tadabbur qs al-fatihah

8
Al-fatihah Surah 1 -Pembuka- Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 1 Al-Fatihah memiliki makna pembuka dan berisikan 7 ayat. Ada yang menggolongkannya sebagai sebagai surah makiyah (golongan surah yang diturunkan di makkah), dan ada pula yang menggolongkannya dalam surah madaniah (golongan surah yang diturunkan di madinah). Wallohu’alam Pada intinya, setiap segala sesuatu memanglah memiliki hikmahnya masing masing. Buah rasa yang indah dan ditata rapi oleh Dzat Yang Maha Indah lagi Maha Pemberi Petunjuk. Alloh lah yang meletakkan berbagai macam ide ke dalam diri manusia. Dan Dia pula yang mengarahkan ide – ide manusia itu untuk kemudian menggolongkan surah al-fatihah yang mulia ini ke dalam golongan makiyah maupun madaniah. Di zaman ini, pengkabaran sejarah mungkin tidak akan bisa benar – benar kita tangkap secara menyeluruh dengan jaminan kebenarannya. Hanya kepada Alloh lah kita berpegang atas penafsiran – penafsiran dari ayat – ayatNya yang Mulia. Yang tersusun di dalam kitab al-qur’an. Alloh meletakkan pemahaman tentang penggolongan surah al-fatihah ini kepada para ulama tafsir sepuh (terdahulu) agar kemudian dipeajari lalu diketemukan hikmahnya oleh generasi – generasi sesudah beliau r.a Maha suci Alloh yang telah menurunkan kefahaman dan ilmu kepada para hamba – hambaNya yang telah dipilihNya. Untuk kemudian menjaga kalamnya yang mulia. Yang menjadi petunjuk dan pediman hidup bagi setiap hamba – hambaNya yang beriman. Makiyah menyimpan hikmah atau pesan nilai tentang akhlaq, nilai – nilai keimanan, haqikat dan semacamnya. Sedangkan surah surah madaniah, sering kali condong menyimpan hikmah / pesan tentang nilai nilai syari’at atau tata laku dalam beramaliah dan hidup bersosial. Dan surah al-fatihah adalah satu – satunya surah yang menyimpan kedua sisi ini sekaligus. Sisi akhlaq, keimanan, tauhid, hakikat, juga sekaligus tentang tata laku, syariat, thoriqoh dll. Atau bisa dikatakan surah al-fatihah ini memuat seluruh ajaran agama islam. Dua sisi ini memang semestinya menyatu dan tidak terpisah satu sama lain. Di zaman ini, dimana banyak kesalah fahaman dan penyempitan – penyempitan pemahaman. Yang kemudian berujung pada kesimpulan dan tindakan kalau syariat ya syariat saja tanpa berthoriqoh dan memahami hakikatnya, demikian juga kalau sudah berthoriqoh ; berhaqikat ; bermakrifat ; tidak perlu lagi menjalankan syariat. Ini adalah pendangkalan nilai. Pemahaman yang hanya berasal dari satu sudut pandang. Sedangkan al-fatihah, sebagai pembuka al-qur’an sudah mewanti – wanti terlebih dahulu. Bahwasannya kedua sisi, yakni sisi dhohir (kandungan surah madaniah) dan sisi bathin (kandungan surah makiyah) mustilah manunggal. Jalan bersamaan. Meskipun di dalam surah – surah yang selanjutnya kelak akan sangat tersurat bahasan – bahasan tentang nilai tata laku sosial (madaniah) ataupun tentang akhlaq / hakikat, sebaiknya kita juga dapat menemukan pesan pesan tersurat dari sisi yang lainnya. Sebagaimana yang tergambar dalam surah al-fatihah ini. Demikianlah al-qur’an yang memiliki sisi bathin dan sisi dhohir yang antara satu dan lainnya tak boleh saling tercerai berai. Al-fatihah menyiratkan hal yang sedemikian rupa dan Alloh memerintahkan kita untuk mengulang – ulangnya agar kita tidak lalai mengenai dua sisi yang mustinya jalan bersamaan tersebut.

