bab ii landasan teori - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/343/3/10 bab ii skrips.pdf3...
TRANSCRIPT
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Zakat
1. Zakat menurut bahasa adalah berkembang, bertambah. Orang arab
mengatakan zakaa az- zaru’ ketika az- Zar’u (tanaman) itu berkembang
dan bertambah. Zakat an-nafaqatu ketika nafaqah (biaya hidup) itu
diberkahi. Kadang-kadang zakat diucapkan untuk makna suci. Allah
berfiman 1
2. Menurut Sayyid Sabiq zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak
Allah Ta’ala yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin.
Dinamakan zakat, karena didalamnya terkandung harapan untuk
beroleh berkat, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai
kebaikan.2
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
(Asy Syams : 9)3
Zakat menurut syara’ adalah hak yang wajib pada harta. Malikiyah
memberikan definisi bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu dari
1 Wahbah Az- Zuhaili, Fiqih islam wa adillatuhu, jilid 3,(Jakarta: Gema Insani, 2011) Cet.1,
hlm.164
2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah , jilid 3, (Bandung: PT Al Ma’arif,1978)Cet.1, hlm.5
3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Semarang: Cv. Asy Syifa’, 2000), Hlm.
1393
17
harta tertentu yang telah sampai nishab kepada orang yang berhak menerima, jika
kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna selain barang tambang,
tanaman dan harta temuan.
Hanafiyah memberikan definisi bahwa zakat adalah pemberian hak kepemilikan
atas sebagian harta tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu yang telah
ditentukan oleh syari’at semata-mata karena Allah. Kata pemberian hak
kepemilikan tidak masuk didalamnya. Sesuatu yang hukumnya boleh, oleh karena
itu jika seseorang memberi makan anak yatim dengan niat zakat, maka tidak
cukup dianggap sebagai zakat, kecuali jika orang tersebut menyerahkan makanan
kepada anak yatim itu sebagaimana jika orang tersebut memberi pakaian pada
anak yatim.Syafi’iyah memberikan definisi bahwa zakat adalah nama untuk
barang yang dikeluarkan untuk harta atau badan (diri manusia untuk zakat fitrah)
kepada pihak tertentu
Definisi zakat menurut Hanabillah adalah hak yang wajib pada harta
tertentu kepada kelompok tertentu pada waktu tertentu.4
Menurut al Syaukani seperti yang dikutip oleh Hasbi Ash Shiddieqy
bahwa zakat itu adalah memberikan sebagian harta yang cukup nisab kepada
orang faqir dan sebagainya yang tidak berhalangan secara syara’.
Hasbi Ash Shiddieqy mengatakan zakat menurut syari’at Islam adalah
sebagian dari harta orang kaya yang telah ditentukan kadarnya oleh agama pada
sebagian jenis harta dan telah ditentukan nisabnya pada sebagian jenis harta yang
lain.
4 Wahbah Az- Zuhaili, Op Cit., jilid 1, hlm. 165
18
Jadi zakat adalah kadar yang telah ditetapkan dan dikenakan atas harta-
harta yang dikeluarkan zakatnya pada setiap tahun apabila jumlah harta yang
dimiliki itu sampai nisabnya. Dan harta zakat adalah sejumlah harta yang
dipungut dan dihimpun berdasarkan syari’at Islam mengenai zakat.5
Dengan demikian jelas bahwa zakat dalam definisi para fuqaha digunakan
untuk perbuatan pemberian zakat itu sendiri. Artinya memberikan hak yang wajib
pada harta, zakat dalam Urf Fuqaha digunakan juga untuk pengertian bagian
tertentu dari harta yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai hak orang-orang fakir.
