syifa dalam perspektif...

84
SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN ( Kajian Surat al-Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir al-Misbah ) Oleh: Nurul Hikmah NIM 101034021924 JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2010 M

Upload: phammien

Post on 13-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

( Kajian Surat al-Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan

Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir al-Misbah )

Oleh:

Nurul Hikmah NIM 101034021924

JURUSAN TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

Page 2: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

( Kajian Surat al-Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan

Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir al-Misbah )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Theologi Islam ( S.Th.I)

Oleh:

Nurul Hikmah

NIM 101034021924

Di bawah Bimbingan

( Dr. H.M. Suryadinata, M.A )

NIP : 150239145

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

Page 3: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

( Kajian Surat al-Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan

Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir al-Misbah )

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh:

Nurul Hikmah

NIM 101034021924

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

Page 4: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Syifa Dalam Perspektif Al-Qur’an - Kajian Surat al-

Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir

al-Misbah”: telah diujikan dalam sidang munasaqah Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Senin, tanggal 18 Januari 2010 M.

Pukul : 09.30 – 11.00 WIB.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu Syarat memperoleh gelar

Sarjana Teologi Islam (S.Th.I) pada program studi Tafsir Hadist.

Jakarta, 18 Januari 2010

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Bustamin, M.Si Dr. Edwin Syarif, M.A 19630701199803 150283228

Anggota

Drs. Zainal Arifin Z., M.A Drs. Rifqi Mukhtar, M.A 150282120

Pembimbing,

Dr.H.M. Suryadinata, M.A 150239145

Page 5: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

( Kajian Surat al-Isra (17) : 82, Q.S. Yunus (10) : 57 dan

Q.S. an-Nahl (16) : 69 Dalam Tafsir al-Misbah )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai Gelar

Sarjana Theologi Islam ( S.Th.I)

Oleh:

Nurul Hikmah

NIM 101034021924

Di bawah Bimbingan

( Dr. H.M. Suryadinata, M.A )

NIP : 150239145

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

Page 6: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الر حمن الر حيم

Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat

Allah swt. Zat Wajibul Wujud yang tidak berhenti untuk melimpahkan bermacam-

macam berjuta-juta atas tentang suatu kenikmatan, taufik dan hidayah, baik yang

bersifat lahir maupun bathin, baik di langit maupun di bumi, baik di dunia hingga

di akherat. Dialah Zat yang Maha Penyembuh dan Penyuci segala macam-macam

penyakit, kotoran, dan najis yang melekat dalam diri setiap hamba-Nya. Segala

shalawat, salam dan berkah semoga senatiasa dilimpahkan kepada nabi, rasul,

cahaya umat dan alam semesta Muhammad saw. beserta keluarga, keturunan,

sahabat serta siapa saja yang akan selalu mengikuti sunah dan ketauladannya.

Rasa syukur dan pujian itu semata-mata penulis haturkan karena telah

selesainya penyusunan skripsi ini yang berjudul “SYIFA DALAM PERSPEKTIF

AL-QUR’AN” ini. Di dalam penyusunan skripsi ini telah berhasil penulis lalui dan

jalani. Ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, arahan, bimbingan dan dukungan,

baik moril maupun materil dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin ucapkan rasa terima

kasih yang tidak terhingga atas segala bantuan dan dukungannya, sehingga

penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan juga, yaitu kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Dr. H.M. Amin Nurdin,

MA.

2. Bapak Ketua Jurusan Tafsir Hadits, Dr. Bustamin, M.Si.

i

Page 7: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

3. Bapak Sekretaris Jurusan Tafsir Hadits, Dr. Edwin Syarif, M.A.

4. Bapak Dr. H.M. Suryadinata, M.A., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya kepada penulis dalam proses

bimbingan dan arahan untuk memeriksa dan mengoreksi hasil kerja

penulis. Sehingga, dengan ketulusan dan keikhlasannya, penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini tersebut.

5. Ucapan terima kasih kepada seluruh Bapak / Ibu Dosen Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

kepada penulis, dan juga yang telah sabar dan sungguh-sungguh dalam

memberikan berbagai ilmu pengetahuan serta bimbingan selama penulis

mengikuti perkuliahan dan semoga ilmu yang telah diberikan dapat

bermanfaat untuk diamalkan.

6. Kepala Pimpinan dan seluruh para jajaran staff karyawan perpustakaan

Ushuluddin dan Filsafat, dan juga kepada seluruh staff perpustakaan utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas kepada

penulis dalam rangka mengadakan studi perpustakaan, dan juga yang telah

memiliki andil sangat besar dalam membantu penulis untuk menyelesaikan

penyusunan skripsi tersebut.

7. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua Orangtua penulis

Bapak H.M. Cecep Sutisna dan Ibu Hj. Makiyah yang telah memberikan

dorongan serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Alhamdulillah hingga kini, keduanya masih diberi umur panjang oleh

ii

Page 8: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

Allah SWT., semoga Allah SWT. mengampuni atas segala dosa-dosanya

dan juga mendapat balasan yang lebih baik.

8. Dan tidak lupa juga, ucapan banyak-banyak terima kasih kepada alm.

Kakek saya, Bapak Husin Sugiyah bin Sarkawi yang telah memberikan

inspirasi, kasih sayang dan penyemangat hidup. Serta, seorang yang selalu

senantiasa memberikan doa serta pengorbanannya dengan hati yang tulus

serta cerminan hidup yang sederhana yang dipersembahkan kepada penulis

(cucu). “Allahumma firlahu warhamhu wa’aa fihii wafuanhu” amiin ya

rabbal alamin.

9. Dan begitu juga, ucapan terima kasih kepada semua guru-guru yang

dimulai sejak SD sampai Perguruan Tinggi yang telah turut memberikan

goresan tinta dalam sejarah hidup penulis. Semoga jasa dan keikhlasan

tercatat sebagai amal soleh yang senantiasa selalu mengalir sampai ruh

berpisah dari jasadnya.

10. Dan juga, ucapan terima kasih kepada seluruh teman-teman sekelas di

Tafsir Hadits B (TH-B) angkatan 2001 terkhusus untuk sahabat-sahabatku

senasib seperjuangan seperti : Nina Suraya dan Rena Yuniar dan juga,

teman jurusan yang lain yaitu dari jurusan Sosiologi seperti : Sdri. Yati,

Eva dan Dilla dan juga berserta dengan yang lainnya yang tidak mungkin

penulis dapat sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan motivasinya

dalam menghantarkan demi untuk penyelesaian penyusunan skripsi ini dan

juga, selalu tetap kompak. Sehingga dapat terus menjalin persaudaran

(ukhuwwah islamiyah).

iii

Page 9: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

11. Dan begitu juga, tak lupa ucapan rasa terima kasih penulis kepada kakak-

kakak kelas yaitu : sdr. Iwan Edi dan sdri. Widad dan juga, sdri. Yayah

yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis supaya

lebih bersemangat dalam menjalani untuk mengerjakan penuyusunan

skripsi ini.

12. Dan begitu juga, tak lupa ucapan rasa terima kasih kepada staff lain UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, seperti : pada Fakultas Dakwah, Dirasa

Islamiyah dan juga, bagian Akademik Pusat dan juga beserta yang lainnya,

yang tidak pernah berhenti untuk mendo’akan dan memberikan dorongan

kepada penulis untuk selalu tetap tabah dan sabar dala menjalani proses

penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, demikian pembahasan skripsi ini, penulis sangat menyadari

bahwa pembahasan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dan juga, tidak

lepas adanya kesalahan dan serta kekurangan baik dari penguasaan materi, gaya

bahasa dan juga, dalam tekhnik penulisan.

Penulis senantiasa sangat berharap adanya kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca dan siapa saja yang ingin memperoleh

kemanfaatan penulisan skripsi ini. Dan atas pemasukan yang berharga itulah

penulis akan selalu untuk dapat melakukan suatu perbaikan dan penyempurnaan

atas segala kekurangan dan kekhilafan sebagai hamba Allah swt. yang sangat

memiliki suatu kelemahan dan juga, penulis tiada berdaya tanpa adanya

bimbingan dan perlindungan-Nya.

iv

Page 10: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

Semoga Allah SWT. senantiasa dapat melimpahkan suatu balasan yang

agung serta berlipat ganda atas segala kebaikan bapak-bapak, ibu-ibu dosen, orang

tua, saudara-saudariku sekalian dan juga, untuk semua pihak. Amin ya robbal

alamin.

Ciputat,

Penulis

v

Page 11: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………….……………… i DAFTAR ISI ………………………………………….………………... vi PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………. viii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………. 1 A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………. 6 C. Kajian Pustaka ……………………………………… 6 D. Tujuan Penulisan …………………………………… 9 E. Metodologi Penelitian ………………………………. 9 F. Sistematika Penulisan ………………………………. 10

BAB II. SYIFA DALAM AL-QUR’AN DAN PANDANGAN PARA ULAMA …………………………………………. 12 A. Makna Syifa dan Definisi Syifa ………………......... 12

1. Bersifat Umum ………………………………….. 15 2. Bersifat Khusus …………………………………. 16

B. Macam-macam Penyakit …………………………… 18 C. Pandangan Para Ulama Tafsir Tentang Syifa ........ 27 D. Syarat-syarat Ulama Billah ……………………….. 31 E. Tata cara Melakukan Pengobatan atau

Penyembuhan ………………………………………. 32 1. Penyembuhan Penyakit Lupa Ingatan ……….. 32 2. Penyembuhan Rasa Sedih dan Duka …………. 33

BAB III. M. QURAISH SHIHAB DAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM AL-QUR’AN …………………………………. 34 A. Sepintas Tentang M. Quraish Shihab

dan Karya-Karyanya ………………………………. 34 B. Karya Ilmiah M. Quraish Shihab ……………......... 40 C. Metodologi Tafsir al-Misbah …………………......... 42 D. Ayat-Ayat Syifa dan Terjemahannya ……………... 46

1. Surat al-Isra (17), Ayat 82 ……………………… 46 2. Surat Yunus (10), Ayat 57 ……………………… 46 3. Surat al-Nahl (16), Ayat 69 …………………….. 46

BAB IV. PENAFSIRAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM TAFSIR AL-MISBAH …………………………………. 47

A. Penafsiran Surat al-Isra (17) Ayat 82 …………. 47 1. Asbabun al-Nuzul …………………………… 49 2. Munasabah Ayat ……………………………. 51

vi

Page 12: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

B. Penafsiran Surat Yunus (10) Ayat 57 ….……… 52 1. Asbabun al-Nuzul ………………………….. 54 2. Munasabah Ayat ………………………….... 54

C. Penafsiran Surat al-Nahl (16) Ayat 69 ….…….. 55 1. Asbabun al-Nuzul ………………………….. 58 2. Munasabah Ayat …………………………… 58

D. Kesimpulan Ayat-Ayat al-Syifa ………………. 59 1. Surat al-Isra (17) Ayat 82 ……………... 59 2. Surat Yunus (10) Ayat 57 ……………... 59 3. Surat al-Nahl (16) Ayat 69 ……………. 59

BAB V. PENUTUP ………………………………………………. 60 A. Kesimpulan …………………………………………. 60 B. Saran-Saran ………………………………………… 62

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 64

vii

Page 13: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Panduan Aksara Huruf Arab Huruf latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا B Be ب T Te ت Ts Te dan es ث J Je جh ح Ha dengan garis dibawah

Kh Ka dan ha خ D De د Dz De dan zet ذ R Er ر Z Zet ز S Es س Sy Es dan ye ش S Es dengan garis di bawah صD ض De dengan garis di bawah

T ط T dengan garis di bawah

Z Zet dengan garis di bawah ظ Koma terbalik diatas hadap kanan ‘ ع Gh Ge dan ha غ F Ef ف Q Ki ق K Ka ك L El ل M Em م N En ن W We وــه H Ha Apostrof ` ء y Ye ي

2. Vocal Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah ـــــ

I Kasrah ــــ

U dammah ــــ

viii

Page 14: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

ix

3. Adapun Vokal Rangkap Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai A dan i ــــ ي

Au A dan u ــــ و

4. Vokal Panjang Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â A dengan topi diatas ـــا

î I dengan topi diatas ــــي

ــوــ û U dengan topi diatas

5. Kata Sandang Kata sandang yang ada dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf dialihaksarakan menjadi “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun ,( ال)huruf qamariyyah. Contoh الشمسية = al-syamsiyyah, القمرية = al-qamariyyah.

6. Tasydîd Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini berlaku jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-huruf samsiyyah. 7. Ta marbûtah Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut diikuti kata sifat (na’t). Namun jika Ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

8. Huruf Kapital Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Ejaan Yang Disempurnakan )EYD .(Jika nama didahulukan oleh kata sandang ,maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri sendiri tersebut ,

bukan huruf awal atau kata sandangnya .Contohnya البخر = al-Bukhâri.

Page 15: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah wahyu Allah swt; kepada Rasul-Nya Muhammad saw.

melalui malaikat-Nya yang bernama Jibril as. Dan atas bimbingan-Nya pula Nabi

saw. dapat menerangkan dan menjelaskan tafsir dan ta’wil wahyu-Nya itu sebagai

pesan-pesan yang tersurat maupun tersirat (as-Sunnah). Dengan bekal itulah para

ahli waris, pengikut, murid, sahabat dan kekasih Nabi-Nya dapat memahami

secara mendalam dan mengakar; dan pemahaman itupun bukan datang dengan

sendirinya, melainkan atas pertolongan, bimbingan dan wahyu yang berasal dari-

Nya pula.

Bahwasanya konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari suatu

penyakit yang terdapat dalam al-Qur’an asalnya mengandung untuk :1

1. Menguatkan keimanan dengan al-Qur’an;

2. Membenarkan suatu keyakinan bahwa barangsiapa ditimpa dengan suatu

penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati suatu penyakit itu

kapan saja ia kehendaki dengan mencari suatu metode atau

penyembuhnya;

3. Keyakinan orang yang mempercayai (beriman) kepada Rasulullah saw.,

bahwa Tuhannya telah memberikan petunjuk kepadanya mengenai

pelajaran-pelajaran tentang rahasia-rahasia al-Qur’an, dan daripadanya

1 Muhammad Abdul ‘Aziz al-khalidy, al Isytisyfa’ bil Qur’an, Dâr al-Kutub al-Ilmiyah,

Beirut Libanon, 1990, h.65.

1

Page 16: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

2

telah terdapat tentang rahasia pengobatan atau penyembuhan yang

bermakna.

Ajaran Islam adalah suatu ajaran wahyu yang bersumber dari Allah swt.

Dzat Yang Maha Suci, Maha Mulia dan Sempurna. Oleh karena itu al-Qur’an

sebagai suatu sumber utama ajaran Islam memiliki kebenaran yang mutlak.

Kebanyakan dari diri seorang manusia hanya sebatas mengakui suatu kebenaran

itu tersebut, namun mereka tidak ingin atau pun belum memiliki suatu kebenaran

yang untuk mengaplikasikan dari al-Qur’an itu ke dalam seluruh aspek ilmu

pengetahuan dan kehidupan. Mereka sangat dikotomis dalam

mengimplementasikan suatu cita-cita dan harapan hidup dan kehidupannya.

Seolah-olah antara agama, sains dan kehidupan terpisah adanya. Hal inilah yang

menjadi sebab utama manusia mengalami suatu kegagalan dalam menanggulangi

dan mencari berbagai solusi terhadap as-Sunnah Rasulullah saw. seluruh umat

manusia mengakui suatu kesempurnaan dari beliau sebagai seseorang figur

ketauladanan bagi suatu keberhasilan dalam membangun jati dan citra diri sebagai

“Insan Kamil”. Akan tetapi, sangat sedikit dari sebagian umat manusia yang

berani secara ksatria dalam mengikuti proses penyempurnaan diri itu tersebut.