Upload: donie-al-murtadho

Post on 10-Jan-2017

100 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 1

Al-Fatihah memiliki makna pembuka

dan berisikan 7 ayat. Ada yang

menggolongkannya sebagai sebagai

surah makiyah (golongan surah yang

diturunkan di makkah), dan ada pula yang

menggolongkannya dalam surah

madaniah (golongan surah yang

diturunkan di madinah). Wallohu’alam

Pada intinya, setiap segala sesuatu

memanglah memiliki hikmahnya masing

masing. Buah rasa yang indah dan ditata

rapi oleh Dzat Yang Maha Indah lagi Maha

Pemberi Petunjuk.

Alloh lah yang meletakkan berbagai

macam ide ke dalam diri manusia. Dan Dia

pula yang mengarahkan ide – ide manusia

itu untuk kemudian menggolongkan surah

al-fatihah yang mulia ini ke dalam

golongan makiyah maupun madaniah.

Di zaman ini, pengkabaran sejarah

mungkin tidak akan bisa benar – benar kita

tangkap secara menyeluruh dengan

jaminan kebenarannya. Hanya kepada

Alloh lah kita berpegang atas penafsiran –

penafsiran dari ayat – ayatNya yang Mulia.

Yang tersusun di dalam kitab al-qur’an.

Alloh meletakkan pemahaman tentang

penggolongan surah al-fatihah ini kepada

para ulama tafsir sepuh (terdahulu) agar

kemudian dipeajari lalu diketemukan

hikmahnya oleh generasi – generasi

sesudah beliau r.a

Maha suci Alloh yang telah

menurunkan kefahaman dan ilmu kepada

para hamba – hambaNya yang telah

dipilihNya. Untuk kemudian menjaga

kalamnya yang mulia. Yang menjadi

petunjuk dan pediman hidup bagi setiap

hamba – hambaNya yang beriman.

Makiyah menyimpan hikmah atau

pesan nilai tentang akhlaq, nilai – nilai

keimanan, haqikat dan semacamnya.

Sedangkan surah surah madaniah, sering

kali condong menyimpan hikmah / pesan

tentang nilai nilai syari’at atau tata laku

dalam beramaliah dan hidup bersosial.

Dan surah al-fatihah adalah satu – satunya

surah yang menyimpan kedua sisi ini

sekaligus. Sisi akhlaq, keimanan, tauhid,

hakikat, juga sekaligus tentang tata laku,

syariat, thoriqoh dll. Atau bisa dikatakan

surah al-fatihah ini memuat seluruh ajaran

agama islam.

Dua sisi ini memang semestinya

menyatu dan tidak terpisah satu sama lain.

Di zaman ini, dimana banyak kesalah

fahaman dan penyempitan – penyempitan

pemahaman. Yang kemudian berujung

pada kesimpulan dan tindakan kalau

syariat ya syariat saja tanpa berthoriqoh

dan memahami hakikatnya, demikian juga

kalau sudah berthoriqoh ; berhaqikat ;

bermakrifat ; tidak perlu lagi menjalankan

syariat. Ini adalah pendangkalan nilai.

Pemahaman yang hanya berasal dari satu

sudut pandang.

Sedangkan al-fatihah, sebagai

pembuka al-qur’an sudah mewanti – wanti

terlebih dahulu. Bahwasannya kedua sisi,

yakni sisi dhohir (kandungan surah

madaniah) dan sisi bathin (kandungan

surah makiyah) mustilah manunggal. Jalan

bersamaan.

Meskipun di dalam surah – surah yang

selanjutnya kelak akan sangat tersurat

bahasan – bahasan tentang nilai tata laku

sosial (madaniah) ataupun tentang akhlaq

/ hakikat, sebaiknya kita juga dapat

menemukan pesan pesan tersurat dari sisi

yang lainnya. Sebagaimana yang

tergambar dalam surah al-fatihah ini.

Demikianlah al-qur’an yang memiliki

sisi bathin dan sisi dhohir yang antara satu

dan lainnya tak boleh saling tercerai berai.

Al-fatihah menyiratkan hal yang

sedemikian rupa dan Alloh memerintahkan

kita untuk mengulang – ulangnya agar kita

tidak lalai mengenai dua sisi yang

mustinya jalan bersamaan tersebut.

Page 2: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 2

Dalam bermuamalah, berkegiatan

dalam sehari hari, tentu kita tak boleh

berlepas dari kesadaran / keimanan kita

akan Alloh Yang Maha Melihat lagi Maha

meliputi. Hal ini mungkin jarang kita sadari.

Sehingga pada akhir – akhir ini tatkala kita

bermuamalah dalam bentuk lahiriah, sisi

bathiniahnya terlupakan.

