tadabbur qs al-fatihah
TRANSCRIPT
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 1
Al-Fatihah memiliki makna pembuka
dan berisikan 7 ayat. Ada yang
menggolongkannya sebagai sebagai
surah makiyah (golongan surah yang
diturunkan di makkah), dan ada pula yang
menggolongkannya dalam surah
madaniah (golongan surah yang
diturunkan di madinah). Wallohu’alam
Pada intinya, setiap segala sesuatu
memanglah memiliki hikmahnya masing
masing. Buah rasa yang indah dan ditata
rapi oleh Dzat Yang Maha Indah lagi Maha
Pemberi Petunjuk.
Alloh lah yang meletakkan berbagai
macam ide ke dalam diri manusia. Dan Dia
pula yang mengarahkan ide – ide manusia
itu untuk kemudian menggolongkan surah
al-fatihah yang mulia ini ke dalam
golongan makiyah maupun madaniah.
Di zaman ini, pengkabaran sejarah
mungkin tidak akan bisa benar – benar kita
tangkap secara menyeluruh dengan
jaminan kebenarannya. Hanya kepada
Alloh lah kita berpegang atas penafsiran –
penafsiran dari ayat – ayatNya yang Mulia.
Yang tersusun di dalam kitab al-qur’an.
Alloh meletakkan pemahaman tentang
penggolongan surah al-fatihah ini kepada
para ulama tafsir sepuh (terdahulu) agar
kemudian dipeajari lalu diketemukan
hikmahnya oleh generasi – generasi
sesudah beliau r.a
Maha suci Alloh yang telah
menurunkan kefahaman dan ilmu kepada
para hamba – hambaNya yang telah
dipilihNya. Untuk kemudian menjaga
kalamnya yang mulia. Yang menjadi
petunjuk dan pediman hidup bagi setiap
hamba – hambaNya yang beriman.
Makiyah menyimpan hikmah atau
pesan nilai tentang akhlaq, nilai – nilai
keimanan, haqikat dan semacamnya.
Sedangkan surah surah madaniah, sering
kali condong menyimpan hikmah / pesan
tentang nilai nilai syari’at atau tata laku
dalam beramaliah dan hidup bersosial.
Dan surah al-fatihah adalah satu – satunya
surah yang menyimpan kedua sisi ini
sekaligus. Sisi akhlaq, keimanan, tauhid,
hakikat, juga sekaligus tentang tata laku,
syariat, thoriqoh dll. Atau bisa dikatakan
surah al-fatihah ini memuat seluruh ajaran
agama islam.
Dua sisi ini memang semestinya
menyatu dan tidak terpisah satu sama lain.
Di zaman ini, dimana banyak kesalah
fahaman dan penyempitan – penyempitan
pemahaman. Yang kemudian berujung
pada kesimpulan dan tindakan kalau
syariat ya syariat saja tanpa berthoriqoh
dan memahami hakikatnya, demikian juga
kalau sudah berthoriqoh ; berhaqikat ;
bermakrifat ; tidak perlu lagi menjalankan
syariat. Ini adalah pendangkalan nilai.
Pemahaman yang hanya berasal dari satu
sudut pandang.
Sedangkan al-fatihah, sebagai
pembuka al-qur’an sudah mewanti – wanti
terlebih dahulu. Bahwasannya kedua sisi,
yakni sisi dhohir (kandungan surah
madaniah) dan sisi bathin (kandungan
surah makiyah) mustilah manunggal. Jalan
bersamaan.
Meskipun di dalam surah – surah yang
selanjutnya kelak akan sangat tersurat
bahasan – bahasan tentang nilai tata laku
sosial (madaniah) ataupun tentang akhlaq
/ hakikat, sebaiknya kita juga dapat
menemukan pesan pesan tersurat dari sisi
yang lainnya. Sebagaimana yang
tergambar dalam surah al-fatihah ini.
Demikianlah al-qur’an yang memiliki
sisi bathin dan sisi dhohir yang antara satu
dan lainnya tak boleh saling tercerai berai.
Al-fatihah menyiratkan hal yang
sedemikian rupa dan Alloh memerintahkan
kita untuk mengulang – ulangnya agar kita
tidak lalai mengenai dua sisi yang
mustinya jalan bersamaan tersebut.
