada Allah dan mencari
ridha-Nya, serta melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah
dipandang sebagai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan
landasan penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.
2. Yahzan (Sedih)
Ḥazn terambil dari kata ح ز ن yang artinya sedih, lawan bahagia, kesulitan,
sengsara. Sedih merupakan lawan dari kemudahan, atau dapat juga diartikan
dengan kurangnya kebahagiaan dan kesenangan. Sedih adalah kondisi hati tidak
tenang berkaitan dengan masa lampau. Kerasnya kehidupan dan kerasnya hati
seseoranglah yang menjadikannya kegelisahan, kesengsaran dan duka.
Sedih berbeda dengan takut. Jika takut adalah kegoncangan hati yang
menyangkut sesuatu yang negatif dimasa yang akan datang, dan sedih
merupakan kegelisahan menyangkut sesuatu negatif yang pernah terjadi. Dalam
firman Allah surat al-Baqarah ayat 38:
36 Ibid, 120.
-
32
“Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-
benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-
Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Setiap manusia tidak akan luput dari kesedihan, maka Allah memberi
petunjuk bahwa apabila datanglah tugas kepada kalian, maka barang siapa yang
menaati perintah-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya, tidak akan merasa takut dan
tidak akan tertimpa kesedihan akibat hilangnya pahala. Sebab, Allah tidak akan
menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.
3. Dhaiq (Kesempitan Jiwa)
Dhaiq terambil dari kata ض ي ق, yang memiliki arti sempit, ragu dalam hati.
Kesempitan jiwa yang dimaksudkan disini adalah perasaan gunda gulana atau
keraguan yang ada dalam hati seorang manusia. Allah berfirman dalam surah an-
Nahl ayat 127:
“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan jangan (pula)bersempit dada terhadap tipu daya mereka
rencanakan.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita harus selalu bersabar atau berlapang
dada jika kita mendapatkan musibah, dan kita tidak boleh bersempit hati jika
-
33
mendapatkan musibah berturut-turut. Karena jika kita terus bersabar maka Allah
akan menaikan derajat kita sebagai manusia yang bertakwa.
4. Halu’a (Gelisah)
Dalam bahasa Arab kegelisahan dikenal dengan istilah Al-hulu’. Al-hulu’
berasal dari kata kerja halu’a, yahlu’u, hala’an yang artinya gelisah atau keluh
kesah. Gelisah disini bukan sekedar gelisah biasa namun perasaan gelisah yang
teramat dalam. Al Zamakhasyari menafsirkan Al-hulu‟ sebagai sifat cepat
gelisah dan berkeluh kesah ketika ditimpa kesusahan dan sifat bakhil ketika
mendapatkan kebaikan. Dalam KBBI, gelisah adalah suasana hati yang tidak
tentram, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Dengan
demikian kegelisahan diartikan sebagai perasaan gelisah, kekhawatiran, dan
kecemasan.37
Halu‟a diartikan juga sebagai hirsh (kikir) dan ja’a (lapar), yang diartikan
ragu-ragu, cemas, resah, kurang sabar, dan berkeinginan meluap-luap semacam
rakus. Menurut Quraish Shihab keinginan meluap inilah yang menjadikan
manusia goyah dan bimbang ketika ia disentuh oleh keburukan dan enggan
memberi kebaikan itu ketika ia memperolehnya serta mengutamakan dirinya
sendiri atas orang lain, kecuali bila ia menilai bahwa memberinya mengundang
kedatangan kebaikan dan manfaat yang lebih besar buat dirinya. Dengan
demikian, keluh kesah ketika disentuh keburukan dan kikir ketika meraih
kebaikan dan rezeki merupakan akibat dari penciptanya menyandang sifat hala‟,
yakni gelisah dan berkeinginan meluap.38
37 Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa..., 2. 38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 14, 319.
-
34
BAB III
MAKNA KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN DAN TINGKATANNYA
A. Istilah Kecemasan dalam al-Qur‟an
Dalam al-Qur‟an kecemasan selalu berkaitan dengan ketakutan ( , خلوف)
kesedihan (حلزن ), kesempitan jiwa ( اضي ), dan kegelisahan ( وعا هلل ).
1. Ketakutan ( yaitu terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 19, at-Taubah , خلوف)
ayat 50-51, dan al-Luqman ayat 34.
2. Kesedihan (حلزن ), yaitu terdapat dalam surat Yunus ayat 65, al-A‟raf: 35,
dan Yusuf ayat 86.
