studi stabilitas kadar parasetamol drops yang …

69
i STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG DICAMPUR SUSU FORMULA SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari. Oleh : AMELIA SUCIAWATI D1A151155 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI BANDUNG 1029

Upload: others

Post on 02-Apr-2022

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG

DICAMPUR SUSU FORMULA

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada jurusan

Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari.

Oleh :

AMELIA SUCIAWATI

D1A151155

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

1029

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL

DROPS YANG DICAMPUR SUSU FORMULA.

PENYUSUN : AMELIA SUCIAWATI

NIM : D1A151155

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami

telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi.

Bandung, Agustus 2019

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Patihul Husni, M.Si.,Apt Ginayanti HadisoebrotoM.Si.,Apt

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang

berjudul “ STUDI STABILITAS KADAR PARASETAMOL DROPS YANG

DICAMPUR SUSU FORMULA ˮ Skripsi ini merupakan salah satu syarat

dalam menempuh Tugas Akhir ( TA) sarjana di Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari Bandung.

Pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak DR.H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si., selaku Rektor Universitas

Al-Ghifari Bandung.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt., selaku Dekan Universitas Al-Ghifari

Bandung.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, S.SI.,Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi

Universitas Al-Ghifari dan pembimbing dua selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dhyta Andrideswanti M.Si.,Apt selaku dosen wali.

5. Bapak Patihul Husni, M.Si.,Apt., selaku pembimbing satu selama

penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ibu dosen dan Karyawan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari Bandung atas

segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

iv

7. Staf laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jurusan Farmasi Universitas Al-Ghifari Bandung yang telah membantu

penulis menyelesaikan penelitian selama melakukan pengujian di

laboratorium Universitas Al-Ghifari Bandung.

8. Bapak ibu dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan

materil serta telah menjadi penyemangat dalam menyusun skripsi ini..

9. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan penuh.

10. Temen-temen seperjuanganku, Ai Sumirah, Andrianingsih, Intan Amelia

Putri, Nopia Resniati, Nur Alfiyah Fitrowati, Rina Haryani, Risma

Nurwandani, Zakiyyah Ash shofi yang telah memberikan cerita suka dan

duka selama 4 tahun ini.

11. Sahabat-sahabatku, Anggi Anggraeni, Cuci Heryanti, Desi Silviani, Mia

Rifai Putri, Nia Herlina, Rani Riskandar, Rindiani, Santika, Salsa Bila

Latrijanuarita yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tiada

henti selama proses penyusunan skripsi ini.

Masih banyak kekurangan pada skripsi ini, karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan yang akan datang. Besar

harapan skripsi ini dapat berguna dalam perkembangan saat ini.

Bandung

Penulis

v

ABSTRAK

Parasetamol merupakan obat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,

digunakan untuk menurunkan demam dan menghilangkan rasa sakit yang ringan

hingga sedang. Dalam penggunaannya kepada anak-anak, susu bayi biasanya

ditambahkan untuk mengurangi rasa pahit dari parasetamol. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui profil stabilitas kimia dan kadar parasetamol drops yang

dicampur susu formula pada suhu ruang (≤ 03 ◦C) dan suhu dingin (2-8 º C).

Ekstraksi dilakukan dengan cara disentrifugasi dari interval waktu 0 menit sampai

24 jam kemudian diukur kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis

pada panjang gelombang 244 nm. Telah dilakukan uji verifikasi berupa presisi

dan akurasi diperoleh SD = 0,05699 dan % RSD = 0,732 % dan nilai persen

perolehan kembali 96- 101 %. Dari hasil pengujian diperoleh setelah satu jam

adanya penurunan kadar parasetamol drops yang dicampurkan dengan susu

formula pada suhu ruang sebanyak 40,1 % dan pada suhu dingin setelah tiga jam

terjadi penurunan kadar sebanyak 08,5 % sedangkan parasetamol drops sebagai

pembanding tanpa perlakuan penambahan susu formula mengalami penurunan

sebanyak 9,75 % pada suhu ruang dan 5,50 % pada suhu dingin. Berdasarkan

analisis uji stasistik dengan menggunakan Uji T tidak berpasangan terhadap

parasetamol drops dicampur susu formula dengan membandingkan antara suhu

ruang dan suhu dingin didapatkan p 0.805> 0.05. Artinya tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara suhu ruang dan suhu dingin.

Kata kunci : Parasetamol, Susu formula , Spektrofotometri UV-Vis.

vi

ABSTRACT

Paracetamol is a drug that is widely consumed by the community, used to

reduce fever and relieve mild to moderate pain. In its use with children, baby milk

is usually added to reduce the bitter taste of paracetamol. The purpose of this

study was to determine the chemical stability profile and levels of paracetamol

drops mixed with formula milk at room temperature (≤ 30◦C) and cold

temperatures (2-8 ºC). Extraction was carried out by centrifugation from a time

interval of 0 minutes to 24 hours then the levels were measured using UV-Vis

spectrophotometry at a wavelength of 244 nm. Verification tests have been

carried out in the form of precision and accuracy obtained SD = 0.05699 and%

RSD = 0.732% and the value of percent recovery 96-110%. From the test results

obtained after one hour of decreased levels of paracetamol drops after mixing

with formula milk at room temperature by 40.1% and at cold temperatures after

three hours there was a decrease in levels of 38.5% while paracetamol drops as a

comparison without the treatment of adding milk formula infants decreased by

9.75% at room temperature and 5.50% at cold temperatures. Based on the

analysis of statistical tests using the unpaired T test of paracetamol drops mixed

with formula milk by comparing between room temperature and cold temperature,

it was obtained p 0.805> 0.05. This means that there is no significant difference

between room temperature and cold temperature.

Keywords: Paracetamol, Formula milk, UV-Vis spectrophotometry

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….....xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parasetamol ....................................................................................... 5

2.2 Susu Formula .................................................................................... 6

2.3 Sirup Obat ......................................................................................... 8

2.4 Kandungan Gizi Susu Formula………………………………………….10

2.5 Stabilitas Obat ................................................................................ 14

2.6 Spektrofotometer UV-Vis............................................................... 16

2.6.1 Hukum Lambert-Beer ............................................................ 16

2.6.2 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis ................................ 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 20

3.1.1 Alat ............................................................................................. 20

3.1.2 Bahan ......................................................................................... 20

3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................... 20

3.2.1 Pembuatan Larutan Standar ....................................................... 20

3.2.2 Pembuatan Larutan Parasetamol Drops (Sanmol drop®). ......... 21

3.2.3 Penyiapan Sampel ...................................................................... 21

viii

3.2.4 Kondisi Studi Stabilitas. ............................................................. 22

3.2.5 Metode Ekstraksi ......................................................................... 22

3.2.6 Metode Penetapan Kadar ............................................................ 23

3.2.7 Data dan pengolahan Data .......................................................... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 24

4.2 Hasil Larutan Standar ........................................................................... 25

4.3 Validasi Metode Analisis ...................................................................... 27

4.3.1 Presisi ............................................................................................ 27

4.3.1.1 Hasil Uji Presisi ................................................................ 27

4.3.2 Akurasi .......................................................................................... 28

4.3.2.1 Hasil Uji Akurasi .............................................................. 29

4.4 Hasil Larutan Parasetamol Drops (Sanmol ®) dan Uji Stabilitas ..... 29

5.1 Hasil Penelitian Parasetamol Drops yang Dicampur Dengan Susu

Formula. ....................................................................................................... 33

BAB V PENUTUP

5.1 SIMPULAN ........................................................................................... 37

5.2 SARAN .................................................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39

LAMPIRAN ............................................................................................................. 41

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rumus bangun parasetamol (Depkes RI, 2014)………………….....5

Gambar 2.2 Skema Spektrofotometer Berkas Sinar Tunggal………....................18

Gambar 4.1 Kurva Penetapan panjang gelombang maksimum (λ maks).....…….26

Gambar 4.2 Grafik penurunan kadar parasetamol murni…………………….......27

Gambar 4.3 Grafik penurunan kadar parasetamol drops suhu ruang(≤ 03 ◦ ) an

su u ingin ( 2- C)..........................................................................31

Gambar 4.4 Grafik penurunan hasil penelitian parasetamol drop dicampur susu

formula Suhu ruang (≤ 03 ◦C) an su u ingin ( 2- )…………...30

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan organoleptik…………………………………..19

Tabel 4.2 Tabel Hasil Laruan Stan ar……………………………………....21

Tabel 4.3 Hasil Uji Presisi ………………………………………………….24

Tabel 4.4 Hasil Uji Akurasi………………………………………………....25

Tabel 4.5 Hasil Penelitian Parasetamol Drops pada Suhu Ruang

(≤30◦ )…………………………………………………………...26

Tabel 4.6 Hasil Penelitian Parasetamol Drops pa a su u Dingin ( 2- C)..26

Tabel 4.7 Hasil Penelitian Parasetamol Drops yang dicampur dengan Susu

Formula pada sSu u Ruang (≤30◦ )…………….……………….29

Table 4.8 Hasil Penelitian Parasetamol Drops yang dicampur dengan Susu

Formula pada Suhu Dingin ( 2- ) …………………...……….29

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema Penelitian…………………………………………………41