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 2
Dalam bermuamalah, berkegiatan
dalam sehari hari, tentu kita tak boleh
berlepas dari kesadaran / keimanan kita
akan Alloh Yang Maha Melihat lagi Maha
meliputi. Hal ini mungkin jarang kita sadari.
Sehingga pada akhir – akhir ini tatkala kita
bermuamalah dalam bentuk lahiriah, sisi
bathiniahnya terlupakan.
Tulisan – tulisan hasil pentadabburan
secara singkat di sini insyaAlloh akan
mengajak pembaca sekalian untuk
menyalakan lagi kesadaran utuh
mengenai kedua sisi yang sempat terbelah
tersebut. Sehingga tatkala kita membaca
al-qur’an secara harfiah, kita juga
memahami isi bathinnya al-qur’an. Tetapi
perlu diingat bahwa ini bukanlah pokok.
Maksudnya bisa saja suatu ketika anda
dipersaksikan Alloh dengan suratan
makna bathiniahnya dengan berisikan
pesan yang lain.
Dengan memohon petunjuk kepada
Alloh, kita awali hal ini dengan
Bismillahirrohmaanirrohiimm............
***********
حي ه ن ٱلر
ه
ح
ه ٱلر بسم ٱلله
Dengan Nama Alloh = بسم ٱلله
Ayat pertama dalam surah al-fatihah ini
adalah merupakan pembuka dari segala
sesuatu dan segala hal. Bahkan sangat
dianjurkan untuk mengawali segala
sesuatu perbuatan dengan
Bismillahirrohmanirrohiim.
Alloh dan rosululloh s.a.w menerapkan
nilai tersebut dengan wujud peletakan
Bismillahirrohmanirrohim pada setiap
surah – surah berikutnya namun tidak
termasuk dalam hitungan banyaknya ayat
dalam surah – surah tersebut. Tampak,
namun nampak. Tertulis namun tak
termasuk dalam hitungannya.
Sebagaimana wujud huruf alif yang
tersembunyi di balik lafadz Bismi ( سم ٱ + ب )
yang menyiratkan tentang adanya Dzat
Maha Tunggal yang meliputi segala
sesuatu yang ada di alam semesta.
Ada sebuah riwayat yang
mengabarkan bahwasannya seluruh
kandungan al-qur’an itu terhimpun di
dalam surah al-fatihah. Dan seluruh
kandungan al-fatihah itu sendiri
terkandung pada ayat pertamanya,
sedangkan ayat pertamanya terhimpun
dalam titik Ba’.
Peng-kode-an yang sangat nyata
bahwasannya sebuah titik adalah asal
muasal sekaligus eksistensi yang
membentuk huruf – huruf. Goresannya
akan membentuk banyak wujud yang
kasat mata. Yang kemudian dapat kita
tangkap dan kenali secara indrawi.
Alloh adalah Dzat Yang Maha Tunggal,
Maha Esa, Maha Satu, Maha Sumber dan
Maha Meliputi. Alloh lah yang menciptakan
segala bentuk lahiriah dan bathiniah yang
pada kemudian dapat tertangkap dan
dikenali oleh segala panca indra yang
dipunyai manusia.
Umpamanya sebuah titik yang tunggal
kemudian meliputi seluruh keberadaan
huruf. Titik lah yang awal muasal dan
kemudian bergandengan membentuk
sekalian huruf. Sedangkan titik sendiri
tidaklah dapat diserupakan dengan huruf
manapun meskipun ia sebagai dasar
pembentuk huruf.
Itu hanya perumpamaan saja,
sedangkan Alloh sangatlah bukan titik.
Bi + ismi ( سم ٱ + ب ) semestinya ada alif
di sana. Namun Alloh sengaja
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 3
menyembunyikannya. Mengabarkan
kepada siapapun yang membacanya
untuk dapat mengenaliNya. Mengenali
sifatNya yang Maha Bathin (Dzat Yang
Maha Tersembunyi -rahasia-). Setelahnya
lah Alloh mengabarkan tentang diriNya
yang maha nyata dibalik segala sesuatu.
Alif yang tersembunyi adalah
permisalan eksistensiNya yang melebur,
mengejahwantah, tersembunyi disebalik
sebuah nama. Kita dapat mengenali
banyak hal dengan sebuah sebutan /
nama. Namun kebanyakan kita sering kali
tidak menyadari adanya eksistensi
disebalik nama itu sendiri. Perpaduan
simbol titik ba’ dan alif yang tersembunyi
sesudahnya adalah merupakan sentuhan
dari Alloh untuk mengetuk kesadaran kita
semua mengenai Dzat Yang Maha Nyata
sekaligus Maha Tersembunyi.
