(tafsir tematik atas ayat-ayat syifa tentang kecemasan)...

98
i PSIKOLOGI KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN (Tafsir Tematik Atas Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Halida Ulin Nuhaya NIM. 53020150027 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2020

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PSIKOLOGI KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN

    (Tafsir Tematik Atas Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

    Sarjana Agama (S.Ag)

    Oleh:

    Halida Ulin Nuhaya

    NIM. 53020150027

    PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR‟AN DAN TAFSIR

    FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2020

  • ii

  • iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari:

    Nama : Halida Ulin Nuhaya

    NIM : 53020150027

    Jurusan : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

    Fakultas : Ushuludin Adab dan Humaniora

    Judul : Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur‟an (Tafsir Tematik

    Atas Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)

    Demikian ini kami mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera

    dimunaqosyah. Demikian agar menjadi perhatian.

    Salatiga, 20 Maret 2020

    Pembimbing

    Dr. Mubasirun, M.Ag.

    NIP.195902021990031001

  • iv

  • v

    MOTTO

    Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka

    mengubah keadaan diri mereka sendiri

    (Q.S Ar-Ra‟d: 11)

    Kesuksesan datang dari diri sendiri, bukan karena ingin dihargai atau dihormati.

    Tetapi karena ada usaha dan kerja keras.

    (Penulis)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Penulis mempersembahkan skripsi ini teruntuk:

    1. Kepada kedua orang tuaku (bapak Guritno dan Ibu Siti Mudrikah) yang selalu

    menyayangi dan mendoakan untuk kebahagiaan dan kesuksesanku, semoga

    selalu sehat dan dalam lindungan-Nya. Untuk kedua adikku tercinta Zidna Huda

    Al-Aziz dan Naila Elia Ulfiza yang selalu mendukung dan selalu menemani

    kakaknya pada masa-masa yang sulit.

    2. Kepada seluruh keluarga ku yang selalu memberikan dukungan, semangat, kasih

    sayang yang luar biasa.

    3. Kepada sahabatku yang selalu menemani dalam suka maupun duka dan

    mengingatkan tugas-tugas yang harus dikerjakan, semoga diberi kesehatan serta

    selalu dalam lindungan Allah SWT.

    4. Kepada teman-teman seperjuangan IAT angkatan 2015 yang selalu memberikan

    semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini, semoga

    selalu sehat dan diberi kelancaran dalam segala urusan.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

    hidayah serta karuniah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

    memperoleh gelar Sarjana Agama dalam program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya

    kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

    perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan

    Humaniora IAIN Salatiga.

    3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. Selaku Ketua Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

    IAIN Salatiga.

    4. Bapak Dr. M. Gufron, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Akademik dengan

    ketulusan dan kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.

    5. Bapak Dr. Mubasirun, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

    memberi motivasi dan dengan sabar memberikan bimbingan hingga skripsi selesai.

    6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, yang telah memberikan bekal

    ilmu yang tak ternilai selama belajar di IAIN Salatiga.

    7. Kedua orang tuaku (bapak Guritno dan Ibu Siti Mudrikah) serta adik-adikku yang

    telah memberikan kasih sayang dan dukungan hingga skripsi ini selesai.

  • viii

    8. Saudara-saudaraku yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga dapat

    menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

    9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang

    tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk

    itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kebaikan diwaktu

    yang akan datang. Penulis berdo‟a semoga segala apa yang telah mereka berikan

    bermanfaat bagi penulis dan akan mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Tak

    lupa penulis juga meminta maaf atas segala kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

    Salatiga, 20 Maret 2020

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Halida Ulin Nuhaya Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur’an (Tafsir Tematik Atas

    Ayat-Ayat Syifa Tentang Kecemasan)

    Dr. Mubasirun, M.Ag

    Kecemasan diartikan suatu kondisi emosi yang menimbulkan ketidaknyamanan

    yang ditandai dengan makna kecemasan yaitu perasaan ketakutan, kesedihan,

    kesempitan jiwa, dan kegelisahan sehingga dapat mengganggu masa depan manusia.

    Tingkat kecemasan dari kecemasan ringan hingga kecemasan berat yang menyebabkan

    kecemasan ini hinggap dalam diri manusia, maka akan menyebabkan suatu gangguan

    kejiwaan atau biasa dikenal dengan keabnormalan.

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, jenis penelitian

    ini adalah library research (penelitian kepustakaan). Penyajian tafsirnya dengan

    pendekatan tafsir tematik, dengan metode penafsiran yang mencari jawaban langsung

    dari al-Qur‟an tentang sebuah persoalan (tema) dengan jalan menginventarisasi serta

    mengidentifikasi ayat-ayat yang berkaitan dengan kecemasan.

    Al-Qur‟an punya solusi atau terapi psikologis terhadap kecemasan, yaitu terapi

    terhadap ketakutan dengan cara kita selalu berusaha menata masa depan dengan

    tawakal, dan terus berusaha di jalan Allah. Terapi terhadap kesedihan dengan selalu

    istiqomah dalam kebaikan, dan belajar ikhlas. Terapi terhadap kesempitan jiwa dengan

    selalu sabar, dan tidak su‟udzon. Dan terakhir terapi terhadap kegelisahan yaitu dengan

    selalu beriman, bertakwa, dan beramal shaleh.

    Kata Kunci: Kecemasan, Tafsir Tematik, Terapi Psikologis.

  • x

    PEDOMAN TRANSLITERASI

    Pedoman transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke huruf Latin

    yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor 0543 b/u 1987,

    tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi untuk membedakan

    adanya kemiripan dalam penulisan.

    A. Penulisan Huruf

    No Huruf Arab Nama Huruf Latin

    Alif Tidak dilambangkan ا 1

    Ba‟ B ب 2

    Ta‟ T ت 3

    ṡa ṡ ث 4

    Jim J ج 5

    Ḥa ḥ ح 6

    Kha Kh خ 7

    Dal D د 8

    ẑal ẑ ذ 9

    Ra R ر 10

    Za Z ز 11

    Sin S س 12

    Syin Sy ش 13

    Ṣad ṣ ص 14

  • xi

    Ḍad ḍ ض 15

    Ṭa‟ ṭ ط 16

    Ẓa ẓ ظ 17

    (ain „ (koma terbalik di atas„ ع 18

    Gain G غ 19

    Fa‟ F ف 20

    Qaf Q ق 21

    Kaf K ك 22

    Lam L ل 23

    Mim M م 24

    Nun N ن 25

    Wawu W و 26

    Ha‟ H ه 27

    (Hamzah „ (apostrof ء 28

    Ya‟ Y ي 29

    B. Vokal

    َ Fathah Ditulis “ a ”

    ِ Kasroh Ditulis “ i ”

    ُ Dhammah Ditulis “ u ”

    C. Vokal Panjang

    ا+ َ Fathah + alif Ditulis “ã “ جم ههيه Jãhiliyah

    ى+ َ Fathah + alif layin Ditulis “ã “ تىسى Tansã

  • xii

    يْ + ِ Kasrah + ya‟ mati Ditulis “ ỉ “ حكيم Hakỉm

    وْ + ُ Dhammah + wawau

    mati

    Ditulis “ủ “ فروض Furủd

    D. Vokal Rangkap

    ا+ َ Fathah + ya‟ mati Ditulis “ ai “ بيىكم Bainakum

    وْ + َ Fathah + wawu mati Ditulis “ au “ قول Qaul

    E. Huruf rangkap karena tasydid ( ّ )ditulis rangkap

    Iddah„ عّدة ” Ditulis “ dd دّ

    Minna مىّب ” Ditulis “ nn نّ

    F. Ta‟ Marbuthah

    1. Bila dimatikan ditulis h:

    Hikmah حكمة

    Jizah جسية

    (ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-katabahasa arab yang sudah diserap ke

    dalam bahasa Indonesia)

    2. Bila Ta‟ Marbuthah hidup atau berharakat maka ditulis t:

    Zakãt al-fiṭr زكبةانفطر

    Ḥayãt al-insãn حيبةاالوسبن

    G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof („)

    A‟antum أأوتم

    U‟iddat أعّدد

    La‟insyakartum نئه شكرتم

    H. Kata sandang alif + lam

    al-qamariyah انقران al-Qur‟ãn

  • xiii

    Al-syamsiyah انسمبء al-samã‟

    I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat:

    Ditulis menurut bunyi atau pengucapan

    Ẑawi al-furủd ذوي انفروض

    Ahl al-sunnah أهم انسىّة

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................ iv

    HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

    ABSTRAK ................................................................................................... ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. x

    DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 9

    E. Kerangka Teori ......................................................................... 10

    F. Kajian Pustaka .......................................................................... 13

    G. Metode Penelitian ..................................................................... 14

    H. Sistematika Penulisan ................................................................ 18

    BAB II LANDASAN TEORI TENTANG KECEMASAN

    A. Kecemasan Dalam Persepektif Psikologi

  • xv

    1. Definisi Kecemasan ............................................................. 19

    2. Jenis-Jenis Kecemasan ........................................................ 22

    3. Tanda-tanda Kecemasan ...................................................... 25

    4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan .................................... 26