Lampiran 2 Pembuatan Larutan Stan ar…………...………………………....42

Lampiran 3 Pembuatan Larutan Parasetamol Drops…………….……………..43

Lampiran 4 Perhitungan Larutan Parasetamol Drops yang dicampur dengan

Susu Formula …………………………………………………….44

Lampiran 5 Perhitungan Larutan Stan ar Kurva...…………………………....45

Lampiran 6 Hasil penelitian parasetamol Drops pa a su u ruang (≤ 30◦ )….46

Lampiran 7 Hasil penelitian parasetamol Drops pa a su u ingin ( 2- C)...47

Lampiran 8 Hasil Pencampuran Parasetamol Drops Dengan Susu Formula Pada

Suhu Ruang (≤ 30◦ )………………………………………….....48

Lampiran 9 Hasil Pencampuran Parasetamol Drops Dengan Susu Formula

Pada Suhu Dingin ( 2- )……………………………………...49

Lampiran 10 Gambar Parasetamol Drops yang dicampur dengan Susu Formula

pada Suhu Ruang dan Su u Dingin ( 2- )……………………50

Lampiran 11 Hasil Statistik Uji Independent T pada α = 0,05……...………....51

Lampiran 12 Per itungan presisi……...…………..………………………......52

Lampiran 13 Per itungan Akurasi…………………………………..………...53

Lampiran 14 Sertifikat Analisis Kurva Baku ( Parasetamol Murni)………….54

xii

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parasetamol adalah turunan para-aminofenol yang sering digunakan.

Parasetamol memiliki sifat analgesik dan antipiretik dan juga aktivitas

antiinflamasi ringan. (Sweetman, 2009).

Umumnya obat dalam bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat

karena mudahnya menelan cairan kemudahan dalam pemberian dosis, pemberian

dosis yang relative sangat besar aman dan mudah dalam penyesuaian dosis untuk

anak. ( Arisandi, 2008 ).

Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang

diubah komposisinya menyerupai air susu ibu (ASI), namun tidak bisa sama

persis dengan ASI karena komposisi susu formula yang berasal dari susu sapi,

hanya cocok untuk anak sapi (Pudjiadi, 2002). Susu formula yang dibuat dari susu

sapi telah diproses dan diubah kandungan komposisinya sebaik mungkin agar

kandungannya sama dengan ASI tetapi tidak 100% sama. Proses pembuatan susu

formula, kandungan karbohidrat, protein dan mineral dari susu sapi telah diubah

kemudian ditambah vitamin serta mineral sehingga mengikuti komposisi yang

dibutuhkan sesuai untuk bayi berdasarkan usianya ( Suririnah, 2009 ). Menurut

hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007, data

jumlah pemberian ASI ekslusif pada bayi dibawah usia dua bulan hanya

mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring

dengan bertambahnya usia bayi, yaitu pada bayi usia 2-3 bulan dan pada

2

bayi usia 7-9 bulan dan yang lebih memprihatinkan, bayi dibawah dua bulan telah

diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan

tambahan (Setiawirawan, 2010).

Stabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk

mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan pada saat dibuat

atau diproduksi. Identitas, Kekuatan, Kualitas,dan Kemurnian dalam batasan yang

ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. (Joshita, 2008 : 4).

Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia

pada sediaan yang dibuat ( termasuk efesien dan system kemasan yang digunakan

untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembaban , dan

cahaya. ( Joshita, 2008 : 5 ).

Keberhasilan pengobatan tergantung pada kadar zat aktif yang dapat

mencapai tempat aksi. Kadar yang kurang dari dosis efektif akan mempersulit

penyembuhan penyakit. Hal ini bisa terjadi karena pemberian dosis yang kurang

atau karena terjadinya penurunan kualitas obat selama penyimpanan. Dengan

demikian kontrol kualitas dan penetapan waktu kadaluwarsa obat sangat

diperlukan (Arisandi, 2008). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai

stabilitas kimia yaitu dengan menentukan kadar parasetamol untuk mengetahui

stabilitas kimianya. Utamanya parasetamol yang telah dicampur dengan susu

formula yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.

3

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana studi stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur

susu formula pada suhu ruang (≤ 30◦ ) an su u ingin (2- ◦ )

dengan metode Spektrofotometri UV-Vis ?

2. Apakah terjadi penurunan kadar parasetamol drops setelah dicampur

susu formula ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui studi stabilitas kadar parasetamol drops yang

icampur susu formula pa a su u ruang (≤ 30◦ ) an su u ingin (2-

◦ ) engan meto e Spektrofotometri UV-Vis ?

2. Untuk mengetahui terjadi penurunan kadar parasetamol drops setelah

dicampur susu formula ?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

1. Mengetahui studi stabilitas kadar parasetamol drops yang dicampur

susu formula.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat apakah parasetamol drops

yang dicampur susu formula kadarnya akan menurun.

4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2019 di

Laboratorium Universitas Al-Ghifari Cisaranten kulon, Bandung.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parasetamol

Parasetamol (4’-Hidroksiasetanilida [103-90-2]) dengan rumus molekul

C₈H₉NO₂ dan berat molekul 151,165 mengandung tidak kurang dari 98,0% dan

tidak lebih dari 101,0% C₈H₉NO₂, dihitung terhadap zat anhidrat. Rumus bangun

parasetamol seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2. 1 : Rumus bangun parasetamol (Depkes RI, 2014).

Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang

populer dan digunakan untuk meredakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit

ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik

salesma dan flu. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan

ibuprofen, parasetamol tidak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak

tergolong dalam obat jenis Non Steroid Anti Imuno Deficiency (NSAID). Dalam

dosis normal yaitu 4 gram perhari, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam

6

perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin

(Anonim, 2000).

Parasetamol atau derivat-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin

yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, khasiatnya analgetik dan

antipiretik, tetapi tidak antiradang. Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai

antinyeri yang paling aman, juga swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek

analgetiknya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan kira-kira 50% (Tjay, 2007).

Parasetamol dalam bentuk padatan stabil terhadap cahaya dan kelembaban,

sedangkan terhadap pelarut, parasetamol padatan sangat stabil dalam air.

Parasetamol dalam bentuk larutan relatif stabil terhadap oksidasi kecuali bila

ter i rolisis menja i ρ – aminofenol sebagai kontaminan. Dan bila terpapar

kon isi lembab ρ – aminofenol terdegradasi menjadi quononimine dan akan

berwarna merah muda, coklat, hitam. Parasetamol dalam larutan ini sendiri tidak

stabil terhadap cahaya (Depkes RI, 2014).

Parasetamol adalah senyawa yang memiliki sifat polar dan gugus

kromofor yang dimilikinya menyebabkan senyawa ini dapat menyerap sinar UV.

Analisis kualitatif untuk parasetamol umumnya menggunakan metode

Spektrofotometri UV-Vis dikarenakan sifat senyawa tersebut (Wijaya, 2015).

2.2 Susu Formula

Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang

diubah komposisinya menyerupai air susu ibu (ASI), namun tidak bisa sama

7

persis dengan ASI karena komposisi susu formula yang berasal dari susu sapi,

hanya cocok untuk anak sapi (Pudjiadi, 2002).

Pemberian susu formula pada bayi sangat berbahaya karena dapat

mengantikan kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal sehingga bayi

mungkin saja terkena diare, septisema dan meningitis, serta mungkin bayi akan

menderita intoleransi terhadap protein di dalam susu formula sehingga sering

menimbul alergi terhadap bayi. Jenis makanan prelakteal yang diberikan cukup

beragam antar daerah tergantung kebiasaan di daerah tersebut (Kemenkes RI,

2014).

Susu formula adalah cairan yang berisi zat yang mati. Di dalamnya tidak

ada sel hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, mengandung

enzim, hormon, dan juga tidak mengandung faktor pertumbuhan (Roesli U, 2005).

Sebagian besar susu formula untuk bayi berasal dari susu sapi. Tampaknya

itu sudah menjadi poin yang jelas, tetapi kebutuhan bayi manusia sangat berbeda

dengan bayi sapi. Susu sapi kemudian dimodifikasi secara teliti agar semakin

mirip dengan ASI tetapi masih merupakan perkiraan.

Melihat perkembangan ini naluri ekonomi para produsen untuk bersaing

dalam menciptakan produk susu formula yang berkualitas dengan berbagai

macam keunggulan mulai dari penambahan vitamin dan mineral sampai variasi

rasa. Perkembangan susu formula ini berlangsung sampai sekarang dengan

munculnya berbagai perusahaan susu dengan masing-masing merk dagangnya.