Setiap kita hendaknya lah memulai
segala aktifitas dengan menyadari Alloh
yang maha meliputi ini. Ba’ dan Alif
tersembunyi yang tersirat. Membentuk
nama, istilah, kata dsb sebagaimana yang
kita kenali selama ini.
Isim / nama atau kata adalah sebentuk
unkapan untuk menunjukkan suatu dzat
atau keadaan. Sebagaimana pula kata
ismi dalam bismillah. Adalah sebentuk
sentuhan dari Alloh untuk menyadarkan
manusia akan EksistensiNya Yang Maha
Mulia.
adalah nama yang ,(Alloh) ٱلله
dipilihNya untuk manusia agar dapat
mengenaliNya. Nama tunggal yang
apabila dilepas satu persatu hurufnya akan
selalu merujuk pada kemaha tunggalan
eksistensiNya.
Jika alif dalam lafadz Alloh
dihilangkan, maka ia akan
membentuk lafadz Lillah لله . Arah
lafadz lillah ini merujuk pada
sesembahan. Dan merupakan satu
– satunya sesembahan. Dzatulloh
al-Haqq Azza Wajalla. Dzat Yang
Maha Tunggal sekaligus Maha
Meliputi.
Dari lafadz “Lillah” لله jika lam
awalnya dibuang, maka ia akan
membentuk lafadz lahu ( له) yang
berarti kepadaNya. Suatu bentuk
penunjukan samar arah kembalinya.
Karena lahu tidak diawali oleh
subyek apapun, sehingga samar
kemana arahnya. Namun kita dapat
mengetahui bahwa satu – satuNya
dzat Yang Maha Samar (al-Bathin)
adalah Alloh azza wajalla, maka
dapat kita pahami, bahwa lahu ini
arah kembalinya adalah kepada
Dzat Yang Tak Terbatas dan Maha
Bathin tersebut. Yakni Alloh s.w.t.
lahu ini juga merujuk langsung pada
eksistensinya yang tak tersentuh
oleh apapun.
Dari lafadz lahu, jika lam akhirnya
kita tiadakan, maka ia akan
membentuk lafadz Huu yang
bermula dari kata huwa. Huu juga
merujuk pada keluasan yang tiada
batas. Dan satu – satunya dzat Yang
Maha Luas tak terbatas adalah Alloh
s.w.t semata. Tiada yang selainNya.
Sampai di sini dapat kita pahami
bahwasannya lafadz Bismillah adalah
sentuhan dari Alloh untuk memurnikan
pandangan kita. Memurnikan tahuid kita.
sentuhanNya atas kesadaran terdalam
manusia untuk menatap dan menyadari
Robbnya yang Menguasai segala sesuatu.
Robbnya manusia yang Maha Suci tak
tersentuh apapun. Maha Suci, Maha
Nyata, Maha Ada, sekaligus Maha Bathin.
Lagi Maha Luas Tak Ada Bandingannya.
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 4
Sedangkan pada lafadz selanjutnya,
adalah menunjukkan tentang sifatNya
yang utama. Yakni Arrohman ( ه
ح
ه ن ٱلر ).
Sebuah sifat yang berwujud kasih sayang
yang terbentang luas tak terkecuali
terhadap apapun dan siapapun. Baik
kepada yang kafir maupun yang beriman.
Yang baik maupun yang jahat / buruk.
Yang ada di timur maupun yang ada di
barat. Yang mati ataupun yang hidup.
Semuanya dilingkupi oleh sifatnya yang
utama ini. Maha Kasih Sayang.
Tak ada satupun hal atau satu materi
pun di alam ini yang tidak tersentuh oleh
kasih sayangNya. Maka bukanlah al-
Jabbar atau Al-Adzim atau sifat – sifat
lainnya yang Alloh gandengkan dengan
lafadz Bismillah yang memurnikan tauhid
di atas. Melainkan Ar-rohman, untuk
semakiin menguatkan kemurnian tauhid
manusia mengenai satu – satunya Dzat
Yang paling Eksis di alam semesta. Yang
mengatur seluruh tatanan semesta dan
kehidupan dengan sedemikian indah dan
teratur tanpa ada cacat sedikitpun.