3. Kesempitan jiwa ( اضي ), yaitu terdapat dalam surat an-Nahl ayat 127, Yunus
ayat 57, dan Thaha ayat 124.
4. Kegelisahan ( وعا هلل ), yaitu terdapat dalam surat al-Ma‟arij ayat 19-21, al-
Ankabut ayat 10, dan at-Taghabun ayat 2.
B. Makna dan Hakikat Kecemasan dalam al-Qur‟an
Kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut. Kecemasan pada sesuatu yang baru adalah hal yang wajar,
-
35
namun apabila kecemasan ini hinggap cukup lama pada manusia, maka akan
menyebabkan suatu gangguan kejiwaan atau biasa dikenal dengan
keabnormalan. Kecemasan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan
untuk merasa bahagia. Dalam al-Qur‟an kecemasan digambarkan dengan
kalimat khauf, yakni kondisi hati tidak tenang terkait dengan perkara di masa
depan. Hal ini disebabkan karena adanya keraguan yang ada didalam hati
(dhaiq), maka timbul sifat gelisah (halu‟a), yang akhirnya menjadikan seseorang
merasa selalu sedih atau susah (Ḥazn). Kecemasan dapat berupa sifat normal
biasa dan bisa menjadi penyakit apabila kecemasan terjadi sehari-hari. Maka
dibawah ini adalah rinci mengenai kecemasan dalam al-Qur‟an.
1. Ketakutan
Ketakutan sama halnya dengan cemas terhadap masa depan, karena
kehidupan dimasa depan sangat berpengaruh terhadap semua orang, seseorang
akan merasa khawatir atau takut apabila masa depannya tidak sesuai dengan
harapannya. Misalnya, ketakutan dari diri sendiri yang tidak percaya diri atas
kemampuannya, yaitu takut menjadi pengangguran setelah lulus, atau takut
menjadi miskin. Ketakutan dari luar juga sangat berpengaruh, yaitu tekanan dari
keluarga, teman, dan masyarakat. Hal ini sering disinggung dalam al-Qur‟an
mengenai kekhawatiran atau ketakutan terhadap sesuatu yang belum terjadi.
Seperti gambaran ketika terjadi perang Ahzab yang menyebabkan umat muslim
menderita, karena kalahnya jumlah menyebabkan mereka terkepung. Ditambah
suasana ketakutan dan kepanikan yang tiba-tiba terjadi badai topan yang sangat
-
36
dahsyat, yang menyebabkan pimpinan musuh yaitu Abu Sufyan menyuruh
mengundurkan diri dan kembali ke Mekkah.39
Dalam firman Allah:
...
40
“ ...Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang
kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena
akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan
lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak
beriman, maka Allah menghapus Amalannya. Dan yang demikian itu mudah
baginya.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa perang Ahzab menjadi kemenangan umat
Islam sebab Allah telah mengirim malaikat dan angin kencang sebagai
bantuannya. Selain itu dijelaskan pula tentang pengkhianatan orang munafik
yang mengahasut orang Islam untuk meninggalkan peperangan. Karena
ketakutan maka orang-orang munafik mengira bahwa musuh masih berada di
medan perang, namun mereka tidak tahu saja bahwa sebenarnya musuh telah lari
berserakan dan kembali ke negeri mereka masing-masing. Hal ini menunjukkan
39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 7, 635. 40 QS. Al-Ahzab: 19.
-
37
bahwa orang-orang munafik adalah orang-orang pengecut dan tidak beriman
karena takut untuk perang.