    B. Term Kecemasan Dalam Al-Qur‟an

    1. Khauf .................................................................................. 30

    2. Yahzan ................................................................................ 31

    3. Dhaiq .................................................................................. 32

    4. Halu‟a ................................................................................. 33

    BAB III MAKNA KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN DAN

    TINGKATANYA

    A. Istilah-istilah

    1. Ketakutan ............................................................................ 34

    2. Kesedihan ........................................................................... 34

    3. Kesempitan Jiwa ................................................................. 34

    4. Kegelisahan ......................................................................... 34

    B. Makna dan Hakikat Kecemasan dalam Al-Qur‟an

    1. Ketakutan ............................................................................ 35

    2. Kesedihan ........................................................................... 41

    3. Kesempitan Jiwa ................................................................. 44

    4. Kegelisahan ......................................................................... 47

    C. Dimensi dan Tingkat Kecemasan dalam Al-Qur‟an

    1. Kecemasan Ringan .............................................................. 53

  • xvi

    2. Kecemasan Sedang ............................................................. 55

    3. Kecemasan Berat ................................................................. 56

    4. Tingkat Kepanikan .............................................................. 58

    BAB IV TERAPI PSIKOLOGIS MENGATASI KECEMASAN

    A. Al-Qur‟an Sebagai Terapi Psikologis

    1. Al-Qur‟an Sebagai Petunjuk ................................................ 61

    2. Al-Qur‟an Sebagai Pertolongan ........................................... 63

    3. Al-Qur‟an Sebagai Sumber Ilmu ......................................... 63

    4. Al-Qur‟an Sebagai Obat ...................................................... 65

    B. Mengatasi Kecemasan dalam Al-Qur‟an

    1. Terapi Terhadap Ketakutan

    a. Menata Masa Depan dengan Usaha Keras ..................... 67

    b. Berusaha Terus Mengikuti Petunjuk Allah ..................... 68

    2. Terapi Terhadap Kesedihan

    a. Istiqomah Dalam Kebaikan ........................................... 69

    c. Ikhlas ............................................................................ 70

    3. Terapi Terhadap Kesempitan Jiwa

    a. Sabar ............................................................................. 72

    b. Menjauhi Sikap Berprasangka Buruk ............................. 73

    4. Terapi Terhadap Kegelisahan

    a. Menata Masa Depan dengan Keimanan, Ketaqwaan, dan

    Amal Shaleh .................................................................. 74

  • xvii

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................... 76

    B. Saran......................................................................................... 78

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. .. 80

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kecemasan merupakan gangguan psikologis yang banyak dialami oleh

    sebagian manusia. Dalam bahasa Arab kecemasan dikenal dengan istilah الَق ِق َق .

    .yang artinya cemas atau khawatir ًا َق ِق - َيَقلْق ِق ُق - َق ِق َق berasal dari kata kerja الَق ِق َق

    Apabila sesuatu dikatakan cemas, maka ia akan bergerak pada tempatnya.

    Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan yang

    berseberangan dengan yang Allah gambarkan dalam firman-Nya:

    1

    “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida

    lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan

    masuklah ke dalam surga-Ku.”

    Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan

    keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk

    ketakutan tersebut. Kecemasan pada sesuatu yang baru adalah hal yang wajar,

    1QS. Al-Fajr : 27-30.

  • 2

    namun apabila kecemasan ini hinggap cukup lama pada manusia, maka akan

    menyebabkan suatu gangguan kejiwaan atau biasa dikenal dengan

    keabnormalan. Kecemasan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan

    untuk merasa bahagia.

    Kecemasan merupakan salah satu penyebab ketegangan dalam diri

    manusia yang dapat berakibat pada kekacauan hormonal dan berpengaruh kuat

    pada keseluruhan sistem kerja tubuh. Banyak tanda-tanda yang sering terjadi

    terhadap orang yang mengalami kecemasan seperti tremor, keringat dingin,

    pucat dan tegang. Kecemasan pada umumnya terjadi pada saat menjelang suatu

    peristiwa yang sangat tak diharapkan diduga keras akan terwujud. Bagi orang

    yang ingin membebaskan dirinya dari belenggu kecemasan dengan selalu

    bertawakal kepada Allah dalam segala urusan dan menerima apapun yang terjadi

    setelah ia berupaya optimal.2

    Al-Qur‟an adalah petunjuk yang bila dipelajari akan membantu

    menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi penyelesaian

    berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan menjadikan

    pikiran, rasa, dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang dibutuhkan

    bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.3 Dalam hal ini al-

    Qur‟an mampu menjawab tantangan kontemporer baik secara spiritual dan

    material. Hal ini di dasarkan pada firman Allah Swt:

    2Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Kesehatan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Aku

    Bisa, 2012), 308. 3M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: IKAPI, 1996), 13.

  • 3

    4

    “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat

    bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada

    orang-orang yang zalim selain kerugian.”

    Menurut Taba‟ taba‟i dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa al-Qur‟an

    turun sebagai penawar atau obat dari berbagai permasalahan manusia

    diantaranya penyakit-penyakit kejiwaan, yaitu keraguan dan kebimbangan batin

    yang dapat hinggap di hati orang-orang beriman.5 Ilmu yang mempelajari

    masalah kejiwaan dikenal sebagai psikologi. Meskipun pada dasarnya psikologi

    tidak membahas tentang kejiwaan namun lebih membahas tentang tingkah laku

    manusia yang diasumsikan sebagai gejala dari jiwanya. Namun, jauh sebelum

    itu al-Qur‟an sudah membahas secara lengkap tentang kejiwaan manusia dan

    tingkah lakunya, serta berbagai solusi untuk semua masalah yang dialami oleh

    manusia. Hal ini, jarang di sadari oleh kita sebagai umat manusia. Al-Qur‟an

    telah membahas apa yang akan terjadi dimasa depan dimana kebanyakan

    manusia akan mengalami beberapa gangguan psikologis. Banyaknya ganguan

    tersebut salah satunya adalah gangguan kecemasan.

    4QS. Al-Isra‟ : 82.

    5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 7

    (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 530.

  • 4

    Al-Qur‟an menghasilkan perubahan besar yang subtansial,

    membahagiakan, dan mencerahkan dalam kehidupan sosial manusia. Selain itu,

    al-Qur‟an terus membawa perubahan besar bagi jiwa, hati, dan akal manusia,

    juga bagi kehidupan politik, sosial, dan pribadi. Keenam ribu enam ratus

    ayatnya, yang telah dikutip dengan takzim oleh begitu banyak orang selama

    berabad-abad, terus mendidik orang-orang secara spiritual dan intelektual,

    memurnikan jiwa, membersihkan akal, menggembirakan dan melapangkan roh,

    membimbing menuju kebenaran dan pemikiran yang sempurna, serta membuat

    orang-orang bahagia.6

    Al-Qur‟an selalu menggandengkan term cemas dengan sedih, maka

    dalam psikologi kedua term tersebut maknanya sama namun time case-nya

    berbeda, yaitu jika kecemasan terjadi menjelang suatu peristiwa yang tidak

    diinginkan dan diasumsikan bakal terjadi, dan kesedihan menyusul sesudah itu

    peristiwa berlangsung.7 Maka al-Qur‟an berpesan agar jangan cemas dan jangan

    sedih dapat kita baca dalam banyak ayat, salah satu diantaranya terdapat dalam

    surat al-Fussilat ayat 30:

    “Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Tuhan Kami adalah Allah"

    kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun

    kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah

    6Bediuzzaman Said Nursi, Misteri Al-Qur’an, terj. Dewi Sukarti (Jakarta: Erlangga, 2010), 295.

    7Ibid, 357.

  • 5

    merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan

    Allah kepadamu”.

    Pada zaman sekarang dengan banyaknya tuntutan yang berasal dari

    keluarga maupun lingkungan membuat seseorang menjadi merasa cemas akan

    masa depan yang belum terjadi. Hal ini dikarenakan pada dasarnya manusia

    menginginkan kehidupan yang bahagia dan tidak mengalami kerugian pada

    dirinya. Meskipun, pada realitanya kerugian dan masalah akan selalu ada seiring

    dengan berjalanya waktu dan pengambilan keputusan. Seseorang juga akan

    cemas bila dihadapi oleh politik dan ekonomi, karena dengan kedua itu manusia

    akan sangat tertekan jika menangani hal tersebut.

    Maka dari itu al-Qur‟an merupakan syifa bagi manusia, karena

    kecemasan yang dihadapi oleh manusia sangat berhubungan dengan masa depan

    untuk mengendalikan emosi serta ketakutan individu terhadap situasi yang akan

    datang. Apabila kecemasan menghadapi masa depan yang sudah timbul pada

    individu yang dapat mempengaruhi kognisi, sikap dan perilakunya.

    Kecemasan masa depan pada tingkat kognitif, yaitu kecemasan

    menghadapi masa depan yang dapat mengarah pada penurunan harapan individu

    terhadap hasil positif dari tindakannya, sehingga mengurangi keberhasilan.

    Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya juga hanya menggantungkan

    hubungan sosial untuk membantu menjamin masa depannya.

    Bahwa konsep penyembuhan dalam menangani kecemasan seseorang

    dimasa depan yang terdapat di dalam al-Qur‟an yaitu dengan cara menguatkan

    keimanan, selalu ikhlas, dan selalu istiqomah dalam melakukan sesuatu.

  • 6

    Membenarkan suatu keyakinan bahwa barangsiapa yang ditimpa suatu penyakit,

    maka sesungguhnya ia mampu mengobati suatu penyakit itu kapan aja ia

    kehendaki dengan mencari suatu metode atau penyembuhan. Secara psikologi

    bahwa perbuatan mengingat Allah maka dalam alam kesadarnya akan

    berkembanglah kesadaranya bahwa ia tidak sendirian, karena ada Allah yang

    senantiasa mengetahui segala tindakan yang nyata dan tersembunyi atau

    kehadiran Tuhan yang dipercayai akan menolongnya dalam mengatasi segala

    kesukaran yang sedang dihadapinya, sehingga membangkitkan harapan, rasa

    percaya diri. 8

    Setiap individu mempunyai rencana dalam masa depannya. Dan harapan

    dari masa depan ini adalah tidak adanya masalah yang menghambat perjalanan

    hidupnya. Ketidakinginan akan adanya bahaya yang datang kepadanya membuat

    ia menvisualkan bayangan tersebut menjadi ketakutan dan kecemasan yang

    berlebihan akan masa depan yang belum tentu sesuai dengan apa yang individu

    tersebut bayangkan.