Perusahaan susu yang pertama kali adalah Nestle, Wyhet, sedangkan di Indonesia

adalah PT Sari Husada. Yang disebut sebagai susu formula adalah bubuk susu

8

instan yang didalamnya ditambahkan berbagai macam zat gizi yang yang

diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh terutama zat gizi yang berperan dalam

perkembangan dan pertumbuhan anak. Zat-zat gizi yang ditambahkan dalam susu

formula tersebut diantaranya adalah vitamin A, vitamin B, kalsium, zat besi, serta

beberapa zat lain yang dapat membantu meningkatkan kecerdasan otak yaitu

DHA (Docosahexanoic acid linoleat) dan linolenat). Susu formula adalah susu

yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga

dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan

dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak.

(Pudjiadi, 2002: 25).

2.3 Sirup Obat

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia

yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau

campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan

terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan,

umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang

baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Bentuk sediaan larutan digolongkan

menurut cara pemberiannya, misalnya larutan oral, larutan topikal, atau

penggolongan didasarkan sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit, tingtur dan

larutan air. Larutan yang diberikan secara parenteral disebut injeksi (Depkes RI,

2014).

9

Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,

mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis

atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat

diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada pasien atau dalam

bentuk lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan. Penting

untuk diketahui bahwa pengenceran larutan oral dengan air yang mengandung

kosolven seperti etanol, dapat menyebabkan pengendapan bahan terlarut (Depkes

RI, 2014).

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan

atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989). Sirup obat

adalah sirup yang mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat

tambahan dan digunakan untuk pengobatan. Di dalam sediaan oral cair, selain

solut bahan obat, biasanya terdapat pula bahan tambahan untuk pewarnaan, agen

peningkat flavor, pemanis, dan peningkat (penjaga) stabilitas. Dalam formulasi

sediaan berupa larutan farmasi dibutuhkan informasi tentang kelarutan (solubility)

dan stabilitas dari setiap solut dengan mempertimbangkan dan memperhatikan

pelarut/pembawa dari sistem pelarut yang digunakan. Perlu dihindari adanya

kombinasi (campuran) obat atau agen farmasetik (seperti eksipien) yang akan

menimbulkan/menghasilkan terjadinya interaksi fisika dan kimia yang akan

mempengaruhi kualitas terapeutik atau stabilitas dari produk (sediaan) yang akan

dikembangkan (Goeswin, 2012).

10

2.4 Kandungan Gizi Susu Formula

Berikut sejumlah komponen zat gizi yang harus terdapat dalam sebuah

produk susu formula.

A. Energi

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi atau tenaga.

B. Protein

Zat gizi ini diperlukan untuk berbagai proses pertumbuhan. Asam amino

adalah unsur yang menyusun protein, sedangkan asam amino esensial

merupakan unsur asam amino yang harus dipasok dari luar karena tak tersedia

dalam tubuh.

C. Lemak

Sebagai sumber energi dan penghasil asam lemak yang diperlukan pada

proses biokimia dalam sel. Susu formula yang memiliki kandungan asam

lemak esensial linolenat (Omega-3) dan linoleat (Omega-6) lebih

direkomendasikan karena diperlukan untuk menyuplai kebutuhan

pertumbuhan sel-sel otak.

D. Vitamin

Berfungsi sebagai zat pengatur dalam berbagai proses biokimia yang

berlangsung di setiap sel dan jaringan tubuh.Vitamin-vitamin yang harus

diperhatikan

1) Vitamin B kompleks yang terdiri dari: 11

a) B1 (tiamin) berfungsi untuk membantu pengolahan energi.

Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan penyakit beri-beri.

11

b) B2 (riboflavin), berfungsi dalam proses pengolahan energi dari protein

sekaligus menyuplai nukleotida (unsur yang diperlukan dalam

beberapa proses sel-sel tubuh). Kekurangan vitamin ini bisa membuat

kulit bersisik, timbul koreng-koreng di sekitar mulut, hidung dan

gangguan kulit lainnya.

c) B5 (asam pantotenat), berperan membantu proses pengolahan energy.

Kekurangan asam pantotenat memunculkan keluhan pusing/sakit

kepala, sulit tidur/insomnia, kejang-kejang dan mualmual.

d) B6 (pyridoksin), berfungsi dalam proses perubahan protein menjadi

asam amino dan neurotransmitter (senyawa yang diperlukan sel-sel

otak). Kekurangan vitamin ini mengakibatkan nafsu makan berkurang,

kehilangan berat badan, muntah-muntah, diare, dan anemia.

e) B12 (sianokobalamin), antara lain membantu proses pengolahan sel-sel

darah merah. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia

(kurang darah).

2) Niasin (nikotinamida), berfungsi untuk proses pengolahan energy maupun

menurunkan kadar kolesterol darah. Kekurangan niasin akan 12

menimbulkan penyakit kulit yang disebut pellagradan dermatitis, ataupun

diare dan dimensia (gangguan daya ingat).

3) Asam folat (folic acid), berfungsi mencegah anemia megaloblastik (sel

darah membesar tapi awan pecah atau rusak). Tanda kekurangannya

adalah hilang nafsu makan, berat badan turun, pelupa bahkan gampang

pingsan.

12

4) Biotin, berfungsi membantu pembentukan asam lemak, asam amino, dan

purin. Kekurangan biotin bisa berakibat dermatitis, kulit gatal, rambut

mudah rontok.

5) Vitamin C, membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ancaman

berbagai penyakit, sekaligus sebagai penawar racun atau antioksidan.

Kekurangan vitamin C menyebabkan mulut mudah sariawan dan badan

mudah sakit-sakitan.

6) Vitamin A, berfungsi mengatur pertumbuhan tulang dan gigi serta

penglihatan. Kurang vitamin A berakibat pada terganggunya

pertumubuhan tulang, penglihatan dan kecerdasan. Balita Indonesia masih

rawan terkena masalah kurang vitamin A.

7) Vitamin D, berfungsi membantu proses pertumbuhan tulang. Kurang

vitamin D akan mengganggu pertumbuhan tulang. Namun tak perlu

khawatir karena vitamin D juga dapat diperoleh dengan berjemur pada

waktu pagi sebelum pukul 09.00. 13

8) Vitamin E, diperlukan dalam system pertahanan tubuh untuk melindungi

sel-sel dari serangan senyawa beracun dan proses reproduksi. Kurang

vitamin E bisa mengakibatkan kulit cepat menua dan keriput serta

terganggunya sel-sel reproduksi.

9) Vitamin K, diperlukan dalam proses pembekuan darah dan pembentukan

tulang. Kurang vitamin K mengakibatkan tulang cepat rapuh. Kalau

mengalami luka yang mengeluarkan darah, darahnya akan lebih lama

membeku.

13

e. Mineral

Fungsinya juga sebagai zat pengatur dalam berbagai proses biokimia yang

berlangsung di setiap sel dan jaringan tubuh.

Mineral-mineral yang perlu diperhatikan ialah:

1) Kalsium dan fosfor, diperlukan untuk pembentukan dan pertumbuhan

tulang. Kekurangan mineral ini mengakibatkan pertumbuhan tulang

terganggu. Bila kelak sudah berumur, akan mudah terkena osteoporosis

yakni tulangnya jadi rapuh.

2) Yodium (I), diperlukan untuk perkembangan otak dan kelenjar tiroid.

Kekurangan yodium berakibat anak menjadi kretinism, IQ rendah,

terhambat perkembangan mentalnya atau idiot.

3) Fe (zat besi), diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan

pengolahan energy serta sel-sel otak. Zat besi merupakan salah satu 14

mineral yang sangat penting karena dapat mencegah terjadinya anemia

pada bayi.

4) Zn (seng), diperlukan untuk pertumbuhan badan dan organ reproduksi serta

meningkatkan daya tahan tubuh. Kekurangan seng pada balita akan

menghambat pertumbuhan, kecerdasan dan terhambatnya perkembangan

organ reproduksi atau alat kelamin.

5) Selenium, diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

penyakit dan senyawa beracun. Kekurangan selenium pada bayi

membuatnya mudah sakit-sakitan dan mengganggu pertumbuhan

tubuhnya.

14

6) Flour (F), diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi. Penting untuk

bayi yang sedang tumbuh.

f. Omega 3 dan Omega 6

Asam lemak omega 3 dan omega 6 adalah esensial karena tidak dapat dibuat

oleh tubuh, dan harus diperoleh dari makanan. Asam lemak terdapat pada

membrane-membran dari seluruh sel yang terdapat dalam tubuh, akan tetapi

asam lemak esensial terutama terdapat pada membranemembran sel otak,

jantung dan imun.

1) Asam arachidonic (arachidonic acid), merupakan asam lemak rantai panjang

yang paling penting dalam keluarga omega 6 yang berguna untuk

meningkatkan pertumbuhan.