Problematika dari suatu kasus-kasus yang telah dan akan senantiasa

menjadi kerja penulis adalah mulai dari kasus-kasus yang berhubungan dengan

problematika individu dengan Tuhannya, individu dengan dirinya sendiri,

individu dengan lingkungan keluarga, individu dengan lingkungan kerja dan

individu dengan lingkungan sosialnya.

Page 17: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

3

Problematika individu dengan Tuhannya, ialah kegagalan seseorang untuk

melakukan hubungan interaksi vertikal dengan Tuhannya, seperti sangat sulit

sekali untuk menghadirkan rasa perasaan takut, rasa taat dan rasa bahwa Dia

selalu mengawasi suatu perbuatan dan prilaku dari setiap seorang individu.

Sehingga, telah berdampak kepada rasa malas dan enggan untuk melakukan

ibadah dan kesulitan untuk segera meninggalkan perbuatan-perbuatan yang telah

dilarang dan dimurkai oleh Tuhannya.

Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan untuk

bersikap disiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani

yang sangat selalu untuk mengajak, menyeru dan membimbing kepada kebaikan

dan kebenaran dari Tuhannya. Sehingga, telah muncul suatu sikap was-was,

peragu, berprasangka buruk, lemah motivasi, dan tidak mampu untuk bersikap

mandiri dalam melakukan macam-macam segala hal.

Problematika individu dengan lingkungan keluarga, ialah kesulitan untuk

mewujudkan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, suami dan istri,

orang tua dan putra-putrinya serta antar bersaudara. Sehingga, dari kondisi itulah

sering terjadinya pertengkaran antar pasangan suami dan istri, puncaknya

terjadilah suatu perceraian. Anak sangat merasa tertekan dengan karekter dan

sistem pendidikan dari kedua orang tuanya yang sangat keras, kaku dan otoriter,

atau kedua orang tua yang sangat selalu sibuk di luar rumah; sehingga, sang anak

tersebut merasakan haus akan kelembutan, kasih sayang dan ketauladanan dari

kedua orang tuanya tersebut.

Page 18: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

4

Problematika individu dengan lingkungan kerja, ialah kegagalan individu

dalam untuk meningkatkan prestasi kerja, menghadapi atasan, rekanan dan

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan, problematika

individu dengan lingkungan sosialnya, adalah kesulitan untuk melakukan suatu

adaptasi dengan lingkungan tetangga atau pergaulan yang sangat beraneka macam

ragam watak, sifat dan prilaku.

Dari problem-problem itulah sehingga, muncul atau menimbulkan keadaan

stres dan depresi apabila seseorang yang tidak memiliki suatu daya tahan mental

dan spiritual yang tangguh. Keimanan yang lemah sangat rentan dan mudah

tertimpa kedua keadaan itu tersebut. Utamanya adalah kekuatan iman dan

ketakwaan pasti akan dapat menghasilkan daya tahan mental yang bersifat kokoh

dan kuat dalam untuk menghadapi berbagai macam suatu problem hidup dan

kehidupan.

Penelitian yang dilakukan Kielholz dan Poldinger (1974) menunjukkan

bahwa 10% dari pasien yang berobat pada dokter adalah pasien depresi dan

separuhnya dengan depresi terselubung. Penelitian lain yang dilakukan oleh

Klinik Psikiatri Universitas Basle (1977/1978) didapat angka 18%, penelitian di

Bavaria (Dilling dkk.1978) didapat angka 17%. WHO (1974) memperkirakan

prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3%.2

2 Dadang Hawari, al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT. Dana

Bhakti Primayasa, 1997), h.56.

Page 19: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

5

Sehubungan dengan itu Sartorius (1974) menaksir 100 juta penduduk

dunia mengalami depresi. Angka-angka ini semakin bertambah untuk masa-masa

mendatang yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain :3

1. Usia harapan hidup semakin bertambah.

2. Stresor psikososial semakin berat.

3. Berbagai macam kronik semakin bertambah.

4. Kehidupan beragama semakin ditinggalkan (masyarakat sekuler).

Permasalahan kehidupan stresor psikososial adalah setiap keadaan atau

peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja

atau dewasa); sehingga, orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau

menanggulangi stresor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu

mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya, sehingga timbullah

keluhan-keluhan kejiwaan antara lain depresi.4

Oleh karena itu, alasan penulis melalui dengan penulisan skripsi ini;

penulis mengajak kepada individu atau kelompok masyarakat Islam untuk dapat

memahami ajaran Islam yang bersumber kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai

ajaran Islam yang lengkap dan solusif terhadap berbagai persoalan kehidupan.

Islam datang ke tengah-tengah umat manusia dalam rangka ingin menyelamatkan

dari suatu kehancuran dan kegagalan dalam untuk meraih hidup dan kehidupan

yang baik, benar, maslahat, damai, aman, tentram, bahagia dan selamat di dalam

dunia hingga kelak di dalam akhirat. Sehingga, hal inilah yang telah mendorong

3 Ibid..

4 Ibid..h.45-46.

Page 20: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

6

penulis untuk mengangkat dan menyusun skripsi ini dengan judul : “Syifa Dalam

Perspektif al-Qur’an (Kajian Surat al-Isra (17) : 82, QS.Yunus (10) : 57 dan

QS.al-nahl (16) : 69, Dalam Tafsir al-Misbah)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Tema syifa dalam al-Qur’an terdapat pada 10 surat dan 14 ayat, yaitu surat

al-Isra ayat 7dan 82, QS. Yunus ayat 57, QS.al-Nahl ayat 69, QS. al-Maidah ayat

39, QS. al-Baqarah ayat 129 & 257, QS. at-Taubah ayat 108, QS. al-Insyirah ayat

1, 2 dan 3, QS. al-Imran ayat 31, QS. Muhammad ayat 2 dan QS. al-Hijr ayat 47.

Adapun masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, dapat dirumuskan

sebagai berikut : “Bagaimana Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Ayat al-

Syifa (QS. al-Isra (17) : 82, QS. Yunus (10) : 57 dan QS. al-Nahl (16) : 69”.

C. Kajian Pustaka

Dari penelitian dan penelusuran penulis, ditemukan ada beberapa buku

yang menjadi referensi, baik yang primer maupun sekunder. Adapun yang

menjadi referensi primer dari kajian ini adalah : Konseling dan Psikoterapi Islam,

yang ditulis oleh M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky.

Buku ini mengajak seorang pembaca, khususnya penulis dan mahasiswa

atau siapa saja yang ingin mengenal dari fungsi ajaran Islam terhadap

pengembangan kecerdasan dan solusi Ilahiyah terhadap berbagai persoalan

masalah hidup dan kehidupan manusia, khususnya yang berhubungan dengan

masalah mental (kejiwaan), spiritual dan moral yang bersumber kepada al-Qur’an

Page 21: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

7

dan as-Sunnah dengan melalui pendekatan Sufistik (tasawuf). Sehingga,

setidaknya para pembaca dan mahasiswa Islam, khususnya untuk penulis agar

dapat memperoleh suatu gambaran dan pengetahuan yang berkaitan tentang peran

Islam dalam memberikan suatu bimbingan syifa terhadap gangguan psikologis.

Dari sinilah diharapkan akan berkembang dengan pesat keilmuan yang sangat

spesifik dalam membahas tentang berkaitan dengan kejiwaan atau mental, seperti

Psikologi Islam, Psikodiagnostik Islam, Psikoterapi Islam, Metodologi Penelitian

Psikologi Islam, Hubungan Akidah dan Psikologi Islam, Hubungan Ibadah dan

Psikologi Islam dalam Aplikasi Manajemen, Psikologi Islam dan Pengembangan

Sumber Daya Insani dan sebagainya.

Sedangkan, kitab yang menjadi referensi sekunder diantaranya adalah : al-

Razi dalam tafsirnya Mafatih al-ghâib, yang telah menyajikan kajian syifa dengan

berbagai macamnya secara terpisah antara satu dengan term yang lainnya. Namun,

kesemuanya itu dapat dikaji melalui dengan pendekatan tafsir tematik secara

kronologis berdasarkan tertib nuzul surah-surah dalam al-Qur’an karya

Muhammad ‘Azzah Darwazah, kemudian; dikomfirmasikan dengan karya

Muhammad Fuad ‘Abd. al-Baqi dalam karyanya al-Mu’jam al-Mufahras li Alfaz

al-Qur’an, untuk melihat satuan ayat makiyah dan madaniyahnya dengan tanpa

mengabaikan tinjauan daripada mufasir lainnya, terutama Tafsir Mafatih al-Ghâib

karya al-Râzi.

Kajian syifa dalam Tafsir Mafatih al-Ghâib karya al-Râzi, dengan

pendekatan tematik tersebut dapat dihasilkan sebuah kajian syifa secara

komprehensif sehubungan dengan eksistensi, makna dan sasaran syifa, sakit dan

Page 22: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

8

sebab-sebabnya, jenis syifa beserta karekteristik dan mekanismenya secara persial

maupun terpadu beserta nilai guna dan manfaatnya bagi kehidupan umat manusia.

Kajian Syifa dengan fokus Tafsir Mafatih al-Ghâib karya al-Râzi, sangat

penting bagi kehidupan saat sekarang dan juga, yang akan datang; karena

kehidupan al-Râzi yang lahir di Ray pada tanggal 25 Ramadhan 544 H. Wafat di

Heart pada hari senin 1 Syawal / Id al-Fitri tahun 606 H.yang bertepatan dengan

tahun 1148-1210 M, adalah seorang muslim berbagai bidang, termasuk di

dalamnya adalah ahli bidang fikih, teologi, filsafat, kedokteran, tafsir, tasawuf dan

bahkan beliau adalah seorang imam besar pada masanya yang selalu berusaha

mencari solusi dan sintesis di dalam dunia akademis maupun sosial

kemasyrakatan. Oleh karenanya, usaha-usaha demikian itu masih sangat relevan

dan bahkan patut dimanfaatkan dan dikembangkan untuk masa kini dan yang akan

datang.

Sungguh kajian syifa telah diungkapkan sedemikian rupa, namun masih

banyak celah-celah yang menuntut adanya kajian sebagai bentuk untuk

pengembangan, apalagi kajian ini hanya difokuskan pada satu kajian tafsir al-Râzi

dengan satu corak pendekatan. Oleh karena itu, kajian syifa demikian ini sungguh

sangat terbuka dan tidak tertutup kemungkinan untuk pengembangan penelitian

berikutnya.

Berbeda dengan dua penulis di atas, yaitu Hamdan Bakran adz-Dzaky dan

al-Razy, dalam skripsi ini pada tiga surat dan tiga ayat menurut penafsiran

M.Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah.

Page 23: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

9

Penafsiran ini juga akan dikemukakan tafsiran-tafsiran dan para mufassir

lainnya.

D. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan dari Penulisan Skripsi ini adalah :

1. Untuk Menganalisa Penafsiran M.Quraish Shihab, Terhadap ayat al-Syifa

(Q.S.al-Isra, Yunus dan al-Nahl) dalam Tafsir al-Misbah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan M.Quraish Shihab tentang ayat

al-Syifa tersebut yang tercantum di dalam kitab Tafsir al-Misbah.

3. Untuk memberikan Penyembuhan atau Pengobatan Terhadap Penyakit

Kejiwaan (Mental), bahkan dapat juga untuk penyakit spiritual dan fisik.

4. Dan juga untuk mengetahui sejauh mana al-Qur’an membicarakan tentang

ayat al-Syifa tersebut.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan

metode penelitian kepustakaan (Library Research); sebagai landasan

operasional, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan buku-buku baik

yang berasal dari sumber primer yaitu Tafsir al-Misbah dan Konseling dan

Psikoterapi Islam, maupun sekunder yaitu buku-buku, majalah dan artikel

yang berkaitan dengan materi pembahasan.

Page 24: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

10

2. Metode Pembahasan

Adapun pembahasannya penulis dengan menggunakan pendekatan

deskriptif analitis5 yaitu pendekatan dengan cara mengumpulkan berupa

data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti kemudian

dideskripsikan; dan setelah itu baru dianalisa untuk memperoleh kejelasan

masalah yang akan diteliti.

Sebagai pelengkap, penulis juga menggunakan al-Qur’an dan

terjemahannya, dan juga di dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada

buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi”, yang disusun oleh tim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, penulis menyusunnya dengan

menggunakan ke dalam 5 (lima) bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang merupakan gambaran umum berupa Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan

Penulisan, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Membahas masalah syifa dan pandangan para ulama, yang

meliputi tentang makna syifa dan definisi syifa, macam-macam penyakit,

pandangan ulama tafsir tentang syifa, syarat-syarat Ulama Billah dan Tata cara

melakukan Pengobatan atau Penyembuhan.

5 Moh.Nazir, ph.D, Metode Penelitian,(Jakarta : Ghalia, 1988), h.51.

Page 25: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

11

BAB III : Membahas tentang Riwayat M.Quraish Shihab dan ayat al-Syifa

dalam al-Qur’an, yang meliputi sepintas tentang M.Quraish Shihab dan karya-

karyanya, Metodologi Tafsir al-Misbah, dan Ayat al-Syifa dan terjemahan.

BAB IV : Membahas tentang Penafsiran Ayat al-Syifa dalam Tafsir al-

Misbah, yang meliputi tentang Penafsiran Surat al-Isra (17) Ayat 82, Surat Yunus

(10) Ayat 57 dan Surat al-Nahl (16) Ayat 69. Dan juga, dilandasi berupa Asbabun

al-Nuzul dan Munasabah Ayat.

BAB V : Penutup yang merupakan kesimpulan dari pembahasan dan

penjelasan dari bab-bab sebelumnya, dan ditambah dengan saran-saran yang

diperlukan.

