syarat sni manisan buah kering

10
 TINJAUAN PUSTAKA F r ui t L e a th e r  Fruit leather adalah jenis makanan yang berasal dari daging buah yang telah dihancurkan dan dikeringkan. Produk ini berbentuk lembaran tipis seperti kulit buah dengan tekstur yang plastis dan kenyal, rasanya manis tetapi masih memiliki ciri rasa khas buah yang digunakan. Diberi nama “kulit” dari kenyataannya bahwa pada saat bubur buah dikeringkan, ternyata mengkilap dan memiliki tekstur kulit.  Fruit leather mempunyai keuntungan tertentu yaitu masa simpan yang cukup lama, mudah diproduksi, dan nutrisi yang terkandung di dalamny a tidak banyak berubah (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).  Fruit leather kulit buah tanpa tambahan gula adalah pilihan yang sehat untuk makanan ringan atau makanan penutup untuk orang dewasa yang terserang diabetes atau anak-anak. Makanan yang tidak mengandung zat pewarna ini cocok untuk dijadikan cemilan dan mempunyai aneka ragam bentuk.  Fruit leather  merupakan salah satu produk manisan kering dari buah-buahan yang diawetkan dengan gula dan penambahan penstabil pada konsentrasi tertentu. Selain itu, biaya penanganan, pengangkutan, dan penyimpanan relatif rendah karena lebih ringan (Asben, 2007).  Fruit leather  mempunyai keuntungan tertentu yaitu memiliki daya simpan yang cukup tinggi, mudah diproduksi, dan nutrisi yang terkandung di dalamnya tidak banyak  berubah. Jenis buah-buahan yang biasa digunakan untuk jenis produk ini adalah stroberi,  jambu biji, mangg a, campuran labu kuning dan nenas.  Fruit leather  belum memiliki aturan Standar Nasional Indonesia. Standar mutu  fruit leather  dapat mengacu pada standar mutu manisan kering buah-buahan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Universitas Sumatera Utara

Upload: evafauziah

Post on 09-Oct-2015

2.409 views

Category:

Documents


489 download

DESCRIPTION

Manisan Buah

TRANSCRIPT

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Fruit Leather

    Fruit leather adalah jenis makanan yang berasal dari daging buah yang telah

    dihancurkan dan dikeringkan. Produk ini berbentuk lembaran tipis seperti kulit buah dengan

    tekstur yang plastis dan kenyal, rasanya manis tetapi masih memiliki ciri rasa khas buah

    yang digunakan. Diberi nama kulit dari kenyataannya bahwa pada saat bubur buah

    dikeringkan, ternyata mengkilap dan memiliki tekstur kulit. Fruit leather mempunyai

    keuntungan tertentu yaitu masa simpan yang cukup lama, mudah diproduksi, dan nutrisi

    yang terkandung di dalamnya tidak banyak berubah (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).

    Fruit leather kulit buah tanpa tambahan gula adalah pilihan yang sehat untuk

    makanan ringan atau makanan penutup untuk orang dewasa yang terserang diabetes atau

    anak-anak. Makanan yang tidak mengandung zat pewarna ini cocok untuk dijadikan cemilan

    dan mempunyai aneka ragam bentuk. Fruit leather merupakan salah satu produk manisan

    kering dari buah-buahan yang diawetkan dengan gula dan penambahan penstabil pada

    konsentrasi tertentu. Selain itu, biaya penanganan, pengangkutan, dan penyimpanan relatif

    rendah karena lebih ringan (Asben, 2007).

    Fruit leather mempunyai keuntungan tertentu yaitu memiliki daya simpan yang

    cukup tinggi, mudah diproduksi, dan nutrisi yang terkandung di dalamnya tidak banyak

    berubah. Jenis buah-buahan yang biasa digunakan untuk jenis produk ini adalah stroberi,

    jambu biji, mangga, campuran labu kuning dan nenas. Fruit leather belum memiliki aturan

    Standar Nasional Indonesia. Standar mutu fruit leather dapat mengacu pada standar mutu

    manisan kering buah-buahan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 1. Syarat mutu manisan