Pada ayat diatas, Allah menyebutkan sifat orang-orang yang menghindar
diri ikut berperang bersama Nabi Saw, karena ketakutan dan khawatir. Saat
musuh-musuh telah menyerang dan orang-orang yang beriman telah siap
bertempur dengan gagah dan berani menolak serangan musuh. Mereka menoleh
ke kanan dan ke kiri karena ketakutan, mencari jalan keluar untuk melarikan diri
dari peperangan untuk menghindari kematian. Namun apabila pertempuran telah
usai dan mereka merasa telah aman, mereka bersifat sombong dan membangga-
banggakan jasa dan keberanian dalam medan pertempuran padahal semua itu
omong kosong belaka yang menyakiti hati. Seakan-akan merekalah orang-orang
yang berperang mati-matian sampai kemenangan tercapai, padahal semua yang
mereka katakan itu adalah dusta belaka.41
Dalam tafsir munir karya Wahbah Zuhaili bahwa orang-orang yang
seperti itu mempunyai sifat bakhil dalam diri kaum muslim.42
Orang-orang yang
bersifat seperti itu adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, tidak beramal dengan tulus, tidak ikhlas, dan tidak mau berkorban
sedikitpun.43
Menurut Tantawi Jauhari menjelaskan bahwa kaum munafik
mengalami ketakutan tersebut hingga mereka melihat kematian begitu dekat
dengan kedua matanya, sehingga mereka hilang akal karena pingsan.44
Berbeda
dengan pandangan Hamka, menurutnya mereka adalah kaum baru yang
41 Ibid, 637. 42 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, Jilid 11 (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), 296. 43 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 11, 240. 44 Tantawi Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al-Qur‟an Karim, Juz 16, (Mesir: Mushtafa al-Babi al-
Halabi, 1351 H), 20
-
38
mendengar peperangan sudah ketakutan, sebab orang-orang tersebut mempunyai
jiwa yang kerdil, pribadi yang sangat kecil, dan tidak mempunyai nilai diri sama
sekali.45
Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish shihab menjelaskan bahwa ayat
tersebut menunjukkan fakta ilmiah yang belum ditemukan pada saat
diturunkannya al-Qur‟an. Yaitu bahwa bola mata orang yang sedang dalam
keadaan ketakutan akan berputa-putar. Kalau ditinjau lebih cermat, akan didapati
bahwa perasaan takut yang mendalam akan dapat menghilangkan kesadaran dan
merusak jaringan pusat urat saraf bawah sadar dibagian otak. Oleh karena itu,
kondisi orang yang ketakutan berlebih mirip dengan orang yang sedang
menghadapi sakaratul maut.46
Ketakutan terhadap hal-hal yang belum terjadi
didasarkan terhadap sikap seseorang yang hanya melihat fenomena lahiriah saja,
tidak mencurahkan segenap kemampuannya dan enggan untuk maju.
Sebagaimana dalam firman-Nya:
45 Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, juz 21 (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1983), 218. 46 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., 240
-
39
47
“Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tetapi jika
engkau ditimpa bencana, mereka (kaum munafik) berkata: "Sungguh, sejak
semula kami telah berhati-hati (tidak pergi perang).” Dan mereka berpaling
dengan perasaan gembira. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami,
dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
Tahir Ibn „Ashur menghubungan ayat ini dengan uraian tentang mereka
yang selalu bimbang dan ragu dengan hasil peperangan yang dihadapi Nabi
Muhammad Saw dengan kaum muslim, yaitu dengan Surat At-Taubah: 45.
“Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu (Muhammad), hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati
mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.”
Ayat peperangan tersebut menggambarkan ketakutan dan keraguan
seseorang sebelum bertindak, bahkan ia mengharapkan hal tersebut tidak
terjadi, dalam arti bahwa kebimbangan mereka itu disebabkan karena mereka
takut jangan sampai kaum muslimin menang dalam peperangan. Dengan
47 QS. At-Taubah: 50-51.
-
40
pemaparan ayat selanjutnya bahwa seseorang harus menghadapi realita dengan
keridaan takdir yang diberikan Allah.48
Dari sini jelas bahwa al-Qur‟an dengan perintah bertawakal, bukan
khawatir dengan apa yang belum dikerjakan. Al-Qur‟an hanya menginginkan
agar umatnya hidup dalam realita, realita yang menunjukan bahwa tanpa usaha,
tak mungkin tercapai harapan, dan tak ada gunanya berlarut dalam kesedihan
jika realita tidak dapat diubah lagi.49
Dalam firman Allah surat al-Luqman ayat 34:
“Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari kiamat, dan Dia yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada didalam rahim. Dan tidak
ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
dikerjakan besok.50
Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dimana
dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal”
Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah
akan menyampaikan salah satu penyampaian melalui penelitian ilmiah. Dan
manusia akan mengetahuinya melalui kadar pengetahuan manusia, bukan kadar
48 Muhammad Tahir Ibn „Ashur, Tafsir at-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 5, (Tunisia: al-Dar al-
Tunisiyah, 1984), 223. 49 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 618. 50 Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan besok atau yang
akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan untuk berusaha.