Page 26: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

BAB II

SYIFA DALAM AL-QUR’AN DAN PANDANGAN PARA ULAMA

A. Makna Syifa dan Definisi Syifa

Kata-kata “Syifa” atau “Istisyfa” mengandung beberapa makna, seperti :

1. Ahsana )احسن( artinya mengadakan perbaikan, seperti firman-Nya :

تم فلهاأ وإن أس نفسكمان أحسنتم أحسنتم أل

Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri”.(QS. al-Isra (17):7)

2. Aslaha ( اصلح ) artinya melakukan perbaikan, seperti firman-Nya :

إن اهللا غفوررحيم ظلمه، وأصلح فان اهللا يتوب عليه فمن تاب من بعد

Artinya : “Maka barangsiapa bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Maidah (5) : 39)

3. Zakkâ (زآى ) artinya mensucikan, membersihkan dan memperbaiki, seperti

firman-Nya :

ت ويزآيحم إنك أنة لحكمٱلكتب وٱتك ويعلمهملواعليحم ءايبعث فيهم رسوالمنحم يتٱو ربنا

لحكيمٱلعزيزٱ

Artinya : “Ya Tuhan kami, utuslah mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. al-Baqarah (2) : 129)

12

Page 27: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

13

4. Thahhara ( طهر( artinya mensucikan dan membersihkan, seperti fiman-

Nya:

رينلمطهٱهللا يحبٱأن يتطهروا و فيه رجال يحبون

Artinya : “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih”. (QS. at-Taubah (9) : 108)

5. Akhraja ( اخرج( artinya mengeluarkan, mengusir, membuang atau

meniadakan, seperti firman-Nya :

لنورٱلمت إلى لظٱلذين ءامنوايخرجهم من ٱهللا ولي ٱ

Artinya : “Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”. (QS. al-Baqarah (2) : 257)

6. Syaraha ( شرح( artinya menjelaskan, membuka, meluaskan dan

melapangkan, seperti firman-Nya :

ألم نشرح لك صدرك

Artinya : “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?”. (QS. al-Insyirah (94) : 1)

7. Wadha’a ‘an (وضع عن ) artinya menghilangkan, mencabutkan dan

menurunkan, seperti firman-Nya :

أنقض ظهرك ىلذٱووضعنا عنك وزرك ۦ

Artinya : “Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu”. (QS. al-Insyirah (94) : 2-3)

8. Ghafara ( غفر( artinya menutupi, mengampuni dan memperbaiki, seperti

firman-Nya :

Page 28: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

14

ررحيمهللا غفوٱهللا ويغفرلكم ذنوبكم وٱببكم عونى يحبتهللا فاٱن قل ٳن آنتم تحبو

Artinya : “ Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Imran (3) : 31)

9. Kaffara (آفر), artinya menyelubungi, menutupi, mengampuni dan

menghapuskan, seperti firman-Nya :

تحم آفرعنحم سيأ لحق من ربحمٱلصلحت وءامنوابمانزل على محمدوهوٱالذين ءامن اوعملوٱو

لح بالهموأص

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal yang saleh serta beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad (47) : 2)

10. Naza’a (نزغ ), artinya mencabut, memecat, melepaskan, mengeluarkan dan

menjauhkan, seperti firman-Nya :

نا على سرر متقبلينونزعنامافى صدورهم من غل اخو

Artinya : “Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. al-Hijr (15) : 47)

Adapun kata االستشفاء yang berasal dari kata سفاء –يشفى -شفى , yang artinya

menyembuhkan.1 Seperti yang telah digunakan oleh Muhammad Abdul Aziz al

Khalidiy dalam kitabnya “al Istisyfa’ bil Qur’an” ( االستشفاء باالقرآن ).

Sedangkan, arti penyembuh / obat (syifa) yang terdapat dalam al-Qur’an

menunjukkan bahwa al-Qur’an itulah pengobatan dan penyembuhan suatu

1 Ibid, h.782.

Page 29: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

15

penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan

al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi saw. Atau secara empirik adalah melalui

bimbingan dan pengajaran Allah swt., Malaikat-malaikat-Nya, Nabi dan Rasul-

Nya atau ahli waris para Nabi-Nya. Sebagaimana dalam firman-Nya :

بكل شىءعليمهللا ٱو هللاٱويعلمكم هللاٱتقواٱو

Artinya : “Dan bertakwalah kepada Allah swt., dan niscaya Dia akan mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Baqarah, (2) : 282)

ال نسن مالم يعلمٱعلم

Artinya : “Dia telah mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahui.” (QS. al-‘Alaq, (96) : 5).

Adapun arti penyembuh / obat (syifa) yang terdapat dalam al-Qur’an

menunjukkan bahwa al-Qur’an itulah pengobatan dan penyembuhan bagi siapa

saja yang meyakininya. Dalam hal itu al-Qur’an sebagai penyembuh dibagi 2

(dua) bagian:

1. Bersifat Umum

Seluruh isi al-Qur’an secara maknawi, surat-surat, ayat-ayat,

maupun huruf-hurufnya adalah memiliki potensi penyembuh atau obat,

sebagaimana firman-Nya :

ء منين للموة من ربكم ورحمةلناس قدخاء تكم موعظٱيأ يحا

Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh terhadap penyakit yang ada di dalam dada, dan petunjuk serta rahmat untuk orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus (10):57).

Page 30: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

16

2. Bersifat Khusus

Yakni bukan seluruh al-Qur’an, melainkan hanya sebagian, bahwa

ada dari ayat-ayat atau surat-surat dapat menjadi obat atau penyembuh

terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi orang-orang yang beriman

dan meyakini akan kekuasaan Allah swt, sebagaimana firman-Nya :

ء منينلقرءان ماهو شفاء ورحمةللموٱوننزل من

Artinya : “Dan kami menurunkan sebagian dari al-Qur’an sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-Isra (17):82).

Kekhususan-kekhususan itu dapat dilihat dalam beberapa ayat yang

memiliki kekhususan pula, seperti :

a. Asmaul Husna

لحسنى فادع ه بحاٱألسماءٱو لله

Artinya : “Dan Allah memilki nama-nama yang baik, maka berdo’alah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama asmâ-ul husna itu.” (QS. al A’râf (7):180).

Rasulullah saw., bersabda dalam sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.,2

روتلا بحي روت هنا .ةنجال لخد حاصحا نم .اداحو الا ةام .امسا نيعستوة عست هلال نا

Artinya : “Sesungguhnya Allah swt., mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang telah menghafalnya; maka dia akan masuk surga. Sesungguhnya Allah swt., itu ganjil, dan menyenangi yang ganjil”.

b. Kalimat “basmalah”

2 Syeikh Muhyiddin al-Zakaria Yahya dan Syaraf an-Nawawi, al Adzkar, Terjemahan

Drs.M.Tarsi Alwi, PT.al Ma’arif, Bandung, 1984,.h. 231-232.

Page 31: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

17

يملرحٱلر حمن ٱهللا ٱبسم ,من سليمن وانه, انه

Artinya : “Sesungguhnya ayat itu berasal dari Sulaiman, dan isinya adalah “dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (QS. an-Naml, (27):30).

Rasulullah saw., menyatakan, “Apabila seseorang ingin

memulai suatu pekerjaan; maka hendaklah ia memulainya dengan

membaca kalimat “basmalah” agar selama melakukan pekerjaan itu

senantiasa di dalam bimbingan rahmat Allah swt. Dan Ibnu Mas’ud

telah menyatakan, bahwa barangsiapa ingin agar Allah swt.,

menyelamatkan dirinya dari malaikat Jabaniyah yang berjumlah

sembilan belas, maka hendaknya ia memperbanyak membaca sembilan

kali huruf, setiap huruf dapat menyelamatkan dari salah serang

mereka; dan barangsiapa yang telah memperbanyak menyebut

sembilan belas huruf itu (basmalah) maka Allah akan melimpahkan

kehormatan di alam ‘uluwi (alam yang tinggi) dan alam sufliy (alam

yang rendah), dan dengan kalimat basmalah itu telah berdiri kokoh

Raja Sulaiman bin Daud as.3

c. Surat al-Fatihah

سال نم اءفش ابتكال ةحاتف الا اءدمس لآ نم اءفش ابتكال ةحاتف

Artinya : “Rasulullah saw., menyatakan, pembuka kitab (surat al-Fatihah) merupakan obat untuk semua penyakit, kecuali yang beracun dan racun kematian.” (HR. Baihaqi dari Jabir, ra.)4

d. Beberapa surat yang lain

3 Muhammad Abdul ‘Aziz al-Khalidy, op.cit., h.102.

4 Ibid., h.104.

Page 32: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

18

Rasulullah saw. menyatakan, barangsiapa yang telah membaca

dua ayat yang terakhir dari surat al-Baqarah pada waktu malam hari

niscaya keduanya mematikannya; membaca ayat kursi menjauhkan diri

dari syetan hingga pagi hari; membaca surat al-Kahfi dapat

mendatangkan kebahagian.5

B. Macam-macam Penyakit

Sasaran atau obyek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan dan

pengobatan dari syifa ini adalah seorang manusia (insan) secara utuh, yakni yang

berkaitan atau menyangkut dengan gangguan pada :

1. Mental, yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses

yang berasosiasi dengan fikiran, akal dan ingatan6 Seperti mudah lupa,

malas berfikir, tidak mampu berkonsenterasi, picik, tidak dapat mengambil

suatu keputusan dengan baik dan benar, bahkan tidak memiliki

kemampuan membedakan antara halal dan haram, yang bermanfaat dan

yang bermudharat serta antara yang hak dan yang batil. Sebagaimana

firman Allah swt. :

.تعقلون أفآل لكتبٱلناس بالبر وتنسون أنفسكم وأنتم تتلون ٱأتأمرون

Artinya : “Mengapa kamu menyeru orang lain berbuat kebaikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu senantiasa membaca al-Kitab, apakah kamu tidak berakal (berfikir)”. (QS.al-Baqarah (2):44).

Gangguan kesehatan mental dapat memperngaruhi :

5 Imam Bukhari, Shahih Bukhari 2, Dâr al-Thibi, Beirut, 1994. h.231-232. 6 C.P.Chaplin, op.cit., h.296.

Page 33: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

19

a. Perasaan; misalnya cemas, takut, iri-dengki, sedih tak beralasan, marah

oleh hal-hal remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong, tertekan

(frustasi), pesimis, putus asa, apatis dan sebagainya.

b. Pikiran; kemampuan berfikir berkurang, sukar memusatkan perhatian,

mudah lupa, tidak dapat melanjutkan rencana yang telah dibuat.

c. Kelakuan; nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain, menyakiti

badan orang atau hatinya dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya.

d. Kesehatan tubuh; penyakit jasmani yang tidak disebabkan oleh

gangguan pada jasmani.

Bagi manusia yang memiliki mental yang lemah bahkan

mungkin kotor dan bernajis, apakah mungkin ia dapat berfikir dan

menerangkan semua dari ayat-ayat-Nya yang menerangkan tentang

berbagai rahasia dan hikmahnya yang dalam dan tinggi? Seperti

firman-Nya :

يسعلونك ماذاينفقون قل و قل فيهمااثم آبيرومنفع للناس واثمهما أآبرمن نفعهما لميسرٱخمر ولٱيسعلونك عن

.أل يت لعلكم تتفكرونٱهللا لكم ٱآذ لك يبين لعفوٱ

Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan perjudian, katakanlah, dalam keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, sedangkan dosa dari keduanya lebih besar ketimbang manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, yang lebih dari keperluan. Demikian itulah Allah swt; selalu menerangkan kepada kamu ayat-ayat tersebut, agar kamu dapat menerangkannya”. (QS.al-Baqarah (2):219).

2. Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau

jiwa, religus, yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan dan

Page 34: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

20

menyangkut nilai-nilai Transendental.7 Seperti syirik (menduakan Allah),

nifaq, fasiq dan kufur; lemah keyakinan dan tertutup atau terhijabnya alam

ruh, alam malakut dan alam ghaib; semua itu akibat dari kedurhakaan dan

pengingkaran kepada Allah swt.sebagaimana dalam firman-Nya :

. فترى اثما عظيماٱومن يشرك باهللا فقد غفرمادون ذلك لمن يشاء، ويهللا ال يغفرأن يشرك بهٱان

Artinya : “Sesungguhnya Allah swt akan mengampuni seseorang yang berbuat syirik (menduakan) kepada-Nya, dan Dia akan mengampuni selain dari perbuatan syirik kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa berbuat syirik kepada Allah swt; maka benar-benar ia telah berbuat dosa besar.” (QS.an Nissa’ (4):48)

.مونال يعللسفهاء ولكن ٱ أآلانهم هم

Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya mereka orang-orang munafiq itu adalah orang-orang bodoh, akan tetapi mereka tidak mengetahuinya”. (al-Baqarah (2):13)

.هللا يستزىء بحم ويمدهم فى طغينهم يعمهونٱ

Artinya : “Allah swt; akan mengolok-olok mereka (orang-orang munafik) dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”. (QS.al-Baqarah, (2:15).

Allah swt; telah menerangkan dengan jelas bahwa kemunafikan

merupakan penyakit spiritual yang sangat berbahaya. Dari ayat-ayat di atas

dapat diambil pelajaran, bahwasanya konsekwensi dan akibat dari penyakit

itu adalah kotor dan najis bathiniyah, sehingga Allah swt; akan

menimpakan kepada mereka akan kehinaan-kehinaan, antara lain :

7 Ibid., h.480.

Page 35: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

21

a. Mendapatkan dua bentuk siksaan, siksaan lahir dan bathin, di dunia

hingga di akhirat.

b. Dilaknat-Nya dan dimasukkan ke dalam neraka jahanam.

c. Dilupakan dan diabaikan oleh Allah swt.

d. Bathinnya penuh dengan kotoran dan najis bahkan penyakit itu terus

bertambah-tambah sebelum ia melakukan pertobatan yang

sesungguhnya.

e. Dicap sebagai orang-orang yang bodoh.

f. Mereka selalu diperolok-olok dan dicampakkan, serta diombang-

ambingkan dalam kesesatan mereka tanpa mereka sadari.

Nifaq adalah perbuatannya; sedangkan munafiq adalah orang yang

secara lahiriyah ia mengaku sebagai orang muslim sedangkan kondisi

bathinnya ingkar. Walaupun ia mampakkan kemuslimannya dengan

melakukan shalat, puasa dan perbuatan ibadah lainnya, namun sifat nifaq

itu tidak atau belum terlepas dari dirinya, selama sifat-sifat tidak jujur,

khianat dan ingkar janji itu belum hilang dari dalam dirinya.

Penyakit bathiniyah atau spiritual ini sangat sulit untuk

disembuhkan atau diobati; karena ia sangat tersembunyi di dalam diri

setiap orang. Oleh karena itu, tanpa ada pertolongan dan petunjuk serta

bimbingan dari Allah swt., Rasul-Nya Muhammad saw., Malaikat Jibril

dan hamba-hamba-Nya yang hak, maka penyakit itu tidak akan pernah

dapat disembuhkan dengan mudah.

Page 36: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

22

Demikian pula penyakit bathiniyah yang lain seperti fasiq, yaitu

sifat atau sikap menganggap enteng hukum-hukum dan hak-hak Allah swt.

Suka menunda-nunda untuk melakukan perbuatan-perbuatan kebenaran

dan kebaikan. Menganggap enteng perkara-perkara yang berhubungan

dengan akhlak atau moral.Sehingga; tidak dapat melihat kebenaran

Ketuhanan, tidak dapat mendengar kebenaran dengan kebenaran

Ketuhanan dan tidak dapat mengatakan kebenaran dengan kebenaran

Ketuhanan. Hal itu, disebabkan karena fitrah-fitrah yang menghiasi hati

nurani dan inderawinya tertutup dan terbelenggu dengan kotoran-kotoran

dan najis-najis bathiniyah;seperti terdapat dalam firman-Nya :

.بكم عمي فهم ال يرجعونصم

Artinya : “Mereka orang-orang munafik itu tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak akan kembali ke jalan yang benar”. (QS.al-Baqarah (2):18).

.بكم عمي فهم ال يعقلونصم

Artinya : “Mereka orang-orang kafir itu tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak mengerti (berpikir dengan benar)”. (QS.al-Baqarah (2):171).

3. Moral (akhlak), yaitu suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,

yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui

proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian;8 atau sikap mental atau

watak yang terjabarkan dalam bentuk : berfikir,berbicara,bertingkah laku

dan sebagainya, sebagi ekspresi jiwa9.

8 Ensilopedi Islam, h.102. 9 Shodiq, Shalahuddin Chaery, Kamus Istilah Agung , 1983,CV.Slentarama, Jakarta, h.20.

Page 37: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

23

Islam memberikan paradigma moral dengan al-Qur’an dan as-

Sunnah. Nabi Muhammad saw. adalah seorang manusia jujur yang telah

membawa pesan-pesan moral secara aplikatif dan kongkrit di dalam

kehidupan sehari-hari, baik moral atau akhlak dihadapan Rabnya, sesama

makhluknya maupun dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi

mental dan spiritual. Ia muncul dan hadir secara spontan dan otmatis, dan

tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa. Perbuatan dan tingkah laku itu

kadang-kadang sering tidak disadari oleh subyek, bahwa perbuatan dan

tingkah lakunya menyimpang dari norma-norma agama (Islam) dan

akhirnya dapat membahayakan dirinya dan orang lain. Seperti liar,

pemarah, sembrono, dengki, dendam, suka mengambil hak milik orang

lain, berprasangka buruk, pemalas, mudah putus asa dan sebagainya.