    Seorang muslim berkewajiban menimbang dan memperhitungkan segala

    segi sebelum ia melangkahkan kaki. Dalam al-Qur‟an surah al-Taubah ayat 50-

    51 telah dijelaskan:

    8Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islam,

    (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil, 2015), 182.

  • 7

    9

    “Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tetapi jika

    engkau ditimpa bencana, mereka (kaum munafik) berkata: "Sungguh, sejak

    semula kami telah berhati-hati (tidak pergi perang).” Dan mereka berpaling

    dengan perasaan gembira. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami

    melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami,

    dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

    Secara tersirat dari ayat peperangan tersebut menggambarkan ketakutan

    dan keraguan seseorang sebelum bertindak, bahkan ia mengharapkan hal

    tersebut tidak terjadi. Dengan pemaparan ayat selanjutnya bahwa seseorang

    harus menghadapi realita dengan keridaan takdir yang diberikan Allah.

    Menurut M. Quraish Shihab, al-Qur‟an dengan jelas memberikan

    perintah bertawakkal, bukannya menganjurkan agar seseorang tidak berusaha

    atau mengabaikan hukum-hukum sebab dan akibat. Al-Qur‟an hanya

    mengingkinkan agar umatnya hidup dalam realita, realita yang menunjukan

    bahwa tanpa usaha, tak mungkin tercapai harapan, dan tak ada gunanya berlarut

    dalam kesedihan jika realita tidak dapat diubah lagi.10

    9QS. At-Taubah: 50-51.

    10M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 618.

  • 8

    Menurut Sayyid Qutb ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu

    terjadi ini didasarkan pada sikap seseorang yang hanya melihat fenomena

    lahiriah saja, tidak mencurahkan segenap kemampunya dan enggan untuk

    maju.11

    Berdasarkan beberapa pemaparan beberapa mufasir diatas dapat

    memberikan sebuah gambaran bahwa seseorang harus hidup dengan kepasrahan

    bahwa segala sesuatu yang terjadi padanya di masa depan adalah mutlak

    kehendak Allah SWT. Maka dari itu, al-Qur‟an tidak hanya berisi ayat-ayat

    qauliyyah atau ayat-ayat yang menerangkan fikih saja, melainkan al-Qur‟an

    juga berisikan ayat-ayat kauniyyah yang menerangkan berbagai persoalan yang

    ada dalam kehidupan diantaranya tentang kejiwaan manusia. Oleh karena itu,

    pembahasan mengenai kauniyyah, khususnya masalah kejiwaan manusia sangat

    penting untuk dikaji. Sehingga penulis melakukan kajian ini dengan judul

    “Psikologi Kecemasan Dalam Al-Qur‟an (Tafsir Tematik Atas Ayat-Ayat

    Syifa Tentang Kecemasan)”.

    B. Rumusan Masalah

    Untuk mengetahui tentang gangguan kecemasan terhadap manusia, maka

    peneliti akan mengutarakan permasalahan pokok. Permasalahan terkait dengan

    mengatasi masalah kecemasan yang sedang dihadapi oleh manusia. Supaya

    penelitian ini terlaksanakan maka berikut pemaparan pokok yang dibuat berupa

    pertanyaan:

    11

    Sayyid Qutb, Tafsir fii Zilal al-Qur’an jilid 5.terj. As‟ad Yasin dkk. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 364.

  • 9

    1. Bagaimana makna dan hakikat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?

    2. Bagaimana dimensi dan tingkat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?

    3. Bagaimana mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an?

    C. Tujuan Penelitian

    Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

    penelitian ini, diantaranya:

    1. Untuk menjelaskan makna dan hakikat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.

    2. Untuk menjelaskan dimensi dan tingkat kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.

    3. Untuk menjelaskan cara mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an.

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan pada permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka

    tulisan ini diharapkan akan dapat memberikan beberapa kontribusi, yang secara

    khusus diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan mengenai ayat-ayat

    yang terdapat dalam al-Qur‟an sebagai terapai psikologis untuk mengatasi

    kecemasan. Secara teoritis mampu menambah dan memperkaya khazanah

    keilmuan tentang penyembuhan dalam al-Qur‟an.

    Penelitian ini secara umum diharapkan sebagai sumbangan intelektual

    bagi peminat dan pemerhati ayat-ayat syifa dalam al-Qur‟an terutama tentang

    mengatasi kecemasan dalam perspektif al-Qur‟an. Secara praktis langkah

    menghadapi kecemasan yaitu dengan terus berusaha dijalan Allah, selalu

  • 10

    istiqomah dalam kebaikan, sabar, dan selalu ikhlas. Agar manusia bisa menjalani

    hari-harinya dengan selalu bersyukur.

    E. Kerangka Teori

    Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan

    psikis manusia. Senyatanya, psikologi ini merupakan cabang pengetahuan yang

    masih muda. Sebab, psikologi dulu merupakan bagian yang tidak terpisahkan

    dari ilmu filsafat. Oleh karena itu diperlukan waktu berabad-abad lamanya untuk

    melepaskan psikologi dari pengaruh ilmu filsafat. Kemudian, kira-kira sekitar

    abad ke-7, psikologi dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam. Namun kemudian

    psikologi melepaskan diri dari cabang ilmu pengetahuan alam ini, hingga

    menjadi satu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan menjadi otonom.12

    Pada masa modern saat ini, setiap orang bersaing dengan ketat dan

    berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun seringkali

    mereka lupa untuk membedakan antara kebutuhan dengan keinginan. Manakala

    hidup tidak sesuai dengan kenyataan dan keinginan akan menimbulkan berbagai

    persoalan baru dalam hidupnya. Bagi sebagian orang merasa bersyukur dan

    berlapang dada atas apa yang mereka dapatkan. Namun tidak sedikit yang

    menjadi frustasi dimana hidupnya selalu dilingkupi kegelisahan dan

    kecemasan.13

    Berbicara mengenai masalah kecemasan bahwa, kecemasan merupakan

    ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi. Perasaan cemas muncul

    12

    Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Alumni, 1984), 1. 13

    Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa: Al-Qur’an sebagai Terapi Psikologi, (Salatiga: LP2M IAIN Salatiga, 2018), 2.

  • 11

    apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan merugikan dan

    mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya. Dengan

    demikian, rasa cemas sebenarnya suatu ketakutan yang diciptakan oleh diri

    sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu merasa khawatir dan takut terhadap

    sesuatu yang belum terjadi.

    Kecemasan yang dialami oleh manusia dapat menimbulkan efek yang

    sangat besar, yaitu mereka tidak mempunyai nilai-nilai moral dan agama dalam

    hidupnya. Mereka tahu bahwa mereka salah, namun mereka tidak mampu

    menghindar dari berbuat salah, dan ketika mereka tahu yang benar, akan tetapi

    tidak mampu berbuat benar. Inilah yang menyebabkan kecemasan dalam diri

    manusia yang perlu ditanami oleh ayat-ayat al-Qur‟an.

    Al-Qur‟an merupakan wahyu Allah yang diberikan oleh Rasul-Nya

    melalui malaikat Jibril as. Dan atas bimbingan-Nya pula Nabi dapat menjelaskan

    tafsir dan ta‟wilnya sebagai pesan-pesan yang tersurat maupun tersirat. Dengan

    bekal itulah para ahli waris, pengikut, sahabat, dapat memahami secara

    mendalam dan mengakar, dan pemahaman itu bukan datang dengan sendirinya,

    melainkan atas pertolongan, bimbingan, dan wahyu yang berasal dari-Nya.

    Maka dari itu, Al-Qur‟an merupakan petunjuk yang bila dipelajari akan

    membantu menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi

    penyelesaian berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan diamalkan akan

    menjadikan pikiran, rasa, dan karsa mengarah kepada realitas keimanan yang

    dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup pribadi dan masyarakat.

  • 12

    Fungsi al-Qur‟an bagi kehidupan manusia tidak hanya menjadi petunjuk,

    pertolongan dan sumber rujukan dari berbagai bidang ilmu. Al-Qur‟an juga

    menjadi obat bagi berbagai penyakit. Ada dua jenis penyakit yang bisa

    menyerang tubuh seseorang. Kedua penyakit tersebut yaitu penyakit mental

    (penyakit hati) dan penyakit fisik. Kedua penyakit ini saling mempengaruhi satu

    sama lain. Penyakit mental bisa mempengaruhi terhadap kesehatan tubuh

    seseorang. Sedangkan penyakit fisik yang diderita seseorang bisa menimbulkan

    gangguan mental. Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit tertentu,

    perasaanya tentu cemas, sedih, gelisah, dan takut penyakitnya tidak akan

    sembuh. Al-Qur‟an hadir untuk memberi solusi dalam masalah tersebut. Al-

    Qur‟an sebagai obat dalam menangani kecemasan dan kegelisahan.14

    Dengan psikologi dalam al-Qur‟an dapat menjelaskan tentang ilmu

    kejiwaan, baik mengenai macam-macam gejala, proses maupun latar belakang.

    Ilmu psikologi dalam Islam sangat berkaitan dengan alam kesadaran. Yang

    dimana manusia mengikari adanya Allah, serta seberapa keikutsertaan agama

    dalam pembahasan psikologi yang telah memasukkan unsur spiritual dalam

    daerah kajiannya. Islam juga memiliki konsep sendiri tentang psikologi yang

    dipahami melalui al-Qur‟an dan hadis.15

    14Ibid., 43. 15

    Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan lengkap dan praktis Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 17.

