studi tentang metoda kriteria evaluasi dalam …files.stmik-im.ac.id/feb2010/chairuddin.pdf ·...

12
Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795 JURNAL INFORMASI 1 STUDI TENTANG METODA KRITERIA EVALUASI DALAM ANALISIS KEPUTUSAN DATA SPASIAL Chairuddin STMIK IM Abstrak Pengambilan keputusan multikriteria spasial memerlukan keterkaitan dengan pengambilan keputusan objektif dan pengenalan atribut yang digunakan untuk menunjukkan tingkatan dimana objektif tersebut telah dicapai. Suatu atribut digunakan untuk mengukur suatu hasil yang berhubungan dengan objektif. Objektif dan atribut yang dimaksud akan membentuk suatu struktur hirarki dari kriteria evaluasi untuk permasalahan keputusan yang khusus. Dalam tulisan ini, membahas suatu petunjuk yang akan memudahkan dalam pemilihan kriteria evaluasi (dalam hal ini objektif dan atribut). Kedua kriteria yang khusus dan sekumpulan kriteria memiliki sifat yang cukup untuk mewakili multikriteria yang bersifat dasar dari permasalahan keputusan. Setiap kriteria harus meliputi banyak hal dan dapat diukur. Sekumpulan kriteria harus lengkap, operasional (dapat dijalankan), decomposable (dapat disederhanakan), nonredudant (tidak berlebihan), dan minimal (jumlahnya sedikit mungkin). Suatu struktur hirarki objektif dan atribut akan terbentuk, dimana setiap kriteria harus dapat digambarkan sebagai sebuah layer peta dalam basis data SIG. Sekumpulan peta kriteria merupakan gambaran dari keadaan keputusan atau bagian tertentu dari sistem geografik yang nyata. Peta kriteria akan memberikan bermacam-macam skala dimana kriteria dapat diukur. Analisis keputusan multikriteria tersebut harus mengandung nilai dalam berbagai kriteria layer peta yang dapat ditransformasikan (diubah) ke dalam satuan yang yang dapat diperbandingkan. Suatu pendekatan dapat digunakan untuk membuat kriteria layer peta yang sama. Pendekatan tersebut dapat digolongkan ke dalam metode deterministik, probabilistik, dan metode fuzzy. Kata Kunci : Spasial, GIS, Evalusai 1.1. Memilih Kriteria Evaluasi 1.1 Struktur Hirarki Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi merupakan istilah umum yang membahas konsep dari obyektif (tujuan) dan atribut. Obyektif (tujuan) adalah sebuah pernyataan tentang kondisi atau keadaan yang akan dicapai dari sistem geografis menurut suatu pertimbangan. Objektif menyatakan arah pengembangan dari satu atau beberapa atribut. Dalam konteks analisis keputusan, atribut dapat menjadi ide sebagai indikator dari hasil ukuran selanjutnya yang lebih baik daripada hasil sebelumnya [Starr dan Zeleny, 1997]. Untuk mencapai suatu tujuan, beberapa kelebihan atribut yang berbeda

Upload: dinhnhi

Post on 13-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

1

STUDI TENTANG METODA KRITERIA EVALUASI DALAM ANALISIS KEPUTUSAN DATA SPASIAL

Chairuddin STMIK IM

Abstrak

Pengambilan keputusan multikriteria spasial memerlukan keterkaitan dengan pengambilan keputusan

objektif dan pengenalan atribut yang digunakan untuk menunjukkan tingkatan dimana objektif tersebut

telah dicapai. Suatu atribut digunakan untuk mengukur suatu hasil yang berhubungan dengan objektif.

Objektif dan atribut yang dimaksud akan membentuk suatu struktur hirarki dari kriteria evaluasi

untuk permasalahan keputusan yang khusus. Dalam tulisan ini, membahas suatu petunjuk yang akan

memudahkan dalam pemilihan kriteria evaluasi (dalam hal ini objektif dan atribut). Kedua kriteria yang

khusus dan sekumpulan kriteria memiliki sifat yang cukup untuk mewakili multikriteria yang bersifat

dasar dari permasalahan keputusan. Setiap kriteria harus meliputi banyak hal dan dapat diukur.