Dalam ajaran Islam sikap dan tingkah laku seperti itu merupakan

perbuatan yang tercela dan dimurkai oleh Allah swt.dan beserta Rasul-

Nya.

Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit itulah Rasulullah saw.

segera langsung diutus oleh Allah swt. untuk ke dunia ini. Perkataan,

perbuatan, sikap dan gerak-geriknya merupakan sebagai suatu keteladanan

dan contoh yang baik dan benar bagi diri seorang manusia. Oleh karena,

itulah Allah swt. berfirman :

.هللا آثراٱالءخروذآرٱليوم ٱهللا وٱة حسنة لمن آان يرجوا هللا أسوٱقد آان لكم فى رسول ل

Artinya : “Sesungguhnya benar-benar telah terdapat pada diri Rasulullah saw. Itu ketauladanan yang baik bagimu, bagi barangsiapa

Page 38: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

24

yang senantiasa mengharap Allah swt. dan Hari Akhir, sedangkan dia telah banyak mengingat Allah swt”. (QS. al-Ahzab (33):21).

.وانك لعل خل عظيم

Artinya : “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memilki tingkah laku yang agung”. (QS. al-Qalam (68):4).

4. Fisik (Jasmaniyah). Penyakit ini bisa dilihat secara fisik atau non fisik,

yaitu :

Pertama, sakit secara fisik, dapat disebabkan oleh suatu hal yang

sifatnya kronologis, seperti sakit flu dan pilek disebabkan oeh udara dan

cuaca yang buruk serta makanan.

Kedua, sakit secara non fisik, yang disebabkan karena accident

atau suatu kejadian bisa dilihat dari kecelakaan atau bencana alam. Atau

dapat disebabkan seperti halnya kecemasan, depresi atau stress.

Kecemasan muncul dari rasa khawatir, takut, gelisah, cemas dan tidak bisa

tidur. Rasa cemas itu selalu berorientasi pada masa depan. Adapun depresi

menyangkut pada keluhan dan penyesalan.

Tetapi sakit pada umumnya disebabkan oleh gangguan fisik.

Kondisi-kondisi fisik yang tidak sehat, seperti terkena stroke, sakit jantung

dan liver juga bisa dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Namun,

kondisi kejiwaan juga bisa memperngaruhi kondisi badan. Badan dan jiwa

itu saling memperngaruhi. Perilaku manusia cerminan dari pikiran dan

perasaan. Jiwa terdiri dari tiga unsur yaitu alam pikiran, alam perasaan dan

perilaku. Hal inilah, mengantar pada kesadaran religius. Agama diturunkan

Page 39: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

25

oleh para Nabi untuk memperbaiki akhlak manusia itu meliputi perilaku,

perbuatan dan tingkah laku yang merupakan cerminan dari pikiran dan

perasaan.10

Jika dilihat dari kondisinya penyakit dibagi menjadi 2 macam.

Pertama, penyakit ringan, yaitu penyakit yang dengan mudah

dapat segera disembuhkan, seperti influenza, tifus dan lain-lain.

Kedua, penyakit berat, yaitu penyakit yang membutuhkan waktu

lama penyembuhannya atau bahkan sama sekali tidak dapat disembuhkan.

Seperti; stroke, yang menyebabkan lumpuh sebelah, kanker stadium lanjut

atau AIDS.

Kemudian, seberapa jauh faktor-faktor penyakit fisik dapat

mempengaruhi kondisi psikologis seseoarang? kita ambil sebuah contoh,

seorang eksekutif muda dengan badan yang sehat, olahraga tidak pernah

lalai, makanannya teratur dan sebagainya. Tetapi dia bekerja sangat

berlebihan, melampui batas kemampuan manusia normal, dan kurang

istirahat. Akibatnya dia terkena stroke dan lumpuh sebelah.

Stroke adalah keadaan ketika fungsi otak terganggu karena adanya

gangguan sirkulasi darah di otak. Akibatnya tubuh yang tadinya energik

menjadi invalid, tidak bisa mengerjakan apa-apa. Berbaring di Rumah

Sakit berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Dari suatu keadaan yang

merdeka penuh menjadi tidak berdaya apa-apa. Lalu timbullah problem

pasca-stroke. Ketika krisis strokenya mulai dapat diatasi, dia akan

10 Sakit Menguatkan Iman, h.50.

Page 40: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

26

mengalami gangguan kejiwaan karena ketidaksiapannya menghadapi

kondisi yang seolah-olah menjadikannya terbelenggu. Oleh karena itu,

dalam mengatasi keadaan ini ternyata kajian syifa ini sangatlah diperlukan

dan juga, sangat berguna bagi kehidupan saat sekarang ini.

Tetapi, adakalanya sering dilakukan secara kombinasi dengan

melalui terapi medis atau melalui kedokteran pada umumnya. Seperti

lumpuh, penyakit jantung, lever, buta dan sebagainya. Sebagimana penulis

sering memperoleh pengalaman seperti itu. Suatu ketika ada seorang ibu

datang kepada saya dan menceritakan perihal penyakit putranya yang

berusia dua setengah tahun. Di bagian leher putranya terkena suatu

penyakit kulit yang sungguh menyedihkan bagi siapa saja yang

menyaksikannya. Hampir sepanjang hari ia menangis karena terasa gatal,

panas dan pedih. Kurang lebih 1 bulan penulis melakukan syifa ini dengan

memberikan sebuah air putih, tentu saja setelah air itu penulis bacakan

ayat-ayat Allah swt; serta ayat al-syifa tersebut, serta memasukkan energi

dzikir kedalam tubuh anak itu, dengan tujuan agar bakteri dan kuman-

kuman yang telah menyebabkan sakit itu agar segera dapat keluar dan

hilang. Alhamdulillah berkat pertolongan-Nya, lalu, anak itu segera

mendapatkan kesembuhan secara total dan seperti tidak pernah terjadi apa-

apa. Padahal sebelumnya kedua orang tuanya berulangkali berobat ke

dokter dan rumah sakit dengan berganti-ganti dokter. Sejalan dengan

ucapan Nabi Muhammad saw :

تداووا فان اهللا تعالى لم يضع داء اال وضع له دواء غير داء واحد الهرم

Page 41: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

27

Artinya : “Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah swt; tidak mendatangkan suatu penyakit, kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua”. (H.R.at-Tarmidzi)

C. Pandangan Para Ulama Tafsir Tentang Syifa

Perkataan ulama disini adalah bahwa orang-orang yang telah ahli dan

menguasai ilmu yang haq (ad-dien), baik pemahamannya, pengamalannya dan

pengalamannya.

Ulama ialah seorang hamba Allah swt., yang sangat takut dan taat kepada-

Nya; ia memiliki potensi kenabiaan yang telah Allah swt. anugerahkan kepadanya

sebagai ahi waris para Nabi-Nya. Dengan potensi itulah ia mampu dan mahir

untuk menjalankan, meneruskan, mengembangkan dan memelihara esensi ajaran

keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan secara baik, utuh dan sempurna.

Ditangannyalah tergenggam ruh-ruh dan rahasia-rahasia esensi ilmu dan

pengetahuan, baik yang terhampar di langit maupun di bumi, baik di dunia hingga

akhirat. Di dalam dirinyalah tersimpan sifat-sifat dan karekter kenabian dan

kerasulan.

لعلمؤاٱهللا من عباده ٱانمايخشى

Artinya : “Sesungguhnya yang senantiasa takut kepada Allah swt. diantara hamba-Ku adalah ulama”. (Q.S. Fathir (35):28)

Sebagaimana Sabda Rasulullah saw.:

) ود والترم ى وابن ماجه عن ابى درداء رواه ابو دا( العلماء ورثة االنبياء

Artinya : “Ulama itu adalah ahli waris para nabi”. (HR.Abu Daud, at-Turmudzi dan Ibn.Mazah dari Abu Darda RA).

Page 42: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

28

Tugas dan tanggungjawab seorang manusia sebagai khalifatullah ada dua

macam:

Pertama: Tugas dan tanggungjawab Uluhiyah; yaitu yang berhubungan dengan

Tuhan-Nya; yakni:

a. Memimpin dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan dan alam untuk

bersujud kepada-Nya, bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir;

b. Mendidik dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan alam dengan baik

dan benar, agar supaya menjadi sumber rahmat, ilham, hidayah dan

bukan sebaliknya menjadi sumber laknat, tipu daya, kesesatan dan

kehancuran;

c. Menyembuhkan dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan dan alam

dari penyakit yang dapat menghancurkan mental, spiritual dan moral

Ilahiyah;

d. Merawat, menjaga dan mengawasi diri, keluarga, lingkungan dan alam

dari gangguan, bisikan, rongrongan serta tipu daya syetan, jin dan iblis

baik dalam bentuk rupa aslinya, maupun berupa jelmaan sebagai

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda.

Kedua: Tugas dan tanggungjawab Rububiyah; yaitu yang berhubungan

dengan mahluk-Nya; yakni:

a. Memimpin dirinya, keluarganya, lingkungannya dan alam agar dapat

mengembangkan kehidupan yang hidup, bermusyawarah, bermufakat,

saling mendatangkan manfaat dan kesimbangan.

Page 43: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

29

b. Mendidik dirinya, keluarganya, lingkungan dan alam secara

proporsional dan profesional sehingga semuanya akan menjadi sumber

energi kehidupan yang potensial di manapun dan kapanpun.

c. Menyembuhkan dan mencari solusi bagi dirinya sendiri, keluarganya,

lingkungan alam dari berbagai problema dalam berkehidupan

bersamanya baik yang telah, sedang atau yang akan datang, sehingga

ekosistem kehidupan akan senantiasa terpelihara dengan baik, benar,

indah dan harmonis.

d. Melakukan pengawasan, penjagaan dan perawatan dari penyimpangan-

penyimpangan dan gangguan terhadap ekosistem kehidupan yang

terjadi pada semua aspek kehidupan antara manusia, alam dan

lingkungannya. Akibat lemahnya masalah ini dan tidak ada atau

berkurangnya kesadaran manusia, maka secara pasti kehancuran demi

kehancuran akan datang kehadapan mereka semua.

Pada hakekatnya; Allah-lah Yang Maha Penyembuh, Maha obat dan Maha

Penyehat. Dan prosesnya adakalanya Dia langsung secara pribadi, adakalanya

diutusnya seorang malaikat-Nya, atau Nabi-Nya atau ahli waris Nabi-Nya.

Mereka itu adalah sebagai berikut :

1. Syekh Ibnu al-Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya الداء الدوا, beliau

menceritakan suatu pengalamannya : “Ketika saya bermukim di kota Mekkah

beberapa waktu saya pernah terkena suatu penyakit, dan saya pun telah

berupaya untuk menemukan seorang dokter maupun obat, namun tidak

seorangpun dokter dan satu obatpun saya temukan. Akhirnya, saya mencoba

Page 44: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

30

2. Ibnul Haj; menerangkan dalam kitabnya al-Madkhal, yaitu sebagai berikut :

“Tidak mengapa melakukan pengobatan dengan Nasyrah, yaitu; melunturkan

suatu tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang dituliskan di atas kertas atau bejana

dengan sebuah air, dan kemudian lansungkanlah meminumkan sebuah air itu

tersebut”.

3. Syeikh Imam Abilqasim al-Qusyairi yamg menerangkan; bahwa suatu waktu

anaknya yang sedang mengalami sakit yang mengkhawatirkan, sehingga;

beliau merasa berputus asa. Kemudian, dalam tidurnya beliau langsung

bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw; dan lalu kemudian, beliau

bertanya, apakah ada suatu obat penyakit yang telah diderita oleh seorang

anaknya. Kemudian, Rasulullah saw; berkata : “Apakah engkau tidak

mengetahui sebuah ayat al-Syifa (ayat-ayat penyembuh)?” itu tersebut di atas.

4. Abil Qasim al-Qusyairi selanjutnya menerangkan : “Tatkala aku bangun dari

tidurku, maka kubuka al-Qur’an dan kuperhatikan. Maka terdapat Ayat al-

Syifa yaitu ayat-ayat yang telah tercantum di atas. Kemudian, segera kutulis

di atas kertas; dan lalu kemudian, kuberikan minuman air tersebut kepada

anakku”. Tidak beberapa lama anak yang sedang mengalami kesakitan itu

� Ibnul Qayyi al-Jauziyah ,الداء والدواء h.21.

Page 45: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

31

tersebut; lalu, berangsur sembuh dan akhirnya, maka ia telah langsung

mendapatkan kesembuhan secara benar-benar.12

D. Syarat-syarat Ulama Billah

Adapun Syarat-syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang Ulama

Billah; adalah sebagai berikut :

1. Adanya hubungan spiritual yang sangat dekat dengan Rabb-nya, yang hal

itu diperoleh melalui ketaatannya untuk melaksanakan suatu perintahnya

dan serta, menjauhi larangannya.

2. Adanya kualitas moral atau akhlak Islamiyah yan baik dan benar secara

otomatis dari nurani bukan karena rekayasa dan tuntutan profesionalisme.

3. Adanya pendidikan yang cukup dan menguasai teori-teori syifa dan

psikoterapi Islam maupun umum.

4. Adanya keahlian dan ketrampilan dalam melakukan proses syifa dan terapi

dengan metode ilmiah, propetik (kenabian) maupun normatif (al-Qur’an

dan as-Sunnah).

E. Tata cara Melakukan Pengobatan atau Penyembuhan

12 Ustadz Mahmud Sami, al-Mukhtasar Fî Ma’âni Asmâ Illâhil Husnâ; h.82.

Page 46: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

32

Fungsi dan tujuan yang lain dari pembacaan ayat-ayat al-Qur’an dan ayat

al-Syifa di atas adalah untuk memberikan pengobatan atau penyembuhan terhadap

penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat juga, untuk penyakit spiritual dan fisik.

Adapun, tata cara dalam melakukan pengobatan atau penyembuhan

terhadap gangguan penyakit di atas tersebut; ialah dengan menggunakan bacaan

ayat-ayat al-Qur’an dan ayat al-syifa itu tersebut. Dapat dilihat pada beberapa

contoh berikut ini, antara lain :

1. Penyembuhan Penyakit Lupa Ingatan

Dalam sebuah Riwayat oleh Ibnu Sunni dari Abdurrahman bin Abi

Laila dari seorang laki-laki dari ayahnya, ia mengatkan bahwa pernah

seorang laki-laki datang menghadap Nabi saw., sambil mengatakan :

“Sesungguhnya saudaraku sedang sedang sakit”. Nabi mengatakan, sakit

apa saudaramu itu? Ia menjawab, semacam penyakit lupa ingatan (gila).

Lalu Nabi saw. bersabda : “Bawalah ia kepadaku”. Kemudian beliaupun

mengobati atau menyembuhkan orang itu tersebut; dengan Ayat-ayat al-

Qur’an dan Ayat al-Syifa kepadanya berupa :13

a. Surat al-Fatihah.

b. Surat al-Baqarah, 2:2-5, 163-164, 225, 284-286.

c. Surat ali-Imran, 3:2, 18.

d. Surat al-A’râf, 7:54.

e. Surat al-Mu’minun, 23:116.

f. Surat al Jin, 72:3.

13 Imam Nawawi, al-Adzakar, Terjemahan M.Tarsi Alwi, PT.al-Ma’arif, Bandung, 1984,

h.322.

Page 47: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

33

g. Surat ash-Shâffât, 37:1-10.

h. Surat al-Hasyr, 59:22-24.

i. Surat al-Ikhlash, 112:1-4.

j. Surat al-Falaq, 113:1-5.

k. Surat an-Nâs, 114:1-6.