  • 13

    F. Kajian Pustaka

    Sesuai dengan judul proposal skripsi ini, ada beberapa literature dan hasil

    penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain sebagai bahan rujukan atau

    kerangka berpikir dalam penyusunan penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

    1. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fajrul Haq. 2016. UMS. Yang berjudul

    “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Pernikahan”

    menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas semakin rendah tingkat

    kecemasan dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas maka

    semakin tinggi tingkat kecemasan. Meskipun koefisien determinan (r2) hanya

    sebesar 0,159 dan masih ada variable lain yang mempengaruhi kecemasan

    namun, religiusitas telah menyumbang efektif sebesar 15,9%.

    2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arifa Nadira dan Miranda Diponegoro

    Zarfiel, UI yang berjudul “Hubungan Antara Penerimaan Diri Dan Kecemasan

    Menghadapi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

    Indonesia” menemukan bahwa kecemasan menghadapi masa depan disebabkan

    karena kurangnya seseorang menerima diri sendiri. Namun, variable penerimaan

    diri tersebut tidak menyumbang 100% pada variable kecemasan. Jadi, variable

    kecemasan tidak hanya dipengaruhi oleh variable penerimaan diri saja. Namun,

    dipengaruhi oleh beberapa variable yang lain.

    3. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Indrayani, Yanuar. 2010. Universitas

    Negeri Malang. Yang berjudul “Hubungan Religiusitas, Kematangan Emosi,

    dan Kecemasan terhadap Masa Depan pada Dewasa Awal” menunjukkan

  • 14

    bahwa seseorang yang memiliki religiusitas sangat tinggi dan kematangan emosi

    tinggi, kecemasannya terhadap masa depan rendah.

    Dari beberapa penilitian yang dipaparkan diatas, tingkat kecemasan

    menghadapi masa depan dimulai dari kecemasan ringan hingga berat, maka

    penelitian diatas terdapat perbedaan dengan peneliti dalam penulisan skripsi.

    Perbedaanya bahwa telaah diatas hanya menjelaskan gambaran umum tentang

    tingkat kecemasan terhadap masa depan. Sedangkan peneliti mengkaji secara

    spesifik tentang bagaimana cara mengatasi kecemasan atau terapi psikologis

    dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai penawarnya, dan apabila

    penelitian ini agar lebih mendukung maka dapat menyajikan tafsir al-Qur‟an

    dengan berbagai varian yang berbeda.

    G. Metodologi Penelitian

    Sebagai langkah awal dalam melakukan penelitian tentang gangguan

    kecemasan dalam al-Qur‟an, dibutuhkan penelitian yang komprehensif sehingga

    nantinya akan menghasilkan sebuah penelitian yang maksimal. Untuk mencapai

    hal tersebut dapat dilakukan beberapa metode berikut ini:

    1. Jenis dan model penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu

    penelitian yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data

    penelitiannya. Sumber-sumber data penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan

    tertulis berupa literatur bahasa yang baik.

  • 15

    Penelitian ini menjadikan al-Qur‟an sebagai objek kajian, sehingga

    sumber rujukan utama dan pertamanya adalah mushaf al-Qur‟an, dengan fokus

    pada ayat-ayat yang berbicara tentang kecemasan. Sumber lain yang digunakan

    dalam kajian ini adalah kitab-kitab tafsir yang penulis anggap relevan. Sebagai

    dasar-dasar teoritik serta menganalisis maka akan mengkaji, memaparkan,

    memilah, memilih, dan menjelaskan makna tersirat dalam ayat-ayat al-Qur‟an

    yang dikutip, penulis perlu melihat buku-buku yang ditulis para pakar dalam hal

    yang ada relevansinya dengan tinjauan kecemasan secara psikologi.

    Secara metodologis, mengingat objek dalam kajian ini adalah ayat-ayat

    al-Qur‟an, maka pendekatan yang digunakan di dalamnya adalah ilmu tafsir.

    Dalam ilmu tafsir terdapat beberapa metode penafsiran terhadap ayat-ayat al-

    Qur‟an, yaitu tahlili, ijmali, maudhu’i, dan muqaran. Dari keempat metode tafsir

    ini, yang lebih sesuai untuk digunakan dalam kajian ini adalah metode tafsir

    maudhu’i. Tafsir maudhu’i adalah sebuah metode penafsiran dengan cara

    mencari jawaban langsung dari al-Qur‟an tentang sebuah persoalan (tema)

    dengan jalan menginventarisasi semua ayat yang terkait, kemudian

    menganalisisnya melalui ilmu-ilmu bantu yang memuat teori-teori yang relevan

    dengan tema yang dibahas. Dalam hal ini psikologi melahirkan konsep yang

    utuh dari al-Qur‟an tentang tema tersebut. Dengan demikian, metode tematis

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah bercorak psikologis. Selanjutnya,

    dengan dasar analisis secara holistik dan komprehensif tersebut, penulis akan

  • 16

    membuat kesimpulan (pesan moral) dari ayat-ayat Al-Qur‟an yang dikaji

    melalui pendekatan deduktif (istinbath).16

    2. Sumber data

    Sumber data primer yang diambil yaitu ayat-ayat al-Qur‟an tentang

    masalah kecemasan, penawar atau obat dalam menghadapi kecemasan, yaitu

    Ketakutan, surat al-Ahzab ayat 19, at-Taubah ayat 50-51, dan al-Luqman ayat

    34. Kesedihan, surat Yunus ayat 65, al-A‟raf: 35, dan Yusuf ayat 86.

    Kesempitan jiwa, surat an-Nahl ayat 127, Yunus ayat 57, dan Thaha ayat 124.

    Kegelisahan, surat al-Ma‟arij ayat 19-21, al-Ankabut ayat 10, dan at-Taghabun

    ayat 2. Al-Isra‟ ayat 82 menjelaskan suatu penawar bagi permasalahan manusia,

    surat Ali-Imran ayat 41 dan Ar-Ra‟du ayat 28 yang menjelaskan tentang selalu

    mengingat allah (dzikir), dan Al-Baqarah ayat 274 menjelaskan tentang

    bersedekah terhadap orang yang membutuhkan. Serta ayat-ayat sebagai terapi

    psikologi yaitu ayat At-Taubah ayat 51, Al-Baqarah ayat 38, Al-Ahqaf ayat 13-

    14, Al-Baqarah ayat 112 dan 277.

    Selanjutnya sumber data sekunder yaitu sumber pendukung yang

    dijadikan rujukan dalam penelitian. Sumber data skunder diambil dari buku-

    buku mengenai psikologi dan karya karya ulama lain dari abad modern hingga

    kontemporer, meskipun pada dasarnya tidak membahas mengenai tema tersebut

    akan tetapi mempunyai andil dan kontribusi dalam melancarkan penelitian ini.

    3. Teknik pengumpulan data

    16

    Depatermen Agama RI, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lembaga Percetakan Al-Qur‟an Departemen Agama, 2009), 70.

  • 17

    Teknik dalam mengumpulkan data penelitian ini dengan mecari data

    yang terkait hal-hal yang mencakup semua yang akan diteliti baik dari buku,

    tafsir, catatan, atau sebagainya. Sehingga memperoleh data-data yang akan di

    rangkai penulisannya yang telah dipersiapkan sebelumnya.

    4. Teknis analisis data

    Semua data yang terkumpul akan di analisis sesuai dengan sub bahasan

    masing-masing. Selanjutnya akan dilakukan telaah mendalam yang memuat

    objek penelitian yang meliputi, analisis isi yaitu suatu teknik sistematik untuk

    menganalisis isi pesan dan mengelolanya dengan tujuan menangkap pesan yang

    tersirat dari satu atau beberapa pernyataan. Dalam hal ini, penafsiran ayat-ayat

    syifa yang berhubungan dengan mengatasi gangguan kecemasan oleh beberapa

    mufasir modern-kontemporer dianalisis dengan menggunakan kaidah-kaidah

    tafsir yang berlaku, dan juga dengan dikaitkan dengan ilmu-ilmu psikologi.

    Setelah melakukan pengolahan data dengan menggunakan metode

    analisis isi (content analysis), maka langkah selanjutnya adalah melakukan

    analisis data dengan menggunakan penyajian secara deskriptif-analitis. Langkah

    yang dimaksud adalah dengan menjelaskan konsep terapi kecemasan dalam al-

    Qur‟an untuk mengatasi gangguan kecemasan serta penanggulannya.

    Langkah-langkah tafsir tematik yaitu dengan cara mempelajari masalah

    kecemasan yang dihadapi manusia, mengidentifikasi ayat-ayat yang berkaitan

    dengan kecemasan, memahami isi kandungan ayat tersebut dengan melihat

    dalam kitab tafsir atau buku-buku pengetahuan lainnya, dan menganalisis dan

    menyimpulkan masalah yang sedang dibahas.

  • 18

    H. Sistematika Penulisan

    Sistematika pembahasan disusun guna memudahkan dan memberikan

    kerangka sederhana keseluruhan isi dari penelitian ini, sehingga alurnya jelas,

    tidak melebar dan sistematis. Adapun susunan sistematika pembahasannya

    adalah sebagai berikut.

    Bab I, berisikan pendahuluan, yang merupakan gambaran secara umum

    dari keseluruhan pembahasan skripsi, meliputi: latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, telaah

    pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

    Bab II, menguraikan landasan teori yang memuat teori mengenai

    gambaran umum tentang permasalahan yang diangkat. Dalam bab ini berisi

    pengertian kecemasan dalam istilah psikologi dan term kecemasan dalam al-

    Qur‟an.

    Bab III, berisi tentang data-data terkait pembahasan yang akan diteliti,

    yaitu berupa deskripsi umum tentang ayat-ayat syifa yang berkenaan dengan

    kecemasan, makna dan hakikat kecemasan, dan dimensi serta tingkat kecemasan

    dalam al-Qur‟an.