Sekumpulan kriteria harus lengkap, operasional (dapat dijalankan), decomposable (dapat

disederhanakan), nonredudant (tidak berlebihan), dan minimal (jumlahnya sedikit mungkin). Suatu

struktur hirarki objektif dan atribut akan terbentuk, dimana setiap kriteria harus dapat digambarkan

sebagai sebuah layer peta dalam basis data SIG. Sekumpulan peta kriteria merupakan gambaran dari

keadaan keputusan atau bagian tertentu dari sistem geografik yang nyata. Peta kriteria akan

memberikan bermacam-macam skala dimana kriteria dapat diukur. Analisis keputusan multikriteria

tersebut harus mengandung nilai dalam berbagai kriteria layer peta yang dapat ditransformasikan

(diubah) ke dalam satuan yang yang dapat diperbandingkan. Suatu pendekatan dapat digunakan untuk

membuat kriteria layer peta yang sama. Pendekatan tersebut dapat digolongkan ke dalam metode

deterministik, probabilistik, dan metode fuzzy.

Kata Kunci : Spasial, GIS, Evalusai 1.1. Memilih Kriteria Evaluasi

1.1 Struktur Hirarki Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi merupakan istilah umum yang membahas konsep dari obyektif (tujuan) dan atribut. Obyektif (tujuan) adalah sebuah pernyataan tentang kondisi atau keadaan yang akan dicapai dari sistem geografis menurut suatu pertimbangan. Objektif menyatakan arah pengembangan dari satu atau beberapa atribut. Dalam konteks analisis keputusan, atribut dapat menjadi ide sebagai indikator dari hasil ukuran selanjutnya yang lebih baik daripada hasil sebelumnya [Starr dan Zeleny, 1997]. Untuk mencapai suatu tujuan, beberapa kelebihan atribut yang berbeda

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

2

akan menjadi kebutuhan untuk menetapkan penilaian yang lengkap dari tingkatan dimana tujuan akan dicapai. Sebagai contoh, jika kita mempunyai tujuan untuk ‘memperkecil kerugian hutan cemara’, kita bisa menggunakan atribut ‘ukuran tanah dari kerugian hutan cemara ‘ untuk mengukur tingkatan dimana tujuan akan dicapai. Demikian juga, jika tujuan yang akan dicapai adalah ‘memaksimalkan pemeliharaan habitat hutan’, atribut yang dihubungkan dengan tujuan yang akan dicapai ini yaitu ‘populasi hewan yang berbeda dan spesies burung’, ‘kualitas air sungai’, dan ‘ luas ukuran dari spesies pohon yang ada di hutan’. Tujuan yang spesifik menunjukkan arah pengembangan (misalnya, meningkatkan kualitas air sungai atau meningkatan populasi beberapa spesies hewan). Dalam konteks ini, penghitungan dari objektif (tujuan) adalah pemakaian beberapa skala kuantitatif (numerik) yang menetapkan suatu indikator untuk mencapai tujuan (obyektif) yang terbaik.

Arah pengembangan yang diinginkan dapat diartikan sebagai salah satu dari penyataan berikut : “lebih banyak atribut akan semakin baik” atau “lebih sedikit atribut akan semakin baik”. Dengan kata lain, obyektif (tujuan) menyatakan secara tidak langsung memaksimalkan atau meminimalkan fungsi f(x), dimana x adalah suatu vektor atribut atau variabel keputusan yang terkait dengan tujuannya. Fungsi f(x) maksimal atau minimal menunjukkan sebagai fungsi obyektif yang dimaksimalkan atau diminimalkan secara berturut-turut. Sehingga konsep dari suatu obyektif (tujuan) adalah membuat suatu operasi dengan menetapkan masing-masing tujuan menurut pertimbangan atau atribut yang lebih tersebut, maka secara langsung ataupun tidak langsung tingkat ukuran dari obyektif menjadi lebih baik. Hubungan antara obyektif dan atribut mempunyai struktur yang hiraki. Pada tingkat yang paling atas ada tujuan (obyektif) yang paling umum. Atribut-atribut tersebut bisa didefinisikan sebagai tujuan yang lebih spesifik, dimana atribut-atribut tersebut selanjutnya bisa ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah. Pada tingkat yang paling bawah dari atribut hirarki, dimana indikator dapat diukur dari yang meluas sampai tujuan yang saling terkait akan dicapai.