2. Penyembuhan Rasa Sedih Dan Duka

.غيثياحي ياقيوم برحمتك است: ا حزنه امر قال >أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم آان إ

)ى عن انس>رواه الترم(

Artinya : “Sesungguhnya Rasulullah saw., apabila merasa susah karena adanya suatu masalah, maka beliau mengucapkan “ya Hayyu ya Qayyum” dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan”. (H.R.at-Turmudzi dari Anas ra.)

Dalam Hadits lain menyebutkan ketika Nabi saw., sedang

mengalami perasaan susah dan duka beliau membaca :

.يمالاله األ اهللا العظيم الحل

Page 48: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

BAB III

M. QURAISH SHIHAB DAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM AL-QUR’AN

A. Sepintas Tentang M.Quraish Shihab dan Karya-karyanya

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia adalah

seorang cendekiawan muslim Indonesia yang terkenal sebagai ahli dalam bidang

tafsir al-Qur’an. Beliau itu telah lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal

16 Februari 1944.1 M.Quraish Shihab tumbuh dan berkembang dalam keluarga

yang bernuansa agamis. Keharmonisan dari keluarga dan bimbingan orang tuanya

telah sangat membekas dan berpengaruh sangat besar bagi pribadi dan

perkembangan akademisnya pada kemudian hari.2 Ayah M.Quraish Shihab, Prof.

KH.Abdurrahman Shihab (1905-1986) adalah seorang ulama dan guru terbesar

didalam bidang Tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang

tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik dikalangan masyarakat Sulawesi

Selatan. Kontribusinya di dalam dunia pendidikan telah terbukti dari suatu

usahanya. Dalam membina suatu perguruan tinggi di Ujung Pandang. Lalu

kemudian, ia juga telah tercatat sebagai seorang Rektor pada kedua perguruan

tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin

(1972-1977) Ujungpandang.3 Beliau sangat sering sekali dalam berkomunikasi

dengan bersama anak-anaknya dan juga, sering sekali telah dapat memberikan

1 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.Ichtiar Baru Van

Houve, 1966), Jilid 2, h.110. 2 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 2003), Cet.Ke-4, h.14.

3 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT.Ichtiar Baru Van Houve, 1996), Jilid 2, h.111.

34

Page 49: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

35

petuah-petuah tentang keagamaan. Dalam mengenai hal ini, M. Quraish Shihab

telah menulis sesuatu sebagai berikut :

“Seringkali beliau telah mengajak kepada anak-anaknya untuk dapat duduk secara bersama-sama. Pada saat-saat seperti inilah kemudian beliau langsung menyampaikan petuah-petuah tentang keagamaannya. Banyak dari sebagian petuah itu tersebut yang kemudian saya ketahui sebagai ayat-ayat al-Qur’an atau sebuah petuah Nabi, sahabat atau sebuah pakar-pakar al-Qur’an yang sehingga pada saat detik ini masih terngiang di dalam telinga saya,…Dari sanalah sebuah benih kecintaan kepada studi al-Qur’an mulai bersemai di jiwa saya”.4

Selanjutnya, yang tak boleh diabaikan adalah sebuah dukungan dan

pengaruh sang ibu. Dalam penuturan M. Quraish Shihab kepada sang ibu selain

senantiasa mendorong kepada anak-anaknya untuk dapat belajar, juga seorang

yang sangat ketat dalam persoalan dalam bidang agama. Ketat disini maksudnya

adalah, beliau sangat telah mengukur di dalam segala urusan yang berkaitan

tentang agama dari sudut al-Qur’an dan al-Hadits. “Bahkan hingga sekarang,

walaupun sudah doktor dalam bidang tafsir, beliau tetap tidak segan-segan

menegur saya” ujar M. Quraish Shihab.5

Dengan latar belakang keluarga seperti itu, maka tak heran jika minat

M.Quraish Shihab terhadap suatu studi agama, khususnya kepada al-Qur’an yang

telah dijadikan sebagai objek studi yang sangat besar. Hal ini telah terlihat dari

sebuah pendidikan lanjutan yang dipilihnya. Riwayat pendidikannya dimulai

dengan menempuh pendidikan dasarnya (SD-SLTP) di Ujungpandang dan

4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung :Mizan, 2001), Cet.Ke-22, h.14.

5 Arief Subhan, “Menyatukan Kembali al-Qur’an dan Umat, Menguak Pemikiran M. Quraish Shihab” , Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, No.5, (Jakarta, 1993) h.10.

Page 50: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

36

pendidikan menengahnya di Malang (1956-1958) sambil menyantri di Pondok

Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyah, Malang.6

Pada tahun 1958 dalam usia 14 tahun, M. Quraish Shihab telah berangkat

ke Kairo atas bantuan dari beasiswa yang didapat dari pemerintah daerah

Sulawesi Selatan untuk dapat segera melanjutkan studinya.7 Dengan bekal suatu

ilmu yang telah diperoleh di tanah air. Lalu, kemudian M. Quraish Shihab dapat

diterima di kelas 11 pada tingkat Tsanawiyah al-Azhar. Setelah selesai pada

tingkat tersebut, lalu kemudian M. Quraish Shihab berminat untuk dapat segera

melanjutkan studi di Universitas al-Azhar, jurusan Tafsir dan Hadits, Fakultas

Ushuluddin. Hal ini sesuai dengan kecintaan terhadap pada suatu bidang ini

tersebut. Namun, ternyata jurusan yang telah dipilihnya itu sangat memerlukan

sebuah persyaratan yang cukup ketat, dan pada saat itu M. Quraish Shihab telah

dinilai belum memenuhi sebuah persyaratan yang sudah telah ditetapkan. Tetapi,

itu semua tidak menyurutkan dari suatu langkahnya. Oleh karena itu, kemudian ia

tetap bersedia untuk mengulang dari jarak waktu setahun untuk segera

mendapatkan kesempatan belajar di Jurusan Tafsir Hadits, walaupun dari jurusan-

jurusan yang lainnya telah terbuka lebar untuk dirinya sendiri.8

Pada tahun 1967, M. Quraish Shihab telah meraih gelar Lc. (setingkat S1)

lalu kemudian, beliau dapat segera melanjutkan pendidikannya di Fakultas yang

sama, dan pada tahun 1969 lalu beliau dapat segera meraih gelar MA (S2) untuk

6 Ibid.

7 Ibid.

8 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung:Mizan, 2001), Cet.ke-22, h.14.

Page 51: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

37

spesialis pada bidang tafsir al-Qur’an dengan tesis yang berjudul al-I’jâz al-

Tasyri’I Li al-Qur’ân al-Karîm. Dengan rasa suka cita lalu kemudian, beliau

dapat segera pulang dan telah membawa gelar magisternya. Rasa rindu yang

sudah lama dipendamnya untuk dapat bersua dan berbakti kepada seorang ayah

bundanya, bercengkrama ria dengan saudara-saudaranya dan berkasih sayang

dengan segenap handai tauladan di kampung halamannya, sehingga dengan itu

segera dapat terobati.9

Sekembalinya dari kota Mesir, di Ujung Pandang M. Quraish Shihab dapat

segera lansung dipercaya untuk menjabat sebagai Pembantu Rektor di bidang

Akademik dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujungpandang. Selain itu,

beliau juga mendapatkan tugas dan beserta sebuah jabatan-jabatan yang lainnya,

baik di dalam kampus, seperti koordinator Perguruan Tinggi Swasta (wilayah VII

Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus, seperti pembantu pimpinan

kepolisian Indonesia Timur dalam suatu pembinaan mental. Selama di

Ujungpandang ini, beliau juga sampai sempat untuk melakukan suatu berbagai

sebuah penelitian yaitu, antara lain penelitian dengan sebuah tema : “Penerapan

Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan “Masalah Wakaf

Sulawesi Selatan” (1987).10

Pada tahun 1980, M. Quraish Shihab langsung segera untuk kembali ke

Kairo dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang sama, Universitas

al-Azhar. Dan pada tahun 1982, dengan melalui disertasi Nazhm al-Dhurârli al-

9 Ibid.

10 Ibid.,h.6.

Page 52: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

38

Biqa’î; Tahqîq wa Dirâsah, lalu kemudian, beliau telah berhasil untuk meraih

suatu gelar doktor dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an. Dan lalu, beliau telah

langsung mendapatkan yudisium summa cum laude disertai dengan sebuah

penghargaan tingkat 1 (Mumtâz ma’a martabât al-syaraf al-ulâ).11 Beliau

merupakan seseorang pertama yang telah bertempat tinggal di Asia Tenggara

yang sudah meraih gelar doktor di dalam bidang Ilmu Tafsir. Sementara dalam

ruang lingkup keluarganya, beliau merupakan seseorang doktor keempat dari

anak-anak M. Quraish Shihab yang berjumlah sebanyak 12 orang, yang terdiri

dari enam putra dan enam putri.12

Sekembalinya dari kota Mesir, untuk yang kedua kalinya, ia masih tetap

untuk mau bekerja di IAIN Alauddin Ujungpandang. Pada tahun 1984, lalu ia

langsung segera untuk ditugaskan menjadi sebagai seorang dosen di Fakultas

Ushuluddin dan Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (yang

dimulai 2002 berubah menjadi UIN). Pada kedua lembaga ini, ia juga telah diberi

kepercayaan sesuai dengan pada bidangnya, yaitu untuk mengasuh sebuah materi

Tafsir dan ‘Ulum al-Qur’an. Selanjutnya dari tahun 1992-1998, selama dua

periode, maka sehingga ia terpilih sebagai seorang Rektor IAIN Jakarta.13

Selain itu, di luar kampus, dia juga telah dipercayakan untuk menduduki

berbagai macam-macam jabatan, yaitu antara lain : Ketua MUI Pusat (sejak tahun

1984); seorang anggota Lajnah Pentashhi al-Qur’an Departemen Agama (sejak

11 Ibid

12 Wawancara, Kompas, (Jakarta), 18 Februari 1996, h.2.

13 Hamdani Anwar, “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Misbah Karya M. Quraish Shihab”, dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya, Vol.X1X, No.2, (Jakarta, 2002) 172.

Page 53: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

39

1989) dan juga, sebagai seorang anggota Badan Pertimbangan Pendidikan dan

Kebudayaan, dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawaan Muslim se-

Indonesia (ICMI).14 Disela-sela dari suatu kesibukannya itu, maka dia juga telah

mengalami suatu keterlibatan dalam bentuk berbagai kegiatan ilmiah, di dalam

maupu di luar negeri.15

Disamping itu juga, beliau telah pernah tercatat sebagai seorang Menteri

Agama RI (1998). Namun, jabatan ini tidak begitu lama kemudian, maka beliau

telah emban untuk seiring dengan bergantinya tampuk kepemimpinan bangsa

Indonesia dari pemerintah Orde Reformasi. Pada tahun 1999, melalui suatu

kebijakan pemerintahan transisional Habibie, maka beliau telah langsung

mendapatkan sebuah jabatan baru sebagai Duta Besar Republik Arab Mesir, yang

telah berkedudukan di kota Kairo. Tugas ini telah dilaksanakan dengan secara

baik sampai akhir periode, yaitu pada tahun 2002. Setelah dapat menjalankan

suatu tugasnya sebagai seorang dosen di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan

Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.16

Aktifitas dari sebuah keorganisasian M. Quraish Shihab memang begitu

sangat padat, namun itu tidak berarti sehingga beliau telah mengalami kehabisan

waktunya untuk agar selalu tetap bisa aktif di dalam dunia intelektual. Ide-ide

segarnya senantiasa selalu hadir dibeberapa media masa. Dahulu disurat kabar

Pelita, pada waktu setiap hari Rabu beliau dapat mengisi sebuah rubrik “Pelita

14 M. Quraish Shihab,Membumikan al-Qur’an,ibid.

15 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, h.16.

16 Hamdani Anwar, “Telaah Kritis terhadap Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab”

dalam Mimbar Agama dan Budaya , Vol x1x , No.2, 2002, h.172.

Page 54: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

40

Hati”. Begitu pula juga, tentang fatwa-fatwanya di Harian Republika dan

Majalah Ummat, selalu mengalami untuk mendapatkan kesegaran di tengah-

tengah masyarakat. Beliau juga, telah selalu dapat mengasuh rubrik “Tafsir al-

Amanah” dalam majalah pada waktu jangka dua mingguan yang telah terbit di

Kota Jakarta. Selain itu, beliau juga pada waktu dahulu dapat tercatat menjadi

sebagai salah seorang anggota Dewan Redaksi Jurnal Studi Islamika; Indonesian

Journal for Islamik Studies, ’Ulumul Qur’an Mimbar Ulama dan Reflesi; Jurnal

Kajian Agama dan Filsafat, kesemuanya itu telah terbit di Jakarta.17

B. Karya Ilmiah M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab adalah merupakan seorang tokoh penulis muslim

kontemporer Indonesia yang sangat produktif sekali. Dalam waktu yang sangat

relatif singkat ini, beliau sangat mampu untuk dapat menghasilkan sebuah karya-

karya yang sangat banyak sekali; dan juga, sangat cukup bercorak. Sesuatu yang

sangat luar biasa, M. Quraish Shihab, di dalam karyanya itu sangat cukup

bercorak. Karyanya itu sangat populer dan bisa diterima di berbagai kalangan.

Disela-sela kesibukannya ia masih sempat terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah

di dalam maupun di luar negeri, dan aktif dalam kegiatan tulis-menulis. Karya-

karya yang dihasilkan berupa buku-buku, makalah-makalah seminar, jurnal atau

kolom tanya jawab dengan metode maudhui.

Dalam memetakan dari sebuah karya ini, Ahmad Abrori telah mampu

dapat membedakan kepada tiga judul besar, yaitu pertama, sebuah karyanya yang

17 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Ibid., h.7, Lihat juga Kusmana,

Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab; Membangun….., h.259.

Page 55: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

41

dilakukan dengan melalui metode tematik (maudhu’i), yaitu suatu penjelasan

tafsir al-Qur’an tentang suatu tema-tema aktual tertentu yang bersyarat dengan

sebuah referensi kitab-kitab yang terkait, seperti: Membumikan al-Qur’an, Fungsi

dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1992), Lentera Hati: Kesan dan

Hikmah Kehidupan (1994), Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Berbagai

Persoalan Umat (1996), Mukjizat al-Qur’an; Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,

Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib (1997), Haji Mabrur Bersama M. Quraish

Shihab (1997), Menyingkap Tabir Ilahi; Asma’ul Husna dalam Perspektif al-

Qur’an (1998), Fatwa-fatwa Seputar al-Qur’an dan Hadits (1999), Fatwa

Seputar Ibadah dan Muamalah (1999), Fatwa-fatwa Seputar Tafsir al-Qur’an

(1999), Fatwa-fatwa Seputar Agama (1999), Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan

dan Malaikat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama

Masa Kini dan Masa Lalu (1999), Saum Bersama M. Quraish Shihab di

RCTI/Presenter Arif Rahman (1999), Secercah Cahaya Ilahi: Kehidupan

Bersama al-Qur’an (2000), Menuju Haji Mabrur, ed.D.Rohandi (2000), Jalan

Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat-ayat Tahlil (2001), 40 Hadits

Qudsi (2002), Menjemput Maut (2002).