Tulisan – tulisan hasil pentadabburan

secara singkat di sini insyaAlloh akan

mengajak pembaca sekalian untuk

menyalakan lagi kesadaran utuh

mengenai kedua sisi yang sempat terbelah

tersebut. Sehingga tatkala kita membaca

al-qur’an secara harfiah, kita juga

memahami isi bathinnya al-qur’an. Tetapi

perlu diingat bahwa ini bukanlah pokok.

Maksudnya bisa saja suatu ketika anda

dipersaksikan Alloh dengan suratan

makna bathiniahnya dengan berisikan

pesan yang lain.

Dengan memohon petunjuk kepada

Alloh, kita awali hal ini dengan

Bismillahirrohmaanirrohiimm............

***********

حي ه ن ٱلر

ه

ح

ه ٱلر بسم ٱلله

Dengan Nama Alloh = بسم ٱلله

Ayat pertama dalam surah al-fatihah ini

adalah merupakan pembuka dari segala

sesuatu dan segala hal. Bahkan sangat

dianjurkan untuk mengawali segala

sesuatu perbuatan dengan

Bismillahirrohmanirrohiim.

Alloh dan rosululloh s.a.w menerapkan

nilai tersebut dengan wujud peletakan

Bismillahirrohmanirrohim pada setiap

surah – surah berikutnya namun tidak

termasuk dalam hitungan banyaknya ayat

dalam surah – surah tersebut. Tampak,

namun nampak. Tertulis namun tak

termasuk dalam hitungannya.

Sebagaimana wujud huruf alif yang

tersembunyi di balik lafadz Bismi ( سم ٱ + ب )

yang menyiratkan tentang adanya Dzat

Maha Tunggal yang meliputi segala

sesuatu yang ada di alam semesta.

Ada sebuah riwayat yang

mengabarkan bahwasannya seluruh

kandungan al-qur’an itu terhimpun di

dalam surah al-fatihah. Dan seluruh

kandungan al-fatihah itu sendiri

terkandung pada ayat pertamanya,

sedangkan ayat pertamanya terhimpun

dalam titik Ba’.

Peng-kode-an yang sangat nyata

bahwasannya sebuah titik adalah asal

muasal sekaligus eksistensi yang

membentuk huruf – huruf. Goresannya

akan membentuk banyak wujud yang

kasat mata. Yang kemudian dapat kita

tangkap dan kenali secara indrawi.

Alloh adalah Dzat Yang Maha Tunggal,

Maha Esa, Maha Satu, Maha Sumber dan

Maha Meliputi. Alloh lah yang menciptakan

segala bentuk lahiriah dan bathiniah yang

pada kemudian dapat tertangkap dan

dikenali oleh segala panca indra yang

dipunyai manusia.

Umpamanya sebuah titik yang tunggal

kemudian meliputi seluruh keberadaan

huruf. Titik lah yang awal muasal dan

kemudian bergandengan membentuk

sekalian huruf. Sedangkan titik sendiri

tidaklah dapat diserupakan dengan huruf

manapun meskipun ia sebagai dasar

pembentuk huruf.

Itu hanya perumpamaan saja,

sedangkan Alloh sangatlah bukan titik.

Bi + ismi ( سم ٱ + ب ) semestinya ada alif

di sana. Namun Alloh sengaja

Page 3: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 3

menyembunyikannya. Mengabarkan

kepada siapapun yang membacanya

untuk dapat mengenaliNya. Mengenali

sifatNya yang Maha Bathin (Dzat Yang

Maha Tersembunyi -rahasia-). Setelahnya

lah Alloh mengabarkan tentang diriNya

yang maha nyata dibalik segala sesuatu.

Alif yang tersembunyi adalah

permisalan eksistensiNya yang melebur,

mengejahwantah, tersembunyi disebalik

sebuah nama. Kita dapat mengenali

banyak hal dengan sebuah sebutan /

nama. Namun kebanyakan kita sering kali

tidak menyadari adanya eksistensi

disebalik nama itu sendiri. Perpaduan

simbol titik ba’ dan alif yang tersembunyi

sesudahnya adalah merupakan sentuhan

dari Alloh untuk mengetuk kesadaran kita

semua mengenai Dzat Yang Maha Nyata

sekaligus Maha Tersembunyi.