Contoh :

Untuk mengilustrasikan hubungan antara konsep atribut dan tujuannnya, dengan menganggap contoh pengembangan sekumpulan obyektif (tujuan) atau atribut yang saling berhubungan untuk manajemen daerah hutan. Contoh ini didasarkan pada kajian yang dilakukan oleh Mashimo dan Arimitsu pada tahun 1986. Kajian ini difokuskan pada pengenalan tujuan utama dan atribut-atributnya untuk manajemen hutan di wilayah pegunungan Jepang.

Pada gambar 1, memperlihatkan struktur hirarki dari tujuan dan atribut-atribut yang saling berhubungan. Secara keseluruhan obyektif (tujuan)nya adalah memperbaiki manajemen daerah hutan. Untuk mencapai tujuan ini, berdasarkan tujuan spesifik yang terpilih adalah : 1). memaksimalkan produktivitas hutan 2). meminimalkan fluktuasi pembongkaran sungai 3). meminimalkan bahaya banjir pada daerah hilir

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

3

4). Memaksimalkan konservasi tanah 5). Memaksimalkan kesempatan untuk rekreasi.

Gambar 1. Struktur Hirarki obyektif dan atributyang saling terkait

Hasil dari tujuan pertama akan menaksir berdasarkan 2 atribut yaitu : jenis tanah atau elevasi (indeks temperature). Yang lebih pertama adalah atribut yang pasti dimana memberikan nilai produktivitas yang tinggi untuk bermacam-macam jenis tanah. Atribut elevasi akan diukur berdasarkan ketinggian dari permukaan laut dalam satuan meter. Yang terletak pada ketinggian paling tinggi akan menurunkan pruduktivitas hutan. Untuk meminimalkan fluktuasi dalam pembongkaran sungai, berdasarkan pertimbangan atribut berikut : jenis-jenis tanah, surface geologi, kemiringan (slope), dan elevasi (diukur berdasarkan ketinggian dari permukaan laut). Untuk menyelesaikan hal ini, sangat penting untuk mengetahui ciri-ciri yang diinginkan yang menyangkut air di Jepang yang menimbulkan endapan di hulu sungai yang mengendap ke dalam tanah. Jenis-jenis tanah dan material yang sejenis (geologi) akan menjadi faktor paling penting yang akan mempengaruhi kapasitas air tanah. Oleh karena itu, nilai dari kapasitas air tanah digunakan untuk menaksir kedua faktor ini. Sebagai contoh, kelembaban sedang berada pada tanah hutan yang berwarna coklat dan hitam dan kelembaban sedikit pada tanah hutan yang berwarna coklat memiliki kapasitas volume yang besar dari air tanah. Lapisan tanah yang keras yang mendasari lapisan tanah mempunyai pengaruh yang kuat pada pembentukan aquifer, tempat penyimpanan, dan pergerakan air tanah. Sebagai contoh, abu vulkanik, bahan pyroclastic yang besar, dan granit akan dipertimbangkan untuk meningkatkan kapasitas air tanah. 2 atribut yang tersisa yaitu kemiringan (slope) dan elevasi akan diukur berdasarkan tingkat kemiringan dan secara berurutan akan diukur dari ketinggian permukaan laut dalam satuan

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

4

meter. Pengendapan ke dalam tanah berhubungan dengan kemiringan. Secara umum, curamnya kemiringan, lebih cepat dari permukaan runoff dan lebih kecil kesempatannnya untuk mengendap. Hal ini, curamnya kemiringan, menjadi masukan yang sedikit pada atribut ini untuk mencapai tujuan dari meminimalkan fluktuasi dalam pembongkara sunag. Demikian juga ketinggian pada pengurangan tempat menyimpan air dengan pengurangan ketinggiannya. Obyektif (tujuan) yang menyangkut dengan meminimalkan bahaya banjir akan menaksir berdasarkan atribut-atribut yang mengikutinya, yaitu : kemiringan, ketinggian, dan kepadatan jurang. Kontribusi atribut-atribut ini untuk meningkatkan tujuan yang dapat dilihat pada permukaan runoff. Kecepatan dan banyaknya permukaan runoff akan bergantung pada kemiringan (slope). Kecuraman slope, menjadi kecepatan tertinggi dan jumlah terbesar dari permukaan runoff.

