status mata (idrus)

Upload: rizki-yanies

Post on 04-Mar-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

I. Identitas PasienNama

: Ny. SUsia

: 21 TahunJenis kelamin

: Perempuan Agama

: IslamAlamat

: Mertapada wetasnPekerjaan

: Buruh pabrikStatus

: Belum menikahTanggal pemeriksaan : 12 November 2014II. Anamnesis

A. Keluhan utama

Penglihatan mata kiri buramB. Riwayat penyakit sekarang

Seorang pasien datang ke poli mata RSUD Waled untuk kontrol ke-7 dengan keluhan penglihatan mata kiri terasa buram sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan semakin lama semakin memburuk. Keluhan disertai dengan silau dan perasaan pusing berputar saat melihat cahaya terang. Keluhan pada saat kontrol pertama 3 bulan yang lalu disertai mata merah, terasa berair dan nyeri pada mata kiri. Keluhan tidak disertai dengan kotoran mata yang berlebih. Pasien telah melakukan pengobatan rutin ke dokter dan mengalami perbaikan tetapi pasien masih mengeluhkan penglihatan buram dan silau saat melihat cahaya terang. C. Riwayat penyakit dahulu Riwayat trauma disangkal Riwayat nyeri pada sendi disangkal Riwayat batuk lama disangkal Riwayat cacar disangkal Riwayat diabetes mellitus disangkal Riwayat hipertensi disangkal Riwayat alergi disangkalD. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat tekanan darah tinggi dalam keluarga ayah ada Riwayat diabetes mellitus dalam keluarga disangkal Riwayat nyeri sendi dalam keluarga disangkal Riwayat batuk lama dalam keluarga disangkalE. Riwayat pribadi dan sosial

Riwayat konsumsi jamu secara rutin disangkal Pasien mengaku memlihara kucing dan sering kontak dengan kucing tersebutIII. Pemeriksaan Fisik

A. Status generalis

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentisB. Status Oftalmologi

OD

OS

ODPEMERIKSAANOS

Visus : 1,0RefraksiVisus : 0,05 tidak terkoreksi dengan pinhole

Simetris, edem (-), hiperemis (-), massa (-), silia normal, sekret (-), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), entropion (-), ektropion (-), lagoftalmos (-).Palpebra superior inferiorSimetris, edem (-), hiperemis (-), massa (-), silia normal, secret (-), nyeri tekan (-), blefarospasme (-), entropion (-), ektropion (-), lagoftalmos (-).

Enoptalmos (-), Eksoptalmos (-), starbismus (-), kedudukan bola mata normalOkuler BulbiEnoptalmos (-), Eksoptalmos (-), starbismus (-), kedudukan bola mata normal

Normal SiliaNormal

Hiperemis (-), sikatrik (-), massa (-)Konjungtiva tarsal superior inferior Hiperemis (-), sikatrik (-), massa (-)

Hiperemis (-), corpus allenium (-), perdarahan subkonjungtiva (-), nodul (-), sekret (-) Konjungtiva bulbi Hiperemis (-), corpus allenium (-), perdarahan subkonjungtiva (-), nodul (-), sekret (-)

Jernih, sikatrik (-), ulkus (-) warna putih, infiltrat (-), injeksi silier (-).KorneaJernih, sikatrik (-), ulkus (-), infiltrat (-), injeksi silier (-)

SedangKamera okuli anteriorSedang

Reguler, Central refleks pupil langsung (+), refleks pupil tidak langsung (+)Pupil ireguler, Central refleks pupil langsung (-), refleks pupil tidak langsung (-)

Warna coklat, sinekia (-)Iris Warna coklat, sinekia posterior (+)

Jernih, shadow test (-)LensaKeruh sebagian lensa, shadow test (+)

PositifRefleks FundusNegatif

Papil bulat, batas tegas, warna merah muda, retina: baikPapilTidak tampak

IV. Resume

Pasien datang untuk kontrol ke-7 dengan keluhan penglihatan mata kiri terasa buram sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan semakin lama semakin memburuk. Silau dan perasaan pusing berputar saat melihat cahaya terang (+). Keluhan pada saat kontrol pertama 3 bulan yang lalu mata merah (+), berair (+) nyeri (+). Pada pemeriksaan okuler sinistra visus 0,05 tidak terkoreksi dengan pinhole,bentuk pupil ireguler, refleks pupil langsung (-), refleks pupil tidak langsung (-), iris sinekia posterior (+), lensa keruh sebagian (+).V. Diagnosis Banding

Katarak komplikata imatur OS e.c Panuveitis kronik OS Katarak komplikata imatur OS e.c Uveitis anterior kronik OSVI. Pemeriksaan penunjang Darah rutin

Serologi darah (IgG,IgM) Gula darah

Antinuclear AntibodyVII. Diagnosa Kerja

Katarak komplikata imatur OS e.c Panuveitis kronik OSVIII. Penatalaksanaan

Prednisolone 1mg/kgBB/hari Sulfas Atrofin 1% (1-2 tetes, 3x1) Klindamisin 3x150-300 mg/hari/oralIX. Rencana tindakan Rujuk Spesialis Mata untuk tindakan oprasiX. Prognosis