Zakat dinamakan shadaqah karena menunjukkan kejujuran hamba dalam
beribadah dan taat kepada Allah.6
Berkenaan dengan zakat harta yang selalu dinamis, sejak tahun 1980-an
mengalami dinamika berarti, yakni berkembangnya pemikiran mengenai
“sumber” nya yang berasal dari pekerjaan atau profesi atau keahlian khusus yang
mendatangkan penghasilan besar, seperti konsultan, dokter spesialis, notaris,
penasihat hukum, pegawai negeri, pilot, nahkoda, komisioner dan lain-lain. Dan
inilah yang disebut zakat profesi, yakni zakat harta yang dapat diperoleh sewaktu-
waktu dari pekerjaan profesinya.7
Menurut Yusuf Qardawi, sebenarnya masalah gaji, upah kerja,
penghasilan wiraswasta ini termasuk dalam kategori mal mustafad, yaitu harta
pendapatan baru yang bukan harta yang sudah dipungut zakatnya. Mal Mustafad
adalah harta yang diperoleh oleh orang Islam dan baru dimilikinya melalui suatu
5 Drs. H. Nukthoh Arfawie Kurde S.H., M. Hum., Memungut Zakat dan Infaq Profesi oleh
Pemerintah Daerah,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), Cet.1,Hlm.18
6 Wahbah Az- Zuhaili, Op Cit., jilid 1, Hlm.166
7 Drs. H. Nukthoh Arfawie Kurde S.H., M. Hum., Memungut Zakat dan Infaq Profesi oleh
Pemerintah Daerah,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), Cet.1,Hlm.22
19
cara kepemilikan yang disyahkan oleh undang-undang. Jadi mal mustafad ini
mencakup segala macam pendapatan, akan tetapi bukan pendapatan yang
diperoleh dari penghasilan harta yang sudah dikenakan zakat. Gaji, honor dan
uang jasa itu bukan hasil dari harta benda yang berkembang (harta yang
dikenakan zakat), bukan hasil dari modal atau harta kekayaan yang produktif,
akan tetapi diperoleh dari sebab lain. Demikian juga penghasilan seorang dokter,
pengacara, seniman dan lain sebagainya, ini mencakup dalam pengertian mal
mustafad. Dan mal mustafad sudah disepakati oleh jamaah sahabat dan ulama-
ulama berikutnya untuk wajib dikenakan zakat.8
Pekerjaan adakalanya bebas tidak terikat dengan negara, seperti pekerjaan
dokter, arsitektur, pengacara, penjahit, tukang kayu, dan para pekerja bebas
lainnya.juga adakalanya terikat dengan tugas yang berfiliasi ke negara atau
semisalnya seperti yayasan dan perusahaan umum dan khusus, dan pegawai
menerima gaji bulanan sebagaimana yang telah umum diketahui. Income yang
diperoleh oleh masing-masing orang yang bekerja bebas atau menjadi pegawai
diberlakukan hukum fiqih. Yang telah ditetapkan di dalam empat madzhab adalah
bahwa tidak ada zakat di dalam laba hingga mencapai nisab dan haul. Menurut
pendapat selain syafi’iyah, wajib dikeluarkan zakat dari harta yang disimpan
semuanya,
Kata-kata yang berhubungan dengan zakat mal antara lain:
1. Nisab artinya batas nilai kekayaan yang dikenakan zakat.
8 Ibid, Hlm.27
20
2. Haul artinya masa pemilikan harta/ kekayaan untuk menghitung
(mengeluarkan) zakat.
3. Kadar zakat, maksudnya jumlah yang harus dikeluarkan.
Pelaksanaan dari masing-masing jenis zakat :
1. Zakat Harta ( Kekayaan )
a. Emas
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
b. Perak
1) Nisabnya : 672 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
c. Logam Mulia dan Batu Permata
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
d. Rumah dan tanah ( yang wajib dikeluarkan zakatnya )
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
e. Kendaraan bermotor ( yang wajib dikeluarkan zakatnya )
1) Nisabnya : 94 gram
21
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
f. Uang simpanan, deposito, surat berharga dan lain-lain
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
g. Binatang ternak
Kambing, biri-biri ( domba )
1) Nisabnya : 40 ekor
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya :
a) 40 s/d 120 ekor, kadar zakatnya 1 ekor
b) 121 s/d 200 ekor, kadar zakatnya 2 ekor
c) 201 s/d 300 ekor, kadar zakatnya 3 ekor
d) selanjutnya setiap bertambah 100 ekor, kadar zakatnya 1
ekor Sapi, kerbau, kuda
1) Nisabnya : 30 ekor
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya :
a) 30 s/d 39 ekor, kadar zakatnya 1 ekor umur 1 tahun
b) 40 s/d 59 ekor, kadar zakatnya 1 ekor umur 2 tahun
c) 60 s/d 69 ekor, kadar zakatnya 2 ekor umur 1 tahun
22
d) selanjutnya setiap bertambah 10 ekor, kadar zakatnya 1
ekor umur 2 tahun
Binatang ternak lainnya
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
2. Zakat perusahaan dan Perdagangan (Tijaroh)
1) Nisabnya : 94 gram
2) Haulnya : 1 ( satu ) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5 %
cara menghitung nilai kekayaan perusahaan adalah dengan
menghitung jumlah modal ditambah laba pada waktu akan
mengeluarkan zakat.
3. Zakat Tumbuh-tumbuhan
1) Nisabnya : senilai 1.350 kg gabah (padi) atau senilai
759 kg beras
2) Haulnya : setiap panen
3) Kadar zakatnya : 5% jika pengairan sulit, 10% jika pengairan
mudah.