2) DHA (Docosahexaenoic acid), merupakan asam lemak omega 3 yang

esensial dan penting untuk pertumbuhan otak pada anak yang baru lahir

dimana kekurangan asam lemak ini hanya sedikit saja dapat member

dampak jangka lama terhadap tingkat kecerdasan anak. Beberapa

penelitian medis menemukan bahwa rasio optimal untuk omega 6 terhadap

omega 3 adalah 4:1 atau lebih rendah.

2.5 Stabilitas Obat

Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi

kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama

penyimpanan ( Connors, 1986).

15

Uji stabilitas dipercepat adalah uji yang dirancang untuk meningkatkan

laju degradasi kimia dan perubahan fisik obat dengan membuat suatu kondisi

penyimpanan yang dilebihkan. Uji ini merupakan bagian dari program uji

stabilitas resmi. Data yang diperoleh dari uji ini, selain dari data yang diperoleh

dari uji stabilitas real time, dapat digunakan untuk menilai efek kimia jangka

panjang dalam kondisi penyimpanan biasa dan untuk mengevaluasi dampak

penyimpangan jangka pendek di luar kondisi penyimpanan pada penandaan,

seperti yang mungkin terjadi selama pengiriman produk. Hasil studi uji stabilitas

dipercepat tidak selalu dapat memprediksi perubahan fisika. (Manurung, 2007).

Stabilitas sediaan sirup yaitu stablitas kimia dan stabilitas fisika. Stabilitas

kimia adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang

ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, sifat kimia dan

karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas kimia

pada sediaan sirup dilakukan untuk mempertahankan kebutuhan kimiawi dan

potensiasi yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan pada spesifikasi.

Uji stabilitas kimia sediaan sirup yaitu Identifikasi dan penetapan kadar.

Sedangkan sediaan fisika tidak terjadinya perubahan sifat fisik dari suatu produk

selama waktu penyimpanan. Stabilitas fisika dalam sediaan sirup dilakukan untuk

mempertahankan keutuhan fisik meliputi perubahan warna, perubahan rasa,

perubahan bau, perubahan tekstur, atau penampilan.

16

2.6 Spektrofotometer UV-Vis

Penggunaan utama spktrofotometri UV-Vis adalah dalam analisis

kuantitatif senyawa organik yang mempunyai struktur kromotor atau mengandung

gugus kromotor. Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur absorbansi pada

panjang gelombang maksimum (puncak kurva), agar dapat memberikan

absorbansi tertinggi untuk setiap konsentrasi (Cahyadi, 2006).

2.6.1 Hukum Lambert-Beer

Konsentrasi dari analit di dalam larutan ditentukan dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer. Menurut “Introduction to Biomedical Equipment

Technology” hukum Lambert-Beer berbunyi “Jika sebua kertas ca aya

dilewakan ke larutan maka ada sebagian cahaya yang akan diserap, ada yang

ilewatkan, an sebagian kecil ipantulkan”. Lambert-Beer telah menurunkan

secara empirik hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dan

ketebalan kuvet serta hubungan antara intensitas dan konsentrasi zakit (Harmita,

2014).

Apabila ketebalan benda atau konsentrasi matri yang dilewati cahaya

bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Absorbansi berbanding lurus

dengan ketebalan b dan konsentrasi c, seperti dinyatakan dalam rumus berikut :

A= a.b.c

17

Keterangan :

A= Absorbansi

a = Absorptivitas molar

b = Tebal kuvet (cm)

c = Konsentrasi (M)

Persyaratan hukum Lambert-Beer antara lain :

1. Radiasi yang digunkan harus monokromatik.

2. Energi radiasi yang diabsorpsi tidak menimbulkan reaksi kimia.

3. Sample (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen.

4. Tidak terjadi flouresensi atau fosforensensi.

5. Indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi.

2.6.2 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Vis

Penyerapan sinar tampak dan ultraviolet oleh molekul dapat menyebabkan

terjadinya eksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ke energi

tingkat tinggi (excited state). Pengabsorbsian sinar ultraviolet atau sinar tampak

oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi ikatan elektron, akibatnya

panjang gelombang absorbsi maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan

yang ada di dalam molekul tersebut. Oleh karena itu, spektrofotometri serapan

molekul berharga untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam

suatu molekul. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penggunaan

18

spektrofotometri UV-Vis dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa

yang mengandung gugus-gugus pengabsorbsi.

Berkas cahaya yang diserap bukan cahaya tampak tapi cahaya ultraviolet

dengan cara ini larutan tak berwarna dapat diukur. Pada spektrofotometri

ultraviolet energi cahaya yang diserap digunakan untuk transisi elektron. Karena

energi cahaya UV lebih besar dari energi sinar transisi elektron. Karena energi

cahaya UV lebih besar dari energi sinar tampak sehingga energi UV- dapat

menyebabkan transisi electron α atau π (Mulja, 2003).

Sumber energi radiasi yang dipakai dalam spektrofotometer UV-Vis

bervariasi sesuai dengan spektrum yang digunakan. Pada daerah ultraviolet

sumber sinar yang digunakan adalah lampu deuterium, pada daerah visible

digunakan lampu tungsten sedangkan pada inframerah digunakan Globar atau

Glower Nerst. Intensitas sinar yang dipancarkan oleh masing-masing lampu

Gambar 2. 2 : Skema Spektrofotometer Berkas Sinar Tunggal

19

merupakan fungsi dari potensial tegangan yang digunakan terhadap lampu. Oleh

karena itu potensial baru dikontrol sedemikian agar diperoleh hasil yang

reproduksible.

Sistem optik terdiri dari celah, lensa, cermin, sel kuvet, dan selektor

panjang gelombang. Celah masuk digunakan mengendalikan jumlah sinar yang

masuk ke dalam photometer. Celah keluar berfungsi untuk membantu pengeluaran

lebar pita daripada cahaya yang memasuki detector. Lensa digunakan untuk

memfokuskan sinar, dan cermin untuk memperbesar panjang jalur optik di dalam

peralatan spektrofotometer. Kuvet harus benar-benar bersih dan transparan

jangan sampai mereflesikan atau mendifraksikan sinar yang jatuh terhadap sel.

Selektor panjang gelombang digunakan untuk menghasilkan sinar yang

monokromatis. Monokromotor yang digunakan dalam spektrofotometer terdiri

dari dua jenis yaitu prisma dan diffraction grating. Kebanyakan prisma yang

digunakan berbentuk segitiga dan dapat memisahkan sinar polikromatis menjadi

beberapa berkas sinar dengan panjang gelombang tertentu. Bila sinar berbenturan

dengan grating difraksi maka sinar diuraikan atas panjang gelombang yang ada di

dalam jalur sinar maka dengan panjang gelombang tertentu dapat difokuskan

melewati sampel dan celah keluar. Detektor yang biasanya digunakan pada

spektrofotometer UV-Vis ada dua jenis yaitu vakum tube-photocells dan Barrier-

layercells.

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Spektrofotometri Uv-Vis, timbangan analitik, spatel, labu ukur (Pyrex),

gelas ukur (Pyrex), beaker glass (Pyrex), pipet tetes, mikro pipet, kuvet, tabung

effendrop, alat sentrifugasi, vial dan lemari pendingin, Alumunium foil.

3.1.2 Bahan

Parasetamol drops (Sanmol) parasetamol murni, Susu formula,

aquadest,metanol.

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Pembuatan Larutan Standar

Dibuat larutan baku dengan menimbang parasetamol murni sebanyak 10

mg, dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan pelarut (campuran

metanol dan aquadest) hingga larut, tambahkan sampai tanda batas kocok sampai

larut. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

tambahkan pelarut sampai tanda batas kocok sampai larut. Dari larutan tersebut di

ambil dengan berbagai konsentrasi yaitu 2 ppm, 4 pmm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm

dan 12 ppm. Masing – masing dibaca intensitas serapan dalam monitor terlihat

kurva yang menunjukan perbandingan antara nilai ppm dengan nilai

absorbansinya sehingga didapat persamaan y=b.x + a.

3.2.2 Pembuatan Larutan Parasetamol Drops (Sanmol drops) Sebagai

Kontrol

Parastamol drops dipipet dengan perbandingan 1: 1 kemudian dimasukan

ke dalam vial dan dibungkus dengan menggunakan alumunium foil dismpan pada

suhu ruang dan suhu dingin. Parasetamol drops dipipet sebanyak 0,25 mL

dimasukkan ke dalam tabung eppendorf, ditambahkan metanol sebanyak 1,5 mL

dan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 70 rpm. Hasil sentrifugasi

dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL diencerkan dengan

pelarut kocok sampai larut tambahkan sampai tanda batas. Ukur dengan

spekrofotometri UV-Vis. Hasil panjang gelombang harus sama dengan hasil dari

larutan standar.