1.2 Mendefinisikan Sekumpulan Kriteria Evaluasi

Aturan umum dalam memilih kriteria evaluasi adalah kriteria tersebut hendaknya diidentifikasi sesuai dengan keadaan permasalahannya. Ada 2 (dua) kecenderungan yang dapat dipilih dalam menentukan kriteria evaluasi [Ozernoi dan Graft, 1977; Munda, 1995]. Pertama, jumlah kriteria evaluasi ditentukan dengan cara tertentu dimana model keputusannya menggambarkan situasi permasalahan sejelas mungkin. Jadi jumlah kriteria menjadi sangat banyak. Hal ini bisa menjadi petunjuk yang baik bagi kriteria yang dimasukkan dalam model keputusan. Kedua, situasi permasalahan digambarkan dengan sedikit kriteria.. Hal ini bisa menjadi petunjuk untuk menyederhanakan masalah keputusan. Penyederhanaan ini biasanya berhubungan dengan tersedianya data dan kualitas data. Yang paling baik adalah " pendekatan yang seimbang berdasarkan survey terhadap semua kriteria evaluasi yang ada dan mekanisme pemilihan kriteria evaluasi dapat diterima "

Prosedur untuk menyeleksi sekumpulan atribut didasarkan pada sifat dari atribut yang sangat diperlukan. Atribut yang khusus dan sekumpulan atribut memiliki beberapa sifat yang cukup mewakili multikriteria yang bersifat dasar dari permasalahan keputusan [Keeney dan Raiffa, 1976]. Setiap atribut harys komprehensif (meliputi banyak hal) dan dapat diukur. Sekumpulan atribut harus lengkap (atribut dapat mencakup semua aspek dari masalah keputusan), operasional (atribut dapat digunakan secara penuh dalam analisis), decomposable (atribut dapat dipecah ke dalam bagian-bagian yang dapat menyederhanakan permasalahan), non-redundant (atribut tidak berlebihan atau tidak mempunyai arti yang ganda), dan minimal (jumlah atribut sedikit mungkin tapi tepat).

1.3 Teknik Untuk Memilih Kriteria

Meskipun sifat yang diperlukan dari obyektif dan atribut dapat memberikan pedoman untuk menyeleksi sekumpulan kriteria evaluasi, tidak ada teknik yang universal untuk menentukan sekumpulan kriteria evaluasi. Hal ini jelas bahwa sekumpulan kriteria bergantung pada sistem khusus yang dianalisis. Dengan kata

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

5

lain sekumpulan kriteria evaluasi merupakan masalah yang spesifik. Kriteria digunakan untuk mengevaluasi lokasi dalam analisis penempatan pabrik nuklir, sebagai contoh, dapat membedakan sekumpulan kriteria yang rumit pada permasalahan untuk lokasi sekolah.

Terlepas dari itu, masalah keputusan yang bersifat dasar, bagaimanapun juga prosedur untuk identifikasi sekumpulan kriteria evaluasi akan menjadi banyak tahapan proses yang berulang (iteratif). Tahapan iteratif bisa menghasilkan penyisihan dari kriteria evaluasi (obyektif dan atribut) yang berlebihan. Kombinasi dari dua atau lebih kriteria, atau penguraian dari kriteria ke dalam beberapa atribut untuk memudahkan proses pengukuran. Kriteria evaluasi bergantung pada karakteristik dari masalah keputusan. Sekumpulan kriteria evaluasi untuk keterangan masalah keputusan bisa dikembangkan terus ke dalam pemeriksaan literatur yang relevan, kajian analitik (misalnya pemodelan sistem), dan pendapat dari stakeholder (misalnya Metode Delphi).

2. Membuat Peta Kriteria

2.1 SIG dan Peta Kriteria Setiap kriteria harus dapat direpresentasikan atau digambarkan sebagai layer peta dalam basis data SIG. Layer peta yang menggambarkan kriteria evaluasi (atribut yang terkait dengan obyektif) disebut dengan "peta kriteria“(atau peta atribut). Istilah "peta kriteria" lebih baik dibandingkan dengan peta atribut yang digunakan untuk menyatakan sifat dasar yang umum dari konsep kriteria dan untuk menekankan hubungan antara atribut-obyektif. Selanjutnya sangat penting untuk membuat suatu perbedaan antara 2 (dua) tipe peta kriteria, yaitu : peta faktor (kriteria evaluasi) dan peta pembatas [Eastman, 1993; Eastman et al,. 1993].