Kedua, karya yang telah dilakukan dengan menggunakan sebuah metode

urai (tahlili), yaitu dengan menulis sebuah kitab tafsir al-Qur’an yang sesuai

dengan urutan daria ayat per-ayat atau per-surah,sedangkan menurut kreteria

tentang turunnya suatu ayat atau menurut urutan tertib Mushhaf Utsmani. Adapun

yang termasuk dalam kategori kedua ini misalnya, Mahkota Tuntunan Ilahi

(Tafsir Surah al-Fatihah) (1988), Tafsir al-Amanah (1992), Tafsir al-Qur’an atas

Page 56: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

42

Surah-surah Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (1997) dan Hidayah

Ilahi Ayat-ayat Tahlil (1997). Dan karya terbesarnya adalah Tafsir al-Mishbah;

Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (2002).

Sementara itu, yang ketiga, adalah suatu karya khusus di luar kedua

kategori di atas, berupa bentuk laporan penelitian, kupasan tentang seorang tokoh

atau tentang dari satu tema tertentu,contohnya dalam: Peran Kerukunan Hidup

Beragama di Indonesia Timur (1975), Masalah Wakaf di Sulawesi Selatan (1978),

Studi Kritis Tafsir al-Manar (1984), Karya Muhammad Abduh dan M. Rasyid

Ridho; dan Sejarah ‘Ulum al-Qur’an (1999), sebuah karya akademis tentang ilmu

tafsir.18

C. Metodologi Tafsir al-Mishbah

Metode mengandung sebuah arti : tata cara kerja yang bersistem untuk

dapat memudahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan, guna ingin untuk mencapai

suatu tujuan tertentu.19 Yang dimaksud dengan sebuah metode tafsir berarti suatu

sistem yang dikembangkan untuk supaya dapat memudahkan dan guna

memperlancarkan untuk memproses sebuah penafsiran al-Qur’an secara

keseluruhan.

Metode penafsiran yang dimaksud dalam sub-sub ini adalah suatu

penafsiran yang biasa digunakan dalam wacana ‘ulum al-Qur’an dan umumnya

digunakan oleh seorang para ulama tafsir. Menurut al-Farmawi, ada empat macam

18 Ahmad Abrori, Tafsir M. Quraish Shihab tentang Hak-hak Politik Perempuan, Skripsi,

(Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2000) t.d., h.47. 19 WJS. Poerwadarminta,ed., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, Depdikbud, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), h.649.

Page 57: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

43

metode di dalam sebuah penafsiran al-Qur’an, yaitu: metode tahlily, ijmaly,

muqarran dan maudhu’iy.20

Metode tafsir tahlily adalah suatu metode tafsir yang bermaksud untuk

menjelaskan tentang sebuah kandungan ayat-ayat al-Qur’an dari seluruh

aspeknya. Di dalam sebuah metode ini tersebut, maka seorang penafsir agar dapat

mengikuti sebuah runtutan dari ayat sebagaimana yang sudah telah tersususun di

dalam mushhaf Utsmani. Oleh karena itu, maka seorang penafsir dapat bisa

memulai sebuah uraiannya dengan suatu cara mengemukakan arti dari global ayat.

Kemudian, penafsir juga telah dapat mengemukakan: Munasabah (korelasi) ayat-

ayat serta juga, untuk menjelaskan suatu hubungan maksud antara ayat-ayat

tersebut dengan satu sama lainnya. Di samping itu, penafsir telah dapat membahas

mengenai tentang asbab al-nuzul dan juga, tentang semua dalil-dalil yang berasal

dari seorang rasul, sahabat dan para tabi’in, yang kadang-kadang bercampur baur

dengan pendapat para seorang penafsir itu sendiri yang telah diwarnai oleh latar

belakang dari suatu pendidikannya.21

Metode ijmaly (global), adalah suatu metode yang menyajikan sebuah

penafsiran secara global dan singkat. Sehingga, mudah dapat terasa oleh bagi

seorang pembacanya.seakan-akan, bagaikan sudah tetap berada dalam sebuah

gaya dan kalimat-kalimat dan al-Qur’an. Kemudian suatu metode muqarran

(perbandingan) adalah suatu metode yang telah berupaya untuk dapat

membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain atau dengan hadits Nabi

20 Abd. al-Hayy al-Farmawi, MetodeTafsir Mudhu’I, terj. Suryan A.jamrah, (Jakarta:

PT.Raja Grafindo Persada, 1996). Cet.Ke-2. 21 Ibid.,h.12.

Page 58: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

44

saw. yang sudah kelihatannya telah bertentangan, atau juga, telah membandingkan

antara pendapat beberapa ulama yang bertentangan menyangkut dengan ayat-ayat

tertentu. Yang terakhir, metode maudhu’i (tematik) atau juga, disebut dengan

metode tauhidy adalah suatu metode yang telah menyajikan pesan ayat-ayat al-

Qur’an yang berbicara tentang satu topik dalam satu kesatuan yang utuh.22

Kalau dilihat dari suatu pemaparan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan

suatu ayat-ayat al-Qur’an, maka telah jelas bahwa tafsir al-Mishbah ini dengan

menggunakan metode tahlily, karena beliau sudah sangat berusaha untuk dapat

menafsirkan al-Qur’an, ayat demi ayat, surah demi surah, dan juga, berbagai

seginya, sesuai dengan susunannya yang telah terdapat di dalam mushhaf.

Tetapi walau demikian, sebenarnya juga tidak secara otomatis untuk tidak

meninggalkan dari sebuah metode-metode yang lain.23 Karena pada banyak

tempat beliau pun telah memadukan dari sebuah metode tahlily ini dengan

sebanyak dari tiga metode yang lainnya, khususnya kepada metode maudhu’iy.

Bentuk dari pemanduan ini sehingga, dapat dilihat dalam sebuah uraian dari

seluruh ayat yang sesuai dengan urutan mushhaf itu tersebut. M. Quraish Shihab

juga, pertama-tama dalam menafsirkannya dengan secara global, kemudian

mengelompokkan ayat-ayat yang telah sesuai dengan temanya, karena agar

supaya kandungan ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan yang sesuai dengan

topiknya, lalu pada saat-saat tertentu, beliau langsung menyungguhkan atas

22 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an Karim M. Quraish Shihab; Tafsir atas Surah-

surah Pendek Berdasarkan Turunnya Wahyu, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1997), h.v. 23 Ini terbukti pada setiap akan membahas suatu ayat yang secara detail, terlebih dahulu

M. Quraish Shihab memberikan penjelasan secara global; dan pada beberapa tempat beliau menerapkan metode muqarran (lihat Tafsir al-Mishbah, Jilid 1 ,h.107, 210 dan 264); serta menerapkan metode maudhu’iy (lihat Tafsir al-Mishbah, Jilid 1, h.95, 183 dan 455).

Page 59: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

45

perbandingan tentang pendapat-pendapat seorang ulama yang berkaitan dengan

ayat yang sedang akan dibahas.

Tetapi, walau bagaimana pun, kalau penulis ingin berpedoman kepada

empat macam dari sebuah metode penafsiran seperti yang telah disebutkan di atas,

maka penulis harus dapat secara tegas untuk dalam memilih salah satunya.

Metode yang sangat paling pas-dari keempatnya yang telah dipakai pada Tafsir al-

Mishbah ini adalah metode tahliliy.

Pemilihan metode tahlily ini juga, didasarkan atas suatu kesadaran beliau,

bahwa dari sebuah metode yang ia telah pergunakan sebelumnya, setidak-tidaknya

pada sebuah karyanya yang telah berjudul “Wawasan al-Qur’an” ; selain itu dari

suatu keunggulannya dalam memperkenalkan sebuah konsep al-Qur’an tentang

tema-tema tertentu dengan secara utuh, ia juga tidak luput dari sesuatu

kekurangan. Menurutnya, al-Qur’an dapat memuatkan atas sebuah tema yang

tidak terbatas; oleh sebab itu dengan menggunakan sebuah metode tematik saja,

sangat sulit untuk memperkenalkan tentang semua dari tema-tema itu tersebut.24

Untuk melengkapi atas dari kekurangan tersebutlah, sehingga, M. Quraish Shihab

dapat menggunakan sebuah metode tahliliy dalam suatu karyanya ini tersebut.

24 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Jakarta:Lentera Hati, 1996), Cet.Ke-1, h.Xii.

Page 60: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

46

D. Ayat-ayat Syifa dan Terjemahannya

1. Surat al-Isra (17), Ayat 82

.اواليزيدالظالمين أال خسار وننزل من القران ما هو شفاء ورحمة للمؤمنيى

Artinya : “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS. al-Isra (17)Ayat 82)

2. Surat Yunus (10), Ayat 57

.ؤمنينوهدى ورحممة للم ور يآ ايحا الناس قدجآءتكم موعظة منربكموشفآء لما فى الصد

Artinya : ”Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus (10) Ayat 57)

3. Surat al-Nahl (16), Ayat 69

.يخرج من الشجروممايعرشون من آل ا لثمرات فا سلكى سبل ربك ذللثم آلى

Artinya : ”Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempulahlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. al-Nahl (16), Ayat 69

Page 61: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

BAB IV

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SYIFA DALAM TAFSIR AL-MISBAH

A. Penafsiran Surat al-Isra (17) Ayat 82

.لظـلمين اال خساراٱواليزيد لقرءان ما هوشفاء ورحمة للمؤمنينٱوننزل من

Artinya: “Dan kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. al-Isra (17) :82)

Dalam pandangan M. Quraish Shihab, ketika menafsirkan kata syifa dalam

Tafsir al-Misbah, yaitu yang biasa diartikan kesembuhan atau obat, dan dapat

digunakan juga, dalam arti keterbatasan dari kekurangan, atau ketiadaan aral

dalam memperoleh manfaat.

Dan juga, M. Quraish Shihab telah berpandangan, ketika sedang

mengomentari pendapat para ulama yang memahami bahwa ayat-ayat al-Qur’an

itu tersebut, dapat mengobati atau menyembuhkan segala sesuatu penyakit

jasmani. Menurutnya, bukan penyakit jasmani, melainkan ia adalah sesuatu

penyakit ruhani (jiwa) yang berdampak pada jasmani. Ia adalah Psikosomatik.

Menurutnya, tidak jarang seseorang merasa sesak nafas atau dada bagaikan

tertekan karena adanya ketidakseimbangan ruhani.1

Thabathaba’i, telah memahami bahwa fungsi dari al-Qur’an adalah

sebagaimana yang telah dikutif oleh M. Quraish Shihab, untuk memahami fungsi

dari al-Qur’an itu adalah sebagai obat, dalam arti, menghilangkan dengan bukti-

1 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan. h.531.

47

Page 62: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

48

bukti yang dipaparkan dari aneka keraguan (syubhat), serta dalih (alasan) yang

boleh jadi hinggap dihati sementara orang. Hanya saja, menurut ahli tafsir (ulama)

kontemporer ini, ia telah menggarisbawahi bahwa penyakit-penyakit tersebut

berbeda dengan kemunafikan apalagi dengan kekufuran. Sementara, di tempat

atau pada kesempatan lain, ia telah menjelaskan bahwa kemunafikan adalah suatu

keraguan dan kebimbangan batin yang dapat hinggap di hati orang-orang yang

beriman. Mereka tidak wajar dinamai dengan munafik apalagi kafir, tetapi hanya

saja tingkat keimanan mereka yang masih rendah.

Rahmat adalah suatu kepedihan di dalam hati karena melihat

ketidakberdayaan pihak lain, sehingga telah mendorong yang sangat pedih hatinya

itu untuk membantu dalam menghilangkan atau mengurangi ketidakberdayaan itu

tersebut. Ini adalah sebuah manusia/makhluk. Rahmat Allah swt. dipahami dalam

arti bantuan-Nya, sehingga ketidakberdayaan itu dapat tertanggulangi. Bahkan

seperti telah ditulis oleh Thabathaba’I, rahmatnya adalah sebuah limpahan

karunia-Nya terhadap wujud dan sarana kesinambungan wujud serta nikmat yang

tidak dapat terhingga. Rahmat Allah swt. yang dilimpahkan-Nya kepada orang-

orang mukmin adalah suatu kebahagian hidup dalam setiap berbagai aspeknya,

seperti suatu pengetahuan tentang ketuhananan yang benar, akhlak yang luhur,

amal-amal kebajikan, kehidupan berkualitas di dunia dan di akhirat, termasuk

perolehan surga dan ridha-Nya. Karena itu, jika al-Qur’an disifati sebagai rahmat

untuk orang mukmin, maka maknanya adalah sebuah limpahan karunia dari

kebajikan dan keberkatan yang disediakan oleh Allah swt, bagi mereka yang telah

Page 63: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

49

menghayati dan mengamalkan dari nilai-nilai yang sudah diamanatkan oleh al-

Qur’an.

Ayat ini telah membatasi rahmat dari al-Qur’an itu tersebut untuk orang-

orang mukmin, karena mereka itulah yang paling berhak untuk dapat

menerimanya, sekaligus yang paling banyak untuk memperolehnya. Akan tetapi,

ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak dapat memperoleh secercah dari

rahmat akibat kehadiran al-Qur’an. Perolehan mereka yang hanya sekedar

beriman tanpa kemantapan, jelas lebih sedikit dari perolehan orang mukmin, dan

perolehan orang kafir atas kehadirannya lebih sedikit lagi dibanding dengan

orang-orang yang sekedar beriman.

Jadi, kesimpulan dari ayat di atas tersebut adalah bahwa kitab al-Qur’an

ini adalah merupakan sebagai suatu rahmat petunjuk dan penawar (obat

penyembuh) bagi orang-orang mukmin.

1. Asbabun al-Nuzul

Pada sub bab ini, penulis mencoba meneliti sebab turunnya Ayat

al-Syifa QS. al-Isra (17) Ayat 82. Namun sebelumnya mengemukakan

hasil penelitian asbabun al-Nuzul ayat tersebut, terlebih dahulu penulis

bermaksud memberikan beberapa catatan tentang Asbab al-Nuzul.

Kata “Asbab” adalah merupakan bentuk jamak dari kata “Sabab”

yang berarti penalaran, alasan dan sebab. Sedangkan ma’rifat asbab al-

Nuzul; Pengetahuan tentang sebab turunnya suatu wahyu, yaitu

pengetahuan tentang peristiwa dan lingkungan tertentu yang berkaitan

Page 64: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

50

dengan ayat-ayat tertentu di dalam al-Qur’an.2 Manna Khalil Qattan

mendefinisikan asbab an-Nuzul sebagai suatu hal yang karenanya al-

Qur’an diturunkan untuk menerangkan status (hukum)nya, pada masa hal

itu terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.3

Asbab al-Nuzul diartikan oleh Fahd bin Abdurrahman ar-Rumi

dalam buku ulumul Qur’an studi kompleksitas al-Qur’an sebagai suatu

peristiwa yang melatarbelakangi pada saat turunnya al-Qur’an. Adapun

fungsi untuk mengetahui sebab turunnya ayat yaitu diantaranya : untuk

dapat mengetahui hikmah tentang suatu penetapan hukum dan juga,

sebagai pengetahuan terhadap sebab turunnya suatu ayat, membantu untuk

dapat memahami maksud dari ayat-ayat tersebut, dan kemudian langsung

dapat untuk menafsirkan dengan secara benar dan juga serta menghindari

dalam penggunaan pemakaian kata dan simbol yang keluar dari

maknanya.4

Thabathaba’i menjadikan ayat di atas sebagai awal kelompok baru,

yang berhubungan dengan uraian surah ini adalah tentang keistimewaan

al-Qur’an dan fungsinya sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw.