    Bab IV, berisi mengenai terapi kecemasan dalam al-Qur‟an. Bab ini

    menerangkan cara agar dapat menangani masalah kecemasan.

    Bab V, berisikan penutup yang merupakan ringkasan dari seluruh skripsi

    ini, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

  • 19

    BAB II

    LANDASAN TEORI TENTANG KECEMASAN

    A. Kecemasan Dalam Persepektif Psikologi

    1. Definisi Kecemasan

    Kecemasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan gelisah,

    tidak tentramnya hati karena khawatir, takut. Sedangkan kecemasan merupakan

    perihal dari cemas itu sendiri.17

    Dalam ilmu Psikologi kecemasan lebih dikenal

    dengan anxiety, yakni memiliki pengertian kegelisahan, kecemasan,

    kekhawatiran, secara istilah kecemasan merupakan kekhawatiran yang kurang

    jelas atau tidak mendasar.18

    Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang kronis

    dan kompleks dengan keterprangkapan dan rasa takut sebagai unsurnya yang

    paling menonjol, khusus pada berbagai gangguan saraf dan mental.

    Kecemasan adalah ketakutan terhadap hal-hal yang belum tentu terjadi.

    Perasaan cemas muncul apabila seseorang berada dalam keadaan diduga akan

    merugikan dan mengancam dirinya, serta merasa tidak mampu menghadapinya

    dimasa yang akan datang. Dengan demikian, rasa cemas sebenarnya suatu

    ketakutan yang diciptakan oleh diri sendiri, yang dapat ditandai dengan selalu

    merasa khawatir dan takut terhadap sesuatu yang belum terjadi.19

    Menurut Kartini Kartono kecemasan merupakan semacam kegelisahan,

    kekhawatiran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang menyebar

    17

    KBBI, 204. 18

    Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: Pionir Jaya, 1987), 24. 19

    Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi..., 156.

  • 20

    atau baur, dan mempunyai ciri yang melekat pada seseorang.20

    Gangguan ini

    sering dialami orang secara samar-samar atau setengah sadar, dan tampil sebagai

    gejala nervousitas, kegelisahan dan kebimbangan. Lebih lanjut kecemasan dapat

    memprodusir macam-macam penyakit jasmani. Hal ini disebabkan karena sistem

    syaraf dan sistem fisik gagal memperingan, serta gagal mencernakan kecemasan

    konflik tersebut.21

    Menurut Syamsu Yusuf (2009:43) mengemukakan anxiety (cemas)

    merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan

    kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan

    dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Sarlito Wirawan Sarwono

    (2012:251) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan takut yang tidak jelas

    objeknya dan tidak jelas pula alasannya. Definisi yang paling menekankan

    mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005:163)

    yaitu Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri

    keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan

    perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Senada dengan

    pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006:144) memaparkan bahwa Anxietas

    atau kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang

    berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.22

    Freud membedakan antara cemas dan kecemasan, menurutnya cemas

    adalah suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga tidak

    20

    Kartini Kartono, Patologi Sosial 3; Gangguan-Gangguan Kejiwaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 140.

    21 Ibid, 24.

    22 Dona Fitri Annisa dan Ifdil, “Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia)”,

    Jurnal Konselor, Vol. 5, No. 2, (Oktober 2019), 94.

  • 21

    berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai dengan

    seharusnya. Sedangkan kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,

    dimana seorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak

    jelas asal maupun wujudnya.23

    Kecemasan merupakan salah satu penyebab ketegangan dalam diri

    manusia yang dapat berakibat pada kekacauan hormonal dan berpengaruh kuat

    pada keseluruhan sistem kerja tubuh. Banyak tanda-tanda yang sering terjadi

    terhadap orang yang mengalami kecemasan seperti tremor, keringat dingin,

    pucat dan tegang. Kecemasan pada umumnya terjadi pada saat menjelang suatu

    peristiwa yang sangat tak diharapkan diduga keras akan terwujud. Bagi orang

    yang ingin membebaskan dirinya dari belenggu kecemasan dengan selalu

    bertawakal kepada Allah dalam segala urusan dan menerima apapun yang terjadi

    setelah ia berupaya optimal.24

    Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan

    kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan.

    Kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung

    berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut, atau tidak tenang dan tidak dapat

    duduk diam, dll. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada

    masing-masing orang. Kaplan, Sadock, dan Grebb, menyebutkan bahwa takut

    dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya

    suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,

    berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.

    23

    Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (Bandung: Refika Aditama, 2005), 67.

    24Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Kesehatan dalam..., 308.

  • 22

    Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas,

    atau menyebabkan konflik pada individu.25

    Teori-teori tentang rasa cemas banyak dikembangkan karena dalam

    pandangan psikologi rasa cemas dianggap sebagai penyebab utama dari berbagai

    gangguan kejiwaan. Kecemasan-kecemasan yang sifatnya serius, kronis dan

    berkesinambungan bisa menyebabkan kerusakan pada fungsi-fungsi fisik. Dan

    gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intesitas, durasi,

    serta dampaknya bagi individu.

    2. Jenis-Jenis Kecemasan

    Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan

    perasaan atau tekanan jiwa yang amat sangat. Biasanya menyebabkan dua

    macam akibat yaitu kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi

    secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi, atau gagal mengetahui lebih

    dahulu bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi.26

    Menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan kecemasan

    dalam tiga jenis, yaitu:

    a. Kecemasan Neurosis

    Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak

    diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan nalurinya.

    Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri,

    25 Fitri Fausiah dan Julianty Widuri, Psikologi Abnormal; Klinik Dewasa, (Jakarta: UI-Press,

    2005), 74 26

    Savitri Ramaiah, Bagaimana Mengatasi Penyebab Kecemasan, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 9.

  • 23

    namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting

    dipuaskan.

    b. Kecemasan Moral

    Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan

    ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka

    yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa takut terhadap

    suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau

    sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan

    dapat dihukum kembali.

    c. Kecemasan Realistik

    Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan

    tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan

    realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya nyata yang berasal

    dari dunia luar.27

    Dari ketiga macam kecemasan tersebut sebenarnya tidak ada perbedaan

    dari segi jenisnya. Semuanya mempunyai satu sifat yang sama, yaitu tidak

    menyenangkan dari seseorang yang mengalaminya. Dan kecemasan yang

    berbahaya yaitu kecemasan neurosis karena sering muncul tiba-tiba tanpa

    diketahui penyebabnya. Sehingga cukup sulit untuk mengatasi tipe tersebut.

    Sedangkan Kartini Kartono membagi kecemasan menjadi dua jenis

    kecemasan, yaitu:

    a. Kecemasan Ringan

    27

    Dona Fitri Annisa Dan Ifdil, “Konsep..., 95.

  • 24

    Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan

    ringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian

    seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang

    individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah

    suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang

    mengancam dan individu tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul

    kecemasan. Kecemasan ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-

    hati dalam menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Kecemasan

    ringan yang lama adalah kecemasan yang dapat diatasi tetapi karena individu

    tersebut tidak segera mengatasi penyebab munculnya kecemasan, maka

    kecemasan tersebut akan mengendap lama dalam diri individu.

    b. Kecemasan Berat

    Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara

    mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan

    semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini

    mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian

    seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang

    sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat

    menimbulkan traumatis pada individu jika menghadapi situasi yang sama

    dengan situasi penyebab munculnya kecemasan. Sedangakan kecemasan yang

    berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan

    berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi

    individu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam

  • 25

    penyakit seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh,

    gempar).28

    3. Tanda-Tanda Kecemasan

    Ada berbagai gejala kecemasan yang menahun. Gejala-gejala ini yang

    paling lazim yaitu:

    a. Kejengkelan umum: rasa gugup, jengkel, tegang, dan rasa panik. Rasa cemas

    berkepanjangan bahwa suatu bencana yang tidak jelas segera menyerang,

    menyebabkan tidak dapat tidur dan selama siang hari mudah merasa lelah.

    b. Sakit kepala: ketegangan otot, khususnya di kepala, di daerah tengkuk di

    tulang punggung, mungkin menyebabkan sakit kepala atau rasa tidak enak

    atau denyut-denyut kesakitan. Rasa sakitnya mungkin terdapat dibelakang

    kepala, diatasnya, atau disebelah depan.

    c. Gemeteran: sekujur tubuh gemeteran, khususnya dilengan dan tangan.

    d. Aktivitas sistem otonomik yang meningkat: fungsi-fungsi tubuh seperti

    pernafasan, pencernaan makanan, denyut jantung, dan sebagainya dinamakan

    “Fungsi Otonomik” karena berfungsi secara mandiri, tanpa pengaruh dari

    luar. Kecemasan dapat meningkatkan aktivitas sistem otonomik ini dan

    karena itu menyebabkan keringat bercucuran (khususnya ditelapak tangan),

    serta memanas dan memerahnya wajah. Kadang-kadang mulut makin menjadi

    kering atau air liur makin banyak dimulut.

    28 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 45.

  • 26

    Meningkatnya kegiatan otonomik juga menyebabkan gangguan dalam

    sistem pencernaan makanan. “Rasa mual di dalam perut” sangat lazim timbul.

    Gejala-gejala lain mencakup rasa terbakar didalam dada atau diperut, rasa penuh

    didalam perut, sering diiringi sendawa, gangguan diperut, dan makin sering

    buang air kecil.