Bahkan hingga yang nampak seolah
cacat sekalipun sungguh menyimpan
sebuah keistimewaan tersendiri yang
justru jarang diketahui oleh manusia
lainnya. Sungguh maha benar dan Maha
Sempurna pengaturan Alloh s.w.t.
Setelah menunjukkan kepada manusia
tentang ke-Maha Kasih Sayang-anNya
atas seluruh penjuru alam semesta,
selanjutnya Alloh mengabarkan tentang
rahmat dan kasih sayangNya yang secara
khusus hanya dilimpahkanNya kepada
sebagian hamba – hambaNya. Yakni
hamba – hambaNya yang benar – benar
beriman.
Ar-Rohim ( حيه adalah bentuk kasih (ٱلر
sayangNya yang secara khusus. Kepada
mereka yang berani bersedekah dalam
kondisi yang sempit, maka akan dibukakan
baginya kemudahan dari arah yang tidak
terduga – duga dan juga ditinggikan
derajat keimanannya. Kepada mereka
yang tetap dalam keadaan sabar dan
bersyukur di balik segala cobaan dan
semacamnya, maka akan semakin
dilapangkan baginya apapun yang
dibutuhkannya dan kadar keimanannya
pun akan semakin meningkat.
Demikianlah sebagian contoh –
contohnya.
Jika sifat ar-rohman adalah
menyeluruh berlaku bagi apapun dan
siapapun yang ada di dalam bentangan
alam semesta. Maka sifat ar-rohim ini
adalah pengkhususan bagi hamba –
hambaNya yang sungguh telah nyata
kesadaran tauhid dalam dirinya. Atas
dirinyalah limpahan cahaya ilahiah
menaungi. Hikmat iman yang tak
terbantahkan dan kokoh bersemi di dalam
dirinya itulah wujud daripada sifat Ar-
Rohim nya Alloh s.w.t.
Sampai di sini dapatlah kita pahami
bahwasannya untuk berbuat apapun,
dalam tindakan maupun ucapan.
Hendaklah kesadaran tauhid kita akan
Alloh Yang Maha Rahman tetap tertanam
bahkan menyala terang di dalam diri kita.
Dengan demikian insyaAlloh Alloh akan
menurunkan sifat RahimNya ke dalam diri
kita.
***
لهميه ٱل
هعب ٱل ه
ر ه د للم
هح
Al-Hamdu ( دم
هح
yang bermakna ,(ٱل
pujian. Semestinya memang terhimpun
secara utuh dan menyeluruh tertuju hanya
kepada Alloh. Dzat Tunggal yang
menguasai seluruh alam semesta.
Bagi mereka yang kesadaran
tauhidnya sudah tumbuh bersemi hingga
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 5
mendapatkan nikmat iman sebagaimana
yang tehimpun dalam ayat pertama surah
al-fatihah (Bismillahirrohmanirrohim).
Tentunya Pujian agung akan senantiasa ia
tujukan secara sadar betul hanya
kehadirat Alloh s.w.t. Sang Penguasa yang
memelihara alam semesta.
Wujud Syukur ini tentunya bukan
hanya secara lisan saja, melainkan juga
secara perbuatan. Dan bukan hanya
secara lahir, melainkan juga seccara
bathin. Hal ini akan benar – benar
mewujud tatkala perbuatan kita adalah
sebagaimana yang telah tersirat di dalam
ayat pertama al-fatihah ini. Dengan kata
lain ayat pertamanya al-fatihah benar –
benar telah dijalankan. Yakni melakukan
segala aktifitas dengan tetap menjaga
kesadaran kita atas Eksistensi Alloh azza
wa jalla secara kontinyu / terus menerus.
Kesadaran yang demikianlah yang
disebut dengan kesadaran Lillah ( ه .(لل
Segala bentuk kegiatan / perbuatan ia
dasarkan / landasi dengan kesadaran
Ilahiah dan secara otomatis perbuatan
perbuatan yang didasari dengan
kesadaran ilahiah akan tertuju hanya
kepada Alloh. Manusia yang demikian
tidaklah lagi mungkin menonjolkan
keegoannya. Tidak menujukan
perbuatannya kepada selain Alloh. Tidak
kepada materi atau apapun yang selain
Alloh.
