sni dewatering

Upload: zaky-muhammad-habibie

Post on 11-Oct-2015

652 views

Category:

Documents


139 download

DESCRIPTION

SNI dewatering

TRANSCRIPT

  • RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

    Konsep

    Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis

    Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

    ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

    RPT0

    SDA

    P14N54New Stamp

  • i

    DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................................. i KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii PENDAHULUAN........................................................................................................... iii 1. RUANG LINGKUP ............................................................................................... 1 2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1 3. ISTILAH DAN DEFINISI....................................................................................... 1

    4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN................................................................... 1 4.1. Toleransi .............................................................................................................. 1 4.2. Persyaratan Bahan .............................................................................................. 2 4.3. Persyaratan Kerja ................................................................................................ 3 5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................................................ 4 5.1. Pengelakan Tahapan Ganda............................................................................... 4 5.2. Saluran Pengelak................................................................................................. 5 5.3. Penutupan Alur Sungai ........................................................................................ 5 5.4. Pekerjaan Bendung Pengelak ............................................................................ 6 5.5. Pekerjaan Pengeringan Pondasi ......................................................................... 6 6. PENGENDALIAN MUTU ..................................................................................... 7 6.1. Penerimaan bahan .............................................................................................. 7 6.2. Kondisi Cuaca...................................................................................................... 7 7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN................................................................. 7 7.1. Pengukuran ......................................................................................................... 7 7.2. Dasar Pembayaran.............................................................................................. 7 BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 9

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan komposisi yang seimbang satu sama lain.

  • iii

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan dibangun. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari desain dan pelaksanaan konstruksi dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif.

    Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari aliran dan aman terhadap banjir.

    Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    1 dari 9

    Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum

    Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering 1. RUANG LINGKUP Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaaan dewatering.

    Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari alir dan aman terhadap banjir.

    Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.

    2. ACUAN NORMATIF Standar Nasional Indonesia (SNI) :

    - SNI 03-6456.1-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi Bendungan Bagian 1 : Pengendalian Sungai Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan.

    - SNI 03-6456.2-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan Kionstruksi Bendungan Bagian 2 : Penutupan Alir Sungai dan Bendungan Pengelak.

    3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Bendungan Pengelak adalah bangunan panahan bautan, jenis urugan atau jenis

    lainnya untuk mengalihkan aliran selama pelaksanaan konstruksi bangunan.

    3.2. Lapisan pelindung adalah lapisan yang digunakan untuk melindungi saluran agar tidak tererosi atau tergerus.

    3.3. Penutupan sungai secara vertikal adalah oenutuoan dengan membuat semacam tanggul, bergerak secara bertahap dari satu tepi atau dari keduanya sampai bentang sungai tertutup seluruhnya.

    3.4. Penutupan sungai secara horisontal adalah penutupan sungai dengan menempatkan material sungai di seluruh bentang sungai.

    4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan dewatering harus memuat :

    4.1 Toleransi 1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda

    a) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari 5 m.

    b) Kecepatan aliran yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt.

    2) Pekerjaan Saluran Pengelak a) Kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt. b) Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran

    batu berkisar antara diameter 15-30 cm.

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    2 dari 9

    c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm

    3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai

    a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m. b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan

    selesai. c) Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik

    quarry lepas yang beratnya 500 kg 1 ton maupun sebagai batuan urug yang terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton.

    4) Pekerjaan Bendung Pengelak

    a) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendungan. b) Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek sekarang

    menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan pertambahan kedalaman kerusakan sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga 20 atau bahkan 30 meter antara elevasi muka air maksimum di hulu dan di hilir.

    c) Berat volume untuk material kapur ( = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material basalt ( = 2,9), atau blok beton ( = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat dari blok granit ( = 2,7).

    4.2 Persyaratan Bahan 1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda

    Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik kedap air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk bendungan permanen.

    2) Pekerjaan Saluran Pengelak

    a) Pasangan Batu (1) Batu

    - Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.

    - Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.

    - Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama.

    - Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang menyelimuti agar permukaan batu bersih.

    - Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan dan digunakan bersama-sama dengan batu belah.

    - Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.

    (2) Pasir - Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil dari

    sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan;

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    3 dari 9

    - Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik, sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan batu.

    3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai

    a) Penutupan Sungai Secara Vertikal - Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik

    quarry lepas yang beratnya 500 kg 1 ton maupun sebagai batuan urug yang terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;

    - Material yang digunakan unutk penutupan-penutupan penting adalah beton, baik yang berbentuk kubus maupun struktur yang lebih kompleks;

    - Berat volume untuk material kapur ( = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material basalt ( = 2,9), atau blok beton ( = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat dari blok granit ( = 2,7);

    - Bentuk kubus akan lebih baik dalam aliran turbulen dan superkritis dan bentuk kerakal akan lebih baik untuk kondisi-kondisi lainnya.

    b) Penutupan Sungai Secara Horisontal

    - Material penutupan horisontal terdiri dari batuan atau beton. - Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik

    quarry lepas yang beratnya 500 kg 1 ton maupun sebagai batuan urug yang terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;

    - Material urugan batu yang diklasifikasi atau blok beton harus lebih diperketat, sejumlah besar material lebih sesuai untuk material kuari daripada untuk beton mana yang lebih ekonomis untuk digunakan blok beton yang besar;

    - Pemilihan material berdasarkan elevasi terandah dan tidak sama dengan elevasi rata-rata;

    c) Pekerjaan Bendung Pengelak

    Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik kedap air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk bendungan permanen.