    Penting untuk diingat bahwa pemulihan kemajuan dalam gangguan

    kecemasan pada umumnya berbeda dari orang ke orang. Ada penderita yang

    sembuh setelah mendapatkan pengobatan jangka-pendek, sementara yang lain

    tetap menunjukkan gejala-gejala dan ketidakmampuan menjalani kehidupan

    normal pada tingkat kegawatan yang berbeda-beda. Kecemasan yang menahun

    dalam diri orang muda dewasa sering cenderung menjadi kurang berat dengan

    bertambahnya usia. Khususnya jika mencapai sukses dan kestabilan dalam

    kehidupan profesi dan juga kehidupan pribadi.29

    4. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan

    Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

    besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa

    atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

    Menurut Savitri Ramaiah ada beberapa faktor yang menunjukkan kecemasan,

    diantaranya yaitu:

    a. Lingkungan

    29

    Savitri Ramaiah, Bagaimana..., 29.

  • 27

    Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

    individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena

    adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga,

    sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak

    aman terhadap lingkungannya.

    b. Emosi yang ditekan

    Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan

    keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika

    dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

    c. Sebab-sebab fisik

    Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan menyebabkan

    timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan,

    semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-

    kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat

    menyebabkan timbulnya kecemasan.30

    Zakiah Daradjad mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan

    yaitu:

    a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam

    dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya

    terlihat jelas didalam pikiran.

    b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang

    berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula

    30 Ibid, 11.

  • 28

    menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam

    bentuk yang umum.

    c. Rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

    Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan

    dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang

    mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.31

    Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu,

    keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan

    keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

    Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri

    kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat

    secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Ada beberapa gangguan

    kecemasan, yaitu:

    a. Gangguan Panik

    Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik (panic

    attack) yang spontan dan tidak terduga. Sedangkan pengertian serangan panik

    sendiri adalah kecemasan atau ketakutan yang sangat intens dalam waktu yang

    relatif singkat (biasanya kurang dari 1 jam), dan disertai dengan simtom somatic

    seperti berkeringat dingin, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa

    sakit didada, dan gemeteran. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan

    panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda

    datangnya kematian atau kecacatan.

    31 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1983), 28

  • 29

    b. Gangguan Fobia

    Kata fobia berasal dari bahasa Yunani phobos, berarti takut. Konsep

    takut dan cemas bertautan erat. Takut adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai

    respons terhadap suatu ancaman. Fobia dapat digolongkan menjadi dua jenis,

    yaitu fobia spesifik dan fobia sosial. Fobia spesifik merupakan suatu ketakutan

    yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau

    situasi yang spesifik. Sedangkan fobia sosial merupakan suatu ketakutan yang

    tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain.

    Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang

    membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda

    kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.

    c. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

    Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang

    berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang

    menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada

    penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.32

    B. Term Kecemasan dalam al-Qur‟an

    Al-Qur‟an telah menggambarkan berbagai tingkatan kecemasan berbagai

    gejala fisik dalam tubuh yang menyertainya. Sampai saat ini, berbagai buku

    psikologi yang ada belum dapat menambah sedikit pun gambaran di luar yang

    dipaparkan al-Qur‟an tersebut, kecuali sekedar memberikan beberapa perincian

    32 Fitri Fausiah dan Julianty Widuri, Psikologi...,77.

  • 30

    saja. Istilah kecemasan sendiri merupakan konsep yang sangat sukar dalam

    psikologi karena dinilai rumit dan sangat banyak menyangkutkan konsep dari

    pada bukti nyata. Didalamnya tersangkut dinamika yang bervariasi, tetapi jelas

    sangat besar peranannya dalam membangun gangguan-gangguan tertentu.33

    Didalam al-Qur‟an ada beberapa term yang menyinggung beberapa pembahasan

    mengenai kecemasan, diantaranya yaitu:

    1. Khauf (Ketakutan)

    Kata khauf berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari tiga huruf, yaitu خ و ف

    yang berarti menunjukkan gentar dan terkejut. Khauf artinya perasaan takut yang

    muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu.

    Secara bahasa yaitu rasa khawatir atau takut terhadap sesuatu di masa depan

    yang belum diketahui dengan pasti dan dianggap membawa suatu bahaya atau

    keburukan.34

    Khauf merupakan suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah

    karena kurang sempurnanya suatu pengabdian seorang hamba. Menurut Quraish

    Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan, khuf adalah keguncangan hati

    karena menduga akan adanya bahaya. Kata khauf digunakan untuk menandakan

    adanya perasaan tentang bahaya yang dapat mengancam, sehingga yang

    bersangkutan mencari cara atau jalan keluar untuk menghindari atau

    mengatasinya.35

    Khauf merupakan tingkatan paling rendah, sedangkan tingkatan

    33

    Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar...,68. 34 Mei Dwi Jayanti, Pengaruh Khauf Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa Tasawuf Dan

    Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Dan Humaniora UIN Walisongo Semarang, (Semarang: Skripsi UIN

    Walisongo Semarang, 2015), 11. 35 Dolizal Putra, Khauf, Khasyyah Dan Taqwa Dalam Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad

    Quraish Shihab, (Yogyakarta: Thesis UIN Sunan Kalijaga, 2017), 2.

  • 31

    yang lebih tinggi lagi disebut khasyyah, yaitu takutnya orang-orang khusus yang

    disertai dengan ma‟rifatullah, seperti nabi dan para ulama.36

    Takut kepada Allah adalah penting dalam kehidupan seorang mukmin.

    Sebab rasa takut itu mendorongnya untuk bertawaqal kepada Allah dan mencari

    ridha-Nya, serta melaksanakan perintah-Nya. Rasa takut kepada Allah

    dipandang sebagai salah satu tiang penyangga iman kepada-Nya dan merupakan

    landasan penting dalam pembentukan kepribadian seorang mukmin.

    2. Yahzan (Sedih)

    Ḥazn terambil dari kata ح ز ن yang artinya sedih, lawan bahagia, kesulitan,

    sengsara. Sedih merupakan lawan dari kemudahan, atau dapat juga diartikan

    dengan kurangnya kebahagiaan dan kesenangan. Sedih adalah kondisi hati tidak

    tenang berkaitan dengan masa lampau. Kerasnya kehidupan dan kerasnya hati

    seseoranglah yang menjadikannya kegelisahan, kesengsaran dan duka.

    Sedih berbeda dengan takut. Jika takut adalah kegoncangan hati yang

    menyangkut sesuatu yang negatif dimasa yang akan datang, dan sedih

    merupakan kegelisahan menyangkut sesuatu negatif yang pernah terjadi. Dalam

    firman Allah surat al-Baqarah ayat 38:

    36 Ibid, 120.

  • 32

    “Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-

    benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-

    Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”

    Setiap manusia tidak akan luput dari kesedihan, maka Allah memberi

    petunjuk bahwa apabila datanglah tugas kepada kalian, maka barang siapa yang

    menaati perintah-Nya dan mengikuti petunjuk-Nya, tidak akan merasa takut dan

    tidak akan tertimpa kesedihan akibat hilangnya pahala. Sebab, Allah tidak akan

    menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.

    3. Dhaiq (Kesempitan Jiwa)

    Dhaiq terambil dari kata ض ي ق, yang memiliki arti sempit, ragu dalam hati.

    Kesempitan jiwa yang dimaksudkan disini adalah perasaan gunda gulana atau

    keraguan yang ada dalam hati seorang manusia. Allah berfirman dalam surah an-

    Nahl ayat 127:

    “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan

    pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran)

    mereka dan jangan (pula)bersempit dada terhadap tipu daya mereka

    rencanakan.”

    Ayat diatas menjelaskan bahwa kita harus selalu bersabar atau berlapang

    dada jika kita mendapatkan musibah, dan kita tidak boleh bersempit hati jika

  • 33

    mendapatkan musibah berturut-turut. Karena jika kita terus bersabar maka Allah

    akan menaikan derajat kita sebagai manusia yang bertakwa.

    4. Halu’a (Gelisah)

    Dalam bahasa Arab kegelisahan dikenal dengan istilah Al-hulu’. Al-hulu’

    berasal dari kata kerja halu’a, yahlu’u, hala’an yang artinya gelisah atau keluh

    kesah. Gelisah disini bukan sekedar gelisah biasa namun perasaan gelisah yang

    teramat dalam. Al Zamakhasyari menafsirkan Al-hulu‟ sebagai sifat cepat

    gelisah dan berkeluh kesah ketika ditimpa kesusahan dan sifat bakhil ketika

    mendapatkan kebaikan. Dalam KBBI, gelisah adalah suasana hati yang tidak

    tentram, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Dengan

    demikian kegelisahan diartikan sebagai perasaan gelisah, kekhawatiran, dan

    kecemasan.37

    Halu‟a diartikan juga sebagai hirsh (kikir) dan ja’a (lapar), yang diartikan

    ragu-ragu, cemas, resah, kurang sabar, dan berkeinginan meluap-luap semacam

    rakus. Menurut Quraish Shihab keinginan meluap inilah yang menjadikan

    manusia goyah dan bimbang ketika ia disentuh oleh keburukan dan enggan

    memberi kebaikan itu ketika ia memperolehnya serta mengutamakan dirinya

    sendiri atas orang lain, kecuali bila ia menilai bahwa memberinya mengundang

    kedatangan kebaikan dan manfaat yang lebih besar buat dirinya. Dengan

    demikian, keluh kesah ketika disentuh keburukan dan kikir ketika meraih

    kebaikan dan rezeki merupakan akibat dari penciptanya menyandang sifat hala‟,

    yakni gelisah dan berkeinginan meluap.38

    37 Ahmad Faidi, Ayat-Ayat Syifa..., 2. 38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 14, 319.

  • 34

    BAB III

    MAKNA KECEMASAN DALAM AL-QUR‟AN DAN TINGKATANNYA

    A. Istilah Kecemasan dalam al-Qur‟an

    Dalam al-Qur‟an kecemasan selalu berkaitan dengan ketakutan ( , خلوف)

    kesedihan (حلزن ), kesempitan jiwa ( اضي ), dan kegelisahan ( وعا هلل ).