3.2.3 Penyiapan Sampel

Parasetamol drops dan susu formula dicampur dengan perbandingan 1:1

dimasukkan ke dalam vial dicampur sampai homogen, total sampel yang

dibutuhkan untuk satu kali penetapan kadar. Selanjutnya dalam masing – masing

wadah yang diberi label sesuai interval sampling dan suhu uji stabilitas (interval

waktu 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam,

2 jam, 3 jam dan 24 jam kemudian bungkus dengan menggunakan alumunium

foil. Masing – masing disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin). Semua sampel

dibuat triplo.

3.2.4 Kondisi Studi Stabilitas.

Campuran parasetamol drops dan susu formula disimpan pada suhu ruang

(≤ 03 ◦C) dan suhu dingin (2-8

o C) dengan interval waktu 0 menit, 5 menit, 10

menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 24 jam.

Diamati secara organoleptis dan ditetapkan kadar parasetamol dalam sampel

menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Jika terjadi perubahan/kerusakan fisik

dari campuran tersebut seperti campuran membusuk, basi dan sebagainya maka

penetapan kadar parasetamol dalam campuran tidak ditetapkan.

3.2.5 Metode Ekstraksi

Campuran parasetamol drops dan susu formula yang sudah didiamkan

dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf, ditambahkan

5 mL metanol kocok sampai larut kemudian disentrifugasi selama 15 menit

dengan kecepatan 70 rpm. Hasil sentrifugasi diambil larutan yang bening,

sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan

pelarut sampai tanda batas kocok sampai larut. Kemudian diukur dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum.

Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi yang merupakan plot antara absorbansi dengan

konsentrasi.

3.2.6 Metode Penetapan Kadar

Diukur serapan larutan sampel menggunakan spektrofotometri UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan. Kadar parasetamol

dihitung menggunakan kurva kalibrasi.

3.2.7 Data dan pengolahan Data

Data disajikan dalam bentuk rata – rata ±standar deviasi. Data kadar diolah

secara statistik menggunakan Uji Independent T pa a α = 0,05

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Uji Organoleptik

Hasil pengujian secara organoleptis parasetamol drop yang dicampur

dengan susu formula memiliki pemerian yang sama yaitu rasa pahit dan sedikit

basi, warna pink dan terdapat gumpalan putih di dinding atas. Yang

membedakannya bisa dilihat dari waktu intervalnya suhu ruang lebih cepat terjadi

perubahan rasa, warna, bau, dan bentuk daripada suhu dingin.

Tabel 4. 1 : Hasil pemeriksaan organoleptik.

Sampel Organoleptis

Suhu ruang

(≤ 03 ◦C)

Rasa : pahit, sedikit basi

Warna : pink pekat menjadi pink kusam.

Bau : masih bau parasetamol

Tetapi sudah terdapat gumpalan putih diatas pada

menit ke 2 jam, sehingga tidak diukur dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Suhu dingin

(2- )

Rasa : pahit, sedikit basi

Warna : pink pekat menjadi pink kusam.

Bau : masih bau parasetamol

Tetapi sudah terdapat gumpalan putih diatas dan

bentuknya hamper seperti jelly pada menit ke 24

jam sehingga tidak diukur dengan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis

4.2 Hasil Larutan Standar

Larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi tertentu yaitu dengan

cara melarutkan bahan parasetamol murni dengan metanol dan air dengan

perbandingan 1:99. Penggunaan metanol sebagai pelarut karena parasetamol dapat

larut dalam metanol, selain itu juga parasetamol memiliki panjang gelombang 248

nm. Akibatnya metanol tidak akan mengganggu spektrum serapan dari

parasetamol (Kumar, et al 2012).

Linearitas merupakan kemampuan metode untuk mendatangkan hasil uji

yang secara langsung sebanding dengan konsentrasi analit dalam suatu rentang

kerja yang diberikan (Harmita, 2004).

Tabel 4. 2 : Tabel Hasil Laruan Standar

No Konsentrasi (ppm) Abs

1 2 ppm 0,164

2 4 ppm 0,333

3 6 ppm 0,495

4 8 ppm 0,632

5 10 ppm 0,816

6 12 ppm 0,968

4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum

Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang gelombang

dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.

Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur

absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang ultraviolet yaitu antara

panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil penelitian yang diperoleh

panjang gelombang maksimum adalah 240,4 nm. Secara teoritis serapan

maksimum untuk parasetamol adalah 244 nm.

Setelah dilakukan kurva kalibrasi, maka didapatkan persamaan yang

digunakan untuk menghitung kadar parasetamol murni, aborbansi dari keenam

konsentrasi kurva kalibrasi berkisar antara 0,16-0,96, sehingga kurva kalibrasi

yang didapat hasilnya baik. Didapatkan persamaan garis y = 0,08012 x + 0,00705

dan koefsien kolerasi (R) dengan nilai 0,99910. Nilai r yang baik yang mendekati

Gambar 4. 1: Kurva Penetapan panjang gelombang

maksimum (λ maks)

dan tidak lebih dari satu. Dari hasil r yang didapat yaitu 0,99910 menunjukan

bahwa terjadi hubungan linear yang positif dalam kurva baku linear yang sudah

dibuat terdapat pada Gambar 4.4.

Gambar 4. 2 : Grafik penurunan kadar parasetamol murni

4.3 Validasi Metode Analisis

4.3.1 Presisi

Presisi dilakukan dengan mengukur absorbansi larutan baku hidrokuinon

5% dengan rumus %RSD=

x 100%.

4.3.1.1 Hasil Uji Presisi

Konsentrasi 8 ppm pada panjang gelombang maksimum 244 nm dan

diulangi pengukurannya sebanyak 7 kali dan menghitung nilai standar deviasi

(SD) dan relatif standar deviasi (RSD). Keseksamaan (presisi) merupakan ukuran

yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm

Y= 0,08012 x + 0,00705 R² = 0,99910

Konsentrasi ( ppm)

Ab

sorb

an

sebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang-

ulang pada sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).

Uji presisi dilakukan dengan menggunakan larutan standar parasetamol 8

ppm sebanyak tujuh kali pengulangan. Hasil pengujian presisi pada larutan

standar parasetamol menunjukkan nilai SD 0,05699 dan RSD 0,732 %. Syarat

nilai %RSD adalah tidak boleh melebihi 2 % (Harmita, 2004). Dilihat dari hasil

(Tabel 3) bahwa hasil yang diperoleh 0,732 % dan tidak melebihi 2 % yang

menunjukan hasil yang baik sesuai yang ditentukan dalam persyaratan terdapat

pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3 : Hasil Uji Presisi

Sampel Standar Konsentrasi (ppm)

8 ppm 7,775

8 ppm 7.712

8 ppm 7,86

8 ppm 7,762

8 ppm 7,725

8 ppm 7,837

8 ppm 7,825

SD 0,05699

Rata-rata 7,785

% RSD 0,732 %

4.3.2 Akurasi

Akurasi ditentukan dengan membuat konsentrasi 6, 8 dan 10 ppm masing-

masing diukur dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan diukur pada

panjang gelombang maksimum 244 nm dan kemudian menghitung % perolehan

kembali

x 100%.

4.3.2.1 Hasil Uji Akurasi

Akurasi merupakan kecermatan tingkat kedekatan hasil pengujian metode

dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dinyatakan benar. Dari hasil akurasi

yang diperoleh nilai persen perolehan kembali dari konsentrasi sebesar 4 ppm, 6

ppm dan 8 ppm yang diperoleh sebesar 96,4- 101 %. Dari data yang diperoleh

maka dapat disimpulkan bahwa nilai perolehan kembali memenuhi persyaratan

yaitu nilai yang diperoleh masuk ke dalam rentang syarat akurasi 95-105 %.

Tabel 4. 4 : Hasil uji akurasi

Sampel Standar Konsentrasi

(ppm) % Perolehan Kembali

4 ppm 4 100

4 ppm 3,925 98,1

4 ppm 3,937 98,4

6 ppm 6,062 101

6 ppm 5,9 98,3

6 ppm 5,95 99,1

8 ppm 7,775 97,1

8 ppm 7,712 96,4

8 ppm 7,86 98,2

4.4 Hasil Larutan Parasetamol Drops (Sanmol) dan Uji Stabilitas

Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengetahui stabilitas kimia obat

parasetamol drops yang disimpan pada suhu ruang dan pada suhu dingin dengan

tujuan untuk menentukan stabilitas kimia dan usia simpan. Studi ini adalah

penelitian eksperimental laboratorium yaitu evaluasi kestabilan dipercepat untuk

mengetahui stabilitas sediaan parasetamol drops dengan menyimpannya pada

suhu ruang (≤ 30° C) dan suhu dingin (2° - 8° C) selama 24 jam. Dari masing-

masing sampel dilakukan secara triplo dan tiap sampel ditentukan kadar

parasetamol yang tersisa setiap 24 jam dengan mengukur serapan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis.