    No. Uraian Persyaratan

    1. Keadaan (Kenampakan, bau, rasa dan jamur) Normal, tidak

    berjamur

    2. Kadar air Maks.25% (b/b)

    3. Jumlah gula (dihitung sebagai sukrosa) Min. 40%

    4. Pemanis buatan Tidak ada

    5. Zat warna Yang diizinkan

    untuk makanan

    6. Benda asing (daun, tangkai, pasir dan lain-lain) Tidak ada

    7. Bahan pengawet (dihitung sebagai SO2) Maks. 50 mg/kg

    8. Cemaran logam :

    - Tembaga (Cu) Maks. 50 mg/kg

    - Timbal (Pb) Maks. 2,5 mg/kg

    - Seng (Zn) Maks. 40 mg/kg

    - Timah (Sn) Maks. 150 mg/kg (*)

    9. Arsen Maks 1,0 mg/kg

    10. Pemeriksaan mikrobiologi

    - Golongan bentuk coli Tidak ada

    - Bakteri Eschericchiacoli Tidak ada Keterangan: (*) Produk yang dikalengkan.

    Sumber: DSN - SNI No.1718, 1996.

    Tinjauan Umum Nenas

    Nenas merupakan tanaman yang tersebar luas di Indonesia. Tanaman ini tumbuh di

    berbagai jenis tanah dan iklim. Setiap panen tiba, buah nenas yang dipanen banyak yang

    rusak dan sampai ke tangan konsumen dengan mutu yang rendah. Hal ini jelas mengurangi

    pendapatan petani, dan juga penjualan kepada konsumen (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).

    Buah nenas merupakan salah satu buah-buahan komersial yang dibudidayakan di

    Indonesia. Buah nenas setelah panen cepat sekali rusak, karena tingginya kandungan air

    yang ada di dalam buah nenas. Untuk mengatasi masalah panen raya agar harga buah tidak

    turun, maka pemanfaatan nenas lebih ditingkatkan. Dengan demikian, hasil yang diperoleh

    lebih bermanfaat, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonominya. Buah nenas bukan hanya

    dikonsumsi sebagai pencuci mulut saja, tetapi juga dapat diolah menjadi cemilan seperti

    rujak dan juga dijadikan sebagai bahan tambahan untuk membuat produk olahan

    (Puspitasari, dkk., 2008).

    Universitas Sumatera Utara

  • Komoditas hortikultura terutama dari sektor buah-buahan unggulan merupakan salah

    satu penghasil devisa negara Indonesia pada tahun 2005 karena mampu menembus pasar

    internasional (Diperta, 2011). Tanaman buah-buahan dan sayuran di Indonesia merupakan

    tanaman yang produksinya tinggi. Seperti buah nenas yang banyak terdapat di Indonesia dan

    khususnya di Sumatera Utara. Nenas termasuk urutan empat besar potensi produksinya di

    Sumatera Utara. Produksi buah nenas tahun 2008-2010 di Sumatera Utara dapat

    dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Produksi buah nenas tahun 2008-2010 di Sumatera Utara Tahun Produksi (ton/tahun)

    2008

    2009

    2010

    144.266

    134.077

    102.437 Sumber : BPS (2010)

    Nenas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak dibudidayakan di daerah

    tropis dan subtropis. Penyebaran tanaman nenas menjangkau setiap provinsi di Indonesia.

    Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama buahnya. Buah nenas merupakan sumber

    zat pengatur yaitu vitamin dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga

    pencernaan manusia lancar dan tidak mudah terasa lapar. Mineral dan vitamin berguna untuk

    kelancaran metabolisme dalam pencernaan makanan yang sangat vital untuk menjaga

    kesehatan (Asben, 2007).

    Tanaman nenas atau disebut juga dengan Bromelia comosa L., Ananas sativus

    (Lindley) Schulters f. Dalam taksonomi kedudukan tanaman nenas diklasifikasikan masuk di

    dalam Kingdom Plantae (tumbuhan-tumbuhan), Subkingdom Tracheobionta (berpembuluh),

    Superdivisio Spermatophyta, Divisio Magnoliophyta (berbunga), Kelas Liliopsida

    (monokotil), Sub-kelas Commelinida, Ordo Bromeliale, Familia Bromeliaceae, Genus

    Ananas, Spesies Ananas comosus L. Merr (Barus, 2008).