    1. Ketakutan ( yaitu terdapat dalam surat al-Ahzab ayat 19, at-Taubah , خلوف)

    ayat 50-51, dan al-Luqman ayat 34.

    2. Kesedihan (حلزن ), yaitu terdapat dalam surat Yunus ayat 65, al-A‟raf: 35,

    dan Yusuf ayat 86.

    3. Kesempitan jiwa ( اضي ), yaitu terdapat dalam surat an-Nahl ayat 127, Yunus

    ayat 57, dan Thaha ayat 124.

    4. Kegelisahan ( وعا هلل ), yaitu terdapat dalam surat al-Ma‟arij ayat 19-21, al-

    Ankabut ayat 10, dan at-Taghabun ayat 2.

    B. Makna dan Hakikat Kecemasan dalam al-Qur‟an

    Kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan

    keprihatinan mengenai masa-masa yang akan datang tanpa sebab khusus untuk

    ketakutan tersebut. Kecemasan pada sesuatu yang baru adalah hal yang wajar,

  • 35

    namun apabila kecemasan ini hinggap cukup lama pada manusia, maka akan

    menyebabkan suatu gangguan kejiwaan atau biasa dikenal dengan

    keabnormalan. Kecemasan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan

    untuk merasa bahagia. Dalam al-Qur‟an kecemasan digambarkan dengan

    kalimat khauf, yakni kondisi hati tidak tenang terkait dengan perkara di masa

    depan. Hal ini disebabkan karena adanya keraguan yang ada didalam hati

    (dhaiq), maka timbul sifat gelisah (halu‟a), yang akhirnya menjadikan seseorang

    merasa selalu sedih atau susah (Ḥazn). Kecemasan dapat berupa sifat normal

    biasa dan bisa menjadi penyakit apabila kecemasan terjadi sehari-hari. Maka

    dibawah ini adalah rinci mengenai kecemasan dalam al-Qur‟an.

    1. Ketakutan

    Ketakutan sama halnya dengan cemas terhadap masa depan, karena

    kehidupan dimasa depan sangat berpengaruh terhadap semua orang, seseorang

    akan merasa khawatir atau takut apabila masa depannya tidak sesuai dengan

    harapannya. Misalnya, ketakutan dari diri sendiri yang tidak percaya diri atas

    kemampuannya, yaitu takut menjadi pengangguran setelah lulus, atau takut

    menjadi miskin. Ketakutan dari luar juga sangat berpengaruh, yaitu tekanan dari

    keluarga, teman, dan masyarakat. Hal ini sering disinggung dalam al-Qur‟an

    mengenai kekhawatiran atau ketakutan terhadap sesuatu yang belum terjadi.

    Seperti gambaran ketika terjadi perang Ahzab yang menyebabkan umat muslim

    menderita, karena kalahnya jumlah menyebabkan mereka terkepung. Ditambah

    suasana ketakutan dan kepanikan yang tiba-tiba terjadi badai topan yang sangat

  • 36

    dahsyat, yang menyebabkan pimpinan musuh yaitu Abu Sufyan menyuruh

    mengundurkan diri dan kembali ke Mekkah.39

    Dalam firman Allah:

    ...

    40

    “ ...Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang

    kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena

    akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan

    lidah yang tajam, sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak

    beriman, maka Allah menghapus Amalannya. Dan yang demikian itu mudah

    baginya.”

    Ayat diatas menjelaskan bahwa perang Ahzab menjadi kemenangan umat

    Islam sebab Allah telah mengirim malaikat dan angin kencang sebagai

    bantuannya. Selain itu dijelaskan pula tentang pengkhianatan orang munafik

    yang mengahasut orang Islam untuk meninggalkan peperangan. Karena

    ketakutan maka orang-orang munafik mengira bahwa musuh masih berada di

    medan perang, namun mereka tidak tahu saja bahwa sebenarnya musuh telah lari

    berserakan dan kembali ke negeri mereka masing-masing. Hal ini menunjukkan

    39 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid 7, 635. 40 QS. Al-Ahzab: 19.

  • 37

    bahwa orang-orang munafik adalah orang-orang pengecut dan tidak beriman

    karena takut untuk perang.

    Pada ayat diatas, Allah menyebutkan sifat orang-orang yang menghindar

    diri ikut berperang bersama Nabi Saw, karena ketakutan dan khawatir. Saat

    musuh-musuh telah menyerang dan orang-orang yang beriman telah siap

    bertempur dengan gagah dan berani menolak serangan musuh. Mereka menoleh

    ke kanan dan ke kiri karena ketakutan, mencari jalan keluar untuk melarikan diri

    dari peperangan untuk menghindari kematian. Namun apabila pertempuran telah

    usai dan mereka merasa telah aman, mereka bersifat sombong dan membangga-

    banggakan jasa dan keberanian dalam medan pertempuran padahal semua itu

    omong kosong belaka yang menyakiti hati. Seakan-akan merekalah orang-orang

    yang berperang mati-matian sampai kemenangan tercapai, padahal semua yang

    mereka katakan itu adalah dusta belaka.41

    Dalam tafsir munir karya Wahbah Zuhaili bahwa orang-orang yang

    seperti itu mempunyai sifat bakhil dalam diri kaum muslim.42

    Orang-orang yang

    bersifat seperti itu adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan

    Rasul-Nya, tidak beramal dengan tulus, tidak ikhlas, dan tidak mau berkorban

    sedikitpun.43

    Menurut Tantawi Jauhari menjelaskan bahwa kaum munafik

    mengalami ketakutan tersebut hingga mereka melihat kematian begitu dekat

    dengan kedua matanya, sehingga mereka hilang akal karena pingsan.44

    Berbeda

    dengan pandangan Hamka, menurutnya mereka adalah kaum baru yang

    41 Ibid, 637. 42 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, Jilid 11 (Damaskus: Dar al-Fikr, 2009), 296. 43 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 11, 240. 44 Tantawi Jauhari, Al Jawahir Fi Tafsir Al-Qur‟an Karim, Juz 16, (Mesir: Mushtafa al-Babi al-

    Halabi, 1351 H), 20

  • 38

    mendengar peperangan sudah ketakutan, sebab orang-orang tersebut mempunyai

    jiwa yang kerdil, pribadi yang sangat kecil, dan tidak mempunyai nilai diri sama

    sekali.45

    Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish shihab menjelaskan bahwa ayat

    tersebut menunjukkan fakta ilmiah yang belum ditemukan pada saat

    diturunkannya al-Qur‟an. Yaitu bahwa bola mata orang yang sedang dalam

    keadaan ketakutan akan berputa-putar. Kalau ditinjau lebih cermat, akan didapati

    bahwa perasaan takut yang mendalam akan dapat menghilangkan kesadaran dan

    merusak jaringan pusat urat saraf bawah sadar dibagian otak. Oleh karena itu,

    kondisi orang yang ketakutan berlebih mirip dengan orang yang sedang

    menghadapi sakaratul maut.46

    Ketakutan terhadap hal-hal yang belum terjadi

    didasarkan terhadap sikap seseorang yang hanya melihat fenomena lahiriah saja,

    tidak mencurahkan segenap kemampuannya dan enggan untuk maju.

    Sebagaimana dalam firman-Nya:

    45 Abdul Malik Karim Amrullah, Tafsir al-Azhar, juz 21 (Jakarta: Pustaka Panjimas,

    1983), 218. 46 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., 240

  • 39

    47

    “Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tetapi jika

    engkau ditimpa bencana, mereka (kaum munafik) berkata: "Sungguh, sejak

    semula kami telah berhati-hati (tidak pergi perang).” Dan mereka berpaling

    dengan perasaan gembira. Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami

    melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami,

    dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

    Tahir Ibn „Ashur menghubungan ayat ini dengan uraian tentang mereka

    yang selalu bimbang dan ragu dengan hasil peperangan yang dihadapi Nabi

    Muhammad Saw dengan kaum muslim, yaitu dengan Surat At-Taubah: 45.

    “Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu (Muhammad), hanyalah

    orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati

    mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan.”

    Ayat peperangan tersebut menggambarkan ketakutan dan keraguan

    seseorang sebelum bertindak, bahkan ia mengharapkan hal tersebut tidak

    terjadi, dalam arti bahwa kebimbangan mereka itu disebabkan karena mereka

    takut jangan sampai kaum muslimin menang dalam peperangan. Dengan

    47 QS. At-Taubah: 50-51.

  • 40

    pemaparan ayat selanjutnya bahwa seseorang harus menghadapi realita dengan

    keridaan takdir yang diberikan Allah.48

    Dari sini jelas bahwa al-Qur‟an dengan perintah bertawakal, bukan

    khawatir dengan apa yang belum dikerjakan. Al-Qur‟an hanya menginginkan

    agar umatnya hidup dalam realita, realita yang menunjukan bahwa tanpa usaha,

    tak mungkin tercapai harapan, dan tak ada gunanya berlarut dalam kesedihan

    jika realita tidak dapat diubah lagi.49

    Dalam firman Allah surat al-Luqman ayat 34:

    “Sesungguhnya hanya disisi Allah ilmu tentang hari kiamat, dan Dia yang

    menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada didalam rahim. Dan tidak

    ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan

    dikerjakan besok.50

    Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui dimana

    dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal”

    Dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab menjelaskan bahwa Allah

    akan menyampaikan salah satu penyampaian melalui penelitian ilmiah. Dan

    manusia akan mengetahuinya melalui kadar pengetahuan manusia, bukan kadar

    48 Muhammad Tahir Ibn „Ashur, Tafsir at-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 5, (Tunisia: al-Dar al-

    Tunisiyah, 1984), 223. 49 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 618. 50 Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan besok atau yang

    akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan untuk berusaha.