    4.3 Persyaratan Kerja 1) Pekerjaan Pengelakan Tahapan Ganda

    a) Ujung bendung pengelak yang berhubungan dengan aliran harus dilindungi dengan urugan batu-batu besar yang berat, bronjong atau turap pancang berongga atau penuh.

    b) Ruang kerja di belakang bendung harus cukup untuk penempatan alat-alat konstruksi dan jalan masuk.

    c) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari 5 m.

    2) Pekerjaan Saluran Pengelak

    Kekedapan air pada dinding saluran dan lapisan lindung dapat dicapai dengan menggunakan beton, tetapi dapat juga digunakan bahan lain (turap, urugan batu, pasangan batu).

    3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai

    a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar untuk jalan masuk dan ruang gerak alat angkut, biasanya sekitar 15 m;

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    4 dari 9

    b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan selesai;

    c) Menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di lapangan untuk para pekerja;

    d) Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal dapat dilakukan dengan alat keruk kapasitas besar.

    4) Pekerjaan Bendung Pengelak

    a) Bendung pengelak dibangun di alur sungai;

    b) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendung;

    c) Banjir rencananya sampai pada kisaran minimal 25 tahun;

    d) Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi cukup tersedia untuk pekerja.

    5) Pekerjaan Pengeringan Pondasi

    a) Alat pengeringan rembesan tersedia dalam berbagai jenis dan dapat dioperasikan dengan baik;

    b) Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses penggalian;

    c) Proses pengeringan harus dilakukan dengan cara yang benar. 5. PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan dewatering harus memuat :

    5.1. Pengelakan Tahapan Ganda 1) Urutan Pekerjaan

    Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut:

    a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya diperpanjang sampai alur sungai untuk menyediakan ruang kerja yang kering agar konstruksi bangunan pengeluaran permanen dan sebagian dari bendung utama dapat dikerjaan, penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar penampang sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;

    b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang kering di belakang bendung pengelak;

    c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke bangunan pengeluaran permanen;

    d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga dapat melalui bangunan pengeluaran permanen;

    e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;

    f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendung pengelak tahap kedua;

    g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan pengeluaran.

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    5 dari 9

    2) Tahap Pengelakan

    Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000, sebagai berikut :

    a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing untuk pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, .Kecepatan permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt yang merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua;

    b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah alur untuk bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama dibongkar untuk memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.

    5.2. Saluran Pengelak Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar. Saluran alami atau alur dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada kenyataannya kasus diperlukan penggalian. Oleh karena kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan kebanyakan volume galian sebanyak 200 m3/setiap m3/det aliran. Apabila ada tipe aliran tidak memungkinkan untuk dihitung, model hidraulik perlu dibuat. Keadaan aliran pada bagian masuk dn bagian keluar dengan bagian yang meruncing menggambarkan belokan tajam dengan resiko gerusan lokal yang sangat tinggi sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000.

    5.3. Penutupan Alur Sungai Berdasarkan SNI 03-6456.2-2000 pekerjaan penutupan alur sungai adalah sebagai berikut :

    1) Penutupan Sungai Secara Vertikal

    Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung kapasitas angkut serta jalan masuk. Penyelesaian penutupan yang tinggi, digunakan beberapa blok yang sangat besar (satu diantaranya diletakkan ke hulu untuk menenangkan air) yang dirangkai dengan kabel sehingga akan sangat membantu dalam tahap yang sulit. Kajian tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan guna menentukan penutupan.

    Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda, yaitu:

    a) Tahap pertama, apabila perbandingan antar kedalaman dan tekanan air cukup besar, aliran belum mencapai kritis, kecepatannya yang menyinggung material penutup lebih rendah dari kecepatan rata-rata di alur sungai. Kepadatan serta lebar tanggul memerlukan diameter material D yang secara kasar sepadan dengan 1/3 tinggi tekan air dan dapat dikurangi menjadi jika material yang dapat diterima hanya sedikt atau untuk beda tekan yang kecil.

    b) Tahap kedua atau tahap terakhir penutupan kondisi kritis akan muncul dan tidak dapat dihindarkan. Biasanya kondisi kritis terjadi pada saat ujung timbunan mendekati penyambungan. Untuk mempertahankan tampang melintang yang tetap dengan menggunakan material yang jauh lebih besar atau tetap dengan menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak butir yang hilang. Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2 m) dapat dihemat banyak material jika material penutupan (yang dibatasi sampai beberapa ratus m3) ditempatkan bulldozer dalam beberapa menit. Selama tahap akhir atau ketika

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    6 dari 9

    aliran kritis terjadi dalam tahap pertama, perilaku material akan serupa dengan dipergunakan sebagai pelindung pemecah gelombang.

    Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu terbagi dua pada masing-masing tanggul. Penutupan ganda lebih mudah dilaksanakan dibandingkan dengan penutupan tunggal.

    2) Penutupan Sungai Secara Horisontal

    Penutupan dilakukan dengan membuat tanggul secara merata dan serentak melintang sungai. Untuk meletakkan material secara serentak diperlukan peralatan khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan layang, derek kabel (untuk blok sampai 10 ton atau lebih), atau ban berjalan atau kapal keruk (untuk material ukuran kecil). Tahapan penutupan secara horisontal adalah sebagai berikut :

    a) Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh tinggi tekan air.

    b) Pada tahap akhir, ukuran material ditentukan oleh debit per aliran per meter pada lereng downstream.

    c) Pada tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit), ditentukan oleh kedua parameter yaitu oleh tinggi tekan air dan debit per eliran per meter serta produk yang dihasilkannya misalnya energi per meter.

    Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat penutupan alur sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran per meter sehingga energi maksimum dapat berkurang. Pekerjaan penutupan alur sungai mengacu dan berpedoman pada.

    5.4. Pekerjaan Bendung Pengelak Berdasarkan SNI 03-6465.2-2000 pembuatan bendung pengelak dapat terbuat dari urugan batu atau urugan tanah. Bendung urugan batu dengan membran di hulu hampir tidak pernah digunakan karena pemasangannya memakan waktu yang sangat lama dan kesulitan dalam pelaksanaan kaki pondasi hulu untuk membran. Penempatan inti lempung atau urugan dengan spesifikasi dan pemeriksaan kadar air yang tepat akan mengalami kesulitan jika harus dikerjakan dalam waktu singkat. Untuk mencapai kekedapan pada bendung pengelak urugan sedang sampai tinggi dilakukan sebagai berikut : - dengan inti lempung dipasang di bawah air sebagaimana kebanyakan material-

    material transisi dan urugan. - dengan diaphragma sentral yang dibangun di tempat kering atau di bawah air selama

    atau setelah pengurugan.

    Dinding turap pancang dapat dihubungkan dengan batuan dasar di tempat kering atau sebagai alternatif di dalam air (kemungkinan dilengkapi dengan grouting).

    5.5. Pekerjaan Pengeringan Pondasi Penyedia Jasa sebaiknya menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala jenis pompa serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan pengeringan rembesan pada berbagai bagian pekerjaan dan juga untuk menjaga agar pondasi bebas dari air, sesuai dengan ketentuan konstruksi untuk setiap jenis pekerjaan.

    Metoda yang digunakan kontraktor untuk memindahkan air dari galian pondasi akan bergantung pada persetujuan Tenaga Ahli atau Direksi Pekerjaan.

    Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses penggalian.

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    7 dari 9

    Proses pengeringan harus dilaksanakan dengan cara yang benar, sehingga dapat memcegah terjadinya penurunan daya dukung pondasi, mempertahankan kestabilitasan pada kaki galian, menghasilkan kegiatan konstruksi yang bebas dari genangan air, dan menghasilkan pondasi yang kering sehingga ikatan yang baik antara pondasi dengan material timbunan kembali.

    Penyedia Jasa perlu mengontrol saluran pembuang di sepanjang galian pondasi atau di tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya akumulasi limpasan air.

    6. PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan dewatering harus memuat :

    6.1. Penerimaan Bahan Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan dewatering.

    6.2. Kondisi Cuaca Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada saat musim kemarau atau tidak terjadi hujan.

    7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 7.1. Pengukuran

    Kuantitas pekerjaan dewatering diukur berdasarkan biaya langsung personil, peralatan dan meterial digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Biaya langsung personil meliputi keterlibatan tenaga ahli dan tenaga pendukung. Biaya peralatan dihitung berdasarkan biaya sewa peralatan atau pembelian. Biaya material dihitung berdasarkan volume pekerjaan yang dilakukan.

    7.2. Dasar Pembayaran Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, perawatan, semua tenaga kerja dan setiap peralatan yang diperlukan dan semua biaya lain yang perlu dan biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    8 dari 9

    Nomor Pembayaran Uraian

    Satuan Pengukuran

    1. 2. 3.

    Persiapan Biaya Langsung Personil Biaya Langsung Non Personil : 3.1. Biaya sewa peralatan 3.2. Biaya beli peralatan

    Lump sump Orang Bulan

    Unit-Bulan Unit/Buah

  • RPT0-Pd T-xx-xxxx

    9 dari 9

    Bibliografi

    Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan, Sub Proyek Pengendalian

    Banjir Sungai Cipunegara, 1995, Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Teknik, Bandung.

    Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan, North Sumatra Irrigation

    Project, 2003, Spesifikasi Umum dan Spesifikasi Teknik, Sumatera Utara.

    P14N54New Stamp