    Buah nenas ini dapat dikonsumsi secara teratur setiap harinya dalam porsi yang

    sesuai dan untuk mendapatkan khasiatnya. Adapun kandungan gizi buah nenas segar (per

    100 g bahan) dapat dilihat pada Tabel 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 3. Kandungan gizi buah nenas segar (per 100 g bahan)

    Sumber : Barus (2008)

    Tinjauan Umum Pepaya

    Buah pepaya adalah salah satu jenis tanaman buah yang daerah penyebarannya

    sangat luas di daerah tropis. Buah pepaya tergolong buah yang sangat populer dan umumnya

    digemari oleh sebagian penduduk dunia. Hal ini disebabkan daging buah pepaya yang lunak

    dengan warna merah atau kuning dan rasanya yang manis serta menyegarkan dan

    mengandung banyak air (Poerwanto, 2003).

    Pepaya merupakan komoditi dengan nilai ekonomis yang tinggi. Pepaya memiliki

    peran penting bagi negara-negara ASEAN, di Indonesia pepaya memiliki peranan yang besar

    dalam pemasaran lokal. Permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

    terhadap pepaya cenderung meningkat. Akan tetapi, tingginya tingkat permintaan tidak

    diimbangi dengan jumlah produksi yang meningkat. Berdasarkan data Asben (2007), untuk

    memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, Indonesia melakukan impor buah pepaya

    sebesar 73.043 ton pada tahun 2006.

    Tanaman pepaya memiliki potensi produksi yang cukup besar dan termasuk

    urutan lima besar buah-buahan di Indonesia yang potensi produksinya lebih dari

    300.000 ton per tahun. Produksi buah pepaya tahun 2008-2010 di Sumatera Utara

    meningkat setiap tahunnya seperti terlihat pada Tabel 4.

    Kandungan gizi Jumlah

    Vitamin C (mg)

    Vitamin A (IU)

    Vitamin B1(mg)

    Fosfor (mg)

    Kalsium (mg)

    Energi (kalori)

    Serat (g)

    Protein (g)

    Air (g)

    Lemak (g)

    Karbohidrat (g)

    24

    130

    0,08

    11

    16

    52

    1,4

    0,4

    83,5

    0,2

    13,7

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4. Produksi buah pepaya tahun 2008-2010 di Sumatera Utara Tahun Produksi (ton/tahun)

    2008

    2009

    2010

    23.287

    27.659

    29.040 Sumber : BPS (2010)

    Pepaya merupakan buah yang sangat populer, karena kaya akan vitamin A dan

    vitamin C. Pepaya juga dapat diolah menjadi produk baru seperti sari pepaya dan dodol

    pepaya. Selain itu, di dalam industri makanan, pepaya sering dijadikan sebagai bahan

    campuran dalam pembuatan saos tomat, yakni untuk menambah cita rasa, warna, dan kadar

    vitamin. Manfaat pepaya adalah sebagai sumber vitamin, protein, dan serat bagi tubuh,

    sebagai detoxificator (mengeluarkan racun dalam tubuh) dan sebagai obat cacing serta

    malaria (Nixon, 2009). Komposisi kimia pepaya per 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Kandungan gizi buah pepaya segar (per 100 g bahan)

    Komposisi Jumlah

    Kalori (kal) 46,00

    Protein (g) 0,50

    Lemak (g) -

    Karbohidrat (g) 12,20

    Kalsium (mg) 23,00

    Fosfor (mg) 12,00

    Besi (mg) 2,00

    Serat (g) 1,8

    Vitamin A (SI) 365,00

    Vitamin B1 (mg) 0,04

    Vitamin C (mg) 78,00

    Air (g) 86,70

    B.d.d (%) 75,00

    Sumber: Departemen Kesehatan RI., (2004)

    Bahan-bahan Tambahan pada Pembuatan Fruit Leather

    Setiap pengolahan produk makanan membutuhkan bahan-bahan tambahan selain

    bahan baku utama seperti gula, asam sitrat, dan gum arab. Masing-masing bahan tersebut

    mempunyai tujuan tertentu dalam pembuatan fruit leather.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gula

    Gula (sukrosa) adalah salah satu bahan pemanis yang sangat penting dalam

    kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap produk pangan menggunakan gula sebagai bahan

    tambahan. Fungsi gula adalah sebagai penambah rasa, sebagai bahan perubah warna, dan

    sebagai bahan untuk memperbaiki susunan dalam jaringan. Sukrosa adalah zat disakarida

    yang pada hidrolisa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Gula berperan dalam pengawetan

    dan pembuatan aneka ragam produk makanan. Hal ini disebabkan gula mempunyai daya

    larut yang tinggi, kemampuan mengurangi kelembaban dan mengikat air yang ada sehingga

    tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme (Buckle, dkk., 2009).