-
41
pengetahuan Allah. Karena pengetahuan-Nya sungguh berbeda dan tidak dapat
dibandingkan dengan pengetahuan manusia. Adapun pengetahuan tentang masa
datangnya kiamat, maka ini, jangan manusiakan biasa, manusia dan malaikat
terpilih pun tidak akan mampu mengetahuinya.51
Dua hal terakhir dalam ayat di atas yaitu tentang apa yang akan
dikerjakan seseorang esok dan dimana dia akan mati, disajikan disini untuk
menyatakan kepada manusia bahwa janganlah hal-hal yang sulit dan diluar diri
kamu, hal yang berkaitan dengan diri sendiri, menyangkut masa depan yang
terdekat, yakni besok, dan masa depan yang terjauh, seperti menjadi orang kaya
atau miskin, jadi pengangguran atau pegawai, dan juga dalam kehidupan dunia
ini dan yang sangat dikhawatirkan kedatangannya yakni kematian menyangkut
kedua hal tersebut pun, kamu tidak mengetahuinya secara pasti dan rinci, apalagi
hal-hal yang diluar kamu.52
2. Kesedihan
Kesedihan merupakan sebuah kondisi fitrah yang setiap manusia pernah
merasakannya. Rasa sedih seringkali muncul disebabkan karena seorang
berhadapan dengan keadaan atau situasi yang mengecewakan, kehilangan, atau
ketidakberdayaan akan sesuatu. Saat merasa sedih seseorang akan menjadi lebih
pendiam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Al-Qur‟an menggambarkan
kesedihan dengan istilah al-huzn/al-hazn, karena istilah tersebut sering muncul
dalam konteks suatu yang dilarang atau dinafikan. Hal ini menggambarkan
51 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 11, 165. 52 Ibid, 165.
-
42
bahwa kesedihan itu adalah sesuatu yang harus dijauhi sebagaimana yang sering
dijelaskan dalam firman-Nya. Kesedihan yang dilarang misalnya ketika
mendengar perkataan atau hinaan orang-orang kafir, seseorang dilarang untuk
bersedih hati. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Yunus ayat 65
sebagai berikut:
“Janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh,
kekuasaan itu seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui.”
Sedang yang dinafikan seperti firman Allah surat al-A‟raf ayat 35 :
“Hai anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu
sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa
bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka,
dan mereka tidak bersedih hati.”
Ayat diatas mengabarkan kepada kita tentang pelajaran penting, yaitu
bahwasanya sebagai seorang pendakwah hendaklah tetap tegar berdiri diatas
kebenaran yang ia bawakan, dan tidak terpancing oleh ucapan-ucapan keji
orang-orang yang membenci dakwah Allah, dan begitu banyak orang-orang
-
43
yang lemah iman terhadap apa yang ia bawakan kepada umat manusia justru ia
sedih atas perkataan dan cercaan para pendusta agama. Ayat tersebut juga
mengandung pesan bahwa kemuliaan manusia tidak terletak pada kekayaan atau
kedudukan sosialnya, tetapi pada nilai hubungan baiknya kepada Allah Swt.53
Maka yakini dan ikutilah ajarannya, niscaya kamu akan bertakwa dan terhindar
dari siksaan Allah dengan percaya kepada mereka dan berbuat baik terhadap diri
dan lingkungan mereka dengan meneladani para rasul itu, maka tidak akan ada
kesedihan dan kekhawatiran atas mereka.54
Kesedihan akan selalu melingkupi kehidupan manusia. Seperti kesedihan
yang dirasakan oleh Nabi Ya‟qub ketika beliau kehilangan Yusuf karena
kelakuan saudara-saudaranya. Akan tetapi, beliau dapat mengendalikan diri agar
Allah Swt menjadi ridho. Sebagaimana firman Allah surat Yusuf ayat 86:
“Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadu
kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak
kamu ketahui.”
Hanya kepada-Nya beliau memanjatkan doa atas kesedihan yang
dialaminya, dan beliau tidak mengeluh kepada siapapun atas apa yang
menimpanya. Harapannya kepada Allah sangatlah besar dan tidak merugikan
orang yang menggantungkan harapannya kepada Allah, karena orang beriman
selalu bersikap optimis dan tidak putus berusaha selama masih ada peluang yang
53 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 455. 54 Ibid, Vol 4, 98.
-
44
tersedia.55
Ayat diatas berpesan bahwa sesungguhnya hanya kepada Allah lah
kita mengeluh, dan hanya kesabaran serta ketakwaan yang menjadi amalan kita.