Setiap kita hendaknya lah memulai

segala aktifitas dengan menyadari Alloh

yang maha meliputi ini. Ba’ dan Alif

tersembunyi yang tersirat. Membentuk

nama, istilah, kata dsb sebagaimana yang

kita kenali selama ini.

Isim / nama atau kata adalah sebentuk

unkapan untuk menunjukkan suatu dzat

atau keadaan. Sebagaimana pula kata

ismi dalam bismillah. Adalah sebentuk

sentuhan dari Alloh untuk menyadarkan

manusia akan EksistensiNya Yang Maha

Mulia.

adalah nama yang ,(Alloh) ٱلله

dipilihNya untuk manusia agar dapat

mengenaliNya. Nama tunggal yang

apabila dilepas satu persatu hurufnya akan

selalu merujuk pada kemaha tunggalan

eksistensiNya.

Jika alif dalam lafadz Alloh

dihilangkan, maka ia akan

membentuk lafadz Lillah لله . Arah

lafadz lillah ini merujuk pada

sesembahan. Dan merupakan satu

– satunya sesembahan. Dzatulloh

al-Haqq Azza Wajalla. Dzat Yang

Maha Tunggal sekaligus Maha

Meliputi.

Dari lafadz “Lillah” لله jika lam

awalnya dibuang, maka ia akan

membentuk lafadz lahu ( له) yang

berarti kepadaNya. Suatu bentuk

penunjukan samar arah kembalinya.

Karena lahu tidak diawali oleh

subyek apapun, sehingga samar

kemana arahnya. Namun kita dapat

mengetahui bahwa satu – satuNya

dzat Yang Maha Samar (al-Bathin)

adalah Alloh azza wajalla, maka

dapat kita pahami, bahwa lahu ini

arah kembalinya adalah kepada

Dzat Yang Tak Terbatas dan Maha

Bathin tersebut. Yakni Alloh s.w.t.

lahu ini juga merujuk langsung pada

eksistensinya yang tak tersentuh

oleh apapun.

Dari lafadz lahu, jika lam akhirnya

kita tiadakan, maka ia akan

membentuk lafadz Huu yang

bermula dari kata huwa. Huu juga

merujuk pada keluasan yang tiada

batas. Dan satu – satunya dzat Yang

Maha Luas tak terbatas adalah Alloh

s.w.t semata. Tiada yang selainNya.

Sampai di sini dapat kita pahami

bahwasannya lafadz Bismillah adalah

sentuhan dari Alloh untuk memurnikan

pandangan kita. Memurnikan tahuid kita.

sentuhanNya atas kesadaran terdalam

manusia untuk menatap dan menyadari

Robbnya yang Menguasai segala sesuatu.

Robbnya manusia yang Maha Suci tak

tersentuh apapun. Maha Suci, Maha

Nyata, Maha Ada, sekaligus Maha Bathin.

Lagi Maha Luas Tak Ada Bandingannya.

Page 4: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 4

Sedangkan pada lafadz selanjutnya,

adalah menunjukkan tentang sifatNya

yang utama. Yakni Arrohman ( ه

ح

ه ن ٱلر ).

Sebuah sifat yang berwujud kasih sayang

yang terbentang luas tak terkecuali

terhadap apapun dan siapapun. Baik

kepada yang kafir maupun yang beriman.

Yang baik maupun yang jahat / buruk.

Yang ada di timur maupun yang ada di

barat. Yang mati ataupun yang hidup.

Semuanya dilingkupi oleh sifatnya yang

utama ini. Maha Kasih Sayang.

Tak ada satupun hal atau satu materi

pun di alam ini yang tidak tersentuh oleh

kasih sayangNya. Maka bukanlah al-

Jabbar atau Al-Adzim atau sifat – sifat

lainnya yang Alloh gandengkan dengan

lafadz Bismillah yang memurnikan tauhid

di atas. Melainkan Ar-rohman, untuk

semakiin menguatkan kemurnian tauhid

manusia mengenai satu – satunya Dzat

Yang paling Eksis di alam semesta. Yang

mengatur seluruh tatanan semesta dan

kehidupan dengan sedemikian indah dan

teratur tanpa ada cacat sedikitpun.

Bahkan hingga yang nampak seolah

cacat sekalipun sungguh menyimpan

sebuah keistimewaan tersendiri yang

justru jarang diketahui oleh manusia

lainnya. Sungguh maha benar dan Maha

Sempurna pengaturan Alloh s.w.t.