4. Zakat Barang Tambang ( Ma’din )
1) Nisabnya : senilai 94 gram emas
2) Haulnya : 1 (satu) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5%
23
5. Zakat Barang Temuan ( rikaz )
1) Nisabnya : senilai 94 gram emas
2) Haulnya : 1 (satu) tahun
3) Kadar zakatnya : 20%
6. Zakat Profesi
1) Nisabnya : senilai 94 gram emas
2) Haulnya : 1 (satu) tahun
3) Kadar zakatnya : 2,5%9
Terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan dalam menentukan nishab,
kadar dan waktu mengeluarkan zakat profesi. hal ini sangat bergantung pada qiyas
(analogi) yang dilakukan. Pertama, jika dianalogikan pada zakat perdagangan,
maka nishab, kadar, dan waktu mengeluarkannya sama dengannya dan sama pula
dengan zakat emas dan perak. Nishabnya senilai 85 gram emas, kadarnya 2,5
persen dan waktu mengeluarkannya setahun sekali, setelah dikurangi kebutuhan
pokok. Contoh: jika si A berpenghasilan Rp 5.000.000,- setiap bulan dan
kebutuhan pokok perbulannya Rp 3.000.000,- maka besar zakat yang
dikeluarkannya adalah : 2,5 % x 12 x Rp 2.000.000,- atau sebesar Rp 600.000,-
per tahun atau Rp 50.000,- per bulan.
Kedua: jika dianalogikan pada zakat pertanian, maka nishabnya senilai
653 kg padi atau gandum, kadar zakatnya sebesar 5 persen dan dikeluarkan pada
setiap mendapatkan gaji atau penghasilan, misalnya sebulan sekali. Dalam contoh
9 Zakiah Daradjat, Zakat Pembersih harta dan jiwa, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam
Ruhama, 1991), Cet.1, Hlm.64-67
24
kasus di atas, maka kewajiban zakat si A adalah sebesar 5% x 12 x Rp 2.000.000,-
atau sebesar Rp 1.200.000,- per tahun atau Rp 100.000,- per bulan.
Ketiga : jika dianalogikan pada zakat rikaz, maka zakatnya sebesar 20
persen tanpa ada nishab, dan dikeluarkan pada saat menerimanya. Pada contoh di
atas, maka si A mempunyai kewajiban berzakat sebesar 20% x Rp 5.000.000,-
atau sebesar Rp 1.000.000 setiap bulan.10
B. Dasar Hukum Zakat dan Sejarah Pensyari’atan Zakat
Ajaran Islam itu bersifat dinamis dan responsive terhadap situasi zaman
dan tempat serta mampu menjawab tuntutan-tuntutan pembaharuan dan
perkembangan zaman. Demikian pula dengan zakat, sebuah ajaran yang berkaitan
dengan harta dan pribadi orang perorang pemilik harta, bersih harta dan bersih
pula hati pemilik harta dari sifat-sifat tercela ( kikir, hasad dan tak peduli ).11
Adapun dasar hukum zakat disebutkan dalam al-Qur’an:
Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'(Q.S.2, Al Baqarah : 43)12
10 DR. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., Zakat dalm Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema
Insani, 2002), Cet.1, Hlm.96-97
11 Ibid, Hlm.11
12 Departemen Agama RI, Op.Cit, Hlm. 15
25
Ulama, baik salaf(klasik) maupun khalaf(kontemporer) sepakat akan adanya
kewajiban zakat, dan bagi yang mengingkarinya berarti kafir dari Islam. Dan
menurut jumhur ulama, diantaranya adalah golongan Hanafiyah dan Malikiyah
mengatakan bahwa zakat itu wajib diserahkan kepada imam atau pemimpin
(untuk diatur pendayagunaannya), dengan syarat menurut golongan Malikiyah
pemimpin itu adil.
Menurut Muhammad Abu Zahrah, bahwa para khalifah sepeninggal nabi
Muhammad
Al- Qur’an al –karim semenjak periode Makkah, pada dasarnya telah
menanamkan mental kewajiban zakat dalam jiwa para sahabat Rasulullah saw.
Pemerintah atau Negara belum berkewajiban dan bertanggung jawab atas
pengelolaan zakat.13
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan.
Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah;
dan mereka Itulah orang-orang beruntung.14
Ayat diatas yang diturunkan di Makkah memerintahkan untuk
memberikan hak kepada kerabat yang terdekat, fakir miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan. Begitu pula ayat-ayat zakat lainnya, masih memakai bentuk “
13 Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), Cet.1, Hlm.28
14 Departemen Agama RI, Op.Cit, Hlm.903
26
khabariyyah” (berita), menilai bahwa penunaian zakat merupakan sikap dasar bagi
orang-orang mukmin, dan menegaskan bahwa memakai sikap orang mukmin dan
meninggalkan sikap orang musyrik adalah suatu hal yang wajib dilakukan bagi
orang-orang mukmin. Oleh karena itu pada praktiknya, para sahabat merasa
terpanggil untuk menunaikan semacam kewajiban zakat. Meski ayat-ayat zakat
yang turun di Makkah tidak menggunakan bentuk amr (perintah)
Setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, turunlah ayat-ayat zakat
dengan menggunakan redaksi yang berbentuk amr (perintah). Pada periode ini
pula Rasulullah segera memberikan penjelasan tentang jenis-jenis harta yang
wajib dizakatkan, kadar dan nishab serta haulnya.15
Dalam sejarah perjalanannya zakat merupakan suatu institusi yang cukup
unik dan menarik bila diperhatikan karena ia selalu mengalami perubahan setiap
waktu dan masa, walaupun ia merupakan suatu ketetapan Ilahi. Pada awal Islam (
Periode Makkah ) zakat merupakan kewajiban yang sepenuhnya diserahkan pada
masing-masing kaum muslimin, sehingga bergantung pada kadar keimanan
mereka. Bagi mereka yang kadar keimanannya tinggi, biasanya mengeluarkan
harta kekayaannya lebih besar dibanding mereka yang kadar keimanannya biasa-
biasa saja. Ini pula disebabkan karena kewajiban zakat pada awal Islam itu, masih
belum ada ketentuan berapa kadar yang harus dizakatkan dan jenis apa saja yang
harus dizakati, sehingga zakat pada periode ini tidak terikat.
15 Asnaini, Op.Cit, Hlm. 29
27
Berbeda dalam perkembangan selanjutnya, ketika suasana kaum muslimin
sudah mulai tenteram menjalankan tugas-tugas agama maka pada tahun kedua
Hijrah dalam periode Madinah, zakat mulai disyari’atkan Allah dan dijalankan
pelaksanaan hukumnya dengan tegas dan rinci.16
Ketegasan hukum wajib zakat ini dapat pula dilihat dalam beberapa ayat al
Qur’an yang mengecam dan mengancam orang-orang yang enggan mengeluarkan
zakat. Padahal mereka termasuk kategori orang-orang yang wajib zakat. Hal ini
terungkap dalam firman Allah SWT :
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (Q.S. at-Taubah
: 34)17
C. Syarat Wajib Zakat
16 Drs. M. Zaidi Abdad, M.Ag, Lembaga Perekonomian Umat Di Dunia Islam, (Bandung:
Angkasa, 2003), Cet.1, Hlm.23
17 Departemen Agama RI, Op.Cit,Hlm. 404
28
Menurut Chalid Fadlullah yang dimaksud dengan kekayaan itu adalah
segala sesuatu yang sangat diinginkan oleh manusia untuk disimpan dan
dimilikinya, baik berupa barang atau benda yang dapat diambil manfaatnya secara
kongkrit dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Adapun kekayaan pada
perkembangannya selanjutnya dapat berupa emas, perak, uang, binatang ternak,
hasil pertanian, termasuk pabrik, industri, saham, gedung-gedung yang produktif,
hotel, losmen, toko, bengkel, termasuk sawah, ladang, tambak, dan lain
sebagainya. Menurut Yusuf Qardlawi dalam mengeluarkan harta kekayaan wajib
zakat harus memenuhi kriteria atau persyaratan, diantara persyaratan tersebut
adalah milik penuh, produktif atau dapat diproduksikan, cukup senishab, lebih
dari kebutuhan primer, bebas dari hutang, dan berlaku setahun.18
Menurut para ahli hukum islam, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
kewajiban zakat dapat dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim.
Syarat-syarat itu adalah:
1. Pemilikan yang pasti artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang
punya, baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati
hasilnya.
2. Berkembang artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan
sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.
3. Melebihi kebutuhan pokok artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu
melebihi kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya
untuk hidup wajar sebagai manusia.
18 Ibid, Hlm. 29
29
4. Bersih dari hutang artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih
dari hutang, naik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang
kepada sesama manusia.
5. Mencapai nishab artinya mencapai jumlah minimal yang wajib
dikeluarkan zakatnya.