Maksudnya, meskipun ia sedang
memandang bentuk materi – materi yang
terhampar di hadapannya, namun
kesadarannya, jiwanya tetap terpaut
dengan Alloh. Kesadaran semacam ini
akan membuatnya padam benar bahwa
memang hanya Alloh lah yang menguasai
alam semesta ( لهميههعب ٱل ه
.(ر
Alloh yang menggerakkan segala
sesuatu, Alloh yang mengkondisikan
banyak hal dan lain sebagainya. Ia
menyaksikan secara haqq bahwa alam
semesta benar – benar berada di bawah
kuasa Alloh s.w.t, berada di bawah
kehendakNya.
Satu untaian ayat ke-dua dari surah al-
fatihah ini mengajarkan kepada kita
tentang syukur dan sembah puji yang
sesungguhnya (haqq). Yang dihaturkan
dengan sebenar – benarnya kepada Alloh
Yang Menguasai Alam semesta.
Dengan penuh rahman dan rahim .....
حي ه ن ٱلر
ه
ح
ه ٱلر
Sebagaimana juga yang dijelaskan di
dalam ayat pertama surah ini, ayat ke-tiga
ini juga mengabarkan dan menyatakan
tentang kasih sayangNya yang luas
maupun yang khusus. Sebagai bentuk
pemeliharaanNya terhadap alam semesta.
Jika tiada rahman – rahimNya, tentu
tak akan kita jumpai pemandangan –
pemandangan sebagaimana yang kita
jumpai selama ini. Sebagaimana yang
sedang kita pandang saat ini.
SifatNya yang luar biasa sempurna ini
yang menciptakan Rupa dan tatanan yang
sedemikian indah.
Rahman rahim ini juga yang menjadi
jawaban dari Alloh selanjutnya setelah
para hamba yang memujinya secara haqq.
Alloh menunjukkan rahman rahimNya
berlaku pada lapisan kesadaran
kesadaran selanjutnya yang lebih sadar
lagi.
ين وم ٱلهلك ي
ه م
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 6
Alloh benar – benar menguasai
yaumid-diin. Yaumid-diin secara lahiriah
telah disepakati oleh para ulama sebagai
hari akhir. Hari di mana semua perbuatan
dipertanggung jawabkan. Hari
penghakiman yang seadil adilnya. Dan
hari yang tiada daya sedikitpun dari
manusia untuk menolak penghakiman
Alloh Yang Maha Adil.
Yaumid-diin sendiri tersusun dari kata
yaum (hari) dan ad-diin (agama). Secara
hakiki, makna yang tersirat / tersembunyi
dari kedua kata penyusun tersebut adalah
hari kepasrahan, hari kefitrahan. Di mana
pada hari itu tak ada daya dan upaya apa
pun. Semuanya tunduk kehadirat Alloh.
Di dalam surah al-fatihah ini, yaumid-
diin berhubungan dengan pembukaan.
Seirama dengan ayat pertamanya. Ayat
ke-empat ini menggambarkan dan
mengabarkan bahwasannya hanya Alloh
lah yang berkuasa ketika manusia benar –
benar telah berserah dan berlepas dari
daya upayanya sendiri yang tampak
seolah olah ada. Padahal tidak pernah
ada.
Manusia yang terlahir dengan selubung
ego (keakuan) akan selalu mengira dirinya
memiliki daya dan upaya. Dan tatkala ego
ini sudah dinafikan oleh manusianya. Di
saat itulah Alloh yang akan menguasainya.
Maksudnya, segala gerak adalah
perwujudan dari kepatuhannya atas
perintah Alloh. Hingga pada ucapannya
pun demikian.
Senada dengan adanya hadist qudsy
yang mengabarkan bahwa Alloh telah
berfirman, “barangsiapa yang mengikuti
sunnahKU, maka pandangan adalah
pandanganKU, ia mendengar dengan
pendengaranKU, ia berbicara dengan
lidahKU, dengannya AKU memukul,
dengannya AKU berjalan......”
Demikianlah tatkala manusia telah
benar – benar berlepas dari sifat
keegoannya, maka manusia akan
menafikkan adanya daya dan upaya
dirinya sendiri. Dengan begitu ia akan
memasuki kondisi pasrah. Dan dalam
kondisi pasrah / berserah inilah akan
sangat jelas bahwa yang berkuasa atas
dirinya satu satunya hanyalah Alloh
semata.