  • 41

    pengetahuan Allah. Karena pengetahuan-Nya sungguh berbeda dan tidak dapat

    dibandingkan dengan pengetahuan manusia. Adapun pengetahuan tentang masa

    datangnya kiamat, maka ini, jangan manusiakan biasa, manusia dan malaikat

    terpilih pun tidak akan mampu mengetahuinya.51

    Dua hal terakhir dalam ayat di atas yaitu tentang apa yang akan

    dikerjakan seseorang esok dan dimana dia akan mati, disajikan disini untuk

    menyatakan kepada manusia bahwa janganlah hal-hal yang sulit dan diluar diri

    kamu, hal yang berkaitan dengan diri sendiri, menyangkut masa depan yang

    terdekat, yakni besok, dan masa depan yang terjauh, seperti menjadi orang kaya

    atau miskin, jadi pengangguran atau pegawai, dan juga dalam kehidupan dunia

    ini dan yang sangat dikhawatirkan kedatangannya yakni kematian menyangkut

    kedua hal tersebut pun, kamu tidak mengetahuinya secara pasti dan rinci, apalagi

    hal-hal yang diluar kamu.52

    2. Kesedihan

    Kesedihan merupakan sebuah kondisi fitrah yang setiap manusia pernah

    merasakannya. Rasa sedih seringkali muncul disebabkan karena seorang

    berhadapan dengan keadaan atau situasi yang mengecewakan, kehilangan, atau

    ketidakberdayaan akan sesuatu. Saat merasa sedih seseorang akan menjadi lebih

    pendiam, kurang bersemangat, dan menarik diri. Al-Qur‟an menggambarkan

    kesedihan dengan istilah al-huzn/al-hazn, karena istilah tersebut sering muncul

    dalam konteks suatu yang dilarang atau dinafikan. Hal ini menggambarkan

    51 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 11, 165. 52 Ibid, 165.

  • 42

    bahwa kesedihan itu adalah sesuatu yang harus dijauhi sebagaimana yang sering

    dijelaskan dalam firman-Nya. Kesedihan yang dilarang misalnya ketika

    mendengar perkataan atau hinaan orang-orang kafir, seseorang dilarang untuk

    bersedih hati. Sebagaimana yang Allah gambarkan dalam surat Yunus ayat 65

    sebagai berikut:

    “Janganlah engkau (Muhammad) sedih oleh perkataan mereka. Sungguh,

    kekuasaan itu seluruhnya milik Allah. Dia Maha Mendengar, Maha

    Mengetahui.”

    Sedang yang dinafikan seperti firman Allah surat al-A‟raf ayat 35 :

    “Hai anak cucu Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu

    sendiri, yang menceritakan ayat-ayat-Ku kepadamu, maka barangsiapa

    bertakwa dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka,

    dan mereka tidak bersedih hati.”

    Ayat diatas mengabarkan kepada kita tentang pelajaran penting, yaitu

    bahwasanya sebagai seorang pendakwah hendaklah tetap tegar berdiri diatas

    kebenaran yang ia bawakan, dan tidak terpancing oleh ucapan-ucapan keji

    orang-orang yang membenci dakwah Allah, dan begitu banyak orang-orang

  • 43

    yang lemah iman terhadap apa yang ia bawakan kepada umat manusia justru ia

    sedih atas perkataan dan cercaan para pendusta agama. Ayat tersebut juga

    mengandung pesan bahwa kemuliaan manusia tidak terletak pada kekayaan atau

    kedudukan sosialnya, tetapi pada nilai hubungan baiknya kepada Allah Swt.53

    Maka yakini dan ikutilah ajarannya, niscaya kamu akan bertakwa dan terhindar

    dari siksaan Allah dengan percaya kepada mereka dan berbuat baik terhadap diri

    dan lingkungan mereka dengan meneladani para rasul itu, maka tidak akan ada

    kesedihan dan kekhawatiran atas mereka.54

    Kesedihan akan selalu melingkupi kehidupan manusia. Seperti kesedihan

    yang dirasakan oleh Nabi Ya‟qub ketika beliau kehilangan Yusuf karena

    kelakuan saudara-saudaranya. Akan tetapi, beliau dapat mengendalikan diri agar

    Allah Swt menjadi ridho. Sebagaimana firman Allah surat Yusuf ayat 86:

    “Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadu

    kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak

    kamu ketahui.”

    Hanya kepada-Nya beliau memanjatkan doa atas kesedihan yang

    dialaminya, dan beliau tidak mengeluh kepada siapapun atas apa yang

    menimpanya. Harapannya kepada Allah sangatlah besar dan tidak merugikan

    orang yang menggantungkan harapannya kepada Allah, karena orang beriman

    selalu bersikap optimis dan tidak putus berusaha selama masih ada peluang yang

    53 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 5, 455. 54 Ibid, Vol 4, 98.

  • 44

    tersedia.55

    Ayat diatas berpesan bahwa sesungguhnya hanya kepada Allah lah

    kita mengeluh, dan hanya kesabaran serta ketakwaan yang menjadi amalan kita.

    3. Kesempitan Jiwa

    Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan raga yang terdapat

    pembawaan-pembawaan yang terpengaruh baik dengan kata-kata yang tertulis

    maupun kata-kata yang didengar. Dalam hal ini, jiwa sebagai pelengkap raga

    yang mengkondisikan seseorang untuk membawanya kejalan yang benar

    ataupun salah. Jiwa didalam tubuh manusia secara langsung membuka jalan

    melalui pikiran dan perasaan yang dapat menggoyahkan perasaan, sehingga

    manusia sering mengalami gangguan sempit hati, keraguan atau gundah gulana

    yang mengakibatkan sesak didada. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-

    Nahl ayat 127:

    “Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan

    pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran)

    mereka dan jangan (pula)bersempit dada terhadap tipu daya mereka

    rencanakan.”

    55 Ibid, Vol 6, 163.

  • 45

    Menurut Thahir Ibn „Asyur bahwa jika kamu ditimpakan kesalahan yang

    mereka lakukan, jangan sedikitpun melampui batas. Akan tetapi, jika kamu

    bersabar dan tidak membalas, maka sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi

    para penyabar baik didunia maupun diakhirat kelak. Karena itu, sebagai manusia

    yang teladan laksanakanlah tuntutan dan bersabarlah menghadapi gangguan-

    gangguan. Dan janganlah bersedih hati atau sesak dada terhadap apa yang terus

    menerus mereka lakukan terhadapmu.56

    Dalam kehidupan modern ini banyak manusia yang dilanda kecemasan

    dan ketegangan jiwa. Bahwa semakin maju suatu masyarakat semakin banyak

    yang harus diketahui orang dan semakin sulit untuk mencapai ketenangan dan

    kebahagiaan hidup, sebab kebutuhan manusia semakin meningkat, maka

    semakin banyak persaingan yang dilakukan kepada manusia. Agar hati manusia

    tetap bersih dari rasa kedengkian maka Allah memberikan peringatan atau

    pelajaran kepada manusia untuk menyembuhkan penyakit hatinya, dalam firman

    Allah Swt surat Yunus ayat 57:

    “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur’an)

    dari Tuhanmu, penyembuhan bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk

    serta rahmat bagi orang yang beriman.”

    56 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah..., Vol. 6, 778.

  • 46

    Ayat diatas menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan obat dari segala

    penyakit, baik penyakit hati maupun jiwa. Al-Qur‟an dapat memberikan

    petunjuk kepada manusia agar bisa mencegah gangguan kecemasan atau

    ketegangan jiwa yang sering dialami manusia diera modern ini. Manusia

    mempunyai berbagai macam penyakit hati, seperti ragu, dengki, takabur dan

    semacamnya. Karena hati ditunjukkan sebagai wadah yang menampung rasa

    cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan, hati dinilai sebagai alat

    untuk mengetahui. Hati juga yang mampu melahirkan ketenangan dan

    kegelisahan serta menampung sifat-sifat baik dan terpuji.

    Allah juga menegaskan kepada hambanya bahwa siapapun yang

    berpaling dari-Nya, maka akan meraskan kehidupan yang sempit. Seperti firman

    Allah dalam surat Thaha ayat 124:

    “Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya dia akan

    menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari

    kiamat dalam keadaan buta.”

    Dalam tafsir Al-Misbah ayat ini menjelaskan ganjaran yang menanti

    mereka yang taat mengikuti petunjuk Allah. Dan siapa yang berpaling dari

    perintah Allah, maka mereka akan memiliki kehidupan yang sempit, yaitu

    kehidupan yang sulit dihadapi lahir dan batin. Kehidupan demikian menjadikan

  • 47

    seseorang tidak pernah merasa puas, dan selalu gelisah, karena dia tidak

    menoleh kepada hal-hal yang bersifat ruhaniah, tidak merasakan kenikmatan

    ruhaniah karena mata hatinya buta dan jiwanya terbelenggu oleh hal-hal yang

    bersifat material. Seseorang yang buta hatinya akan dibangkitkan buta dihari

    kemudian, karena dalam firman Allah surat al-Hajj ayat 46:

    ...

    “Maka sesungguhnya bukan mata (kepala) yang buta tetapi yang buta adalah

    (mata) hati yang berada didalam dada.”

    Siapa yang melupakan Allah atau tidak berdzikir dan mengingat-Nya,

    tidak ada lagi sesuatu yang berada dalam ingatannya kecuali kenikmatan

    duniawi. Itulah satu-satunya yang menjadi idaman dan perhatiannya, yang selalu

    dia usahakan untuk meraihnya sebany