Peta kriteria merepresentasikan distribusi spasial dari atribut tingkatan ukuran dimana obyektif yang saling terkait akan dicapai. Pembatas merepresentasikan pembatasan yang ditentukan pada variabel keputusan (sekumpulan alternatif). Pembatas dapat digunakan untuk menyisihkan dari alternatif pertimbangan (misalnya area) dikarakteristikan dengan beberapa atribut tertentu dan/atau beberapa nilai atribut tertentu. Sehingga peta pembatas menunjukkan sekumpulan alternatif yang dapat dilakukan dengan mudah.

Sangat penting untuk mengulas prosedur untuk membuat peta kriteria yang saling melengkapi proses membuat basis data SIG. Proses yang didasarkan pada kegunaan SIG, dimana memasukkan data input SIG (pengumpulan, penyusunan kembali, geo-referensi, compiling, dan dekumentasi data yang relevan), penyimpanan (atribut atau data spasial), manipulasi dan analisis (untuk mendapatkan informasi) serta output (keluaran).

Prosedur untuk mendapatkan peta kriteria menurut kegunaan utama dari SIG

adalah : 1). Pengumpulan dan penyimpanan data yang relevan dalam basis data SIG.

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

6

2). Manipulasi dan analisis data untuk mendapatkan informasi berdasarkan kriteria evaluasi tertentu.

3). Peta kriteria dapat dianggap sebagai output atau keluaran dari pemrosesan dan analisis data berbasis SIG.

Pada gambar 2 di bawah ini mengilustrasikan SIG yang didasarkan pada pendekatan untuk membuat peta kriteria.

Gambar 2. Pembuatan Peta Kriteria

Dengan menganggap hipotesis permasalahan keputusan yang melibatkan 3 (tiga) bidang evaluasi dari tanah yang berdasarkan 2 (dua) kriteria sebagai berikut : 1). Harga tanah 2). Kedekatan dengan jalan besar.

Proses untuk membuat 2 (dua) peta kriteria ini dimulai dengan peta dasar (data layer peta (gambar 2). Peta tersebut menunjukkan batas fdari tiga bidang tanah dan jalan (bertepatan dengan batas). Basis data SIG memuat informasi tentang biaya untuk memperoleh tanah. Data masukan (input), 2 (dua) layer peta kriteria dapat dibuat dengan menggunakan operasi SIG dasar. Pertama, peta kriteria biaya dibuat dengan penetapan nilai dari atribut (biaya perolehan) untuk setiap obyek (bidang tanah). Kedua, operasi kedekatan digunakan untuk membuat peta kriteria kedekatan pada jalan. Kedua peta keluaran ini akan menjadi peta masukan untuk analisis keputusan multikriteria. Ulasan peta kriteria tersebut tidak dapat dibandingkan pada kegunaan atribut yang diukur dalam satuan yang berbeda (satuan nilai uang dan jarak) . Aturan keputusan multikriteria memerlukan peta kriteria yang sebanding, peta kriteria harus dibakukan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam analisis keputusa multikriteria.

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

7

2.2 Peta Kriteria dan Skala Pengukuran Atribut dapat diukur dengan skala kuantitatif dan kualitatif. Peta kriteria dapat

diklasifikasikan berdasarkan kecocokkan skala pengukuran menjadi peta kriteria kuantitatif dan kualitatif. Peta kategori menggambarkan tipe soil (tanah), tipe vegetasi, tipe pemukiman (settlement), dsb.