    Fungsi gula sebagai bahan penambah rasa, sebagai bahan pengubah warna, dan

    sebagai bahan untuk memperbaiki susunan dalam jaringan. Penambahan gula pada produk

    bukan saja untuk menghasilkan rasa manis meskipun sifat ini sangatlah penting. Jadi, gula

    bersifat untuk menyempurnakan rasa asam, cita rasa, juga memberikan kekentalan (Subagjo,

    2007).

    Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula

    pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut

    melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Bila dicernakan atau dihidrolisis, sukrosa akan

    pecah menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier, 2004).

    Asam sitrat

    Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah

    tumbuhan genus Citrus (jeruk-jerukan). Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan

    sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering,

    pada jeruk lemon dan limau. Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat

    pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan (Safitri,

    2012).

    Universitas Sumatera Utara

  • Menurut Kwartiningsih dan Mulyati (2005), penambahan asam sitrat pada

    produk fruit leather jumlahnya dapat beragam tergantung bahan baku buah yang

    digunakan yang berkisar 0,2-0,3% (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005). Winarno

    (2007) menyatakan bahwa asam sitrat termasuk kedalam kelompok asidulan yang

    dapat digunakan sebagai penguat rasa, warna dan dapat menyelubungi after taste

    yang tidak disukai.

    Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi

    gula. Selain itu, asam sitrat juga berfungsi sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke

    bentuk gula invert selama penyimpanan serta sebagai penjernih gel yang dihasilkan.

    Pembentukan tekstur fruit leather tergantung dari derajat keasaman campuran bahan

    yaitu pada nilai pH tertentu yang diperlukan. Nilai pH dapat diturunkan dengan

    penambahan sejumlah kecil asam sitrat (Kwartiningsih dan Mulyati, 2005).

    Gum arab

    Gum arab mempunyai gugus arabino galactan protein (AGP) dan gliko protein (GP)

    yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental (Gaonkar (1995) dalam Safitri, 2012).

    Adapun kandungan zat gizi gum arab tiap 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 6.

    Tabel 6. Kandungan zat gizi gum arab (per 100 g bahan)

    No Kandungan gizi Jumlah

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Kadar air (g)

    Kadar abu (g)

    Kadar protein (g)

    Sodium (mg)

    Potassium (mg)

    Total karbohidrat (mg)

    Serat makanan larut (mg)

    Kalsium (mg)

    Magnesium (mg)

    Besi (mg)

    10,8

    3,4

    1,7

    14

    310

    86,6

    86,6

    1117

    292

    2

    Sumber : Rabah dan Abdalla (2012)

    Gum arab (GA) terdiri dari terutama tiga fraksi. Fraksi utama adalah polisakarida

    bercabang yang terdiri dari ikatan utama molekul polimer -1,3-galaktosa dengan cabang

    Universitas Sumatera Utara

  • terkait dari arabinosa dan rhamnosa, yang berhenti dalam asam glukuronat (ditemukan di

    alam sebagai garam magnesium, kalium, dan kalsium). Fraksi kedua adalah kompleks

    arabinogalaktan-protein dengan berat molekul yang lebih besar (GA-glikoprotein), di mana

    rantai arabinogalaktan secara kovalen terikat dengan rantai protein melalui kelompok serin

    dan hidroksiprolin dan fraksi terkecil memiliki kandungan protein tertinggi yaitu

    glikoprotein yang berbeda komposisi asam aminonya dari kompleks GA-glikoprotein

    (Yael, dkk., 2006).

    Adapun struktur kimia dari gum arab (Dauqan dan Abdullah, 2013) dapat dilihat

    pada Gambar 1.

    Gambar 1. Struktur kimia gum arab

    Gum arab merupakan bahan pangan yang dapat digunakan sebagai stabilizer

    dalam pembuatan minuman fungsional berbahan dasar teh dan kayu manis.

    Konsentrasi gum arab yang digunakan adalah 0,2%. Fungsi gum arab dalam produk

    pangan adalah sebagai perekat, alat pengikat dan pelapis. Namun fungsi umum dari

    gum arab adalah pengental dan penstabil (Abbas dan Al, 2006).

    Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Jenis

    pengental ini tahan panas pada proses yang menggunakan panas. Suhu dan waktu pemanasan

    Universitas Sumatera Utara

  • perlu dikontrol, karena gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan sehingga

    kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas (Imeson (1999) dalam Safitri, 2012).

    Gum arab dapat digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental, pembentuk

    lapisan tipis dan pemantap emulsi. Gum arab membentuk lapisan yang dapat melapisi

    partikel flavor, sehingga melindungi dari oksidasi, evaporasi dan absorbsi air dari udara

    (Alinkolis (1989) dalam Safitri, 2012). Gum arab akan membentuk larutan yang tidak

    begitu kental dan tidak membentuk gel pada kepekatan yang biasa digunakan (paling tinggi

    50%). Begitu juga dengan viskositasnya akan meningkat sebanding dengan peningkatan

    konsentrasi.

    Masalah utama dari penggunaan gum arab ini adalah terbentuknya larutan yang

    kental pada konsentrasi di atas 10% meskipun kekentalan maksimum gum arab baru tercapai

    pada konsentrasi 40-50% dan sering sulit disebarkan secara merata dalam air. Jika tidak

    dijaga, gum ini akan membentuk gumpalan dalam air, sehingga hanya bagian luar saja yang

    basah, sedangkan bagian dalam tidak basah dan sulit untuk dilarutkan (Stephen (1995) dalam

    Safitri, 2012).

    Proses Pengolahan Fruit Leather

    Setiap pembuatan produk olahan dilakukan proses yang berbeda-beda. Adapun

    proses pengolahan dalam pembuatan fruit leather ini adalah pengupasandan pencucian,

    penghancuran, pencampuran, pemasakan, pengeringan, pemotongan, dan pengemasan.

    Buah-buahan sebelum diolah perlu dicuci terlebih dahulu. Pencucian bertujuan

    untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menempel, residu fungisida atau insektisida dan

    memperoleh penampakan yang baik. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air

    atau dengan sikat. Pencucian ini dilakukan agar buah-buahan tersebut dapat dikonsumsi

    dengan baik (Baliwati,dkk., 2004).

    Setelah daging buah dipisahkan dari kulitnya, maka proses selanjutnya adalah proses

    penghancuran. Daging buah dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan air sesuai

    Universitas Sumatera Utara

  • dengan perbandingan yang ditentukan. Penambahan air ini bertujuan untuk memudahkan

    proses penghancuran. Proses penghancuran ini dilakukan sampai daging buah halus, yang

    bertujuan untuk mengurangi endapan pada bubur buah yang dihasilkan (Srikumalaningsih

    dan Suprayogi, 2006).

    Campuran daging buah kemudian dicampur dengan bahan aditif yang telah

    homogen, semua hasil pencampuran tersebut dipanaskan sampai suhu 70oC selama 2 menit.

    Tujuan pemasakan ini adalah untuk menonaktifkan mikroorganisme yang mampu

    mengakibatkan kerusakan pada kondisi penyimpanan yang normal (Buckle, dkk., 2009).

    Daging buah yang telah dimasak dimasukkan ke dalam loyang dan dikeringkan di

    dalam oven dengan suhu 50oC selama 48 jam. Pada umumnya bahan pangan yang

    dikeringkan berubah warna menjadi cokelat. Ini disebabkan oleh reaksi browning non

    enzimatis antara asam amino dengan gula pereduksi. Reaksi asam amino dengan gula

    pereduksi dapat menurunkan nilai gizi yang terkandung di dalamnya (Almatsier, 2004).

    Pembentukan adonan fruit leather yang telah kering dipotong dengan ukuran 5x3 cm

    dan ketebalan 2 mm, kemudian dikemas. Pembentukan ini dilakukan agar produk yang

    dihasilkan bentuknya sama rata dan seragam, dan juga dapat mempengaruhi analisa yang

    dilakukan.

    Pengemasan membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal di sekelilingnya,

    yang dapat menyebabkan kerusakan. Pengaturan standar mutu dari pengemasan sangat

    penting seperti halnya pengaturan standar mutu bahan pangan itu sendiri. Pengemasan yang

    baik dapat mencegah penularan bahan pangan oleh mikroorganisme yang berbahaya bagi

    kesehatan (Buckle, dkk., 2009).

    Universitas Sumatera Utara