Setelah menunjukkan kepada manusia

tentang ke-Maha Kasih Sayang-anNya

atas seluruh penjuru alam semesta,

selanjutnya Alloh mengabarkan tentang

rahmat dan kasih sayangNya yang secara

khusus hanya dilimpahkanNya kepada

sebagian hamba – hambaNya. Yakni

hamba – hambaNya yang benar – benar

beriman.

Ar-Rohim ( حيه adalah bentuk kasih (ٱلر

sayangNya yang secara khusus. Kepada

mereka yang berani bersedekah dalam

kondisi yang sempit, maka akan dibukakan

baginya kemudahan dari arah yang tidak

terduga – duga dan juga ditinggikan

derajat keimanannya. Kepada mereka

yang tetap dalam keadaan sabar dan

bersyukur di balik segala cobaan dan

semacamnya, maka akan semakin

dilapangkan baginya apapun yang

dibutuhkannya dan kadar keimanannya

pun akan semakin meningkat.

Demikianlah sebagian contoh –

contohnya.

Jika sifat ar-rohman adalah

menyeluruh berlaku bagi apapun dan

siapapun yang ada di dalam bentangan

alam semesta. Maka sifat ar-rohim ini

adalah pengkhususan bagi hamba –

hambaNya yang sungguh telah nyata

kesadaran tauhid dalam dirinya. Atas

dirinyalah limpahan cahaya ilahiah

menaungi. Hikmat iman yang tak

terbantahkan dan kokoh bersemi di dalam

dirinya itulah wujud daripada sifat Ar-

Rohim nya Alloh s.w.t.

Sampai di sini dapatlah kita pahami

bahwasannya untuk berbuat apapun,

dalam tindakan maupun ucapan.

Hendaklah kesadaran tauhid kita akan

Alloh Yang Maha Rahman tetap tertanam

bahkan menyala terang di dalam diri kita.

Dengan demikian insyaAlloh Alloh akan

menurunkan sifat RahimNya ke dalam diri

kita.

***

لهميه ٱل

هعب ٱل ه

ر ه د للم

هح

Al-Hamdu ( دم

هح

yang bermakna ,(ٱل

pujian. Semestinya memang terhimpun

secara utuh dan menyeluruh tertuju hanya

kepada Alloh. Dzat Tunggal yang

menguasai seluruh alam semesta.

Bagi mereka yang kesadaran

tauhidnya sudah tumbuh bersemi hingga

Page 5: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 5

mendapatkan nikmat iman sebagaimana

yang tehimpun dalam ayat pertama surah

al-fatihah (Bismillahirrohmanirrohim).

Tentunya Pujian agung akan senantiasa ia

tujukan secara sadar betul hanya

kehadirat Alloh s.w.t. Sang Penguasa yang

memelihara alam semesta.

Wujud Syukur ini tentunya bukan

hanya secara lisan saja, melainkan juga

secara perbuatan. Dan bukan hanya

secara lahir, melainkan juga seccara

bathin. Hal ini akan benar – benar

mewujud tatkala perbuatan kita adalah

sebagaimana yang telah tersirat di dalam

ayat pertama al-fatihah ini. Dengan kata

lain ayat pertamanya al-fatihah benar –

benar telah dijalankan. Yakni melakukan

segala aktifitas dengan tetap menjaga

kesadaran kita atas Eksistensi Alloh azza

wa jalla secara kontinyu / terus menerus.

Kesadaran yang demikianlah yang

disebut dengan kesadaran Lillah ( ه .(لل

Segala bentuk kegiatan / perbuatan ia

dasarkan / landasi dengan kesadaran

Ilahiah dan secara otomatis perbuatan

perbuatan yang didasari dengan

kesadaran ilahiah akan tertuju hanya

kepada Alloh. Manusia yang demikian

tidaklah lagi mungkin menonjolkan

keegoannya. Tidak menujukan

perbuatannya kepada selain Alloh. Tidak

kepada materi atau apapun yang selain

Alloh.

Maksudnya, meskipun ia sedang

memandang bentuk materi – materi yang

terhampar di hadapannya, namun

kesadarannya, jiwanya tetap terpaut

dengan Alloh. Kesadaran semacam ini

akan membuatnya padam benar bahwa

memang hanya Alloh lah yang menguasai

alam semesta ( لهميههعب ٱل ه

.(ر

Alloh yang menggerakkan segala

sesuatu, Alloh yang mengkondisikan

banyak hal dan lain sebagainya. Ia

menyaksikan secara haqq bahwa alam

semesta benar – benar berada di bawah

kuasa Alloh s.w.t, berada di bawah

kehendakNya.