Contoh peta kriteria kuantitatif yaitu yang termasuk ke dalam DEM (Digital Elevation Model). Keeney dan Raiffa (1976) membedakan peta kriteria mejadi 2 (dua) tipe yaitu: 1). Natural-scale criterion maps 2). Constucted-scale criterion maps

Gambar berikut ini menunjukkan klasifikasi dari peta kriteria:

Gambar 3. Klasifikasi dari Peta Kriteria

2.3 Peta Kriteria yang Sebanding Adanya keragaman skala atribut yang dapat diukur dalam MCDM membutuhkan adanya transformasi layer peta kriteria yang beragam ke dalam unit-unit atau satuan-

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

8

satuan yang dapat dibandingkan. Teknik yang dapat digunakan adalah mengklasifikasikan layer kriteria berdasarkan tipe informasi yang ada. Metode (pendekatan) diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: 1). Metode Deterministik

• Transformasi skala linear • Fungsi Nilai/kegunaan (Value/Utility function)

3. Metode Probabilistik • Obyektif • Subyektif • Revised

4. Metode Fuzzy

Gambar 4. Pembuatan Peta Kriteria yang baku dengan Pendekatan Transformasi Skala Linear

Pendekatan Fungsi Nilai Pendekatan fungsi nilai/kegunaan merupakan cara lain dalam perubahan bentuk standar peta menjadi sebuah skala biasa. Nilai atau kegunaan adalah sebuah bilangan yang diberikan terhadap hasil keputusan yang mungkin (atau tingkatan atribut).

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

9

Sebuah fungsi merupakan sebuah ekspresi hasil nilai skala standar untuk setiap nilai dari sebarisan data atribut (Hepner, 1984). Ada sejumlah teknik untuk menaksir sebuah fungsi nilai (kurva nilai). Metode nilai tengah merupakan salah satu teknik untuk memperoleh sebuah kurva nilai. Metode nilai tengah memiliki langkah-langkah sebagai berikut : 1). Menentukan kisaran/selang dimana kurva nilai akan ditaksir ( susun batas

tertinggi dan terendah dari skala nilai dan beri nilai 0,0 dan 1,0 sampai nilai terakhir secara berurutan).

2). Mencari titik nilai tengah di antara endpoints dan beri nilai 0,5 pada titik tersebut.

3). Mencari titik-titik nilai tengah di antara nilai minimum dari langkah 1 & 2, dan antara nilai tengah & nilai maksimum, serta beri nilai 0,25 dan 0,75 pada titik-titik tersebut secara berurutan.

4). Mengulangi langkah 3 untuk mencari titik-titik nilai tengah di antara hasil yang sudah ditaksir dan beri nilai 0,125; 0,375; 0,625; 0,875;dst. untuk menghubungkan titik-titik nilai tengah sampai semua titik diperoleh sesuai dengan kebutuhan. Beberapa titik merupakan ketelitian yang tertinggi dari kurva tsb.

5). Menggambarkan nilai kurva melalui titik-titik yang ditaksir dan mencocokkan analisisnya ke dalam titik-titik tsb.

Gambar 5. Pembuatan Peta Kriteria yang baku dengan Pendekatan Fungsi Nilai

Probabilitas Pendekatan probabilitas merupakan metode lain untuk menghasilkan peta kriteria. Pendekatan ini berdasarkan pada “ Teori Kemungkinan” (King, 1969; Thomas and Huggett, 1980). Ada beberapa cara dimana pembuat keputusan dapat menaksir kemungkinan untuk beberapa kejadian. Probabilitas tersebut dibedakan menjadi objektif probabilitas dan subjektif probabilitas. Objektif probabilitas merupakan

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

10

kemungkinan dasar untuk menaksir kejadian yang mungkin dan harus ditaksir oleh seseorang yang independent. Subjektif probabilitas merupakan sebuah gambaran dari derajat kepercayaan dari setiap kejadian.

Gambar 6. Pembuatan Peta Kemungkinan (Probabilistik)

\

Gambar 7. Pembuatan Peta Revised Probability

Fuzzy Set Membership Proses dari standarisasi kriteria evaluasi dapat juga ditinjau sebagai menyusun nilai ke dalam pengelompokkan keanggotaan (Eastman, 1997). Sekelompok data fuzzy adalah kelas dari element-element atau obyek-obyek yang samar apakah termasuk ke dalam unsur kelas tersebut atau tidak. Dalam logika fuzzy suatu anggota dinyatakan dalam bentuk himpunan samar (fuzzy set) yaitu ada suatu bentuk keanggotaan obyek pada suatu himpunan yang batasannya tidak dapat dinyatakan dengan tegas (tidak