3. Kesempitan Jiwa
Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan raga yang terdapat
pembawaan-pembawaan yang terpengaruh baik dengan kata-kata yang tertulis
maupun kata-kata yang didengar. Dalam hal ini, jiwa sebagai pelengkap raga
yang mengkondisikan seseorang untuk membawanya kejalan yang benar
ataupun salah. Jiwa didalam tubuh manusia secara langsung membuka jalan
melalui pikiran dan perasaan yang dapat menggoyahkan perasaan, sehingga
manusia sering mengalami gangguan sempit hati, keraguan atau gundah gulana
yang mengakibatkan sesak didada. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-
Nahl ayat 127:
“Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan
pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran)
mereka dan jangan (pula)bersempit dada terhadap tipu daya mereka
rencanakan.”
55 Ibid, Vol 6, 163.
-
45
Menurut Thahir Ibn „Asyur bahwa jika kamu ditimpakan kesalahan yang
mereka lakukan, jangan sedikitpun melampui batas. Akan tetapi, jika kamu
bersabar dan tidak membalas, maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi
para penyabar baik didunia maupun diakhirat kelak. Karena itu, sebagai manusia
yang teladan laksanakanlah tuntutan dan bersabarlah menghadapi gangguan-
gangguan. Dan janganlah bersedih hati atau sesak dada terhadap apa yang terus
menerus mereka lakukan terhadapmu.56
Dalam kehidupan modern ini banyak manusia yang dilanda kecemasan
dan ketegangan jiwa. Bahwa semakin maju suatu masyarakat semakin banyak
yang harus diketahui orang dan semakin sulit untuk mencapai ketenangan dan
kebahagiaan hidup, sebab kebutuhan manusia semakin meningkat, maka
semakin banyak persaingan yang dilakukan kepada manusia. Agar hati manusia
tetap bersih dari rasa kedengkian maka Allah memberikan peringatan atau
pelajaran kepada manusia untuk menyembuhkan penyakit hatinya, dalam firman
Allah Swt surat Yunus ayat 57:
“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur’an)
dari Tuhanmu, penyembuhan bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk
serta rahmat bagi orang yang beriman.”
56 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 6, 778.
-
46
Ayat diatas menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan obat dari segala
penyakit, baik penyakit hati maupun jiwa. Al-Qur‟an dapat memberikan
petunjuk kepada manusia agar bisa mencegah gangguan kecemasan atau
ketegangan jiwa yang sering dialami manusia diera modern ini. Manusia
mempunyai berbagai macam penyakit hati, seperti ragu, dengki, takabur dan
semacamnya. Karena hati ditunjukkan sebagai wadah yang menampung rasa
cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan, hati dinilai sebagai alat
untuk mengetahui. Hati juga yang mampu melahirkan ketenangan dan
kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.
Allah juga menegaskan kepada hambanya bahwa siapapun yang
berpaling dari-Nya, maka akan meraskan kehidupan yang sempit. Seperti firman
Allah dalam surat Thaha ayat 124:
“Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia akan
menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari
kiamat dalam keadaan buta.”
Dalam tafsir Al-Misbah ayat ini menjelaskan ganjaran yang menanti
mereka yang taat mengikuti petunjuk Allah. Dan siapa yang berpaling dari
perintah Allah, maka mereka akan memiliki kehidupan yang sempit, yaitu
kehidupan yang sulit dihadapi lahir dan batin. Kehidupan demikian menjadikan
-
47
seseorang tidak pernah merasa puas, dan selalu gelisah, karena dia tidak
menoleh kepada hal-hal yang bersifat ruhaniah, tidak merasakan kenikmatan
ruhaniah karena mata hatinya buta dan jiwanya terbelenggu oleh hal-hal yang
bersifat material. Seseorang yang buta hatinya akan dibangkitkan buta dihari
kemudian, karena dalam firman Allah surat al-Hajj ayat 46:
...
“Maka sesungguhnya bukan mata (kepala) yang buta tetapi yang buta adalah
(mata) hati yang berada didalam dada.”
Siapa yang melupakan Allah atau tidak berdzikir dan mengingat-Nya,
tidak ada lagi sesuatu yang berada dalam ingatannya kecuali kenikmatan
duniawi. Itulah satu-satunya yang menjadi idaman dan perhatiannya, yang selalu
dia usahakan untuk meraihnya sebany