Satu untaian ayat ke-dua dari surah al-

fatihah ini mengajarkan kepada kita

tentang syukur dan sembah puji yang

sesungguhnya (haqq). Yang dihaturkan

dengan sebenar – benarnya kepada Alloh

Yang Menguasai Alam semesta.

Dengan penuh rahman dan rahim .....

حي ه ن ٱلر

ه

ح

ه ٱلر

Sebagaimana juga yang dijelaskan di

dalam ayat pertama surah ini, ayat ke-tiga

ini juga mengabarkan dan menyatakan

tentang kasih sayangNya yang luas

maupun yang khusus. Sebagai bentuk

pemeliharaanNya terhadap alam semesta.

Jika tiada rahman – rahimNya, tentu

tak akan kita jumpai pemandangan –

pemandangan sebagaimana yang kita

jumpai selama ini. Sebagaimana yang

sedang kita pandang saat ini.

SifatNya yang luar biasa sempurna ini

yang menciptakan Rupa dan tatanan yang

sedemikian indah.

Rahman rahim ini juga yang menjadi

jawaban dari Alloh selanjutnya setelah

para hamba yang memujinya secara haqq.

Alloh menunjukkan rahman rahimNya

berlaku pada lapisan kesadaran

kesadaran selanjutnya yang lebih sadar

lagi.

ين وم ٱلهلك ي

ه م

Page 6: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 6

Alloh benar – benar menguasai

yaumid-diin. Yaumid-diin secara lahiriah

telah disepakati oleh para ulama sebagai

hari akhir. Hari di mana semua perbuatan

dipertanggung jawabkan. Hari

penghakiman yang seadil adilnya. Dan

hari yang tiada daya sedikitpun dari

manusia untuk menolak penghakiman

Alloh Yang Maha Adil.

Yaumid-diin sendiri tersusun dari kata

yaum (hari) dan ad-diin (agama). Secara

hakiki, makna yang tersirat / tersembunyi

dari kedua kata penyusun tersebut adalah

hari kepasrahan, hari kefitrahan. Di mana

pada hari itu tak ada daya dan upaya apa

pun. Semuanya tunduk kehadirat Alloh.

Di dalam surah al-fatihah ini, yaumid-

diin berhubungan dengan pembukaan.

Seirama dengan ayat pertamanya. Ayat

ke-empat ini menggambarkan dan

mengabarkan bahwasannya hanya Alloh

lah yang berkuasa ketika manusia benar –

benar telah berserah dan berlepas dari

daya upayanya sendiri yang tampak

seolah olah ada. Padahal tidak pernah

ada.

Manusia yang terlahir dengan selubung

ego (keakuan) akan selalu mengira dirinya

memiliki daya dan upaya. Dan tatkala ego

ini sudah dinafikan oleh manusianya. Di

saat itulah Alloh yang akan menguasainya.

Maksudnya, segala gerak adalah

perwujudan dari kepatuhannya atas

perintah Alloh. Hingga pada ucapannya

pun demikian.

Senada dengan adanya hadist qudsy

yang mengabarkan bahwa Alloh telah

berfirman, “barangsiapa yang mengikuti

sunnahKU, maka pandangan adalah

pandanganKU, ia mendengar dengan

pendengaranKU, ia berbicara dengan

lidahKU, dengannya AKU memukul,

dengannya AKU berjalan......”

Demikianlah tatkala manusia telah

benar – benar berlepas dari sifat

keegoannya, maka manusia akan

menafikkan adanya daya dan upaya

dirinya sendiri. Dengan begitu ia akan

memasuki kondisi pasrah. Dan dalam

kondisi pasrah / berserah inilah akan

sangat jelas bahwa yang berkuasa atas

dirinya satu satunya hanyalah Alloh

semata.

Alloh benar – benar menampakkan

eksistensiNya kepada dan dari orang –

orang yang berserah. Dan hal ini kemudian

berlanjut diperjelas oleh Alloh dalam ayat

selanjutnya

*****

إيهاكه هد و

بعي إيهاكه نهع

ههست ن

Wujud dari sampainya seorang

manusia yang melakukan perjalanan dari

ayat pertama surah ini hingga ayat ke-4

surah ini, adalah pengakuannya dan

kelakuannya yang nyata sebagaimana

ditampakkan dalam ayat ke lima surah ini.