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

11

pasti), dimana antara nilai absolut (misalnya, antara ‘benar’ dan ‘salah’ atau antara ‘bagus’ dan jelek’) terdapat nilai antaranya (misalnnya, ‘lumayan bagus’). Nilai antara nilai absolut inilah yang dinyatakan dalam himpunan fuzzy. Definisi keanggotaan dalam suatu himpunan tersebut tidak pada ‘anggota’ atau ‘bukan anggota’ tetapi lebih kepada tingkatan sampai seberapa jauh derajat keanggotaannya (degree of membership).. Element-element fuzzy dapat distandarisasi pada peta kriteria sehingga dapat digunakan pada MCDA.

Gambar 8. Pembuatan Peta Kriteria yang baku dengan Pendekatan Fuzzy

Kesimpulan Pada studi ini membahas prinsip yang memroses pembentukan struktur nilai untuk masalah pengambilan keputusan multikriteria spasial. Proses ini meliputi pembentukan struktur hirarki dari kriteria evaluasi. Evaluasi kriteria dikenal sebagai istilah umum yang membahas konsep obyektif dan atribus secar bersamaan. Suatu obyektif (tujuan) merupakan pernyataan tentang keadaan yang akan dicapai dari sistem yang dipertimbangkan. Obyektif merupakan fungsi yang menghubungkan atau didapatkan dari sekumpulan atribut. Untuk mencapai suatu obyektif (tujuan) beberapa atribut yang berbeda diperlukan untuk menetapkan penilaian yang lengkap dimana tujuan akan dicapai. Jadi sebuah atribut merupakan ukuran kuantitas yang mewakili nilai tingkatan yang dicapai untuk tujuan yang khusus. Masalah pokok dari analisis multikriteria spasial merupakan atribut yang sesuai dengan kenyataan untuk merepresentasikan basis data SIG sebagai layer peta kriteria. Peta kriteria merepresentasikan distribusi spasial dari atribut dimana obyektif yang saling berhubungan akan dicapai. Untuk merepresentasikan cukupnya keadaan untuk pengambilan keputusan, sekumpulan peta kriteria jarus lengkap (atribut dapat mencakup semua aspek dari masalah keputusan), operasional (atribut dapat digunakan secara penuh dalam analisis), decomposable (atribut dapat dipecah ke dalam bagian-bagian yang dapat menyederhanakan permasalahan), non-redundant (atribut tidak berlebihan atau tidak

Vol: 2, No: 1, Bulan : Februari 2010 ISSN 2085-8795

JURNAL INFORMASI

12

mempunyai arti yang ganda), dan minimal (jumlah atribut sedikit mungkin tapi tepat). Setiap criteria harus komprehensif dan dapat diukur. Prosedur untuk mendapatkan peta kriteria menurut kegunaan utama dari SIG adalah : 1. Pengumpulan dan penyimpanan data yang relevan dalam basis data SIG. 2. Manipulasi dan analisis data untuk mendapatkan informasi berdasarkan kriteria

evaluasi tertentu. 3. Peta kriteria dapat dianggap sebagai output atau keluaran dari pemrosesan dan analisis

data berbasis SIG.

Adanya keragaman skala atribut yang dapat diukur dalam MCDM membutuhkan adanya transformasi layer peta kriteria yang beragam ke dalam unit-unit atau satuan-satuan yang dapat dibandingkan. Teknik yang dapat digunakan adalah mengklasifikasikan layer kriteria berdasarkan tipe informasi yang ada. Metode (pendekatan) diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Metode Deterministik

• Transformasi skala linear • Fungsi Nilai/kegunaan (Value/Utility function)

2. Metode Probabilistik • Obyektif • Subyektif • Revised

3. Metode Fuzzy

Sangat penting untuk memperjelas perbedaan antara 2 (dua) tipe peta criteria, yaitu : peta faktor (peta criteria evaluasi) dan peta pembatas (constrain). Istilah peta criteria digunakan untuk mengartikan peta faktor. Peta pembatas menjelaskan sekumpulan alternatif yang mudah dilakukan. Daftar Pustaka

[1]. Malczewski, J. (1999). GIS and Multicriteria Decision Analysis, John Wiley & Sons Inc., New York, 103 – 136.

oo000oo