Memang sebelum ini sudah banyak uraian tentang al-Qur’an bermula pada

ayat 9, lalu ayat 41 dan seterusnya, dan ayat 59 yang berbicara tentang

2 Ahmad Vandenffer, Ilmu al-Qur’an Pengenalan Dasar, (terj.), (Jakarta : Raja Wali

Press, 1998) h.102. 3 Manna Khalil Qattan, Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Terj. Drs. Mudzakir As., (Bogor :

PT.Pustaka Litera Nusa, 1986)Cet.111, h.110. 4 Fahd bi Abdurrahman ar-Rumi dalam buku “Ulumul Qur’an” Studi Kompleksitas al-

Qur’an, Terj. Amirul Hasan dan M. Harbi, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1977 ), h.186.

Page 65: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

51

tidak diturunkannya lagi mukjizat indrawi. Nah, kelompok-kelompok ayat

ini kembali berbicara tentang al-Qur’an dengan menjelaskan fungsinya

sebagai obat penawar penyakit-penyakit jiwa.

2. Munasabah Ayat

Pengertian tentang Munasabah Ayat, adalah didefinisikan dengan

keterkaitan antara satu ayat dengan ayat yang lain; atau satu surah dengan

surah yang lain, karena adanya hubungan antara satu dan yang lain, yang

umum dan yang khusus, yang konkret dan yang abstrak, atau adanya sebab

akibat, adanya hubungan keseimbangan, adanya hubungan yang

berlawanan / adanya macam-macam segi keserasian informasi al-Qur’an

dalam bentuk kalimat berita tentang alam semesta.5

Sedangkan, secara etimologis arti kata dari Munasabah berarti

suatu hubungan persesuaian atau kedekatan, dan sedangkan secara

terminologisnya adalah suatu hubungan antara satu kalimat dengan

kalimat yang lain dalam satu ayat, atau hubungan antara satu surah dengan

surah yang lain dalam serangkaian surah-surah dalam al-Qur’an.

Dan Munasabah Ayat dari Ayat ini, adalah dapat dinilai

berhubungan langsung dengan ayat-ayat sebelumnya dengan memahami

huruf wauw yang biasa diterjemahkan dan pada awal ayat ini dalam arti

wauw al-hal yang terjemahannya adalah sedangkan. Jika ia dipahami

demikian, maka ayat ini seakan-akan menyatakan : “Dan bagaimana

5 Ensiklopedi Islam, h.431.

Page 66: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

52

kebenaran itu tidak akan menjadi kuat dan batil tidak akan lenyap,

sedangkan Kami telah menurunkan al-Qur’an sebagai obat penawar

keraguan dan penyakit-penyakit yang ada dalam dada dan al-Qur’an

juga, adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman dan ia yakni al-

Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalaim selain

kerugian disebabkan oleh kekufuran mereka”.

B. Penafsiran Surat Yunus (10) Ayat 57

.رحمة للمؤمنينولصدوروهدى ٱوشفاءلمافىلناس قدجاء تكم موعظة من ربكم ٱيأيحا

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S.Yunus (10) : 57)

Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an adalah

obat bagi apa yang ada terdapat di dalam dada manusia. Penyebutan kata dada

yang diartikan dengan hati, menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu berfungsi

sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit ruhani, seperti ragu, dengki, takabur

dan semacamnya. Memang, oleh al-Qur’an hati ditunjuknya sebagai wadah yang

menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan, hati dinilai

sebagai alat untuk mengetahui (membaca dengan mata hati). Hati juga, mampu

melahirkan ketenangan dan kegelisahan, serta dapat menampung sifat-sifat baik

dan terpuji.6

6 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, h.102.

Page 67: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

53

Dalam tafsirnya al-Misbah, ia mengutip pendapat seorang sufi besar, al-

Hasan al-Basri, berdasarkan riwayat Abu al-Syaikh berkata, “Allah swt;

menjadikan obat terhadap penyakit-penyakit hati, dan tidak menjadikannya obat

untuk penyakit jasmani”. Ini menunjukkan bahwa M. Quraish Shihab, nampaknya

cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa al-Qur’an hanya dapat

dijadikan sebagai obat penyakit yang bersifat ruhani saja.

Jika kita pahami dari apa yang diuraikan oleh M. Quraish Shihab di atas,

dan apa yang telah dikutifnya dari kitab para mufassir, mengindikasikan bahwa

jika benar ia kurang setuju dengan statemen yang menyatakan bahwa al-Qur’an

dapat menyembuhkan penyakit jasmani, maka tentu harus ada argumen lain yang

dapat dijadikan sebagai sandaran untuk mendukung pendapatnya. Sebab menurut

M. Quraish Shihab, selanjutnya, memang bisa saja al-Qur’an dijadikan sebagai

obat untuk penyakit yang bersifat jasmani, namun hal itu, hanya berlaku bagi

penyakit jiwa yang tidak stabil, seperti penyakit psikosomatik, yaitu semacam

suatu penyakit yang diderita oleh sang manusia, karena ketidak stabilan jiwa dan

ruhaninya; seperti : sesak nafas, panas dingin (menggigil) atau penyakit semacam

karena pengaruh kemasukan syetan (gila).

Jadi, menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas menunjukan bahwa al-

Qur’an dapat dijadikan sebagai obat penawar bagi segala macam-macam penyakit

ruhani (hati) manusia, dan terkadang juga, dapat dijadikan sebagai penawar bagi

penyakit jasmani, namun yang bersita psikosomatik saja.

Page 68: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

54

1. Asbabun al-Nuzul

Kelompok ayat-ayat ini kembali kepada persoalan pertama yang

disinggung oleh surah ini yang sekaligus menjadi salah satu topik

utamanya. Yaitu keheranan mereka atas turunnya wahyu kepada Nabi

Muhammad saw.terhadap mereka, setelah bukti kebenaran al-Qur’an

dipaparkan bahkan ditantangkan, kini-kepada semua manusia-ayat ini

menyampaikan fungsi wahyu yang mereka telah ingkari dan lecehkan itu.

Hai seluruh manusia, di mana dan kapan pun sepanjang masa, sadarilah

bahwa sesungguhnya telah datang kepada kamu semua pengajaran yang

sangat agung dan bermanfaat dari Tuhan Pemelihara dan Pembimbing

kamu yaitu al-Qur’an al-Karim dan obat yang sangat ampuh bagi apa

yakni penyakit-penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada; yakni hati

manusia dan petunjuk yang sangat jelas untuk menuju kebenaran dan

kebajikan serta rahmat yang amat besar lagi melimpah bagi orang-orang

mukmin.

2. Munasabah Ayat

Munasabah dari Surat Yunus ini adalah dari Surat Fushishilat. Dan

juga, dapat dikatakan ayat di atas menegaskan adanya empat fungsi al-

Qur’an : pengajaran, obat, petunjuk serta rahmat. Thâhir Ibnu âsyûr

mengemukakan bahwa ayat ini memberi perumpamaan tentang jiwa

manusia dalam kaitannya dengan kehadiran al-Qur’an. Ulama itu memberi

ilustrasi lebih kurang sebagai berikut. Seseorang yang sakit adalah yang

Page 69: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

55

tidak stabil kondisinya, timpang keadaannya lagi lemah tubuhnya. Ia

menanti kedatangan dokter yang dapat memberinya obat guna

kesembuhannya. Sang dokter tentu saja perlu memberi peringatan kepada

pasien ini menyangkut sebab-sebab penyakitnya dan dampak-dampak

kelanjutan penyakit itu, lalu memberinya obat guna kesembuhannya,

kemudian memberinya petunjuk dan saran tentang cara hidup sehat agar

kesehatannya dapat terpelihara sehingga penyakit yang dideritanya tidak

kambuh lagi. Nah, jika yang bersangkutan memenuhi tuntunan sang

dokter, niscaya ia akan sehat sejahtera dan hidup bahagia serta terhindar

dari segala penyakit. Dan itulah rahmat yang sungguh besar.

C. Penafsiran Surat al-Nahl (16) Ayat 69

ان فى يه شفاء للناسبطو نها شراب مختلف ألونه ف نيخرج م لثمرت فا سلكى سبل ربك ذلالٱثم آل من آل

.ذ لك الء ية لقوم قدير

Artinya : “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS.al-Nahl (16) :69)

Ketika mengomentari فيه شفا للناس, M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya al-

Misbah, mengemukakan teori konfrontasi dari dua pendapat, yakni; pendapat

yang mengklaim bahwa madu dapat menyembuhkan berbagai macam-macam

penyakit, dan pendapat yang menyatakan bahwa madu bukanlah obat dari semua

macam-macam penyakit.

Page 70: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

56

Pendapat yang pertama, merujuk pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh

Imam al-Bukhari, bahwa salah seorang sahabat Nabi saw. pernah mengadu,

bahwa saudaranya sedang sakit perut. Rasul saw. telah menyarankan agar

memberinya sebuah minuman madu. Saran Rasul saw. tersebut, langsung dia

laksanakan, akan tetapi sakit perut saudaranya itu belum juga sembuh. Sekali lagi,

sang sahabat mengadu, dan sekali lagi juga Rasul saw. kemudian kali ini berbeda,

beliau bersabda : “Allah Maha Benar, perut saudaramu itu yang telah berbohong.

Berilah ia minum madu sekali lagi”. Kemudian, sang sahabat kembali lagi untuk

memberikan saudaranya sebuah minuman madu, dan kali ini langsunglah ia

segera sembuh. (HR.Bukhari dan Muslim, melalui Abû Sa’îd al-Khudri).

Pendapat yang kedua yang lebih dominan baginya (M. Quraish Shihab)

apa yang telah dikemukakan oleh Ibn ‘Āsyūr, yang telah mengisyaratkan bahwa

madu bukanlah obat bagi semua penyakit. Redaksi kalimat ayat ini, “ فيه ” (di

dalamny ), yakni di dalam madu itu terdapat obat penyembuhan, menunjukkan

bahwa obat itu telah berada di dalam madu itu tersebut. Seakan-akan madu adalah

wadah dan obat yang telah berada di dalam wadah itu tersebut. Wadah biasanya

selalu lebih luas dari apa yang telah ditampungnya. Ini berarti, tidak semua obat

itu ada di dalam madu tersebut. Dengan demikian, tidak semua suatu penyakit

dapat diobati dengan madu tersebut, karena tidak semua obat ada di dalamnya.

Bahwa redaksi “Tidak semua obat”, dipahami dari bentuk nakirah (indifinit) yang

telah dikemukakan bukan dalam redaksi negasi, sehingga ia tidak bermakna

semua. Memang, boleh jadi ada faktor-faktor tertentu pada orang-orang tertentu

Page 71: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

57

Hal itu, mungkin atau bisa saja akan terjadi, karena dewasa ini, banyak

seorang dokter yang telah menasehati pengidap penyakit diabetes untuk tidak

mengkonsumsi dari sebuah madu. Ini menunjukkan bahwa; sebuah madu itu tidak

menjadi obat penyembuh untuk semua macam-macam penyakit. Memang, boleh

saja yang telah dimaksud dengan kata al-nas, pada ayat di atas tersebut, adalah

hanya sebagian manusia, tetapi bukan semua manusia.

Hal serupa, juga telah dikatakan oleh seorang manusia yang bernama

Muhammad Ali al-Shabuni, telah mengatakan bahwa penekanan fihi syifa bukan

fihi al-syifa, menunjukkan bahwa madu hanya dapat mengobati berbagai macam

penyakit tertentu saja, tidak untuk semua penyakit.

Ketika, seseorang manusia telah meminum madu dengan bersama

makanan lain, pada waktu yang sama; madu itu akan menjadi obat, yang

terkadang orang itu tersebut, tidak merasakan bagaimana madu itu yang telah

menyembuhkan penyakitnya. Ketika ia telah menjadi sehat wal’afiat, ia baru bisa

merasakan manfaat dari sebuah madu itu tersebut.8

Jadi, bahwa madu sangatlah mempunyai suatu keistimewaan; atau bahwa

madu merupakan sebuah makanan yang dapat memulihkan untuk kesehatan.9

7 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, Jilid 15, h.284. 8 Muhammad Ali al-Shabuni, Cahaya al-Qur’an : Tafsir Tematik, h.369. 9 Lihat Islamic Medicine ( Kuwait : Ministary of Culture, 1981 ) hh.358-362.

Page 72: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

58

1. Asbabun al-Nuzul

Ayat ini telah diturunkan dalam rangka untuk mengarahkan

redaksinya kepada Nabi Muhammad saw. dengan menyatakan : Dan

ketahuilah wahai Nabi agung bahwa Tuhanmu yang telah membimbing

dan selalu berbuat baik, telah mewahyukan yakni mengilhamkan kepada

lebah sehingga menjadi naluri baginya bahwa : “Buatlah sebagaimana

keadaan seorang yang membuat secara dengan sungguh-sungguh, sarang-

sarang pada sebagian gua-gua pegunungan dan di sebagian bukit-bukit

dan pada sebagian celah-celah pepohonan dan pada sebagian tempat-

tempat tinggi yang mereka yakni manusia buat”. Kemudian makanlah

yakni; hisaplah dari setiap macam kembang buah-buahan, lalu tempuhlah

jalan-jalan yang telah diciptakan oleh Tuhanmu Pemeliharamu dalam

keadaan mudah bagimu.

2. Munasabah Ayat

Jika penulis, mendukung pendapat as-Suyuthi yang menyatakan

bahwa : “Surah yang terdahulu merupakan pengantar bagi surah

sesudahnya”, maka berarti surah al-Nahl ini adalah pengantar surah al-

Isra. Lebah telah dipilih oleh Allah swt. untuk melukiskan dari suatu

keajaiban ciptaan-Nya, agar menjadi pengantar keajaiban dari perbuatan-

Nya dalam peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw. adalah seorang

manusia seutuhnya. Karena seorang Mukmin; atau katakanlah manusia

yang utuh; diibaratkan oleh Rasul saw. bagaikan “Lebah” : tidak makan

Page 73: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

59

kecuali yang baik dan indah; seperti : kembang-kembang yang tidak

menghasilkan kecuali yang baik dan bermanfaat; seperti madu yang

merupakan sebuah minuman dan obat bagi aneka beragam macam-macam

penyakit, tidak hinggap di tempat yang kotor, tidak mengganggu kecuali

yang mengganggunya; dan jika menyengat sengatannya pun akan menjadi

obat.

D. Kesimpulan Ayat-Ayat al-Syifa

1. Surat al-Isra (17) Ayat 82

Bahwa kitab al-Qur’an ini merupakan suatu petunjuk dan penawar

bagi kaum Mukminin.

2. Surat Yunus (10) Ayat 57

Bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat dijadikan

sebagai obat penawar bagi segala macam-macam penyakit ruhani (hati)

manusia, dan terkadang juga, dapat dijadikan sebagai obat penawar

penyakit jasmani, namun yang bersita psikosomatik saja.

3. Surat al-Nahl (16) Ayat 69

Bahwa ayat di atas menunjukkan bahwa sebuah madu sangatlah

mempunyai suatu keistimewaan; atau dikatakan juga, bahwa sebuah madu

merupakan suatu makanan yang dapat memulihkan untuk kesehatan.

Page 74: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut M.Quraish Shihab, ketika mengomentari kata syifa, yakni;

katakanlah : ia (al-Qur’an) bagi orang-orang yang beriman adalah merupakan

suatu petunjuk dan penyembuh (obat). Hal ini, telah dipahami bagaikan

menyatakan bahwa pengaruh al-Qur’an tidaklah berkisar pada bahasa yang telah

digunakannya, melainkan pada seseorang manusia yang telah mendengarkannya.

Mereka telah terbagi dua golongan, yakni; ada yang beriman dan telah berhasil

dalam memperoleh suatu manfaat; dan ada juga yang tidak beriman.

Bahwa ayat di atas ini juga, telah menegaskan tentang bahwa al-Qur’an

adalah merupakan suatu obat bagi apa yang telah terdapat dalam dada manusia.