Kesadaran tauhid yang haqq. Ia benar

benar menyadari kepada siapa

sebenarnya ia harus menghamba. Kepada

siapa ia harus mengabdi dan kepada siapa

ia harus memohon.

Di sini setelah ia cukup memahami dan

menyadari kenyataan sejati di alam

semesta. Ia akan mengabdi dan berjalan

dengan benar. Setelah ia mengetahui juga

adanya keumuman kasih sayang Alloh

dalam wujud ar-Rohman, dan adanya

kasih sayang Alloh secara khusus yang

berupa ar-Rohim, maka ia akan menjadi

sangat berhati hati dalam berjalan. Dan

dengan sangat rendah diri ia memohon

kepada Alloh Sang penguasa mutlak

sekalian alam.

*****

Page 7: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 7

هقي

همست

طه ٱل

هر دنها ٱلص

ٱه

Manusia yang telah menyadari

sepenuhnya bahwasannya selama berada

di dunia, tentu ia akan dihadapkan pada

dua jalan. Yakni jalan kefasikan

(kegelapan) atau jalan yang menyimpang,

dan jalan yang lurus (jalan cahaya / terang

benderang). Dan tatkala ia menyadari

betul akan siapa yang memiliki kuasa

penuh terhadap gerak manusia, maka ia

akan benar – benar memohon agar

senantiasa diberi petunjuk untuk tetap

berada dan melangkah di jalan yang lurus

nan berlimpah cahaya terang benderan.

Jalan yang benar – benar istimewa dan

diistimewakan oleh Alloh s.w.t.

Jalan yang lurus adalah jalan orang

orang yang diberi nikmat keimanan, jalan

yang terlimpah kasih RohimNya.

Sebagaimana kemudian diperjelas di ayat

selanjutnya.

****

م لهي ه ع

هت

م

هعه أهن

ين طه ٱله ه صر

ي غه

اليه له ٱلضههم و لهي ه

ضوب عغهم ٱل

An-‘amta = nikmat yang Engkau

berikan. Adalah bentuk nikmat iman, islam

dan ihsan. Nikmat atas penyaksian yang

telah ia peroleh tentang Dzat yang paling

nyata dan paling eksis di alam semesta.

Nikmat menyadari akan Dzat Yang Maha

Mengatur segala sesuatu dengan penuh

kasih sayang lagi Maha Sempurna.

Inilah nikmat iman dan ihsan. Wujud

atau buah dari iman dan ihsan ini adalah

apa yang disebut sebagai islam. Sebuah

kepasrahan total; keberserahan diri secara

haqq atas kuasa mutlak Alloh azza wa

jalla. Itulah nikmat yang dimaksudkan.

Alloh yang maha mengatur dan yang

paling berhak membolak balikkan segala

keadaan, demikian juga sangat bisa

mencabut bentuk nikmat iman, ihsan,

islam tersebut. Maka sudah sewajarna

hamba yang beriman, ihsan, serta islam

diajari oleh Alloh untuk senantiasa

mengulang – ulang doa ini. Sudah

sewajarnya Alloh mengutus kita semua

melalui baginda nabi s.a.w untuk selalu

mengulang – ulang membaca surah al-

fatihah ini. Yang mana di dalamnya

tersimpan doa yang teramat mulia ini.

Alloh mengingatkan bahwasannya

kelalaian manusia dapat menutupi dirinya

dari petunjukNya. Dan manusia semacam

inilah yang dimaksud sebagai al-

Maghdhub dan Adh-Dholliin. Orang –

orang yang tertutup dari petunjuk akan

membawa orang tersebut kepada

kemungkaran dan ketersesatan.

Setiap detik, menit, setiap hembusan

dan tarikan nafas. Alloh senantiasa

melimpahkan cahaya petunjukNya. Maka

kita diajarkan olehNya untuk berdoa

sebagaimana ayat ke-6 surah ini agar kita

dijaga olehNya untuk tetap menyadari dan

menangkap petunjukNya. Kita memohon

kepadaNya agar kita tidak tergolong

sebagai al-Maghdhub dan adh-dholliin.