6. Mancapai haul artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,
biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen.19
D. Macam-macam Zakat
Menurut garis besarnya, zakat terbagi menjadi dua. Pertama, Zakat Mal (
harta ): emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (buaah-buahan dan biji-bijian)
dan barang perniagaan. Kedua, Zakat Nafs, zakat jiwa yang disebut juga “ Zakatul
Fithrah.”(zakat yang diberikan berkenaan dengan selesainya mengerjakan shiyam
(puasa) yang difardhukan).
Di negeri kita ini lazim disebut fitrah. Ulama telah membagi zakat fitrah,
kepada dua bagian. Pertama, Zakat harta nyata (harta yang lahir) yang terang
dilihat umum, seperti : binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan barang
logam. Kedua, Zakat harta-harta yang tidak nyata, yang dapat disembunyikan.
Harta-harta yang tidak nyata itu, ialah emas, perak, rikaz dan barang perniagaan.
Adapun fitrah, setengah ulama memasukkannya dalam golongan harta
lahir. Menurut lahir nash Asy-Syafi’i, fitrah masuk golongan zakat harta batin.
Menurut para ulama apa sebab barang dagangan dipandang harta bathin
(tidak nyata), karena barang dagangan tidak diketahui oleh yang melihat, apakah
19 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,( Jakarta: Universitas
Indonesia,2006),cet.1,hlm.41
30
untuk diperdagangkan atau tidak. Barang (benda) tidak menjadi barang dagangan
kecuali memenuhi beberapa syarat
Apabila sebab (illat) yang dikemukakan oleh para ulama kita perhatikan,
niscaya kita dapat memasukkan zakat perdagangan dalam zakat harta yang nyata,
jika barang dagangan itu diketahui benar untuk diperdagangkan seperti barang
yang terdapat di sebuah toko atau koperasi.20
Menurut Yusuf al-Qardhawi jenis-jenis harta yang wajib dizakati, adalah:
1. Binatang ternak
2. Emas dan perak
3. Hasil perdagangan
4. Hasil pertanian
5. Hasil sewa tanah
6. Madu dan produksi hewan lainnya
7. Barang tambang dan hasil laut
8. Hasil investasi, pabrik dan gudang
9. Hasil pencaharian dan profesi
10. Hasil saham dan obligasi
Jenis harta yang wajib dizakati sebagaimana disebut diatas masih dapat
dikembangkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berdampak pada perkembangan dan kemajuan ekonomi dan dunia usaha.
Menurut Didin Hafidhuddin mengemukakan jenis harta yang wajib dizakati sesuai
dengan perkembangan perekonomian modern saat ini meliputi:
20 Prof. Dr. Tgk.M.Hasbi ash- Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2009), Hlm.8
31
1. Zakat Profesi
2. Zakat Perusahaan
3. Zakat surat-surat berharga
4. Zakat perdagangan mata uang
5. Zakat hewan ternak yang diperdagangkan
6. Zakat madu dan produk hewani
7. Zakat investasi properti
8. Zakat asuransi syari’ah
9. Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung walet, ikan hias, dan sektor
modern lainnya yang sejenis
10. Zakat sektor rumah tangga modern21
E. Hikmah Zakat
Kesenjangan antar manusia dalam rizki, anugerah dan perolehan pekerjaan
adalah sesuatu yang terjadi datang kemudian, Allah berfirman
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki, 22
Allah mewajibkan orang kaya untuk memberikan pada orang fakir hak
kewajiban yang sudah ditetapkan, tidak enggan memberikan tidak pula
mengharap balas
21 Asnaini, Op.Cit, Hlm 36
22 Departemen Agama RI, Op.Cit,Hlm. 587
32
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian23Ad-
Dzariyat:19
Kefardhuan Zakat adalah sarana paling utama untuk mengatasi
kesenjangan ini, merealisasikan solidaritas atau jaminan sosial dalam islam24
Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah (makna yang dalam,
manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Diantara hikmah-hikmah itu adalah:
1. Mensyukuri karunia Ilahi, menumbuhsuburkan harta dan pahala serta
membersihkan diri dari sifat-sifat kikir dan loba, dengki, iri serta dosa
2. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan
3. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia
4. Manifestasi kegotongroyongan dan tolong menolong dalam kebaikan dan
takwa
5. Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah sosial
6. Membina dan mengembangkan stabilitas sosial
7. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial25
23 Ibid,Hlm. 1170
24 Wahbah Az- Zuhaili, Op Cit., jilid 1, Hlm.166
25 Mohammad Daud Ali, Op.Cit, Hlm.41
33
Allah SWT berfirman:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam
hal rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau
memberikan rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki,
agar mereka sama (merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka
mengingkari nikmat Allah26
26 Departemen Agama RI, Op.Cit,Hlm. 587