Penyebutan kata dada yang telah diartikan dengan sebuah hati, yang telah

menunjukkan bahwa wahyu-wahyu Ilahi itu dapat berfungsi sebagai penyembuh

bagi penyakit-penyakit yang bersifat ruhani, seperti ragu, dengki, takabbur dan

semacamnya. Memang, oleh al-Qur’an; hati telah ditunjuknya sebagai suatu

wadah yang telah menampung rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak.

Bahkan, sebuah hati dapat dinilai sebagai alat untuk dapat mengetahui (membaca

dengan mata hati). Hati juga, telah mampu untuk melahirkan suatu ketenangan

dan kegelisahan, serta telah dapat juga untuk menampung sifat-sifat yang terbaik

dan terpuji.

60

Page 75: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

61

Dalam tafsirnya, al-Misbah, ia telah mengutip suatu pendapat dari

seseorang sufi besar, al-Hasan al-Basri, berdasarkan riwayat Abu al-Syaikh telah

berkata : “Allah swt, telah menjadikan sebuah obat terhadap suatu penyakit-

penyakit hati, dan tidak menjadikannya sebuah obat untuk penyakit jasmani”. Ini

menunjukkan bahwa, M.Quraish Shihab nampaknya telah menyatakan bahwa, al-

Qur’an hanya dapat dijadikan sebagai obat bagi suatu penyakit yang bersifat

ruhani saja.

Jadi, menurut pandangan M. Quraish Shihab, bahwa ayat di atas telah

menunjukkan bahwa al-Qur’an dapat dijadikan sebagai suatu obat penawar bagi

segala macam penyakit ruhani (hati) manusia, dan terkadang juga; dapat dijadikan

sebagai obat penawar bagi penyakit jasmani. Namun, hanya yang bersita

psikosomatik saja.

Dan juga, M.Quraish Shihab ketika mengomentari pada suatu kata فيه شفاء

dalam tafsirnya al-Misbah, yakni; telah mengemukakan tentang suatu teori , للناس

konfrontasi dari dua pendapat, yakni; pendapat yang mengklaim bahwa madu

merupakan yang telah dapat untuk menyembuhkan diri dari berbagai macam-

macam suatu penyakit, dan ada juga, pendapat yang telah menyatakan bahwa

madu bukanlah merupakan sebuah obat untuk dari semua berbagai macam-macam

penyakit.

Dan juga, dapat dikatakan bahwa kata syifa yang terdapat di dalam surat

al-Nahl lebih menitik beratkan pada konsep al-Qur’an tentang suatu keistimewaan

dari sebuah madu. Di dalam madu, telah terkandung berbagai macam-macam

Page 76: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

62

yang di dalamnya; terdapat suatu vitamin dan mineral yang telah dapat untuk

menyembuhkan berbagai macam-macam penyakit.

Allah swt. telah juga, memberikan sebuah wahyu kepada alam semesta,

manusia dan binatang serangga; Allah swt. juga telah mengabarkan kepada Nabi

Muhammad saw. tentang besarnya manfaat dari sebuah madu yang merupakan

sebagai obat.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan di atas, maka penulis ingin

memberikan sebuah saran-saran sebagai berikut : Mudah-mudahan dengan

melalui kajian syifa ini setiap individu, khususnya untuk penulis; dan juga, para

psikolog Islam akan dapat untuk menerangkan. Dan juga, dapat untuk

mengembangkan suatu tugas dan tanggung jawab kenabian, yaitu dengan

melakukan suatu kegiatan dari sebuah pekerjaan syifa terhadap macam-macam

penyakit, seperti : penyakit mental, spiritual dan moral yang telah sedang

menimpa kepada seorang individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,

serta; untuk dapat menggiring kepada mereka untuk dapat segera kembali kepada

sebuah jalan kehidupan yang sesungguhnya, yaitu suatu kehidupan dalam

bimbingan dan pimpinan Allah swt. dan Rasul-Nya.

Penulis, berharap kepada para pembaca dan khususnya bagi penulis; sebagai

suatu bahan peringatan bahwa kajian syifa ini sangat luas. Untuk itu juga, penulis

perlu untuk mengkaji ulang dan terus menerus dilakukan evaluasi; agar kajian

tentang syifa ini dapat menjadi lebih baik. Maka dari itu, penulis sangat

Page 77: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

63

menyarankan kepada pembaca untuk dapat juga; agar supaya dapat melanjutkan

penulisan seperti ini, bahkan kepada skala yang lebih besar.

Dan juga, penulis senantiasa sangat berharap adanya kritik dan saran yang

untuk membangun dari seorang pembaca dan siapa saja yang ingin untuk

memperoleh kemanfaatan dari sebuah tulisan skripsi ini. Dan atas pemasukan

yang berharga itulah, maka penulis akan selalu dapat untuk melakukan perbaikan

dan penyempurnaan atas segala kekurangan dan kekhilafan sebagai seorang

hamba Allah swt.yang sangat lemah dan tiada berdaya tanpa adanya suatu

bimbingan dan perlindungan-Nya.

Page 78: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya

Ahyudi, Abdul Aziz, Psikologi Agama, Bandung : Sinar Bintang, 1991.

Abi Thohir bin ya’qub al-Fairuz Abadiy, Tanwiral Miqbas Min Tafsir ibn ‘Abbas,

Dâr al-Fikr, Beirut, tt.

Abu Muhammad ‘Ishom bin Mar’i, Ahkamul Aqiqah, terjemahan Musthofa

Mahmud Adam al-Butoni, Litera Sunny Press Yogyakarta, 1997.

Abu Na’im al Ash-Bahani, Warisan Para Sahabat Nabi, terjemahan Afif

Muhammad, Pustaka, Bandung, 1986.

Abuddin Nata, H.Dr.MA, Metodologi Studi Islam, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 1998.

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Unit

Pengadaan Buku Ilmiyah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir,

Krapyak Yogyakarta, tt.

Al-Hujwiri, Ali ibn Utsman, Kasyf al-Mahjub, terjemahan Suwardjo Muhtary dan

Abdul Hadi WM, Mizan, Bandung, 1992.

Ali Issa Othman, Manusia Menurut al-Ghazali, Pustaka, Bandung, 1981.

Ali Usman, KHM., Dahlan HAA, Dahlan, Dr.HMD, Hadits Qudsi,

CV. Diponegoro, Bandung, 1984.

Al-Kalabadzi, Ajaran Kaum Sufi, terjemahan Rahman Astuti, Mizan,

Bandung, 1990.

Amir an-Najar, Dr., Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, terjemahan Hasan Abrari, Drs.

64

Page 79: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

65

MA, Pustaka Azzam, 200.

Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik Dalam Islam, terjemahan Sapardi Djoko

Damono dkk., Pustaka Firdaus, Jakarta, 1986.

Asy Syeikh Abdul Qadir al-Jailani, Sir al Asrar, terjemahan oleh Zezen Zainal

Abidin Zayadi Bazul Asyhab, THINKER’S LIBRARY SDN.BHD,

SELANGGOR DAR AL IHSAN, 1987.

Asy-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjaniy, at-Ta’rifât, Dâr al-Kutub al-Ilmiah,

Baerut Libanon, 1988.

Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr.Kartini Kartono, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

Dadang Hawari, Prof. Dr.H., al-Qur’an dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan

Jiwa.

Dahlan, DR.MD., Latihan Ketrampilan Konseling Seni Memberikan Bantuan,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Diroktorat Jendral Pendidikan

Tinggi, Jakarta, 1987.

Dimyati Muhammad.M. Drs., Psikologi Suatu Pengantar edisi 1, BPFE

Yogyakarta, 1990.

Ensiklopedi Hukum Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1997, Jilid 1.

Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta jilid 3, 1995.

Gahrsuddin Khail bin Syahin azh Zhabiry, al-Isyarat fi Ilm al Ibarat, Dâr al

Kutub al Ilmiah, Baerut, Libanon 1993.

Gerald Corey, Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi, terjemahan E.

Koeswara, PT. Rafika Aditama, Bandung, 1999.

Page 80: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

66

Hamdani, BDz, Drs. HM., Pendidikan Ketuhanan Dalam Islam, T.P., Yogyakarta,

1990.

_________, Mencari Wihdah Asy Syuhud sebagai Esensi Ibadah, TP. Yogyakarta,

1989.

Hamka, Prof. DR., Tasawuf Modern, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990.

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 1995.

Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyah, Ad Dâ’wa Ad Dawa’, Maktab Dâr at-Turats, al-

Madinah al-Munawwarah, 1992.

_____________________, Ar Rūh, Terjemahan Jamaluddin Kafil, PT. Bina Ilmu,

Surabaya, 1994.

_____________________, Melumpuhkan Senjata Syetan, terjemahan Ainul Harits

Umar Arifin Thoyib, Lc. Darul Falah, Jakarta 2001.

Ibnu Arabiy, Relung Cahaya, terjemahan Ati Anggari, Pustaka Firdaus, Jakarta

1998.

Ibnu Sirrin, Ensiklopedi Takwil Mimpi Islam, Terjemahan Eva Y. Nukman,

Pustaka Hidayah, Bandung 1997.

Imam al-Qusyairy an Naisabury, Risalah al Qusyairiyah fi Ilmi Tashawuf,

Terjemahan oleh Muhammad Luqman Hakim, Risalah Gusti, Jakarta

1997.

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin Jilid 1, Terjemahan oleh Drs. H. Moh. Zuhri,

CV. asy-Syifa’, Semarang, 1990.

Imam Fakhruddin ar-Raziy, at Tafsîr al-Kabîr Mafatih Baerut Libanon, 1990.

Page 81: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

67

______________________, at Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib jilid 21, Dâr

al-Kutub al-Ilmiyah, Baerut Libanon, 1990.

Imam Nawawi ad Dimasyq, Riyadh ash Shalihin, Dâr al-Fikr, Beirut, 1992.

Javad Nurbakhsy, Dr, Psikologi Sufi, terjemahan Arief Rakhmat, Fajar Pustaka

Baru, Yogyakarta, 2000.

Jehru M.Echal dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia

Pustaka Utama Jakarta 1994.

Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah, terjemahan Abdus Salam Masykur Lc.,

Era Intermedia, Solo, 2000.

Kartini Kartono, DR dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, Pionir Jaya 1987, Bandung.

Kasjian, Drs.Z. Tinjauan Psikologi Larangan Mendekati Zina Dalam al-Qur’an,

PT. Bina Ilmu Surabaya, 1982.

Khalid Muhammad Khalid, Karekteristik Enam Puluh Sahabat Rasulullah,

terjemahan oleh Muhyuddin Syafi dkk, CV. Diponegoro, Bandung, 193.

______________________, Khalifah Rasul, terjemahan Mahyuddin Syafakh, CV.

Diponegoro, Bandung, 1985.

Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Terjemahan Drs. Mudzakir As.,

PT. Pustaka Litera Antar Nusa, Jakarta, 1992.

Muhammad Ali Ash Shobuniy, Shafwah at Tafâsir, Dâr al-Fikr Beirut Libanon

Jilid 11, tt.

Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, terjemahan H.Firdaus AN. BA, Bulan

Bintang, Jakarat 1976.

Muhammad Abdul ‘Aziz al-Khalidy, al-Isytisyfa’ bil Qur’an, Dâr al-Kutub

Page 82: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

68

Ilmiyah, Beirut Libanon, 1990.

Muhammad al-Ghazaly, Fiqhus Sirah, Terjemahan Abu Laila dan Muhammad

Tohir, PT. al-Ma’arif Bandung tanpa tahun.

Muhammad Athiyah al-Abrasy, Prof. Dr., Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam,

terjemahan Syamsuddin Asyrofi, Titian Ilmu Press, Yogyakarta, 1996.

Muhammad Damami, MA. Tasawuf Positif, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta,

2000.

Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras, Dâr al-Fikr, Baerut,

Libanon, 1987.

Muhammad Isa Daud, Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda, terjemahan

Drs. Tarmana Ahmad Qasim, Pustaka Hidayah, 1996.

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim, Dâr al-Makrifah, Beirut

Libanon jilid 3, 1993.

Muhammad Yunus, PROF. DR. Kamus Arab-Indonesia, PT, Hidakarya Agung,

Jakarta, 1989.

Muhyiddin ibn ‘Arabiy, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Jilid 1, Dâr al-Yaqzhoh al-

Arabiyah, Beirut, 1986.

___________________, al-Futuhat al-Makiyah, Juz 1, Dâr al-Fikr, Baerut

Libanon, 1994.

___________________, Fushush al-Hikam, dalam syarah Syeikh Abdul Razzaq

al-Qâjani, Mesir tanpa tahun.

___________________, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Jilid 11, Dâr al-Yaqzhah al-

Sakiyah, Baerut.

Page 83: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

69

Nur Himah, Berorbit Dalam Sifat-sifat Allah, Gunung Jati Jakarta, tt.

Nuruddin ar-Raniry, Asrar al Insan fi Ma’rifah ar Ruh wa ar-Rahman,

di Indonesiakan oleh Rusdi, tanpa penerbit, tanpa tahun, Balikpapan.

Prayitno, Dr. M.Sc. Ed. ,Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konseling,

t.p., tt, 1987.

Quraish Shihab. M.Prof. Dr., Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an, Jakarta : Lentera Hati, 2002.

_____________________, Wawasan al-Qur’an, Mizan, Bandung cet.V1, 1997.

Ramadhan Muhammad al-Qadzafi. Dr., Ilmu an Nafs al Islamy, Shahifah

ad Da’wah al Islamiyah, tt.tt.

Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qothaniy, Do’a dan Penyembuhan Cara Nabi,

Terjemahan Ibnu Burdah, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2000.

Sâd al-Marshafi, Khitan, terjemahan Amir Zain Zakaria, Gema Insani Press

Jakarta 1996.

Sayyid Sabiq, Akidah Islam, terjemahan oleh Moh. Abdai Rathomy, CV.

Diponegoro, Bandung, 1982.

_______________________, Fiqh Sunnah 1, Dâr al-FiKR, Baerut, Libanon,

1992.

Shodiq, Drs.SE., Shalahuddin Chaery H.BA, Kamus Istilah Agama, 1983,

CV. SLENTTARAMA Jakarta.

Soli Abimanyu, Prof. Dr. MSc., M.Thayeb Manrihu, Prof. Dr., Tekhnik dan

Laboratarium Konseling, Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktur

Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Tenaga Akademik, Jakarta.

Page 84: SYIFA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6065/1/NURUL... · Segala puji syukur dan pujia-pujian hanya penulis persembahkan kehadirat Allah

70

Sumadi Suryobroto, Pembimbing ke Psikodiagnostik, Rake Sarasin PO. BOX 83,

Yogyakarta.

Syahminan Zaini, Drs., Mengenal Manusia Lewat al-Qur’an, PT. Bina Ilmu,

1980.

Syeikh Kamil Muhammad ‘Uwaidhoh, Ilmu dan Nafs, Dâr al Kutub al Ilmiyah,

Beirut Libanon tt.

Syeikh Muhyiddin al Zakaria Yahya dan Syaraf an Nawawi, al Adzakar,

Terjemahan Drs. M.Tarsi Alwi, PT. al Ma’arif, Bandung, 1984.

Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam, terjemahan

Khalilullah Ahmad Mansjhur Hakim, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

1990.

Umar Hasyim, Memburu Kebahagian, PT. Bina Ilmu Surabaya 1983.

Winkel. Ws., Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997.

Yasien Mohamed, Insan Yang Suci, terjemahan Masyhur Abadi, Mizan, Bandung

1997.

Yusuf Qardhawy, DR. Pengobatan Spritual dalam Tinjaun Islam, Terjemahan

Imran Efendi, Rabbani Press, Jakarta, 1998.