Yang tertutup dari cahayaNya dan

petunjukNya.

Alloh adalah dzat Yang Maha

Memelihara. Dan hanya kepadaNya lah

kita memohon agar tetap dipelihara dalam

jalan yang lurus yang penuh cahaya

Page 8: Tadabbur QS Al-fatihah

Al-fatihah Surah 1 -Pembuka-

Tadabbur Spiritual Al-Qur’an 8

----∞∞∞∞∞∞∞----

Hikmah 1 Al-Fatihah

Al-fatihah memiliki makna pembuka

yang sarat bermuatan hikmah mengenai

dasar realitas segala sesuatu. Dimulai dari

setitik keberadaan yang kemudian

mengejah wantah dalam berbagai macam

bentuk. Menguasai segala bentuk apapun.

Yang mendhohirkan diriNya hingga dapat

dikenali dan disaksikan oleh sekalian

hamba – hambaNya.

Alloh mengetuk kesadaran hamba –

hambaNya dengan mengawali firmanNya

yang agung nan mulia dengan ayat

pertama yang menjadi syarat untuk

memulai segala aktifitas. Di ayat pertama

itulah kunci kesejatian segala sesuatu.

hambaNya jika menyadari tentang

keberadaanNya, hamba itulah yang

kemudian disebut sebagai muslim. Dan

yang beriman. Kesadaran tentang

kebersamaan dengan Dzat Yang Maha

Meliputi ialah yang kemudian kita sebut

sebagai ihsan. Inilah yang dikatakan

dengan sebutan syahadat. Penyaksian

akan segala sesuatu bahwasannya di balik

segala sesuatu itu ada Alloh Yang Maha

Mengatur.

Hikmah pertama dalam surah al-fatihah

ini adalah merupakan sentuhan dari Alloh

terhadap hambaNya untuk bersyahadad;

bermusyahadah; atau bersaksi. Ayat

pertamanyalah yang demikian indah

mengingatkan dan menyadarkan kita

untuk senantiasa berlaku ihsan dan

bersyahadat secara kontinyu.

----∞∞∞∞∞∞∞----

Hikmah 2 Al-Fatihah

Tak ada hal lain yang akan dapat

dilakukan seorang hamba apabila sang

hamba tersebut telah menyaksikan

keesaan Alloh Yang Maha Agung nan

Mulia. Yang Maha Berkasih sayang. Di sisi

lain si hamba tersebut kemudian bersujud,

memuji dan bertasbih kepadaNya.

Tindak tanduk inilah yang sebenarnya

disebut sebagai peribadatan. Maka segala

gerak yang di awali dengan bismillah atau

didasari dengan kesadaran mengenai

kebersamaan kita dengan Alloh adalah

pasti bernilai ibadah. Apapun itu

bentuknya. Inilah pula yang merupakan

tujuan diciptakannya manusia.

Hikmah ke-dua yang terkandung dalam

al-fatihah ini adalah hikmah mengenai

segala bentuk peribadatan atau mengarah

kepada rukun islam yang ke-dua. Yakni

sholat yang terus menerus /

berkepanjangan / daim. Maksudnya

adalah peribadatan yang berbentuk dalam

berbagai macam gerak dan disertai

dengan kesadaran akan kebersamaan kita

dengan Alloh.

Kesadaran dalam segala gerak inilah

yang dikatakan sebagai sholat daim.

Sholat yang berkepanjangan.

----∞∞∞∞∞∞∞----

Hikmah 3 Al-Fatihah

Al-fatihah meyimpan juga pesan

spiritual untuk tetap istiqomah berada di

dalam penyaksian dan kesadaran tauhid /

kesadaran ilahiah dalam segala gerak,

yang kita sebut dengan sebutan sholatud-

daim. Juga menyimpan pesan agar

seorang hamba hendaknya senantiasa

berserah diri kepadaNya. Berlepas dari

ego dan nafsu (kehendak diri). hendaknya

seorang hamba benar – benar mengikuti

kehendakNya, bukan kehendak dirinya

dan egonya.

Istiqomah bukanlah hal yang dibuat

buat. Melainkan efek dari dorongan ilahiah

/ dorongan murni dari Alloh. Untuk

senantiasa dalam pengabdian

kepadaNya. Hal ini sebagaimana tertuang

dalam ayat ke-6 dan ke-7 dalam surah ini.

Kepasrahan dan kesadaran tauhid murni.