Quo ad Vitam

: ad bonam Quo ad Funcionam

: dubia ad malam Quo ad Sanationam

: dubia ad malamANALISIS KASUS1.1 Identitas pasien

Pasien merupakan seorang wanita berusia 21 tahun yang bekerja sebagai buruh pabrik. Pada uveitis dapat terjadi pada usia berapapun namun umumnya terjadi pada usia muda dan usia pertengahan yang ditandai dengan mata merah nyeri, fotofobia dan penglihatan kabur. 1.2 AnamnesaDari hasil anamnesa didapatkan penglihatan mata kiri kabur sejak 5 bulan yang lalu yang disertai silau dan perasaan pusing berputar saat melihat cahaya terang. Data riwayat penyakit sekarang tersebut menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini dialami oleh pasien. Gejala yang dialami lebih mengarah pada kondisi kronis dimana gejala tersbut berlangsung lebih dari 6 minggu atau berbulan bulan. Hal ini juga menandakan sifat dari peradangan bersifat kronis dimana pada uveitis kronis ini gejala bersifat subjektif bersifat ringan atau bahkan tidak ada karna adanya proses perbaikan. Penglihatan kabur dapat disebabkan oleh karna kekeruhan lensa badan kaca dan klasifikasi kornea. Fotofobia disebabkan spasme silliaris bukan karna sensitive terhadap cahaya.Riwayat penyakit pada pasien berupa trauma, nyeri pada sendi, riwayat batuk lama, cacar, hipertensi, DM dan alergi disangkal, hal ini dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding uveitis karna trauma, autoimun, infeksi virus dan bakteri. Hal serupa diperkuat dengan tidak adanya riwayat nyeri sendi dan batuk lama pada keluarga pasien. Dari riwayat social pasien mengaku memelihara kucing dan pasien mengaku sering kontak dengan kucing tersebut. hal ini dapat membantu mengarahkan pasien pada kecurigaan uveitis infeksi karna parasit.

1.3 Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan ocular didapatkan visus OD 1,0 dan OS 0,05 yang tidak terkoreksi oleh pinhole. Pada pemeriksaan ocular sinistra juga didapatkan bentuk pupil yang ireguler dan refleks pupil baik langsung maupun tidak langsung (-). Penilaian pada iris tampak adanya sinekia posterior pada ocular sinistra. Pada penilaian lensa ocular sinistra tampak keruh pada sebagian lensa sehingga refleks fundus negative dan camera oculi posterior tidak tampak. Perlekatan perlekatan iris pada lensa menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang yang menyebabkan organisasi jaringan dan terjadi oklusi pupil. Peradangan badan sillier dapat pula menyebabkan kekeruhan pada lensa kaca yang tampak seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya peradangan ini maka metabolisme pada lensa terganggu dan dapat mengakibatkan katarak.

Pada proses peradangan yang akut dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di dalam bilik mata depan yang disebut hipopion ataupun migrasi eritrosit ke dalam bilik mata depan dikenal dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung kronis maka sel radang dapat melekat pada endotel kornea yang disebut sebagai keraticprecipate. Jika tidak mendapat terapi yang adekuat proses peradangan akan berjalan terus dan menimbulkan bergabagai komplikasi. Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan metabolism kensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjai pada sinekia posterior yang dapat berkembang mengenai seluruh lensa.

1.4 Diagnosa bandingPasien didiagnosa banding dengan panuveitis kronik OS e.c infeksi toxoplasma + katarak komplikata, panuveitis kronik OS e.c autoimun + katarak komplikata dan uveitis anterior kronik OS e.c infeksi toxoplasma + katarak komplikata. Hal ini didasarkan pada kesulitan untuk menilai bagian posterior. Selain itu, untuk membantu menegakan diagnosis penyebab tersebut maka diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin, serologi darah (IgG,IgM) untuk membantu menegakan infeksi parasit dan pemeriksaan antinuclear antybody untuk menilai gangguan autoimun.

1.5 TatalaksanaTujuan utama dari pengobatan uveitis adalah mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan pada mata. Adapun tatalaksana sementara yang diberikan

Kortikosteroid berupa prednisolone dengan dosis 1 mg/kgBB/hari

Kortikosteroid menekan kerja sistem imun serta memiliki efek anti inflamasi melalui beberapa mekanisme.

Sulfas aropin 1% dengan dosis dengan pemberian 3x1 (1-2 tetes)

Pengobatan ini digunakan untuk mengatasi spasme siliare. Klindamisin dengan dosis 3x150-300 mg/hari/oral Terapi spesifik ini dapat menghancurkan kista toxoplasma pada retina.1.6 Rencana tindakan

Rencana tindakan yang di usulkan berupa konsul Spesialis mata

1.7 Prognosis

Ad vitam : ad bonam

Pasien dengan uveitis masih adanya kemungkinan untuk bertahan hidup karna penyakit tersebut tidak membahayakan kehidupan pasien. Ad functionam : dubia ad malam

Karna proses penyakit yang sudah kronis dan mengenai bagian posterior dari mata maka sulit untuk dapat menormalkan kembali fungsi tersebut. Ad sanationam : dubia ad malam

Gejala akut dari penyakit tersebut telah hilang tetapi menyisakan gejala sisa seperti irregularitas iris dan sinekia posterior sehingga untuk dapat kembali seperti sebelum sakit sulit.