Tabel 4. 5: Parasetamol Drops Pada Suhu Ruang (≤ 00 ◦C) ( n = 1 )

Waktu

( menit )

Absor

bansi

Konsentrasi

(ppm)

C rata-rata

(ppm)

Faktor

Pengence

ran

C rata-rata x

Faktor

pengenceran

(ppm)

0 0,995 12,333 12,333 5000 61,665

5 0,963 11,936 11,936 5000 59,680

10 0,959 11,882 11,882 5000 59,410

15 0,956 11,842 11,842 5000 59,210

20 0,938 11,620 11,620 5000 58,100

30 0,933 11,552 11,552 5000 57,760

45 0,931 11,528 11,528 5000 57,640

60 0,934 11,527 11,527 5000 57,635

120 0,930 11,517 11,517 5000 57,585

180 0,909 11,262 11,262 5000 56,310

1440 0,917 11,125 11,125 5000 55,625

Tabel 4. 6: Parasetamol Drops Pada Suhu Dingin ( 2-8 °C) (n = 1)

Waktu

( menit )

Absor

bansi

Konsentrasi

(ppm)

C rata-rata

(ppm)

Faktor

Pengence

ran

C rata-rata x

Faktor

pengenceran

(ppm)

0 0,961 11,907 11,907 5000 59,535

5 0,957 11,857 11,857 5000 59,285

10 0,947 11,734 11,734 5000 58,670

15 0,939 11,638 11,638 5000 58,190

20 0,938 11,625 11,625 5000 58,125

30 0,938 11,614 11,614 5000 58,070

45 0,930 11,519 11,519 5000 57,595

60 0,927 11,479 11,479 5000 57,395

120 0,914 11,315 11,315 5000 56,575

180 0,907 11,262 11,262 5000 56,310

1440 0,907 11,232 11,232 5000 56,260

Gambar 4. 3 : Grafik Penurunan Kadar Parasetamol Drops Suhu

Ruang (≤ 00 ◦C) Dan Suhu Dingin ( - C ).

52

54

56

58

60

62

64

0 5 10 15 20 30 45 60 120 180 1440

suhu Dingin Suhu Ruang

Waktu ( menit )

Grafik parasetamol drops suhu ruang dan suhu dingin

kad

ar (

pp

m)

Dari hasil pengujian parasetamol drops sebagai acuan dapat dilihat bahwa

tiap interval waktu mengalami penurunan konsentrasi baik pada suhu ruang dan

suhu dingin. Hasil pengujian sampel parasetamol drops ditambahkan susu formula

pada suhu ruang (≤ 03 °C) dan suhu dingin (2-8°C) pada interval waktu 0 menit, 5

menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan

24 jam mengalami penurunan total 9,75% pada suhu ruang dan 5,50 % pada suhu

dingin. Terjadinya penurunan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ketidak sesuaian hasil pengujian. Yaitu terdapat pada pelarut yang digunakan

dalam pengujian. Pelarut yang digunakannya metanol. Metanol termasuk dalam

pelarut organik yang mudah menguap sehingga sebelum pengukuran sampel

dengan alat spketrofotometer UV-Vis, serta kurangnya faktor penggocokkan

sebelum larutan sampel hendak diukur juga mempengaruhi hasil yang didapatkan

dalam pengujian, sebab larutan harus benar homogen agar didapatkan hasil yg

maksimal dalam pengujian terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya

penurunan kadar yaitu parasetamol mudah terhidrolisis sehingga kadarnya

menurun. Dan menurut Asean Stability Guideline kadar disebut mengalami

significant change atau perubahan yang signifikan kalau perubahannya lebih dari

5 %. Dapat dilihat juga konsentrasi pada suhu ruang lebih tinggi penurunannya

dari pada suhu dingin. Berdasarkan penelitian Iskandar Zulkarnain (2014) sediaan

sirup parasetamol baik yang disimpan pada suhu kamar maupun suhu lemari

pendingin dikatakan tetap stabil karena suhu penyimpanan tidak memperngarui

waktu paruh dan usia simpan.

5.5 Hasil Penelitian Parasetamol Drops yang Dicampur Dengan Susu

Formula.

Tabel 4.7: Hasil Penelitian Parasetamol Drops Dicampur Susu Formula

Pada Suhu Ruang (≤ 00 ◦C) (n = 3)

Wa

ktu

(me

nit)

Absorbansi Konsentrasi (ppm) C

Rata-

rata

(ppm)

A1 A2 A3 C1 C2 C3 Faktor

pengen

ceran

(x)

C Rata-rata x

faktor

pengenceran ±

Standar Deviasi

(ppm)

0 0,776 0,769 0,756 9,595 9,511 9,342 9,482

2,000 18,964 ± 0,12885

5 0,692 0,660 0,640 8,546 8,151 7,902 8,199 2,000 16,398 ± 0,32474

10 0,608 0,617 0,640 7,503 8,292 7,904 7,899 2,000 15,798 ± 0,39451

15 0,672 0,622 0,604 8,300 7,672 7,444 7,805 2,000 15,610 ± 0,44330

20 0,647 0,644 0,606 7,988 7,944 7,476 7,802 2,000 15,604 ± 0,28375

30 0,505 0,572 0,542 6,219 7,045 6,676 6,646 2,000 13,292 ± 0,41378

45 0,493 0,490 0,450 6,095 6,024 5,531 5,883 2,000 11,776 ± 0,30718

60 0,473 0,471 0,443 5,817 5,790 5,437 5,681 2,000 11,362 ± 0,21202

Tabel 4.8: Hasil Penelitian Parasetamol Drops Dicampur Susu

Formula Pada Suhu Dingin ( 2-8 °C) (n = 3)

Wa

ktu

(me

nit)

Absorbansi Konsentrasi (ppm) C

Rata-

rata

(ppm)

A1 A2 A3 C1 C2 C3 Faktor

pengen

ceran

(x)

C rata-rata x

faktor

pengenceran ±

Standar Deviasi

(ppm)

0 0,776 0,769 0,756 9,595 9,511 9,342 9,482

2,000 18,964 ± 0,12885

5 0,659 0,675 0,603 8,133 8,332 7,440 7,968 2,000 15,936 ± 0,46824

10 0,625 0,656 0,635 7,750 8,098 7,840 7,896 2,000 15,792 ± 0,18063

15 0,583 0,578 0,547 7,192 7,127 6,737 7,018 2,000 14,036 ± 0,24608

20 0,591 0,572 0,543 6,543 7,054 6,692 6,763 2,000 13,526 ± 0,26279

30 0,532 0,507 0,545 6,548 6,237 6,171 6,500 2,000 13,000 ± 0,24347

45 0,476 0,460 0,437 5,848 5,657 5,368 5,624 2,000 11,248 ± 0,24166

60 0,462 0,428 0,449 5,678 5,251 5,151 5,481 2,000 10,962 ± 0,21548

120 0,467 0,434 0,431 5,745 5,334 5,293 5,457 2000 10,914 ± 0,24996

180 0,480 0,421 0,422 5,256 5,162 5,179 5,167 2000 10,334 ± 0,05521

Gambar 4. 4 : Grafik Penurunan Parasetamol Drops Dicampur Susu

Formula Suhu Ruang (≤ 00 ◦C) dan suhu dingin ( 2-8 °C).

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 penurunan pada suhu ruang dan suhu dingin

hasilnya didapatkan bahwa konsentrasi parasetamol drops yang dicampur dengan

susu formula dimana pada suhu ruang interval waktu penyimpanannya sampai 60

menit sedangkan pada suhu dingin interval waktu penyimpanannya sampai 180

0 2 4 6 8

10 12 14 16 18 20

0 5 10 15 20 30 45 60 120 180

suhu ruang suhu dingin

kad

ar (

pp

m)

Waktu ( menit)

Grafik sample suhu ruang dan suhu

menit, kedua konsentrasi tersebut mengalami penurunan kadar sebanyak 40,1 %

pada suhu ruang dan sebanyak 38,5 % pada suhu dingin sedangkan parasetamol

drops sebagai pembanding tanpa perlakuan penambahan susu formula mengalami

penurunan kadar sebanyak 9,75 % pada suhu ruang dan sebanyak 5,50 % pada

suhu dingin. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak sesuain

hasil pengujian. Yaitu terdapat pada pelarut yang digunakan dalam pengujian.

Pelarut yang digunakan metanol. metanol termasuk dalam pelarut organik yang

mudah menguap sehingga sebelum pengukuran sampel dengan alat

spektrofotometer dimungkinkan faktor pengocokan sebelum larutan sampel

hendak diukur juga mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam pengujian, sebab

larutan harus benar homogen agar didapatkan hasil yg maksimal dalam pengujian

terdapat faktor lain yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar yaitu

parasetamol mudah terhidrolisis sehingga kadarnya menurun. Tetapi berdasarkan

uji statistik dengan menggunakan metode Uji independent T dan ditentukan antara

data pada suhu ruang dan suhu dingin berbeda signifikan atau tidak signifikan.