Alloh benar – benar menampakkan
eksistensiNya kepada dan dari orang –
orang yang berserah. Dan hal ini kemudian
berlanjut diperjelas oleh Alloh dalam ayat
selanjutnya
*****
إيهاكه هد و
بعي إيهاكه نهع
ههست ن
Wujud dari sampainya seorang
manusia yang melakukan perjalanan dari
ayat pertama surah ini hingga ayat ke-4
surah ini, adalah pengakuannya dan
kelakuannya yang nyata sebagaimana
ditampakkan dalam ayat ke lima surah ini.
Kesadaran tauhid yang haqq. Ia benar
benar menyadari kepada siapa
sebenarnya ia harus menghamba. Kepada
siapa ia harus mengabdi dan kepada siapa
ia harus memohon.
Di sini setelah ia cukup memahami dan
menyadari kenyataan sejati di alam
semesta. Ia akan mengabdi dan berjalan
dengan benar. Setelah ia mengetahui juga
adanya keumuman kasih sayang Alloh
dalam wujud ar-Rohman, dan adanya
kasih sayang Alloh secara khusus yang
berupa ar-Rohim, maka ia akan menjadi
sangat berhati hati dalam berjalan. Dan
dengan sangat rendah diri ia memohon
kepada Alloh Sang penguasa mutlak
sekalian alam.
*****
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 7
هقي
همست
طه ٱل
هر دنها ٱلص
ٱه
Manusia yang telah menyadari
sepenuhnya bahwasannya selama berada
di dunia, tentu ia akan dihadapkan pada
dua jalan. Yakni jalan kefasikan
(kegelapan) atau jalan yang menyimpang,
dan jalan yang lurus (jalan cahaya / terang
benderang). Dan tatkala ia menyadari
betul akan siapa yang memiliki kuasa
penuh terhadap gerak manusia, maka ia
akan benar – benar memohon agar
senantiasa diberi petunjuk untuk tetap
berada dan melangkah di jalan yang lurus
nan berlimpah cahaya terang benderan.
Jalan yang benar – benar istimewa dan
diistimewakan oleh Alloh s.w.t.
Jalan yang lurus adalah jalan orang
orang yang diberi nikmat keimanan, jalan
yang terlimpah kasih RohimNya.
Sebagaimana kemudian diperjelas di ayat
selanjutnya.
****
م لهي ه ع
هت
م
هعه أهن
ين طه ٱله ه صر
ي غه
اليه له ٱلضههم و لهي ه
ضوب عغهم ٱل
An-‘amta = nikmat yang Engkau
berikan. Adalah bentuk nikmat iman, islam
dan ihsan. Nikmat atas penyaksian yang
telah ia peroleh tentang Dzat yang paling
nyata dan paling eksis di alam semesta.
Nikmat menyadari akan Dzat Yang Maha
Mengatur segala sesuatu dengan penuh
kasih sayang lagi Maha Sempurna.
Inilah nikmat iman dan ihsan. Wujud
atau buah dari iman dan ihsan ini adalah
apa yang disebut sebagai islam. Sebuah
kepasrahan total; keberserahan diri secara
haqq atas kuasa mutlak Alloh azza wa
jalla. Itulah nikmat yang dimaksudkan.
Alloh yang maha mengatur dan yang
paling berhak membolak balikkan segala
keadaan, demikian juga sangat bisa
mencabut bentuk nikmat iman, ihsan,
islam tersebut. Maka sudah sewajarna
hamba yang beriman, ihsan, serta islam
diajari oleh Alloh untuk senantiasa
mengulang – ulang doa ini. Sudah
sewajarnya Alloh mengutus kita semua
melalui baginda nabi s.a.w untuk selalu
mengulang – ulang membaca surah al-
fatihah ini. Yang mana di dalamnya
tersimpan doa yang teramat mulia ini.
Alloh mengingatkan bahwasannya
kelalaian manusia dapat menutupi dirinya
dari petunjukNya. Dan manusia semacam
inilah yang dimaksud sebagai al-
Maghdhub dan Adh-Dholliin. Orang –
orang yang tertutup dari petunjuk akan
membawa orang tersebut kepada
kemungkaran dan ketersesatan.
Setiap detik, menit, setiap hembusan
dan tarikan nafas. Alloh senantiasa
melimpahkan cahaya petunjukNya. Maka
kita diajarkan olehNya untuk berdoa
sebagaimana ayat ke-6 surah ini agar kita
dijaga olehNya untuk tetap menyadari dan
menangkap petunjukNya. Kita memohon
kepadaNya agar kita tidak tergolong
sebagai al-Maghdhub dan adh-dholliin.