Hipotesis perbandingan yang akan diuji adalah sebagai berikut H0 = Tidak

terdapat perbedaaan konsentrasi yang signifikan antara sample yang disimpan

pada suhu ruang dan suhu dingin. H1 = Ada perbedaan konsentrasi yang

signifikan antara sampel yang disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin. Jika

nilai probabilitas > 0.05 , maka H0 diterima jika nilai Probabilitas ˂ 0.05 maka

H0 ditolak . Berdasarkan tabel output uji indepensent T diketahui nilai sig. (2-

tailed) sebesar 0.805 > 0.05, maka disimpulkan bahwa hasilnya tidak ada

perbedaan yang signifikan antara konsentrasi sample pada suhu ruang dan suhu

dingin.

37

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. parasetamol drops yang dicampur dengan susu formula pada suhu

ruang dan suhu dingin terjadi penurunan konsentrasi sampel pada

suhu ruang (≤ 03 ◦C) sebanyak 40,1 an su u ingin (2- C)

sebanyak 38,5 %.

2. Terjadi penurunan konsentrasi parasetamol drops sebagai kontrol

pada suhu ruang (≤ 03 ◦C) sebanyak . an su u ingin ( 2-

C) sebanyak 5,50 %.

3. Berdasarkan Uji independent T didapatkan hasil 0.805 > 0.05, tidak

ada perbedaan yang signifikan antara penurunan konsentrasi sampel

pada suhu ruang (≤ 03 ◦C) dan suhu dingin. ( 2-8 C).

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Diharapkan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian akan

lebih baik dilakukan analisis tidak secara invitro saja tetapi lakukan

analisis secara invivo juga.

38

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan percobaan

kepada hewan.

39

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur‟an Terjema aan Depertemen Agama RI, Ta un 1

Anonim., 2000., IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia)., Jakarta.,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia & Dirjen POM, Hal : 183, 355.

Ansel, Howard Connors., 1985., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.,

Jakarta., UI Press.

Aniqoh Machwijatul. 2006, Hubungan Antara Pemberian Susu Formula

Dengan Kejadian Diare pada Bayi Umur 0- 12 Bulan.

Dari:[email protected].

Arisandi, W, S. 2008. Pengaruh pH Terhadap Stabilitas Sirup Parasetamol.

Arisman,Budiyanti, Aris Lina.2009. Hubungan Antara Penyiapan Dan

Penyajian Susu Formula Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-

<12 Bulan Di puskesmas Mulyoreyo Surabaya Skripsi, Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga.

Cairns, D., 2008. Intisari Kimia Farmasi, Edisi kedua, Diterjemahkan oleh

Rini. M. P., EGC, Jakarta.

Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986., Chemical Stability of

Pharmaceutical., New York., John Willey and Sons.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2014., Farmakope Indonesia Edisi

V., Jakarta., Departemen Kesehatan Republik Indonesia., Edisi Kelima.

Ermer, J., dan Miller, J.H.McB, 2005, Method Validation in Pharmaceutical

Analysis, A Giude to Best Practice, Weinheim: Wiley-VchVerlag GmbH

dan Co. KGaA. Halaman 253.

General Java Online. 2004. ASI Eksklusif. Jakarta.

Goeswin, Agoes., 2012., Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida., Bandung., ITB

Press.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

perhitungannya, Majalah Ilmu Kefarmasian Vol I (3). Hal 117-135.

International Conference of Harmonization., 2003., Guidance for Industry

Q1A(R2) Stability Testing of New Drug Substances and Products., U.S.

Department of Health and Human Services Food and Drug Administration,

36 Center for Drug Evaluation and Research (CDER), Center for Biologics

Evaluation and Research (CBER).

40

International Conference of Harmonization., Harmonised Tripartite Guideline.,

2005., Stability Testing: Photostability Testing of New Drug Substances

and Products Q1B., U.S. Department of Health and Human Services Food

and Drug Administration, Center for Drug Evaluation and Research

(CDER), Center for Biologics Evaluation and Research (CBER). Step 4

version.

Manurung, July., Syahputri, Mimi.V., 2007., Pemastian Mutu Obat:

Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan Terkait., Jakarta., Penerbit

Buku Kedokteran EGC., Vol.1

Pudjiaji. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Rohman, A, Ganjar, G.H., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Setiawirawan, Y. (2010). Setiawiraw Pemodelan lama pemberian ASI ekslusif

pada rumah tangga miskin dengan metode regresi pohon di Sulawesi

Tengah. Tidak dipublikasikan: Program Sajana (Placeholder1) a Jurusan

Statistika ITS Surabaya.

Soenardi, T, 2005. Cara Membersihkan Botol Susu Penerbit Yayasan Bina

pustaka. Jakarta.

Suririnah. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta Raja Gravindo Persada.

Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete DrugReference Thirtysixth

edition.London: Pharmaceutical Press, Hal : 2.

Tjay, Tan Hoan., Rahardja, Kirana., 2007., Obat Obat Penting Kasiat,

Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya., Jakarta., PT Elex Media

Komputindo Kelompok Kompas – Gramedia Jakarta., Edisi Keenam.

Walker, WA, 2006. Zat Gizi Susu formula Dan ASI Penerbit Buku Kedokteran.

EGC. Jakarta.

Wijaya, Wendy., 2015., Percobaan 4.1 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

Sediaan Farmasi dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.,

diakses pada tanggal 24 Agustus 2017.

Yetri Elisya, Harpolia Cartika, Anindita Rizkiana.(2017). Jurnal Teknologi dan

Seni Kesehatan: Antioxidant Activity and Total Phenolic Content of

Date Palms Syrup (Phoenix dactylifera L.) Vol. 08.,No. 01., 2017 : 63 -

71, Poltekkes Jakarta II., Percetakan Negara No.23.,Jakarta.

41

LAMPIRAN 1

Skema Penelitian

prosedur penelitian

Pembuatan larutan standar

Pengenceran ppm

Penetapan Kadar

verifikasi

Akurasi

Presisi

Pembuatan sampel

Parasetamol Drops

disimpan pada suhu Dingin

pengamatan organoleptis

ektraksi

Penetapan kadar

disimpan pada suhu Ruang

Pengamatan organoleptis

ekstraksi

penetapan kadar

Parasetamol drop dicampur

sari kurma

disimpan pada suhu Ruang

pengamatan organoleptis

ektraksi

Pengenceran

penetapan kadar

disimpan pada suhu Dingin

pengamatan organoleptis

ekstraksi

pengenceran

penetapan kadar

Pengolahan Data Uji T

tidak Berpasangan

42

LAMPIRAN 2

Alur Pembuatan Larutan Standar

Timbang parasetamol murni sebanyak 10 mg, dimasukkan ke

dalam labu ukur 100 mL dilarutkan dengan pelarut

Dipipet 1 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL tambahkan

pelarut sampai tanda batas kocok sampai larut.

Dari larutan tersebut di ambil dengan berbagai konsentrasi yaitu 2

ppm = 0,2 ml , 4 ppm = 0,4 ml, 6 ppm = 0,6 ml, 8 ppm = 0,8 ml, 10

ppm = 1 ml dan 12 ppm = 1,2 ml

Kemudian absorbansi diukur dengan menggunakan

spektrofotometri uv-vis dengan panjang gelombang 200-400 nm.

Panjang gelombang maksimum nya 244 nm.

43

LAMPIRAN 3

Alur Pembuatan Larutan Parasetamol Drops

Parasetamol drops dipipet sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam

vial simpan pada interval waktu 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15

menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan

24 jam bungkus dengan menggunakan alumunium foil. Masing

– masing disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.

Dipipet 1 mL dimasukkan ke dalam tabung eppendorf

tambahkan 5 mL metanol sentrifugasi 15 menit.

Hasil sentrifugasi dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 mL diencerkan dengan pelarut kocok

sampai larut tambahkan sampai tanda batas.

Dipipet sebanyak 0,02 mμ masukan ke dalam labu 10 ml

adkan sampai batas. Ukur dengan spekrofotometri UV-Vis.

44

LAMPIRAN 4

Alur Pembuatan Larutan Parasetamol Drops Yang Di Campur

Susu Formula

Parasetamol drops dipipet sebanyak 1 ml dan susu formula 1

Ml dimasukkan kedalam vial simpan pada interval waktu 0

menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30 menit, 45

menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam dan 24 jam bungkus dengan

menggunakan alumunium foil. Masing – masing disimpan

pada suhu ruang dan suhu dingin.

Dipipet 1 mL dimasukkan kedalam tabung eppendorf

tambahkan 5 mL metanol sentrifugasi 15 menit.

Hasil sentrifugasi dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan ke

dalam labu ukur 10 mL diencerkan dengan pelarut kocok

sampai larut tambahkan sampai tanda batas.

Dipipet sebanyak 0,05 mμ masukan ke dalam labu 10 ml

adkan sampai batas. Ukur dengan spekrofotometri UV-Vis.

45

LAMPIRAN 5

Perhitungan Larutan Standar Kurva Baku

Parasetamo=l

=

= 100 PPM

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x 2

100χ = 20

χ =

= 0,2 mL

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x 4

100χ = 40

χ =

= 0,4 Ml

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x 6

100χ = 60

χ =

= 0,6 mL

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x

100χ = 0

χ =

= 0,8 mL

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x 10

100χ = 100

χ =

= 1 mL

V1 x N1 = V2X N2

χ x 100 = 10 x 12

100χ = 120

χ =

= 1,2 mL

46

LAMPIRAN 6

Hasil penelitian parasetamol drops suhu ruang (≤ 00 ◦C) (n=1)

Waktu

( menit )

Absor

bansi

Konsentrasi

(ppm)

C rata-

rata

(ppm)

Faxtor

Pengenceran

C rata-rata x faktor

pengenceran (ppm)

0 0,995 12,333 12,333 5000 61,665

5 0,963 11,936 11,936 5000 59,680

10 0,959 11,882 11,882 5000 59,410

15 0,956 11,842 11,842 5000 59,210

20 0,938 11,620 11,620 5000 58,100

30 0,933 11,552 11,552 5000 57,760

45 0,931 11,528 11,528 5000 57,640

60 0,934 11,527 11,527 5000 57,635

120 0,930 11,517 11,517 5000 57,585

180 0,909 11,262 11,262 5000 56,310

1440 0,917 11,125 11,125 5000 55,625

47

LAMPIRAN 7

Hasil penelitian parasetamol drops suhu Dingin ( - C) (n=1)

Waktu

( menit )

Absor

bansi

Konsentrasi

(ppm)

C rata-rata

(ppm)

Faxtor

Pengenceran

C srata-rata x

faktor pengenceran

(ppm)

0 0,961 11,907 11,907 5000 59,535

5 0,957 11,857 11,857 5000 59,285

10 0,947 11,734 11,734 5000 58,670

15 0,939 11,638 11,638 5000 58,190

20 0,938 11,625 11,625 5000 58,125

30 0,938 11,614 11,614 5000 58,070

45 0,930 11,519 11,519 5000 57,595

60 0,927 11,479 11,479 5000 57,395

120 0,914 11,315 11,315 5000 56,575

180 0,907 11,262 11,262 5000 56,310

1440 0,907 11,232 11,232 5000 56,260

48

LAMPIRAN 8

Hasil penelitian parasetamol drops yang dicampur dengan susu formula

pada suhu ruang (≤ 00 ◦C) (n=3)

Wa

ktu

(me

nit)

Absorbansi Konsentrasi (ppm) C

Rata-

rata

(ppm)

A1 A2 A3 C1 C2 C3 Faktor

pengen

ceran

(x)

C rata-rata x

faktor

pengenceran ±

Standar Deviasi

(ppm)

0 0,776 0,769 0,756 9,595 9,511 9,342 9,482

2,000 18,964 ± 0,12885

5 0,692 0,660 0,640 8,546 8,151 7,902 8,199 2,000 16,398 ± 0,32474

10 0,608 0,617 0,640 7,503 8,292 7,904 7,899 2,000 15,798 ± 0,39451

15 0,672 0,622 0,604 8,300 7,672 7,444 7,805 2,000 15,610 ± 0,44330

20 0,647 0,644 0,606 7,988 7,944 7,476 7,802 2,000 15,604 ± 0,28375

30 0,505 0,572 0,542 6,219 7,045 6,676 6,646 2,000 13,292 ± 0,41378

45 0,493 0,490 0,450 6,095 6,024 5,531 5,883 2,000 11,776 ± 0,30718

60 0,473 0,471 0,443 5,817 5,790 5,437 5,681 2,000 11,362 ± 0,21202

49

LAMPIRAN 9

Hasi Penelitian Parasetamol Drops dicampur dengan Susu Formula

pada Suhu Dingin ( 2-8 C) (n=3)

Wa

ktu

(me

nit)

Absorbansi Konsentrasi (ppm) C

Rata-

rata

(ppm)

A1 A2 A3 C1 C2 C3 Faktor

pengen

ceran

(x)

C rata-rata x

faktor

pengenceran ±

Standar Deviasi

(ppm)

0 0,776 0,769 0,756 9,595 9,511 9,342 9,482

2,000 18,964 ± 0,12885

5 0,659 0,675 0,603 8,133 8,332 7,440 7,968 2,000 15,936 ± 0,46824

10 0,625 0,656 0,635 7,750 8,098 7,840 7,896 2,000 15,792 ± 0,18063

15 0,583 0,578 0,547 7,192 7,127 6,737 7,018 2,000 14,036 ± 0,24608

20 0,591 0,572 0,543 6,543 7,054 6,692 6,763 2,000 13,526 ± 0,26279

30 0,532 0,507 0,545 6,548 6,237 6,171 6,500 2,000 13,000 ± 0,24347

45 0,476 0,460 0,437 5,848 5,657 5,368 5,624 2,000 11,248 ± 0,24166

60 0,462 0,428 0,449 5,678 5,251 5,151 5,481 2,000 10,962 ± 0,21548

120 0,467 0,434 0,431 5,745 5,334 5,293 5,457 2000 10,914 ± 0,24996

180 0,480 0,421 0,422 5,256 5,162 5,179 5,167 2000 10,334 ± 0,05521

50

LAMPIRAN 10

Hasil Pencampuran Parasetamol Drops Dengan Susu Formula Pada Suhu

Ruang (≤ 00 ◦C)

Hasil Pencampuran Parasetamol Drops Dengan Susu Formula Pada Suhu

Dingin ( - C).

51

LAMPIRAN 11

Hasil Statistik Uji Independent T pada α = 0,05

Group Statistics

suhu N Mean

Std.

Deviation Std. Error Mean

Pct

dan

susu

1.00 8 7.3085 1.36877 .48393

2.00 8 7.1461 1.20418 .42574

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality

of

Variance

s t-test for Equality of Means

F

Sig

. T Df

Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Diffe

rence

Std.

Error

Diffe

rence

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

pct

da

ns

us

u

Equal

variances

assumed

.11

6

.73

9

.25

2 14 .805

.1623

8

.6445

5

-

1.22005

1.5448

0

Equal

variances

not

assumed

.25

2

13.77

6 .805

.1623

8

.6445

5

-

1.22216

1.5469

1

52

LAMPIRAN 12

Perhitungan presisi

Y= bx + a

Y= 0,08 + 0,01

0,632 χ =

=7,775

0,627 χ =

=7,712

0,639 χ =

=7,86

0,631 χ =

=7,625

0,628 χ =

=7,725

0,637 χ =

=7,837

0,636 χ =

=7,825

Jumlah= 7,775 + 7,712 +7,86 + 7,625 + 7,725 +7,837 + 7,825 = 54,496

χ =

= 7,785

SD = 0,057

KV=

X 100 %

=

=0,732

53

LAMPIRAN 13

PERHITUNGAN AKURASI

Y= bx + a

Y= 0,08 x + 0,01

4 ppm

Abs = 0,33 Abs = 0,324

0,33 = 0,08 x + 0,01 0,324 = 0,08 x + 0,01

0,33 – 0,01 = 0,08 x 0,324 – 0,01 = 0,08 x

0,32 = 0,08 x 0,314 = 0,08 x

χ =

= 4 χ =

= 3,925

Reconvery % =

= 100 % Reconvery % =

= 98,125 %

Abs = 0,325

0,325 = 0,08 x + 0,01

0,325 – 0,01 = 0,08 x

χ =

= 3,937

Reconvery % =

= 98,44 %

54

6 ppm

Abs = 0,495 Abs = 0,482

0,495= 0,08 x + 0,01 0,482 = 0,08 x + 0,01

0,495– 0,01 = 0,08 x 0,482 – 0,01 = 0,08 x

0,485= 0,08 x 0,472 = 0,08 x

χ =

= 6,062 χ =

= 5,9

Reconvery % =

= 101 % Reconvery % =

= 98,3 %

Abs = 0,486

0,486 = 0,08 x + 0,01

0,486 – 0,01 = 0,08 x

0,476 = 0,08 x

χ =

= 5,95

Reconvery % =

= 99,16 %

55

8 ppm

Abs = 0,632 Abs = 0,627

0,632 = 0,08 x + 0,01 0,627 = 0,08 x + 0,01

0,632 – 0,01 = 0,08 x 0,627 – 0,01 = 0,08 x

χ =

=7,775 χ =

=7,712

Reconvery % =

= 97,18 % Reconvery % =

= 96,4 %

Abs = 0,639

0,639 = 0,08 x + 0,01

0,639 – 0,01 = 0,08 x

χ =

= 7,86

Reconvery % =

= 98,2 %

56

LAMPIRAN 14

Sertifikat Analisis Parasetamol Murni

57