Yang tertutup dari cahayaNya dan
petunjukNya.
Alloh adalah dzat Yang Maha
Memelihara. Dan hanya kepadaNya lah
kita memohon agar tetap dipelihara dalam
jalan yang lurus yang penuh cahaya
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-
Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 8
----∞∞∞∞∞∞∞----
Hikmah 1 Al-Fatihah
Al-fatihah memiliki makna pembuka
yang sarat bermuatan hikmah mengenai
dasar realitas segala sesuatu. Dimulai dari
setitik keberadaan yang kemudian
mengejah wantah dalam berbagai macam
bentuk. Menguasai segala bentuk apapun.
Yang mendhohirkan diriNya hingga dapat
dikenali dan disaksikan oleh sekalian
hamba – hambaNya.
Alloh mengetuk kesadaran hamba –
hambaNya dengan mengawali firmanNya
yang agung nan mulia dengan ayat
pertama yang menjadi syarat untuk
memulai segala aktifitas. Di ayat pertama
itulah kunci kesejatian segala sesuatu.
hambaNya jika menyadari tentang
keberadaanNya, hamba itulah yang
kemudian disebut sebagai muslim. Dan
yang beriman. Kesadaran tentang
kebersamaan dengan Dzat Yang Maha
Meliputi ialah yang kemudian kita sebut
sebagai ihsan. Inilah yang dikatakan
dengan sebutan syahadat. Penyaksian
akan segala sesuatu bahwasannya di balik
segala sesuatu itu ada Alloh Yang Maha
Mengatur.
Hikmah pertama dalam surah al-fatihah
ini adalah merupakan sentuhan dari Alloh
terhadap hambaNya untuk bersyahadad;
bermusyahadah; atau bersaksi. Ayat
pertamanyalah yang demikian indah
mengingatkan dan menyadarkan kita
untuk senantiasa berlaku ihsan dan
bersyahadat secara kontinyu.
----∞∞∞∞∞∞∞----
Hikmah 2 Al-Fatihah
Tak ada hal lain yang akan dapat
dilakukan seorang hamba apabila sang
hamba tersebut telah menyaksikan
keesaan Alloh Yang Maha Agung nan
Mulia. Yang Maha Berkasih sayang. Di sisi
lain si hamba tersebut kemudian bersujud,
memuji dan bertasbih kepadaNya.
Tindak tanduk inilah yang sebenarnya
disebut sebagai peribadatan. Maka segala
gerak yang di awali dengan bismillah atau
didasari dengan kesadaran mengenai
kebersamaan kita dengan Alloh adalah
pasti bernilai ibadah. Apapun itu
bentuknya. Inilah pula yang merupakan
tujuan diciptakannya manusia.
Hikmah ke-dua yang terkandung dalam
al-fatihah ini adalah hikmah mengenai
segala bentuk peribadatan atau mengarah
kepada rukun islam yang ke-dua. Yakni
sholat yang terus menerus /
berkepanjangan / daim. Maksudnya
adalah peribadatan yang berbentuk dalam
berbagai macam gerak dan disertai
dengan kesadaran akan kebersamaan kita
dengan Alloh.
Kesadaran dalam segala gerak inilah
yang dikatakan sebagai sholat daim.
Sholat yang berkepanjangan.
----∞∞∞∞∞∞∞----
Hikmah 3 Al-Fatihah
Al-fatihah meyimpan juga pesan
spiritual untuk tetap istiqomah berada di
dalam penyaksian dan kesadaran tauhid /
kesadaran ilahiah dalam segala gerak,
yang kita sebut dengan sebutan sholatud-
daim. Juga menyimpan pesan agar
seorang hamba hendaknya senantiasa
berserah diri kepadaNya. Berlepas dari
ego dan nafsu (kehendak diri). hendaknya
seorang hamba benar – benar mengikuti
kehendakNya, bukan kehendak dirinya
dan egonya.
Istiqomah bukanlah hal yang dibuat
buat. Melainkan efek dari dorongan ilahiah
/ dorongan murni dari Alloh. Untuk
senantiasa dalam pengabdian
kepadaNya. Hal ini sebagaimana tertuang
dalam ayat ke-6 dan ke-7 dalam surah ini.
Kepasrahan dan kesadaran tauhid murni.